HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Badan Kepegawaian Daerah
1. Visi Dan Misi BKD Nias Utara
Setiap organisasi tentunya mempunyai tujuan yang ingin
diwujudkan, agar pencapaian tujuan tersebut dapat berhasil dengan
baik, maka tujuan dan cara mencapainya harus dirumuskan melalui
visi dan misi organisasi, sehingga semua komponen dalam organisasi
secara sistematis memahami kemudian menghayati tujuan organisasi
tersebut.
Sesuai dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) yang telah
disusun oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Nias
Utara adapun yang menjadi Visi dan Misinya, sebagai berikut:
55
tepat didukung oleh Penyajian Data dan informasi
kepegawaian yang akurat.
56
3. Struktur Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi, Dan Rincian
Tugas
TABEL 4.1
TABEL 4.2
1 SLTP 1 3,58 --
2 SLTA ( SEDERAJAT) 7 25,00 --
3 DIPLOMA 3 3 10,71 --
4 SARJANA ( S1 ) 12 42,85 --
5 PASCASARJANA ( S2 ) 1 3,58 --
6 TUGAS BELAJAR 4 14,28 --
JUMLAH 28 100 --
58
mengikuti tugas belajar untuk program pascasarjana di USU
Sumatera Utara.
TABEL 4.3
1 Golongan I 1 3,58 --
2 Golongan II 9 32,14 --
3 Golongan III 16 57,14 --
4 Golongan IV 2 7,14 --
JUMLAH 28 100 --
59
ditempati merupakan gedung yang dipinjam dari gedung yang sudah
ada sebelumnya.
Demikian halnya dengan Badan Kepegawaian Daerah ( BKD)
gedung tersebut merupakan pinjaman dari puskesmas Kecamatan
Lotu. Karena merupakan bekas puskesmas, maka luas dan bentuk
ruangannya sangat terbatas. Dimana secara keseluruhan gedung
BKD mempunyai luas ± 8 x 13,5 m² yang terbagi atas empat ruangan
yaitu: satu ruangan untuk kepala BKD, satu ruangan untuk bagian
Subbag Umum dan Kepegawaian, satu ruangan untuk bidang
Pengembangan dan Perencanaan Karir, dan satu ruangan lagi
digunakan oleh Sekretariat, Bidang Administrasi Kepegawaian,
Bidang Pendidikan dan Pelatihan, Bidang Data dan Informasi.
Keterbatasan luas dan jumlah ruangan pada Badan
Kepegawaian Daerah itu menyebabkan kondisinya memprihatinkan
dan para pegawai tidak dapat bekerja secara optimal. Untuk
mencapai hasil kerja secara optimal, maka diperlukan penataan
sarana dan prasarana serta perlengkapan kerja yang disesuaikan
dengan kebutuhan pegawai. Keberadaan lingkungan kerja harus
serasi dengan orang di dalam organisasi agar tercipta produktivitas
kerja yang tinggi. Guna menserasikan orang dengan lingkungan kerja
maka perlu dilakukan pendekatan ergonomi.
Menurut Sarwoto (1991:131) dan Sedarmayanti (2001:21)
secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua yaitu :
a.Lingkungan tempat kerja/Lingkungan kerja fisik (physical
working environment)
60
b.Suasana kerja/Lingkungan kerja non fisik (Non - Phisical
Working Environment).
1. Lingkungan kerja fisik
Lingkungan fisik merupakan semua keadaan yang terdapat
disekitar tempat kerja, akan mempengaruhi baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dan untuk lebih mengetahui bagaimana
gambaran lingkungan fisik di Badan Kepegawaian Daerah
Kabupaten Nias Utara akan diuraikan sebagai berikut.
Gedung Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Nias Utara
merupakan pinjaman dari puskesmas kecamatan Lotu. Keadaan ini
menyebabkab gedungnya sangat sempit. Hal itu didukung dengan
adanya pernyataan dari beberapa informan. Informan 1 (satu)
menjelaskan bahwa:
“Kondisi lingkungan kerja di Badan Kepegawaian Daerah
( BKD ) Kabupaten Nias Utara saat ini masih dalam tahapan
pembenahan. Hal ini disebabkan karena Pemerintah
Kabupaten Nias Utara merupakan Kabupaten yang baru
mekar, sedang mengawali dan mempersiapkan Sumber Daya
Manusia, dimana ± 50 orang sedang Tugas Belajar di TK I dan
pusat”.( Hasil wawancara dengan informan 1, tanggal 02
Januari 2014).
Demikian juga ketika penulis melakukan wawancara kepada
informan 2 (dua) dan 3 (tiga) yang merupakan pejabat eselon III dan
IV memberikankan keterangan bahwa kondisi lingkungan kerja di
Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Nias Utara pada saat ini
masih kurang memadai dan belum memenuhi standar jika dilihat
dari luas ruangan dan jumlah pegawai. Hal itu disebabkan karena
61
Pemerintah Kabupaten Nias Utara merupakan kabupaten pemekaran
baru jadi masih dalam tahap pembenahan.
62
Hal tersebut dapat dilihat dari gambar/ foto berikut:
GAMBAR 4.2
RUANG KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH
Dari gambar di atas terlihat bahwa ruangan Kepala Badan
(Kaban) sangat sempit dan juga tidak mempunyai ruang tamu khusus
untuk menerima tamu. Kepala Badan (Kaban) menerima tamu di
ruang kerjanya dan pada gambar diatas terlihat jarak antara meja
kerja dan kursi tamu sangat dekat. Demikian juga kapasitas untuk
menerima tamu hanya untuk 2-3 orang.
GAMBAR 4.3
RUANG SEKRETARIS DAN SEKRETARIAT
63
Gambar tersebut menunjukkan ruangan sekretaris dan
sekretariat. terlihat ruangan yang sangat sempit dan jarak antara kursi
dan meja yang terlalu dekat dan tidak adanya jarak antara meja yang
satu dengan meja yang lain. Keadaan demikian sangat mengganggu
keleluasaan dan kenyamanan pegawai dalam bekerja.
Demikian juga dengan peletakkan barang dan peralatan kerja
lainnya yang tidak teratur dan rapi seperti: berkas- berkas yang
diletakkan di atas lemari (filling cabinet) dan colokan listrik yang
diletakkan di atas meja sangat membahayakan pegawai dalam
melakukan pekerjaan.
st
GAMBAR 4.4
RUANG BIDANG ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN, RUANG BIDANG
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, RUANG BIDANG DATA DAN INFORMASI
GAMBAR 4.5
RUANG SUBBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN
Ruang subbag umum dan kepegawaian sebagai pintu masuk
untuk menerima para tamu dan sebagai satminkal dalam hal surat-
menyurat, terlihat suatu suasana penataan peralatan kerja yang tidak
beraturan seperti pada gambar yang seharusnya peletakan kursi dan
meja diatur dengan baik dan teratur sehingga tidak mengganggu jalur
keluar masuknya tamu dan para pegawai.
65
GAMBAR 4.6
PINTU MASUK RUANG SEKRETARIAT,SEKRETARIS, RUANG BIDANG
ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN, RUANG BIDANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN,
RUANG BIDANG DATA DAN INFORMASI
Pada gambar tersebut terlihat pintu masuk ruangan ruang
sekretariat, ruang bidang administrasi kepegawaian, ruang bidang
pendidikan dan pelatihan, ruang bidang data dan informasi.
Meskipun terdiri dari dua pintu namun pintu yang digunakan untuk
keluar masuk hanya satu pintu karena pada pintu yang satu
dimanfaatkan untuk tempat meja Plt. Kasubag Keuangan.
Selanjutnya juga terlihat bahwa ruangan agak gelap karena
matahari tidak masuk di dalam ruangan. Maka pencahayaannya
dibantu oleh cahaya lampu, namun cahaya lampu tidak terlihat
karena pada saat observasi listrik dalam keadaan padam.
66
GAMBAR 4.7
RUANG BIDANG PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KARIR
Kondisi ruangan di atas peneliti menganalisis bahwa penataan
alat kerja belum tertata dengan rapi seperti terlihat peletakan printer
pada meja kerja, jarak antara filing cabinet dengan meja kerja yang
terlalu dekat, tempat sampah yang diletakkan di bawah meja dan
kursi untuk menerima tamu di jalan keluar masuk sehingga kondisi
tersebut mengakibatkan pegawai tidak leluasa dalam bekerja.
Sehingga dari beberapa uraian keterangan gambar tersebut
dapat disimpulkan bahwa ruangan yang terbatas yaitu hanya terdiri
atas empat ruangan menyebabkan bergabungnya beberapa bidang
dan sekretariat dalam satu ruangan dengan luas ± 4x10 m², adapun
bidang- bidang tersebut adalah: Sekretaris, Sekretariat (yang terdiri
atas: Subbag keuangan, Subbag program evaluasi dan pelaporan),
Bidang Administrasi Kepegawaian (yang terdiri atas: Subbid
Kepangkatan, Subbid pensiun), Bidang Pendidikan dan Pelatihan
(yang terdiri atas : Subbid pendidikan dan pelatihan jabatan
struktural, Subbid pendidikan dan pelatihan jabatan fungsional),
67
Bidang Data dan Informasi (yang terdiri atas: Subbid data dan
informasi kepegawaian, Subbid analisa jabatan, beban kerja dan
kepegawaian).
Keterbatasan luas ruangan yang dimiliki oleh Badan
Kepegawaian Daerah Kabupaten Nias Utara mengakibatkan dalam
penataan ruang tidak didasarkan pada prinsip- prinsip ergonomi.
Seperti dalam menyusun tata letak meja dan peratannya lainnya.
Menurut Bennet (Sedarmayanti, 2009: 2) ergonomi adalah:
“Ilmu penyesuaian peralatan dan perlengkapan kerja dengan
kemampuan essensial manusia untuk memperoleh keluaran
yang optimum”.
GAMBAR 4.9
RUANG BIDANG PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KARIR
69
GAMBAR 4.10
RUANG BIDANG ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN, RUANG BIDANG PENDIDIKAN
DAN PELATIHAN, RUANG BIDANG DATA DAN INFORMASI
GAMBAR 4.11
RUANG SEKRETARIAT
70
pegawai semakin lancar sehingga koordinasi dan pengawasan
semakin mudah, yang akhirnya dapat mencapai kepuasaan pegawai
dalam bekerja.
Jadi dapat simpulkan bahwa penataan peralatan di BKD
Kabupaten Nias Utara masih belum sesuai dengan tujuan ergonomi
yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui
upaya pencegahan cedera akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik
dan mental untuk mengupayakan kepuasan kerja pegawai.
Dengan demikian untuk mencapai hasil kerja secara optimal,
maka diperlukan penataan sarana prasarana perlengkapan kerja
disesuaikan dengan kebutuhan pegawai. Keberadaan lingkungan
kerja harus serasi dengan orang di dalam organisasi agar tercipta
produktivitas kerja yang tinggi. Guna menserasikan orang dengan
lingkungan kerja maka perlu dilakukan pendekatan ergonomi.
Dan dalam realitasnya dapat diuraikan yang terjadi di BKD
Kabupaten Nias Utara bila ditilik dari ilmu ergonomik secara khusus
terhadap lingkungan kerja adalah sebagai berikut:
a). Penerangan/ Pencahayaan di Tempat Kerja
Pencahayaan pada kantor Badan Kepegawaian Daerah
Pemerintah Kabupaten Nias Utara tidak seluruhnya diterangi oleh
cahaya alam (matahari), cahaya matahari hanya menerangi ruang
Kepala Badan karena berada tepat di bagian depan, dan Subbag
Umum dan Kepegawaian.
Hal ini sesuai dengan pernyataan informan 1 (satu) yang
mengatakan bahwa:
71
“Tingkat pencahayaan masih kurang dan sebagian ruangan
dibagian tengah yang pencahayaannya masih tergantung pada
cahaya lampu hal ini disebabkan karena gedung BKD diapit
oleh gedung Setda dan Satpol…”.(Hasil wawancara dengan
informan 1, tanggal 2 Januari 2014)
72
bantuan lampu listrik…”(Hasil wawancara dengan informan 4,
tanggal 06 Januari 2014).
76
yang terjadi disalah satu ruangan akan terdengar diruangan
yang lain…”.(Hasil wawancara dengan informan 2, tanggal 03
Januari 2014).
Selama ini belum ada cara untuk mengatasi bau- bauan ini
selain menunggu musim hujan tiba. Berdasarkan observasi yang
dilakukan penulis toilet yang dimiliki oleh BKD belum sesuai
dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1405/menkes/sk/xi/2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan
kerja perkantoran. Toilet di BKD Kab. Nias Utara dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
GAMBAR 4.12
79
GAMBAR 4.13
80
4 71 - 100 4 4 6
5 .101 - 140 5 5 7
6 141 - 180 6 6 8
Setiap penambahan 40-100 karyawan harus
ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu
peturasan
Dari tabel di atas terlihat jumlah jamban dan wastafel yang
seharusnya dimiliki oleh Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten
Nias Utara dengan pegawai yang berjumlah 29 orang (laki-laki = 23
orang dan wanita = 6 orang) seharusnya memiliki satu kamar mandi,
satu jamban dan satu wastafel. Namun pada kenyataannya BKD
Kabupaten Nias Utara hanya memiliki satu jamban wanita dan satu
jamban laki-laki tanpa kamar mandi dan wastafel.
g). Keamanan di Tempat Kerja
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap
dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keamanan
dalam bekerja. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada
informan 1 (satu) menyatakan bahwa:
“Lingkungan di Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Nias
Utara masih berada dalam keadaan aman”.(Hasil wawancara
dengan informan 1, tanggal 02 Januari 2014).
81
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi
lingkungan kerja BKD Kab. Nias Utara selama ini dalam keadaan
aman dan tidak pernah terjadi keributan- keributan yang dapat
meresahkan pegawai.
1. Lingkungan Kerja Non-Fisik
Dalam membahas masalah lingkungan non-fisik perhatian
biasanya difokuskan pada dimensi hubungan sosial yang berkaitan
dengan lingkungan, serta masalah-masalah sosial. Lingkungan sosial
dapat terjadi pada tingkat mikro dan makro, dalam arti menyangkut
hal-hal yang berkaitan dengan keluarga, organisasi, kelompok
maupun masyarakat luas. Lingkungan sosial itu dapat merefleksikan
suatu integrasi sosial, tetapi juga dapat mencerminkan konflik sosial
Berdasarkan pengamatan dan wawancara penulis, gambaran
hubungan sosial di BKD Kabupaten Nias Utara sangat dinamis,
dimana pegawai sebagai manusia biasa memiliki kelemahan dan
terkadang adanya ketidakcocokan antara satu dengan yang lainnya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan informan 1 (satu) yang mengatakan
bahwa :
“Hubungan sosial pegawai pada umumnya terjalin dengan
baik, namun selaku manusia biasa pasti ada kelemahan,
harapan saya sebagai pimpinan, saya berusaha mengarahkan
staf untuk lebih meningkatkan pelayanan yang terbaik bagi
sesama terlebih- lebih kepada masyarakat”.(Hasil wawancara
dengan informan 1, tanggal 02 Januari 2014
83
Dari pernyataan diatas diketahui bahwa hubungan sosial antara
pegawai masih belum terjalin dengan baik. Dimana para pegawai
masih belum memahami makna organisasi yang sesungguhnya. Hal
ini ditandai dengan masih adanya pegawai yang hanya
mementingkan dirinya atau bidangnya daripada kepentingan
organisasi secara keseluruhan.
Keadaan hubungan sosial yang tidak kondusif tersebut akan
berpengaruh terhadap kepuasaan pegawai dalam bekerja yang pada
akhirnya akan mempengaruhi kinerja pegawai. Hal ini di pertegas
oleh pernyataan informan 2 (dua) yang mengatakan bahwa :
“Sudah pasti akan sangat berpengaruh karena esensi dalam
berorganisasi harus adanya kerjasama dua orang atau lebih
dalam mencapai tujuan organisasi. Jadi bilamana kerjasama itu
tidak terjalin dengan baik maka hubungan koordianasi pun
akan sangat terganggu dan seperti yang saya katakan tadi goals
organisasi akan berjalan lambat untuk mencapai tujuan”.
(Hasil wawancara dengan informan 2, tanggal 03 Januari
2014).
84
berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan dan pengamatan
penulis adalah:
1. Kabupaten Nias Utara merupakan daerah otonomi baru hasil
pemekaran dari Kabupaten Nias, yang masih dalam tahap
pembenahan dan masih banyak mempunyai keterbatasan seperti
Badan Kepegawaian Daerah masih belum memiliki lahan dan
gedung sendiri. Dan status kantor masih merupakan pinjam pakai
dari puskesmas. Untuk sementara pembangunan gedung Badan
Kepegawaian Daerah masih belum mendapat prioritas dari
pemerintah Kabupaten Nias Utara.
2. Terbatasnya jumlah ruangan atau ruangan yang ada terlalu
sempit. Keadaan ini menyebabkan penataan peralatan dan
perlengkapan yang digunakan di Badan Kepegawaian Daerah
tidak dapat ditata secara ergonomi.
3. Berdasarkan observasi di ketahui bahwa adanya kekurangsadaran
pegawai dalam menjaga, memelihara dan menata peralatan kerja.
Contohnya : pegawai membuang puntung rokok di lantai,
peletakan kabel listrik diatas meja, jaket dan helm pegawai di
gantung sembarangan di dalam rungan kerja.
4. Belum dibuatnya Standar Operasional Prosedur ( SOP ) sehingga
alur kerja pegawai belum teratur.
5. Karena berdampingan dengan setda Kabupaten Nias Utara, maka
terjadi saling pelemparan tanggung jawab dalam menjaga
kebersihan lingkungan.
85
D. Upaya-Upaya yang Telah Dilakukan Untuk Mengatasi
Permasalahan Kondisi Lingkungan Kerja di Badan
Kepegawaian Daerah Kabupaten Nias Utara.
Karena keterbatasan kondisi lingkungan kerja di Badan
Kepegawaian Daerah Kabupaten Nias Utara, maka organisasi selalu
melakukan upaya–upaya untuk mengatasinya. Berdasarkan informasi
yang didapatkan dari informan dan pengamatan penulis, upaya-upaya
yang dilakukan untuk mengatasi kondisi lingkungan kerja di Badan
kepegawaian Daerah Kabupaten Nias Utara adalah:
1. Melakukan penataan ulang terhadap peralatan- peralatan kerja
seperti: meja, kursi, lemari, dan peralatan lainnya secara periodik
agar ruangan yang sempit kelihatan lebih luas. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan informan 2 (dua) yang mengatakan bahwa:
“Selalu melakukan penataan ulang terhadap peralatan-
peralatan kerja seperti:meja, lemari, tempat arsip dan yang
lainnya untuk memberikan suasana baru dan penyegaran
kepada pegawai sehingga diharapkan adanya kepuasan
pegawai dalam bekerja yang pada akhirnya akan
meningkatkan kinerja pegawai…”
86
jumat untuk membersihkan air yang tergenang, parit dan
lingkungan sekitar BKD sehingga bau yang kurang sedap itu
tidak mengganggu kosentrasi pegawai dalam bekerja.
87