PROPOSAL
Oleh :
HARIS AGUSTIAN
NIM: 20811007
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah.............................................................................................. 5
C. Rumusan Masalah................................................................................................. 5
D. Tujuan Penelitian................................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian................................................................................................. 6
Daftar Pustaka................................................................................................................. 31
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam suku dan ras, memilik budaya,
bahasa, nilai, dan agama atau keyakinan yang berbeda-beda. Dalam keanekaragaman ini,
sama yang saling membantu, saling menghargai, menerima perbedaan dan mengakuinya.
Sikap saling menerima dan menghargai ini akan cepat berkembang bila dilatihkan dan
dididik dimulai pada usia dini agar dapat menghasilkan generasi muda yang menghargai
diajarkan dengan baik, maka generasi muda akan dilatih dan disadarkan akan pentingnya
penghargaan pada orang lain dan budaya lain, sehingga sewaktu mereka dewasa sudah
dan menghargai orang dari suku, budaya dan nilai yang berbeda. Seperti yang
alternatif untuk tidak sekedar merekatkan kembali nilai-nilai persatuan, kesatuan, dan
berbangsa, tetapi juga mendefinisikan kembali rasa kebangsaan itu sendiri. Lebih lanjut,
pada jalur pendidikan formal selama ini mengalami kegagalan karena mengabaikan
1
Budaya bangsa yang kaya akan nilai-nilai luhur dalam tatanan hidup
anak tidak tercabut dari kondisi kehidupan sehari-hari masih sering diabaikan di dalam
proses pembelajaran. Ajaran dan pandangan hidup orang yang diturunkan oleh nenek
moyang mereka dengan kandungan nilai-nilai kebajikan yang tinggi seperti rasa hormat
respek, keluruhan budi pekerti, kreativitas, dan estetika yang mestinya apat diintegrasikan
dalam kurikulum yang ada tidak dihimpun dan dialirkan untuk membangun
Sekolah merupakan salah satu lingkungan makro yang berperan besar dalam
sebagai microsystem yang terkait dengan kelas, dan semua komponen yang berada di
sekolah. Sekolah dengan kreativitas dan inovatif dapat mendisain dan mempertemukan
beragam budaya yang ada dan dibawa masing-masing anak sesuai dengan latar
keberagaman mereka.
populasi sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Dalam
etnik, ras, budaya, strata sosial dan agama (Choirul Mahfud, 2006:169).1
1
Anwar Hafid, Ali Rosdin, dkk, PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BERBASIS KEARIFAN LOKAL,
(Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), hlm. 4
2
Sejak adanya masa pandemic covid-19, pendidikan di Indonesia semua beralih
tidak membebani guru dan Peserta Didik, namun sarat nilai-nilai penguatan karakter
surat edaran Nomor 2 Tahun 2020 tentang pencegahan dan penanganan covid-19 di
lingkungan Kemendikbud serta surat edaran Nomot 3 Tahun 2020 tentang pencegahan
mana Peserta Didik atau peserta didik belajar di rumah di bawah bimbingan guru dan
orang tua. Pembelajaran seperti ini dilakukan untuk mengantisipasi kerumunan yang
semua aspek pendidikan adalah kunci keberhasilan pada proses pembelajaran di masa
pendemi covid-19.2
Pada masa pandemic covid 19 Saat ini sikap sopan santun Peserta Didik sudah
mulai memudar. Sopan santun disini tidak hanya sebatas berbicara atau berprilaku yang
dilakukan kepada kedua orang tua. Sopan santun juga perlu diterapkan pada saat kita
bergaul dengan orang yang lebih tua, teman sejawat, orang yang lebih muda, menghargai
satu sama lain. saat ini, nilai tidak hanya berdasarkan kemampuan akademiknya saja
tetapi juga berdasarkan sikap dan tingkah laku Peserta Didik tersebut dalam
pembelajaran, terkhusus kepada guru. Banyak dari Peserta Didik yang saat ini tidak tahu
2
Kemerosotan Moral Siswa Pada Masa Pandemic Covid 19: Meneropong Eksistensi Guru Pendidikan
Agama Islam (NurulFatiha & Gisela Nuwa), h. 2
3
bagaimana ia seharusnya bersikap terhadap gurunya, terkadang beberapa dari sikap dan
perkataan mereka dianggap kurang sopan namun mereka tidak menyadari hal tersebut.
Hal inilah yang terjadi di SMAN 5 Kota Bengkulu, Peserta Didik mengalami
penurunan dari segi sikap sopan santun Misalnya saat berpapasan dengan guru baik di
lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah, Peserta Didik cenderung tidak
memberikan sapaan atau salam, bahkan juga tidak menoleh ataupun memberikan
senyum. Kemudian saat bertutur kata tidak menunjukkan cara berbicara yang sopan
kepada guru, kadang kala Peserta Didik menyamakan saat berbicara dengan guru seperti
berbicara teman sebayanya. Peserta Didik saat ini masih kurang dalam menjalankan nilai-
cenderung menggunakan bahasa yang tidak ramah, tidak bersahabat, terkesan angkuh
atau sombong, memaksa, dan bahkan kurang menghargai orang yang lebih tua di
Berdasarkan temuan diatas diketahui bahwa sikap sopan santun sangat penting
ditanamkan dalam kehidupan. Sekolah sebagai lembaga pendidik ikut andil dalam
memberikan kepada anak agar dapat bersikap sopan santun sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku di masyarakat sekarang ini. Salah satu solusi yang bisa diberikan
Kelompok. Oleh karena itu akan peneliti ungkapkan dalam penelitian yang berjudul
Meningkatkan Sikap Sopan Santun Peserta Didik Kelas X Pada Masa Covid 19 Di
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah seperti yang diuraikan diatas, maka dapat
1. Peserta Didik berperilaku kurang sopan santun seperti berbicara kasar, kurang
4. Guru belum cukup menjalankan program bimbingan terhadap perilaku sopan santun
C. Rumusan Masalah
Bengkulu?
3. Apakah ada pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku sopan santun Peserta
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka yang menjadi tujuan dari
5
2. Untuk mengetahui perilaku sopan santun Peserta Didik kelas X SMAN 5 Kota
Bengkulu.
E. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
2. Secara praktis
b. Bagi Guru BK, penelitian ini merupakan informasi bahwa Bimbingan Kelompok
c. Bagi sekolah, penelitian ini menjadi dasar pertimbangan kepala sekolah agar
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Implementasi
1. Pengertian Implementasi
Istilah implementasi bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan, maupun
akan berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan rencana tersebut agar sukses
dan mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku di
Artinya segala sesuatu yang dilaksanakan dan diterapkan, sesuai dengan kurikulum
yang telah dirancang untuk dijalankan sepenuhnya sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan.3
Secara garis besar pengertian dari implementasi adalah suatu proses, suatu
aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide atau gagasan, program atau harapan-
implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan
tujuan kegiatan.4
B. Pendidikan Multikultural
3
lia Kurnia Sari, “Implementasi Keislaman Dalam Mengembangkan Karakter Sopan Santun Perseta Didik
Di SMAN 1 Karangan Trenggalek,” IAIN Tulungagung, (2021): Hal 16
4
Ibid, Hal 17
7
Pendidikan multikultural berasal dari dua kata pendidikan dan multikultural.
Pendidikan merupakan proses pengembangan sikap dan tata laku seseorang atau
proses, perbuatan dan cara-cara yang mendidik. Disisi lain Pendidikan adalah Transfer of
multi berarti banyak, beragam dan aneka sedangkan kultural berasal dari kata culture
adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan
heterogenitasnya sebagai konsekwensi keragaman budaya, etnis, suku dan aliran (agama).
multikultural sebagai strategi pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis mata
pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada para
Peserta Didik seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, klas sosial, ras,
Dari bebarapa definisi diatas, ada tiga kata kunci yang menandai adanya
pendidikan multikultural yaitu; pertama, proses pengembangan sikap dan tata laku,
budaya lain. Kata kunci tersebut akan menjadi landasan dalam merumuskan konsep Islam
C. Bimbingan Kelompok
5
Rustam Ibrahim, “PENDIDIKAN MULTIKULTURAL: Pengertian, Prinsip, dan Relevansinya dengan
Tujuan Pendidikan Islam” ADDIN, Vol. 7, No. 1, Februari 2013. Hal: 136-137
8
Tohirin (dalam Damayanti. 2012:40) mengatakan bahwa suatu cara memberikan
bantuan kepada individu (Peserta Didik) melalui kegiatan kelompok. Dalam bimbingan
Peserta Didik, yang diharapkan dpat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini
peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu
sehari-hari baik individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk
Dari pengertian bimbingan kelompok yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah proses pemberian informasi dan bantuan
yang diberikan oleh seorang guru pada sekelompok individu dengan memanfaatkan
dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu, dan didalam kegiatan
6
Lilliek Suryani, “Upaya Meningkatkan Sopan Santun Berbicara Dengan Teman Sebaya Melalui
Bimbingan Kelompok” e-jurnalmitrapendidikan.com, Vol. 1, No. 1, Maret 2017. Hal: 115
9
D. Tujuan Bimbingan Keompok
perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah
laku yang lebih efektif dan bertanggung jawab. Dalam hal ini kemampuan informasi
siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai informasi atau bahan dari narasumber
yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari, baik secara individu, maupun sebagai
pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Selain dapat membuahkan saling hubungan
tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap dalam
kelompok. 8
dinamika kelompok, yaitu saling berinteraksinya setiap anggota kelompok yang ada
dalam kelompok tersebut guna mengentaskan atau mencari ide atau gagasan–gagasan
baru tentang masalah yang telah dimunculkan dalam kelompok tersebut, dan membentuk
perilaku-perilaku setiap anggota kelompok dalam menyikapi segala hal baik itu
berkenaan dengan diri sendiri maupun orang lain. Serta mengajarkan setiap anggota
7
Prayitno. (2015).Jenis Layanan Dan Kegiatan Pendukung.Padang:UNP. Hal 151
8
Abu Bakar M Luddin. (2016). Psikologi Dan Konseling Keluarga.Medan: Difa Grafika. Hal 109
10
kelompok untuk bagaimana berperilaku yang baik serta menanggapi setiap ide dan
Perilaku sopan-santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan
sehari-hari masyarakat itu. Sopan santun merupakan istilah bahasa Jawa yang dapat
menghargai, dan berakhlak mulia. Sopan santun bisa dianggap sebagai norma tidak
sehari-hari setiap orang, karena dengan menunjukkan sikap sopan santunlah, seseorang
dapat dihargai dan disenangi dengan dengan keberadaannya sebagai makhluk sosial
dimana pun tempat ia berada. Dalam kehidupan bersosialisasi antar sesama manusia
sudah tentu memiliki normanorma dalam melakukan hubungan dengan orang lain, dalam
hal ini sopan santun dapat memberikan banyak manfaat atau pengaruh yang baik terhadap
diri sendiri maupun orang lain. Jika dilihat dari asal katanya, sopan santun berarti
peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok manusia di dalam
masyarakat dan dianggap sebagai tuntutan pergaulan sehari hari masyarakat tersebut.
patutlah dilakukan dimana saja. Sesuai dengan kebutuhan lingkungan, tempat, dan waktu
karena sopan santun bersifat relatif dimana yang dianggap sebagai norma sopan santun
11
berbeda-beda di setiap tempatnya, seperti sopan santun dalam lingkungan rumah,
Faktor-faktor perilaku sopan santun dapat terbentuk sejak dini melalui beberapa
tempat pendidikan yang lain. Hal ini karena melalui keluarga, orangtua dapat
lingkungan keluarga pembentuk perilaku sopan santun mudah diterima oleh anak
karena komunikasi yang terjadi setiap waktu antara orangtua dan anak, melalui
perhatian, kasih sayang, serta penerapan perilaku dalam sikap sopan santun yang
baik dari pengajaran orangtua kepada anaknya berlangsung secara alami karena
dilakukan dengan kasih sayang dan cinta yang tulus dari orang tua kepada anak-
anaknya.
b. Faktor lingkungan
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa dipisahkan dari interaksi antar
sesama. Kesamaan prinsip dan tujuan akan sesuatu menjadikan adanya kedekatan
c. Faktor sekolah
9
Sulastri Tomayahu. Pengaruh Bimbingan Kelompok Teknik Bermain Peran Terhadap Perilaku Sopam
Santun Siswa Di MTs AL-Huda Kota Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo
12
sopan santun seorang anak. Peran guru sebagai penyampai ilmu sangatlah penting.
Seorang guru tidak hanya memberikan pendidikan dalam bentuk materi saja, tetapi
lebih dari itu harus dapat mencontohkan sisi teladannya. Disamping itu, guru juga
harus memberikan contoh yang baik dalam sosialisasi kehidupan. Hal ini
perilaku sopan santun dapat memberikan informasi bahwasanya ada saling berkaitan
faktor orangtua, faktor lingkungan dan faktor sekolah dalam membentuk perilaku
sopan santun yang baik maupun yang buruk, dan tidak tergantung pada satu faktor
Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan anak kurang sopan santun dalam
peraturan atau aturan yang ada, serta apa yang anak harapkan terjadi ternyata jauh dari
ekspektasinya hal itu tidak terjadi, b) anak-anak ingin bebas melakukan hal-hal yang di
sekolah dengan di rumah sehingga menyebabkan anak bingun mana yang seharusnya
10
Ibnu Hajar Al-Asqalani, (2006) Ringkasan Targhib wa Tarhib. Jakarta: Pustaka Azzam, Hal. 27
13
H. Penelitian Terdahulu
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menurut Prof. Dr. Sugiyono Metode
penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama,
Metode ini disebut juga sebagai metode artistic, karena proses penelitian lebih bersifat
seni (kurang berpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil
lapangan. 11
dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan
lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain.2 Penelitian kualitatif bertujuan
untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari
perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat
setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian.
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), disebut juga sebagai
metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk
11
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2011, h.7
12
E. Ktisti Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian, (Jakarta : Lembaga Pengembangan dan
Pengukuran Psikologi, Fak. Psikologi UI, 1998), h. 34
15
penelitian bidang antropologi budaya, disebut juga sebagai metode kualitatif, karena data
1. Populasi
atas subjek atau objek yang mempunyai kuantitas dan kerakteristik tertentu yang
Sedangkan menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2006: 181),
“Populasi ialah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantatif
lengkap dan jelas.” Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh Peserta Didik SMAN 5
Kota Bengkulu Kelas X sebanyak 10 Kelas dengan Jumlah sebanyak 355 Peserta Didik.
2. Sampel
Penelitian ini adalah penelitian populasi, populasi dalam penelitian ini yaitu
seluruh Peserta Didik SMAN 5 Kota Bengkulu Kelas X IPS sebanyak 67 Peserta Didik.
Yang dimaksud sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi. Dalam hal ini jumlah
(2009: 81), “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tertentu.”
16
dokumen, catatan harian peneliti (rekaman pengalaman dan kesan peneliti pada saat
pengumpulan data), dan analisis isi media. 13 Teknik yang digunakan peneliti dalam
1. Observasi
Metode observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena
sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan. 14 Metode ini
penelitian.
dimulai dari observasi deskriptif secara luas dengan menggambarkan secara umum
untuk melihat hal-hal yang terkait dengan fakus penelitia. Tahap terakhir adalah
melakukan observasi secara selektif dengan mencari perbedaan antara hal-hal yang
2. Wawancara (Interview)
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan
dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan
telepon.
17
semi terstruktur berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang akternatif. Sedangkan
terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat atau ide-idenya. Dalam
melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa
3. Dokumentasi
kebijakan dll. Dokumentasi yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup,
sketsa dll. Dokumentasi yang berbentuk karya misalnya karya seni, berupa
dan wawancara.
Analisis data adalah suatu cara atau upaya yang digunakan untuk menyusun
analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Adapun teknik analisis
data yang penulis gunakan adalah teknik analisis deskriptif yaitu pengumpulan data
15
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung :
Alfabeta : cetakan ke-11), hlm. 320
16
Ibid. Hal. 335
18
berupa kata-kata, gambar yang mana data tersebut berasal dari wawancara, catatan
lapangan, foto dan lain-lain. 17. Setelah semua data yang diperlukan dalam penelitian
ini terkumpul, maka selanjutnya data diolah dan disajikan dengan menggunakan
tertentu.
a. Reduksi Data
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan
polanya. Data yang direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan
Pada tahap ini peneliti merangkum, memilih dan mencatat data yang
penting yang diperoleh dari lapangan. Data yang diperoleh berasal dari hasil
wawancara yang dilakukan peneliti Guru SMAN 5 Kota Bengkulu dan data
b. Penyajian Data
19
sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan alisis sajian
data. 19
awal yang ditemukan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
kesimpulan yang kredibel. Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari data
yang sudah direduksi dan sudah disajikan dalam deskripsi data dan hasil
penelitian.
19
Ibid. hlm. 211
20
DAFTAR PUSTAKA
Kemerosotan Moral Siswa Pada Masa Pandemic Covid 19: Meneropong Eksistensi Guru
Pendidikan Agama Islam (NurulFatiha & Gisela Nuwa)
lia Kurnia Sari, “Implementasi Keislaman Dalam Mengembangkan Karakter Sopan Santun
Perseta Didik Di SMAN 1 Karangan Trenggalek,” IAIN Tulungagung, (2021)
Lilliek Suryani, “Upaya Meningkatkan Sopan Santun Berbicara Dengan Teman Sebaya Melalui
Bimbingan Kelompok” e-jurnalmitrapendidikan.com, Vol. 1, No. 1, Maret 2017.
Abu Bakar M Luddin. Psikologi Dan Konseling Keluarga.Medan: Difa Grafika. (2016).
Sulastri Tomayahu. Pengaruh Bimbingan Kelompok Teknik Bermain Peran Terhadap Perilaku
Sopam Santun Siswa Di MTs AL-Huda Kota Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Ringkasan Targhib wa Tarhib. Jakarta: Pustaka Azzam, (2006)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2011
Burhan Bugin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekomoni, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya, (Jakarta : Kencana, 2011)
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung : Bandar Maju, 2000)
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung
: Alfabeta : cetakan ke-11)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002)
Ahmad Tanzeh dan Suyitno, Dasar-Dasar Penelitian, (Surabaya: Elkaf, 2006), hlm. 211
21