LAPORAN - 2019-277 - Arvil Rohmaturrizqi - Tugas 3 - Nonspesifik PDF
LAPORAN - 2019-277 - Arvil Rohmaturrizqi - Tugas 3 - Nonspesifik PDF
PRAKTIKUM FITOFARMAKA
TUGAS 3
Penentuan Parameter Mutu Non-Spesifik Ekstrak
Kaempferia galanga
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka
KELOMPOK 7
KELAS: F
DOSEN PEMBIMBING:
apt. Siti Rofida, M. Farm. apt.
Amaliyah Dina A., M. Farm.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu menentukan parameter mutu spesifik dan non-
spesifik ekstrak Kaempferia galanga L.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kencur
2.1.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Streptophyta
Superdivisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Superordo : Lilianae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia L.
Spesies : Kaempferia galanga L.
(https://www.itis.gov/)
2.1.2 Morfologi
Kencur (Kaempferia galanga) termasuk suku tumbuhan Zingiberaceae dan
digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah
paling lunak dan tidak berserat. Kencur merupakan terna kecil yang tumbuh
subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak
terlalu banyak air. Kencur tumbuh dan berkembang pada musim tertentu, yaitu
pada musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang
cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka (Lasro, 2018).
Kencur memiliki batang berbentuk basal yang memiliki ukuran kurang
lebih 20 cm yang tumbuh dalam rumpun. Kemudian kencur memiliki daun
berwarna hijau berbentuk tunggal yang pinggir daunnya berwarna merah
kecoklatan. Bentuk dari daun kencur menjorong ada yang menjorong lebar dan ada
juga yang berbentuk bundar, untuk ukurannya daun kencur memiliki panjang 7-15
cm, lebar 2-8 cm, dengan ujung daun runcing pangkai berkeluk dan tepi daun
rata. Untuk permukaan daun bagian atas tidak mempunyai bulu tetapi pada bagian
bawah memiliki bulu yang halus. Kemudian untuk tangkai daun sedikit
pendekmemiliki ukuran berkisar antara 3-10 cm yang terbenam didalam tanah,
mempunyai panjang berkisar 2-4 cm yang memiliki warna putih. Jumlah daun
pada kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan yang saling berhadapan.
Adapun untuk rimpangnya memiliki ukuran yang pendek berbentuk seperti jari
yang tumpul dengan warna coklat lalu pada bagian kulit rimpang kemcur
memiliki warna coklat yang mengkilat (Lasro, 2018).
Dengan bau khas yang dikeluarkan oleh rimpang kencur. Kemudian pada
bagian dalam kencur memiliki warna putih dengan tekstur seperti daging yang
tidak berserat (Soleh & Megantara, 2019). Pada morfologi kencur memiliki
batang berbentuk basal yang memiliki ukuran kurang lebih 20 cm yang tumbuh
dalam rumpun. Kemudian kencur memiliki daun berwarna hijau berbentuk
tunggal yang pinggir. Daunnya berwarna merah kecoklatan. Bentuk dari daun
kencur menjorong ada yang menjorong lebar dan ada juga yang berbentuk
bundar, untuk ukurannya daun kencur memiliki panjang 7-15 cm, lebar 2-8 cm,
dengan ujung daun runcing pangkai berkeluk dan tepi daun rata. Untuk
permukaan daun bagian atas tidak mempunyai bulu tetapi pada bagian bawah
memiliki bulu yang halus. Kemudian untuk tangkai daun sedikit pendek
memiliki ukuran berkisar antara 3-10 cm yang terbenam didalam tanah,
mempunyai panjang berkisar 2-4 cm yang memiliki warna putih. Jumlah daun
pada kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan yang saling
berhadapan (Haryudin & Rostiana, 2020).
Kencur mempunyai Bunga yang tunggak yang berbentuk seperti terompet
dengan panjang bunga 3-5 cm. Kencur mempunyai benang sari berwarna kuning
yang memiliki panjang 4 mm, untuk putik kencur memiliki warna putih agak
keunguan. Kemudian untuk bunganya tersusun setengah duduk dengan jumlah
mahkota bunga 4-12 buah dengan warna yang dominan yaitu warna putih.
Kencur memiliki perbedaan dengan famili yang lainnya pada bagian daun yang
menjalar dipermukaan tanah, dengan batang kencur yang pendek dan serabut
akar yang memiliki warna coklat agak kekuningan. Adapun untuk rimpangnya
memiliki ukuran yang pendek berbentuk seperti jari yang tumpul dengan
warna coklat lalu pada bagian kulit rimpang kemcur memiliki warna coklat
yang mengkilat, dengan bau khas yang dikeluarkan oleh rimpang kencur.
Kemudian pada bagian dalam kencur memiliki warna putih dengan tekstur seperti
daging yang tidak berserat (Haryudin & Rostiana, 2020).
Untuk pemerian simplisia rimpang kencur menurut Farmakope Herbal
Indonesia edisi II (2017) berupa irisan rimpang, pipih, bentuk hampir bulat
sampai jorong atau tidak beraturan, bagian tepi berombak dan berkeriput, kasar,
bagian tengah tampak pembatas yang tegas antara korteks dan stele, korteks
sempit, berserat halus; warna cokelat hingga cokelat kemerahan, bagian
tengah berwarna putih sampai putih kecokelatan, bau khas dan rasa pedas.
2.1.3 Kandungan Kimia
Komponen utama yang terkandung dalam Kaempferia galanga antara
lain ethyl-p-methoxycinnamate (31.77%), methylcinnamate (23.23%), carvone
(11.13%), eucalyptol (9.59%) dan pentadecane (6.41%), ethyl cinnamate
(23,2%), 1,8-cineole (11,5%), transcinnamaldehyde (5,3%), dan borneol (5,2%)
(Chao et al., 2014). Ekstrak kencur dilaporkan memiliki efek antinflamasi,
analgetik, antidiare, antibakteri, sedatif, sitotoksik, insektisidal, antihelmint, dan
antioksidan.
Secara etnobotani Kaempferia galanga digunakan sebagai obat
ekspektorat, karminatif, obat batuk, rematik, dan anti kanker, kolera,
vasorelaksasi, anti mikroba, antioksidan, anti alergi penyembuhan luka. Dan pada
bioaktivitasnya membuktikan aktivitas K. galanga sebagai anti kanker, anti
oksidan, anti inflamasi, analgesik dan anti bakteri (Marina S, 2019).
Rajendra et al., (2021) menyatakan bahwa rizoma Kaempferia galanga
yang diekstak dengan menggunakan petroleum mengandung sterols, triterpenoids
dan resins: sedangkan jika diekstrak dengan menggunakan kloroform akan
diperoleh, sterols, triterpenoids, flavanoids dan resins. Sedangkan jika diekstrak
dengan menggunakan metanol akan diperoleh steroids, triterpenoids,
alkaloids, flavanoids, carbohydrates, resins dan protein. Dan jika diekstrak
menggunakan air akan diperoleh saponins, carbohydrates dan protein.
Rimpang Kencur mengandung 1,0-2,50% minyak atsiri yang terdiri dari
sineol, asam metil kanil dan penta dekaan, asam sinamat, etil ester, borneol,
kamphene, paraeumarin, asam anisat dan alkaloid. Selain itu juga terdapat
sinnamal, aldehide, asam motil p-kumarik, asam annamat, etil asetat dan
pentadekan. Diantara kandungan kimia ini, etil p-metoksisinamat merupakan
komponen utama dari Kencur. Tanaman Kencur mempunyai kandungan kimia
antara lain minyak atsiri 2,4-2,9% yang terjadi atas etil parametoksi sinamat
(30%). Kamfer, borneol, sineol, penta dekaan. Adanya kandungan etil para
metoksi sinamat dalam kencur yang merupakan senyawa turunan sinamat
(Primawati & Jannah, 2019).
2.2 Ektraksi dan Ekstrak
Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap dikonsumsi
langsung, dapat dipertimbangkan 3 konsep untuk menyusun parameter standar
umum (Depkes RI, 2018):
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak yaitu faktor biologi
dari bahan asal tumbuhan obat dan faktor kandungan kimia bahan obat tersebut.
Standardisasi ekstrak terdiri dari parameter standar spesifik dan parameter
standar non spesifik (Depkes RI, 2018).
Standardisasi secara normatif ditujukan untuk memberikan efikasi yang
terukur secara farmakologis dan menjamin keamanan konsumen. Standardisasi
obat herbal meliputi dua aspek:
1. Aspek parameter spesifik: berfokus pada senyawa atau golongan
senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas farmakologis. Analisis
kimia yang dilibatkan ditujukan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif
terhadap senyawa aktif.
2. Aspek parameter non spesifik: berfokus pada aspek kimia, mikrobiologi
dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan stabilitas
misal kadar logam berat, aflatoksin, kadar air dan lain-lain (Saifudin et al.,
2021).
2.3.1 Parameter Spesifik Ekstrak
Penentuan parameter spesifik adalah aspek kandungan kimia kualitatif dan
aspek kuantitatif kadar senyawa kimia yang bertanggung jawab langsung
terhadap aktivitas farmakologis tertentu. Parameter spesifik ekstrak meliputi:
a. Identitas (parameter identitas esktrak) meliputi: deskripsi tata nama, nama
ekstrak (generik, dagang, paten), nama lain tumbuhan (sistematika
botani), bagian tumbuhan yang digunakan (rimpang, daun, dsb) dan nama
Indonesia tumbuhan.
b. Organoleptis: parameter organoleptik ekstrak meliputi penggunaan panca
indera mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa guna pengenalan awal
yang sederhana se-objektif mungkin.
PROSEDUR KERJA
3.1 Susut Pengeringan
Prinsip: Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105oC
selama 30 menit atau sampai berat konstan yang dianyatakan dalam
persen.
Prosedur: Tara botol timbang + tutup. Kemudian panasakan botol timbang + tutup
pada suhu 105oC selama 30 menit. Timbang ekstrak 2 g dalam botol timbang
dan ratakan. Dinginkan ekstrak dan botol timbang dalam eksikator hingga
suhu kamar. Dimasukkan dalam ruang pengering, dan keringkan pada suhu
o
105 C dengan tutup terbuka hingga bobot tetap
Prinsip: Massa per satuan volume pada suhu kamar tertentu (25oC) yang
ditentukan dengan alat khusus piknometer atau lainnya.
Prosedur: Hitung berat jenis air pada suhu 25oC dengan menggunkan
piknometer. Atur suhu ekstrak cair + 20oC dan masukkan kedalam
piknometer. Atur suhu piknometer yang telah berisi ekstrak hingga
suhu 25oC buang kelebihan ekstrak cair dan timbang. Kurangkan
bobot piknometer kosong dari beratt piknometer yang telah diisi.
Berat jenis ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh dengan membagi
bobot ekstrak dengan bobot air dalam piknometer pada suhu 25oC
Diatur suhu piknometer yang telah berisi ekstrak hingga suhu 250C
buang kelebihan ekstrak cair dan timbang.
Berat jenis ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh dengan membagi
bobot ekstrak dengan bobot air dalam piknometer pada suhu 250C.
3.3 Kadar Air
Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca. Dihitung
kadar air dalam %.
3.4 Kadar Abu
Prinsip: Bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan
turunannya terdestruksi dan menguap. Sehingga tinggal unsur mineral
dan anorganik.
Prosedur:
a. Penetapan kadar abu total
Lebih kurang 3 gram ekstrak yang telah digerus dan ditimbang seksama,
dimasukkan ke dalam krus yang telah dipijarkan dan ditara, kemudian
diratakan. Dipijar perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan dan
ditimbang. Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas,
disaring melalui kertas saring bebas abu. Sisa kertas saring dipijarkan dalam
krus yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijar hingga
bobot tetap, kemudian ditimbang. Dihitung kadar terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara.
b. Penetapan Kadar Abu tidak larut asam Abu yang diperoleh pada penetapan
kadar abu, dididihkan dengan 25 ml asam sulfat encer selama 5 menit, bagian
yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui krus kaca masir
atau kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas, dipijarkan hingga bobot
tetap, ditimbang. Dihitung kadar abu yang tidak larut asam terhadap bahan
yang telah dikeringkan diudara.
Lebih kurang 3 gram ekstrak yang telah digerus dan ditimbang
seksama.
Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas,
disaring melalui kertas saring bebas abu.
Setelah itu suhu filtrat diatur dan kandungan etanol ditetapkan dari bobot
jenis. Lakukan pekerjaan dengan hati-hati untuk mengurangi kehilangan
etanol karena penguapan.
Atur suhu destilat hingga sama dengan suhu pada waktu pemipetan
Destilat jernih atau keruh lemah dan hanya mengandung lebih dari
sesepora sisa zat mudah menguap lainnya.
Tetapkan bobot jenis cairan pada suhu 25oC seperti yang tertera
pada Penetapan Bobot Jenis
Ekstrak yang diperoleh dengan pelarut etanol berkadar tinggi dan tidak
mengandung senyaawa nitrogen non polar dapat dicoba menggunakan metode
kromatografi lapis tipis atau kromatografi gas secara langsung tanpa
pembersihan
Prosedur: Larutan baku. Pipet 2 mL larutan baku timbal (20µg Pb) ke dalam
tabung pembanding warna 50 mL dan encerkan dengan air hingga 25
mL. Atur pH antara 3.0 dan 4.0 dengan asam asetat 1 N atau amonium
hidroksida 6 N menggunakan indikator kertas pH, encerkan air hingga
40 mL, kocok. Larutan uji. Gunakan sejumlah za uji, dalam g, yang
dihitung dengan rumus:
L adalah batas logam berat dalam persen. Masukkan sejumlah zat yang telah
ditimbang ke dalam krus yang membasahi, dan pijarkan dengan hati-hati pada suhu
rendah hingga mengarang. Selama pemijaran krus tidak boleh tertutup rapat. Pada
bagian yang telah mengarang tambahkan 2 mL asan nitrat P dan 5 tetes asam sulfat
P, panaskan hati-hati hingga asap putih tidak terbentuk lagi. Pijarkan, lebih baik
dalam tanur, pada suhu 500oC hingga 600oC sampai arang habis terbakar.
Dinginkan, tambahkan 4 mL asam klorida 6N, tutup, digesti diatas tangas penguap
selama 15 menit, buka dan uapkan perlahan diatas tangas uap hingga kering.
Basahkan sisa dengan 1 tetes asam klorida P, tambah 10 mL air panas dan digesti
selama 2 menit. Tambahkan amonium hidroksida 6N tetes demi tetes, hingga
larutan menjadi basa.
Encerkan dengan air hingga 25 mL dan atur pH antara 3.0 – 4.0 dengan asam asetat
1N. Saring jika perlu, bilas krus dan penyaring dengan 10 mL air. Kumpulkan
filtrat dan air cucian dalam tabung pembanding warna 50 mL, encerkan dengan air
hingga 40 mL dan campur. Kedalam tiap tabung yang masing-masing berisi larutan
baku dan larutan uji, tambahkan 10 mL hidrogen sulfida LP yang dibuat segar,
campur, diamkan selama 5 menit dan amati permukaan dari atas pada dasar putih;
warna yang terjadi pada larutan uji tidak lebih gelap dari larutan baku.
a. Larutan baku
Atur pH antara 3.0 dan 4.0 dengan asam asetat 1 N atau amonium
hidroksida 6 N menggunakan indikator kertas pH, encerkan air hingga
40 mL, kocok
b. Larutan uji
Pijarkan, lebih baik dalam tanur, pada suhu 500oC hingga 600oC
sampai arang habis terbakar
Encerkan dengan air hingga 25 mL dan atur pH antara 3.0 – 4.0 dengan
asam asetat 1N.
Warna yang terjadi pada larutan uji tidak lebih gelap dari larutan baku.
3.8 Cemaran Mikroba
Pada satu cawan hanya diisi 1 mL pengencer dan media agar dan pada
cawan lain diisi dengan pengencer dan media.
Badan POM RI. 2010. Acuan Sediaan Herbal, Vol. 5, Edisi I, Direktorat Obat
Asli Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia. Jakarta: Halaman 30-31.
Chao, X., Liang, Y., Shi, W. P., Liu, Q. Z., Zhou, L., Liu, X. I. N. C., Liang, Y.
A. N., Shi, W. P., Liu, Q. I. Z. H. I., & Zhou, L. (2014). Repellent and
Insecticidal Effects of the Essential Oil of.pdf.
Saifuddin,A ,et al. 2021. Standarisasi Bahan Obat Alam. Jogjakarta: Graha Ilmu
Sri Nopita Primawati, Husnul Jannah. 2019. Pengaruh Metode Ekstraksi Kencur
(Kaempferia galanga L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus.
Bioscientist: Jurnal Ilmiah Biologi Vol 7, No. 2;2019: Halaman 177-180.
Hakim, A. R., & Saputri, R. (2020). Narrative Review: Optimasi Etanol sebagai
Pelarut Senyawa Flavonoid dan Fenolik. Jurnal Surya Medika, 6(1), 177–
180. https://doi.org/10.33084/jsm.v6i1.1641
Kimia, J. T., Malang, P. N., Soekarno, J., & No, H. (2020). Optimasi Pemurnian
Etanol Dengan Distilasi Ekstraktif Menggunakan Chemcad. Distilat: Jurnal
Teknologi Separasi, 6(1), 1–7. https://doi.org/10.33795/distilat.v6i1.53
Rajendra, C. E., Magadum, G. S., Nadaf, M. A., Yashoda, S. V., & Manjula, M.
(2021). Phytochemical screening of the rhizome of Kaempferia galanga.
International Journal of Pharmacognosy and Phytochemical Research,
3(3), 61–63.
Tajudin, T., Agustin, I. A., Nurwahidah, A. T., Aji, A. P., & Rochmah, N. N.
(2022). Formulasi Hard Candy Lozenges Ekstrak Kencur ( Kaempferia
Galanga L .) Dan Ekstrak Bunga Chamomile ( Matrica Chamomilla L .)
Dengan Pemanis Sukrosa Dan Glukosa. Pharmacy UMUS, 4(01), 1–7.