Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TERAPI AKTIVITAS PADA LANSIA

Disusun Oleh :

1. Ida Tawarini
2. Ilyas Ulul A
3. Luluk Ismawadatul
4. Nalfriza Alfianti
5. Ni Kadek Ayu TM
6. Ni Kadek Dwi W

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI

2023
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap
lingkungan. Penurunan yang terjadi berbagai organ, fungsi dan sistem
tubuh bersifat fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit
tetapi merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Proses ini
merupakan proses yang terus menerus secara alamiah, berlangsung sejak
seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan
jaringan pada otot, susunan otot, dan jaringan lain sehingga tubuh diakui
bahwa ada beberapa penyakit yang menghinggapi kaum lansia, seperti
atritis, asam urat, kolesterol, hipertensi dan penyakit jantung, setelah aspek
fisiologis yang mengalami perubahan pada lansia, fungsi kongnitif pada
lansia juga mengalami penurunan (Maryam, 2019)
Selain perubahan biologis dan psikologis, proses menua ini juga
dapat berpengaruh terhadap perubahan sosial lansia. Perubahan sosial yang
dapat dialami lansia adalah perubahan status dan perannya dalam
kelompok atau masyarakat, kehilangan pasangan hidup, serta kehilangan
dukungan dari keluarga, teman dan tetangga. Pada masa lansia, individu
dituntut untuk dapat bersosialisasi kembali dengan kelompoknya,
lingkungan dan generasi ke generasi. Sosialisasi berarti lansia
meningkatkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kelompok
sosialnya. Masalah kesehatan mental pada lansia tergantung pada faktor
fisiologis dan status psikologis, kepribadian, dukungan sisitem sosial,
sumber ekonomi dan gaya hidup. Masalah yang umum terjadi pada lansia
adalah kecemasan, kesepian, rasa bersalah, depresi, keluhan somatik,
reaksi paranoid, dimensia dan delirium Kusumawati &Hartono (dalam
Maryam, 2019). Gangguan kesehatan yang sering dihadapi lansia adalah
kemampuan yang menurun untuk hidup mandiri karena keterbatasan
mobilitas, kelemahan fisik dan masalah kesehatan jiwa (WHO, 2012).
Salah satu gangguan kesehatan jiwa pada lansia yaitu gangguan kosep diri
gangguan pada semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang ada dalam
dirinya yang akan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Upaya
yang dapat dilakukan dalam peningkatan kesehatan jiwa
Upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan kesehatan jiwa
seseorang terutama lansia khususnya di Unit Rehabilitas dapat dilakukan
melalui pendekatan secara pomotif, prefentif dan rehabilitatif. Upaya
untuk meningkatkan konsep diri pada pasien yang mengalami harga diri
redah dapat dilakukan dengan berbagai terapi keperawatan jiwa,
diantaranya Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan salah satu
terapi modalitas sebagai bentuk psikoterapi yang dilakukan oleh
sekelompok klien dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin
dan diarahkan seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi modalitas
yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai
masalah keperawatan yang selama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di mana kelompok menjadi
dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan
menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif
untuk memperbaiki perilaku yang lama yang maladaptif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian TAK?
2. Bagaimanakah tujuan dari TAK?
3. Apa saja jenis-jenis TAK ?
4. Bagaimana prinsip dari TAK?
5. Apa saja manfaat TAK pada lansia?
6. Bagaimana tahapan TAK ?
7. Bagaimana peran perawat dalam TAK?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian TAK.
2. Menjabarkan tujuan dari TAK.
3. Menjelaskan jenis-jenis TAK.
4. Menjabarkan prinsip dari TAK.
5. Menjelaskan manfaat TAK pada lansia.
6. Menjabarkan tahapan TAK.
7. Menjabarkan peran perawat dalam TAK.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian TAK

Aktivitas kelompok merupakan sekumpulan individu yang mana


memiliki relasi satu sama lainnya yang berkaitan serta bersama-sama
mengikuti aturan dan norma yang sama. Theraphy aktivitas kelompok atau
TAK adalah kegiatan yang ditujukan pada sekelompok klien yang mana
memiliki tujuan untuk bisa memberikan terapi bagi seluruh anggota di
dalam kelompok tersebut. Dengan adanya kelompok terapi tersebut maka
dapat meningkatkan kualitas hidup serta meningkatkan respon sosial.
Terapi aktivitas kelompok ini berupaya memfasilitasi beberapa klien yang
bertujuan untuk membina hubungan sosial sehingga nantinya dapat
menolong klien untuk berhubungan sosial dengan orang lainnya semisal
mengajukan pertanyaan, menceritakan dirinya sendiri, berdiskusi,
menyapa teman kelompok, dan masih banyak lainnya. Terapi Modalitas
adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia
(Savitra Khanza, 2022)

B. Tujuan Terapi
Ada beberapa tujuan yang didapatkan dari terapi aktivitas kelompok, antara
lain adalah:
a) Mengembangkan stimulasi persepsi.
b) Mengembangkan orientasi realitas.
c) Mengembangkan stimulasi sensoris.
d) Mengembangkan sosialisasi.
Terapi aktivitas kelompok ini dapat dilakukan dalam segala usia,
termasuk kelompok usia lansia, yang dimaksud dengan kelompok lansia
adalah kelompok penduduk yang memiliki rentang usia 60 tahun ke atas.
Pada masa lanjut usia, akan mulai terjadi proses menghilangkan
kemampuan jaringan yang digunakan untuk memperbaiki diri serta
mempertahankan fungsi normalnya dengan perlahan sehingga nantinya
tidak bisa bertahan lagi pada infeksi serta memperbaiki kerusakan yang
terjadi. Jika dilihat dari sisi biologis, kaum lansia merupakan orang yang
mengalami proses penuaan yang terjadi secara terus menerus, ditandai
dengan adanya penurunan daya tahan fisik seperti semakin rentan
terhadap penyakit yang bisa menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan
adanya perubahan di dalam struktur sel, jaringan , dan organ di dalamnya.
Jika dilihat dari sisi ekonomi, maka lansia dapat dipandang sebagai sebuah
beban dibandingkan sebuah sumber daya. Banyak yang beranggapan jika
kehidupan di masa tua tidak dapat memberikan banyak manfaat. Bahkan
banyak pula yang beranggapan jika kehidupan di masa tua dipersepsikan
secara negatif sebagai sebuah beban dalam sebuah keluarga dan
masyarakat. Namun jika dipandang dari segi sosial, maka lansia dapat
dikatakan sebuah kelompok sosial tersendiri. Di Negara Barat, penduduk
yang masuk ke dalam kategori lansia menduduki strata sosial yang berada
di bawah kaum muda. Hal ini dapat dipandang dari keterlibatannya dalam
sumber daya ekonomi. Namun jika di Indonesia sendiri, penduduk lanjut
usia malah menduduki kelas sosial yang paling tinggi yang mana harus
dihormati oleh kaum yang lebih muda (Khair Khwanul, 2013).

C. Jenis Terapi
Berikut ini terdapat beberapa jenis terpi yang bisa diterapkan sebagai
aktivitas kelompok para lansia, diantaranya (Fajriana, 2013) :
a) Stimulasi Sensori (Musik)
Jenis terapi ini dapat berfungsi untuk ungkapan perhatian,
baik itu bagi pendengar maupun bagi pemusik. Kualitas dari musik
sendiri memiliki andil terhadap fungsi-fungsi untuk
mengungkapkan perhatian yang mana terletak pada struktur dan
urutan matematis, yang mana mampu untuk menunjukkan pada
ketidak beresan di dalam kehidupan seseorang. Peran dan sertanya
akan nampak dalam sebuah pengalaman musikal, semisal
menyanyi, menghasilkan integrasi pribadi yang dapat
mempersatukan fisik, pikiran, dan roh. Ada beberapa manfaat yang
diberikan musik di dalam proses stimulasi ini, antara lain adalah:
Musik memberikan banyak pengalaman yang ada di dalam
struktur, musik memberikan pengalaman untuk mengorganisasi
diri, dan musik memberikan kesempatan yang digunakan untuk
pertemuan kelompok yang mana di dalamnya individu telah
mengutamakan kepentingan kelompok dibanding kepentingan
individu.
b) Stimulasi Persepsi
Di dalam proses stimulasi ini klien akan dilatih mengenai
cara mempersepsikan stimulus yang telah disediakan ataupun yang
sudah pernah dialami. Kemampuan untuk mempersepsikan inilah
yang akan dievaluasi dan ditingkatkan di dalam setiap sesinya.
Tujuan dari proses ini diharapkan respon klien menjadi lebih
adaptif dalam berbagai stimulus. Aktivitas yang akan dilakukan
berupa stimulus dan persepsi. Ada beberapa stimulus yang
diberikan mulai dari membaca majalah, menonton televisi,
pengalaman dari masa lalu, dan masih banyak lainnya.
c) Orientasi Realitas
Klien nantinya akan diorientasikan kepada kenyataan yang
ada di sekitarnya, mulai dari diri sendiri, orang lain yang ada di
sekitar klien, hingga lingkungan yang memiliki hubungan dan
kaitannya dengan klien. Hal ini juga berlaku pada orientasi waktu
di saat ini, waktu yang lalu, hingga rencana di masa depan.
Aktivitas yang dilakukan dapat berupa orientasi orang, tempat,
waktu, benda, serta kondisi yang nyata.
d) Sosialisasi
Klien akan dibantu untuk bisa melakukan sosialisasi
dengan individu-individu di sekitar klien. Sosialisasi akan
dilakukan secara bertahap secara interpersonal, kelompok, maupun
massa. Aktivitas yang dapat dilakukan berupa latihan sosialisasi
yang ada di dalam kelompok.
e) Terapi Berkebun
Terapi berkebun memiliki tujuan untuk bisa melatih
kesabaran, kebersamaan, serta bagaimana memanfaatkan waktu
luang. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan semisal penanaman
kangkung, lombok, bayam, dan lainnya.
f) Terapi Dengan Binatang
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan rasa
kasih sayang serta mengisi kesepian di sehari-harinya dengan cara
bermain bersama binatang. Semisal memiliki peliharaan kucing,
berternak ayam, sapi, dan lainnya. Hal ini ,merupakan cara
pencegah gangguan jiwa pada lansia yang cukup efektif.
g) Terapi Okupasi
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa memanfaatkan waktu
luang yang dimiliki lansia serta meningkatkan produktivitas yang
nantinya dapat dimanfaatkan untuk membuat dan menghasilkan
karya dari hal-hal yang sudah disediakan. Misalnya saja membuat
kipas, membuat sulak/ kemoceng, membuat bunga, menjahit,
merajut, dan masih banyak lainnya.
h) Terapi Kognitif
Terapi perilaku kognitif memiliki tujuan untuk mencegah
agar daya ingat seseorang tidak menurun. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan adalah dengan mengadakan cerdas cermat, mengerjakan
tebak-tebakan, puzzle, mengisi TTS, dan lainnya.
i) Life Review Terapi
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan gairah
hidup serta harga diri. Prosesnya dengan menceritakan berbagai
pengalaman-pengalam di dalam hidupnya. Misalnya saja
menceritakan tentang masa mudanya.
j) Rekreasi
Memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan sosialisasi,
gairah hidup, menghilangkan rasa bosan, bahkan dapat melihat
pandangan yang mana digunakan sebagai cara mengatasi stres dan
depresi. Ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari
mengikuti senam lansia, bersepeda, posyandu lansia, rekreasi ke
kebun raya, mengunjungi saudara, dan masih banyak lainnya.
k) Terapi Keagamaan
Terapi keagamaan ini digunakan untuk tujuan
kebersamaan, memberikan rasa kenyamanan, bahkan persiapan
untuk menjelang kematian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya
dapat berupa pengajian, sholat berjamaah, kebaktian, dan lainnya.
l) Terapi Keluarga
Terapi keluarga ini merupakan terapi yang diberikan oleh
seluruh anggota keluarga yang mana sebagai unit penanganan.
Tujuan dari terapi keluarga ini adalah untuk mampu melaksanakan
fungsi-fungsinya sebagai keluarga. Sasaran utama dari terapi ini
adalah keluarga yang kondisinya mengalami disfungsi, tidak dapat
melaksanakan fungsi yang mana dituntut oleh anggotanya. Dalam
terapi keluarga, semua masalah yang terjadi di dalam keluarga
akan diidentifikasikan dan dikontribusikan dari masing-masing
anggota di dalam keluarga pada penyebab munculnya masalah
tersebut. Misalnya saja penyebab keluarga tidak harmonis.
Sehingga nantinya masing-masing anggota keluarga dapat lebih
mawas diri pada masalah yang terjadi dalam keluarga dan mencari
solusi yang tepat untuk mengembalikan fungsi keluarga
sebagaimana sebelumnya. Proses terapi ini memiliki 3 tahapan di
dalamnya, fase pertama adalah perjanjian, fase kedua adalah kerja,
dan fase ketiga adalah terminasi. Pada fase pertama, perawat dan
klien akan mengembangkan hubungan untuk saling percaya satu
sama lainnya. Isu di dalam keluarga kan diidentifikasi dan tujuan
dari terapi akan ditetapkan bersama. Fase kedua atau fase kerja
merupakan fase di mana keluarga akan dibantu dengan perawat
yang dijadikan sebagai terapis yang nantinya berusaha untuk
mengubah pola interaksi yang terjadi di dalam anggota keluarga,
peraturan di dalam keluarga, dan eksplorasi batasan di dalam
keluarga. Kemudian di dalam fase terakhir keluarga akan melihat
kembali bagaimana proses yang telah dijalani selama ini untuk bisa
mencapai tujuan terapi. Keluarga juga memiliki peran yang penting
dalam mempertahankan perawatan secara berkesinambungan.
D. Prinsip Terapi Aktivitas Kelompok
Prinsip di dalam memilih pasien yang ikut dalam terapi aktivitas kelompok
adalah dengan homogenitas, yang dijelaskan pada poin-poin berikut ini:
a) Gejala Yang Sama
Misalnya saja dalam terapi aktivitas kelompok tersebut
dikhususkan untuk pasien penderita depresi, halusinasi, atau
lainnya. Setiap terapi aktivitas kelompok tentunya memiliki tujuan
masing-masing yang spesifik untuk anggotanya. Setiap tujuan
tersebut tentunya dapat dicapai jika pasien-pasien di dalamnya
memiliki gejala atau masalah yang sama. Sehingga nantinya
pasien-pasien di dalam kelompok tersebut dapat bekerja sama
dalam proses terapi.
b) Kategori Sama
Di sini mengartikan jika pasien yang memiliki skor hampir sama
dari kategorisasi. Pasien yang dapat diikutkan ke dalam terapi
aktivitas kelompok merupakan pasien yang akut dengan skor rendah
hingga pasien pada tahap pro motion. Bila dalam sebuah terapi
pasien-pasien di dalamnya memiliki skor yang hampir sama tentu
saja tujuan dalam terapi akan tercapai dengan mudah.
c) Jenis Kelamin Sama
Pengalaman dalam terapi aktivitas kelompok yang dijalani
pasien dengan memiliki gejala yang sama, biasanya laki-laki akan
mendominasi dibandingkan dengan kaum perempuan. Sehingga
akan lebih baik jika dibedakan.
d) Kelompok Umur Hampir Sama
Tingkat perkembangan pasien yang sama nantinya akan
lebih memudahkan interaksi yang terjadi antara pasien satu sama
lainnya.
e) Jumlah Anggota Yang Efektif
Jumlah anggota kelompok di dalam sebuah terapi tentunya
harus efektif. Jumlah yang efektif biasanya sekitar 7-10 orang di
dalamnya. Jika terlalu banyak pasien di dalamnya maka tujuan
terapi akan terasa sulit untuk dicapai karena kondisinya akan
terlalu ramai dan kurangnya perhatian terapis untuk pasien. Namun
jika terlalu sedikit maka tentu saja interaksi yang terjadi akan
terasa sepi dan tujuan menjadi sulit tercapai.
E. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok Bagi Lansia
Ada beberapa manfaat yang bisa dirasakan bagi kaum lansia yang
mengikuti terapi aktivitas kelompok, antara lain adalah:
1. Agar anggota di dalam kelompok tersebut merasa diakui, dimiliki,
serta dihargai eksistensinya oleh anggota lainnya di dalam
kelompok.
2. Membantu agar anggota kelompok lain yang berhubungan satu
sama lainnya dan mengubah sikap dan perilaku yang maladaptive
dan destrkutif.
3. Sebagai tempat yang digunakan untuk berbagi pengalaman serta
saling memantau satu sama lainnya yang dipertuntukkan untuk
menemukan solusi menyelesaikan masalah.
F. Tahapan Dalam Terapi Aktivitas Kelompok
1. Fase pre-kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan merencanakan siapa yang
menjadi leader, anggota, di mana, kapan kegiatan kelompok
tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok,
menjelaskan sumber-sumber yang diperlukan kelompok seperti,
gambar-gambar spritual
2. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi
yaitu orientasi, konflik, dan kebersamaan. Yaitu sebagai berikut :
a. Orientasi
Anggota mulai mengembangkan sistem
sosial masing-masing dan leader mulai
menunjukkan rencana terapi dan mengambil
kontrak dengan anggota.
b. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses
kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang
berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran
anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang
akan terjadi.
c. Kebersamaan
3. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan
negatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah
dibina, bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati,
kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan
realistis, ,mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan
tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
4. Fase terminasi
Ada jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok
mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.
G. Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok
1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
2. Sebagai leader dan Co-leader :
a. Leader
Tugasnya :
1) Menyusun rencana pembuatan proposal.
2) Memimpin jalannya terapi aktivitas
kelompok.
3) Merencanakan dan mengontrol terapi
aktivitas kelompok.
4) Membuka aktivitas kelompok.
5) Memimpin diskusi dan terapi aktivitas
kelompok.
6) Leader memperkenalkan diri dan
mempersilahkan anggota diskusi lainnya
untuk memperkenalkan diri.
7) Membacakan tujuan terapi aktivitas
kelompok.
8) Membacakan tata tertib.
b. Co- leader
Tugasnya antara lain :
1) Membantu leader mengorganisasikan
anggota.
2) Menggerakkan anggota kelompok.
3) Membacakan aturan main.
c. Fasilitator
Tugasnya antara lain:
1) Ikut serta dalam kegiatan kelompok untuk
aktif jalannya permainan.
2) Memfasilitasi anggota dalam diskusi
kelompok.
d. Observer
1) Mengobservasi jalannya terapi aktivitas
kelompok mulai dari persiapan, proses dan
penutup.
2) Mencari serta mengarahkan respon klien.
3) Mencatat semua proses yang terjadi.
4) Memberi umpan balik pada kelompok.
5) Melakukan evaluasi pada terapi aktivitas
kelompok.
6) Membuat laporan jalannya aktivitas
kelompok.
7) Membacakan kontrak waktu.
8) Mengatasi masalah yang timbul pada saat
pelaksanaan.

DAFTAR PUSTAKA
Fajriana. 2013. Tak lansia
http;/dwaney.wordpress.com/2011/10/09/tak-lansia/2013/5/8
Khanza Savitra. 2022. Apa itu TAK. https://dosenpsikologi.com/terapi-aktivitas-
kelompok-pada-lansia.
Khwanul Khair. 2013. terapi aktivitas kelompok. http:/khwanul-
khair.blogspot.com/.../terapi -aktivitas-kelom/2013/5/8
Maryam, R. Siti. 2019. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai