Kesehatan Kerja
1
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
DAFTAR ISI
2
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
LATAR BELAKANG
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di suatu perusahaan merupakan suatu
persyaratan dimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
pasal 87 bahwa perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan.
Persyaratan tersebut merupakan termasuk dalam investasi perusahaan karena merupakan sebuah kewajiban
yang diatur dalam Undang-Undang Pemerintah Republik Indonesia.
Diharapkan melalui penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja perusahaan dapat memiliki
lingkungan kerja yang sehat, aman, efisien dan produktif. Lebih dari itu penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat membantu Pimpinan Perusahaan untuk dapat melaksanakan
standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang merupakan tuntutan masyarakat global baik secara
nasional maupun secara internasional.
PROFIL PERUSAHAAN
Kegiatan usaha Perseroan telah dimulai sejak tahun 1968 ketika Perseroan didirikan sebagai Badan Usaha
Milik Negara melalui merjer dari beberapa Perusahaan tambang dan proyek tambang milik pemerintah,
yaitu Badan Pimpinan Umum Perusahaan-perusahaan Tambang Umum Negara, Perusahaan Negara
Tambang Bauksit Indonesia, Perusahaan Negara Tambang Emas Tjikotok, Perusahaan Negara Logam
Mulia, PT Nickel Indonesia, Proyek Intan dan Proyek-proyek Bapetamb. Perseroan didirikan dengan nama
"Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang" di Republik Indonesia pada tanggal 5 Juli 1968 berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1968. Pendirian tersebut diumumkan dalam Tambahan No. 36, BNRI
No. 56, tanggal 5 Juli 1968. Pada tanggal 14 September 1974, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26
tahun 1974, status Perusahaan diubah dari Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Negara Perseroan
Terbatas ("Perusahaan Perseroan") dan sejak itu dikenal sebagai "Perusahaan Perseroan (Persero) Aneka
Tambang".
Pada tanggal 30 Desember 1974, ANTAM berubah nama menjadi Perseroan Terbatas dengan Akta
Pendirian Perseroan No. 320 tanggal 30 Desember 1974 dibuat di hadapan Warda Sungkar Alurmei, S.H.,
pada waktu itu sebagai pengganti dari Abdul Latief, dahulu notaris di Jakarta Jl. Akta Perubahan No. 55
tanggal 14 Maret 1975 dibuat di hadapan Abdul Latief, dahulu notaris di Jakarta mengenai perubahan
status Perseroan dalam rangka melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Undang-undang
No. 9 tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 tahun 1969
(Lembaran Negara tahun 1969 No. 16. Tambahan Lembaran Negara No. 2890) tentang bentuk-bentuk
Usaha Negara menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1969 No. 40),
Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan (Persero). Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1969 No. 21 dan Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1974 tentang Pengalihan
Bentuk Perusahaan Negara Aneka Tambang menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1974 nomor 33 jo.Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
Kep. 1768/MK/IV/12/1974, tentang Penetapan Modal Perusahaan Perseroan (Persero) PT Aneka Tambang
menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Aneka Tambang, yang telah memperoleh pengesahan dari
Menkumham dalam Surat Keputusannya No. Y.A. 5/170/4 tanggal 21 Mei 1975 dan kedua Akta tersebut
di atas telah didaftarkan dalam buku register yang berada di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta berturut-
turut di bawah No. 1736 dan No. 1737 tanggal 27 Mei 1975 serta telah diumumkan dalam Tambahan No.
312 BNRI No. 52 tanggal 1 Juli 1975. Untuk mendukung pendanaan proyek ekspansi feronikel, pada tahun
1997 Perseroan menawarkan 35% sahamnya ke publik dan mencatatkannya di Bursa Efek Indonesia. Pada
tahun 1999, Perseroan mencatatkan sahamnya di Australia dengan status foreign exempt entity dan pada
tahun 2002 status ini ditingkatkan menjadi ASX Listing yang memiliki ketentuan lebih ketat.
Komoditas utama ANTAM adalah bijih nikel kadar tinggi atau saprolit, bijih nikel kadar rendah atau
limonit, feronikel, emas, perak dan bauksit. Jasa utama ANTAM adalah pengolahan dan pemurian logam
mulia serta jasa geologi. Dalam hal ini ANTAM bias dikatakan sebagai perusahaan yang bergerak
dibidang pertambangan dengan hasil produk dan jasa.
3
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Emas adalah salah satu produk dari PT ANTAM yang menjanjikan. Logam yang berwarna kuning terang,
padat, lunak, mengkilat, paling mudah untuk dibentuk serta sangat tahan terhadap karat ini adalah logam
mulia yang selama berabad-abad digunakan sebagai uang, nilai penyimpan dan perhiasan. Logam emas ini
terdapat di alam dalam bentuk bongkahan atau butiran di bebatuan, urat batu (veins) di bawah tanah
ataupun endapan. Saat ini emas juga banyak digunakan di bidang kedokteran gigi dan elektronika.
ANTAM memproduksi emas dari tambang Pongkor dan Cibaliung dengan total produksi logam emas
sekitar 5 ton per tahun.
4
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
STRUKTUR ORGANISASI
PROSES KERJA
( Proses Penambangan, pengolahan dan pemurnian bijih emas )
Segmen usaha emas dan pemurnian terdiri dari penambangan, pengolahan, pemurnian dan penjualan
komoditas emas dan perak, serta penyediaan jasa pemurnian dan pengolahan logam mulia. Di tahun 2015,
segmen usaha emas dan pemurnian memberikan kontribusi sebesar 72% dari penjualan bersih Perseroan.
Emas dan perak diproduksi melalui penambangan dan peleburan bijih emas menjadi bullion emas.
Penambangan bijih emas Perseroan saat ini berasal dari tambang emas bawah tanah di Pongkor, Jawa
Barat, yang dioperasikan oleh Unit Bisnis Pertambangan Emas, dan Cibaliung, Banten, yang dioperasikan
oleh Entitas Anak Perseroan, PT Cibaliung Sumberdaya. Produksi emas Pongkor berkisar antara
1.5002.000 kg (48.226-64.301 oz) per tahun. Produksi Cibaliung berkisar antara 1.000-1.500 kg (32.151-
48.225 oz) emas per tahun.
Tambang Pongkor memiliki tiga urat emas utama, yang seluruhnya tengah ditambang, yaitu Ciguha,
Kubang Cicau dan Ciurug. Metode penambangan di lokasi Ciguha dan Kubang Cicau pada umumnya
5
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
dilakukan dengan metode cut and-fill konvensional. Sedangkan di lokasi Ciurug menerapkan metode
mechanized-cut-and-fill dengan peralatan jumbo drill dan load haul dump (LHD).
Bijih yang ditambang dibawa ke mesin penggerus utama untuk selanjutnya diteruskan ke wadah bijih halus
melalui saringan pencuci tiga tingkat yang memisahkan material yang memiliki ukuran terlalu besar atau
kecil. Material yang berukuran besar diumpankan ke mesin penggerus kedua sementara material yang
berukuran kecil langsung diumpankan ke wadah penyimpanan bijih halus, dan pecahan terhalus yang
mengandung lumpur dikumpulkan dalam kolam penampungan. Bijih halus diumpankan ke ball mill
konvensional yang beroperasi dalam sirkuit tertutup dengan pemilah siklon hidro, dengan tambahan
sianida untuk memulai proses leaching dan kapur untuk pengendalian pH. Fines slurry dari tahap
penggerusan kemudian dipompakan ke sirkuit leaching (pelindian).
Cyclone overflow pada umumnya memiliki tingkat kepadatan 40% yang untuk kemudian diumpankan
pada proses carbon in-leach standar, yang terdiri dari dua tangki untuk cyanide leaching dan lima tangki
untuk penyerapan. Pulp tersebut mengalir melalui rangkaian tangki sementara karbon teraktivasi dialirkan
berlawanan arah melalui lima tangki penyerapan yang secara progresif dimuati oleh logam emasperak
yang terserap. Tingkat recovery pada waktu leaching dan penyerapan, sangat sensitif terhadap waktu
retensi keseluruhan di dalam sirkuit, yang ditentukan oleh debit dan kepadatan pulp. Logam yang terserap
karbon dipulihkan melalui elusi menggunakan sistem AARL ( Anglo American Research Laboratory ).
Dalam sistem tersebut satu elusi dilaksanakan per hari dan diselesaikan dalam satu shift . Eluat dengan
konsentrasi emas-perak tinggi dialirkan melalui sirkuit electrowinning dimana emas dan perak akan
terendapkan dalam katoda stainless steel . Katoda dipindahkan dalam jangka waktu sekitar empat hari
untuk kemudian deposit dan sedimen yang menempel kemudian dicuci, difilter dan dikeringkan di tungku
diesel sebelum dilebur dan dituang ke dalam cetakan anoda untuk proses pemurnian selanjutnya. Pulp dari
tangki penyerapan akhir dipompakan ke pengental tailings laju tinggi secara berseri. Tujuan pengentalan
ini untuk memanfaatkan kembali larutan sianida yang dikembalikan untuk proses leaching . Sedangkan
pulp yang telah dikentalkan diposes pada unit detoksifikasi sianida sehingga menjadi tailing yang aman
dipergunakan untuk proses backfiling di tambang. Sebagian tailing lainnya dipompakan ke tailing dam.
Kelebihan air dari tailing dam yang berasal dari aliran air permukaan pada saat hujan akan dialirkan ke unit
netralisasi limbah sebelum dialirkan ke sungai. Perseroan memiliki sebuah pabrik detoksifikasi yang terdiri
dari dua tangki, guna mengurangi kandungan sianida dalam Tailings sehingga berada di bawah nilai
ambang batas ( threshold limit value , “TLV”) sebesar 0,5 ppm, sehingga Tailings tersebut aman
digunakan sebagai sistem backfill Tailings total yang dikombinasikan dengan semen.
Pabrik pengolahan di tambang Pongkor pada awalnya dirancang dengan kapasitas 500 ton bijih per tahun,
dengan kadar 15 g/t untuk emas dan 156 g/t untuk perak, dengan tingkat pemulihan secara berturut-turut
sebesar 95% dan 70% untuk emas dan perak. Sewaktu operasi dimulai, ditemukan bahwa bijih dari
tambang jauh lebih basah dan mengandung lumpur dibandingkan perkiraan, sehingga menimbulkan
masalah penanganan di pabrik penggerusan dan penurunan kinerja dari sisi laju pengolahan. Modifikasi
pada tahap penggerusan berhasil meningkatkan kinerja secara keseluruhan.
Pada tahun 1997, Perseroan memasang kapasitas pengolahan tambahan sebesar 700 ton bijih kering per
hari di pabrik pengolahan Pongkor. Fasilitas ini mencakup instalasi penggerus, leaching dan penyerapan
dan bagian pengisian Tailings yang baru dengan kapasitas lebih besar, yang seluruhnya memiliki
rancangan yang sama dengan fasilitas yang telah ada.
Proses pengolahan bijih emas diatas menghasilkan bullion , yang kemudian dikirim ke Unit Bisnis
Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia, untuk diproses lebih lanjut menjadi emas dan perak murni. Unit
ini sanggup mengolah 60 ton (1.929.045 oz) emas dan 250 ton (8.037.587 oz) perak per tahun. Di Logam
Mulia, bullion dengan kadar perak tinggi, dilebur dalam tanur pada suhu 1.200 derajat Celsius. Setelah
6
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
proses peleburan, dilakukan pengambilan sampel atas bullion yang dihasilkan, kemudian di cetak menjadi
anode/ bullion yang disiapkan untuk proses elektrolisis, yang akan menghasilkan kristal perak murni.
Kristal perak murni tersebut dicuci, dilebur dan digranulasi menjadi butiranbutiran perak kecil. Bullion
emas berkadar tinggi langsung dilebur di tanur induksi untuk menjalani proses elektrolisis emas menjadi
anode. Anode emas tersebut kemudian diolah lebih lanjut menggunakan proses electrorefining untuk
menghasilkan emas dengan kandungan emas 99,99%.
Perseroan memiliki dan mengoperasikan pemurnian logam mulia dengan kapasitas produksi tahunan
sebesar 60 ton emas dan 250 ton perak. Pemurnian logam mulia merupakan satu-satunya pemurnian logam
mulia di Indonesia yang terakreditasi oleh LBMA dan melaksanakan pemurnian seluruh bullion utama
yang diproduksi di Indonesia dan sejumlah kecil scrap emas, perak dan platinum yang didaur ulang.
Sebesar 30% dari hasil produksi pemurnian merupakan emas yang dimurnikan dari bijih Perseroan, dan
sisanya dimurnikan untuk konsumen. Bisnis pemurnian tersebut merupakan lini usaha utama Unit Bisnis
Pemurnian dan Pengolahan Logam Mulia.
Perseroan menghasilkan pendapatan dari kegiatan usaha Logam Mulia melalui biaya pemurnian yang
dikenakan kepada produsen bullion dan pendapatan dari penjualan perhiasan di pasar lokal. Perseroan
tidak menghasilkan pendapatan dari penjualan emas dan perak yang dimurnikan dari bullion yang dipasok
oleh pihak ketiga karena pendapatan tersebut dialihkan ke pemasok tersebut, tetapi Perseroan
menghasilkan pendapatan dari penjualan emas dan perak yang dimurnikan dari bullion yang dihasilkan
dari tambang-tambang Perseroan.
7
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
RUANG LINGKUP
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja berlaku untuk seluruh lingkungan perusahaan
termasuk sub-sub operasional lainnya dan pihak lain yang memiliki ikatan kerja sama dengan
perusahaan serta pihak-pihak lainnya yang melakukan aktivitas ataupun beroperasi di wilayah
Perusahaan.
8
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
9
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
10
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
11
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
12
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Praktik penambangan yang baik (good mining practices) yang menjadi syarat utama operasional
ANTAM di semua unit/unit bisnis/Kantor Pusat, mengharuskan terselenggaranya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang optimal. Dalam pelaksanaan K3 di Perusahaan, ANTAM
menggunakan acuan atau standar pelaksanaan K3 yang berlaku nasional dan internasional dan
berkomitmen melaksanakannya melalui penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) dan perolehan sertifikasi occupational, health & safety management (OHSAS)
18001:2007. Kebijakan terkait K3 pegawai diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ANTAM,
yang di antaranya berisi tentang ketentuan umum K3, perlengkapan keselamatan dan kesehatan
kerja, pakaian kerja dan ID Card, kesehatan kerja dan perlindungan lingkungan kerja serta jaminan
pemeliharaan dan fasilitas kesehatan pegawai dan keluarga. Kebijakan K3 ANTAM juga tertuang
dalam Keputusan Direksi No. 130.K/01/DAT/2009 tanggal 1 Mei 2009 mengenai. Pokok-Pokok
Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, ANTAM Safety Standard serta dalam Standar Etika
Perusahaan. Pokok-Pokok Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja menjelaskan antara lain
tentang tugas dan tanggung jawab, standar acuan pemenuhan peraturan K3, contractor safety
management, emergency response management, competency & safety awareness, safety program
serta safety audit. Selain itu Perusahaan juga memiliki program dan infrastruktur penanganan
darurat yang disosialisasikan kepada seluruh Karyawan diantaranya melalui:
Safety Induction setiap awal rapat yang disampaikan oleh petugas yang ditunjuk;
Alat pemadam api di setiap lantai Gedung Perusahaan;
Fire Action (langkah-langkah apabila terjadi kebakaran);
Petunjuk jalur evakuasi.
Selama ini, kegiatan yang dilakukan ANTAM terkait kesehatan dan keselamatan kerja di antaranya:
a. Program Safety Talk
b. Safety Inspection
c. Safety Patrol
d. Safety Meeting
e. Pembentukan Safety Health & Environment Committee
f. Safety Campaign
g. Safety Audit
h. Emergency Preparedness
i. Accident/Incident Analysis
j. Health Control.
Angka statistik kecelakaan kerja adalah 3 (tiga) kecelakaan dengan kategori ringan, 3 (tiga) kecelakaan
dengan kategori berat dan 1 (satu) kecelakaan dengan kategori fatal. ANTAM menyadari bahwa aspek
keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan adalah yang utama, untuk itu Perusahaan secara
konsisten melakukan pelatihan, penyuluhan dan inspeksi yang berkelanjutan terus dilakukan agar
integrasi implementasi SMK3 dapat berjalan lebih baik antara perusahaan, pegawai dan mitra kerja
untuk meningkatkan awareness budaya sadar risiko serta mencapai target Perseroan dalam
membukukan zero fatal accident.
Setelah dilakukannya penerapan dan pemeliharaan, hendaknya adanya pendokumentasian pada setiap
kegiatan yang dilakukan sebagai bukti bahwa telah di laksanakannya kebijakan K3 yang sesuai
peraturan yang telah di tetapkan.
13
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
B. PERENCANAAN
1. Identifikasi bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko
Identifikasi bahaya dilaksanakan guna menentukan rencana penerapan K3 di lingkungan
Perusahaan. Identifikasi bahaya ditujukan pada segala sumber, situasi maupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera ataupun penyakit akibat kerja. Prosedur dibuat, diterapkan dan
dipelihara oleh organisasi.
Identifikasi bahaya dilakukan terhadap seluruh aktivitas operasional Perusahaan di tempat kerja
meliputi :
1. Aktivitas kerja rutin dan non-rutin.
2. Aktivitas semua pihak yang memasuki termpat kerja termasuk kontraktor, pemasok,
pengunjung dan tamu.
3. Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya.
4. Bahaya dari lingkungan luar tempat kerja yang dapat mengganggu keselamatan dan
kesehatan kerja tenaga kerja yang berada di tempat kerja.
5. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan/material di tempat kerja baik yang disediakan
Perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan Perusahaan.
6. Perubahan ataupun usulan perubahan dalam Perusahaan baik perubahan aktivitas maupun
bahan/material/mesin yang digunakan.
7. Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan sementara dan dampaknya terhadap
operasi, proses dan aktivitas kerja.
8. Penerapan perundang-undangan, persyaratan dan peraturan yang berlaku.
9. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional, struktur
organisasi termasuk penerapannya terhadap kemampuan manusia.
Identifikasi bahaya yang dilaksanakan memperhatikan faktor-faktor bahaya sebagai berikut :
1. Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang).
2. Kimia (bahan/material/gas/uap/debu/cairan beracun, berbahaya, mudah
meledak/menyala/terbakar, korosif, penyebab iritasi, bertekanan, reaktif, radioaktif,
oksidator, penyebab kanker, bahaya pernafasan, membahayakan lingkungan, dsb).
3. Fisik/Mekanik (infrastruktur, mesin/alat/perlengkapan/kendaraan/alat berat, kedalaman,
tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung, cahaya, listrik, radiasi, kebisingan, getaran dan
ventilasi).
4. Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan berulang serta ergonomi
tempat kerja/alat/mesin).
5. Psikis/Sosial (berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian manajemen, lingkungan
sosial tempat kerja, kekerasan dan intimidasi).
Identifikasi bahaya meliputi sumber-sumber bahaya sebagai berikut :
1. Manusia.
2. Mesin/Peralatan.
3. Material/Bahan peledak.
4. Metode.
5. Lingkungan Kerja.
Identifikasi bahaya meliputi jenis-jenis bahaya sebagai berikut :
1. Tindakan Tidak Aman.
2. Kondisi Tidak Aman.
Penilaian resiko menggunakan pendekatan metode matriks resiko yang relatif sederhana serta
mudah digunakan, diterapkan dan menyajikan representasi visual di dalamnya.
Pengendalian resiko didasarkan pada hirarki sebagai berikut :
1. Eliminasi (menghilangkan bahaya).
2. Substitusi (mengganti sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area yang lebih aman).
14
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
15
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Zero Fatal Accident - Pelatihan, penyuluhan, dan inspeksi yang HRD dan
berkelanjutan Ahli K3
- Mengimplementasikan SMK3 dengan Umum
baik
C. PENERAPAN
1. Sumber Daya, Peran, Fungsi, Wewenang dan Tanggung Jawab.
Untuk menjamin pelaksaan K3 di tempat kerja, maka Perusahaan membentuk Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 4
Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dan OHSAS
8001.
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) merupakan definisi dari badan
pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan tenaga kerja
untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian & partisipasi efektif dalam penerapan K3
di lingkungan Perusahaan.
16
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Susunan P2K3
Tugas Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah memberikan saran dan
pertimbangan baik diminta maupun tidak oleh Pengusaha/Pengurus mengenai masalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di lingkungan Perusahaan.
Fungsi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara lain :
1. Menghimpun & mengolah data mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
tempat kerja.
2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja mengenai :
a. Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan K3
termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta cara menanggulanginya.
b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.
c. Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
3. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
Membantu Pengusaha/Pengurus dalam :
a. Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja.
b. Memberikan persetujuan dan memberi arahan pelaksanaan prses identifikasi dan
assessment risiko, sehingga dapat teridentifikasi risiko signifikan beserta
levellingnya
c. Memberikan arahan, persetujuan, dan koordinasi terhadap proses penentuan risk that
matter sehingga manajemen dapat lebih focus dalam melakukan pengelolaan risiko
d. Melakukan koordinasi, memberikan arahan proses pemantauan, dan pelaporan risiko
untuk memastikan bahwa seluruh action plan yang telah disepakati dijalankan
dengan baik
4. Membantu Pimpinan Perusahaan (Manajemen Puncak) dalam menyusun kebijaksanaan
manajemen dan pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja,
higiene perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi kerja.
17
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Komunikasi dapat melalui beragam media, cara dan teknologi yang secara efektif dapat
menyampaikan pesan kepada semua pihak yang perlu mendapat informasi berkaitan dengan
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pada ANTAM, salahsatu
contoh sistem menyampaikan informasi komunikasi media massa dimana ANTAM telah
18
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Perusahaan juga mengatur komunikasi eksternal dengan pihak ke tiga terkait informasi yang
diterima oleh Perusahaan maupun informasi yang diberikan oleh Perusahaan untuk pihak ke
tiga. Perusahan menjamin konsistensi dan relevansi informasi yang diberikan sesuai dengan
Sistem Manajemen K3 Perusahaan yang diterapkan termasuk informasi mengenai
operasional K3 dan tanggap darurat Perusahaan.
19
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
4. Dokumentasi
Sistem dokumentasi dalam Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
meliputi antara lain :
Tingkat Dokumen Jenis Dokumen
Dokumen Tingkat I Panduan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
termasuk di dalamnya ialah Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Sasaran dan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
Ruang Lingkup Mengenai SMK3.
Dokumen Tingkat II Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dokumen Tingkat III Instruksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dokumen Tingkat IV Form, Laporan, Catatan dan Rekaman K3.
Dokumen Tingkat V Pengumuman, Surat Menyurat dan Sejenisnya.
Dokumen Tingkat VI Peraturan Perundang-Undangan dan Persyaratan K3 Lainnya dari
Pemerintah dan Lembaga Standarisasi Penerapan K3.
Dokumen Tingkat VII Perizinan-perizinan resmi K3 (Izin Penggunaan Mesin, Alat, Bahan,
Operator, Kalibrasi, dsj).
Dokumen Tingkat VIII Hasil Pengujian dan Pengukuran K3 dari Pihak Luar.
Dokumen Tingkat IX Dokumen Internal (Denah, Proses, Daftar Mesin/Alat, Daftar Bahan
B3) berkaitan dengan penerapan K3).
Dokumen Tingkat X Kontrak Kerja dan Kerjasama terkait K3.
Dokumen Tingkat XI Laporan Kontraktor dan Pihak Ke-III Lainnya .
Dokumen Tingkat XII Hasil Audit/Pemeriksaan dari Pihak Luar.
Media dokumentasi dapat berupa media kertas (cetak), digital (foto dan file program komputer),
dokumentasi online maupun media-media lain yang relevan dengan teknologi yang digunakan
manajemen Perusahaan.
Semua sistem dokumentasi dikendalikan (diatur dan didistribusikan/diidentifikasi) oleh
Sekretaris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Pengendalian Dokumen.
Pada laporan tahunan PT ANTAM sudah menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai
OHSAS 18001:2007, yang berisikan seluruh dokumentasi dan informasi yang digunakan dalam
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu diidentifikasi dan
dikendalikan. Mengenai tata cara persetujuan dokumen, penerbitan, penyimpanan dan
pemusnahan dokumen. Seluruh dokumentasi akan dimuat dalam sebuah daftar dokumen resmi
yang dikelola oleh Sekretaris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja termasuk
informasi-informasi mengenai wewenang persetujuan dokumen, penerbitan, penyebaran, revisi,
lokasi, penyimpanan dan pemusnahan dokumen.
20
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
D. Pengendalian Operasi.
Pada laporan tahunan PT ANTAM sudah menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai
OHSAS 18001:2007, yang berisikan setelah seluruh bahaya K3 di tempat kerja telah
diidentifikasi dan dipahami. Perusahaan menerapkan pengendalian operasi yang diperlukan
untuk mengelola resiko-resiko terkait bahaya-bahaya K3 di tempat kerja serta untuk memenuhi
peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya terkait dengan penerapan K3 di tempat
kerja. Prioritas pengendalian operasi ditujukan pada pilihan pengendalian yang memiliki tingkat
keandalan yang paling tinggi sama halnya dengan hierarki pengendalian resiko atau bahaya K3
di tempat kerja.
Dalam pelaksanaan pengendalian operasi ini PT ANTAM sudah menerapkan dalam kegiatan
pengendalian pembelian peralatan, material atau kebutuhan lain, pengendalian terkait pihak
luar, penetapan kriteria-kriteria operasi untuk meminimalisir segala penyimpangan dari
kebijakan serta tujuan K3. Selain itu PT ANTAM telah melakukan pemeliharaan terhadap
dokumentasi seluruh prosedur yang sudah berlaku serta seluruh kendali mengenai operasional
sesuai keperluan yang dibutuhkan PT ANTAM.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam penanggulangan kecelakaan dan kebakaran PT. ANTAM
antara lain :
a. Stand by emergency selama 24 jam
b. Pemeriksaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
c. Maintenance Alat
d. Inspeksi permadam alat pemadam kebakaran secara berkala
Perusahaan membentuk unit kerja khusus dalam manajemen perusahaan yang memiliki tugas
khusus untuk menanggulangi keadaan darurat perusahaan. Unit kerja tersebut ialah Unit Tanggap
Darurat Perusahaan. Di bawah ialah susunan Unit Tanggap Darurat Perusahaan
21
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
22
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
F. PEMERIKSAAN
1. Pengukuran dan Pemantauan kinerja k3
Perusahaan harus melakukan evaluasi terhadap kinerja Keselamatan Pertambangan dan
menindaklanjuti adanya ketidaksesuaian. Evaluasi dan tindak lanjut terhadap kinerja
Keselamatan Pertambangan meliputi:
1. Pemantauan dan pengukuran kinerja:
2. Inspeksi pelaksanaan keselamatan pertambangan;
3. Evaluasi kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan
lainnya yang terkait;
4. Penyelidikan kecelakaan, kejadian berbahaya, dan penyakit akibat kerja;
5. Evaluasi pengelolaan administrasi keselamatan pertambangan;
6. Audit internal penerapan smk3
7. Tindak lanjut ketidaksesuaian.
23
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Metode dan frekuensi pemantauan dan pengukuran kinerja mengacu pada persyaratan dalam
standar dan ketentuan peraturan perundang-undangan, serta harus didokumentasikan.
Dalam hal peralatan pemantauan digunakan untuk mengukur dan memantau kinerja, Perusahaan
wajib menyusun, menetapkan, menerapkan, dan mendokumentasikan prosedur untuk kalibrasi
dan pemeliharaan peralatan pemantauan tersebut. Rekaman hasil kalibrasi dan pemeriksaan harus
didokumentasikan. Perusahaan harus menetapkan rencana dan melaksanakan perbaikan/tindak
lanjut berdasarkan hasil pemantauan dan pengukuran kinerja serta didokumentasikan.
24
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
2. Evaluasi Kesesuaian
PT ANTAM sudah berkomitmen dalam melaksanakan program SMK3 yang sesuai dengan
kebijakan K3 yang ada dan mematuhi peraturan perundangan yang berlaku secara rutin pihak
yang terkait selalu melakukan evaluasi kesesuaian sesuai dengan prosedur yang telah di
tetapkan untuk secara periodik mengevaluasi kepatuhan PT ANTAM kepada peraturan
perundangan yang relevan.
Setiap dokumen-dokumen maupun catatan-catatan hasil dari evaluasi yang dilakukan secara
periodik tersebut tersimpan, terawat dan terpelihara secara baik sebagai bukti telah
dilakukannya kegiatan tersebut.
Prosedur
1. Proses identifikasi dan seleksi
a. Peraturan yang perlu diidentifikasi adalah sebagai berikut :
- Peraturan perundangan dan persyaratan K3L tingkat Daerah. Peraturan tersebut
dapat berupa Peraturan Daerah Tingkat I, Peraturan Daerah Tingkat II, Keputusan
Gubernur, Keputusan Walikotamadya, dan Keputusan Kepala Bapedalda
- Peraturan perundangan dan persyaratan K3L tingkat Nasional. Peraturan tersebut
dapat berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Keputusan Menteri
- Peraturan-peraturan khusus di bidang minyak dan gas di Indonesia. Peraturan
tersebut dapat berupa Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral.
b. Operations Director mengidentifikasi dan menseleksi peraturan yang berkaitan
dilakukan berdasarkan bahaya potensial K3L yang ditimbulkan oleh kegiatan jasa dan
dimasukkan ke dalam Daftar Peraturan Perundangan dan Persyaratan K3L lainnya
2. Offshore Installation Manager melakukan akses menghubungi instansi terkait melalui surat,
fax, kunjungan langsung, telepon, e-mail atau browsing internet untuk dapat memperoleh
peraturan perundangan dan persyaratan K3L yang terkini, minimal 1 kali setahun.
Offshore Installation Manager memelihara Daftar Peraturan dan Persyaratan K3L lainnya
dan peraturan dan persyaratan K3L dan mendistribusikan kepada seluruh manajer.
Peraturan dan Persyaratan K3L mudah mudah diakses oleh seluruh pekerja
Bila terdapat permohonan dari Pihak terkait dalam menginterpretasi peraturan perundangan
dan persyaratan K3L, Operations Director dapat dapat meminta bantuan Project Supervisor
untuk mengkomunikasikan peraturan tersebut.
25
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
organisasi PT. ANTAM. Para Manajer Departemen lain dan personil pengawas
bertanggung jawab dalam tindakan pertama sesuai dengan persyaratan prosedur ini.
Apabila tindakan perbaikan dan pencegahan menyatakan timbulnya bahaya baru atau
bahaya yang berubah atau perlunya perubahan pengendalian atau pengendalian baru PT
ANTAM telah mensyaratkan tindakan yang di ambil harus melalui penilaian risiko
sebelum di terapkan.
Setiap tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang diambil untuk menghilangkan
akar penyebab ketidaksesuaian yang terjadi pada PT ANTAM harus sesuai dengan
besarnya masalah dan seimbang dengan risiko K3 yang dihadapi. Seluruh perubahan yang
timbul dari ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan dari tindakan pencegahan
didokumentasikan dan dokumentasi dipelihara secara baik.
26
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Penyelidikan yang dilakukan tim pelaksanaannya dapat mengikuti diagram alir di bawah
ini:
27
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
2
ON THE SPOT INVESTIGATION AND
COLLECTION OF TECHNICAL DATA
3
DISCUSSIONS / INTERVIEWS / RECONSTRUCTION
4
PREPARATION OF DATA
5
INVESTIGATION OF CAUSES
6
NO FURTHER INFORMATION YES
NEEDED?
7
REPORTING /
DOCUMENTATION
3.5 Tahapan yang dilakukan selama investigasi berlangsung adalah sebagai berikut:
Amankan area kejadian (jika belum dilakukan)
Ambil gambar
Identifikasi dan catat saksi-saksi
Mencari informasi terkait pekerjaan yang sedang berjalan pada saat kejadian
Mempertimbangkan kebutuhan tenaga ahli dari luar
Mengumpulkan dan mengidentifikasi bukti teknis
Mencatat posisi dari bukti yang ada (penempatan secara fisik)
Melakukan wawancara
Melakukan rekonstruksi (jika memungkinkan atau perlu)
Membuat studi secara detil
Membuat analisis
Pendokumentasian
Membuat Laporan
3.6 Dalam melakukan analisa supervisor atau tim penyelidik harus menentukan faktor-faktor
penyebab berdasarkan panduan model Penyebab kerugian dengan melihat hal-hal di
bawah ini:
a) Penyebab Langsung (tindakan/ perbuatan tidak aman)
b) Penyebab Dasar (faktor manusia/faktor pekerjaan)
c) Faktor kendali (program tidak cukup/ standar program tidak cukup/pemenuhan
terhadap standar tidak cukup.
Berdasarkan hasil penyelidikan maka tindakan perbaikan dan orang yang melaksanakan
perbaikan harus ditentukan. Orang yang dipercaya untuk melaksanakan perbaikan harus
segera melaksanakannya dan memberitahu Department Manager setelah selesai
pelaksanaannya. Department Manager atau penggantinya bertanggung jawab untuk
memonitor perbaikkan yang dilakukan dan memastikan pelaksanaannya selesai tepat
waktu. Tindakan perbaikan jangka panjang harus dimasukkan ke dalam Daftar Objektif
K3L untuk ditangani oleh Manajemen.
28
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
29
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
30
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
diri dan anggota tim-nya serta tugas-tugas yang akan dilaksanakan dan menentukan standar
dan metode yang akan dijadikan sebagai dasar penilaian.
Ketua Tim secara resmi menyerahkan Laporan Audit Keselamatan, Kesehatan Kerja &
Lingkungan Internal kepada Management Representative.
31
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Hasil Rapat Tinjauan Manajemen harus mencakup keputusan dan tindakan yang berkaitan dengan
:
a. Improvement pada keefektifan Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan, Kerja dan
proses-prosesnya. Serta yang berkaitan dengan persyaratan pelanggan dan perundangan
b. Sumber daya yang diperlukan
Hasil Rapat Tinjauan Manajemen dihimpun dalam Catatan Rapat Tinjauan Manajemen dan
Tindak Lanjt dari Rapat Tinjauan Manajemen.
Notulen Hasil Rapat Tinjauan Manajemen dan Rincian Tindak Lanjut didistribusikan kepada
seluruh peserta rapat dan bagian terkait serta ditindaklanjuti bila ada masalah yang harus
diselesaikan.
32
Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Penutup
Demikian Panduan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja disusun sebagai petunjuk
dalam pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan dan akan terus
diperbarui demi efektivitas pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja Perusahaan.
33