Anda di halaman 1dari 33

Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

PT. ANTAM (Persero)


Pedoman (Manual) Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja

1
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

DAFTAR ISI

Latar Belakang ………………………………………………………………………………………. 3


Profil Perusahaan …………………………………………………………………………………..... 3
Visi dan Misi …………………….…………………………………………………………………... 4
Struktur Organisasi ….………………………………………………………………………………. 5
Proses Kerja ……….………………………………………………………………………………… 5
Ruang Lingkup ………….…………………………………………………………………………… 8
Dasar Hukum dan Referensi ………………………………………………………………………… 9
Istilah dan Definisi …….…………………………………………………………………………….. 9
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ……………………………………………... 12
b. Perencanaan
1. Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko ……………………………... 14
2. Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lain …………………………………………. 15
3. Target (sasaran) dan Program-program K3 ……………………………………………. 15
c. Penerapan
1. Sumber Daya, Peran, Fungsi, Wewenang, dan Tanggung Jawab ……………………... 16
2. Kompetensi, Pelatihan, Kepedulian …………………………………………………… 18
3. Komunikasi, Partisipasi, dan Konsultasi …….……………………………………….... 18
4. Dokumentasi …………………………………………………………………………... 20
5. Pengendalian Dokumen ………………………………………………………………... 20
d. Pengendalian Operasi ………………………………………………………………………. 21
e. Persiapan Tanggap Darurat ……………………………………………………………….... 21
f. Pemeriksaan
1. Pengukuran dan Pemantauan Kinerja K3 ……………………………………………… 23
2. Evaluasi Kesesuaian ………………………………………………………………….... 25
3. Penilaian Ketidaksesuaian Penerapan Perundang-undangan dan Persyaratan Lain…… 25
4. Investigasi Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Tindakan Pencegahan... 25
5. Pengendalian Catatan, Rekaman, dan Laporan ………………………………………... 29
g. Audit Internal ……………………………………………………………………………..... 29
h. Tinjauan Ulang Oleh Manajemen .…………………………………………………………. 31
Penutup ………………………………………………………………………………….................... 33

2
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

LATAR BELAKANG
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di suatu perusahaan merupakan suatu
persyaratan dimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
pasal 87 bahwa perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan.

Persyaratan tersebut merupakan termasuk dalam investasi perusahaan karena merupakan sebuah kewajiban
yang diatur dalam Undang-Undang Pemerintah Republik Indonesia.

Diharapkan melalui penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja perusahaan dapat memiliki
lingkungan kerja yang sehat, aman, efisien dan produktif. Lebih dari itu penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat membantu Pimpinan Perusahaan untuk dapat melaksanakan
standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang merupakan tuntutan masyarakat global baik secara
nasional maupun secara internasional.

PROFIL PERUSAHAAN
Kegiatan usaha Perseroan telah dimulai sejak tahun 1968 ketika Perseroan didirikan sebagai Badan Usaha
Milik Negara melalui merjer dari beberapa Perusahaan tambang dan proyek tambang milik pemerintah,
yaitu Badan Pimpinan Umum Perusahaan-perusahaan Tambang Umum Negara, Perusahaan Negara
Tambang Bauksit Indonesia, Perusahaan Negara Tambang Emas Tjikotok, Perusahaan Negara Logam
Mulia, PT Nickel Indonesia, Proyek Intan dan Proyek-proyek Bapetamb. Perseroan didirikan dengan nama
"Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang" di Republik Indonesia pada tanggal 5 Juli 1968 berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1968. Pendirian tersebut diumumkan dalam Tambahan No. 36, BNRI
No. 56, tanggal 5 Juli 1968. Pada tanggal 14 September 1974, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26
tahun 1974, status Perusahaan diubah dari Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Negara Perseroan
Terbatas ("Perusahaan Perseroan") dan sejak itu dikenal sebagai "Perusahaan Perseroan (Persero) Aneka
Tambang".

Pada tanggal 30 Desember 1974, ANTAM berubah nama menjadi Perseroan Terbatas dengan Akta
Pendirian Perseroan No. 320 tanggal 30 Desember 1974 dibuat di hadapan Warda Sungkar Alurmei, S.H.,
pada waktu itu sebagai pengganti dari Abdul Latief, dahulu notaris di Jakarta Jl. Akta Perubahan No. 55
tanggal 14 Maret 1975 dibuat di hadapan Abdul Latief, dahulu notaris di Jakarta mengenai perubahan
status Perseroan dalam rangka melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Undang-undang
No. 9 tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 tahun 1969
(Lembaran Negara tahun 1969 No. 16. Tambahan Lembaran Negara No. 2890) tentang bentuk-bentuk
Usaha Negara menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1969 No. 40),
Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan (Persero). Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1969 No. 21 dan Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1974 tentang Pengalihan
Bentuk Perusahaan Negara Aneka Tambang menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1974 nomor 33 jo.Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
Kep. 1768/MK/IV/12/1974, tentang Penetapan Modal Perusahaan Perseroan (Persero) PT Aneka Tambang
menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Aneka Tambang, yang telah memperoleh pengesahan dari
Menkumham dalam Surat Keputusannya No. Y.A. 5/170/4 tanggal 21 Mei 1975 dan kedua Akta tersebut
di atas telah didaftarkan dalam buku register yang berada di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta berturut-
turut di bawah No. 1736 dan No. 1737 tanggal 27 Mei 1975 serta telah diumumkan dalam Tambahan No.
312 BNRI No. 52 tanggal 1 Juli 1975. Untuk mendukung pendanaan proyek ekspansi feronikel, pada tahun
1997 Perseroan menawarkan 35% sahamnya ke publik dan mencatatkannya di Bursa Efek Indonesia. Pada
tahun 1999, Perseroan mencatatkan sahamnya di Australia dengan status foreign exempt entity dan pada
tahun 2002 status ini ditingkatkan menjadi ASX Listing yang memiliki ketentuan lebih ketat.

Komoditas utama ANTAM adalah bijih nikel kadar tinggi atau saprolit, bijih nikel kadar rendah atau
limonit, feronikel, emas, perak dan bauksit. Jasa utama ANTAM adalah pengolahan dan pemurian logam
mulia serta jasa geologi. Dalam hal ini ANTAM bias dikatakan sebagai perusahaan yang bergerak
dibidang pertambangan dengan hasil produk dan jasa.

3
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

Emas adalah salah satu produk dari PT ANTAM yang menjanjikan. Logam yang berwarna kuning terang,
padat, lunak, mengkilat, paling mudah untuk dibentuk serta sangat tahan terhadap karat ini adalah logam
mulia yang selama berabad-abad digunakan sebagai uang, nilai penyimpan dan perhiasan. Logam emas ini
terdapat di alam dalam bentuk bongkahan atau butiran di bebatuan, urat batu (veins) di bawah tanah
ataupun endapan. Saat ini emas juga banyak digunakan di bidang kedokteran gigi dan elektronika.
ANTAM memproduksi emas dari tambang Pongkor dan Cibaliung dengan total produksi logam emas
sekitar 5 ton per tahun.

VISI DAN MISI


a. Visi ANTAM 2030
"Menjadi korporasi global terkemuka melalui diversifikasi dan integrasi usaha berbasis Sumber Daya
Alam"
b. Misi ANTAM 2030:
 Menghasilkan produk-produk berkualitas dengan memaksimalkan nilai tambah melalui praktek-
praktek industri terbaik dan operasional yang unggul
 Mengoptimalkan sumber daya dengan mengutamakan keberlanjutan, keselamatan kerja dan
kelestarian lingkungan
 Memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan
 Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan karyawan serta kemandirian masyarakat di sekitar
wilayah operasi

4
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

STRUKTUR ORGANISASI

PROSES KERJA
( Proses Penambangan, pengolahan dan pemurnian bijih emas )
Segmen usaha emas dan pemurnian terdiri dari penambangan, pengolahan, pemurnian dan penjualan
komoditas emas dan perak, serta penyediaan jasa pemurnian dan pengolahan logam mulia. Di tahun 2015,
segmen usaha emas dan pemurnian memberikan kontribusi sebesar 72% dari penjualan bersih Perseroan.

Emas dan perak diproduksi melalui penambangan dan peleburan bijih emas menjadi bullion emas.
Penambangan bijih emas Perseroan saat ini berasal dari tambang emas bawah tanah di Pongkor, Jawa
Barat, yang dioperasikan oleh Unit Bisnis Pertambangan Emas, dan Cibaliung, Banten, yang dioperasikan
oleh Entitas Anak Perseroan, PT Cibaliung Sumberdaya. Produksi emas Pongkor berkisar antara
1.5002.000 kg (48.226-64.301 oz) per tahun. Produksi Cibaliung berkisar antara 1.000-1.500 kg (32.151-
48.225 oz) emas per tahun.

Tambang Pongkor memiliki tiga urat emas utama, yang seluruhnya tengah ditambang, yaitu Ciguha,
Kubang Cicau dan Ciurug. Metode penambangan di lokasi Ciguha dan Kubang Cicau pada umumnya

5
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

dilakukan dengan metode cut and-fill konvensional. Sedangkan di lokasi Ciurug menerapkan metode
mechanized-cut-and-fill dengan peralatan jumbo drill dan load haul dump (LHD).

Bijih yang ditambang dibawa ke mesin penggerus utama untuk selanjutnya diteruskan ke wadah bijih halus
melalui saringan pencuci tiga tingkat yang memisahkan material yang memiliki ukuran terlalu besar atau
kecil. Material yang berukuran besar diumpankan ke mesin penggerus kedua sementara material yang
berukuran kecil langsung diumpankan ke wadah penyimpanan bijih halus, dan pecahan terhalus yang
mengandung lumpur dikumpulkan dalam kolam penampungan. Bijih halus diumpankan ke ball mill
konvensional yang beroperasi dalam sirkuit tertutup dengan pemilah siklon hidro, dengan tambahan
sianida untuk memulai proses leaching dan kapur untuk pengendalian pH. Fines slurry dari tahap
penggerusan kemudian dipompakan ke sirkuit leaching (pelindian).

Cyclone overflow pada umumnya memiliki tingkat kepadatan 40% yang untuk kemudian diumpankan
pada proses carbon in-leach standar, yang terdiri dari dua tangki untuk cyanide leaching dan lima tangki
untuk penyerapan. Pulp tersebut mengalir melalui rangkaian tangki sementara karbon teraktivasi dialirkan
berlawanan arah melalui lima tangki penyerapan yang secara progresif dimuati oleh logam emasperak
yang terserap. Tingkat recovery pada waktu leaching dan penyerapan, sangat sensitif terhadap waktu
retensi keseluruhan di dalam sirkuit, yang ditentukan oleh debit dan kepadatan pulp. Logam yang terserap
karbon dipulihkan melalui elusi menggunakan sistem AARL ( Anglo American Research Laboratory ).
Dalam sistem tersebut satu elusi dilaksanakan per hari dan diselesaikan dalam satu shift . Eluat dengan
konsentrasi emas-perak tinggi dialirkan melalui sirkuit electrowinning dimana emas dan perak akan
terendapkan dalam katoda stainless steel . Katoda dipindahkan dalam jangka waktu sekitar empat hari
untuk kemudian deposit dan sedimen yang menempel kemudian dicuci, difilter dan dikeringkan di tungku
diesel sebelum dilebur dan dituang ke dalam cetakan anoda untuk proses pemurnian selanjutnya. Pulp dari
tangki penyerapan akhir dipompakan ke pengental tailings laju tinggi secara berseri. Tujuan pengentalan
ini untuk memanfaatkan kembali larutan sianida yang dikembalikan untuk proses leaching . Sedangkan
pulp yang telah dikentalkan diposes pada unit detoksifikasi sianida sehingga menjadi tailing yang aman
dipergunakan untuk proses backfiling di tambang. Sebagian tailing lainnya dipompakan ke tailing dam.
Kelebihan air dari tailing dam yang berasal dari aliran air permukaan pada saat hujan akan dialirkan ke unit
netralisasi limbah sebelum dialirkan ke sungai. Perseroan memiliki sebuah pabrik detoksifikasi yang terdiri
dari dua tangki, guna mengurangi kandungan sianida dalam Tailings sehingga berada di bawah nilai
ambang batas ( threshold limit value , “TLV”) sebesar 0,5 ppm, sehingga Tailings tersebut aman
digunakan sebagai sistem backfill Tailings total yang dikombinasikan dengan semen.

Pabrik pengolahan di tambang Pongkor pada awalnya dirancang dengan kapasitas 500 ton bijih per tahun,
dengan kadar 15 g/t untuk emas dan 156 g/t untuk perak, dengan tingkat pemulihan secara berturut-turut
sebesar 95% dan 70% untuk emas dan perak. Sewaktu operasi dimulai, ditemukan bahwa bijih dari
tambang jauh lebih basah dan mengandung lumpur dibandingkan perkiraan, sehingga menimbulkan
masalah penanganan di pabrik penggerusan dan penurunan kinerja dari sisi laju pengolahan. Modifikasi
pada tahap penggerusan berhasil meningkatkan kinerja secara keseluruhan.

Pada tahun 1997, Perseroan memasang kapasitas pengolahan tambahan sebesar 700 ton bijih kering per
hari di pabrik pengolahan Pongkor. Fasilitas ini mencakup instalasi penggerus, leaching dan penyerapan
dan bagian pengisian Tailings yang baru dengan kapasitas lebih besar, yang seluruhnya memiliki
rancangan yang sama dengan fasilitas yang telah ada.

Teknik penambangan yang sama juga digunakan pada tambang Cibaliung.


Dengan karakteristik kedua tambang yang merupakan tambang bawah tanah, jumlah produksi tergantung
pada jumlah bijih emas yang dihasilkan, kadar bijih emas yang ditambang dan kondisi tambang.

Proses pengolahan bijih emas diatas menghasilkan bullion , yang kemudian dikirim ke Unit Bisnis
Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia, untuk diproses lebih lanjut menjadi emas dan perak murni. Unit
ini sanggup mengolah 60 ton (1.929.045 oz) emas dan 250 ton (8.037.587 oz) perak per tahun. Di Logam
Mulia, bullion dengan kadar perak tinggi, dilebur dalam tanur pada suhu 1.200 derajat Celsius. Setelah

6
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

proses peleburan, dilakukan pengambilan sampel atas bullion yang dihasilkan, kemudian di cetak menjadi
anode/ bullion yang disiapkan untuk proses elektrolisis, yang akan menghasilkan kristal perak murni.
Kristal perak murni tersebut dicuci, dilebur dan digranulasi menjadi butiranbutiran perak kecil. Bullion
emas berkadar tinggi langsung dilebur di tanur induksi untuk menjalani proses elektrolisis emas menjadi
anode. Anode emas tersebut kemudian diolah lebih lanjut menggunakan proses electrorefining untuk
menghasilkan emas dengan kandungan emas 99,99%.

Perseroan memiliki dan mengoperasikan pemurnian logam mulia dengan kapasitas produksi tahunan
sebesar 60 ton emas dan 250 ton perak. Pemurnian logam mulia merupakan satu-satunya pemurnian logam
mulia di Indonesia yang terakreditasi oleh LBMA dan melaksanakan pemurnian seluruh bullion utama
yang diproduksi di Indonesia dan sejumlah kecil scrap emas, perak dan platinum yang didaur ulang.
Sebesar 30% dari hasil produksi pemurnian merupakan emas yang dimurnikan dari bijih Perseroan, dan
sisanya dimurnikan untuk konsumen. Bisnis pemurnian tersebut merupakan lini usaha utama Unit Bisnis
Pemurnian dan Pengolahan Logam Mulia.
Perseroan menghasilkan pendapatan dari kegiatan usaha Logam Mulia melalui biaya pemurnian yang
dikenakan kepada produsen bullion dan pendapatan dari penjualan perhiasan di pasar lokal. Perseroan
tidak menghasilkan pendapatan dari penjualan emas dan perak yang dimurnikan dari bullion yang dipasok
oleh pihak ketiga karena pendapatan tersebut dialihkan ke pemasok tersebut, tetapi Perseroan
menghasilkan pendapatan dari penjualan emas dan perak yang dimurnikan dari bullion yang dihasilkan
dari tambang-tambang Perseroan.

7
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

RUANG LINGKUP
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja berlaku untuk seluruh lingkungan perusahaan
termasuk sub-sub operasional lainnya dan pihak lain yang memiliki ikatan kerja sama dengan
perusahaan serta pihak-pihak lainnya yang melakukan aktivitas ataupun beroperasi di wilayah
Perusahaan.

8
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

DASAR HUKUM DAN REFERENSI


Dasar hukum yang digunakan untuk penyusunan dokumen SMK3 ini adalah OHSAS 18001:2007
Occupational Health and Safety Management Systems.

ISTILAH DAN DEFINISI


No. Istilah Definisi
(3.2) proses sistematis, independen dan terdokementasi untuk
mendapatkan “bukti audit” dan mengevaluasinya secara
objektif untuk menentukan apakah “kriteria audit”telah
1 Audit dipenuhi.
(3.10) proses sistematis independen dan terdokumentasi untuk
mendapatkan "bukti audit" dan mengevaluasinya secara objektif untuk
menentukan apakah "|kriteria audit telah dipenuhi
(3.6) sumber situasi atau tindakan yang berpotensi menciderai manusia
atau sakit penyakit ( 3.8 ) atau kombnasi dari segalanya.
2 Bahaya (3.8) sakit penyakit adalah kondisi kelainan fisik atau mental yang
teridentifikasi berasal dari dan atau bertambah buruk karena kegiatan
kerja dan atau situas yang terkait pekerjaan
(3.10) dokumen (3.5) yang menyatakan hasil-hasil yang dicapai atau
3 Catatan
pemberian bukti bahwa aktivitas telah dilaksanakan.
(3.5) informasi dan media pendukungnya
4 Dokumen catatan : media dapat berupa kertas magnetis elektronik atau disket
komputer optik, foto atau contoh master atau kombinasi dari semuanya
Hampir Celaka ( Nyaris insiden dengan kemungkinan dipertimbangkan secara akal sehat
5
Celaka ) mungkin berkembang menjadi kecelakaan/berakibat kerugian.
(3.7) proses utnuk mengetahui adanya suatu bahaya (3.6) dan
6 Identifikasi Bahaya
menentukan karakteristiknya.
(3.9) kejadian yang terkait pekerjaan dimana suatu cedera atau sakit
7 Insiden penyakit (3.8) (terlepas besarnya tingkat keparahan) atau kematian
terjadi atau mungkin dapat terjadi
(3.16) Keseluruhan tujuan dan arahan dari suatu organisasi (3.17)
terkait dengan kinerja K3 (3.15) yang secara formal disampaikan oleh
manajemen puncak
(4.2) manajemen puncak harus mendefinisikan dan menyetujui
kebijakan K3 dan memastikan bahwa didalam ruang lingkup dari
sistem manajemen k3
a. Sesuai dengan sifat dan skala risiko-risiko k3 organisasi
b. Mencakup suatu komitmen untuk mencegah cidera dan sakit
penykit dan peingkatan berkelanjutan manajmen dan kinerja k3
c. Mencakup suatu komitmen untuk paling tidak mematuhi peraturan
8 Kebijakan K3 k3 dan persyaratan lai yang relefan yang biasa dilakukan oleh
organisas yang terkait dengan risiko-risiko K3
d. Memberikan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau
tujuan-tujuan k3
e. Didokumentasikan diterapkan dan dipelihara
f. Dikomunikasikan ke seluruh personil dala kendali organisasi
dengan tujuan bahwa personil menyadari kewajiban K3 masing-
masing
g. Tersedia untuk pihak pihak terkait
h. Dikaji secara periodik untuk memastikan kebijakan tetap relevan
dan sesuai untuk organisasi
9 Kecelakaan Kerja Kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja,

9
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula


kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju
tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar
dilalui (PER.04/MEN/1998)
(3.12) kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang berdampak atau dapat
Keselamatan Dan berdampak pada kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lain
10
Kesehatan Kerja termasuk pekerja kotrak dan personil kontraktor atau orang lain di
tempat kerja (3.23)
(4.5.3.2) ketidaksesuaian tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan :
organisasi harus membuat menerapkan dan memelihara prosedur untuk
11 Ketidaksesuaian
menangani ketidaksesuaian-ketidaksesuaian yang aktual dan potensial
da utnuk melakukan tindakan perbaikan da tindakan pencegahaan
(3.15) hasil yang terukur dari pengelolaan risiko-risiko K3 (3.21) suatu
organisasi (3.17)
catatan : pengukuran kinerja K3 termasuk pengukuran efektivitas
12 Kinerja K3 pengendaian yang dilaksanakan oleh orgasasi. Dalam onteks SMK3
poin (3.13) hasilnya dapat diukur yang dibandingkan dengan kebijakan
K3 POIN (3.16) ORGANISASI (3.17) tujuan-tujuan K3 poin (3.14)
dan persyaratan kerja lainya
(3.22) Proses evaluasi resiko-resiko yang diakibatkan adanya bahaya-
13 Penilaian Risiko bahaya, dengan memperhatikan kecukupan pengendalian yang dimiliki,
dan menentukan apakah resiko dapat diterima atau tidak.
(3.8) Kondisi kelainan fisik atau mental yang teridentifikasi berasal dari
14 Penyakit Akibat Kerja atau dan bertambah buruk karena kegiatan kerja dan atau situasi terkait
pekerjaan.
(3.3) Proses terus menerus untuk meningkatkan SMK3 untuk mencapai
15 Perbaikan Berkelanjutan peningkatan-peningkatan kinerja K3 secara kesluruhan sesuai dengan
kebijakan K3 dan organisasi.
Direktur ataupun Pemilik Usaha/Kegiatan atau orang yang ditunjuk
16 Pengusaha
sebagai perwakilannya.
Setiap bentuk usaha yang berbadan hokum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hokum, baik milik
17 Perusahaan swasta maupun milik negara yang memperkerjakan pekerja/buruh
dengan membayar upah atau imbanlan dalam bentuk lain
(KEP.68/MEN/IV/2004)
Perorangan atau kelompok baik dari dalam ataupun dari luar tempat
18 Pihak Lain kerja yang berkaitan dengan atau dipergunakan oleh Kinerja K3
Perusahaan.
19 Pimpinan Perusahaan Orang yang ditunjuk oleh Pengusaha untuk memimpin usaha/kegiatan.
20 Prosedur (3.19) Penetapan cara melakukan suatu aktivitas atau suatu proses.
(3.21) Kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau
21 Risiko paparan dengan paparan dengan keparahan suatu cidera atau sakit
penyakit yang dapat disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut.
(3.1) Resiko yang telah diturankan sampai ke tingkat yang dapat di
Risiko Yang Dapat
22 tolerir oleh organisasi untuk memenuhi peraturan perundangan dan
Diterima
kebijakan K3.
(3.13) Bagian dari suatu sistem manajemen organisasi yang digunakan
23 Smk3 untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan K3 dan mengelola
resiko-resiko K3.
24 Target K3 Cita-cita (sasaran) K3 yang akan dicapai Perusahaan

10
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

(3.23) Setiap lokasi fisik dimana aktifitas-aktifitas terkait perkerjaan


25 Tempat Kerja
dilaksanakan dalam kendali organisasi.
(3.18) Tindakan untuk menghilangkan penyebab potensi
26 Tindakan Pencegahan ketidaksesuaian OHSAS 3.11 atau potensi situasi yang tidak diinginkan
lainnya.
(3.4) Tindakan untuk menghilangkan penyebab potensi ketidaksesuaian
27 Tindakan Perbaikan
OHSAS 3.11 yang terdeteksi atau situasi yang tidak diinginkan.
Kejadian yang tidak diinginkan, terjadi secara mendadak, diakibatkan
oleh alam maupun kegiatan usaha pertambangan, dan kejadian itu dapat
28 Keadaan Darurat
membahayakan manusia. peralatan, produksilproses dan lingkungan
kerja.( SNI 03-7166-2006)

11
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


A. KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Kami berkomitmen untuk :


(We are committed to)
1. Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tenaga Kerja dan orang lain (kontraktor,
pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja.
(Ensure Safety and Health of all employees including contractors, visitors, suppliers on
waorkplace)
2. Memenuhi semua peraturan perundang-undangan pemerintah yang berlaku dan persyaratan
lainnya yang berkaitan dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat
kerja.
(Comply with Goverment Legislation and Regulation related to Occupational Safety and
Health (OSH) issues)
3. Melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap Sistem Manajemen dan Kinerja K3 guna
meningkatkan Budaya K3 yang baik di tempat kerja.
(Make continual improvement in OSH Management and Performance to improve OSH
Awareness on workplace)

Untuk mencapainya, kami akan :


(To achive our committments, We shall)
1. Membangun dan memelihara Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
berkelanjutan serta sumber daya yang relevan.
(Establish and maintain continual Occupational Safety and Health Management System
(OSHMS) including the relevant resources)
2. Membangun tempat kerja dan pekerjaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lainnya terkait K3.
(Design workplace and the job comply with goverment legal, regulation and other
requirements related to OSH)
3. Memberikan pendidikan ataupun pelatihan terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja
kepada tenaga kerja untuk meningkatkan kinerja K3 Perusahaan.
(Provide OSH training and education and awareness to all employees to improve
Company’s OSH Performance)

Surabaya, 01 Januari 2016

Prof. Ir. A. Hendric Sidabutar, M.Eng


Pimpinan Perusahaan

12
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Praktik penambangan yang baik (good mining practices) yang menjadi syarat utama operasional
ANTAM di semua unit/unit bisnis/Kantor Pusat, mengharuskan terselenggaranya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang optimal. Dalam pelaksanaan K3 di Perusahaan, ANTAM
menggunakan acuan atau standar pelaksanaan K3 yang berlaku nasional dan internasional dan
berkomitmen melaksanakannya melalui penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) dan perolehan sertifikasi occupational, health & safety management (OHSAS)
18001:2007. Kebijakan terkait K3 pegawai diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ANTAM,
yang di antaranya berisi tentang ketentuan umum K3, perlengkapan keselamatan dan kesehatan
kerja, pakaian kerja dan ID Card, kesehatan kerja dan perlindungan lingkungan kerja serta jaminan
pemeliharaan dan fasilitas kesehatan pegawai dan keluarga. Kebijakan K3 ANTAM juga tertuang
dalam Keputusan Direksi No. 130.K/01/DAT/2009 tanggal 1 Mei 2009 mengenai. Pokok-Pokok
Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, ANTAM Safety Standard serta dalam Standar Etika
Perusahaan. Pokok-Pokok Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja menjelaskan antara lain
tentang tugas dan tanggung jawab, standar acuan pemenuhan peraturan K3, contractor safety
management, emergency response management, competency & safety awareness, safety program
serta safety audit. Selain itu Perusahaan juga memiliki program dan infrastruktur penanganan
darurat yang disosialisasikan kepada seluruh Karyawan diantaranya melalui:
 Safety Induction setiap awal rapat yang disampaikan oleh petugas yang ditunjuk;
 Alat pemadam api di setiap lantai Gedung Perusahaan;
 Fire Action (langkah-langkah apabila terjadi kebakaran);
 Petunjuk jalur evakuasi.

Selama ini, kegiatan yang dilakukan ANTAM terkait kesehatan dan keselamatan kerja di antaranya:
a. Program Safety Talk
b. Safety Inspection
c. Safety Patrol
d. Safety Meeting
e. Pembentukan Safety Health & Environment Committee
f. Safety Campaign
g. Safety Audit
h. Emergency Preparedness
i. Accident/Incident Analysis
j. Health Control.

Angka statistik kecelakaan kerja adalah 3 (tiga) kecelakaan dengan kategori ringan, 3 (tiga) kecelakaan
dengan kategori berat dan 1 (satu) kecelakaan dengan kategori fatal. ANTAM menyadari bahwa aspek
keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan adalah yang utama, untuk itu Perusahaan secara
konsisten melakukan pelatihan, penyuluhan dan inspeksi yang berkelanjutan terus dilakukan agar
integrasi implementasi SMK3 dapat berjalan lebih baik antara perusahaan, pegawai dan mitra kerja
untuk meningkatkan awareness budaya sadar risiko serta mencapai target Perseroan dalam
membukukan zero fatal accident.
Setelah dilakukannya penerapan dan pemeliharaan, hendaknya adanya pendokumentasian pada setiap
kegiatan yang dilakukan sebagai bukti bahwa telah di laksanakannya kebijakan K3 yang sesuai
peraturan yang telah di tetapkan.

13
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

B. PERENCANAAN
1. Identifikasi bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko
Identifikasi bahaya dilaksanakan guna menentukan rencana penerapan K3 di lingkungan
Perusahaan. Identifikasi bahaya ditujukan pada segala sumber, situasi maupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera ataupun penyakit akibat kerja. Prosedur dibuat, diterapkan dan
dipelihara oleh organisasi.
Identifikasi bahaya dilakukan terhadap seluruh aktivitas operasional Perusahaan di tempat kerja
meliputi :
1. Aktivitas kerja rutin dan non-rutin.
2. Aktivitas semua pihak yang memasuki termpat kerja termasuk kontraktor, pemasok,
pengunjung dan tamu.
3. Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya.
4. Bahaya dari lingkungan luar tempat kerja yang dapat mengganggu keselamatan dan
kesehatan kerja tenaga kerja yang berada di tempat kerja.
5. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan/material di tempat kerja baik yang disediakan
Perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan Perusahaan.
6. Perubahan ataupun usulan perubahan dalam Perusahaan baik perubahan aktivitas maupun
bahan/material/mesin yang digunakan.
7. Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan sementara dan dampaknya terhadap
operasi, proses dan aktivitas kerja.
8. Penerapan perundang-undangan, persyaratan dan peraturan yang berlaku.
9. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional, struktur
organisasi termasuk penerapannya terhadap kemampuan manusia.
Identifikasi bahaya yang dilaksanakan memperhatikan faktor-faktor bahaya sebagai berikut :
1. Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang).
2. Kimia (bahan/material/gas/uap/debu/cairan beracun, berbahaya, mudah
meledak/menyala/terbakar, korosif, penyebab iritasi, bertekanan, reaktif, radioaktif,
oksidator, penyebab kanker, bahaya pernafasan, membahayakan lingkungan, dsb).
3. Fisik/Mekanik (infrastruktur, mesin/alat/perlengkapan/kendaraan/alat berat, kedalaman,
tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung, cahaya, listrik, radiasi, kebisingan, getaran dan
ventilasi).
4. Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan berulang serta ergonomi
tempat kerja/alat/mesin).
5. Psikis/Sosial (berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian manajemen, lingkungan
sosial tempat kerja, kekerasan dan intimidasi).
Identifikasi bahaya meliputi sumber-sumber bahaya sebagai berikut :
1. Manusia.
2. Mesin/Peralatan.
3. Material/Bahan peledak.
4. Metode.
5. Lingkungan Kerja.
Identifikasi bahaya meliputi jenis-jenis bahaya sebagai berikut :
1. Tindakan Tidak Aman.
2. Kondisi Tidak Aman.

Penilaian resiko menggunakan pendekatan metode matriks resiko yang relatif sederhana serta
mudah digunakan, diterapkan dan menyajikan representasi visual di dalamnya.
Pengendalian resiko didasarkan pada hirarki sebagai berikut :
1. Eliminasi (menghilangkan bahaya).
2. Substitusi (mengganti sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area yang lebih aman).

14
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

3. Perancangan (perancangan/perencanaan/modifikasi instalasi


sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area supaya menjadi aman).
4. Administrasi (penerapan prosedur/aturan kerja, pelatihan dan pengendalian visual di
tempat kerja).
5. Alat Pelindung Diri (penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja dengan paparan
bahaya/resiko tinggi).
Keseluruhan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko didokumentasikan dan
diperbarui sebagai acuan penerapan K3 di lingkungan Perusahaan.
Prosedur Terkait : P/SOP/K3/001 - Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian
Resiko K3.

2. Peraturan perundangan dan persyaratan lain


Untuk menjaga kualitas pengelolaan lingkungan, ANTAM menjalankan Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001:2004. Selanjutnya, ANTAM melakukan integrasi sistem pengelolaan
lingkungan dengan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008 dan Sistem Manajemen
Kesehatan dan Kecelakaan Kerja (K3) OHSAS 18001:2007. ANTAM juga secara rutin
mengikuti program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK). Pada periodepenilaian 2014-2015, 5 (lima) unit bisnis ANTAM ikut serta dalam
penilaian PROPER. Peraturan perundang-undangan ini sudah di mutakhirkan sebagai peraturan
perundangan yang di lakukan oleh PT ANTAM untuk acuan dalam pelaksanaan SMK3.

3. Target (Sasaran) dan Program-Program K3


Perusahaan menetapkan target dan program-program K3 berdasarkan kebijakan K3 yang
ditetapkan, hasil identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko K3 serta identifikasi
peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang diperlukan guna penerapan K3 di
lingkungan Perusahaan.
Target dan program-program K3 Perusahaan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
1. Teknologi yang sedang digunakan oleh perusahaan.
2. Finansial/Keuangan perusahaan.
3. Persyaratan Bisnis/Usaha dan Operasional.
4. Tinjauan Pihak Lain yang berhubungan dengan Perusahaan.
Berikut ialah Target dan Program-Program K3 Perusahaan :
Wewenan
Sasaran Program Jadwal
g

Meningkatkan - Merekrut pegawai dengan lulusan yang 10 Januari HRD


pengetahuan dan sesuai dengan posisi kerja 2106
keterampilan teknis - Mengadakan pelatihan secara rutin
dan kompetensi - Memberikan training jika terdapat alat
pekerja baru
(meningkatkan
kualitas karyawan)

Menciptakan iklim - Merevisi peraturan perusahaan jika sudah 5 Januari Ahli K3


kerja yang kondusif tidak layak digunakan 2016 Umum
- Memperhatikan lingkungan kerja
- Membenahi fasilitas yang berhubungan
dengan iklim kerja

15
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

Zero Fatal Accident - Pelatihan, penyuluhan, dan inspeksi yang HRD dan
berkelanjutan Ahli K3
- Mengimplementasikan SMK3 dengan Umum
baik

Merekrut Ahli K3 Umum untuk HRD


merencanakan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
Penerapannnya serta melakukan identifikasi
bahaya dan rencana pengendalian terhadapnya

Kesehatan Pekerja - Mendaftarkan pegawai di BPJS 1 Januari HRD dan


Kesehatan 2016 Ahli K3
- Bekerja sama dengan beberapa rumah Umum
sakit
- Melakukan tindakan pencegahan
(preventive), pengobatan (kuratif),
mempertahankan kesehatan (promotive),
dan mengembalikan kesehatan seperti
semula (rehabilitative)
- Pelatihan dan pelayanan kesehatan di
setiap unit bisnis
- Pemeriksaan kesehatan berkala (medical
check-up) untuk pegawai

Program-program K3 didokumentasikan dan ditinjau setiap semester serta disesuaikan


sesuai kebutuhan untuk mencapai Target K3.

C. PENERAPAN
1. Sumber Daya, Peran, Fungsi, Wewenang dan Tanggung Jawab.
Untuk menjamin pelaksaan K3 di tempat kerja, maka Perusahaan membentuk Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 4
Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dan OHSAS
8001.
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) merupakan definisi dari badan
pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan tenaga kerja
untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian & partisipasi efektif dalam penerapan K3
di lingkungan Perusahaan.

16
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

Susunan P2K3

Tugas Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah memberikan saran dan
pertimbangan baik diminta maupun tidak oleh Pengusaha/Pengurus mengenai masalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di lingkungan Perusahaan.
Fungsi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara lain :
1. Menghimpun & mengolah data mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
tempat kerja.
2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja mengenai :
a. Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan K3
termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta cara menanggulanginya.
b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.
c. Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
3. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
Membantu Pengusaha/Pengurus dalam :
a. Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja.
b. Memberikan persetujuan dan memberi arahan pelaksanaan prses identifikasi dan
assessment risiko, sehingga dapat teridentifikasi risiko signifikan beserta
levellingnya
c. Memberikan arahan, persetujuan, dan koordinasi terhadap proses penentuan risk that
matter sehingga manajemen dapat lebih focus dalam melakukan pengelolaan risiko
d. Melakukan koordinasi, memberikan arahan proses pemantauan, dan pelaporan risiko
untuk memastikan bahwa seluruh action plan yang telah disepakati dijalankan
dengan baik
4. Membantu Pimpinan Perusahaan (Manajemen Puncak) dalam menyusun kebijaksanaan
manajemen dan pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja,
higiene perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi kerja.

17
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

Peran dan Wewenang P2K3


Peran Wewenang
Dewan komisaris Penanggung jawab efektivitas penerapan Sistem manajene Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
Direktur Penanggung jawab dalam bidang keuangan
keuangan
Komite Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi kepada direktur
manajemen risiko terkait Manajemen Risiko
Risk Mennyampaikan laporan evaluasi riasiko kepada Direksi secara periodik
management dan beberapa jenis laporan lainnya kepada dewan komisaris
division
Audit internal Memeriksa kelayakan program manajene risiko
division Memeriksa dan melaporkan praktek mitigasi risiko utama
Memberikan saran, rekomendasi, dan konsultasi mitigasi risiko
Menjadi advokat, mentor dan inspiratory dalam manajemen risiko
Perusahaan menjamin pemenuhan sumber daya yang relevan untuk penerapan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di lingkungan Perusahaan.
Divisi ini rutin melakukan pertemuan setiap satu bulan sekali pada hari Senin minggu
terakhir.
2. Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian
Perusahaan menjamin kompetensi semua personil yang dipilih untuk melaksanakan penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pedoman ini sesuai dengan latar
belakang, keahlian, pelatihan dan pengalaman personil masing-masing.
Perusahaan juga melaksanakan identifikasi kebutuhan-kebutuhan pelatihan untuk seluruh
personil di bawah kendali Perusahaan berdasarkan kompetensi, keahlian dan resiko bahaya
terkait jabatan dan jenis pekerjaan guna menjamin pelaksanaan dan penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara baik di lingkungan Perusahaan.
Perusahaan menjamin seluruh personil di bawah kendali Perusahaan mengetahui tanggung-
jawab dan petunjuk-petunjuk penerapan (pelaksanaan) K3 di lingkungan Perusahaan melalui
pelatihan, fasilitas, sarana dan prasarana lain yang disiapkan Perusahaan guna berlangsungnya
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara baik di tempat kerja.
Pimpinan Perusahaan bertanggung-jawab penuh terhadap penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Kerja di tempat kerja.

3. Komunikasi, Partisipasi, dan Konsultasi


3.1. Komunikasi
Seiring dengan Visi ANTAM untuk menjadi perusahaan kelas dunia, penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi (Information & Communication Technology/ICT) yang handal
sangatlah dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan yang efektif, efisien, dan
optimal. Untuk itu ANTAM senantiasa berkomitmen untuk melaksanakan implementasi
Tata Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan yang baik. Dalam menjamin penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, maka ANTAM juga menyusun sistem komunikasi untuk mendukung
pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang baik di tempat
kerja.

Komunikasi dapat melalui beragam media, cara dan teknologi yang secara efektif dapat
menyampaikan pesan kepada semua pihak yang perlu mendapat informasi berkaitan dengan
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pada ANTAM, salahsatu
contoh sistem menyampaikan informasi komunikasi media massa dimana ANTAM telah

18
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

mengungkapkan seluruh ringkasan kebijakan ANTAM dengan ekstenal maupun internal


melalui sistus web.

Informasi-informasi yang termasuk dalam komunikasi internal (misalnya komunikasi


dengan karyawan) antara lain:
a. Komitmen Perusahaan terhadap Penerapan K3 di tempat kerja.
b. Program-program yang berkaitan dengan Penerapan K3 di tempat kerja.
c. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko K3 di tempat kerja.
d. Prosedur kerja, instruksi kerja, diagram alur proses kerja serta
material/bahan/alat/mesin yang digunakan dalam proses kerja.
e. Tujuan K3 dan aktivitas peningkatan berkelanjutan lainnya.
f. Hasil-hasil investigasi kecelakaan kerja.
g. Perkembangan aktivitas pengendalian bahaya di tempat kerja.
h. Perubahan-perubahan manajemen Perusahaan yang mempengaruhi penerapan K3 di
tempat kerja, dsb.

Informasi-informasi terkait komunikasi eksternal dengan pemegang saham dan investor


antara lain :
2. Jenis, prosedur dan penanggung jawab pelaksanaan SMK3
3. Peraturan dan persyaratan komunikasi pemegang saham dan invesror
4. Hasil pemeriksaan dan pemantauan.
5. Tanggap Darurat.
6. Hasil investigasi kecelakaan, ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan dan tindakan
pencegahan.
7. Persyaratan komunikasi harian, dsb.

Informasi-informasi terkait komunikasi eksternal dengan pengunjung/tamu antara lain :


1. Persyaratan-persyaratan K3 untuk tamu.
2. Prosedur evakuasi darurat.
3. Aturan lalu lintas di tempat kerja.
4. Aturan akses tempat kerja dan pengawalan.
5. APD (Alat Pelindung Diri) yang digunakan di tempat kerja.

Perusahaan juga mengatur komunikasi eksternal dengan pihak ke tiga terkait informasi yang
diterima oleh Perusahaan maupun informasi yang diberikan oleh Perusahaan untuk pihak ke
tiga. Perusahan menjamin konsistensi dan relevansi informasi yang diberikan sesuai dengan
Sistem Manajemen K3 Perusahaan yang diterapkan termasuk informasi mengenai
operasional K3 dan tanggap darurat Perusahaan.

3.2. Partisipasi dan Konsultasi


Perusahaan mengikutsertakan seluruh personil di bawah kendali Perusahaan untuk berperan
aktif dalam penerapan K3 di lingkungan Perusahaan dengan cara partisipasi dan konsultasi.
Partisipasi/konsultasi K3 dapat dilakukan secara kelompok maupun individu.
Partisipasi/konsultasi dapat dilaksanakan dengan menghadiri rapat-rapat P2K3 yang secara
secara rutin dilaksanakan tanpa mengganggu tugas pokok masing-masing.
Partisipasi/konsultasi juga dapat dilaksanakan menggunakan jalur lain yang disediakan oleh
Perusahaan. Partisipasi/konsultasi juga dapat melibatkan pihak luar (pengunjung, tamu,
kontraktor dan pemasok) maupun pihak ke tiga yang bekerja sama dengan Perusahaan.

Partisipasi/konsultasi personil dapat meliputi hal-hal antara lain sebagai berikut :


a. Konsultasi mengenai pilihan dalam pengendalian bahaya di tempat kerja.
b. Rekomendasi peningkatan kinerja K3.

19
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

c. Konsultasi mengenai perubahan-perubahan yang dapat mempengaruhi penerapan K3 di


tempat kerja yang dapat menimbulkan bahaya baru atau bahaya tidak biasa lainnya.
Partisipasi/konsultasi dengan pihak luar meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Bahaya-bahaya baru atau bahaya tidak biasa lainnya di tempat kerja.
2. Perubahan manajemen (perubahan pengendalian, operasi, material/bahan/alat/mesin,
tanggap darurat, peraturan dan persyaratan lainnya).
3. Bahaya-bahaya lain yang dapat mempengaruhi wilayah sekitar Perusahaan maupun yang
bersumber dari wilayah sekitar Perusahaan.

4. Dokumentasi
Sistem dokumentasi dalam Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
meliputi antara lain :
Tingkat Dokumen Jenis Dokumen
Dokumen Tingkat I Panduan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
termasuk di dalamnya ialah Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Sasaran dan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
Ruang Lingkup Mengenai SMK3.
Dokumen Tingkat II Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dokumen Tingkat III Instruksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dokumen Tingkat IV Form, Laporan, Catatan dan Rekaman K3.
Dokumen Tingkat V Pengumuman, Surat Menyurat dan Sejenisnya.
Dokumen Tingkat VI Peraturan Perundang-Undangan dan Persyaratan K3 Lainnya dari
Pemerintah dan Lembaga Standarisasi Penerapan K3.

Dokumen Tingkat VII Perizinan-perizinan resmi K3 (Izin Penggunaan Mesin, Alat, Bahan,
Operator, Kalibrasi, dsj).
Dokumen Tingkat VIII Hasil Pengujian dan Pengukuran K3 dari Pihak Luar.
Dokumen Tingkat IX Dokumen Internal (Denah, Proses, Daftar Mesin/Alat, Daftar Bahan
B3) berkaitan dengan penerapan K3).
Dokumen Tingkat X Kontrak Kerja dan Kerjasama terkait K3.
Dokumen Tingkat XI Laporan Kontraktor dan Pihak Ke-III Lainnya .
Dokumen Tingkat XII Hasil Audit/Pemeriksaan dari Pihak Luar.

Media dokumentasi dapat berupa media kertas (cetak), digital (foto dan file program komputer),
dokumentasi online maupun media-media lain yang relevan dengan teknologi yang digunakan
manajemen Perusahaan.
Semua sistem dokumentasi dikendalikan (diatur dan didistribusikan/diidentifikasi) oleh
Sekretaris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Pengendalian Dokumen.
Pada laporan tahunan PT ANTAM sudah menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai
OHSAS 18001:2007, yang berisikan seluruh dokumentasi dan informasi yang digunakan dalam
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu diidentifikasi dan
dikendalikan. Mengenai tata cara persetujuan dokumen, penerbitan, penyimpanan dan
pemusnahan dokumen. Seluruh dokumentasi akan dimuat dalam sebuah daftar dokumen resmi
yang dikelola oleh Sekretaris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja termasuk
informasi-informasi mengenai wewenang persetujuan dokumen, penerbitan, penyebaran, revisi,
lokasi, penyimpanan dan pemusnahan dokumen.

20
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

D. Pengendalian Operasi.
Pada laporan tahunan PT ANTAM sudah menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai
OHSAS 18001:2007, yang berisikan setelah seluruh bahaya K3 di tempat kerja telah
diidentifikasi dan dipahami. Perusahaan menerapkan pengendalian operasi yang diperlukan
untuk mengelola resiko-resiko terkait bahaya-bahaya K3 di tempat kerja serta untuk memenuhi
peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya terkait dengan penerapan K3 di tempat
kerja. Prioritas pengendalian operasi ditujukan pada pilihan pengendalian yang memiliki tingkat
keandalan yang paling tinggi sama halnya dengan hierarki pengendalian resiko atau bahaya K3
di tempat kerja.

Dalam pelaksanaan pengendalian operasi ini PT ANTAM sudah menerapkan dalam kegiatan
pengendalian pembelian peralatan, material atau kebutuhan lain, pengendalian terkait pihak
luar, penetapan kriteria-kriteria operasi untuk meminimalisir segala penyimpangan dari
kebijakan serta tujuan K3. Selain itu PT ANTAM telah melakukan pemeliharaan terhadap
dokumentasi seluruh prosedur yang sudah berlaku serta seluruh kendali mengenai operasional
sesuai keperluan yang dibutuhkan PT ANTAM.

E. Persiapan Tanggap Darurat


Keadaan darurat semua adalah kejadian yang tidak diinginkan, terjadi secara mendadak,
diakibatkan oleh alam maupun kegiatan usaha pertambangan, dan kejadian itu dapat
membahayakan manusia. peralatan, produksilproses dan lingkungan kerja.( SNI 03-7166-2006)

Kegiatan yang dilaksanakan dalam penanggulangan kecelakaan dan kebakaran PT. ANTAM
antara lain :
a. Stand by emergency selama 24 jam
b. Pemeriksaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
c. Maintenance Alat
d. Inspeksi permadam alat pemadam kebakaran secara berkala

Prosedur tanggap darurat dibentuk untuk menangani keadaan :


1. Kebakaran tambang
2. Banjir dalam tambang
3. Runtuhnya tambang sehingga menutup tannel
4. Matinya aliran listrik yang mengakibatkan matinya sistem ventilasi utama tambang.
5. Kebakaran atau ledakan gudang bahan kimia yang terbakar.
6. Kebocoran tangki corbon in leach pabrik.
7. Kebocoran pipa tailling dam.
8. Bahaya asap atau gas beracun dalam tambang bawah tanah.
9. Kebakaran gedung dan kantor akibat aliran listrik.
10. Kerusuhan massa oleh PETI dan atau masyarakat sekitar.

Perusahan menyediakan sarana-prasarana dan fasilitas-fasilitas keadaan darurat di tempat kerja


seperti jalur evakuasi, sarana pemadam api, tempat aman berkumpul keadaan darurat serta sarana-
sarana keselamatan lain yang diperlukan untuk menanggulangi keadaan darurat Perusahaan.

Perusahaan membentuk unit kerja khusus dalam manajemen perusahaan yang memiliki tugas
khusus untuk menanggulangi keadaan darurat perusahaan. Unit kerja tersebut ialah Unit Tanggap
Darurat Perusahaan. Di bawah ialah susunan Unit Tanggap Darurat Perusahaan

21
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

Susunan Unit Tanggap Darurat

Peran, Wewenang dan Tanggung Jawab Unit Tanggap Darurat Perusahaan :


Peran Wewenang dan Tanggung Jawab
Ketua 1. Menentukan dan memutuskan Kebijakan Tanggap Darurat
Perusahaan.
2. Mengajukan anggaran dana yang berkaitan dengan sarana dan
prasarana tanggap darurat Perusahaan.
3. Mengundang partisipasi seluruh karyawan untuk melangsungkan
latihan tanggap darurat di lingkungan Perusahaan.
4. Menjadwalkan pertemuan rutin maupun nonrutin Unit Tanggap
Darurat.
5. Menyusun perencanaan pemulihan keadaan darurat perusahaan.
Wakil 1. Membuat laporan kinerja Unit Tanggap Darurat.
2. Melakukan pemantauan kebutuhan dan perawatan sarana dan
prasarana tanggap darurat Perusahaan.
3. Melaksanakan kerja sama dengan pihak terkait yang berkaitan dengan
tanggap darurat Perusahaan.
4. Membantu tugas-tugas ketua apabila Ketua berhalangan.
Regu 1. Melangsungkan pemadaman kebakaran menggunakan semua sarana
Pemadam pemadam api di lingkungan Perusahaan secara aman, selamat dan
Kebakaran efektif.
2. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana dan prasarana
pemadam api di lingkungan Perusahaan kepada Koordinator, Wakil
maupun Ketua Unit Tanggap Darurat.
Regu 1. Memimpin prosedur evakuasi secara aman, selamat dan cepat.
Evakuasi 2. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana dan prasarana
evakuasi di lingkungan Perusahaan kepada Koordinator, Wakil
maupun Ketua Unit Tanggap Darurat.
3. Melaporkan adanya korban tertinggal, terjebak ataupun teruka kepada
Regu P3K, Koordinator maupun Wakil Unit Tanggap Darurat.
Regu P3K 1. Melaksanakan tindakan P3K.
2. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana dan prasarana P3K

22
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

di lingkungan Perusahaan kepada Koordinator, Sekretaris maupun


Ketua Unit Tanggap Darurat.
3. Melaporkan kepada Koordinator ataupun Sekretaris Unit Tanggap
Darurat bilamana terdapat korban yang memerlukan tindakan medis
lanjut pihak ke tiga di luar Perusahaan.
Logistik Mengakomodasi kebutuhan umum tanggap darurat (makanan, minuman,
pakaian, selimut, pakaian, dsb).
Transportasi Mengakomodasi sarana transportasi darurat dari dalam/luar lingkungan
Perusahaan.
Komunikasi 1. Memantau perkembangan penanganan kondisi darurat dan
Internal menjembatani komunikasi antar regu Unit Tanggap Darurat.
2. Memastikan alur komunikasi antar regu Unit Tanggap Darurat dapat
dilangsungkan secara baik dan lancar.
Komunikasi 1. Memantau seluruh informasi internal dan mengakomodasi
Eksternal informasi/pemberitaan untuk pihak luar.
2. Menghubungi pihak eksternal terkait untuk kepentingan tanggap
darurat (Kepolisian/Warga).
Keamanan Melaksanakan tindakan keamanan internal maupun eksternal selama
berlangsungnya tanggap darurat Perusahaan.
Pelatihan (simulasi dan pengujian) penanganan keadaan darurat dilaksanakan minimal satu
kali dalam satu tahun mencakup simulasi pemadaman kebakaran serta simulasi evakuasi
darurat di tempat kerja.
Persiapan tanggap darurat dipelihara dan dinilai keefektifannya secara berkala serta apabila
terdapat perubahan manajemen Perusahaan.
Unit Tanggap Darurat mengadakan rapat (pertemuan) rutin minimal 1 (satu) kali dalam 1
(satu) bulan yang dipimpin oleh Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna
membahas pemeliharaan persiapan tanggap darurat Perusahaan. Seluruh hasil pertemuan
didokumentasikan oleh Sekretaris P2K3.
Dokumen Terkait : P/SOP/K3/007 - Prosedur Tanggap Darurat K3.

F. PEMERIKSAAN
1. Pengukuran dan Pemantauan kinerja k3
Perusahaan harus melakukan evaluasi terhadap kinerja Keselamatan Pertambangan dan
menindaklanjuti adanya ketidaksesuaian. Evaluasi dan tindak lanjut terhadap kinerja
Keselamatan Pertambangan meliputi:
1. Pemantauan dan pengukuran kinerja:
2. Inspeksi pelaksanaan keselamatan pertambangan;
3. Evaluasi kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan
lainnya yang terkait;
4. Penyelidikan kecelakaan, kejadian berbahaya, dan penyakit akibat kerja;
5. Evaluasi pengelolaan administrasi keselamatan pertambangan;
6. Audit internal penerapan smk3
7. Tindak lanjut ketidaksesuaian.

Perusahaan wajib menyusun, menetapkan, menerapkan, dan mendokumentasikan prosedur


pemantauan dan pengukuran kinerja Keselamatan Pertambangan. Pemantauan dan pengukuran
kinerja meliputi:
1. Sasaran, target dan program Keselamatan Pertambangan;
2. Pengelolaan lingkungan kerja;
3. Pengelolaan kesehatan kerja;
4. Pengelolaan KO Pertambangan yang terdiri atas:

23
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

 Sistem dan pelaksanaan pemeliharaan pemelihaaraan/perawatan sarana, prasarana,


instalasi, dan peralatan pertambangan;
 Pengamanan instalasi;
 Kelayakan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan;
 Kompetensi tenaga teknik; dan
 Evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan.
5. Pengelolaan bahan peledak dan peledakan yang terdiri atas:
 Gudang bahan peledak;
 Penyimpanan bahan peledak;
 Pengangkutan bahan peledak; dan
 Pekerjaan peledakan.

Metode dan frekuensi pemantauan dan pengukuran kinerja mengacu pada persyaratan dalam
standar dan ketentuan peraturan perundang-undangan, serta harus didokumentasikan.

Dalam hal peralatan pemantauan digunakan untuk mengukur dan memantau kinerja, Perusahaan
wajib menyusun, menetapkan, menerapkan, dan mendokumentasikan prosedur untuk kalibrasi
dan pemeliharaan peralatan pemantauan tersebut. Rekaman hasil kalibrasi dan pemeriksaan harus
didokumentasikan. Perusahaan harus menetapkan rencana dan melaksanakan perbaikan/tindak
lanjut berdasarkan hasil pemantauan dan pengukuran kinerja serta didokumentasikan.

24
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

2. Evaluasi Kesesuaian
PT ANTAM sudah berkomitmen dalam melaksanakan program SMK3 yang sesuai dengan
kebijakan K3 yang ada dan mematuhi peraturan perundangan yang berlaku secara rutin pihak
yang terkait selalu melakukan evaluasi kesesuaian sesuai dengan prosedur yang telah di
tetapkan untuk secara periodik mengevaluasi kepatuhan PT ANTAM kepada peraturan
perundangan yang relevan.

Setiap dokumen-dokumen maupun catatan-catatan hasil dari evaluasi yang dilakukan secara
periodik tersebut tersimpan, terawat dan terpelihara secara baik sebagai bukti telah
dilakukannya kegiatan tersebut.

3. Penilaian ketidaksesuaian penerapan perundang-undangan dan persyaratan lain


Peraturan Perundangan dan Persyaratan K3L adalah peraturan perundangan dan persyaratan
lainnya yang berkaitan dengan K3L baik di tingkat daerah maupun nasional. Sebagai pedoman
dalam mengidentifikasi seluruh peraturan perundangan dan persyaratan K3L yang berkaitan
dengan K3L di PT. ANTAM (KAP), untuk diterapkan dan dipelihara sesuai dengan
perkembangan terkini.

Prosedur
1. Proses identifikasi dan seleksi
a. Peraturan yang perlu diidentifikasi adalah sebagai berikut :
- Peraturan perundangan dan persyaratan K3L tingkat Daerah. Peraturan tersebut
dapat berupa Peraturan Daerah Tingkat I, Peraturan Daerah Tingkat II, Keputusan
Gubernur, Keputusan Walikotamadya, dan Keputusan Kepala Bapedalda
- Peraturan perundangan dan persyaratan K3L tingkat Nasional. Peraturan tersebut
dapat berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Keputusan Menteri
- Peraturan-peraturan khusus di bidang minyak dan gas di Indonesia. Peraturan
tersebut dapat berupa Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral.
b. Operations Director mengidentifikasi dan menseleksi peraturan yang berkaitan
dilakukan berdasarkan bahaya potensial K3L yang ditimbulkan oleh kegiatan jasa dan
dimasukkan ke dalam Daftar Peraturan Perundangan dan Persyaratan K3L lainnya

2. Offshore Installation Manager melakukan akses menghubungi instansi terkait melalui surat,
fax, kunjungan langsung, telepon, e-mail atau browsing internet untuk dapat memperoleh
peraturan perundangan dan persyaratan K3L yang terkini, minimal 1 kali setahun.

Offshore Installation Manager memelihara Daftar Peraturan dan Persyaratan K3L lainnya
dan peraturan dan persyaratan K3L dan mendistribusikan kepada seluruh manajer.
Peraturan dan Persyaratan K3L mudah mudah diakses oleh seluruh pekerja

Bila terdapat permohonan dari Pihak terkait dalam menginterpretasi peraturan perundangan
dan persyaratan K3L, Operations Director dapat dapat meminta bantuan Project Supervisor
untuk mengkomunikasikan peraturan tersebut.

4. Investigasi Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Tindakan Pencegahan.


3.1 Investigasi Insiden.
Dengan penyelidikan dan pelaporan kecelakaan/Insiden tujuannya adalah mengungkap
masalah-masalah dan mengidentifikasi semua faktor dan keadaan yang berhubungan
dengan kecelakaan/insiden dalam rangka memperoleh hubungan sebab akibat untuk
melakukan tindakan pencegahan dan kewaspadaan, dan untuk mencegah
kecelakaan/insiden tidak terulang kembali.

Penanggung jawabnya adalah HSE Coordinator bertanggung jawab untuk menyiapkan,


memperbaharui, mendistribusikan dan memantau penerapan prosedur ini dalam

25
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

organisasi PT. ANTAM. Para Manajer Departemen lain dan personil pengawas
bertanggung jawab dalam tindakan pertama sesuai dengan persyaratan prosedur ini.

3.2 Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Tindakan Pencegahan


Apabila terjadi ketidaksesuaian terhadap prosedur maupun perundangan yang terkait PT
ANTAM wajib melakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap ketidaksesuaian tersebut.
Tindak lanjut meliputi tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan sesuai dengan
prosedur dalam meangani ketidaksesuaian yang aktual dan potensial. Evaluasi dan
tindak lanjut dalam keselamatan pertambangan meliputi:
a. Pemantauan dan pengukuran:
b. Inspeksi pelaksanaan keselamatan pertambangan;
c. Evaluasi kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lainnya yang terkait;
d. Penyelidikan kecelakaan, kejadian berbahaya, dan penyakit akibat kerja;
e. Evaluasi pengelolaan administrasi keselamatan pertambangan;
f. Audit internal penerapan smk3
g. Tindak lanjut ketidaksesuaian.

Apabila tindakan perbaikan dan pencegahan menyatakan timbulnya bahaya baru atau
bahaya yang berubah atau perlunya perubahan pengendalian atau pengendalian baru PT
ANTAM telah mensyaratkan tindakan yang di ambil harus melalui penilaian risiko
sebelum di terapkan.

Setiap tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang diambil untuk menghilangkan
akar penyebab ketidaksesuaian yang terjadi pada PT ANTAM harus sesuai dengan
besarnya masalah dan seimbang dengan risiko K3 yang dihadapi. Seluruh perubahan yang
timbul dari ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan dari tindakan pencegahan
didokumentasikan dan dokumentasi dipelihara secara baik.

26
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

3.3 Pelaporan Kecelakaan dan Polusi Lingkungan


- Semua kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan barang, kecederaan pribadi,
pencemaran lingkungan atau yang nyaris mencelakakan, harus segera dilaporkan
kepada supervisor yang bertanggung jawab.
- Tempat kejadian sama sekali tidak boleh diubah dengan cara apapun, kecuali untuk
mengamankan atau mencegah terjadinya kecederaan dan/atau kerusakan harta
benda yang lebih lanjut.
- Karyawan yang terluka, tidak peduli betapapun ringannya, harus melapor atau
diberi pengobatan dan diberi perawatan.
- Untuk mencegah adanya masalah yang berlanjut, penanganan terhadap karyawan
yang mengalami luka berat hanya boleh dilakukan oleh pihak medis.
- Ambulan atau mobil yang sesuai harus digunakan untuk membawa karyawan yang
luka sedang dan parah.
- Setelah mendapatkan penanganan medis, maka jika memungkinkan pasien harus
melaporkan secepatnya kepada HSE Coordinator sebagai informasi terhadap status
medis serta kejadian yang menyebabkan kecideraan.
- Untuk kecelakaan yang mengakibatkan tumpahan maupun kebocoran bahan kimia
maka pelaporan dilakukan dengan mengisi formulir Laporan Tumpahan Bahan
Kimia dan Minyak dengan lengkap dan ditandatangani oleh mereka yang
bertanggung jawab.
- Untuk kecelakaan di luar tumpahan atau kebocoran bahan kimia, pelaporan awal
dilakukan dengan mengisi formulir laporan kecelakaan yang standar dan
ditandatangani oleh mereka yang bertanggung jawab.
- Laporan pencemaran lingkungan harus diserahkan kepada HSE Department
maksimal 8 jam.
- Laporan kecelakaan harus diserahkan kepada HSE Department maksimal 1x24 jam
setelah kejadian.

3.4 Penyelidikan kecelakaan dan polusi lingkungan


Penyelidikan dilakukan berdasarkan hasil laporan awal kecelakaan/insiden atau laporan
pencemaran lingkungan.
Jika kecelakaan/ insiden/ pencemaran lingkungan masuk dalam kategori resiko tinggi
maka penyelidikan dilakukan oleh tim, tetapi diluar itu penyelidikan dilakukan hanya
oleh supervisor lini.

Untuk tim penyelidik maka susunan yang dibentuk terdiri dari:


1. Karyawan yang terluka (jika dapat)
2. Leader/ Supervisor atasannya.
3. Department Manager
4. Site Safety Officer
5. Saksi
6. Ahli-ahli lain yang relevan.

Penyelidikan yang dilakukan tim pelaksanaannya dapat mengikuti diagram alir di bawah
ini:

27
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

WORK MODE FOR INVESTIGATION GROUP


1
INITIATION MEETING

2
ON THE SPOT INVESTIGATION AND
COLLECTION OF TECHNICAL DATA

3
DISCUSSIONS / INTERVIEWS / RECONSTRUCTION

4
PREPARATION OF DATA

5
INVESTIGATION OF CAUSES

6
NO FURTHER INFORMATION YES
NEEDED?

7
REPORTING /
DOCUMENTATION

3.5 Tahapan yang dilakukan selama investigasi berlangsung adalah sebagai berikut:
 Amankan area kejadian (jika belum dilakukan)
 Ambil gambar
 Identifikasi dan catat saksi-saksi
 Mencari informasi terkait pekerjaan yang sedang berjalan pada saat kejadian
 Mempertimbangkan kebutuhan tenaga ahli dari luar
 Mengumpulkan dan mengidentifikasi bukti teknis
 Mencatat posisi dari bukti yang ada (penempatan secara fisik)
 Melakukan wawancara
 Melakukan rekonstruksi (jika memungkinkan atau perlu)
 Membuat studi secara detil
 Membuat analisis
 Pendokumentasian
 Membuat Laporan

3.6 Dalam melakukan analisa supervisor atau tim penyelidik harus menentukan faktor-faktor
penyebab berdasarkan panduan model Penyebab kerugian dengan melihat hal-hal di
bawah ini:
a) Penyebab Langsung (tindakan/ perbuatan tidak aman)
b) Penyebab Dasar (faktor manusia/faktor pekerjaan)
c) Faktor kendali (program tidak cukup/ standar program tidak cukup/pemenuhan
terhadap standar tidak cukup.

Berdasarkan hasil penyelidikan maka tindakan perbaikan dan orang yang melaksanakan
perbaikan harus ditentukan. Orang yang dipercaya untuk melaksanakan perbaikan harus
segera melaksanakannya dan memberitahu Department Manager setelah selesai
pelaksanaannya. Department Manager atau penggantinya bertanggung jawab untuk
memonitor perbaikkan yang dilakukan dan memastikan pelaksanaannya selesai tepat
waktu. Tindakan perbaikan jangka panjang harus dimasukkan ke dalam Daftar Objektif
K3L untuk ditangani oleh Manajemen.

28
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

Hasil penyelidikan dituangkan ke dalam laporan penyelidikan kecelakaan/insiden dan


menjadi laporan akhir dengan status kasus ditutup. Laporan final yang sudah lengkap
harus dibagikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan dan arsip di HSE Coordinator
menurut klasifikasinya

5. Pengendalian Catatan, Rekaman, dan Laporan


Seluruh catatan, rekaman dan laporan K3 dipelihara untuk menunjukkan keefektifan penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan dan pengelolaan resiko-
resiko K3 di tempat kerja.
Pengendalian catatan, rekaman dan laporan K3 mencakup antara lain :
1. Laporan penilaian penyesuaian terhadap peraturan perundang-undangan dan persyaratan
lainnya yang berkaitan dengan resiko K3 di tempat kerja.
2. Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko.
3. Laporan pemantauan kinerja K3 (tindak lanjut penerapan K3).
4. Laporan perawatan dan kalibrasi alat-alat pengukuran kinerja K3.
5. Laporan tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan.
6. Laporan inspeksi K3.
7. Laporan pelatihan dan kompetensi K3 tenaga kerja.
8. Laporan audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
9. Laporan partisipasi dan konsultasi tenaga kerja.
10. Laporan insiden.
11. Laporan tindak lanjut insiden.
12. Laporan pertemuan K3.
13. Laporan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.
14. Laporan perawatan APD (Alat Pelindung Diri).
15. Laporan pelatihan (simulasi/pengujian) tanggap darurat.
16. Laporan Tinjauan Manajemen.
Pengendalian catatan, rekaman dan laporan K3 meliputi identifikasi, penyimpanan, keamanan
(perlindungan), pencarian, masa simpan dan pemusnahannya.
Pengendalian catatan, rekaman dan laporan K3 dilaksanakan oleh Sekretaris Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dokumen Terkait : P/SOP/K3/006 - Prosedur Pengendalian Dokumen K3.
G. Audit Internal
5.1. Perencanaan Audit
a. Audit Keselamatan, Kesehatan Kerja & Lingkungan Internal dilakukan sesuai Jadwal
Audit
b. Program Audit Keselamatan, Kesehatan Kerja & Lingkungan Internal disiapkan oleh
Management Representative dan disahkan oleh Managing Director.
c. Dalam hal penentuan frekuensi pelaksanaan Audit, maka yang dapat menjadi bahan
pertimbangan adalah hal-hal sebagai berikut:
 Tingginya atau kecenderungan meningkatnya ketidaksesuaian untuk hal-hal yang
sejenis.
 Tingkat resiko
 Keluhan pelanggan/pihak terkait.
 Permintaan untuk Tindakan Perbaikan dan Pencegahan.
 Pengenalan untuk peralatan, metoda atau proses yang baru.
 Perubahan Struktur Organisasi.
 Hasil pelaksanaan Audit sebelumnya.

29
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

d. Perencanaan Audit Internal dibuat dan didistrbusi oleh MR

5.2. Auditor, Ketua Tim Audit, Auditee


Dalam kegiatan Auditing maka orang-orang yang terlibat langsung adalah:

a. Auditor, bertanggung jawab antara lain dalam hal:


 Mengkomunikasikan dan menjelaskan persyaratan Audit.
 Mendokumentasikan hasil temuan dan pengamatan.
 Melaporkan hasil pelaksanaan Audit kepada Ketua Tim Audit.
 Menyimpan dan memelihara dokumen yang berkaitan dengan Audit.
 Bekerja sama dan mendukung Ketua Tim.
b. Ketua Tim Audit, bertanggung jawab antara lain dalam hal:
 Ketua Tim harus detraining dan lulus Training Internal Audit
 Membantu Management Representative untuk pemilihan anggota Tim Audit
 Menyiapkan Rencana Audit.
 Bertanggung jawab selama pelaksanaan audit.
 Menyampaikan semua rekap Permintaan Tindakan Perbaikan dan Pencegahan kepada
Auditee melalui Management Representative.
c. Auditee, bertanggung jawab antara lain dalam hal:
 Menyiapkan personil terkait untuk memberikan informasi mengenai lingkup yang
diaudit.
 Menunjuk staf yang bertanggung jawab untuk mendampingi Tim Auditor selama
pelaksanaan Audit.
 Menyediakan sumber daya yang diperlukan oleh Tim Auditor agar Audit dapat
berjalan efektif dan efisien.
 Menyediakan fasilitas dan bahan bukti yang diminta Auditor.
 Mendukung sepenuhnya kegiatan Audit serta Tindakan Perbaikan untuk
ketidaksesuaian yang ditemukan selama Audit.

5.3. Pengaturan dan Koordinasi Audit


a. Ketua Tim mengadakan pertemuan untuk membahas strategi audit dan dituangkan dalam
Perencanaan Pelaksanaan Audit.
b. Ketua Tim memberikan informasi kepada Auditor dengan sedikitnya dilengkapi:
 Dokumen Sistem K3L serta lingkup pekerjaan atau area penerapan Audit
Keselamatan, Kesehatan Kerja & Lingkungan Internal
 Menyiapkan Audit Checklist
 Menyiapkan dan menginformasikan Non Conformance Report
 Membicarakan Perencaan Audit kepada klien
c. Persiapan Check List Audit dilakukan oleh Auditor dengan mengacu pada hal-hal berikut:
 Ketidaksesuaian yang cenderung ada atau sering ditemui
 Permintaan Tindakan Perbaikan
 Hasil Audit sebelumnya

5.4. Rapat Pembukaan Audit


Management Representative mengundang Managerial untuk secara resmi melakukan Rapat
Pembukaan Audit K3L Internal. Di dalam Rapat Pembukaan, Ketua Tim memperkenalkan

30
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

diri dan anggota tim-nya serta tugas-tugas yang akan dilaksanakan dan menentukan standar
dan metode yang akan dijadikan sebagai dasar penilaian.

5.5. Kegiatan Audit


a. Tim Audit Keselamatan, Kesehatan Kerja & Lingkungan Internal melakukan audit.
b. Dalam melaksanakan Audit Keselamatan, Kesehatan Kerja & Lingkungan Internal,
Auditor dapat menggunakan Audit Checklist sebagai alat bantu untuk mengakomodasi
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan pada Auditee.
c. Apabila di dalam pelaksanaan Audit K3L Internal ditemukan ketidak sesuaian, maka
ketidaksesuaian hasil pelaksanaan Audit yang telah disepakati akan dituangkan dalam
form Audit Non Conformance Report.
d. Apabila ketidaksesuaian yang ditemukan selama Audit memerlukan tindakan
pencegahan, maka tindakan perbaikan tersebut dituangkan dalam formulir Preventive
Action Requisition dilengkapi dengan tanggal target penyelesaian tindakan pencegahan
tersebut.

5.6. Rapat Penutupan Audit


Management Representative mengundang Managerial untuk melakukan Rapat Penutupan
Audit Keselamatan, Kesehatan Kerja & Lingkungan Internal. Di dalam Rapat Penutupan,
Ketua Tim menjelaskan temuan-temuan selama Audit serta target pelaksanaan untuk
tindakan perbaikan.

Ketua Tim secara resmi menyerahkan Laporan Audit Keselamatan, Kesehatan Kerja &
Lingkungan Internal kepada Management Representative.

5.7. Tindak lanjut


a. Management Representative melakukan pemantauan atau monitoring hasil Audit yang
dilanjutkan dengan target pelaksanaan untuk menindaklanjuti Non Conformance Report
dengan menggunakan form Audit Status
b. Non Conformance Report dan permintaan tindakan pencegahan dianggap selesai bila
sudah ditutup dan ditandatangani oleh Management Representative.
c. Management Representative melaporkan hasil pencapaian sistem manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja & Lingkungan serta hasil pelaksanaan Audit K3L
Internal kepada Manajer Operasional.
d. Hasil Audit Keselamatan, Kesehatan Kerja & Lingkungan Internal lebih lanjut akan
dibahas dalam Rapat Tinjauan Manajemen yang dilaksanakan sesuai dengan Prosedur
Operasi Tinjauan Manajemen.

H. TINJAUAN ULANG OLEH MANAJEMEN


Rapat Tinjauan Managemen dilaksanakan minimal satu kali dalam satu tahun atau di luar jadwal
rencana, apabila ada hal-hal penting yang berkaitan dengan kebijakan, tujuan dan sasaran K3L
yang memerlukan tindak lanjut. Agenda Rapat Tinjauan Manajemen antara lain meliputi :
a. Pemenuhan tujuan K3L
b. Kinerja K3L
c. Status Tindakan Perbaikan dan Pencegahan.
d. Perubahan yang dapat mempengaruhi Sistem Manajemen K3L.
e. Rekomendasi untuk Improvement.
f. Perubahan Kebijakan dan Target.
g. Hasil Audit K3L Internal.
h. Keluhan Pelanggan/Pihak terkait lainnya (masyarakat, legislator dll)
i. Tindak lanjut dari Rapat Tinjauan Manajemen yang sebelumnya.

Management Representative atas persetujuan Managing Director mengadakan Rapat Tinjauan


Management dengan mengundang:

31
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

a. Top Management (Production manager dan Manager Lini)


b. Manager dan Supervisor
c. Staff yang terkait langsung pada agenda rapat.
d. Peserta rapat yang tidak dapat hadir menunjuk salah seorang wakilnya.

Rapat Tinjauan Manajemen dipimpin oleh Direktur atau Management Representative.

Hasil Rapat Tinjauan Manajemen harus mencakup keputusan dan tindakan yang berkaitan dengan
:
a. Improvement pada keefektifan Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan, Kerja dan
proses-prosesnya. Serta yang berkaitan dengan persyaratan pelanggan dan perundangan
b. Sumber daya yang diperlukan
Hasil Rapat Tinjauan Manajemen dihimpun dalam Catatan Rapat Tinjauan Manajemen dan
Tindak Lanjt dari Rapat Tinjauan Manajemen.

Notulen Hasil Rapat Tinjauan Manajemen dan Rincian Tindak Lanjut didistribusikan kepada
seluruh peserta rapat dan bagian terkait serta ditindaklanjuti bila ada masalah yang harus
diselesaikan.

MR memantau tindak lanjut hasil Rapat Tinjauan Manajemen.

32
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

Penutup
Demikian Panduan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja disusun sebagai petunjuk
dalam pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan dan akan terus
diperbarui demi efektivitas pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja Perusahaan.

Surabaya, 31 Januari 2016

Prof. Ir. A. Hendric Sidabutar, M.Eng


Pimpinan Perusahaan

33

Anda mungkin juga menyukai