Anda di halaman 1dari 2

HUKUM PENITENSIER DAN REKLASERING

Pendahuluan
Terjadinya suatu kejahatan yang menimbulkan hukuman pidana membuat
suatu negara harus memfokuskan pandangan pada hukum pidana dan pemidanaan
tersebut. Begitu pula dengan Hukum Penitensier yang merefleksikan atau menerapkan
suatu sanksi akibat kejahatan seseorang. Berkenan dengan perilaku buruk para pekaku
kejahatan yang harus menjalani hukuman di penjara, mereka pun memiliki hak sama
setelah menyelesaikan hukuman mereka. Saat kembali ke masyarakat sudah
dipastikan mereka akan mendapat penghakiman tersendiri atas kejahatan yang
dilakukan. Dalam hal ini peran reklasering dapat menjadi tolak ukur atas
pertimbangan penegak hukum untuk mengambil keputusan sanksi pada pelaku
kejahatan yang kembali melakukan kejahatan.
Dalam artikel ini akan membahas lebih mendalam tentang Hukum Penitensier dan
Reklasering dalam ranah cukup spesifikasi.

Pembahasan
A. Hukum Penitensier
Pada hakikatnya setiap perbuatan selalu memiliki sebab akibat tergantung
dengan resikonya masing- masing. Begitu pula dengan tindak kejahatan yang selalu
berpotensi sanksi penghukuman bagi orang yang melakukannya. Setiap negara
memberlakukan sanksi pidana bagi pelaku kejahatan tanpa terkecuali. Hukum dan
penghukuman ini sering pula disebut dengan Hukum penitensier. Hukum penitensier
ini merupakan sebagian dari hukuman pidana positif yaitu bagian yang menentukan:
1. Jenis sanksi terhadap suatu pelanggaran dalam hal ini terhadap KUHP dan
sumber-sumber hukum pidana lainnya (UU pidana yang memuat sanksi pidana
dan UU non pidana yang memuat sanksi pidana).
2. Beratnya sanksi itu. Lamanya sanksi itu dijalani.
3. Cara sanksi itu dijalankan.
4. Tempat sanksi itu dijalankan.

B. Hukum Reklasering
Peran berbagai pihak dalam mengawal seseorang untuk kembali lagi ke dalam
masyarakat sangatlah penting. Mengingat kondisi mental pasca keluar dari tahanan
sangat mempengaruhi kehidupan individu tersebut di kemudian hari. Salah satu peran
Dewan Reklasering juga berandil besar dalam membantu jaksa dan pengurus penjara
dalam memberikan pendapat terhadap layak/tidaknya seseorang di pidana. Terlepas
dari pihak luar yang membantu mantan narapidana membenahi diri, peran keluarga
dan masyarakat lingkungannya yang menjadi peran besar dalam membantu
memulihkan mental mereka.

Dasar hukum Reklasering yaitu terdapat pada Kitab Undang-Undang Hukum


Pidana (KUHP) Bagian Kesatu Pasal 16 yang menjelaskan bahwa “Ketentuan
pelepasan bersyarat ditetapkan oleh Menteri Kehakiman atas usul atau setelah
mendapat kabar dari pengurus penjara tempat terpidana, dan setelah mendapat
keterangan dari jaksa tempat asal terpidana. Sebelum menentukan, harus ditanya
dahulu pendapat Dewan Reklasering Pusat, yang tugasnya diatur oleh Menteri
Kehakiman.” Selain itu terdapat aturan yang menjelaskan bahwa “Ketentuan
mencabut pelepasan bersyarat, begitu juga hal-hal yang tersebut dalam pasal 15a ayat
5, ditetapkan oleh Menteri Kehakiman atas usul atau setelah mendapat kabar dari
jaksa tempat asal terpidana. Sebelum memutus, harus ditanya dahulu pendapat Dewan
Reklasering Pusat.”

Pendahuluan
Tindak kejahatan tidak dapat diselesaikan begitu saja. Meski begitu
pencegahan dan antisipasi dapat dilakukan seperti memberikan hukuman terhadap
sang pelakunya. Hukuman pidana dapat meminimalisir dan dapat memberikan efek
jera pada terpidana. Hukum Penitensier adalah hukum pidana sederhana yang berlaku
di setiap negara. Jera tidaknya pelaku kejahatan tersebut kembali lagi pada lingkungan
dan masyarakat lingkungan mereka. Di samping itu, peran Dewan Penitensier juga
dapat mempengaruhi keputusan pihak jaksa dalam menentukan hukuman yang pantas
untuk narapidana. Kesimpulan dari artikel ini adalah mengedukasi pembaca agar
dapat ikut andil dalam meminimalisir kejahatan yang terjadi di sekeliling kita.

Anda mungkin juga menyukai