Anda di halaman 1dari 33

BAB IV

HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Badan Kepegawaian Daerah
1. Visi Dan Misi BKD Nias Utara
Setiap organisasi tentunya mempunyai tujuan yang ingin
diwujudkan, agar pencapaian tujuan tersebut dapat berhasil dengan
baik, maka tujuan dan cara mencapainya harus dirumuskan melalui
visi dan misi organisasi, sehingga semua komponen dalam organisasi
secara sistematis memahami kemudian menghayati tujuan organisasi
tersebut.
Sesuai dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) yang telah
disusun oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Nias
Utara adapun yang menjadi Visi dan Misinya, sebagai berikut:

Visi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Nias Utara


adalah mewujudkan aparatur yang profesional berwibawa dan
bermartabat.
Serta misi Badan Kepegawaian Daerah adalah :
1. Meningkatkan kualitas perencanaan pengembangan
pegawai dan Data Kepegawaian
2. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Aparatur
melalui Pendidikan dan Latihan (DIKLAT) Aparatur
3. Mewujudkan Penataan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan
sesuai kompetensinya
4. Meningkatkan Pembinaan Aparatur dalam rangka
mendorong Peningkatan Disiplin ,kinerja dan kesehatan
Pegawai untuk mewujudkan PNSD yang Profesional
5. Meningkatkan pelayanan prima Administrasi Kepegawaian
dalam rangka mewujudkan Pelayanan Administrasi yang

55
tepat didukung oleh Penyajian Data dan informasi
kepegawaian yang akurat.

2. Tugas dan fungsi pokok BKD Kab. Nias utara


Berdasarkan Peraturan Bupati Nias Utara Nomor 2 Tahun
2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Nias Utara, Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Nias
Utara merupakan unsur pelaksanaan Otonomi Daerah yang dipimpin
oleh Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan
bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekertaris Daerah.
Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Nias Utara memiliki
Tugas Pokok sebagai berikut :
Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
di bidang Perencanaan Kebutuhan, Penataan, Penegakkan
Disiplin, Mutasi Administrasi Kepegawaian serta
Pengembangan karir Pendidikan dan Pelatihan Pegawai.
Sedangkan Badan Kepegawaian Daerah, menyelenggarakan
fungsinya adalah :
1. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan kebijakan daerah
dibidang perencanaan dan penegakkan disiplin
Pegawai,Mutasi Administrasi Kepegawaian dan
Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai .
2. Pengoordinasian Tugas dan Fungsi Pemerintah Kabupaten
di Bidang Perencanaan dan Penegakkan Disiplin Pegawai ,
Mutasi Administrasi Kepegawaian dan Pengembangan
pendidikan dan Pelathan Pegawai
3. Pelaksanaan tugas dan kewenangan pemerintah Kabupaten
di Bidang Perencanaan dan Penegakkan Disiplin pegawai ,
Mutasi Administrasi Kepegawaian ,dan pengembangan
pendidikan dan Pelatihan Pegawai
4. Pengelolaan urusan ketatausahaan
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai
tugas dan fungsinya.

56
3. Struktur Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi, Dan Rincian
Tugas

3.1. Struktur Organisasi


Berdasarkan Peraturan Bupati Nias Utara Nomor 2 Tahun
2009 tentang organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Nias Utara yang selanjutnya disempurnakan melalui
Peraturan Bupati Nias Utara Nomor 15 tahun 2011 tentang struktur
organisasi dan tata kerja perangkat daerah Kabupaten Nias Utara
yang sampai saat ini masih diberlakukan. Struktur organisasi, tugas
pokok, fungsi, dan rincian tugas dimaksud dapat kita lihat
(sebagaimana terlampir).
4. Kondisi Jumlah Aparatur Badan Kepegawaian Daerah
Kabupaten Nias Utara
Jumlah Pegawai di Bagian Kepegawaian Daerah Kabupaten
Nias utara hingga bulan Januari 2014 tercatat sebanyak 28 orang,
dengan rincian sebagai berikut:

TABEL 4.1

JUMLAH PEGAWAI MENURUT JENIS KELAMIN


PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN NIAS UTARA
NO JENIS JUMLAH % KETERANGAN
KELAMIN

1 Laki – laki 24 85,7 --


2 Perempuan 4 14,3 --
JUMLAH 28 100 --

Sumber : diolah dari data DUK Badan Kepegawaian Daerah


Kabupaten Nias Utara.
57
Dari tabel tersebut diketahui bahwa di Badan Kepegawaian
Daerah Kabupaten Nias Utara jumlah pegawai laki- laki lebih
banyak dari pada pegawai perempuan, yaitu 85,7 % laki- laki dan
14,3% perempuan.

TABEL 4.2

JUMLAH PEGAWAI MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN

PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN NIAS UTARA


NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH % KETERANGAN

1 SLTP 1 3,58 --
2 SLTA ( SEDERAJAT) 7 25,00 --

3 DIPLOMA 3 3 10,71 --

4 SARJANA ( S1 ) 12 42,85 --
5 PASCASARJANA ( S2 ) 1 3,58 --
6 TUGAS BELAJAR 4 14,28 --

JUMLAH 28 100 --

Sumber : diolah dari data DUK Badan Kepegawaian Daerah


Kabupaten Nias Utara.
Dari tabel tersebut diketahui bahwa dari latarbelakang
pendidikan yang dimiliki oleh tiap-tiap pegawai terlihat bahwa yang
telah mengecap pendidikan tinggi sudah cukup banyak dimana
jumlah pegawai yang berpendidikan sarjana lebih dominan dari
pegawai yang berpendidikan SLTA ke bawah.Dan saat ini, 2 orang
staf pada Bagian Kepegawaian Daerah mengikuti tugas belajar untuk
program strata 1 di STIA-LAN Bandung dan 2 orang lainnya

58
mengikuti tugas belajar untuk program pascasarjana di USU
Sumatera Utara.

TABEL 4.3

JUMLAH PEGAWAI MENURUT GOLONGAN

PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN NIAS UTARA


NO GOLONGAN JUMLAH % KETERANGAN

1 Golongan I 1 3,58 --
2 Golongan II 9 32,14 --
3 Golongan III 16 57,14 --
4 Golongan IV 2 7,14 --

JUMLAH 28 100 --

Sumber : diolah dari data DUK Badan Kepegawaian Daerah


Kabupaten Nias Utara.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari penggolongan
terdapat 9 orang (32,14%) pegawai golongan II, 16 orang (57,14%)
golongan III dan 2 orang (7,14%) pegawai golongan IV.

B. Hasil Penelitian Tentang Analisis Kondisi Lingkungan Kerja


Di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Nias Utara

Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Nias Utara


sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
merupakan unit organisasi yang dibentuk dari hasil pemekaran
Daerah Otonomi Baru. Sebagai daerah baru Kabupaten Nias Utara
belum memiliki gedung sendiri disetiap SKPD, semua gedung yang

59
ditempati merupakan gedung yang dipinjam dari gedung yang sudah
ada sebelumnya.
Demikian halnya dengan Badan Kepegawaian Daerah ( BKD)
gedung tersebut merupakan pinjaman dari puskesmas Kecamatan
Lotu. Karena merupakan bekas puskesmas, maka luas dan bentuk
ruangannya sangat terbatas. Dimana secara keseluruhan gedung
BKD mempunyai luas ± 8 x 13,5 m² yang terbagi atas empat ruangan
yaitu: satu ruangan untuk kepala BKD, satu ruangan untuk bagian
Subbag Umum dan Kepegawaian, satu ruangan untuk bidang
Pengembangan dan Perencanaan Karir, dan satu ruangan lagi
digunakan oleh Sekretariat, Bidang Administrasi Kepegawaian,
Bidang Pendidikan dan Pelatihan, Bidang Data dan Informasi.
Keterbatasan luas dan jumlah ruangan pada Badan
Kepegawaian Daerah itu menyebabkan kondisinya memprihatinkan
dan para pegawai tidak dapat bekerja secara optimal. Untuk
mencapai hasil kerja secara optimal, maka diperlukan penataan
sarana dan prasarana serta perlengkapan kerja yang disesuaikan
dengan kebutuhan pegawai. Keberadaan lingkungan kerja harus
serasi dengan orang di dalam organisasi agar tercipta produktivitas
kerja yang tinggi. Guna menserasikan orang dengan lingkungan kerja
maka perlu dilakukan pendekatan ergonomi.
Menurut Sarwoto (1991:131) dan Sedarmayanti (2001:21)
secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua yaitu :
a.Lingkungan tempat kerja/Lingkungan kerja fisik (physical
working environment)

60
b.Suasana kerja/Lingkungan kerja non fisik (Non - Phisical
Working Environment).
1. Lingkungan kerja fisik
Lingkungan fisik merupakan semua keadaan yang terdapat
disekitar tempat kerja, akan mempengaruhi baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dan untuk lebih mengetahui bagaimana
gambaran lingkungan fisik di Badan Kepegawaian Daerah
Kabupaten Nias Utara akan diuraikan sebagai berikut.
Gedung Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Nias Utara
merupakan pinjaman dari puskesmas kecamatan Lotu. Keadaan ini
menyebabkab gedungnya sangat sempit. Hal itu didukung dengan
adanya pernyataan dari beberapa informan. Informan 1 (satu)
menjelaskan bahwa:
“Kondisi lingkungan kerja di Badan Kepegawaian Daerah
( BKD ) Kabupaten Nias Utara saat ini masih dalam tahapan
pembenahan. Hal ini disebabkan karena Pemerintah
Kabupaten Nias Utara merupakan Kabupaten yang baru
mekar, sedang mengawali dan mempersiapkan Sumber Daya
Manusia, dimana ± 50 orang sedang Tugas Belajar di TK I dan
pusat”.( Hasil wawancara dengan informan 1, tanggal 02
Januari 2014).
Demikian juga ketika penulis melakukan wawancara kepada
informan 2 (dua) dan 3 (tiga) yang merupakan pejabat eselon III dan
IV memberikankan keterangan bahwa kondisi lingkungan kerja di
Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Nias Utara pada saat ini
masih kurang memadai dan belum memenuhi standar jika dilihat
dari luas ruangan dan jumlah pegawai. Hal itu disebabkan karena

61
Pemerintah Kabupaten Nias Utara merupakan kabupaten pemekaran
baru jadi masih dalam tahap pembenahan.

Penulis juga telah melakukan wawancara terhadap beberapa


staf dan memberikan keterangan yang sama. Seperti yang di
kemukakan oleh informan 4 (empat) salah seorang staf Subbag
Umum dan Kepegawaian bahwa :

“Kalau menurut saya pribadi, kondisi lingkungan kerja di


BKD belum tertata rapi, karena ruangan sempit dan terbatas
untuk setiap bagian, dan walaupun ditata akan begitu-begitu
saja”.(Hasil wawancara dengan informan 4, tanggal 06 Januari
2014)
Selanjutnya informan 5 (lima) staf Data dan Informasi
Kepegawaian BKD Kabupaten Nias Utara juga berpendapat :
“Kalau menurut saya, kondisi lingkungan kerja di BKD belum
bagus dan belum tertata dengan baik, karena sebagaimana kita
ketahui bersama bahwa gedung BKD ini adalah pinjaman dari
puskesmas ruangannya pun sangat sempit,. Karena
keterbatasan luas ruangan itu, jika dilakukan penataan maka
penataannya tidak akan optimal”.( Hasil wawancara dengan
informan 5, tanggal 07 Januari 2014)
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi
lingkungan di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Nias Utara
belum optimal dan belum memenuhi standar yang disebabkan karena
Kabupaten Nias Utara merupakan daerah pemekaran baru dan masih
dalam tahap pembenahan.

62
Hal tersebut dapat dilihat dari gambar/ foto berikut:

GAMBAR 4.2
RUANG KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH
Dari gambar di atas terlihat bahwa ruangan Kepala Badan
(Kaban) sangat sempit dan juga tidak mempunyai ruang tamu khusus
untuk menerima tamu. Kepala Badan (Kaban) menerima tamu di
ruang kerjanya dan pada gambar diatas terlihat jarak antara meja
kerja dan kursi tamu sangat dekat. Demikian juga kapasitas untuk
menerima tamu hanya untuk 2-3 orang.

GAMBAR 4.3
RUANG SEKRETARIS DAN SEKRETARIAT

63
Gambar tersebut menunjukkan ruangan sekretaris dan
sekretariat. terlihat ruangan yang sangat sempit dan jarak antara kursi
dan meja yang terlalu dekat dan tidak adanya jarak antara meja yang
satu dengan meja yang lain. Keadaan demikian sangat mengganggu
keleluasaan dan kenyamanan pegawai dalam bekerja.
Demikian juga dengan peletakkan barang dan peralatan kerja
lainnya yang tidak teratur dan rapi seperti: berkas- berkas yang
diletakkan di atas lemari (filling cabinet) dan colokan listrik yang
diletakkan di atas meja sangat membahayakan pegawai dalam
melakukan pekerjaan.

st

GAMBAR 4.4
RUANG BIDANG ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN, RUANG BIDANG
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, RUANG BIDANG DATA DAN INFORMASI

Terbatasnya jumlah ruangan menyebabkan bergabungnya


beberapa bidang dalam satu ruangan. Kondisi tersebut menyebabkan
penataan peralatan tidak teratur dan berantakan. Pada gambar 4.4
terlihat adanya penumpukan- penumpukan barang dan berkas di atas
lemari dan gantungan- gantungan baju di ruangan kerja pegawai.
64
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis
mendapatkan informasi bahwa pegawai merasa tidak nyaman dalam
bekerja karena sempitnya ruangan dan terbatasnya jumlah meja yang
tersedia. Keadaan tersebut menyebabkan satu meja digunakan oleh
dua orang pegawai.

GAMBAR 4.5
RUANG SUBBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN
Ruang subbag umum dan kepegawaian sebagai pintu masuk
untuk menerima para tamu dan sebagai satminkal dalam hal surat-
menyurat, terlihat suatu suasana penataan peralatan kerja yang tidak
beraturan seperti pada gambar yang seharusnya peletakan kursi dan
meja diatur dengan baik dan teratur sehingga tidak mengganggu jalur
keluar masuknya tamu dan para pegawai.

65
GAMBAR 4.6
PINTU MASUK RUANG SEKRETARIAT,SEKRETARIS, RUANG BIDANG
ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN, RUANG BIDANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN,
RUANG BIDANG DATA DAN INFORMASI
Pada gambar tersebut terlihat pintu masuk ruangan ruang
sekretariat, ruang bidang administrasi kepegawaian, ruang bidang
pendidikan dan pelatihan, ruang bidang data dan informasi.
Meskipun terdiri dari dua pintu namun pintu yang digunakan untuk
keluar masuk hanya satu pintu karena pada pintu yang satu
dimanfaatkan untuk tempat meja Plt. Kasubag Keuangan.
Selanjutnya juga terlihat bahwa ruangan agak gelap karena
matahari tidak masuk di dalam ruangan. Maka pencahayaannya
dibantu oleh cahaya lampu, namun cahaya lampu tidak terlihat
karena pada saat observasi listrik dalam keadaan padam.

66
GAMBAR 4.7
RUANG BIDANG PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KARIR
Kondisi ruangan di atas peneliti menganalisis bahwa penataan
alat kerja belum tertata dengan rapi seperti terlihat peletakan printer
pada meja kerja, jarak antara filing cabinet dengan meja kerja yang
terlalu dekat, tempat sampah yang diletakkan di bawah meja dan
kursi untuk menerima tamu di jalan keluar masuk sehingga kondisi
tersebut mengakibatkan pegawai tidak leluasa dalam bekerja.
Sehingga dari beberapa uraian keterangan gambar tersebut
dapat disimpulkan bahwa ruangan yang terbatas yaitu hanya terdiri
atas empat ruangan menyebabkan bergabungnya beberapa bidang
dan sekretariat dalam satu ruangan dengan luas ± 4x10 m², adapun
bidang- bidang tersebut adalah: Sekretaris, Sekretariat (yang terdiri
atas: Subbag keuangan, Subbag program evaluasi dan pelaporan),
Bidang Administrasi Kepegawaian (yang terdiri atas: Subbid
Kepangkatan, Subbid pensiun), Bidang Pendidikan dan Pelatihan
(yang terdiri atas : Subbid pendidikan dan pelatihan jabatan
struktural, Subbid pendidikan dan pelatihan jabatan fungsional),

67
Bidang Data dan Informasi (yang terdiri atas: Subbid data dan
informasi kepegawaian, Subbid analisa jabatan, beban kerja dan
kepegawaian).
Keterbatasan luas ruangan yang dimiliki oleh Badan
Kepegawaian Daerah Kabupaten Nias Utara mengakibatkan dalam
penataan ruang tidak didasarkan pada prinsip- prinsip ergonomi.
Seperti dalam menyusun tata letak meja dan peratannya lainnya.
Menurut Bennet (Sedarmayanti, 2009: 2) ergonomi adalah:
“Ilmu penyesuaian peralatan dan perlengkapan kerja dengan
kemampuan essensial manusia untuk memperoleh keluaran
yang optimum”.

Namun tidak demikian halnya dengan yang terjadi di BKD


Kabupaten Nias Utara. Penataan ruangan tidak didasarkan pada
hubungan satuan kerja, sifat pekerjaan dan urutan pekerjaan.
Seharusnya sebagai unit kerja yang memberikan pelayanan publik
ruangan BKD disusun dengan baik, sehingga jika didatangi tamu
( orang luar) dapat dengan mudah dilayani dan dengan alur yang
jelas. Dalam penataan ruang di BKD Kabupaten Nias Utara tidak
didasarkan pada hal tersebut, penataan ruangan didasarkan pada
kemampuan luas ruangan yang dapat menampung seluruh staf pada
suatu bidang.
Peralatan yang di miliki juga tidak memadai, dimana BKD
Kabupaten Nias Utara tidak memiliki rak- rak tempat penyimpanan
arsip/ berkas. Berkas- berkas pegawai hanya disimpan diatas lemari
gantung dan dibiarkan menumpuk di atas meja atau di bawah meja.
Seperti yang terlihat pada gambar berikut:
68
GAMBAR 4.8
GUDANG BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN NIAS UTARA

GAMBAR 4.9
RUANG BIDANG PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KARIR

69
GAMBAR 4.10
RUANG BIDANG ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN, RUANG BIDANG PENDIDIKAN
DAN PELATIHAN, RUANG BIDANG DATA DAN INFORMASI

GAMBAR 4.11
RUANG SEKRETARIAT

Dari ketiga gambar tersebut terlihat bahwa dalam setiap


ruangan terdapat penumpukkan- penumpukaan berkas. Berkas-
berkas yang tidak teratur dan penyusunan meja serta peralatan
lainnya yang kurang tertata rapi tersebut bisa mengganggu
keleluasaan pegawai dalam bekerja dan juga bisa mengganggu
keamanan dan keselamatan pegawai. Seharusnya alat perlengkapan
kantor dan perabot kantor diletakkan pada tempat yang tepat ,
sehingga pegawai dapat bekerja dengan baik, nyaman, leluasa, dan
bebas untuk bergerak guna mencapai efisiensi kerja. Penataan
peralatan yang baik juga dapat mengakibatkan komunikasi kerja

70
pegawai semakin lancar sehingga koordinasi dan pengawasan
semakin mudah, yang akhirnya dapat mencapai kepuasaan pegawai
dalam bekerja.
Jadi dapat simpulkan bahwa penataan peralatan di BKD
Kabupaten Nias Utara masih belum sesuai dengan tujuan ergonomi
yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui
upaya pencegahan cedera akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik
dan mental untuk mengupayakan kepuasan kerja pegawai.
Dengan demikian untuk mencapai hasil kerja secara optimal,
maka diperlukan penataan sarana prasarana perlengkapan kerja
disesuaikan dengan kebutuhan pegawai. Keberadaan lingkungan
kerja harus serasi dengan orang di dalam organisasi agar tercipta
produktivitas kerja yang tinggi. Guna menserasikan orang dengan
lingkungan kerja maka perlu dilakukan pendekatan ergonomi.
Dan dalam realitasnya dapat diuraikan yang terjadi di BKD
Kabupaten Nias Utara bila ditilik dari ilmu ergonomik secara khusus
terhadap lingkungan kerja adalah sebagai berikut:
a). Penerangan/ Pencahayaan di Tempat Kerja
Pencahayaan pada kantor Badan Kepegawaian Daerah
Pemerintah Kabupaten Nias Utara tidak seluruhnya diterangi oleh
cahaya alam (matahari), cahaya matahari hanya menerangi ruang
Kepala Badan karena berada tepat di bagian depan, dan Subbag
Umum dan Kepegawaian.
Hal ini sesuai dengan pernyataan informan 1 (satu) yang
mengatakan bahwa:

71
“Tingkat pencahayaan masih kurang dan sebagian ruangan
dibagian tengah yang pencahayaannya masih tergantung pada
cahaya lampu hal ini disebabkan karena gedung BKD diapit
oleh gedung Setda dan Satpol…”.(Hasil wawancara dengan
informan 1, tanggal 2 Januari 2014)

Informan 2 (dua) juga menambahkan :

“Menurut saya tingkat pencahayaan didalam ruangan masih


kurang terutama ruangan tempat kami bekerja pada saat ini.
Jika lampu padam maka pekerjaan kami akan terganggu. Hal
ini disebabkan karena gedung disebelah kami adalah gedung
Satpol jadi cahaya terhalang untuk masuk dalam ruangan….”.
(Hasil wawancara dengan informan 2, tanggal 03 Januari
2014)

Kemudian Informan 3 mengemukakan bahwa:


“Menurut saya sistim pencahayaan pada umumnya cukup
bagus, karena sinar matahari dapat masuk melalui jendela jadi
tidak tergantung pada cahaya lampu kecuali satu ruangan
dibagian tengah yang agak gelap disebabkan cahaya tidak
dapat masuk...”.(Hasil wawancara dengan informan 3, 03
Januari 2014).

Dari pernyataan ketiga informan diatas penulis menyimpulkan


bahwa tingkat pencahayaan di BKD Kabupaten Nias Utara tidak
merata disetiap ruangan. Ada ruangan yang tingkat pencahayaannya
cukup, namun ada juga yang pencahayaannya sangat kurang.
Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan informan 4 (empat)
salah seorang staf di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Nias
Utara yaitu :
“Pencahayaan di kantor ini kak, ada yang masuk cahaya
matahari tetapi ada juga ruangan yang diterangi dengan

72
bantuan lampu listrik…”(Hasil wawancara dengan informan 4,
tanggal 06 Januari 2014).

Selanjutnya informan 5 (lima) menambahkan:


“Pencahayaan di kantor, ada yang baik karena cahaya matahari
masuk yaitu diruangan bagian depan,dan ada ruangan yang
cahaya matahari tidak dapat masuk yaitu diruangan bagian
tengah dan belakang jadi diterangi dengan bantuan lampu
listrik….”.(Hasil wawancara dengan informan 5, tanggal 07
Januari 2014).

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pencahayaan


di ruangan Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Nias Utara
kurang baik. Hal ini menyebabkan terganggunya pegawai dalam
bekerja karena pada siang hari terkadang berpindah ruang kerja dan
menyatu dengan para staf-staf bagian Umum dan Kepegawaian yang
ruangannya berada di belakang ruang kepala BKD.
The Liang Gie (1998: 411) mengatakan bahwa penerangan
kantor yang baik yang baik harus memenuhi tiga persyaratan sebagai
berikut:
1.Sinar disebar secara merata tanpa membentuk bayangan
yang tajam.
2.Intensitas sinar di mana saja memadai agar pekerjaan dapat
dilakukan di sana, sinar yang terlalu kuat sama buruknya
dengan sinar yang tidak memadai.
3.Tidak ada cahaya yang menyilaukan, secara langsung, atau
dipantulkan dari permukaan seperti permukaan meja atau
peralatan arsip.

Dengan kondisi seperti ini pimpinan berinisiatif memakai


cahaya buatan dari lampu Neon yang memiliki kekuatan
pencahayaan 40 Watt, yang dampaknya dapat mempengaruhi
73
kesehatan para pegawai itu sendiri dan menyebabkan pegawai cepat
mengalami kelelahan mata yang mengakibatkan pekerjaan akan
lambat, dan pada akhirnya menyebabkan pegawai kurang efisien
dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit
tercapai.
b). Temperatur di Tempat Kerja
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia
mempunyai temperatur berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha
untuk mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh
yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
yang terjadi di luar tubuh
Berdasarkan observasi dan hasil wawancara peneliti diketahui
bahwa cuaca di lingkungan BKD Kabupaten Nias Utara cukup
ekstrim dimana pada musim dingin akan terasa sangat dingin dan
pada musim panas akan terasa sangat panas. Demikian juga cuaca
pada pagi terlalu dingin sehinggga menyebabkan para pegawai agak
lama memulai pekerjaannya yaitu pada pukul 09.00 Wib dan pada
siang hari pukul 11.00 wib temperatur terlalu panas sehingga
mengakibatkan gerah pada tubuh pegawai serta berakibat pada
pelaksanaan pekerjaan.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan informan 2 (dua) yang
mengatakan bahwa:
“…Suhu udaranya tergantung cuaca pada saat itu jika musim
kemarau maka akan terasa sangat panas dan hal tersebut
diatasi dengan menyediakan kipas angin disetiap ruangan, tapi
jika musim hujan cuaca juga akan terasa sangat dingin namun
karena kita sudah lama bekerja disini kondisi tubuh sudah
74
mulai bisa menyesuaikan dengan kondisi yang seperti ini…”.
(Hasil wawancara dengan informan 2, tanggal 03 Januari
2014).

Informan 5(lima) juga mengemukakan :


“…suhu udara pada pagi hari akan terasa sangat dingin tetapi
siang hari mulai pukul 11.00 wib akan sangat panas apalagi
pada musim kemarau,dan selama ini kondisi tersebut diatasi
dengan penyediaan kipas angin disetiap ruangan….”(Hasil
wawancara dengan informan 5, tanggal 07 Januari 2014).

Menurut hasil penelitian para ahli, untuk berbagai tingkat


temperatur akan memberi pengaruh yang berbeda. Keadaan itu tidak
mutlak berlaku bagi setiap pegawai karena kemampuan beradaptasi
setiap pegawai berbeda, tergantung didaerah mana pegawai dapat
hidup. Namun temperatur yang terlampau dingin akan
mengakibatkan gairah kerja menurun. Sedangkan temperatur yang
terlampau panas, akan mengakibatkan cepat timbul kelelahan tubuh
dan dalam bekerja cenderung membuat banyak kesalahan.
c). Sirkulasi Udara di Tempat kerja
Berdasarkan pengamatan penulis, sirkulasi udara pada Kantor
BKD pemerintah Kabupaten Nias Utara tidak bisa dikatakan sebagai
sirkulasi udara yang sehat meskipun disetiap ruangan terdapat
jendela yang selalu dibiarkan terbuka. Hal ini dikarenakan di sekitar
ruang tempat kerja tidak ada tumbuh-tumbuhan yang dapat
mensirkulasikan O2, dan di belakang ruang Bidang Perencanaan dan
Pengembangan Karir berada tepat lokasi toilet dan tempat mesin
genset sebagai sumber energi listrik serta di samping kiri dan
belakang ruang ini sebagai tempat pembuangan sampah.
75
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan informan 4(empat)
yang mengatakan bahwa :
“…dan kalau masalah sirkulasi udara tidak baik kak
dikarenakan tepat dibelakang kantor BKD ini ada wc umum,
jadi bau harumnya sangat menyengat hidung, terkadang
pegawai terganggu dalam melakukan pekerjaan….” (Hasil
wawancara dengan informan 4, tanggal 06 Januari 2014).

Jadi udara di lingkungan sekitar BKD masih belum segar


karena tidak adanya tanaman- tanaman yang dapat menghasilkan
oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Dengan cukupnya oksigen
disekitar lingkungan kerja, ditambah dengan pengaruh secara
psikologis akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani.
d). Kebisingan di Tempat Kerja
Karena sempitnya ruangan dan bergabungnya beberapa bidang
dalam satu ruangan maka segala jenis kegiatan atau kebisingan
disalah satu ruangan akan terdengar di ruangan yang lain. Demikian
juga dengan suara dengungan mesin genset yang berada di belakang
ruang Bidang Perencanaan dan Pengembangan Karir sangat
mengganggu pegawai dalam bekerja.
Di Kabupaten Nias Utara lampu sering padam jadi untuk
kelancaran pekerjaan mesin genset ini sering digunakan.Hal ini
sesuai dengan pernyataan informan 2 (dua) yang mengatakan bahwa:
“Di Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Nias Utara
situasinya terkadang bising dikarenakan di kabupaten Nias
Utara lampu sering padam dan mesin genset penyuplai arus
berada tepat dibelakang kantor BKD, jadi jika mesin genset
dihidupkan maka suasana akan terasa sangat bising. Demikian
juga karena ruangannya sangat sempit maka segala kebisingan

76
yang terjadi disalah satu ruangan akan terdengar diruangan
yang lain…”.(Hasil wawancara dengan informan 2, tanggal 03
Januari 2014).

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan kerja perkantoran dan industri yang dimaksud dengan
kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu atau membahayakan kesehatan. Selain hal tersebut
kebisingan juga bisa mengganggu jalannya pekerjaan karena bisa
mengganggu konsentrasi. Oleh karena itu suara bising hendaknya
dihindari agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien
sehingga produktifitas kerja meningkat.
e). Penataan warna
Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan
direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna
tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi. Hal ini dapat
dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap
perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan
rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat warna dapat
merangsang perasaan manusia
Berdasarkan pengamatan penulis di Kantor Badan
Kepegawaian Daerah Pemerintah Kabupaten Nias Utara tidak ada
penataan warna berdasarkan jenis dan ruang pekerjaan. Dimana cat
dindingnya hanya memiliki satu warna yaitu warna putih. Meskipun
setiap tahunnya dilakukan pengecatan ulang, namun masih belum
bisa memberikan suasana baru atau penyegaran bagi pegawai.
77
Hal tersebut didukung oleh pernyataan informan 4 (empat)
yang mengatakan :
“…..penataan warnanya hanya warna putih aja walaupun
setiap tahunnya memang dilakukan pengecatan ulang tapi
tetap belum menghidupkan suasana dalam bekerja”.(Hasil
wawancara dengan informan 4, tanggal 06 Januari 2014

Informan 6 (enam) juga menambahkan :


“….penataan warnanya menurut saya belum ada karena
selama saya bekerja disini yang saya lihat dindingnya warna
putih dan tidak pernah berubah”.(Hasil wawancara dengan
informan 6, tanggal 07 Januari 2014).

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa dukungan


warna di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaen Nias Utara masih
kurang memotivasi dan menghidupakan suasana kerja badi pegawai.
f). Bau- bauan di tempat kerja
Adanya bau- bauan ditempat kerja dapat dianggap sebagai
pencemaran, karena dapat mengganggu konsentrasi dalam bekerja.
Permasalahan yang selama ini timbul di BKD Kabupaten Nias Utara
adalah tidak terdapatnya mata air. Hal ini menyebabkan sering
timbulnya bau- bauan yang mengganggu penciuman yang berasal
dari toilet tersebut.
Bau-bauan ini sangat mengganggu pegawai dalam beraktifitas.
Hal ini sesuai dengan pernyataan informan 6 (enam) yang
mengatakan bahwa:
“Selama ini bau-bauan seperti dari parit dan sampah tidak
terlalu mengganggu karena setiap hari jumat kami selalu
melakukan gotongroyang membersihkan lingkungan disekitar
BKD ini. Tapi bau yang selama ini selalu mengganggu dan
78
selalu kami keluhkan adalah bau yang berasal dari toilet di
belakang gedung BKD. Aroma tersebut hampir setiap hari
kami rasakan karena tidak adanya air yang bisa di gunakan
untuk membersihkannya”. (Hasil wawancara dengan informan
6, tanggal 07 Januari 2014).

Selama ini belum ada cara untuk mengatasi bau- bauan ini
selain menunggu musim hujan tiba. Berdasarkan observasi yang
dilakukan penulis toilet yang dimiliki oleh BKD belum sesuai
dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1405/menkes/sk/xi/2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan
kerja perkantoran. Toilet di BKD Kab. Nias Utara dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:

GAMBAR 4.12

TOILET BKD dan SETDA KABUPATEN NIAS UTARA

79
GAMBAR 4.13

TEMPAT PENAMPUNGAN AIR DITOILET BKD dan SETDA KABUPATEN NIAS


UTARA

Dari kedua gambar tersebut dapat dilihat bahwa toilet dalam


keadaan kotor karna tidak adanya air untuk membersihkannya.
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan kerja perkantoran, persyaratan toilet yang baik adalah :
1. Toilet karyawan wanita terpisah dengan toilet untuk
karyawan pria.
2. Setiap kantor harus memiliki toilet dengan jumlah wastafel,
jamban dan peturasan minimal seperti pada tabel-tabel
berikut :
TABEL 4.4
a. Persyaratan toilet untuk karyawan pria :
Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
no kamar
karyawan jamban peturasan wastafel
mandi
1 s/d 25 1 1 2 2
2 26- 50 2 2 3 3
3 51- 100 3 3 5 5
Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah
satu kamar mandi, satu jamban, dan satu peturasan.
TABEL 4.2
a. Persyaratan toilet untuk karyawan wanita :
Jumlah Jumlah kamar Jumlah Jumlah
no
karyawan mandi jamban wastafel
1 s/d 20 1 1 2
2 21- 40 2 2 3
3 41- 70 3 3 5

80
4 71 - 100 4 4 6
5 .101 - 140 5 5 7
6 141 - 180 6 6 8
Setiap penambahan 40-100 karyawan harus
ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu
peturasan
Dari tabel di atas terlihat jumlah jamban dan wastafel yang
seharusnya dimiliki oleh Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten
Nias Utara dengan pegawai yang berjumlah 29 orang (laki-laki = 23
orang dan wanita = 6 orang) seharusnya memiliki satu kamar mandi,
satu jamban dan satu wastafel. Namun pada kenyataannya BKD
Kabupaten Nias Utara hanya memiliki satu jamban wanita dan satu
jamban laki-laki tanpa kamar mandi dan wastafel.
g). Keamanan di Tempat Kerja
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap
dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keamanan
dalam bekerja. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada
informan 1 (satu) menyatakan bahwa:
“Lingkungan di Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Nias
Utara masih berada dalam keadaan aman”.(Hasil wawancara
dengan informan 1, tanggal 02 Januari 2014).

Hal itu juga ditegaskan oleh informan 2 (dua) yang


menerangkan bahwa:
“Sampai saat ini lingkungannya cukup aman belum pernah
terjadi pencurian atau keributan–keributan lainnya. Dan di
BKD juga ada anggota satpol PP yang ditugaskan untuk
menjaga keamanan”.(Hasil wawancara dengan informan 2,
tanggal 03 Januari 2014).

81
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi
lingkungan kerja BKD Kab. Nias Utara selama ini dalam keadaan
aman dan tidak pernah terjadi keributan- keributan yang dapat
meresahkan pegawai.
1. Lingkungan Kerja Non-Fisik
Dalam membahas masalah lingkungan non-fisik perhatian
biasanya difokuskan pada dimensi hubungan sosial yang berkaitan
dengan lingkungan, serta masalah-masalah sosial. Lingkungan sosial
dapat terjadi pada tingkat mikro dan makro, dalam arti menyangkut
hal-hal yang berkaitan dengan keluarga, organisasi, kelompok
maupun masyarakat luas. Lingkungan sosial itu dapat merefleksikan
suatu integrasi sosial, tetapi juga dapat mencerminkan konflik sosial
Berdasarkan pengamatan dan wawancara penulis, gambaran
hubungan sosial di BKD Kabupaten Nias Utara sangat dinamis,
dimana pegawai sebagai manusia biasa memiliki kelemahan dan
terkadang adanya ketidakcocokan antara satu dengan yang lainnya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan informan 1 (satu) yang mengatakan
bahwa :
“Hubungan sosial pegawai pada umumnya terjalin dengan
baik, namun selaku manusia biasa pasti ada kelemahan,
harapan saya sebagai pimpinan, saya berusaha mengarahkan
staf untuk lebih meningkatkan pelayanan yang terbaik bagi
sesama terlebih- lebih kepada masyarakat”.(Hasil wawancara
dengan informan 1, tanggal 02 Januari 2014

Informan 2 (dua) juga menambahkan:

“Hubungan sosial pegawai pada umumnya sudah terjalin


dengan baik, namun sebagai manusia biasa terkadang ada
82
ketidak cocokkan dalam melakukan pekerjaan namun saya
menganggap itu sebagai suatu dinamika dalam berorganisasi”
(Hasil wawancara dengan informan 2, tanggal 03 Januari
2014)

Informan 3 (tiga) juga mengemukakan bahwa :

“Hubungan sosial antar pegawai pada umumnya cukup baik,


demikian juga hubungan dalam pekerjaan terjalin dengan baik.
Apa yang ditugaskan atasan akan dilaksanakan oleh bawahan
demikian juga sebaliknya apa yang menjadi keluhan atau saran
bawahan akan ditampung oleh atasan”.(Hasil wawancara
dengan informan 3, 03 Januari 2014).

Namun berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada staf


memberikan informasi yang berbeda. Informan 5 (lima)mengatakan :
“Hubungan sosial pada umumnya sudah cukup baik.
Meskipun menurut pengamatan saya jika dilihat dari sisi
organisasi hubungan sosial tersebut masih belum bisa
menggambarkan makna organisasi yang sesungguhnya,
Karena apabila kita memaknai organisasi dalam arti luas maka
didalamnya harus terjalin kerjasama antara atasan dengan
atasan,bawahan dengan bawahan,atasan dengan bawahan dan
sebaliknya. Namun menurut yang saya lihat dan yang saya
alami di BKD pada saat ini yang dikatakan dalam teori itu
belum sepenuhnya terlaksana dimana diantara pegawai masih
terdapat sifat ego sektoral dan mengutamakan bidang masing-
masing”.(Hasil wawancara dengan informan 5, tanggal 07
Januari 2014)

Informan 6 (enam) juga menambahkan:

“Hubungan sosial menurut saya masih belum, yang saya


rasakan pegawai masih terkotak- kotak dan hanya berteman
dengan orang yang sama bidang saja”. (Hasil wawancara
dengan informan 6, tanggal 07 Januari 2014).

83
Dari pernyataan diatas diketahui bahwa hubungan sosial antara
pegawai masih belum terjalin dengan baik. Dimana para pegawai
masih belum memahami makna organisasi yang sesungguhnya. Hal
ini ditandai dengan masih adanya pegawai yang hanya
mementingkan dirinya atau bidangnya daripada kepentingan
organisasi secara keseluruhan.
Keadaan hubungan sosial yang tidak kondusif tersebut akan
berpengaruh terhadap kepuasaan pegawai dalam bekerja yang pada
akhirnya akan mempengaruhi kinerja pegawai. Hal ini di pertegas
oleh pernyataan informan 2 (dua) yang mengatakan bahwa :
“Sudah pasti akan sangat berpengaruh karena esensi dalam
berorganisasi harus adanya kerjasama dua orang atau lebih
dalam mencapai tujuan organisasi. Jadi bilamana kerjasama itu
tidak terjalin dengan baik maka hubungan koordianasi pun
akan sangat terganggu dan seperti yang saya katakan tadi goals
organisasi akan berjalan lambat untuk mencapai tujuan”.
(Hasil wawancara dengan informan 2, tanggal 03 Januari
2014).

Dari pernyataan diatas penulis menyimpulkan bahwa


hubungan sosial di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Nias
Utara masih bersifat dinamis dan hal itu akan berpengaruh pada
kinerja pegawai.
C. Faktor Penghambat Kondisi Lingkungan Kerja di Badan
Kepegawaian Daerah Kabupaten Nias Utara
Adapun yang menjadi hambatan dalam penataan lingkungan
kerja di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Nias Utara

84
berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan dan pengamatan
penulis adalah:
1. Kabupaten Nias Utara merupakan daerah otonomi baru hasil
pemekaran dari Kabupaten Nias, yang masih dalam tahap
pembenahan dan masih banyak mempunyai keterbatasan seperti
Badan Kepegawaian Daerah masih belum memiliki lahan dan
gedung sendiri. Dan status kantor masih merupakan pinjam pakai
dari puskesmas. Untuk sementara pembangunan gedung Badan
Kepegawaian Daerah masih belum mendapat prioritas dari
pemerintah Kabupaten Nias Utara.
2. Terbatasnya jumlah ruangan atau ruangan yang ada terlalu
sempit. Keadaan ini menyebabkan penataan peralatan dan
perlengkapan yang digunakan di Badan Kepegawaian Daerah
tidak dapat ditata secara ergonomi.
3. Berdasarkan observasi di ketahui bahwa adanya kekurangsadaran
pegawai dalam menjaga, memelihara dan menata peralatan kerja.
Contohnya : pegawai membuang puntung rokok di lantai,
peletakan kabel listrik diatas meja, jaket dan helm pegawai di
gantung sembarangan di dalam rungan kerja.
4. Belum dibuatnya Standar Operasional Prosedur ( SOP ) sehingga
alur kerja pegawai belum teratur.
5. Karena berdampingan dengan setda Kabupaten Nias Utara, maka
terjadi saling pelemparan tanggung jawab dalam menjaga
kebersihan lingkungan.

85
D. Upaya-Upaya yang Telah Dilakukan Untuk Mengatasi
Permasalahan Kondisi Lingkungan Kerja di Badan
Kepegawaian Daerah Kabupaten Nias Utara.
Karena keterbatasan kondisi lingkungan kerja di Badan
Kepegawaian Daerah Kabupaten Nias Utara, maka organisasi selalu
melakukan upaya–upaya untuk mengatasinya. Berdasarkan informasi
yang didapatkan dari informan dan pengamatan penulis, upaya-upaya
yang dilakukan untuk mengatasi kondisi lingkungan kerja di Badan
kepegawaian Daerah Kabupaten Nias Utara adalah:
1. Melakukan penataan ulang terhadap peralatan- peralatan kerja
seperti: meja, kursi, lemari, dan peralatan lainnya secara periodik
agar ruangan yang sempit kelihatan lebih luas. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan informan 2 (dua) yang mengatakan bahwa:
“Selalu melakukan penataan ulang terhadap peralatan-
peralatan kerja seperti:meja, lemari, tempat arsip dan yang
lainnya untuk memberikan suasana baru dan penyegaran
kepada pegawai sehingga diharapkan adanya kepuasan
pegawai dalam bekerja yang pada akhirnya akan
meningkatkan kinerja pegawai…”

2. Untuk penataan warnanya setiap tahun dilakukan pengecatan


sehingga kondisi kantor berubah mendekati sesuai yang
diharapkan dalam arti staf bisa merasa nyaman dan ada kepuasan
dalam bekerja walaupun gedungnya dalam bentuk pinjaman.

3. Untuk mengatasi gangguan kondisi lingkungan fisik seperti


sirkulasi udara dan adanya bau yang kurang sedap ditempat kerja,
pegawai di BKD selalu melakukan gotongroyong setiap hari

86
jumat untuk membersihkan air yang tergenang, parit dan
lingkungan sekitar BKD sehingga bau yang kurang sedap itu
tidak mengganggu kosentrasi pegawai dalam bekerja.

4. Pimpinan selalu memberikan motivasi kepada para pegawai untuk


selalu membina kerjasama, rasa kekeluargaan serta hubungan
sosial sehingga hubungan komunikasi dan koordinasi bisa terjalin
dengan baik.

5. Untuk meningkatkan kinerja pegawai atau agar kemampuan


pegawai merata, diupayakan melakukan pengembangan Sumber
Daya Manusia melalui pendidikan dan pelatihan yang disesuaikan
dengan tugasnya masing-masing, serta memberikan kesempatan
kepada pegawai untuk melanjutkan pendidikan formalnya
kejenjang yang lebih tinggi. Dengan demikian diharapkan
pegawai dapat melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
6. Mengupayakan untuk mengusulkan kepada Bupati Kabupaten
Nias Utara untuk pembangunan gedung baru.

87

Anda mungkin juga menyukai