Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Penalaran Matematika

Dosen Pengampu:
Dr. Yantoro, M.Pd.
Violita Zahyuni, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
Laisya Okta Preyera (A1D122002)
Rivaldi Aulia Fikri (A1D122021)
Aulia Rosanti (A1D122161)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan kepada
penyusun untuk menyelesaikan makalah ini.
Dalam rangka untuk menyelesaikan tugas makalah ini kami berusaha menyusunnya
dengan sebaik-baiknya dan bertujuan untuk memberikan penjelasan kepada kami dan
mahasiswa yang lain agar mengetahui tentang Penalaran Matematika.
Dengan disusunnya makalah ini kami harapkan para mahasiswa dapat menambah
pengetahuannya tentang Penalaran Matematika tersebut serta dapat mengambil hikmah dari
makalah ini sehingga dapat diajarkan kepada orang yang belum tahu.
Tanpa bantuan dari pihak-pihak yang bersangkutan kami pasti tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Serta tidak lupa ucapan terima kasih kami tujukan
kepada Bapak Dr. Yantoro, M.Pd.dan Ibu Violita Zahyuni, S.Pd., M.Pd.. selaku dosen mata
kuliah Matematika Dasar.
Kekurangan dan kelemahan manusia pasti ada. Oleh karena itu kami mohon
kemakluman dan kami harap Bapak dan Ibu Dosen dapat membimbing kami lebih baik lagi
agar di kemudian hari bisa lebih baik dari sekarang.
Demikian dari kami apabila ada kekurangannya kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Sekian dan terima kasih.

Muara Bulian, 10 Februari 2023

Penyusun.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................…………2
DAFTAR ISI .......................................................................................................…………3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................…………4
A. Latar belakang............................................................................................…………4
B. Rumusan masalah.......................................................................................…………4
C. Tujuan pembahsan......................................................................................…………4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................…………5
A. Pengertian Penalaran Dalam Matematika………………………..............................5
B. Penalaran Induktif…………………………………………………..........................6
C. Penalaran Deduktif…………………….…………………….……...........................8
BAB III KESIMPULAN.....................................................................................….…..…11
A. Kesimpulan…...…………………………………………………………….….…..11
B. Saran…………………………………………………………….……………....…11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................……...…12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penalaran merupakan kegiatan, proses atau aktivitas berpikir untuk menarik
suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasar pada beberapa
pernyataan yang diketahui benar ataupun yang dianggap benar yang disebut premis.
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan atau proses
berfikir yang menghubung-hubungka fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang bersifat
khusus yang  sudah diketahui menuju kesimpulan yang bersifat umum
(general).Penalaran deduktif adalah proses penalaran atau proses berfikir dari hal-hal
yang bersifat umum (general) yang kemudian dibuktikan kebenarannya dengan
menggunakan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang bersifat khusus.Proses
penalaran induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting
dalam mempelajari matematika. Pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali
secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-
deduktif yang digunakan untuk mempelajari konsep matematika kegiatannya dapat
dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat yang
muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian
dibuktikan secara deduktif. 

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu penalaran dalam matematika
2. Apa itu penalaran induktif
3. Ap aitu penelaran deduktif

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian penalaran dalam matematika
2. Untuk mengetahui apa itu penalaran induktif
3. Untuk mengetahui apa itu penalaran deduktif

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penalaran Dalam Matematika.


Untuk memahami pengertian penalaran dalam pembelajaran matematika, ada
baiknya simak beberapa contoh berikut ini:
1) Jika Andi lebih tinggi dari Bani dan Bani lebih tinggi dari Chandra, maka
Andi akan lebih tinggi dari Chandra.
2)   Jika Johan berumur 10 tahun dan Amir berumur dua tahun lebih tua, maka
Amir berumur 12 tahun.
3) Jika besar dua sudut pada suatu segitiga adalah 600 dan 1000 maka sudut yang
ketiga adalah 1800 – (1000 + 600) = 200. Hal ini didasarkan pada teori
matematika yang menyatakan bahwa jumlah besar sudut-sudut suatu segitiga
adalah 1800.
4) Untuk menentukan hasil dari 998 + 1236 maka dapat dilakukan dengan cara
mengambil (meminjam) 2 nilai dari 1236 untuk ditambahkan ke 998 sehingga
menjadi 1000. Dengan demikian 998 + 1236 sama nilainya dengan 1000 +
1234 yang bernilai 2234. Jadi, 998 + 1236 = 1000 + 1234 = 2234.

Dari contoh-contoh yang telah diuraikan di atas, kita dapat menyimak bahwa
suatu kesimpulan dapat ditentukan setelah terjadi proses analisis terhadap fakta-
fakta yang ada yang telah diketahui. Proses pengambilan kesimpulan berdasarkan
fakta-fakta yang ada tersebut dikenal dengan istilah penalaran. Istilah penalaran
atau reasoning dijelaskan oleh Copi (1978) sebagai berikut: “Reasoning is a
special kind of thinking in which inference takes place, in which conclusions are
drawn from premises”. Dengan demikian jelaslah bahwa penalaran merupakan
kegiatan, proses atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau
membuat suatu pernyataan baru berdasar pada beberapa pernyataan yang
diketahui benar ataupun yang dianggap benar yang disebut premis. Istilah lain
yang sangat erat dengan istilah penalaran adalah argumen.
Giere (1984) menyatakan: “An argument is a set of statements divided into
two parts, the premises and the intended conclusion”. Dapatlah disimpulkan

5
sekarang bahwa pernyataan yang menjadi dasar penarikan suatu kesimpulan
inilah yang disebut dengan premis atau antesedens. Sedang hasilnya, suatu
pernyataan baru yang merupakan kesimpulan disebut dengan konklusi atau
konsekuens. Dari dua definisi tadi akan  jelaslah bahwa ada kesamaan antara
penalaran dan argumen. Beda kedua istilah itu menurut Soekardijo (1988) adalah,
kalau penalaran itu aktivitas pikiran yang abstrak maka argumen ialah
lambangnya yang berbentuk bahasa atau bentuk-bentuk lambang lainnya.

B. Penalaran Induktif.
Kalau hujan dengan lebat, biasanya kita akan membuat kesimpulan bahwa :
sebentar lagi akan terjadi banjir. Kesimpulan yang diambil diatas merupakan suatu
dugaan. Dugaan tersebut diambil berdasar pada pengalaman sebab biasanya kalau
hujan turun, maka dimana-mana terdapat genangan air karena tersumbatnya saluran.
Berikut ini satu contoh lain dari penarikan kesimpulan seperti diatas dalam
matematika, ditentukannya perbandingan antara garis tengan dan keliling lingkaran.
Jika dilakukan pengukuran dari beberapa roda sepeda yang berbeda ukuran keliling
jari – jarinya, ternyata dari pengukuran tersebut diperoleh perbandingan atau hasilbagi
panjang keliling dengan panjang garis tengahnya selalu sama, yaitu sekitar 3,14.
Dua contoh diatas merupakan contoh pemikiran induktif. Dengan demikian,
dapat kita simpulkan bahwa berpikir induktif adalah berpikir menggunakan kejadian
atau pengalaman yang sering dijumpai, disimpulkan menjadi kebenaran secara umum.

Contoh 1 :
1 + 3 = 
1 + 3 + 5 = 
1 + 3 + 5 + 7 = 
Tentukan jumlah dari : 1 + 3 + 5 … + (2n – 1)
Jawab :
1, 3, 5, 7, 9,…,2n – 1 merupakan bilangan ganjil
1 dan 3 merupakan dua bilangan ganjil pertama berjumlah 4 = 
1, 3, dan 5 merupakan tiga bilangan ganjil pertama dan berjumlah 9 = 
1, 3, 5, 7 dan 9 merupakan 4 bilangan ganjil pertama dan berjumlah 16 = 

6
Dari contoh diatas dapat diduga jumlah dari 10 bilangan ganjil pertama adalah   
1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 + 13 + 15 + 17 + 19 =  
3 adalah suku ke–2 dari bilanagan ganjil
5 adalah suku ke–3 dari bilangan ganjil
7 adalah suku ke-4 dari bilangan ganjil
(2n – 1) merupakan suku ke-n dari bilangan ganjil, jadi jumlah dari 1 + 3 + 5 + …. +
(2n-1) = [6]

Contoh 2:
1. Barisan bilangan:1, 5, 9, 13, 17, ..., ....
Untuk melengkapi dua suku terakhir diperlukan pengenalan pola dimaksudkansebagai
suatu identifikasi tentang tata aturan penulisan barisan tersebut. Daricontoh ini dapat
dilihat bahwa untuk mendapatkan bilangan berikutnya, makasebuah bilangan dalam
barisan tersebut harus ditambah dengan 4.
1, 5, 9, 13, 17, ..., ...
+ 4+ 4+ 4+ 4+ 4+ 4
Maka dapat disimpulkan dua suku terakhir adalah 21 dan 25.
Setelahmengetahui polanya, selanjutnya dapat dilakukan dugaan-dugaan tentangbilan
gan-bilangan yang akan muncul pada urutan yang lebih tinggi.
Selanjutnya hasil dari proses pengenalan pola dan pendugaan tersebut dapat
digunakan untuk membentuk sebuah generalisasi, yakni dengan menyusunformula
untuk menentukan bilangan yang akan muncul pada urutan ke n.

2. Barisan huruf:
C, A, G, E, K, L, O, M, ..., ... .
Dengan mengetahui urutan huruf abjad, makaterlihat bahwa masing-masingsuku
ganjil dan suku genap memiliki pola.C, A, G, D, K, G, O, J,...,...Maka dapat
disimpulkan bahwa dua suku terakhir adalah huruf S dan M.

3. Menyelesaikan permasalahana.Berapakah hasil dari:


1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 + …..+ 19
Penyelesaian:
Mencari pola hasil penjumlahan bilangan ganjil.

7
1= 1 = 1 x 1
1 + 3= 4 = 2 x 2
1 + 3 + 5= 9 = 3 x 3
1 + 3 + 5 + 7= 16= 4 x 4, dst
Karena bilangan ganjil dari 1 sampai 19 ada 10 bilangan maka dengan menggunakan
pola di atas maka tanpa menghitung penjumlahan semua angka, dapat diperoleh
hasilnya denga lebih cepat, yaitu 10 x 10 = 100. Misalnya ditanyakan jumlah 50 suku
ganjil yang pertama, maka dengan pola tersebut dapat diketahui jawabannya adalah
50 x 50 = 2500.

C. Penalaran Deduktif.
Berlawanan dengan pemkiran induktif adalah berpikir deduktif. Dalam
matematika sering terjadi bahwa aturan – aturan `dicoba dibuktikan kebenarannya
sebelum ditetapkan sebabagai aturan umum. Setelah terbukti kebenarannya barulah
atura tersebut dinyatakan sah dan dapat diterapkan pada persoalan – persoalan yang
istimewa sekalipun. Cara berpikir dengan cara tersebut adalah cara berpikir yang
mengakui kebenaran secara umum berlaku pada hal hal khusus.

Sistem matematika pada umumnya disusun dengan sistem yang terdiri dari :
1) Hukum – hukum logika ( postulat – postulat  dan dalil – dalil dari logika);
2)  Himpunan istilah yang tidak didefenisikan
3) Himpunan istilah yang didefenisikan
4)  Himpunan postulat yang kebenarannya sudah ditetapkan (aksioma)
5)  Himpunan dalil yang kebenaranya sudah dibuktikan.

Dari uraian dan contoh diatas dapat disimpulkan bahwa penalaran induktif berawal
dari hal – hal yang khusus menuju ke umum, sedang penalaran deduktif berpangkal
dari umum ke khusus.

Perhaikan contoh penalaran berikut ini.


“ Untuk sembarang segitiga siku – siku berlaku kuadrat hipotenusa (sisi miring) sama
dengan jumlah kuadrat siku – sikunya”.

8
Contoh Penalaran Deduktif:

 Buktikan bahwa jumlah dua buah bilanganganjil adalah bilangan genap!


Penyelesaian:
Dapat dibuat permisalan secara umum bahwa m dan n adalah sembarang dua bilangan
bulat, maka 2m+1 dan 2n+1 tentunya masing-masing merupakan bilangan ganjil. Jika
dijumlahkan:
(2m+1)+(2n+1) = 2(m+n+1)
Karena m dan n bilangan bulat, maka (m+n+1) bilangan bulat, sehingga2(m+n+1)
adalah bilangan genap. Jadi jumlah duabilangan ganjil selalu genap.

 Buktikan besar sudut setiap segitiga adalah 180 derajat!


Penyelesaian:
Untuk membuktikannya, pada segitiga sembarang ABC dibuat garis perpanjangan AC
dan BC serta garis yang sejajar AB.

Kemudian dengan teorema sudut yang ada dapat dibuktikan:


∠A = ∠C4 (sudut sehadap)
∠B =∠C2 (sudut sehadap)
∠C1 = ∠C3 (sudut bertolak belakang)
∠A + ∠B + ∠C1 = ∠C4 + ∠C2 + ∠C3
= 180 derajat (sudutgaris lurus)
Jadi dapat disimpulkan besar sudut setiap segitiga 180 derajat adalah benar.

 Suatu bak mandi mempunyai panjang 3 m lebihnya dari lebar bak tersebut, sedangkan
lebar 2 m kurangnya dari tinggi bak. Bila luas alas bak tersebut sama dengan 4 m2
berapakah isi bak mandi tersebut?

9
Penyelesaian:
Diketahui : Luas = 4 m2
Misal tinggi bak mandi adalah t m
Lebar = t– 2
Panjang = (t–2) + 3

L =  p x  l4 = { ( t  – 2 ) + 3 } x ( t  –  2 )


4 =  ( t  + 1 )  ( t  –  2 )
4 =  ( t  + 1 )  ( t –  2 )
t2  – t  –  2 = 4
t2  –  t –  6 = 0
( t –  3 ) ( t + 2 ) = 0
t1 = 3 atau t2 = -2
Bila diambil t = 3 m makadidapat p = 4 m dan l = 1 m

Volume balok = p x l x t 
= 4 x 1 x 3= 12 m3
Jadi isi bak mandi adalah 12 m3.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penalaran merupakan kegiatan, proses atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu
kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasar pada beberapa pernyataan yang
diketahui benar ataupun yang dianggap benar yang disebut premis. 
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan atau proses
berfikir yang menghubung-hubungka fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang bersifat khusus
yang  sudah diketahui menuju kesimpulan yang bersifat umum (general).
Penalaran deduktif adalah proses penalaran atau proses berfikir dari hal-hal yang
bersifat umum (general) yang kemudian dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan
fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang bersifat khusus. Proses penalaran induktif dan
deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari matematika.

B. Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini, kami sangat mengharapkan respon dari para
teman-teman mahasiswa ataupun dari Dosen dan saran konstruktif dari siapapun datangnya,
demi perbaikan makalah ini, dan dapat bermanfaat adanya, khususnya bagi kami sebagai
penyusun, dan umumnya para pembaca lainnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ruseffendi, E.T. (1989). Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru Edisi
keempat. Bandung: Tarsito.
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.Bandung:
Tarsito.
Shadiq, F (2004). Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi Dalam Pembelajaran
Matematika. Yogyakarta: PPPG.
Soekardijo, R.G. (1988). Logika Dasar, Tradisionil, Simbolik dan Induktif. Jakarta: 
Gramedia. Depdinas. (2006). Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta:
Permendiknas 2006.
Farikhin, (2006). Paket Penggemar Matematika, Strategi Pemecahan Masalah untuk SMA.
Yogyakarta: PPPG.
ang setyo winarni, M.Pd MATEMATIKA UNTUK PGSD, Rosda, Bandung.2012.
Copi, I.M. (1978). Introduction to Logic. New York: Macmillan.
Gatot Muhsetyo, dkk. 2007. Pembelajaran Matematika SD . Jakarta: UniversitasTerbuka
Sufyani P. 2012. Konsep Dasar Matematika. Jakarta: Direktorat JenderalPendidikan Islam
Kementrian Agama Republik Indonesia

12

Anda mungkin juga menyukai