Untitled
Untitled
PTK
KHOIRIYAH
RA MASYITHAH
DESA/KECAMATAN WEDARIJAKSA
KABUPATEN PATI
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
KHOIRIYAH
Mengetahui :
Kepala Sekolah
Khoiriyyati, S.Pd.I
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan segala rahmat
dan hidayahnya kepada kita semua sehingga dapat melaksanakan diklat guru
pendamping (DIKLAT BERJENJANG TINGKAT MAHIR) bagi pendidik PAUD
dengan baik dan lancar guna untuk menambah kompetensi pendidik PAUD yang mana
dapat dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Penulisan Tugas Mandiri ini ditujukan sebagai salah satu syarat kelulusan
PELATIHAN BERJENJANG TINGKAT MAHIR BAGI PENDIDIK PAUD TAHUN
2023. Yang mana penyusunan Tugas Mandiri ini dilakukan sebagai gambaran
pelaksanaan oleh peserta diklat berdasarkan ilmu yang diberikan dalam kegiatan
Pelatihan Berjenjang Tingkat Dasar Bagi Pendidik PAUD.
Selama mengikuti PELATIHAN, banyak sekali pihak yang telah membantu
demi kelancaran proses belajar mengajar kami. Maka dalam kesempatan ini, kami
ucapkan banyak terima kasih, kepada:
1. Ibu Ana Yuli, sebagai Pendamping di grup 6 yang dengan sukarela menyisihkan
tenaga dan waktunya untuk mengarahkan, menemani, dan membimbing kami peserta
diklat dari awal kegiatan pelatihan sampai penyusunan Tugas Mandiri selesai.
2. Narasumber dan Tim Pelaksana PELATIHAN BERJENJANG TINGKAT MAHIR
BAGI GURU PAUD TAHUN 2023 yang memfasilitasi kami dengan banyak ilmu
melalui.
Saya menyadari bahwa Laporan ini jauh dari kesempurnaan segala kritik dan
saran yang bersifat membangun saya harapkan semoga laporan ini bias digunakan
sebagaimana mestinya.
Pati, 31 Maret 2023
Penulis
Khoiriyah
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAAN.........................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................1
B. Identifikasi Masalah....................................................................3
C. Pembatasan Masalah …………………………………………..3
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ........................................................................5
A. Kajian Teori.................................................................................5
B. Kerangka Berpikir........................................................................6
C. Hipotesis Tindakan ………………………………………………
BAB III. METODE PENELITIAN...................................................................
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ...................................................1
B. Faktor yang Diselilidiki ...........................................................1
C. Prodesur Penelitian ..................................................................2
D. Instrument Penelitian ...............................................................5
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................8
F. Teknik Analisis Data ...............................................................9
G. Indikator Keberhasilan .............................................................0
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian ini dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut :
1. Masih rendahnya kemampuan membaca permulaan pada anak di RA
Masyithah Wedarijaksa Kabupaten Pati.
2. Metode yang di gunakan dalam kegiatan membaca kurang bervariasi dan
kurang menarik untuk anak.
3. Alat Permainan Edukatif (APE) yang di gunakan masih sangat minim.
C. PEMBATASAN MASALAH
Penelitian ini dibatasi hanya pada:
1. Kemampuan membaca pada anak dibatasi pada kemampuan membaca
permulaan pada anak yang meliputi kemampuan anak dalam Membaca
beberapa kata berdasarkan gambar, tulisan, dan benda yang dikenal atau
dilihatnya, kemampuan anak dalam menirukan kembali bunyi / suara
tertentu, kemampuan anak dalam meniru kembali 3-5 urutan kata,
kemampuan anak dalam berbicara lancar dengan menggunakan kalimat
yang komplek terdiri dari 3-5 kata.
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
serta memahami isi dari apa yang tertulis, mengeja atau melafalkan apa yang
dikenal, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal
yang sama, memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf, membaca nama
(pembaca awal) dalam penguasan kode alfabetik seperti menghafal huruf vokal
dan konsonan, mengenal fonem, dan menggabungkan fonem menjadi suku kata
atau kata
membaca permulaan adalah tahap awal dalam belajar membaca yang difokuskan
huruf sehingga menjadi pondasi agar anak dapat melanjutkan ketahap membaca
permulaan.
Sabarti Akhadiah, dkk.(1993:11) “mengungkapkan bahwa pengajaran
menyuarakan huruf, suku kata, kata dan kalimat yang disajikan dalam bentuk
hubungan antara bunyi dan bentuk huruf serta membaca gambar, mengenali huruf
menjadi suku kata atau kata yang mempunyai arti, serta menyebut dan
dua tahap, yakni pra membaca dan membaca. Pada tahap pra membaca, kepada
anak di ajarkan dengan cara mengenalkan huruf alphabet a-z, dan kemudian
membaca suku kata menjadi sebuah kata, dan mengenalkan anak mengenai huruf
mati (paten). Sehingga mempermudah anak untuk membaca beberapa kata
permulaan mengacu pada kecakapan yang harus dikuasai pembaca yang berada
dan konsonan, mengenal fonem, dan menggabungkan fonem menjadi suku kata
atau kata
diantaranya yaitu:
1. Tahap Fantasi
Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, anak berpikir bahwa
buku itu penting dengan cara membolak balik buku berulang-ulang, dan
tersebut. Disini orang tua akan memberi rangsangan kepada anak dengan
Pada tahap ini anak menyadari gambar yang ada dibuku, anak mulai dapat
menemukan kata yang sudah mereka kenali dan dapat mengulang kembali
cerita yang tertulis. Tugas orang tua yakni melibatkan anak ketika anak
anak dan memberikan kesempatan pada anak untuk membaca lebih banyak
lagi.
Pada tahap ini anak mulai tertarik membaca tanda-tanda yang ada
Pada tahap ini anak dapat membaca beberapa jenis buku, Orang tua dan
guru tetap membacakan buku pada anak, dan mendampingi anak ketika
dan bahan bacaan. Motivasi akan menjadi pendorong semangat anak untuk
membaca. Dalam hal ini terdapat dua macam motivasi, yaitu motivasi
instrinsik (bersumber pada diri anak itu sendiri) dan motivasi ekstrinsik
(bersumber pada luar diri anak). Lingkungan keluarga juga menjadi salah satu
interpersonal seperti pengalaman baca tulis bersama keluarga dan lingkungan fisik yang
mencakup bahan bacaan yang terdapat di rumah juga turut menjadi salah satu faktor. Suasana
yang penuh perasaan dan memberikan dorongan atau motivasi yang cukup juga akan
Faktor selanjutnya adalah bahan bacaan. Bahan bacaan yang terlalu sulit akan
mematikan selera membaca. Oleh karena itu, topik atau isi bacaan dan keterbacaan bahan juga
harus diperhatikan. Untuk bahan bacaan perlu terdapat isi atau topik yang disenangi anak,
gambar yang menarik, dan gambar yang disajikan harus lebih dominan daripada tulisan.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang
intelektual, lingkungan, dan psikologis. Faktor fisiologis meliputi kesehatan fisik, faktor
inteletual meliputi tingkat kecerdasan anak, sedangkan faktor lingkungan meliputi pengalaman
anak, bahan bacaan, dan keluarga. Faktor psikologis meliputi motivasi, perkembangan sosial-
Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun. Menurut Beichler dan
Snowman dalam (Fikriyah, 2022), anak usia dini adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun.
Sedangkan menurut Augusta dalam (Irwansyah, 2021) bahwa hakikat anak usia dini adalalah
individu yang unik dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek
fisik, kognitif, sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai
dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.
Dari berbagai definisi, peneliti menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang
berusia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik
maupun mental. Masa anak usia dini sering disebut dengan istilah “golden age” atau masa
emas. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan
berkembang secara cepat dan hebat. Menurut (Ulfah, 2021) bahwa perkembangan setiap anak
tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda. Makanan yang
bergizi dan seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tersebut. Sedangkan menurut (Supriani, 2022) bahwa apabila anak diberikan
stimulasi secara intensif dari lingkungannya, maka anak akan mampu menjalani tugas
perkembangannya dengan baik. Masa kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung senang bermain pada saat
yang bersamaan, ingin menang sendiri dan sering mengubah aturan main untuk kepentingan
diri sendiri. Dengan demikian, menurut (MF AK, 2021) bahwa dibutuhkan upaya pendidikan
untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun
perkembangan psikis. Potensi anak yang sangat penting untuk dikembangkan. Potensi-potensi
tersebut meliputi kognitif, bahasa, sosioemosional, kemampuan fisik dan lain sebagainya.
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, sosial, moral dan
sebagainya. Menurut Siti Aisyah,dkk dalam (Tanjung, 2022) bahwa karakteristik anak usia
dini antara lain; a) memiliki rasa ingin tahu yang besar, b) merupakan pribadi yang unik, c)
suka berfantasi dan berimajinasi, d) masa paling potensial untuk belajar, e) menunjukkan sikap
egosentris, f) memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, g) sebagai bagian dari makhluk
sosial.
Menurut (Arifudin, 2021) bahwa perkembangan adalah perubahan mental yang
berlangsung secara bertahap dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana
menjadi kemampuan yang lebih sulit, misalnya kecerdasan, sikap, dan tingkah laku. Menurut
(Hanafiah, 2022) bahwa pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak berbeda, ada
yang cepat dan ada juga yang lambat, tergantung faktor bakat (genetic), lingkungan (gizi dan
cara perawatan), dan konvergensi (perpaduan antara bakat dan lingkungan). Oleh sebab itu,
perlakuan terhadap anak tidak dapat di samaratakan, sebaiknya dengan mempertimbangkan
tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan kemampuan dasar di taman
kanak-kanak adalah pengembangan bahasa. Pembelajaran bahasa untuk anak usia dini
diarahkan pada kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis (simbolis)
(Syach, 2020). Untuk memahami bahasa simbolis, anak perlu belajar membaca dan menulis.
Menurut (Ulfah, 2020) mengemukakan bahwa belajar bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu
belajar bahasa untuk komunikasi dan belajar literasi, yaitu belajar membaca dan menulis.
Menurut Eliason dalam (Sinurat, 2022) kemampuan belajar membaca membutuhkan waktu,
kesabaran, dan kesiapan. Anak yang menyukai gambar atau huruf sejak awal
perkembangannya akan mempunyai keinginan membaca, membuka pintu baru, membenahi
informasi, dan menyenangkan.
Dalam perkembangan bahasa ada empat unsur yang selalu tergabung dalam satu
kegiatan diantaranya mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Setelah penulis
mengetahui sangat pentingnya empat unsur tadi dalam perkembangan pendidikan khususnya di
jenjang anak usia dini dan taman kanak-kanak harus dikembangkan secara maksimal demi
kemajuan anak bangsa (Ardiawan, 2020). Literasi membaca, lebih baiknya dibiasakan sejak
usia dini, karena setiap hari bahkan setiap kegiatan tidak luput dari membaca.
Menurut Anderson dalam (Mayasari, 2021) bahwa membaca merupakan sebuah proses
untuk memahami memahami makna tulisan. Dalam kegiatan membaca, proses yang dialami
bagi pemula dalam memulai belajar membaca adalah dari mereka mengenal huruf satu persatu,
kemudian suku kata, lalu mengenal kata, ungkapan, frasa, hingga kalimat, bahkan tingkat
selanjutnya adalah menghubungkan antara bunyi dan maknanya. Sedangkan menurut Santrok
dalam (Musyadad, 2021) bahwa membaca adalah kemampuan untuk memahami diskursus
tertulis. Anakanak tidak bisa dikatakan membaca jika mereka hanya bisa membaca kata,
seperti dalam taman kanak-kanak. Membaca membutuhkan penguasaan aturan dalam fonologi,
morfologi, sintaksis dan semantik.
Salah satu masalah yang muncul adalah fakta ketika anak-anak usia dini di Paud tidak
diperkenankan diajarkan calistung karena dikhawatirkan mengganggu perkembangan
kejiwaannya.
Namun di sisi lain materi SD “memaksa anak” harus mampu membaca, kalau tidak mau
ketinggalan. Guru SD banyak yang sabar mendampingi anak tapi pastinya
lebih disukai anak didik yang lancar membaca.
Tidak sedikit anak dipaksa untuk menguasai kemampuan membaca dengan cara yang
tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak usia dini. Pembelajaran yang mestinya seru,
menyenangkan dengan berbagai tantangan, berubah menjadi paksaan dan tekanan. Tidak
jarang anak menjadi stres, guru juga bingung mau menggunakan metode apa yang tepat.
Metode Belajar yang berdasar pada cara kerja otak. Menurut Paul D Maclean Otak
manusia itu disebut juga Triune atau Three In One. Otak memiliki tiga bagian utama yaitu
Neo Cortex, Sistem Limbik dan Batang Otak.
Dengan tahu masing-masing bagian dari otak dan mengenal fungsinya maka kita jadi
tahu cara pakainya.
Cara belajar membaca melalui metode petualangan maharaja yang sesuai dengan cara
kerja otak anak adalah menggunakan mainan dan permainan, mengijinkan anak bergerak
bermain bebas, menggunakan flashcard ajaib, menggunakan tongkat peri, menggunakan
matras ular tangga baca, penuh warna, penuh tantangan, pengulangan menggunakan ragam
mainan,membuat anak terus bergerak membakar kaori, melibatkan panca indera anak untuk
menguatkan memori, membuat anak penasaran, membuat anak berani mencoba,
menggunakan mainan unik dan kontras, mendorong anak bertanya dan interaktif, tidak
membuat anak bosan, anak tidak takut pada guru.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti mencoba menggunakan media petualangan
maharaja untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak usia dini
kelompok A RA Masyithah Wedarijaksa Pati.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat diperjelas dengan bagan pada
Kemampuan membaca
permulaan akan meningkat
menggunakan metode
petualangan maharaja
maharaja.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama Menurut Wina Sanjaya (2011: 26), Penelitian
kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata
penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan untuk untuk memperbaiki proses
pembelajaran. Tindakan yang digunakan dalam penelitian ini ialah berupa media
diinginkan. Penelitian ini dilakukan secara kaloboratif antara guru dan peneliti.
Penelitian ini menggunakan model penelitian Kurt Lewin. Model
penelitian ini terdiri dari empat langkah yaitu: Perencanaan, Tindakan, Observasi,
Refleksi. Empat langkah tersebut membentuk satu siklus yang dapat digambarkan
beberapa tindakan yang dapat megatasi masalah tersebut. Cara melakukan pada
siklus kedua hampir sama pada siklus kesatu dan apabila siklus kedua belum
Subjek penelitiannya kelas A usia 4-5 tahun dan sebanyak 15 anak 5 anak
Pada penelitian ini berdasarkan faktor prosesnya, yang akan diteliti adalah
Pada penelitian ini berdasarkan faktor hasil, yang akan diteliti adalah
melakukan penelitian adalah model Kurt Lewin karena model ini sebagai acuan
siklus II dengan melakukan perbaikan dari siklus I dan apabila siklus II juga
belum mencapai target yang diharapkan maka akan berlanjut pada siklus III dan
apabila siklus III belum tercapai maka akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
Adapun uraian rencana tindakan pada setiap siklus dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Siklus I
a) Perencanaan
maharaja.
pembelajaran.
telah disusun, Tindakan yang digunakan dalam penelitian ini ialah berupa media
pembelajaran membaca yakni guru hanya menggunakan media papan tulis yang
ada dalam pembelajaran membaca. Sehingga penelitian ini merupakan cara yang
secara keseluruhan.
Peneliti dan guru melaksanakan tindakan yang telah disusun sebelumnya pada
maharaja.
pembelajaran.
d) Refeleksi
pembelajaran baik yang dilakukan oleh guru dan anak didik saat
2. Siklus II
Pada siklus ke II ini dilakukan perbaikan pada siklus I. Alur dalam siklus
II ini sama halnya pada siklus I. Siklus ke II ini dimulai dengan perencanaan,
keberhasilan sebagai tolak ukur yang sudah dipersiapkan. Apabila pada siklus II
pembelajaran dalam penelitian yang disusun secara sistematis oleh guru yang
aktivitas fisik yang dilakukan guru selama proses belajar mengajar berlangsung.
kolom yang sesuai dengan gambaran yang diamati. Lembar observasi diberikan
pembelajaran berlangsung.
Tabel 3.1 Instrumen Observasi Aktifitas Guru
No Langkah-Langkah Kegiatan Kategori
K C B
1. Guru menyiapkan kelas sebelum melulai proses
pembelajaran
2. Guru melakukan kegiatan pembukaan sesuai dengan
tema yang berjalan
3. Guru merangsang kemampuan huruf anak dengan
melakukan kegiatan bercakap-cakap tentang tema
hari itu
4. Guru menyiapkan media bergambar
petualangan maharaja dan menjelaskan tujuan
dari pembelajaran
5. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk
bermain dengan permainan seru petualangan maharaja
dengan kartu bergambar maharaja.
6. Guru melakukan evaluasi pembelajaran
Catatan
K : Kurang
C : Cukup
B : Baik
mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada disekitarnya,
memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf, membaca nama sendiri,
menuliskan nama sendiri dan memahami arti kata dalam cerita. pedoman yang
digunakan dalam penelitian ini berupa kisi-kisi instrumen dan rubrik penilaian
sebagai berikut :
Table 3.2 Lembar Cheklist Observasi Aktivitas Anak
No Nama Indikator Membaca Permulaan S P K
Anak
Menyebutkan symbol- Menyebutkan kelompok
simbol huruf yang gambar yang memiliki
dikenal bunyi/huruf yang sama
1. Arshad
2. Brian
3. Rohim
4. Farel
5. Rehan
6. Anjani
7. Delisa
8. Manda
9. Winda
10 Afifah
.
11 Nabil
12 Nayla
13 Aisyah
14 Umaiza
15 Raffa
Keterangan Catatan
BB : Belum Berkembang S : Skor
MB : Mulai Berkembang P : Presentase
BSH : Berkembang Sesuai Harapan K : Kreteria
BSB : Berkembang Sangat Baik
F. Teknik Pengumpulan Data
penelitian bersumber pada pencapaian belajar anak yang dihasilkan dari tindakan
1. Observasi
data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dengan alat
obervasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Dalam penelitian ini,
2. Dokumentasi
observasi, catatan anekdot dan mengambil foto saat anak melaksanakan proses
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
menyatakan bahwa dalam penelitian tindakan kelas ada dua jenis data yang dapat
1. Data kualitatif adalah data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang
pandangan atau sikap anak terhadap metode belajar yang baru dan
2. Data kuantitatif adalah data yang dapat dianalisis secara deskriptif dengan
H. Indikator Keberhasilan
Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, dalam penelitian ini dinyatakan
berhasil apabila ada perubahan atau peningkatan terhadap hasil belajar yang diperoleh anak
setelah diberikan tindakan. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila 70% anak berada pada tingkat