Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

IMPLEMENTASI NILAI – NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN

SEHARI – HARI

Dosen Pengampu :
. Dr. Lisnawati Rusmin S.pd.,M.,Sec

Oleh :
Diaz Purnama Putra
(F1A222057)

PRODI S1 STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesehatan, kekuatan serta, kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul ‘implementasi nilai – nilai pancasila dalam kehidupan
sehari – hari‘ tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas akhir dari Bu.
Dr. Lisnawati Rusmin S.pd.,M.,Sec pada bidang studi Pancasila di Universitas Halu
Oleo. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bu. Dr. Lisnawati
Rusmin S.Pd.,M.sec selaku dosen mata kuliah Pancasila karena tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang dipejari
penulis. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Kendari, Desember 2022

Diaz Purnama Putra


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................5
1. 3 Manfaat...............................................................................................................5
1.4 Tujuan..................................................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................................7
2.1 Kajian Pancasila...................................................................................................7
2.2 Kajian Tentang Nilai-Nilai Pancasila................................................................10
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................18
3.1 Pengertian nilai – nilai Pancasila.......................................................................18
3.2 Peranan penting nilai – nilai Pancasila..............................................................19
3.3 Implementasi nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan sehari – hari.................19
PENUTUP IV.............................................................................................................22
4.1 Kesimpulan........................................................................................................22
4.2 Saran..................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................23
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


2.1 Indonesia terdiri dari berbagai macam pulau yang terbentang dari sabang
sampai merauke.
3.1 Terbagi menjadi berbagai macam suku,ras dan agama. Untuk menyatukan
berbagai macam
4.1 kebergaman yang ada di Indoensia ini maka diperlukannya sikap
persatuan, sikap saling
5.1 memiliki, serta sikap saling menghormati. Gotong royong merupakan
sebuah perwujudan
6.1 dari sikap persatuan. Serta merupakan suatu perwujudan dari semangat
kebersamaan antar
7.1 masyarakat dalam hal saling membantu atau tolong-menolong.Untuk membangun
Indonesia
8.1 menjadi negara yang maju maka diperlukanlah sebuah sikap gotong royong. Salah
satu ciri
9.1 dari masyarakat indonesia adalah Gotong royong.
10.1 Manusia pada dasarnya merupakan mahluk sosial yang tidak dapat
hidup sendiri. Selama
11.1 hidupnya manusia akan selalu membutuhkan peran manusia lain.
Contohnya seperti
12.1 membantu orang yang sedang kesusahan. Sejak dari sekolah dasar
kita sudah diajarkan
13.1 mengenai gotong royong. Kita sudah ditanamkan mengenai arti
saling tolong menolong
14.1 bahkan kemerdekan bangsa Indonesia pun didapat dari sikap gotong
royong,kebersamaan,
15.1 dan bahu membahu. Maka dari itu, sikap gotong royong masyarakat Indonesia
sudah sangat
16.1 mendarah daging.
17.1 Dunia pendidikan menjadi dasar pembentukan konsep manusia mengenali
lingkungan dan
18.1 pendidikan lingkungan di sekolah menjadi tempat mengenal konsep
lingkungan secara formal
19.1 dan ilmiah.. Konsep lingkungan harus mulai diperkenalkan pada dunia
pendidikan sebagai
20.1 bekal generasi selanjutnya saat membangun lingkungan sekitar.
Manusia mulai belajar
21.1 menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap dunia sekitar baik pada
sesama manusia
22.1 maupun dengan alam ketika belajar tentang lingkungan (Nisa & Siswono,
n.d.).
23.1 Kegiatan gotong royong masih akan bisa terus bertahan jika pendidikan
lingkungan yang
24.1 diterapkan didalam sekolah. Pendidikan lingkungan sangat
berpengaruh bagi generasi
25.1 selanjutnya untuk menumbuhkan sikap kecintaannya terhadap
lingkungan sekitar. Dalam
26.1 mempelajari soal lingkungan tidak selalu hanya anak anak IPA saja yang
harus mempelajari
27.1 tentang lingkungan. Tetapi, seluruh siswa wajib mempelajari tentang
lingkungan. Karena
28.1 menjaga lingkungan adalah tugas seluruh umat manusia yang ada di bumi ini.
29.1 Upaya menanamkan kebiasaan menganalisis berbagai persoalan
lingkungan,selain
30.1 dibutuhkan strategi pembelajaran yang sesuai, juga suatu pendekatan
pembelajaran yang
31.1 dapat memberikan pengalaman nyata pada siswa, agar apa yang dipelajari
relevan dengan
32.1 masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.Oleh karena itu
pendekatan
33.1 pembelajaran di luar kelas atau dikenal dengan outdoor merupakan
pendekatan pembelajaran
34.1 yang dianggap tepat untuk tujuan tersebut.(Marthinu & Nadiroh, 2017
35.1 Indonesia terdiri dari berbagai macam pulau yang terbentang dari sabang
sampai merauke.
36.1 Terbagi menjadi berbagai macam suku,ras dan agama. Untuk menyatukan
berbagai macam
37.1 kebergaman yang ada di Indoensia ini maka diperlukannya sikap
persatuan, sikap saling
38.1 memiliki, serta sikap saling menghormati. Gotong royong merupakan
sebuah perwujudan
39.1 dari sikap persatuan. Serta merupakan suatu perwujudan dari semangat
kebersamaan antar
40.1 masyarakat dalam hal saling membantu atau tolong-menolong.Untuk
membangun Indonesia
41.1 menjadi negara yang maju maka diperlukanlah sebuah sikap gotong royong.
Salah satu ciri
42.1 dari masyarakat indonesia adalah Gotong royong.
43.1 Manusia pada dasarnya merupakan mahluk sosial yang tidak dapat
hidup sendiri. Selama
44.1 hidupnya manusia akan selalu membutuhkan peran manusia lain.
Contohnya seperti
45.1 membantu orang yang sedang kesusahan. Sejak dari sekolah dasar
kita sudah diajarkan
46.1 mengenai gotong royong. Kita sudah ditanamkan mengenai arti
saling tolong menolong
47.1 bahkan kemerdekan bangsa Indonesia pun didapat dari sikap gotong
royong,kebersamaan,
48.1 dan bahu membahu. Maka dari itu, sikap gotong royong masyarakat Indonesia
sudah sangat
49.1 mendarah daging.
50.1 Dunia pendidikan menjadi dasar pembentukan konsep manusia mengenali
lingkungan dan
51.1 pendidikan lingkungan di sekolah menjadi tempat mengenal konsep
lingkungan secara formal
52.1 dan ilmiah.. Konsep lingkungan harus mulai diperkenalkan pada dunia
pendidikan sebagai
53.1 bekal generasi selanjutnya saat membangun lingkungan sekitar.
Manusia mulai belajar
54.1 menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap dunia sekitar baik pada
sesama manusia
55.1 maupun dengan alam ketika belajar tentang lingkungan (Nisa & Siswono,
n.d.).
56.1 Kegiatan gotong royong masih akan bisa terus bertahan jika pendidikan
lingkungan yang
57.1 diterapkan didalam sekolah. Pendidikan lingkungan sangat
berpengaruh bagi generasi
58.1 selanjutnya untuk menumbuhkan sikap kecintaannya terhadap
lingkungan sekitar. Dalam
59.1 mempelajari soal lingkungan tidak selalu hanya anak anak IPA saja yang
harus mempelajari
60.1 tentang lingkungan. Tetapi, seluruh siswa wajib mempelajari tentang
lingkungan. Karena
61.1 menjaga lingkungan adalah tugas seluruh umat manusia yang ada di bumi ini.
62.1 Upaya menanamkan kebiasaan menganalisis berbagai persoalan
lingkungan,selain
63.1 dibutuhkan strategi pembelajaran yang sesuai, juga suatu pendekatan
pembelajaran yang
64.1 dapat memberikan pengalaman nyata pada siswa, agar apa yang dipelajari
relevan dengan
65.1 masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.Oleh karena itu
pendekatan
66.1 pembelajaran di luar kelas atau dikenal dengan outdoor merupakan
pendekatan pembelajaran
67.1 yang dianggap tepat untuk tujuan tersebut.(Marthinu & Nadiroh, 2017
68.1 Indonesia terdiri dari berbagai macam pulau yang terbentang dari sabang
sampai merauke.
69.1 Terbagi menjadi berbagai macam suku,ras dan agama. Untuk menyatukan
berbagai macam
70.1 kebergaman yang ada di Indoensia ini maka diperlukannya sikap
persatuan, sikap saling
71.1 memiliki, serta sikap saling menghormati. Gotong royong merupakan
sebuah perwujudan
72.1 dari sikap persatuan. Serta merupakan suatu perwujudan dari semangat
kebersamaan antar
73.1 masyarakat dalam hal saling membantu atau tolong-menolong.Untuk
membangun Indonesia
74.1 menjadi negara yang maju maka diperlukanlah sebuah sikap gotong royong.
Salah satu ciri
75.1 dari masyarakat indonesia adalah Gotong royong.
76.1 Manusia pada dasarnya merupakan mahluk sosial yang tidak dapat
hidup sendiri. Selama
77.1 hidupnya manusia akan selalu membutuhkan peran manusia lain.
Contohnya seperti
78.1 membantu orang yang sedang kesusahan. Sejak dari sekolah dasar
kita sudah diajarkan
79.1 mengenai gotong royong. Kita sudah ditanamkan mengenai arti
saling tolong menolong
80.1 bahkan kemerdekan bangsa Indonesia pun didapat dari sikap gotong
royong,kebersamaan,
81.1 dan bahu membahu. Maka dari itu, sikap gotong royong masyarakat Indonesia
sudah sangat
82.1 mendarah daging.
83.1 Dunia pendidikan menjadi dasar pembentukan konsep manusia mengenali
lingkungan dan
84.1 pendidikan lingkungan di sekolah menjadi tempat mengenal konsep
lingkungan secara formal
85.1 dan ilmiah.. Konsep lingkungan harus mulai diperkenalkan pada dunia
pendidikan sebagai
86.1 bekal generasi selanjutnya saat membangun lingkungan sekitar.
Manusia mulai belajar
87.1 menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap dunia sekitar baik pada
sesama manusia
88.1 maupun dengan alam ketika belajar tentang lingkungan (Nisa & Siswono,
n.d.).
89.1 Kegiatan gotong royong masih akan bisa terus bertahan jika pendidikan
lingkungan yang
90.1 diterapkan didalam sekolah. Pendidikan lingkungan sangat
berpengaruh bagi generasi
91.1 selanjutnya untuk menumbuhkan sikap kecintaannya terhadap
lingkungan sekitar. Dalam
92.1 mempelajari soal lingkungan tidak selalu hanya anak anak IPA saja yang
harus mempelajari
93.1 tentang lingkungan. Tetapi, seluruh siswa wajib mempelajari tentang
lingkungan. Karena
94.1 menjaga lingkungan adalah tugas seluruh umat manusia yang ada di bumi ini.
95.1 Upaya menanamkan kebiasaan menganalisis berbagai persoalan
lingkungan,selain
96.1 dibutuhkan strategi pembelajaran yang sesuai, juga suatu pendekatan
pembelajaran yang
97.1 dapat memberikan pengalaman nyata pada siswa, agar apa yang dipelajari
relevan dengan
98.1 masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.Oleh karena itu
pendekatan
99.1 pembelajaran di luar kelas atau dikenal dengan outdoor merupakan
pendekatan pembelajaran
100.1 yang dianggap tepat untuk tujuan tersebut.(Marthinu & Nadiroh, 2017
101.1 Indonesia terdiri dari berbagai macam pulau yang terbentang dari sabang
sampai merauke.
102.1 Terbagi menjadi berbagai macam suku,ras dan agama. Untuk menyatukan
berbagai macam
103.1 kebergaman yang ada di Indoensia ini maka diperlukannya sikap
persatuan, sikap saling
104.1 memiliki, serta sikap saling menghormati. Gotong royong merupakan
sebuah perwujudan
105.1 dari sikap persatuan. Serta merupakan suatu perwujudan dari semangat
kebersamaan antar
106.1 masyarakat dalam hal saling membantu atau tolong-menolong.Untuk
membangun Indonesia
107.1 menjadi negara yang maju maka diperlukanlah sebuah sikap gotong royong.
Salah satu ciri
108.1 dari masyarakat indonesia adalah Gotong royong.
109.1 Manusia pada dasarnya merupakan mahluk sosial yang tidak dapat
hidup sendiri. Selama
110.1 hidupnya manusia akan selalu membutuhkan peran manusia lain.
Contohnya seperti
111.1 membantu orang yang sedang kesusahan. Sejak dari sekolah dasar
kita sudah diajarkan
112.1 mengenai gotong royong. Kita sudah ditanamkan mengenai arti
saling tolong menolong
113.1 bahkan kemerdekan bangsa Indonesia pun didapat dari sikap gotong
royong,kebersamaan,
114.1 dan bahu membahu. Maka dari itu, sikap gotong royong masyarakat Indonesia
sudah sangat
115.1 mendarah daging.
116.1 Dunia pendidikan menjadi dasar pembentukan konsep manusia mengenali
lingkungan dan
117.1 pendidikan lingkungan di sekolah menjadi tempat mengenal konsep
lingkungan secara formal
118.1 dan ilmiah.. Konsep lingkungan harus mulai diperkenalkan pada dunia
pendidikan sebagai
119.1 bekal generasi selanjutnya saat membangun lingkungan sekitar.
Manusia mulai belajar
120.1 menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap dunia sekitar baik pada
sesama manusia
121.1 maupun dengan alam ketika belajar tentang lingkungan (Nisa & Siswono,
n.d.).
122.1 Kegiatan gotong royong masih akan bisa terus bertahan jika pendidikan
lingkungan yang
123.1 diterapkan didalam sekolah. Pendidikan lingkungan sangat
berpengaruh bagi generasi
124.1 selanjutnya untuk menumbuhkan sikap kecintaannya terhadap
lingkungan sekitar. Dalam
125.1 mempelajari soal lingkungan tidak selalu hanya anak anak IPA saja yang
harus mempelajari
126.1 tentang lingkungan. Tetapi, seluruh siswa wajib mempelajari tentang
lingkungan. Karena
127.1 menjaga lingkungan adalah tugas seluruh umat manusia yang ada di bumi ini.
128.1 Upaya menanamkan kebiasaan menganalisis berbagai persoalan
lingkungan,selain
129.1 dibutuhkan strategi pembelajaran yang sesuai, juga suatu pendekatan
pembelajaran yang
130.1 dapat memberikan pengalaman nyata pada siswa, agar apa yang dipelajari
relevan dengan
131.1 masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.Oleh karena itu
pendekatan
132.1 pembelajaran di luar kelas atau dikenal dengan outdoor merupakan
pendekatan pembelajaran
133.1 yang dianggap tepat untuk tujuan tersebut.(Marthinu & Nadiroh, 2017
134.1 Indonesia terdiri dari berbagai macam pulau yang terbentang dari sabang
sampai merauke.
135.1 Terbagi menjadi berbagai macam suku,ras dan agama. Untuk menyatukan
berbagai macam
136.1 kebergaman yang ada di Indoensia ini maka diperlukannya sikap
persatuan, sikap saling
137.1 memiliki, serta sikap saling menghormati. Gotong royong merupakan
sebuah perwujudan
138.1 dari sikap persatuan. Serta merupakan suatu perwujudan dari semangat
kebersamaan antar
139.1 masyarakat dalam hal saling membantu atau tolong-menolong.Untuk
membangun Indonesia
140.1 menjadi negara yang maju maka diperlukanlah sebuah sikap gotong royong.
Salah satu ciri
141.1 dari masyarakat indonesia adalah Gotong royong.
142.1 Manusia pada dasarnya merupakan mahluk sosial yang tidak dapat
hidup sendiri. Selama
143.1 hidupnya manusia akan selalu membutuhkan peran manusia lain.
Contohnya seperti
144.1 membantu orang yang sedang kesusahan. Sejak dari sekolah dasar
kita sudah diajarkan
145.1 mengenai gotong royong. Kita sudah ditanamkan mengenai arti
saling tolong menolong
146.1 bahkan kemerdekan bangsa Indonesia pun didapat dari sikap gotong
royong,kebersamaan,
147.1 dan bahu membahu. Maka dari itu, sikap gotong royong masyarakat Indonesia
sudah sangat
148.1 mendarah daging.
149.1 Dunia pendidikan menjadi dasar pembentukan konsep manusia mengenali
lingkungan dan
150.1 pendidikan lingkungan di sekolah menjadi tempat mengenal konsep
lingkungan secara formal
151.1 dan ilmiah.. Konsep lingkungan harus mulai diperkenalkan pada dunia
pendidikan sebagai
152.1 bekal generasi selanjutnya saat membangun lingkungan sekitar.
Manusia mulai belajar
153.1 menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap dunia sekitar baik pada
sesama manusia
154.1 maupun dengan alam ketika belajar tentang lingkungan (Nisa & Siswono,
n.d.).
155.1 Kegiatan gotong royong masih akan bisa terus bertahan jika pendidikan
lingkungan yang
156.1 diterapkan didalam sekolah. Pendidikan lingkungan sangat
berpengaruh bagi generasi
157.1 selanjutnya untuk menumbuhkan sikap kecintaannya terhadap
lingkungan sekitar. Dalam
158.1 mempelajari soal lingkungan tidak selalu hanya anak anak IPA saja yang
harus mempelajari
159.1 tentang lingkungan. Tetapi, seluruh siswa wajib mempelajari tentang
lingkungan. Karena
160.1 menjaga lingkungan adalah tugas seluruh umat manusia yang ada di bumi ini.
161.1 Upaya menanamkan kebiasaan menganalisis berbagai persoalan
lingkungan,selain
162.1 dibutuhkan strategi pembelajaran yang sesuai, juga suatu pendekatan
pembelajaran yang
163.1 dapat memberikan pengalaman nyata pada siswa, agar apa yang dipelajari
relevan dengan
164.1 masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.Oleh karena itu
pendekatan
165.1 pembelajaran di luar kelas atau dikenal dengan outdoor merupakan
pendekatan pembelajaran
166.1 yang dianggap tepat untuk tujuan tersebut.(Marthinu & Nadiroh, 2017
167.1 ndonesia terdiri dari berbagai macam pulau yang terbentang dari sabang
sampai merauke.
168.1 Terbagi menjadi berbagai macam suku,ras dan agama. Untuk menyatukan
berbagai macam
169.1 kebergaman yang ada di Indoensia ini maka diperlukannya sikap
persatuan, sikap saling
170.1 memiliki, serta sikap saling menghormati. Gotong royong merupakan
sebuah perwujudan
171.1 dari sikap persatuan. Serta merupakan suatu perwujudan dari semangat
kebersamaan antar
172.1 masyarakat dalam hal saling membantu atau tolong-menolong.Untuk
membangun Indonesia
173.1 menjadi negara yang maju maka diperlukanlah sebuah sikap gotong royong.
Salah satu ciri
174.1 dari masyarakat indonesia adalah Gotong royong
175.1 ndonesia terdiri dari berbagai macam pulau yang terbentang dari sabang
sampai merauke.
176.1 Terbagi menjadi berbagai macam suku,ras dan agama. Untuk menyatukan
berbagai macam
177.1 kebergaman yang ada di Indoensia ini maka diperlukannya sikap
persatuan, sikap saling
178.1 memiliki, serta sikap saling menghormati. Gotong royong merupakan
sebuah perwujudan
179.1 dari sikap persatuan. Serta merupakan suatu perwujudan dari semangat
kebersamaan antar
180.1 masyarakat dalam hal saling membantu atau tolong-menolong.Untuk
membangun Indonesia
181.1 menjadi negara yang maju maka diperlukanlah sebuah sikap gotong royong.
Salah satu ciri
182.1 dari masyarakat indonesia adalah Gotong royong
183.1 ndonesia terdiri dari berbagai macam pulau yang terbentang dari sabang
sampai merauke.
184.1 Terbagi menjadi berbagai macam suku,ras dan agama. Untuk menyatukan
berbagai macam
185.1 kebergaman yang ada di Indoensia ini maka diperlukannya sikap
persatuan, sikap saling
186.1 memiliki, serta sikap saling menghormati. Gotong royong merupakan
sebuah perwujudan
187.1 dari sikap persatuan. Serta merupakan suatu perwujudan dari semangat
kebersamaan antar
188.1 masyarakat dalam hal saling membantu atau tolong-menolong.Untuk
membangun Indonesia
189.1 menjadi negara yang maju maka diperlukanlah sebuah sikap gotong royong.
Salah satu ciri
190.1 dari masyarakat indonesia adalah Gotong royong
191.1 ndonesia terdiri dari berbagai macam pulau yang terbentang dari sabang
sampai merauke.
192.1 Terbagi menjadi berbagai macam suku,ras dan agama. Untuk menyatukan
berbagai macam
193.1 kebergaman yang ada di Indoensia ini maka diperlukannya sikap
persatuan, sikap saling
194.1 memiliki, serta sikap saling menghormati. Gotong royong merupakan
sebuah perwujudan
195.1 dari sikap persatuan. Serta merupakan suatu perwujudan dari semangat
kebersamaan antar
196.1 masyarakat dalam hal saling membantu atau tolong-menolong.Untuk
membangun Indonesia
197.1 menjadi negara yang maju maka diperlukanlah sebuah sikap gotong royong.
Salah satu ciri
198.1 dari masyarakat indonesia adalah Gotong royong
199.1 ndonesia terdiri dari berbagai macam pulau yang terbentang dari sabang
sampai merauke.
200.1 Terbagi menjadi berbagai macam suku,ras dan agama. Untuk menyatukan
berbagai macam
201.1 kebergaman yang ada di Indoensia ini maka diperlukannya sikap
persatuan, sikap saling
202.1 memiliki, serta sikap saling menghormati. Gotong royong merupakan
sebuah perwujudan
203.1 dari sikap persatuan. Serta merupakan suatu perwujudan dari semangat
kebersamaan antar
204.1 masyarakat dalam hal saling membantu atau tolong-menolong.Untuk
membangun Indonesia
205.1 menjadi negara yang maju maka diperlukanlah sebuah sikap gotong royong.
Salah satu ciri
206.1 dari masyarakat indonesia adalah Gotong royong
207.1 ndonesia terdiri dari berbagai macam pulau yang terbentang dari sabang
sampai merauke.
208.1 Terbagi menjadi berbagai macam suku,ras dan agama. Untuk menyatukan
berbagai macam
209.1 kebergaman yang ada di Indoensia ini maka diperlukannya sikap
persatuan, sikap saling
210.1 memiliki, serta sikap saling menghormati. Gotong royong merupakan
sebuah perwujudan
211.1 dari sikap persatuan. Serta merupakan suatu perwujudan dari semangat
kebersamaan antar
212.1 masyarakat dalam hal saling membantu atau tolong-menolong.Untuk
membangun Indonesia
213.1 menjadi negara yang maju maka diperlukanlah sebuah sikap gotong royong.
Salah satu ciri
214.1 dari masyarakat indonesia adalah Gotong royong
215.1 ndonesia terdiri dari berbagai macam pulau yang terbentang dari sabang
sampai merauke.
216.1 Terbagi menjadi berbagai macam suku,ras dan agama. Untuk menyatukan
berbagai macam
217.1 kebergaman yang ada di Indoensia ini maka diperlukannya sikap
persatuan, sikap saling
218.1 memiliki, serta sikap saling menghormati. Gotong royong merupakan
sebuah perwujudan
219.1 dari sikap persatuan. Serta merupakan suatu perwujudan dari semangat
kebersamaan antar
220.1 masyarakat dalam hal saling membantu atau tolong-menolong.Untuk
membangun Indonesia
221.1 menjadi negara yang maju maka diperlukanlah sebuah sikap gotong royong.
Salah satu ciri
222.1 dari masyarakat indonesia adalah Gotong royong
223.1 ndonesia terdiri dari berbagai macam pulau yang terbentang dari sabang
sampai merauke.
224.1 Terbagi menjadi berbagai macam suku,ras dan agama. Untuk menyatukan
berbagai macam
225.1 kebergaman yang ada di Indoensia ini maka diperlukannya sikap
persatuan, sikap saling
226.1 memiliki, serta sikap saling menghormati. Gotong royong merupakan
sebuah perwujudan
227.1 dari sikap persatuan. Serta merupakan suatu perwujudan dari semangat
kebersamaan antar
228.1 masyarakat dalam hal saling membantu atau tolong-menolong.Untuk
membangun Indonesia
229.1 menjadi negara yang maju maka diperlukanlah sebuah sikap gotong royong.
Salah satu ciri
230.1 dari masyarakat indonesia adalah Gotong royong

Indonesia terdiri dari berbagai macam pulau yang terbentang dari sabang
sampai merauke. Terbagi menjadi berbagai macam suku,ras dan agama. Untuk
menyatukan berbagai macam kebergaman yang ada di Indoensia ini maka
diperlukannya sikap persatuan, sikap saling memiliki, serta sikap saling
menghormati yang tertuang dalam nilai-nilai Pancasila. Nilai – nilai Pancasila ini
menjadi bentuk nyata dari perjuangan nenek moyang dan juga para pahlawan kita
yang telah gugur untuk menyatukan berbagai macam kemajemukan bangsa
Indonesia.

Secara etimologis, istilah Pancasila berasal dari sansekerta ialah panca berarti
lima, serta syila berarti alas ataupun dasar, jadi pancasila ialah 5 dasar yang harus
dipatuhi dan dilaksanakan. Secara historis, konsep pancasila sebagai dasar negara
tidak terlepas dari komitmen pemerintahan Jepang terhadap kemerdekaan
Indonesia. Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara ibarat seorang nahkoda yang
selalu mengarahkan kapal nya agar menuju ke tujuannay,sama halnya dengan
Pancasila akan mengatur kehidupan warga negaranya agar perilakunya sesuai
dengan norma dan hukum yang berlaku di Indonesia. Karena adanya globalisasi dan
pertukaran budaya,nilai-nilai Pancasila berangsur-angsur menghilang dari kehidupan
masyarakat Indonesia. Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum yang
berlaku di Indonesia. Dengan kata lain ,semua nilai yang terkandung dalam
Pancasila harus ditaati daan diterapkan dalam menjalankan kehidupan
bermsyarakat,berbangsa,dan bernegara.(Sari & Najicha, 2022)
Nilai-nilai Pancasila sangat perlu untuk diimplementasikan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara NKRI agar tetap kokoh. Inilah pentingnya daripada
implementasi nilai-nilai tersebut. Kita sebagai warga negara harus sadar akan hal
tersebut demi tercapainya tujuan bangsa. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa
nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila belum dapat
diimplementasikan secara menyeluruh dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa
dan bernegara, bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian warga negara
tidak sadar akan hal tersebut sehingga berpotensi pada lunturnya penerapan nilai –
nilai Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia. Pentingnya impelementasi dari
nilai-nilai pancasila masih kurang dipahami oleh masyarakat, terutama generasi
kita saat ini yang biasa dikenal dengan generasi milenial. Olehnya itu, generasi
milenial harus memiliki pemahaman mendalam terkait nilai – nilai Pancasila
sebab merekalah penerus bangsa ini dan akan menjadikan Indonesia sebagai
bangsa yang maju

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan nilai – nilai Pancasila !


1. Mengapa nilai – nilai Pancasila memiliki peranan penting dalam menjaga
keutuhan NKRI ?
2. Bagaimanakah contoh penerapan dari nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari – hari ?

1. 3 Manfaat
1. Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan
implementasi nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan sehari – hari warga
NKRI.
2. Makalah ini diharapkan menjadi referensi bagi mereka yang ingin memahami
dasar dari nilai – nilai Pancasila.
3. Makalah ini diharapkan dapat dijadikan dan dikembangkan menjadi skripsi
bagi mahasiswa.

1.4 Tujuan

1. Memaparkan nilai – nilai Pancasila


2. Menjelaskan alasan generasi penerus bangsa harus menerapkan nilai – nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari – hari.
3. Menerapkan nilai – nilai Pancasila sebagai bagian dari upaya menjaga
keutuhan NKRI baik itu lingkungan masyarakat maupun berbangsa dan
bernegara.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pancasila

A. Hakikat Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara mengandung arti bahwa Pancasila
dijadikan landasan dalam penyelenggaraan negara. Pancasila sebagai dasar
negara berarti bahwa, seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintah
harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila dan tidak boleh bertentangan.
Menurut Damanhuri dkk (2016:183) secara etimologis Pancasila berasal dari
bahasa sansekerta yang di artinya Pancasila berarti lima dan sila berarti batu
sendi, alas dan dasar. Pancasila memiliki arti lima dasar, sedangkan sila
sendiri sering diartikan sebagai kesesuaian atau peraturan tingkah laku yang
baik. Hakikat adalah sesuatu hal yang ada pada diri seseorang atau sesuatu hal
yang harus ada dalam diri sendiri. Pancasila bukanlah sesuatu yang asing lagi
bagi warga Indonesia, diterapkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV dan
dijadikan sebagai dasar negara Republik Indonesia yang terdiri dari 5 sila.
Maskipun dalam UUD 1945 tidak secara langsung dijelaskan mengenai
Pancasila, namun Pancasila sudah tertanam sediri dalam jiwa masyarakat
Indonesia bahwa Pancasila merupakan pedoman yang harus ditanamkan
dalam diri. Menurut Suraya (2015:154) Pancasila adalah dasar negara
Indonesia, Pancasila diibaratkan sebagai pondasi, jadi semakin kuat pondasi
tersebut maka akan semakin kokoh suatu negara. Pancasila juga
mencerminkan kepribadian masyarakat Indonesia karena didalamnya terdapat
butir-butir yang apabila diimplementasikan akan mencerminkan kepribadian
bangsa Indonesia. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
hakikat Pancasila adalah sesuatu yang terkandung dalam nilai-nilai yang
terdapat pada sila Pancasila yang harus dijadikan sebab, sehingga dijadikan
sebagai dasar negara. Pancasila menunjukan hakikat atau subtansi Pancasila
yaitu dasar atau kata dasar Tuhan, manusia, rakyat, dan adil. Mendapatkan
awalan serta akhiran ke-an, per-an, ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan. Hakikat atau substansi memiliki sifat abstrak,
umum, universal, mutlak, tetap, tidak berubah, terlepas dari situasi, tempat
dan waktu. Menurut Notonagoro (dalam susanti, 2013:28) hakikat atau
subtansi dibagai menjadi tiga macam yaitu: (a) hakikat abstrak, disebut
hakikat jenis atau hakikat umum yang memiliki unsur-unsur yang sama, tetap
dan tidak berubah. Sifat tetap dan tidak berubah tersebut karena dari sejak
dahulu sampai sekarang diakui oleh umat manusia, (b) hakikat pribadi yaitu
unsuru-unsur yang tetap yang menyebabkan segala sesuatu yang bersangkutan
tetap dalam diri pribadi, dan (c) hakikat konkrit yaitu sesuatu yang secara
nyata dan jelas. Setiap manusia dalam kenyataannya. Hakikat konkrit ini
sebagai pedoman praktis dalam kehidupan berbangsa dan negara Indonesia
yang sesui dengan kenyatan sehari-hari, tempat, keadaan, dan waktu.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar
negara memiliki lima sila. Pancasila sebagai filsafat menunjukan hakikat atau
subtansi yang sifatnya abstrak (ada dalam pikiran manusia sejak dulu), pribadi
(bersangkutan dengan kehidupan pribadi), dan konkret (direalisasikan dalam
kehidupan sehari-hari), umum atau universal, mutlak, tetap, tidak berubah-
ubah, terlepas dari situasi, tempat dan waktu.

B. Pancasila Sebagai Dasar Negara

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat ditemukan dalam


landasan konstitusional yang pernah berlaku di Indonesia. Landasan tersebut
tidak disebutkan istilah Pancasila namun dengan penyebutan sila-sila
Pancasila, dengan demikian dokumen-dokumen tersebut memuat dasar negara
Pancasila. Menurut Imron (2017:12) “Pancasila sebagai dasar negara
mengandung makna bahwa nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai landasan
dasar dalam penyelenggaraan negara”. Pancasila sebagai dasar negara berarti
seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintahan harus mencerminkan
nilai-nilai Pancasila dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Menurut
Sulasmana (2015: 68) Makna atau peran Pancasila sebagai dasar negara
Republik Indonesia adalah dasar berdiri dan tegaknya negara , dasar kegiatan
penyelenggaraan negara, dasar partisipasi warga negara, dasar Pergaulan antar
warga negara, dasar dan sumber hukum nasional. Berdasarkan poin diatas
dapat disimpulkan bahawa Pancasila sebagai tonggak negara Indonesia.
Negara Indonesia didirikan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional
bangsa yang dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945. Cita - cita dan tujuan
nasional bangsa juga tercakup dalam ideologi bangsa Indonesia.

C. Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup,


namun Pancasila dapat bersifat dinamis, reformatif, dan terbuka. Menurut
kamus besar Bahasa Indonesia (2016:322) ideologi berasal dari kata idea yang
berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita, dan logos yang berarti
ilmu. Secara harafiah ideologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang pengertian
dasar atau ide. Ideologi dalam kehidupan sehari-hari dapat diartikan dengan
cita-cita. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap dan
harus dicapai, cita-cita tersebut juga dijadikan sebagai dasar/pandangan hidup.
Makna “Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila menjadi citacita normatif penyelenggaraan
bernegara” (Imron, 2017:13). Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
pada hakikatnya merupakan gambaran bagaimana kehidupan bernegara harus
dijalankan. Pancasila dapat berperan sebagai pemersatu bangsa, menjaga
persatuan dan kesatuan, serta dapat mengarahkan bangsa Indonesia untuk
mencapai tujuan yang dicita-citakan. “Pancasila dapat memberi gambaran
cita-cita dan dapat dijadikan motivasi dan tekad untuk mencapai cita-cita
bangsa Indonesia” (Sulasmono, 2015:13). Ideologi Pancasila juga dapat
memberikan tekad untuk menjaga identitas bangsa. Pancasila dapat dijadikan
gambaran identitas bangsa, sehingga dengan Pancasila masyarakat dapat
mengembangkan karakter dan identitas bangsa Indonesia sendiri. Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai ideologi negara
Indonesia sangat penting dalam menjaga keutuhan bangsa dan dapat
menjadikan ciri khas bangsa Indonesia yang berbeda dengan bangsa lain.
Pancasila memuat gagasan tentang bagaimana cara mengelola kehidupan
bernegara. Rumusan-rumusan dalam Pancasila tidak langsung operasional
maka dari itu harus dilakukan penafsiran ulang terhadap pancasila sesuai
perkembangan zaman, dan didalam Pancasila juga terkandung unsur-unsur
nilai.

2.2 Kajian Tentang Nilai-Nilai Pancasila

A. Pengertian Nilai
Nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada
sutu objek, jadi bukan objek itu sendiri yang dijadikan nilai. Nilai dipakai
manusia sebagai landasan, motivasi, dan pedoman dalam segala perbutan pada
masa hidupnya. Nilai merupakan sesuatu yang dialami sebagai ajakan dari
panggilan untuk kehidupan. Menurut Susanti (2013:71) “nilai dapat
mendorong kita untuk bertindak serta mengarahkan perhatian, menarik kita
kejalur diri sendiri, dan nilai bersera kepada tingkah laku yang
membangkitkan keaktifan”. Menurut Rukiyati (2013:51) “nilai adalah sesuat
yang berharga,baik dan berguna bagi manusia atau suatu penentuan kualitas
yang menyangut jenis dan mianat serta menjadi dasar penentu tingkah laku
manusia”. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa nilai
adalah kualiatas atas penghargaan terhadap sesuatu hal, menarik, berguna,
menguntungkan, dan dapat dipertahankan, sehingga nilai Pancasila nantinya
akan terwujud suatu sistem nilai dalam Pancasila.

B. Sistem Nilai Dalam Pancasila

Pancasila sebagai suatu sistem nilai mengandung serangkaian nilai


yang saling berkaitan satu sama lainnya. Menurut Imron (2017:16) “sistem
nilai adalah konsep atau gagasan yang menyeluruh mengenai apa yang
dipandang baik, berharga, dan penting dalam hidup yang ada dalam pikiran
seseorang atau sebagian masyarakat”. Pancasila sebagai suatu sistem nilai
termasuk ke dalam nilai moral atau nilai kebaikan dan merupakan nilai-nilai
dasar yang bersifat abstrak. “Pancasila sebagai suatu sitem nilai mengandung
serangkain nilai yang saling berkaitan satu sama lain dan tidak terpisahkan.
Sedangkaian nilai yang terdapat dalam Pancasila yaitu nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan” (Rukiyati dkk, 2013:56).
Pancasila sebagai sistem nilai juga mengakui nilai-lainnya secara lengkap dan
harmonis, yaitu nilai kebenaran, estetis, etis, maupun religius. Kualitas nilai-
nilai Pancasila bersifat objektif dan subjektif. Kaelan (2001: 181) mengatakan
bahwa nilai-nilai Pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut:
(a) rumusan dari sila-sila Pancasila itu sebenarnya hakikat maknanya yang
terdalam menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak,
karena pada hakikatnya Pancasila adalah nilai, (b) inti nilai-nilai Pancasila
berlaku tidak terikat oleh ruang, artinya keberlakuannya sejak jaman dahulu,
masa kini, dan juga untuk masa yang akan datang untuk bangsa Indonesia dan
boleh jadi untuk negara lain yang secara eksplisit tampak dalam adat istiadat,
kebudayaan, tata hidup kenegaraan dan tata hidup beragama, (c) Pancasila
yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, menuntut ilmu hukum
memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang fundamental sehingga
merupakan suatu sumber hukum positif di Indonesia. Hukum Indonesia
berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi, maka secara objektif tidak dapat
diubah secara hukum, sehingga terletak pada kelangsungan hidup negara.
Menurut Kaelan (2012: 182) “Pancasila bersifat subjektif, artinya bahwa nilai-
nilai Pancasila itu terletak pada pembawa dan pendukung nilai Pancasila itu
sendiri yaitu, masyarakat, bangsa , dan negara Indonesia terutama pada aspek
moral”. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sendiri, sehingga
bangsa Indonesia sebagai kausa materialis. Nilai-nilai tersebut sebagai hasil
pemikiran, penilaian, dan refleksi filosofis bangsa Indonesia. Apabila
dihadapkan atau disejajarkan dengan ideologi lainnya, maka tampak
perbedaan Pancasila dengan ideologi lainnya. Nilai-nilai Pancasila merupakan
filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia sehingga menjadi jati diri bangsa,
yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan dan
kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai Pancasila
sesungguhnya merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani bangsa
Indonesia, karena bersumber pada kepribadian bangsa serta memiliki makna
yang berbeda.

C. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila

Implementasi nilai-nilai pancasila adalah pelaksanaan atau


pengamalan nilai - nilai yang dilaksanakan dalam suatu kegiatan atau
aktivitas. Pancasila sangat penting untuk diamalakan dalam kehiduan sehari-
hari. Menurut Mughai (2007:15) Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
hidup bermasyaraat, berbangsa, dan bernegara sebagai konsokuensi logis dari
kesadaran kehendak, yang berawal dari dalam diri, sehingga menimbulkan
rasa keimanan, rasa kemanusiaan, rasa berbangsa/kebangsaan, rasa demokrasi,
dan rasa keadilan. Bila disimak lebih lanjut akan terlihat dalam uraian-uraian
sebagai berikut:

1) Rasa Keimanan

Kesadaran kehendak tentang rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha


Esa, bahwa ada sesuatu diluar manusia, yang menciptaan manusia dan segala
isi alam semesta dan sekaligus memelihara dan mengatur ciptaannya. Menurut
Jiptabudi (2010:174) “implementasinya adalah kehidupan beragama bagi
manusia dan masyarakat, pengaruhnya dan pelaksanaannya sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dari ajaran dan kepercayaan agama masing-masing”.
Rasa akan keagamaan atau keimanan menimbulkan kerukunan umat
beragama, toleransi keagamaan di dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Nilai Pancasila yang terkandung dalam sila pertama menurut
Mughai (2007,15) sbb: (a) bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan
ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (b) manusia Indonesia
percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusian yang adil dan
beradap, (c) saling menghormati dan menghargai sesama pemeluk agama dan
yang memeluk kepercayaan, (d) membina kerukunan hidup diantara semua
umat beraga dan kepercayaannya, (e) agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa, (f) saling menghormati dan menghargai
kebebasan menjalankan ibadah, (g) tidak memaksakan suatu agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2) Rasa Kemanusian

Kesadaran akan kehendak tentang kemanusiaan adalah jiwa yang


dirasakan bahwa manusia itu ingin selalu berhubungan. Menurut Susanti
(2013:28) “manusia saling membutuhkan, maka manusia harus
bermasyarakat”. Manusia adalah mahluk yang tertinggi dari ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa, maka manusia memiliki indentitas tersendiri yang disebut
kemanusian (cita, rasa, dan karsa) dan kelebihan ini tidak dimiliki oleh ciptaan
Tuhan yang lainnya. Sesuai dengan hakikat dan martabat manusia, maka
diperlukan ketentuan dan peraturan agar tidak sewenang-wenang. Ketentuan
ini akan menimbulkan hak-hak dan kewajiban asasi manusia, baik sebagai
individu maupun warga negara. Nilai Pancasila yang terkandung dalam sila
kedua menurut Mughai (2007,15) sbb: (a) mengakui dan memperlakukan
manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang
Maha Esa, (b) mengakui persamaan hak asasi setiap manusia, tampa
membedabedakan sesama, (c) mengembangkan sikap saling mencintai sesama
manusia, (d) mengembangkan sikap saling khawatir antar sesama dan saling
menjaga, (e) mengembangkan sikap tidak seenaknya antar sesama, (f)
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian, (g) gemar melakukan kegiatan
kemanusian, (h) berani membela kebenaran dan keadilan, (i) bangsa Indonesia
merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, (j) mengembangkan
sikap hormat menghormati dan berkerja sama dengan bangsa lain.

3) Rasa berbangsa/kebangsaan

Bangsa Indonesia adalah bagian dari bangsa-bangsa lain yang terdapat


di dunia. Tetapi secara sadar bangsa Indonesia mempunyai keunikan
tersendiri yang membedakan dengan yang lainnya. Maka bangsa Indonesia
perlu hidup sejajar dan berdampingan secara damai dengan bangsa-bangsa
lainnya. ”Indonesia memiliki ketentuan dan peraturan sendiri yaitu persatuan
Indonesia, tercermin dalam hak-hak dan kewajiban warga negara” (Rukiyati,
2013:72). Nilai Pancasila yang terkandung dalam sila ketiga menurut Mughai
(2007:15) sbb: (a) mampu menempatkan persatuan, sebagai kepentingan
beragama di atas kepentingan pribadi atau golongan, (b) sanggup dan rela
berkorban untuk kepentingan bangsa indonesia dan bangsa apabila ada
permasalahan, (c) mengembangkan rasa cinta teradap tanah air dan bangsa,
(d) bangsa sebagai masyarakat Indonesia, (e) memelihara ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, (f)
mengembangkan kesatuan bangsa Indonesia maskipun berbeda-beda tetapi
tetap satu (Bhennika Tunggal Ika), (g) memajukan pergaulan demi persatuan
dan kemajuan bangsa.

4) Rasa demokrasi

Manusia secara sadar ingin diperhatikan dan ingin berperan dalam


kelompok dan lingkungan perasaan ingin memiliki dan berperan serta
tercermin dalam rasa demokrasi. Rasa demorasi diwujudkan dalam
kelembagaan, kelembagaan tersebut dimana manusia dan masyarakat
bersama-sama berkemauan untuk mewujudkan secara bersama-sama untuk
tujuan kelompok. “Kelembagaan terjelma dalam musyawarah untuk mufakat,
yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan” (Widjaja, 2010:32). Kepentingan manusia
pribadi akan dikalahkan, bila bertentangan dengan kepentingan masyarakat
(umum). Kebebasan dijamin sesuai dengan mufakat, segala sesuatu diambil
dengan musyawarah, serta segala keputusan diambil dengan hikmat
kebijaksanaan dan menggunakan akal sehat, tidak ada yang dikalahkan dan
tidak ada yang dimenangkan, tidak ada yang mau menang sendiri atau
memaksakan kehendak. Nilai Pancasila yang terkandung dalam sila ke empat
menurut Mughai (2007,15) sbb: (a) sebagai warga negara dan warga
masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama, (b) tidak boleh memaksakan kehendak terhadap orang
lain, (c) selalu mengutamakan musyawarah dan mufakat dalam mengambil
keputusan sebagai kepentingan bersama, (d) musyawarah untuk mencapai
mufakat diliputi oleh semangat keluarga, (e) menghormati dan
mengargaitinggi setiap keputusan musyawarah, (f) menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah dengan tekat yang baik, (g)
didialam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi atau golongan, (h) musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan
sesuai dengan hati nurani yang luhur, (i) keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama,
(j) memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil negara yang telah dipercaya.

5) Rasa keadilan

Rasa keadilan adalah sesuatu yang menjadi milik orang lain diberikan
kepada yang memang memilikinya sesuatu yang menjadi milik kita maka
diberikan kepada disi sendiri. “Keadilan dikaitkan dengan segala aspek
kehidupan manusia dan masyarakat yang berkeadilan sosial, pribadi dan
masyarakat mengenyam cukup sandang, cukup pangan, dan hasil budaya,
pendidikan, dan pengetahuan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat”
(Widjaja, 2010:33). Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan maka dapat
disebut dengan implementasi nilai-nilai Pancasila, sebagaimana yang
diuraikan diatas untuk menjadikan sosok manusia yang agamis, nasionalisme,
demokratis, dan sosialis dalam arti luas. Nilai Pancasila yang terkandung
dalam sila kelima menurut Mughai (2007:15) sbb: (a) mengembangkan
perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana keluargaan dan
kegontong-royongan, (b) mengembangkan sikap adil terhadap sesama, (c)
menjaga keseimbangan terhadap hak dan kewajiban, (d) menghormati hak
orang lain, (e) Suka memberi pertolongan pada orang lain agar dapat berdiri
sendiri, (f) tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
permanen terhadap orang lain, (g) tidak menggunaan hak untuk kepentingan
pribadi dan merugikan orang lain, (h) suka berkerja keras dan bersungguh-
sungguh, (i) suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama, (j) suka melakuan kegiatan dalam
rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan keadilan sosial.

Pengungkapan sila-sila Pancasila dalam penerapannya dalam hidup


bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bukan sekedar rekayasa dan atau
sebagai simbol-simbol yang dipaksakan keberadaannya atau atribut-atribut
tanpa makna. Secara umum, pengamalan sila Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengamalan
secara objektif dan pengamalan secara subjektif. Pengamalan objektif
dilakukan dengan mentaati peraturan perundang-undangan sebagai norma
hukum negara yang berdasarkan Pancasila. Menurut Kaelan (2010: 259)
menyatakan bahwa pengamalan Pancasila yang objektif yaitu aktualisasi
Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan bernegara yang meliputi
kelembagaan negara dan bidang-bidang lainnya seperti ekonomi, politik, dan
hukum terutama penjabarannya dalam undang-undang. Pengamalan secara
objektif membutuhkan dukungan kekuasaan negara dalam menerapkannya.
Setiap warga negara atau penyelenggara negara tidak boleh menyimpang dari
peraturan perundang-undangan, jika menyimpang maka akan dikenakan
sanksi. Pengamalan secara objektif bersifat memaksa artinya jika ada yang
melanggar aturan hukum maka akan dikenakan sanksi. Pengamalan secara
objektif ini merupakan konsekuensi dari mewujudkan nilai Pancasila sebagai
norma hukum negara. Sedangkan pengamalan secara subjektif menurut Imron
(2017:32) adalah dengan menjalankan nilai-nilai Pancasila secara pribadi atau
kelompok dalam berperilaku atau bersikap pada kehidupan sehari-hari.
Pengamalan secara subjektif dilakukan oleh siapa saja baik itu warga negara
biasa, aparatur negara, kalangan elit politik maupun yang lainnya. Pancasila
menjadi sumber etika dalam bersikap dan berperilaku dalam kehidupan
sehari-hari. Melanggar norma etik tidak mendapat sanksi hukum namun akan
mendapat sanksi dari diri sendiri. Adanya pengamalan secara subjektif ini
merupakan konsukuensi dari mewujudkan nilai dasar Pancasila sebagai norma
etik bangsa dan negara.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian nilai – nilai Pancasila

Nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada sutu objek,
jadi bukan objek itu sendiri yang dijadikan nilai. Nilai dipakai manusia sebagai
landasan, motivasi, dan pedoman dalam segala perbutan pada masa hidupnya. Nilai
merupakan sesuatu yang dialami sebagai ajakan dari panggilan untuk kehidupan.
Menurut Susanti (2013:71) “nilai dapat mendorong kita untuk bertindak serta
mengarahkan perhatian, menarik kita kejalur diri sendiri, dan nilai bersera kepada
tingkah laku yang membangkitkan keaktifan”. Pancasila sebagai suatu sistem nilai
mengandung serangkaian nilai yang saling berkaitan satu sama lainnya. Menurut Imron
(2017:16) “sistem nilai adalah konsep atau gagasan yang menyeluruh mengenai apa
yang dipandang baik, berharga, dan penting dalam hidup yang ada dalam pikiran
seseorang atau sebagian masyarakat”. Pancasila sebagai suatu sistem nilai termasuk ke
dalam nilai moral atau nilai kebaikan dan merupakan nilai-nilai dasar yang bersifat
abstrak. “Pancasila sebagai suatu sitem nilai mengandung serangkain nilai yang saling
berkaitan satu sama lain dan tidak terpisahkan. Sedangkaian nilai yang terdapat dalam
Pancasila yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan”
(Rukiyati dkk, 2013:56). Pancasila sebagai sistem nilai juga mengakui nilai-lainnya
secara lengkap dan harmonis, yaitu nilai kebenaran, estetis, etis, maupun religius.
Kualitas nilai-nilai Pancasila bersifat objektif dan subjektif. Dengan demikian, bahwa
nilai – nilai pancasila adalah nilai-nilai yang timbul dari bangsa Indonesia sendiri,
sehingga bangsa Indonesia sebagai kausa materialis. Nilai-nilai tersebut sebagai hasil
pemikiran, penilaian, dan refleksi filosofis bangsa Indonesia. Apabila dihadapkan atau
disejajarkan dengan ideologi lainnya, maka tampak perbedaan Pancasila dengan ideologi
lainnya. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia
sehingga menjadi jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran,
kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

3.2 Peranan penting nilai – nilai Pancasila

Pancasila sebagai dasar negara mengandung arti bahwa Pancasila dijadikan landasan
dalam penyelenggaraan negara. Pancasila sebagai dasar negara berarti bahwa, seluruh
pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintah harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila
dan tidak boleh bertentangan. Menurut Damanhuri dkk (2016:183) secara etimologis
Pancasila berasal dari bahasa sansekerta yang di artinya Pancasila berarti lima dan sila
berarti batu sendi, alas dan dasar. Pancasila memiliki arti lima dasar, sedangkan sila
sendiri sering diartikan sebagai kesesuaian atau peraturan tingkah laku yang baik. Setiap
sila tentu memiliki nilai dan peranan pentingnya masing - masing tetapi masih saling
berkaitan antara yang satu dan lainnya. Salah satunya adalah peranan penting dari sila
pertama menjadi bukti bahwa Negara Indonesia adalah Negara beragama dan warganya
dibebaskan untuk memilih agama sesuai keyakinan masing – masing tanpa ada unsur
paksaan sekalipun. Kebebasan menjalankan agama pun dijalankan sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila pada sila pertama yang menyebabkan harmonisnya hubungan dalam
lingkungan masyarakat. Lingkungan harmonis tersebut tentunya akan jauh dari hal – hal
yang dapat menyebabkan perpecahan. Sehingga dapat terlihat jelas bahwa nilai – nilai
pancasila dalam sila pertama memiliki peranan penting dalam menciptakan suasana
harmonis antarumat beragama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara NKRI.

3.3 Implementasi nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan sehari – hari


Implementasi nilai-nilai pancasila adalah pelaksanaan atau pengamalan nilai -
nilai yang dilaksanakan dalam suatu kegiatan atau aktivitas. Pancasila sangat
penting untuk diamalakan dalam kehiduan sehari-hari. Menurut Mughai
(2007:15) Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam hidup bermasyaraat,
berbangsa, dan bernegara sebagai konsokuensi logis dari kesadaran kehendak,
yang berawal dari dalam diri, sehingga menimbulkan rasa keimanan, rasa
kemanusiaan, rasa berbangsa/kebangsaan, rasa demokrasi, dan rasa keadilan.

1) Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa

Kesadaran kehendak tentang rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha


Esa, bahwa ada sesuatu diluar manusia, yang menciptaan manusia dan segala
isi alam semesta dan sekaligus memelihara dan mengatur ciptaannya. Menurut
Jiptabudi (2010:174) “implementasinya adalah kehidupan beragama bagi
manusia dan masyarakat, pengaruhnya dan pelaksanaannya sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dari ajaran dan kepercayaan agama masing-masing”.
Salah satu contohnya, yaitu ; melaksanakan solat lima waktu bagi penganut
agama Islam, melakukan ibadah di gereja bagi Kristen, melaksanakan ibadah
di Pura bagi Hindu, dan lainnya.

2) Sila Kedua Kemanusian Yang Adil dan Beradab

Kesadaran akan kehendak tentang kemanusiaan adalah jiwa yang


dirasakan bahwa manusia itu ingin selalu berhubungan. Menurut Susanti
(2013:28) “manusia saling membutuhkan, maka manusia harus
bermasyarakat”. Manusia adalah mahluk yang tertinggi dari ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa, maka manusia memiliki indentitas tersendiri yang disebut
kemanusian (cita, rasa, dan karsa) dan kelebihan ini tidak dimiliki oleh ciptaan
Tuhan yang lainnya. Contoh implementasinya yaitu ; membantu korban
bencana alam, menjadi relawan dalam lembaga kemanusiaan, dan lain-lain.
3) Sila Ketiga Persatuan Indonesia

Bangsa Indonesia adalah bagian dari bangsa-bangsa lain yang terdapat


di dunia. Tetapi secara sadar bangsa Indonesia mempunyai keunikan
tersendiri yang membedakan dengan yang lainnya. Maka bangsa Indonesia
perlu hidup sejajar dan berdampingan secara damai dengan bangsa-bangsa
lainnya. ”Indonesia memiliki ketentuan dan peraturan sendiri yaitu persatuan
Indonesia, tercermin dalam hak-hak dan kewajiban warga negara” (Rukiyati,
2013:72). Contoh implementasi dari sila ketiga ini, yaitu ; bersikap
nasionalisme dan patriotisme, ikut menjaga ketertiban baik itu di tingkat
masyarakat maupun dunia, menghargai dan menghormati perbedaan yang ada
dalam masyarakat, dan lain –lain.

4) Sila Keempat Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan


Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Manusia secara sadar ingin diperhatikan dan ingin berperan dalam
kelompok dan lingkungan perasaan ingin memiliki dan berperan serta
tercermin dalam rasa demokrasi. Rasa demorasi diwujudkan dalam
kelembagaan, kelembagaan tersebut dimana manusia dan masyarakat
bersama-sama berkemauan untuk mewujudkan secara bersama-sama untuk
tujuan kelompok. “Kelembagaan terjelma dalam musyawarah untuk mufakat,
yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan” (Widjaja, 2010:32). Contoh implementasinya,
yaitu ; melaksanakan mufakat atau musyawarah untuk mencapai tujuan
bersama, tidak memaksanakan kehendak ataupun pendapat terhadap orang
lain, dan lainnya.

5) Sila Kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Rasa keadilan adalah sesuatu yang menjadi milik orang lain diberikan
kepada yang memang memilikinya sesuatu yang menjadi milik kita maka
diberikan kepada disi sendiri. “Keadilan dikaitkan dengan segala aspek
kehidupan manusia dan masyarakat yang berkeadilan sosial, pribadi dan
masyarakat mengenyam cukup sandang, cukup pangan, dan hasil budaya,
pendidikan, dan pengetahuan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat”
(Widjaja, 2010:33). Contoh implementasi dari sila kelima ini, yaitu ; bersikap
adil terhadap sesama, memberikan bantuan tanpa pilah pilih, tidak
menggunakan hak pribadi untuk merugikan orang, dan lain – lain.

PENUTUP

IV

4.1 Kesimpulan

Nilai - nilai Pancasila dalam penerapannya dalam hidup bermasyarakat,


berbangsa, dan bernegara bukan sekedar rekayasa dan atau sebagai simbol-simbol
yang dipaksakan keberadaannya atau atribut-atribut tanpa makna. Secara umum,
pengamalan sila Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu pengamalan secara objektif dan pengamalan
secara subjektif. Pengamalan objektif dilakukan dengan mentaati peraturan
perundang-undangan sebagai norma hukum negara yang berdasarkan Pancasila.

4.2 Saran

Saya berharap semoga apa yang saya tuangkan dalam makalah ini dapat
memberikan manfaaat kepada para pembacanya. Untuk kedepannya saya
berharap bahwa makalah ini akan menjadi salah satu sumber untuk wawasan dan
pengetahuan mengenai semangat gotong royong bangsa. Makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, olehnya itu saya meminta apabila ada saran, kritik, maupun
pendapat agar dapat disampaikan.

DAFTAR PUSTAKA

UMM, S. o. (2018, 7 5). Retrieved from umm.ac.id: https://eprints.umm.ac.id/39488/3/BAB


%20II.pdf

Widia, I. (2018, November 3). Retrieved from Academia. Edu:


https://www.academia.edu/37940428/makalah_implementasi_nilai_nilai_pancasila
_docx

Khofifa Ahsanul MUfidah. (2022). Implementasi nilai - nilai Pancasila. Jurnal Universitas
Sebelas Maret Surakarta, 1.

Anda mungkin juga menyukai