Anda di halaman 1dari 23

“Implementasi Pendidikan Multikultural Pada Layanan Bimbingan

Kelompok Untuk Meningkatkan Sikap Sopan Santun Peserta Didik


Kelas X Pada Masa Covid 19 Di SMAN 5 Kota Bengkulu”

PROPOSAL

Oleh :

HARIS AGUSTIAN
NIM: 20811007

PROGRAM STUDI PASCASARJANA BIMBINGAN


KONSELING PENDIDIKAN ISLAM (BKPI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
TAHUN 2021

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah.............................................................................................. 5
C. Rumusan Masalah................................................................................................. 5
D. Tujuan Penelitian................................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian................................................................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI


A. Pengertian Implementasi....................................................................................... 7
B. Pendidikan Multikultural....................................................................................... 8
C. Bimbingan Kelompok........................................................................................... 9
D. Tujuan Bimbingan Kelompok............................................................................... 10
E. Pengertian Perilaku Sopan Santun........................................................................ 11
F. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sopan Santun............................................ 12
G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lunturnya Nilai-Nilai Kesopanan............... 13
H. Kerangka konseptual............................................................................................. 14
I. Hipotesis ............................................................................................................... 16
J. Penelitian Terdahulu............................................................................................. 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian...................................................................................................... 17
B. Populasi dan Sampel............................................................................................. 18
C. Teknik Pengumpulan Data.................................................................................... 18
D. Teknik Analisis Data............................................................................................. 20

Daftar Pustaka................................................................................................................. 31

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam suku dan ras, memilik budaya,

bahasa, nilai, dan agama atau keyakinan yang berbeda-beda. Dalam keanekaragaman ini,

upaya membangun budaya bangsa Indonesia diperlukan semangat multikultural, kerja

sama yang saling membantu, saling menghargai, menerima perbedaan dan mengakuinya.

Sikap saling menerima dan menghargai ini akan cepat berkembang bila dilatihkan dan

dididik dimulai pada usia dini agar dapat menghasilkan generasi muda yang menghargai

perbedaan. Melalui pendidikan multikultural, sikap penghargaan terhadap perbedaan bila

diajarkan dengan baik, maka generasi muda akan dilatih dan disadarkan akan pentingnya

penghargaan pada orang lain dan budaya lain, sehingga sewaktu mereka dewasa sudah

mempunyai sikap saling menghormati dan saling menghargai budaya lain.

Pendidikan multikultural dapat membantu Peserta Didik mengerti, menerima,

dan menghargai orang dari suku, budaya dan nilai yang berbeda. Seperti yang

dikemukakan Suyata (2001) bahwa pendidikan multikultural merupakan salah satu

alternatif untuk tidak sekedar merekatkan kembali nilai-nilai persatuan, kesatuan, dan

berbangsa, tetapi juga mendefinisikan kembali rasa kebangsaan itu sendiri. Lebih lanjut,

dikemukakan bahwa orientasi penyeragaman yang diwujudkan dalam model asimilasi

pada jalur pendidikan formal selama ini mengalami kegagalan karena mengabaikan

keanekaragaman kultur. Kemampuan memahami keanekaragaman kultur sangat

dibutuhkan dalam membangun kedewasaan berbangsa dan berdemokrasi, sehingga tidak

menimbulkan resisten, rasa rendah diri, keterasingan, dan prestasi rendah.

1
Budaya bangsa yang kaya akan nilai-nilai luhur dalam tatanan hidup

bermasyarakat mestinya dapat diintegrasikan ke dalam proses pendidikan di sekolah agar

anak tidak tercabut dari kondisi kehidupan sehari-hari masih sering diabaikan di dalam

proses pembelajaran. Ajaran dan pandangan hidup orang yang diturunkan oleh nenek

moyang mereka dengan kandungan nilai-nilai kebajikan yang tinggi seperti rasa hormat

dan santun, kejujuran, keadilan, kepedulian, gotong royong, kepemimpinan, toleransi,

respek, keluruhan budi pekerti, kreativitas, dan estetika yang mestinya apat diintegrasikan

dalam kurikulum yang ada tidak dihimpun dan dialirkan untuk membangun

perilaku/moral peserta didik di sekolah.

Sekolah merupakan salah satu lingkungan makro yang berperan besar dalam

membentuk perkembangan anak menuju masa dewasanya. Sekolah dapat diungkapkan

sebagai microsystem yang terkait dengan kelas, dan semua komponen yang berada di

sekolah. Sekolah dengan kreativitas dan inovatif dapat mendisain dan mempertemukan

beragam budaya yang ada dan dibawa masing-masing anak sesuai dengan latar

keberagaman mereka.

Pendidikan multikultural menjadi respon terhadap perkembangan keragaman

populasi sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Dalam

dimensi lain, pendidikan multikultural merupakan pengembangan kurikulum dan aktifitas

pendidikan untuk memasuki berbagai pandangan. Secara luas, pendidikan multikultural

mencakup seluruh Peserta Didik tanpa membeda-bedakan kelompoknya seperti gender,

etnik, ras, budaya, strata sosial dan agama (Choirul Mahfud, 2006:169).1

1
Anwar Hafid, Ali Rosdin, dkk, PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BERBASIS KEARIFAN LOKAL,
(Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), hlm. 4

2
Sejak adanya masa pandemic covid-19, pendidikan di Indonesia semua beralih

melalui daring (online). Berdasarkan intruksi pemerintah melalui Kementrian Pendidikan

dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan berbagai penyesuaian pembelajaran yang

tidak membebani guru dan Peserta Didik, namun sarat nilai-nilai penguatan karakter

seiring perkembangan status kedaruratan covid-19. Penyesuaian tersebut tertuang dalam

surat edaran Nomor 2 Tahun 2020 tentang pencegahan dan penanganan covid-19 di

lingkungan Kemendikbud serta surat edaran Nomot 3 Tahun 2020 tentang pencegahan

covid-19 pada satuan pendidikan.

Dalam dunia pendidikan, pemerintah memprogramkan pembelajaran jarak jauh di

mana Peserta Didik atau peserta didik belajar di rumah di bawah bimbingan guru dan

orang tua. Pembelajaran seperti ini dilakukan untuk mengantisipasi kerumunan yang

biasa memicu penyebaran covid-19. Menurut Moeldoko, kedisiplinan karakter pada

semua aspek pendidikan adalah kunci keberhasilan pada proses pembelajaran di masa

pendemi covid-19.2

Pada masa pandemic covid 19 Saat ini sikap sopan santun Peserta Didik sudah

mulai memudar. Sopan santun disini tidak hanya sebatas berbicara atau berprilaku yang

dilakukan kepada kedua orang tua. Sopan santun juga perlu diterapkan pada saat kita

bergaul dengan orang yang lebih tua, teman sejawat, orang yang lebih muda, menghargai

satu sama lain. saat ini, nilai tidak hanya berdasarkan kemampuan akademiknya saja

tetapi juga berdasarkan sikap dan tingkah laku Peserta Didik tersebut dalam

pembelajaran, terkhusus kepada guru. Banyak dari Peserta Didik yang saat ini tidak tahu

2
Kemerosotan Moral Siswa Pada Masa Pandemic Covid 19: Meneropong Eksistensi Guru Pendidikan
Agama Islam (NurulFatiha & Gisela Nuwa), h. 2

3
bagaimana ia seharusnya bersikap terhadap gurunya, terkadang beberapa dari sikap dan

perkataan mereka dianggap kurang sopan namun mereka tidak menyadari hal tersebut.

Hal inilah yang terjadi di SMAN 5 Kota Bengkulu, Peserta Didik mengalami

penurunan dari segi sikap sopan santun Misalnya saat berpapasan dengan guru baik di

lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah, Peserta Didik cenderung tidak

memberikan sapaan atau salam, bahkan juga tidak menoleh ataupun memberikan

senyum. Kemudian saat bertutur kata tidak menunjukkan cara berbicara yang sopan

kepada guru, kadang kala Peserta Didik menyamakan saat berbicara dengan guru seperti

berbicara teman sebayanya. Peserta Didik saat ini masih kurang dalam menjalankan nilai-

nilai kesantunan dalam penggunaan bahasa komuniksai, sehingga Peserta Didik

cenderung menggunakan bahasa yang tidak ramah, tidak bersahabat, terkesan angkuh

atau sombong, memaksa, dan bahkan kurang menghargai orang yang lebih tua di

lingkungan sekolah terutama guru.

Berdasarkan temuan diatas diketahui bahwa sikap sopan santun sangat penting

ditanamkan dalam kehidupan. Sekolah sebagai lembaga pendidik ikut andil dalam

memberikan kepada anak agar dapat bersikap sopan santun sesuai dengan nilai dan

norma yang berlaku di masyarakat sekarang ini. Salah satu solusi yang bisa diberikan

adalah dengan cara Menanamkan Pendidikan Multikultural Pada Layanan Bimbingan

Kelompok. Oleh karena itu akan peneliti ungkapkan dalam penelitian yang berjudul

“Implementasi Pendidikan Multikultural Pada Layanan Bimbingan Kelompok Untuk

Meningkatkan Sikap Sopan Santun Peserta Didik Kelas X Pada Masa Covid 19 Di

SMAN 5 Kota Bengkulu”

4
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah seperti yang diuraikan diatas, maka dapat

diidentifikasi masalah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Peserta Didik berperilaku kurang sopan santun seperti berbicara kasar, kurang

menghargai guru dan Peserta Didik-Peserta Didik lain.

2. Peserta Didik kurang memahami arti sopan santun.

3. Peserta Didik kurang mempunyai sikap sopan santun.

4. Guru belum cukup menjalankan program bimbingan terhadap perilaku sopan santun

pada Peserta Didik.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan Identifikasi Masalah diatas maka masalah yang akan di teliti

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan bimbingan kelompok SMAN 5 Kota Bengkulu?

2. Bagaimanakah perilaku sopan santun Peserta Didik kelas X SMAN 5 Kota

Bengkulu?

3. Apakah ada pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku sopan santun Peserta

Didik Kelas X SMAN 5 Kota Bengkulu?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka yang menjadi tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan kelompok di SMAN 5 Kota Bengkulu.

5
2. Untuk mengetahui perilaku sopan santun Peserta Didik kelas X SMAN 5 Kota

Bengkulu.

3. Untuk mengetahui pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku sopan santun

Peserta Didik Kelas X SMAN 5 Kota Bengkulu.

E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan di harapkan dapat memberikan manfaat yang

positif yang bisa di ambil yaitu:

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam rangka

memperkaya pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Bimbingan

Konseling terutama tentang “Implementasi Pendidikan Multikultural Pada Layanan

Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Sikap Sopan Santun Peserta Didik”.

2. Secara praktis

a. Bagi Peserta Didik, penelitian ini sebagai usaha membantu meningkatkan

perilaku sopan santun Peserta Didik.

b. Bagi Guru BK, penelitian ini merupakan informasi bahwa Bimbingan Kelompok

dapat membantu meningkatkan perilaku sopan santun Peserta Didik.

c. Bagi sekolah, penelitian ini menjadi dasar pertimbangan kepala sekolah agar

meningkatkan perilaku sopan santun Peserta Didik.

d. Bagi peneliti, penelitian ini menambah pengalaman dan wawasan tentang

Bimbingan Kelompok pada perilaku sopan santun Peserta Didik.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Implementasi

1. Pengertian Implementasi

Istilah implementasi bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan, maupun

dunia manajemen, setelah guru melakukan perancangan terhadap program pastinya

akan berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan rencana tersebut agar sukses

dan mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku di

sekolah. Mengartikan bahwa implementasi sebagai “pelaksanaan atau penerapan”.

Artinya segala sesuatu yang dilaksanakan dan diterapkan, sesuai dengan kurikulum

yang telah dirancang untuk dijalankan sepenuhnya sesuai dengan peraturan yang telah

ditetapkan.3

Secara garis besar pengertian dari implementasi adalah suatu proses, suatu

aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide atau gagasan, program atau harapan-

harapan yang dituangkan dalam bentuk kurikulum. Dari penngertain-pengertian di

atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bahwa kata implementasi bermuara

pada mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa

implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan

dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai

tujuan kegiatan.4

B. Pendidikan Multikultural
3
lia Kurnia Sari, “Implementasi Keislaman Dalam Mengembangkan Karakter Sopan Santun Perseta Didik
Di SMAN 1 Karangan Trenggalek,” IAIN Tulungagung, (2021): Hal 16
4
Ibid, Hal 17

7
Pendidikan multikultural berasal dari dua kata pendidikan dan multikultural.

Pendidikan merupakan proses pengembangan sikap dan tata laku seseorang atau

sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran, pelatihan,

proses, perbuatan dan cara-cara yang mendidik. Disisi lain Pendidikan adalah Transfer of

knowledge atau memindah ilmu pengetahuan. Sedangkan Multikultural secara etimologis

multi berarti banyak, beragam dan aneka sedangkan kultural berasal dari kata culture

yang mempunyai makna budaya, tradisi, kesopanan atau pemeliharaan.

Rangkaian kata pendidikan dan multikultural memberikan arti secara terminologis

adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan

heterogenitasnya sebagai konsekwensi keragaman budaya, etnis, suku dan aliran (agama).

Zakiyuddin Baidhawi mendefinisikan pendidikan multikultural adalah suatu cara untuk

mengajarkan keragaman (teaching diversity). M. Ainul Yaqin memahami pendidikan

multikultural sebagai strategi pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis mata

pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada para

Peserta Didik seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, klas sosial, ras,

kemampuan dan umur agar proses belajar menjadi mudah.5

Dari bebarapa definisi diatas, ada tiga kata kunci yang menandai adanya

pendidikan multikultural yaitu; pertama, proses pengembangan sikap dan tata laku,

kedua, menghargai perbedaan dan keragaman budaya. Ketiga, penghargaan terhadap

budaya lain. Kata kunci tersebut akan menjadi landasan dalam merumuskan konsep Islam

dalam memahami pendidikan multikultural.

C. Bimbingan Kelompok

5
Rustam Ibrahim, “PENDIDIKAN MULTIKULTURAL: Pengertian, Prinsip, dan Relevansinya dengan
Tujuan Pendidikan Islam” ADDIN, Vol. 7, No. 1, Februari 2013. Hal: 136-137

8
Tohirin (dalam Damayanti. 2012:40) mengatakan bahwa suatu cara memberikan

bantuan kepada individu (Peserta Didik) melalui kegiatan kelompok. Dalam bimbingan

kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing

Peserta Didik, yang diharapkan dpat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini

bagi dirinya sendiri.

Bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah

peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu

(terutama dari pembimbing /konselor yang berguna untuk menunjang kehidupannya

sehari-hari baik individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk

pertimbangan dalam pengambilan keputusan Sukardi (dalam Damayanti 2012:40).

Dari pengertian bimbingan kelompok yang telah dipaparkan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah proses pemberian informasi dan bantuan

yang diberikan oleh seorang guru pada sekelompok individu dengan memanfaatkan

dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu, dan didalam kegiatan

bimbingan kelompok individu saling berinteraksi, mengeluarkan pendapat, memberikan

tanggapan, saran, dan sebagainya, sehingga individu dapat mencapai perkembangan

secara optimal. Bimbingan kelompok menekankan pada proses berinteraksi dan

berkomunikasi kelompok untuk memperoleh kepuasan pribadi.6

6
Lilliek Suryani, “Upaya Meningkatkan Sopan Santun Berbicara Dengan Teman Sebaya Melalui
Bimbingan Kelompok” e-jurnalmitrapendidikan.com, Vol. 1, No. 1, Maret 2017. Hal: 115

9
D. Tujuan Bimbingan Keompok

Bimbingan kelompok dimaksudkan membahas topik-topik tertentu yang

mengandung permasalahan aktual (hangat) dan menjadi perhatian peserta. Melalui

dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan

perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah

laku yang lebih efektif dan bertanggung jawab. Dalam hal ini kemampuan informasi

verbal dan non verbal. 7

Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan agar para anggota kelompok atau

siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai informasi atau bahan dari narasumber

yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari, baik secara individu, maupun sebagai

pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Selain dapat membuahkan saling hubungan

yang baik diantara kelompok, kemampuan berkomunikasi antara sesama anggota

kelompok. Pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan, mengembangkan sikap

tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap dalam

kelompok. 8

Berdasarkan tujuan dari bimbingan kelompok tersebut agar terbentuknya

dinamika kelompok, yaitu saling berinteraksinya setiap anggota kelompok yang ada

dalam kelompok tersebut guna mengentaskan atau mencari ide atau gagasan–gagasan

baru tentang masalah yang telah dimunculkan dalam kelompok tersebut, dan membentuk

perilaku-perilaku setiap anggota kelompok dalam menyikapi segala hal baik itu

berkenaan dengan diri sendiri maupun orang lain. Serta mengajarkan setiap anggota

7
Prayitno. (2015).Jenis Layanan Dan Kegiatan Pendukung.Padang:UNP. Hal 151
8
Abu Bakar M Luddin. (2016). Psikologi Dan Konseling Keluarga.Medan: Difa Grafika. Hal 109

10
kelompok untuk bagaimana berperilaku yang baik serta menanggapi setiap ide dan

gagasan yang dimunculkan oleh setiap orang dikelompok tersebut.

E. Pengertian Perilaku Sopan Santun

Perilaku sopan-santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan

sekelompok manusia di dalam masyarakat dan dianggap sebagai tuntunan pergaulan

sehari-hari masyarakat itu. Sopan santun merupakan istilah bahasa Jawa yang dapat

diartikan sebagai perilaku seseorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati,

menghargai, dan berakhlak mulia. Sopan santun bisa dianggap sebagai norma tidak

tertulis yang mengatur bagaimana seharusnya kita bersikap atau berperilaku.

Perilaku sopan santun merupakan unsur penting dalam kehidupan sosialisasi

sehari-hari setiap orang, karena dengan menunjukkan sikap sopan santunlah, seseorang

dapat dihargai dan disenangi dengan dengan keberadaannya sebagai makhluk sosial

dimana pun tempat ia berada. Dalam kehidupan bersosialisasi antar sesama manusia

sudah tentu memiliki normanorma dalam melakukan hubungan dengan orang lain, dalam

hal ini sopan santun dapat memberikan banyak manfaat atau pengaruh yang baik terhadap

diri sendiri maupun orang lain. Jika dilihat dari asal katanya, sopan santun berarti

peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok manusia di dalam

masyarakat dan dianggap sebagai tuntutan pergaulan sehari hari masyarakat tersebut.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap sopan santun

patutlah dilakukan dimana saja. Sesuai dengan kebutuhan lingkungan, tempat, dan waktu

karena sopan santun bersifat relatif dimana yang dianggap sebagai norma sopan santun

11
berbeda-beda di setiap tempatnya, seperti sopan santun dalam lingkungan rumah,

sekolah, kampus, pergaulan, dan lain sebagainya.

F. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sopan Santun

Faktor-faktor perilaku sopan santun dapat terbentuk sejak dini melalui beberapa

faktor, antara lain: a) faktor orangtua, b) faktor lingkungan, c) faktor sekolah. 9

a. Faktor orang tua

Keluarga adalah tempat terbentuknya akhlak yang terbaik dibandingkan

tempat pendidikan yang lain. Hal ini karena melalui keluarga, orangtua dapat

memberikan penanaman akhlak sedini mungkin kepada anak-anaknya. Dari

lingkungan keluarga pembentuk perilaku sopan santun mudah diterima oleh anak

karena komunikasi yang terjadi setiap waktu antara orangtua dan anak, melalui

perhatian, kasih sayang, serta penerapan perilaku dalam sikap sopan santun yang

baik dari pengajaran orangtua kepada anaknya berlangsung secara alami karena

dilakukan dengan kasih sayang dan cinta yang tulus dari orang tua kepada anak-

anaknya.

b. Faktor lingkungan

Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa dipisahkan dari interaksi antar

sesama. Kesamaan prinsip dan tujuan akan sesuatu menjadikan adanya kedekatan

antar satu dengan yang lainnya sehingga terbentuklah lingkungan pergaulan.

c. Faktor sekolah

Sekolah berperan sebagai wahana penyampaian pendidikan dan pengajaran

yang turut serta berperan dalam mempengaruhi tingkat pengembangan perilaku

9
Sulastri Tomayahu. Pengaruh Bimbingan Kelompok Teknik Bermain Peran Terhadap Perilaku Sopam
Santun Siswa Di MTs AL-Huda Kota Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo

12
sopan santun seorang anak. Peran guru sebagai penyampai ilmu sangatlah penting.

Seorang guru tidak hanya memberikan pendidikan dalam bentuk materi saja, tetapi

lebih dari itu harus dapat mencontohkan sisi teladannya. Disamping itu, guru juga

harus memberikan contoh yang baik dalam sosialisasi kehidupan. Hal ini

dikarenakan perilaku seorang gurulah yang pertama-tama dilihat oleh siswanya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi

perilaku sopan santun dapat memberikan informasi bahwasanya ada saling berkaitan

faktor orangtua, faktor lingkungan dan faktor sekolah dalam membentuk perilaku

sopan santun yang baik maupun yang buruk, dan tidak tergantung pada satu faktor

saja melainkan ketiga faktor tersebut saling melengkapi.

G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lunturnya Nilai-Nilai Kesopanan

Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan anak kurang sopan santun dalam

kehidupan sehari-hari. Faktor-faktor tersebut adalah: a) anak-anak tidak mengerti

peraturan atau aturan yang ada, serta apa yang anak harapkan terjadi ternyata jauh dari

ekspektasinya hal itu tidak terjadi, b) anak-anak ingin bebas melakukan hal-hal yang di

sukainya, c) anak-anak meniru perbuatan orang tua,d) adanya perbedaan perlakuan di

sekolah dengan di rumah sehingga menyebabkan anak bingun mana yang seharusnya

menjadi panduannya dalam berperilaku,dan e) kurangnya pembiasaan sopan santun yang

diajarkan oleh orang tua. 10

10
Ibnu Hajar Al-Asqalani, (2006) Ringkasan Targhib wa Tarhib. Jakarta: Pustaka Azzam, Hal. 27

13
H. Penelitian Terdahulu

Penelitian Relevan (Penelitian Kualitataif Deskriptif)

Nama Peneliti, Teknik


Populasi dan Hasil
No. Judul dan Variabel Analisis
Sampel Penelitian
Tahun Data
Ira Kamal Variabel Populasi yang 1. Validitas Perilaku sopan
Pasaribu, penelitian digunakan 2. Reabilitas santun siswa
Pengaruh ini terdiri dalam kelas XI MAS
Bimbingan dari variabel penelitian ini PP Irsyadul
Kelompok bebas dan adalah seluruh Islamiyah
Terhadap Sopan terikat. kelas XI MAS Tanjung
Santun, 2017 Variabel PP Irsyadul medan
bebas Islamiyah Kabupaten
(Variabel X) Tanjung Labuhanbatu
adalah Medan Selatan
bimbingan Kabupaten sebelum
kelompok Labuhanbatu mendapatkan
dan variabel Selatan yang layanan
terikat berjumlah 53 bimbingan
(Variabel Y) siswa. Teknik kelompok
adalah sopan dalam cenderung
santun pengambilan rendah dan
siswa. sampel setelah di
menggunkan laksanakan
purposive Bimbingan
sampling atau kelompok
sampel cenderung
bertujuan. tinggi, yakni
dengan nilai
Post-test
sebesar 85,8.

14
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menurut Prof. Dr. Sugiyono Metode

penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama,

dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme.

Metode ini disebut juga sebagai metode artistic, karena proses penelitian lebih bersifat

seni (kurang berpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil

penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang ditentukan di

lapangan. 11

Menurut Poerwandari penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan

dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan

lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain.2 Penelitian kualitatif bertujuan

untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari

perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat

setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian.

Berdasarkan analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum

yang sifatnya abstrak tentang kenyataan-kenyataan. 12

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic karena

penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), disebut juga sebagai

metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk

11
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2011, h.7
12
E. Ktisti Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian, (Jakarta : Lembaga Pengembangan dan
Pengukuran Psikologi, Fak. Psikologi UI, 1998), h. 34

15
penelitian bidang antropologi budaya, disebut juga sebagai metode kualitatif, karena data

yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiono (2003:55), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas subjek atau objek yang mempunyai kuantitas dan kerakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya.

Sedangkan menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2006: 181),

“Populasi ialah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantatif

maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang

lengkap dan jelas.” Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh Peserta Didik SMAN 5

Kota Bengkulu Kelas X sebanyak 10 Kelas dengan Jumlah sebanyak 355 Peserta Didik.

2. Sampel

Penelitian ini adalah penelitian populasi, populasi dalam penelitian ini yaitu

seluruh Peserta Didik SMAN 5 Kota Bengkulu Kelas X IPS sebanyak 67 Peserta Didik.

Yang dimaksud sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi. Dalam hal ini jumlah

populasi 33 Peserta Didik yang mengikuti ekstrakurikuler bolavoli. Menurut Sugiyono

(2009: 81), “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tertentu.”

C. Teknik Pengumpulan Data

Pada umumnya penelitian kualitatif, peneliti dapat memilih teknik

pengumpulan data antara lain observasi partisipan, wawancara mendalam. Analisi

16
dokumen, catatan harian peneliti (rekaman pengalaman dan kesan peneliti pada saat

pengumpulan data), dan analisis isi media. 13 Teknik yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data tersebut sebagai berikut :

1. Observasi

Metode observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena

sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan. 14 Metode ini

dilakukan untuk mengetahui secara langsung situasi lingkungan dan tempat

penelitian.

Dalam penelitian ini, melakukan observasi partisipan tahap pertama, yaitu

dimulai dari observasi deskriptif secara luas dengan menggambarkan secara umum

situasi lembaga tersebut. Tahap selanjutnya dilakukan dengan observasi terfokus

untuk melihat hal-hal yang terkait dengan fakus penelitia. Tahap terakhir adalah

melakukan observasi secara selektif dengan mencari perbedaan antara hal-hal yang

diteliti berdasarkan pada fakus penelitian.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan

mengetahui hal-hal responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya

sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur,

dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan

telepon.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur dan wawancara


13
Burhan Bugin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekomoni, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya,
(Jakarta : Kencana, 2011), hlm. 143
14
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung : Bandar Maju, 2000), hlm. 157

17
semi terstruktur berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang akternatif. Sedangkan

wawacara semi terstruktur dilakukan untuk menentukan permasalahan secara lebih

terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat atau ide-idenya. Dalam

melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa

yang dikemukakan oleh informan. 15

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi

bisa berbentuk lisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokemuntasi yang berbentuk tulisan misalnya catatat harian, biografi, peraturan,

kebijakan dll. Dokumentasi yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup,

sketsa dll. Dokumentasi yang berbentuk karya misalnya karya seni, berupa

gambar, patung, film. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari kualitatif. 16

Dokumentasi ini digunakan peneliti untuk mendukung data hasil observasi

dan wawancara.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu cara atau upaya yang digunakan untuk menyusun

dan mengolah data yang terkumpul sehingga dapat dipertanggung jawabkan

kebenarannya. Analisis data juga merupakan proses berkelanjutan yang

membutruhkan refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan

analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Adapun teknik analisis

data yang penulis gunakan adalah teknik analisis deskriptif yaitu pengumpulan data

15
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung :
Alfabeta : cetakan ke-11), hlm. 320
16
Ibid. Hal. 335

18
berupa kata-kata, gambar yang mana data tersebut berasal dari wawancara, catatan

lapangan, foto dan lain-lain. 17. Setelah semua data yang diperlukan dalam penelitian

ini terkumpul, maka selanjutnya data diolah dan disajikan dengan menggunakan

teknik analisis deskriptifkan atau dijabarkan dengan melalui tahapan-tahapan

tertentu.

Miles dan Hubberman mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan

dalam menganalisis data penelitian kualitatif, sebagai berikut :

a. Reduksi Data

Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan

polanya. Data yang direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan

memudahkan untuk melakukan pengumpulan data. 18

Pada tahap ini peneliti merangkum, memilih dan mencatat data yang

penting yang diperoleh dari lapangan. Data yang diperoleh berasal dari hasil

wawancara yang dilakukan peneliti Guru SMAN 5 Kota Bengkulu dan data

hasil observasi tentang media, metode, evaluasi terhadap penerapan budaya

sekolah dalam mengembangkan karakter sopan santun peserta didik.

b. Penyajian Data

Pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan memberi

kemungkinan adanya penarikn kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus dan


17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) , hal
208
18
Ahmad Tanzeh dan Suyitno, Dasar-Dasar Penelitian, (Surabaya: Elkaf, 2006), hlm. 211

19
sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan alisis sajian

data. 19

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Langkah kerja adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

awal yang ditemukan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Tetapi apabila kesmpulan yang dikemukakan pada tahap awal

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke

lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel. Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari data

yang sudah direduksi dan sudah disajikan dalam deskripsi data dan hasil

penelitian.

19
Ibid. hlm. 211

20
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Hafid, Ali Rosdin, dkk, PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BERBASIS KEARIFAN


LOKAL, (Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, 2016)

Kemerosotan Moral Siswa Pada Masa Pandemic Covid 19: Meneropong Eksistensi Guru
Pendidikan Agama Islam (NurulFatiha & Gisela Nuwa)

lia Kurnia Sari, “Implementasi Keislaman Dalam Mengembangkan Karakter Sopan Santun
Perseta Didik Di SMAN 1 Karangan Trenggalek,” IAIN Tulungagung, (2021)

Rustam Ibrahim, “PENDIDIKAN MULTIKULTURAL: Pengertian, Prinsip, dan Relevansinya


dengan Tujuan Pendidikan Islam” ADDIN, Vol. 7, No. 1, Februari 2013.

Lilliek Suryani, “Upaya Meningkatkan Sopan Santun Berbicara Dengan Teman Sebaya Melalui
Bimbingan Kelompok” e-jurnalmitrapendidikan.com, Vol. 1, No. 1, Maret 2017.

Prayitno, Jenis Layanan Dan Kegiatan Pendukung.Padang:UNP. . (2015).

Abu Bakar M Luddin. Psikologi Dan Konseling Keluarga.Medan: Difa Grafika. (2016).

Sulastri Tomayahu. Pengaruh Bimbingan Kelompok Teknik Bermain Peran Terhadap Perilaku
Sopam Santun Siswa Di MTs AL-Huda Kota Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo

Ibnu Hajar Al-Asqalani, Ringkasan Targhib wa Tarhib. Jakarta: Pustaka Azzam, (2006)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2011

E. Ktisti Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian, (Jakarta : Lembaga


Pengembangan dan Pengukuran Psikologi, Fak. Psikologi UI, 1998)

Burhan Bugin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekomoni, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya, (Jakarta : Kencana, 2011)

Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung : Bandar Maju, 2000)

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung
: Alfabeta : cetakan ke-11)

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002)

Ahmad Tanzeh dan Suyitno, Dasar-Dasar Penelitian, (Surabaya: Elkaf, 2006), hlm. 211

21

Anda mungkin juga menyukai