TINJAUAN PUSTAKA
4
d) Pelvimetri rontenologis dibuat oleh ahli radiologi dan hasilnya
diinterpretasikan oleh ahli kebidanan.
2. Ukuran-ukuran panggul luar:
a) Distasia Spinarum (DS), yaitu jarak antara kedua Spina Iliaka
Anterior Superior (23-26 cm).
b) Distansia Cristarum (DC), yaitu jarak yang terlebar antara kedua
Crista Iliaka kanan dan kiri (26-29 cm).
c) Conjugata Eksterna (CE), yaitu jarak dari tepi atas Simmfisis dan
ujung Processus Spinosus tulang lumbal 5 (18-20 cm).
d) Lingkar Panggul (LP), yaitu jarak dari tepi atas Simfisis ke
pertengahan antara Spina Iliaka Anterior Superior dengan
Trochantor Mayor sebelah kanan, ke pertengahan anatara Spina
Iliaka Anterior Superior dan Trochantor Mayor sebelah kiri
kembali ke tepi atas Simfisis (80-90 cm).
3. Ukuran-ukuran panggul dalam ada 7 item yang harus dinilai :
a) Pintu Atas Panggul
Promontorium teraba atau tidak, normalnya tidak teraba. Linea
Inominata, normalnya teraba 1/3 bagian kanan dan kiri.
b) Pintu Tengah Panggul
1. Spina Ischiadika menonjol atau tidak, normalnya tidak
menonjol.
2. Sacrum, normalnya cukup cekung.
3. Pelvic Side Wall (dinding pelvis), normalnya sejajar.
c) Pintu Bawah Panggul
1. Arcus Pubis, normalnya > 900.
2. Mobilitas Os. Coccygeus, normalnya cukup.
B. Jenis-jenis panggul
HII-HIII Bagian
= 3/5 Bidang ini sejajar terbesar kepala
dengan bidang Hodge belum masuk
I terletak setinggi panggul
bagian bawah
symphysis
HIII + Bagian
= 2/5 Bidang ini sejajar terbesar kepala
Hodge I dan Hodge II sudah masuk
terletak setinggi spina panggul
isciadika kanan dan
kiri
HIII-HIV Kepala di
=1/5 Bidang ini sejajar dasar panggul
dengan Hodge I,II,III
terletak setinggi Os
koksigeus
HIV Di perineum
=0/5
7
2.2 Pengertian Bayi Baru Lahir atau Neonatus
Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan (0–28 hari), dimana
terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menuju
luar rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi
hingga umur kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki
risiko gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah kesehatan bisa
muncul, sehingga tanpa penanganan yang tepat bisa berakibat fatal (Kemenkes
RI, 2020).
Kriteria bayi normal adalah lahir dengan umur kehamilan genap 37
minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500–4000 gram,
panjang badan: 48–52 cm, lingkaran dada: 30– 38 cm, nilai Apgar 7–10 dan
tanpa cacat bawaan (Ribek et al., 2018).
TAMPILAN 0 1 2 NILAI
A Appearance
P Puke
G Grimace
A Activity
R Respiratio
m
Jumlah Nilai
9
APGAR
10
Keterangan :
0 – 3 : Asfiksia berat
4 – 6 : Asfiksia sedang
2.5 Etiologi
1) Jaringan Lemak Subkutan Tipis
Pada bayi baru lahir jaringan lemak subkutannya masih sangat tipis
sehingga kemampuan untuk melindungi diri dari suhu udara yang dingin
sangatlah lemah. Hipodermis / jaringan lemak subkutan ini merupakan
lapisan kulit lemak / jaringan ikat yang bertanggung jawab untuk mengatur
suhu tubuh dan juga melindungi organ dalam dan tulang (Saifuddin AB,
2018).
2) Perbandingan Luas Permukaan Tubuh dengan Berat Badan Besar
Bayi baru lahir memiliki permukaan luas tubuh yang lebih besar jika
dibandingkan dengan berat tubuhnya. Jika suhu bayi menurun, akan lebih
banyak energi / kalori akan digunakan untuk memproduksi panas sebagai
upaya mempertahankan suhu tubuhnya dan akan terjadi
ketidakseimbangan antara jumlah energi yang ada dan kebutuhannya
(Saifuddin AB, 2018).
3) Cadangan Glikogen dan Browfat Sedikit
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga akan
mengalami stres dengan perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke
lingkungan luar yang lebih dingin. Pembetukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini
merupakan hasil penggunaan / pengolahan lemak coklat yang ada di dalam
tubuh bayi. Timbunan lemak coklat ini terdapat di seluruh tubuh bayi,
untuk membakar lemak coklat bayi harus menggunakan glukosa guna
mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak
coklat ini tidak dapat di produksi ulang oleh bayi baru lahir. Cadangan
lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya suhu
udara yang dingin di sekitar bayi (Saifuddin AB, 2018).
4) Bayi baru lahir tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi
kedinginan
11
membuat foremen ovale secara fungsional menutup. Hal ini terjadi pada
jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena itu, tekanan dalam aorta
13
desenden naik disebabkan karena biokimia (PaO yang naik) serta duktus
arteiosus yang berobliterasi (Juliana, 2019).
sawar, sehingga fetus bebas dari antigen dan stress imunologis. Akan
tetapi bila ada infeksi yang melalui plasenta (lues, toksoplasma, herpes
14
2.7 Patofisiologi
Pusat pengaturan panas di otak bayi memiliki kemampuan untuk
meningkatkan produksi panas sebagai respons terhadap stimulus yang
diterima dari reseptor suhu (termoreseptor). Akan tetapi, ini bergantung pada
peningkatan aktivitas metabolik yang menggangu kemampuan bayi untuk
mengontrol suhu tubuh, terutama dalam kondisi lingkungan yang buruk. Bayi
memiliki kemampuan terbatas untuk menggigil dan tidak mampu
meningkatkan aktifitas volunter otot untuk menghasilkan panas. Oleh sebab
itu, bayi harus bergantung pada kemampuannya sendiri untuk menghasilkan
panas melalui metabolisme (Fraser dan Cooper, 2018).
Hipotermia cenderung terjadi pada masa transisi pada bayi baru lahir.
Masa transisi bayi merupakan masa yang sangat kritis pada bayi dalam upaya
14
untuk dapat bertahan hidup. Bayi baru lahir harus beradaptasi dengan
kehidupan
15
diluar uterus yang suhunya jauh lebih dingin bila dibandingkan suhu didalam
uterus yang relatif lebih hangat. Kemampuan bayi baru lahir tidak stabil dalam
mengendalikan suhu secara adekuat, bahkan jika bayi lahir saat cukup bulan
dan sehat sehingga sangat rentan untuk kehilangan panas. Hipotermia adalah
keadaan dimana suhu tubuh berada dib awah normal tubuh ( ¿36.5° C)(Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Hipotermia terjadi karena perawatan bayi baru
lahir yang salah, hilangnya panas tubuh disebabkan oleh 4 hal yaitu radiasi,
konveksi, konduksi, dan evaporasi (Istiqomah & Mufida: Jurnal Eduhealth,
2018).
2.9 Komplikasi
Menurut (Kemenkes,RI, 2018 : 129) Neonatal dengan komplikasi
adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat
menyebabkan kecacatan atau kematian, seperti :
1) Asfiksia
Asfiksia adalah kondisi di mana tubuh tidak mendapatkan cukup
oksigen. Jika tidak ditangani sesegera mungkin, kondisi ini bisa
menyebabkan hilangnya kesadaran, cedera otak, atau kematian.
2) Ikterus atau Penyakit Kuning
Ikterus atau penyakit kuning adalah pigmentasi kekuningan atau
kehijauan pada kulit dan sklera (bagian putih pada mata) yang
disebabkan oleh tingginya kadar bilirubin.
3) Hipotermia
Hipotermia adalah keadaan dimana suhu tubuh berada dibawah normal
tubuh (¿36.5° C).
4) Tetanus Neonatorum
16
2.10 Penatalaksanaan
2.10.1 Kontak Kulit Dengan Kulit
Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang sangat efektif untuk
mencegah hilangnya panas pada BBL, baik pada bayi-bayi aterm maupun
preterm. Dada atau perut ibu, merupakan tempat yang sangat ideal bagi
BBL untuk mendapatkan lingkungan suhu yang tepat. Apabila oleh
karena sesuatu hal melekatkan BBL ke dada atau ke perut ibunya tidak
17
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan
mencegah kehilangan panas dan dianjurkan ibu untuk menyusui bayinya
segera setelah lahir sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu
satu jam pertama kelahiran. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar
terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap
hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam satu pakaian
(merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai metoda kangguru.
Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar berkancing depan
(SaifuddinAB, 2018).
2.10.2 Perawatan Metode Kangguru (PMK)
langsung antara kulit ibu dan kulit bayi. Keuntungan yang didapat dari
metode kanguru bagi perawatan bayi antara lain meningkatkan hubungan
emosional antara ibu dan bayi, menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung,
dan pernafasan bayi serta meningkatkan pertumbuhan dan berat badan
bayi dengan lebih baik.
1) Pelaksanaan metode kanguru dapat dilakukan pada waktu:
a) Segera setelah lahir.
b) Sangat awal, setelah 10-15 menit.
c) Awal, setelah umur 24 jam.
d) Menengah, setelah 7 hari perawatan.
e) Lambat, setelah bayi bernafas sendiri tanpa O2.
f) Setelah keluar dari perawatan inkubator.
2) Kriteria bayi untuk metode kanguru:
a) Bayi dengan berat badan < 2000 gram.
b) Tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai.
c) Refleks dan kordinasi isap dan menelan yang baik.
d) Perkembangan selama di inkubator baik.
e) Kesiapan dan keikutsertaan orang tua, sangat mendukung
dalam keberhasilan.
3) SOP (Standar Operasional Prosedur) Perawatan Metode Kanguru
yaitu:
a) Perkenalkan kepada keluarga bayi tentang perawatan metode
kanguru (Termasuk jelaskan tujuan, manfaat dan cara
pelaksanaanya).
b) Siapkan ibu (Yaitu bersihkan daerah dada dan perut. Mandi
atau mencuci badan setiap hari sangat diperlukan untuk
kebersihan ibu. Usahakan dada dan perut selalu dalam
keadaan bersih).
c) Siapkan alat dan bahan yang digunakan (Baju kanguru,
support binder / ikatan / pembalut penahan, topi bayi, baju
bayi, popok bayi, kaos kaki bayi, lap atau handuk, sabun, air).
19
kelahiran. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu upaya menyusu satu jam
pertama kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi.
Upaya tersebut dilakukan oleh bayi segera setelah dipotong tali pusatnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dilaksanakannya
IMD dengan benar terhadap kejadian hipotermia (Apriastuti & Tinah:
Jurnal IMD terhadap kejadian hipotermia, 2018).
Rangsangan hisapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh
serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin.
Prolaktin akan mempengaruhi kelenjar ASI ini untuk memproduksi ASI
di alveoli. Semakin sering bayi menghisap puting susu maka akan
semakin banyak prolaktin dan ASI yang diproduksi. Penerapan inisiasi
menyusui dini (IMD) akan memberikan dampak positif bagi bayi, antara
lain menjalin / memperkuat ikatan emosional antara ibu dan bayi,
memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui kolostrum,
merangsang kontraksi uterus dan lain sebagainnya (Indrayani, 2018).
2.10.4 Inkubator
Suhu badan bayi dalam inkubator harus dijaga dalam rentang 36,5ºC –
37,5ºC. Temperatur bayi harus dipantau dengan ketat supaya tidak terjadi
hipotermia atau hipertermia, dengan sedikit mungkin membuka pintu
inkubator, kecuali ada tindakan. Inkubator dengan dinding ganda untuk
merawat bayi kurang bulan yang sangat kecil. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa inkubator dinding ganda mempunyai keuntungan
dalam menurunkan kehilangan panas, menurunkan produksi panas,
mengurangi kehilangan panas karena radiasi dan menurunkan kebutuhan
oksigen dibandingkan dengan inkubator dinding tunggal, tetapi tidak
berbeda terhadap luaran jangka panjang, kematian dan lama rawat inap.
Kekurangan dari penggunaan inkubator antara lain menurunkan bonding
antara bayi dengan keluarga, serta meningkatkan terjadinya infeksi
nosokomial. Pemakaian inkubator harus disertai pengawasan yang benar
agar tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan seperti hipertermia
atau kerusakan kulit. Inkubator hanya dipakai pada fasilitas layanan
kesehatan. Bayi kecil yang tidak mungkin dirawat di rumah sakit karena
21