Anda di halaman 1dari 28

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA

PERMULAAN PADA ANAK USIA DINI MELALUI


METODE PETUALANGAN MAHARAJA DI KELOMPOK
A RA MASYITHAH DESA/KECAMATAN WEDARIJAKSA
KABUPATEN PATI TAHUN PELAJARAN 2022-2023

PTK

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Guna


Memperoleh Sertifikat Diklat Mahir

KHOIRIYAH

RA MASYITHAH
DESA/KECAMATAN WEDARIJAKSA
KABUPATEN PATI
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS MANDIRI


PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Disusun oleh:
KHOIRIYAH

Diajukan sebagai persyaratan kelulusan


Diklat Guru Pendamping (Diklat Berjenjang Tingkat Mahir)

Pati, 31 Maret 2023

Ketua LPD Disetujui Pengajar Praktek

Dr. SITI SAROH, M.Pd. ANA YULI, S.Pd

Mengetahui :
Kepala Sekolah

Khoiriyyati, S.Pd.I
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan segala rahmat
dan hidayahnya kepada kita semua sehingga dapat melaksanakan diklat guru
pendamping (DIKLAT BERJENJANG TINGKAT MAHIR) bagi pendidik PAUD
dengan baik dan lancar guna untuk menambah kompetensi pendidik PAUD yang mana
dapat dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Penulisan Tugas Mandiri ini ditujukan sebagai salah satu syarat kelulusan
PELATIHAN BERJENJANG TINGKAT MAHIR BAGI PENDIDIK PAUD TAHUN
2023. Yang mana  penyusunan Tugas Mandiri ini dilakukan sebagai gambaran
pelaksanaan oleh peserta diklat  berdasarkan ilmu yang diberikan dalam kegiatan
Pelatihan Berjenjang Tingkat Dasar Bagi Pendidik PAUD.
Selama mengikuti PELATIHAN, banyak sekali pihak yang telah membantu
demi kelancaran proses belajar mengajar kami. Maka dalam kesempatan ini, kami
ucapkan banyak terima kasih, kepada:
1. Ibu Ana Yuli, sebagai Pendamping di grup 6 yang dengan sukarela menyisihkan
tenaga dan waktunya untuk mengarahkan, menemani, dan membimbing kami peserta
diklat dari awal  kegiatan pelatihan sampai penyusunan Tugas Mandiri selesai.
2. Narasumber dan Tim Pelaksana PELATIHAN BERJENJANG TINGKAT MAHIR
BAGI GURU PAUD TAHUN 2023 yang memfasilitasi kami dengan banyak ilmu
melalui.
Saya menyadari bahwa Laporan ini jauh dari kesempurnaan segala kritik dan
saran yang bersifat membangun saya harapkan semoga laporan ini bias digunakan
sebagaimana mestinya.
Pati, 31 Maret 2023
Penulis

Khoiriyah
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAAN.........................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................1
B. Identifikasi Masalah....................................................................3
C. Pembatasan Masalah …………………………………………..3
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ........................................................................5
A. Kajian Teori.................................................................................5
B. Kerangka Berpikir........................................................................6
C. Hipotesis Tindakan ………………………………………………
BAB III. METODE PENELITIAN...................................................................
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ...................................................1
B. Faktor yang Diselilidiki ...........................................................1
C. Prodesur Penelitian ..................................................................2
D. Instrument Penelitian ...............................................................5
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................8
F. Teknik Analisis Data ...............................................................9
G. Indikator Keberhasilan .............................................................0

LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................


BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Berdasarkan hasil observasi awal diketahui bahwa kemampuan


membaca permulaan anak kelompok A RA Masyithah Kecamatan
Wedarijaksa Kabupaten Pati masih rendah yang disebabkan oleh metode
pembelajarannya yang kurang menarik bagi siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan langsung sebagai Guru di RA
Masyithah Wedarijaksa yang memiliki kemampuan membaca permulaan
yang memadai hanya ada 4 anak (25%) dari 15 siswa yang ada di RA
Masyithah Kelompok A. Di RA Masyithah Wedarijaksa selama ini terdapat
permasalahan tentang kemampuan membaca anak. Hambatan-hambatan
dalam perkembangan membaca permulaan pada anak Kelompok A RA
Masyithah Wedarijaksa juga dipengaruhi oleh cara yang digunakan guru
dalam mengajarkan membaca pada anak yang masih monoton sehingga
membuat anak merasa bosan, metode yang digunakan hanya itu saja dan
kurang bervariasi, guru masih menggunakan metode mengeja, serta Alat
Permainan Edukatif (APE) yang digunakan juga sangat minim.
Berdasarkan penelitian dan latar belakang tersebut peneliti merasa
tertarik untuk meneliti tentang "Peningkatan Kemampuan Membaca
Permulaan Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Petualangan Maharaja
di Kelompok A RA Masyithah Desa/Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten
Pati Tahun Pelajaran 2022-2023".

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian ini dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut :
1. Masih rendahnya kemampuan membaca permulaan pada anak di RA
Masyithah Wedarijaksa Kabupaten Pati.
2. Metode yang di gunakan dalam kegiatan membaca kurang bervariasi dan
kurang menarik untuk anak.
3. Alat Permainan Edukatif (APE) yang di gunakan masih sangat minim.

C. PEMBATASAN MASALAH
Penelitian ini dibatasi hanya pada:
1. Kemampuan membaca pada anak dibatasi pada kemampuan membaca
permulaan pada anak yang meliputi kemampuan anak dalam Membaca
beberapa kata berdasarkan gambar, tulisan, dan benda yang dikenal atau
dilihatnya, kemampuan anak dalam menirukan kembali bunyi / suara
tertentu, kemampuan anak dalam meniru kembali 3-5 urutan kata,
kemampuan anak dalam berbicara lancar dengan menggunakan kalimat
yang komplek terdiri dari 3-5 kata.

2. Dalam penelitian ini pembahasan metode membaca dibatasi pada metode


Petualangan Maharaja.

3. Lokasi Penelitian dalam penelitian ini di batasi pada anak kelompok A di


RA Masyithah Wedarijaksa Kabupaten Pati.
D. RUMUSAN MASALAH
Apakah metode Petualangan Maharaja dapat meningkatkan
kemampuan membaca pada anak di RA Masyithah Wedarijaksa Pati.
E. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian secara umum adalah untuk meningkatkan
kemampuan membaca pada anak di RA Masyithah Desa Wedarijaksa
Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati.
2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan kemampuan membaca pada anak di RA Masyithah
Wedarijaksa Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati.
F. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan mengenai pengaruh metode
Petualangan Maharaja terhadap kemampuan membaca pada anak usia dini.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini di harapkan bermanfaat bagi :
a. Guru, dapat menambah wawasan bagi guru untuk menerapkan metode
Petualangan Maharaja dalam pembelajaran.
b. Anak dapat menarik minat dalam membaca melalui metode Petualangan Maharaja.
c. RA, sebagai acuan untuk menerapkan metode ini dalam system pembelajaran di RA
sebagai upaya menumbuhkan kemampuan membaca anak.
d. Mahasiswa, dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang metode yang dapat
digunakan dalam menumbuhkan kemampuan membaca pada anak.
e. Peneliti, untuk mengasah kemampuan penulis dalam menyusun proposal penelitian dan
menambah pembendaharaan kata yang dimiliki oleh penulis.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kemampuan Membaca Pemula

a. Pengertian Kemampuan Membaca Pemula

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) membaca adalah melihat

serta memahami isi dari apa yang tertulis, mengeja atau melafalkan apa yang

tertulis, mengetahui, meramalkan, memperhitungkan dan memahami. Menurut

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar

Pendidikan Anak Usia Dini, tingkat pencapaian perkembangan anak TK pada

lingkup perkembangan keaksaraan yaitu menyebutkan simbolsimbol huruf yang

dikenal, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal

yang sama, memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf, membaca nama

sendiri, dan menuliskan nama sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa kemampuan membaca permulaan adalah kemampuan anak

(pembaca awal) dalam penguasan kode alfabetik seperti menghafal huruf vokal

dan konsonan, mengenal fonem, dan menggabungkan fonem menjadi suku kata

atau kata

Darwadi dalam Mulyoto jurnal pendidikan (2008), mengatakan bahwa

membaca permulaan adalah tahap awal dalam belajar membaca yang difokuskan

kepada mengenal simbol-simbol atau tanda-tanda yang berkaitan dengan huruf-

huruf sehingga menjadi pondasi agar anak dapat melanjutkan ketahap membaca

permulaan.
Sabarti Akhadiah, dkk.(1993:11) “mengungkapkan bahwa pengajaran

membaca permulaan lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar

membaca. Kemampuan dasar membaca tersebut yaitu kemampuan untuk dapat

menyuarakan huruf, suku kata, kata dan kalimat yang disajikan dalam bentuk

tulisan ke dalam bentuk lisan”.

Ahmad Susanto (2011:83), adalah membaca yang diajarkan secara

terprogram kepada anak usia prasekolah. Dalam penelitian ini kemampuan

membaca permulaan yang dimaksud adalah menekankan pada memahami

hubungan antara bunyi dan bentuk huruf serta membaca gambar, mengenali huruf

sehingga mampu menunjuk dan menyebutkan lambang huruf A-Z secara

berurutan , membaca kata sederhana dan mengidentifikasi huruf yang ada di

dalamnya, menghubungkan gambar dengan kata, dan menggabungkan huruf

menjadi suku kata atau kata yang mempunyai arti, serta menyebut dan

mengelompokkan huruf vokal (a, i, u, e, o) dan huruf konsonan.

Menurut Nurbiana Dhieni (2005:55) “membaca permulaan adalah suatu

kesatuan kegiatan terpadu mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf

dan katakata, mengabungkannya dengan bunyi, maknanya, serta menarik

kesimpulan mengenai maksud bacaan”. Membaca permulaan diberikan melalui

dua tahap, yakni pra membaca dan membaca. Pada tahap pra membaca, kepada

anak di ajarkan dengan cara mengenalkan huruf alphabet a-z, dan kemudian

menggabungkan menjadi suku kata agar mempermudah anak dalam memulai

membaca. Sedangkan pada tahap membaca permulaan, anak diajarkan untuk

membaca suku kata menjadi sebuah kata, dan mengenalkan anak mengenai huruf
mati (paten). Sehingga mempermudah anak untuk membaca beberapa kata

menjadi sebuah kalimat

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian membaca

permulaan mengacu pada kecakapan yang harus dikuasai pembaca yang berada

dalam tahap permulaan yang difokuskan kepada pengenalan simbol-simbol,

tanda-tanda yang berkaitan dengan huruf-huruf. seperti menghafal huruf vokal

dan konsonan, mengenal fonem, dan menggabungkan fonem menjadi suku kata

atau kata

b. Tahap-tahap perkembangan membaca permulaan

Perkembangan dasar kemampuan membaca permulaan pada anak usia 5-6

tahun berlangsung dalam lima tahap yakni Nurbiana Dhieni (2013:5.13)

diantaranya yaitu:

1. Tahap Fantasi

Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, anak berpikir bahwa

buku itu penting dengan cara membolak balik buku berulang-ulang, dan

membawanya kemana-mana. Pada tahap ini orang tua memberikan

pengertian pada anaknya pentingnya membaca pada kehidupan sehari-hari,

serta sering membacakan buku cerita gambar pada anak.

2. Tahap Pembentukan Kosep Diri

Anak terlibat secara langsung dalam kegiatan membaca, anakanak akan

mencoba membacanya walaupun mereka tidak mengetahui isi dari buku

tersebut. Disini orang tua akan memberi rangsangan kepada anak dengan

membacakan buku pada anak.


3. Tahap Membaca Gambar

Pada tahap ini anak menyadari gambar yang ada dibuku, anak mulai dapat

menemukan kata yang sudah mereka kenali dan dapat mengulang kembali

cerita yang tertulis. Tugas orang tua yakni melibatkan anak ketika anak

sedang menceritakan sebuah cerita dengan melakukan tanya jawab pada

anak dan memberikan kesempatan pada anak untuk membaca lebih banyak

lagi.

4. Tahap pengenalan Bacaan

Pada tahap ini anak mulai tertarik membaca tanda-tanda yang ada

dilingkungannya, Sepertinya membaca tulisam yang ada dikerdus,

bungkus makanan, plakat yang ada dijalan, dan lain-lain.

5. Tahap Membaca Lancar

Pada tahap ini anak dapat membaca beberapa jenis buku, Orang tua dan

guru tetap membacakan buku pada anak, dan mendampingi anak ketika

membaca, tindakan itu akan mendorong anak untuk memperbaiki bacaan.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Pemula

Menurut Nurbiana Dhieni dkk., (2008/18-21) faktor yang

mempengaruhi kemampuan membaca adalah motivasi, lingkunga keluarga,

dan bahan bacaan. Motivasi akan menjadi pendorong semangat anak untuk

membaca. Dalam hal ini terdapat dua macam motivasi, yaitu motivasi

instrinsik (bersumber pada diri anak itu sendiri) dan motivasi ekstrinsik

(bersumber pada luar diri anak). Lingkungan keluarga juga menjadi salah satu

faktor yang dapat mempangaruhi kemampuan membaca anak. Anak sangat

memerlukan keteladanan dalam membaca.


Keteladanan tersebut harus ditunjukkan orangtua sesering mungkin. Interaksi

interpersonal seperti pengalaman baca tulis bersama keluarga dan lingkungan fisik yang

mencakup bahan bacaan yang terdapat di rumah juga turut menjadi salah satu faktor. Suasana

yang penuh perasaan dan memberikan dorongan atau motivasi yang cukup juga akan

menjadikan perkembangan membaca anak semakin meningkat.

Faktor selanjutnya adalah bahan bacaan. Bahan bacaan yang terlalu sulit akan

mematikan selera membaca. Oleh karena itu, topik atau isi bacaan dan keterbacaan bahan juga

harus diperhatikan. Untuk bahan bacaan perlu terdapat isi atau topik yang disenangi anak,

gambar yang menarik, dan gambar yang disajikan harus lebih dominan daripada tulisan.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang

dapat mempengaruhi kemampuan membaca permulaan anak adalah faktor fisiologis,

intelektual, lingkungan, dan psikologis. Faktor fisiologis meliputi kesehatan fisik, faktor

inteletual meliputi tingkat kecerdasan anak, sedangkan faktor lingkungan meliputi pengalaman

anak, bahan bacaan, dan keluarga. Faktor psikologis meliputi motivasi, perkembangan sosial-

emosional, dan minat terhadap bacaan.

2. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun. Menurut Beichler dan
Snowman dalam (Fikriyah, 2022), anak usia dini adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun.
Sedangkan menurut Augusta dalam (Irwansyah, 2021) bahwa hakikat anak usia dini adalalah
individu yang unik dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek
fisik, kognitif, sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai
dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.
Dari berbagai definisi, peneliti menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang
berusia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik
maupun mental. Masa anak usia dini sering disebut dengan istilah “golden age” atau masa
emas. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan
berkembang secara cepat dan hebat. Menurut (Ulfah, 2021) bahwa perkembangan setiap anak
tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda. Makanan yang
bergizi dan seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tersebut. Sedangkan menurut (Supriani, 2022) bahwa apabila anak diberikan
stimulasi secara intensif dari lingkungannya, maka anak akan mampu menjalani tugas
perkembangannya dengan baik. Masa kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung senang bermain pada saat
yang bersamaan, ingin menang sendiri dan sering mengubah aturan main untuk kepentingan
diri sendiri. Dengan demikian, menurut (MF AK, 2021) bahwa dibutuhkan upaya pendidikan
untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun
perkembangan psikis. Potensi anak yang sangat penting untuk dikembangkan. Potensi-potensi
tersebut meliputi kognitif, bahasa, sosioemosional, kemampuan fisik dan lain sebagainya.
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, sosial, moral dan
sebagainya. Menurut Siti Aisyah,dkk dalam (Tanjung, 2022) bahwa karakteristik anak usia
dini antara lain; a) memiliki rasa ingin tahu yang besar, b) merupakan pribadi yang unik, c)
suka berfantasi dan berimajinasi, d) masa paling potensial untuk belajar, e) menunjukkan sikap
egosentris, f) memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, g) sebagai bagian dari makhluk
sosial.
Menurut (Arifudin, 2021) bahwa perkembangan adalah perubahan mental yang
berlangsung secara bertahap dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana
menjadi kemampuan yang lebih sulit, misalnya kecerdasan, sikap, dan tingkah laku. Menurut
(Hanafiah, 2022) bahwa pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak berbeda, ada
yang cepat dan ada juga yang lambat, tergantung faktor bakat (genetic), lingkungan (gizi dan
cara perawatan), dan konvergensi (perpaduan antara bakat dan lingkungan). Oleh sebab itu,
perlakuan terhadap anak tidak dapat di samaratakan, sebaiknya dengan mempertimbangkan
tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan kemampuan dasar di taman
kanak-kanak adalah pengembangan bahasa. Pembelajaran bahasa untuk anak usia dini
diarahkan pada kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis (simbolis)
(Syach, 2020). Untuk memahami bahasa simbolis, anak perlu belajar membaca dan menulis.
Menurut (Ulfah, 2020) mengemukakan bahwa belajar bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu
belajar bahasa untuk komunikasi dan belajar literasi, yaitu belajar membaca dan menulis.
Menurut Eliason dalam (Sinurat, 2022) kemampuan belajar membaca membutuhkan waktu,
kesabaran, dan kesiapan. Anak yang menyukai gambar atau huruf sejak awal
perkembangannya akan mempunyai keinginan membaca, membuka pintu baru, membenahi
informasi, dan menyenangkan.
Dalam perkembangan bahasa ada empat unsur yang selalu tergabung dalam satu
kegiatan diantaranya mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Setelah penulis
mengetahui sangat pentingnya empat unsur tadi dalam perkembangan pendidikan khususnya di
jenjang anak usia dini dan taman kanak-kanak harus dikembangkan secara maksimal demi
kemajuan anak bangsa (Ardiawan, 2020). Literasi membaca, lebih baiknya dibiasakan sejak
usia dini, karena setiap hari bahkan setiap kegiatan tidak luput dari membaca.
Menurut Anderson dalam (Mayasari, 2021) bahwa membaca merupakan sebuah proses
untuk memahami memahami makna tulisan. Dalam kegiatan membaca, proses yang dialami
bagi pemula dalam memulai belajar membaca adalah dari mereka mengenal huruf satu persatu,
kemudian suku kata, lalu mengenal kata, ungkapan, frasa, hingga kalimat, bahkan tingkat
selanjutnya adalah menghubungkan antara bunyi dan maknanya. Sedangkan menurut Santrok
dalam (Musyadad, 2021) bahwa membaca adalah kemampuan untuk memahami diskursus
tertulis. Anakanak tidak bisa dikatakan membaca jika mereka hanya bisa membaca kata,
seperti dalam taman kanak-kanak. Membaca membutuhkan penguasaan aturan dalam fonologi,
morfologi, sintaksis dan semantik.

3. Media Kartu Bergambar Maharaja


Media kartu bergambar Petualangan Maharaja adalah media kertas karton yang
didalamnya diberi gambar sesuai dengan suku kata yang diasosiaasikan, misalnya suku
kata “ma” gambar matahari atau suku kata “ha” gambar harimau dan seterusnya. Serta
ditambah dengan suku kata turunannya yang mengganti huruf vokalnya. Pembicaraan
mengenai gambar suku kata maharaja tidak dapat terlepas dari pengertian asosiasi. Menurut El
Rais sebagaimana dikutip (Arifudin, 2020), asosiasi adalah tautan dalam ingatan pada orang
atau barang lain, atau dapat juga diartikan pembentukan hubungan atau pertalian antara
gagasan, ingatan atau kegiatan panca indera.
Media grafis dalam kontek media pembelajaran, adalah media yang
mengkomunikasikan data dan fakta, gagasan serta ide-ide melalui gambar dan kata-kata.
Menurut Sanjaya dalam (Sulaeman, 2022), yang termasuk media grafis adalah bagan, poster,
karikatur, grafik serta gambar foto. Gambar adalah hasil coretan tangan manusia baik secara
manual atau memakai alat modern, sedangkan foto merupakan hasil dari fotografi. Media
gambar yang digunakan dalam penelitian ini adalah media visual diam, yang disajikan dalam
bentuk penglihatan langsung. Media digambarkan tidak terlalu rumit agar lebih mudah untuk
diingat oleh anak. Media gambar merupakan metode yang lebih konkret dibanding dengan
media simbol visual atau media verbal (Indriana, 2011). Berdasarkan latar belakang di atas,
bahwa sangat penting melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan upaya meningkatkan
kemampuan membaca pada anak usia dini melalui petualangan maharaja dikelompok A RA
Masyithah Wedarijaksa untuk menghasilkan data dan hasil yang valid berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
B. Kerangka Berpikir

Salah satu masalah yang muncul adalah fakta ketika anak-anak usia dini di Paud tidak
diperkenankan diajarkan calistung karena dikhawatirkan mengganggu perkembangan
kejiwaannya.
Namun di sisi lain materi SD “memaksa anak” harus mampu membaca, kalau tidak mau
ketinggalan. Guru SD banyak yang sabar mendampingi anak tapi pastinya
lebih disukai anak didik yang lancar membaca.
Tidak sedikit anak dipaksa untuk menguasai kemampuan membaca dengan cara yang
tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak usia dini. Pembelajaran yang mestinya seru,
menyenangkan dengan berbagai tantangan, berubah menjadi paksaan dan tekanan. Tidak
jarang anak menjadi stres, guru juga bingung mau menggunakan metode apa yang tepat.
Metode Belajar yang berdasar pada cara kerja otak. Menurut Paul D Maclean Otak
manusia itu disebut juga Triune atau Three In One. Otak memiliki tiga bagian utama yaitu
Neo Cortex, Sistem Limbik dan Batang Otak.
Dengan tahu masing-masing bagian dari otak dan mengenal fungsinya maka kita jadi
tahu cara pakainya.
Cara belajar membaca melalui metode petualangan maharaja yang sesuai dengan cara
kerja otak anak adalah menggunakan mainan dan permainan, mengijinkan anak bergerak
bermain bebas, menggunakan flashcard ajaib, menggunakan tongkat peri, menggunakan
matras ular tangga baca, penuh warna, penuh tantangan, pengulangan menggunakan ragam
mainan,membuat anak terus bergerak membakar kaori, melibatkan panca indera anak untuk
menguatkan memori, membuat anak penasaran, membuat anak berani mencoba,
menggunakan mainan unik dan kontras, mendorong anak bertanya dan interaktif, tidak
membuat anak bosan, anak tidak takut pada guru.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti mencoba menggunakan media petualangan
maharaja untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak usia dini
kelompok A RA Masyithah Wedarijaksa Pati.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat diperjelas dengan bagan pada

Gambar 1 sebagai berikut;

Kemampuan membaca permulaan anak


rendah

Aspek guru Langkah- langkah penggunaan Aspek anak


menggunakan metode Petualangan menggunakan
metode Maharaja metode Petualangan
Petualangan
Maharaja
Maharaja a) Guru memperlihatkan
satu-persatu media a) Menegnal
a) Untuk flashcard kepada yang simbol-
membantu berisi huruf A-Z dan beisi simbol
dan menarik gambar yang berbeda- b) Mampu
perhatian beda. memgemban
anak b) Guru meminta untuk gkan
b) Salah satu menyebutkan dan pembendaha
untuk mengejah huruf pada raan kata
merangsang media flashcard.
kemampuan c) Melati
c) Guru meminta salah satu mengeja
membaca siswa untuk maju ke
permulaan dandaharaan
depan kelas dihadapan kata
anak temannya.
d) Guru bertanyak pada anak
tentang media flashcard
yang di pegang guru.
e) Setelah itu guru meminta
anak yang maju untuk
duduk kembali, kemudian
dilanjutkan dengan anak
berikutnya

Kemampuan membaca
permulaan akan meningkat
menggunakan metode
petualangan maharaja

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir


C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang dapat peneliti ajukan adalah sebagai berikut:

kemampuan membaca permulaan anak usia dini kelompok A RA Masyithah

Wedarijaksa Pati dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode petualangan

maharaja.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (classroom action research). Penelitian Tindakan Kelas atau

(Classroom Action Research) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas

untuk memperbaiki proses pembelajaran. Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 3),

Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan

belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

sebuah kelas secara bersama Menurut Wina Sanjaya (2011: 26), Penelitian

Tindakan Kelas merupakan proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam

kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut

dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata

serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut, dari beberapa

pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah

penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan untuk untuk memperbaiki proses

pembelajaran. Tindakan yang digunakan dalam penelitian ini ialah berupa media

bergambar petualangan maharaja.

Tindakan yang dilakukan yaitu menerapkan metode petualangan maharaja,

sebagaimana metode ini belum dilakukan di RA Masyithah Wedarijaksa. Media

Bergambar Petualangan Maharaja juga dapat membantu anak didik dalam

meningkatkan keterampilan membaca anak mencapai tingkat keberhasilan yang

diinginkan. Penelitian ini dilakukan secara kaloboratif antara guru dan peneliti.
Penelitian ini menggunakan model penelitian Kurt Lewin. Model

penelitian ini terdiri dari empat langkah yaitu: Perencanaan, Tindakan, Observasi,

Refleksi. Empat langkah tersebut membentuk satu siklus yang dapat digambarkan

dalam bentuk spiral. Dalam melakukan penelitian mungkin menggunakan

beberapa tindakan yang dapat megatasi masalah tersebut. Cara melakukan pada

siklus kedua hampir sama pada siklus kesatu dan apabila siklus kedua belum

berhasil maka dilakukan siklus selanjutnya.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini merupakan tempat dimana peneliti melakukan

penelitian untuk memperoleh data-data yang di perlukan. Lokasi penelitian ini di

laksanakan di RA Masyithah Wedarijaksa Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten

Pati Jawa Tengah..

Subjek penelitiannya kelas A usia 4-5 tahun dan sebanyak 15 anak 5 anak

laki-laki dan 10 anak perempuan.dan waktu pelaksaannya selama 2 minggu.

C. Faktor yang Diselidiki

1. Faktor Proses (guru)

Pada penelitian ini berdasarkan faktor prosesnya, yang akan diteliti adalah

kemampuaan membaca permulaan pada anak didk dalam mengikuti

pembelajaran selama proses pembelajaran tersebut berlangsung.

2. Faktor Hasil (peserta didik)

Pada penelitian ini berdasarkan faktor hasil, yang akan diteliti adalah

kemampuan kemampuan membaca permulaan anak menggunakan metode

petualangan maharaja di Raudlatul Athfal Masyithah Wedarijaksa Pati.


D. Prosedur Penelitian

Berdasarkan model penelitian tindakan kelas yang dipilih dalam

melakukan penelitian adalah model Kurt Lewin karena model ini sebagai acuan

dalam penelitian tindakan kelas. Model Kurt Lewin mempunyai beberapa

komponen yaitu: Perencanaan, Tindakan, Observasi, Refleksi. Komponen diatas

merupakan komponen yang dipilih dalam satu siklus. Apabila keterampilan

membaca permulaan melalui metode petualangan maharaja pada siklus I belum

mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan maka penelitian dilanjut pada

siklus II dengan melakukan perbaikan dari siklus I dan apabila siklus II juga

belum mencapai target yang diharapkan maka akan berlanjut pada siklus III dan

apabila siklus III belum tercapai maka akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

Adapun uraian rencana tindakan pada setiap siklus dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Siklus I

a) Perencanaan

Perencanaan yang dipersiapkan berkaitan dengan permasalahan yang telah

dipaparkan diatas. Adapun perencanaan yang dipersiapkan diantaranya:

1) Menyunsun rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH)

2) Mempersiapkan sarana dan prasarana yang dapat menunjang

pembelajaran dengan menghadirkan media bergambar petualangan

maharaja.

3) Mempersiapkan instrumen untuk guru dan anak didik selama proses

pembelajaran.

4) Mempersiapkan instrumen penilaian


b) Tindakan

Pelaksanaan tindakan adalah pengaplikasikan semua perencanaan yang

telah disusun, Tindakan yang digunakan dalam penelitian ini ialah berupa media

flashcard Peneliti memilih metode Penelitian Tindakan Kelas karena

mempertimbangkan masalah yang dihadapi adalah masalah yang timbul dalam

proses pembelajaran, yaitu belum sesuainya media yang digunakan dalam

pembelajaran membaca yakni guru hanya menggunakan media papan tulis yang

ada dalam pembelajaran membaca. Sehingga penelitian ini merupakan cara yang

strategis untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus dilaksanakan

dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah

secara keseluruhan.

Tahap pelaksanaan tindakan ini merupakan implementasi atau penerapan

isi rancangan yang berupa mengenakan tindakan di kelas. Tindakan dengan

menggunakan Metode petualangan maharja yang sudah disiapkan oleh peneliti

yang akan menjadi sasaran dalam kegiatan pelaksanaan penelitian tersebut.

Peneliti dan guru melaksanakan tindakan yang telah disusun sebelumnya pada

proses pembelajaran. Guru melaksanakan pembelajaran pada tahap ini sesuai

dengan tema dan Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) pada

hari tersebut yang telah dibuat bersama dengan peneliti.


c) Observasi

1. Peneliti mengamati aktivitas guru dan anak didik selama proses

pembelajaran berlangsung dalam menerapkan metod petualangan

maharaja.

2. Peneliti mengamati dan mencatat semua kejadian selama proses

pembelajaran.

3. Peneliti melakukan dokumentasi sebagai bukti dalam penelitian.

d) Refeleksi

1. Mendiskripsikan semua kejadian yang telah dilakukan selama proses

pembelajaran baik yang dilakukan oleh guru dan anak didik saat

menerapkan metode petualangan maharaja.

2. Guru dan peneliti melakukan kaloborasi dalam penelitian ini dengan

tujuan untuk mengumpulkan berbagai data yang telah dilakukan selama

proses pembelajaran baik yang dilakukan guru maupun anak didik.

2. Siklus II

Pada siklus ke II ini dilakukan perbaikan pada siklus I. Alur dalam siklus

II ini sama halnya pada siklus I. Siklus ke II ini dimulai dengan perencanaan,

pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pada siklus II ini terdapat

perbedaan pada penyusunan pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH). Acuan

dalam melakukan siklus II terdapat pada Pelaksanaan pembelajaran harian

(RPPH) yang telah direncanakan. Kemudian dilakukan refleksi dan menentukan

keberhasilan sebagai tolak ukur yang sudah dipersiapkan. Apabila pada siklus II

belum berhasil maka akan dilakukan tindakan selanjutnya.


E. Instrumen Penelitian

Menurut Wina Sanjaya (2011:84), Instrumen penelitian adalah alat yang

dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPPH) dalam penelitian ini adalah

peneliti membuat RPPH yang telah dirancang sebagai pedoman rencana

pembelajaran dalam penelitian yang disusun secara sistematis oleh guru yang

diberikan tentang skenario penyampaian materi pelajaran sesuai dengan rincian

waktu yang telah ditentukan untuk setiap kali pertemuan.

2. Lembar observasi aktivitas guru

Lembar aktivitas guru dalam pembelajaran digunakan untuk mengetahui

aktivitas fisik yang dilakukan guru selama proses belajar mengajar berlangsung.

Pengisian lembar pengamatan yang dilakukan dengan tanda check-list dalam

kolom yang sesuai dengan gambaran yang diamati. Lembar observasi diberikan

pengamat (observer) untuk mengamati setiap kegiatan selama proses

pembelajaran berlangsung.
Tabel 3.1 Instrumen Observasi Aktifitas Guru
No Langkah-Langkah Kegiatan Kategori

K C B
1. Guru menyiapkan kelas sebelum melulai proses
pembelajaran
2. Guru melakukan kegiatan pembukaan sesuai dengan
tema yang berjalan
3. Guru merangsang kemampuan huruf anak dengan
melakukan kegiatan bercakap-cakap tentang tema
hari itu
4. Guru menyiapkan media bergambar
petualangan maharaja dan menjelaskan tujuan
dari pembelajaran
5. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk
bermain dengan permainan seru petualangan maharaja
dengan kartu bergambar maharaja.
6. Guru melakukan evaluasi pembelajaran

Catatan
K : Kurang
C : Cukup
B : Baik

3. Lembar observasi Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan

Lembar observasi yang digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan

membaca permulaan anak dalam menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal,

mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada disekitarnya,

menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama,

memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf, membaca nama sendiri,

menuliskan nama sendiri dan memahami arti kata dalam cerita. pedoman yang

digunakan dalam penelitian ini berupa kisi-kisi instrumen dan rubrik penilaian

sebagai berikut :
Table 3.2 Lembar Cheklist Observasi Aktivitas Anak
No Nama Indikator Membaca Permulaan S P K
Anak
Menyebutkan symbol- Menyebutkan kelompok
simbol huruf yang gambar yang memiliki
dikenal bunyi/huruf yang sama

BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB

1. Arshad
2. Brian
3. Rohim
4. Farel
5. Rehan
6. Anjani
7. Delisa
8. Manda
9. Winda
10 Afifah
.
11 Nabil
12 Nayla
13 Aisyah
14 Umaiza
15 Raffa

Keterangan Catatan
BB : Belum Berkembang S : Skor
MB : Mulai Berkembang P : Presentase
BSH : Berkembang Sesuai Harapan K : Kreteria
BSB : Berkembang Sangat Baik
F. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini diperoleh melalui observasi dan dokumentasi. Data

penelitian bersumber pada pencapaian belajar anak yang dihasilkan dari tindakan

membaca permulaan pada anak usia dini Kelompok A RA Masyithah

Wedarijaksa menggunakan metode petualangan maharaja.

1. Observasi

Menurut Wina Sanjaya (2011: 86) observasi adalah teknik mengumpulkan

data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dengan alat

obervasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Dalam penelitian ini,

obervasi yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan informasi tentang perilaku

anak sebagai pengaruh dari tindakan yang dilakukan dalam meningkatkan

kemampuan membaca permulaan.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah barang-barang yang tertulis (Suharsimi Arikunto,

2006: 158). Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti dapat menyelidiki

benda-benda tertulis. Peneliti melakukan pengumpulan data dari RPPH, lembar

observasi, catatan anekdot dan mengambil foto saat anak melaksanakan proses

pembelajaran. Foto berfungsi untuk menggambarkan secara nyata ketika anak

beraktivitas dalam pembelajaran.


G. Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Suharsimi Arikunto (2006: 131-132)

menyatakan bahwa dalam penelitian tindakan kelas ada dua jenis data yang dapat

dikumpulkan peneliti yaitu:

1. Data kualitatif adalah data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang

memberi gambaran tentang tingkat pemahaman terhadap sesuatu,

pandangan atau sikap anak terhadap metode belajar yang baru dan

perhatian yang dapat dianalisis secara kualitatif.

2. Data kuantitatif adalah data yang dapat dianalisis secara deskriptif dengan

menggunakan analisis statistik deskriptif.

Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kualitatif dan

kuantitatif karena peneliti mencoba menggambarkan keadaan sebenarnya tentang

intensitas pelaksanaan kegiatan pembelajaran tentang kemampuan membaca

permulaan anak usia dini Keompok A RA Masyithah Hasil pengamatan dihitung

kemudian dipersentasekan. Cara pemerolehan data menurut Acep Yoni, Sri

Kunthi Ambarwati, dan Herry Purwanto (2010: 177) adalah:

Skor keseluruhan yang di peroleh anak


𝑝ersentase = X 100%
skor maksimum

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 269) hasil yang diperoleh kemudian

dimasukkan dalam kategori predikat yang dapat dilihat berikut ini:


Tabel 3.3 Kategori Tingkat Kemampuan Membaca Permulaan Anak
Presentase Kategori Skor
0%-25% Belum Berkembang 1

26%-60% Mulai Berkembang 2

61%-75% Berkembang Sesuai Harapan 3

76%-100% Berkembang Sangat Baik 4

H. Indikator Keberhasilan

Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, dalam penelitian ini dinyatakan

berhasil apabila ada perubahan atau peningkatan terhadap hasil belajar yang diperoleh anak

setelah diberikan tindakan. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila 70% anak berada pada tingkat

kemampuan berkembang sesuai harapan. Anak mampu menguasai indikator kemampuan

membaca permulaan menggunakan metode petualangan maharaja.

Anda mungkin juga menyukai