Diajukan Kepada :
Pembimbing :
dr. Wahju Ratna Martiningsih, Sp.M
Disusun Oleh :
Muhammad Hanan Ramahendra
H3A022025
Disusun Oleh:
Muhammad Hanan Ramahendra
H3A022025
Mengesahkan:
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Roemani Semarang
dr. Wahju Ratna Martiningsih, Sp.M
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
rahmat, taufik dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
ini, yang diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat mengikuti ujian
kepaniteraan klinik Stase Ilmu Kesehatan Mata. Laporan ini berjudul “ Ny.E 58
M. Hanan Ramahendra
DAFTAR ISI
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Tempat Tanggal Lahir : Semarang, 28 Februari 1971
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Meranggen
Agama : Islam
Pekerjaan : Jualan jajan Pasar
No. RM : 5X-XX-XX
Tanggal Periksa : 11 Januari 2023
B. Anamnesis
1. Keluahan Utama
Mata nyeri, gatal , menganjal, dan mengeluarkan cairan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik mata RS Roemani Semarang dengan
keluhan keluhan Mata Gatal , menganjal, dan mengeluarkan lodok
Keluhan muncul 1 minggu yang lalu. Awal mulanya terjadi 2 minggu
yang lalu pasien merasakan matanya merah, silau kalo lihat cahaya,dan
sering mengeluarka air mata, 1 minggu kemudian pasien merasakan
matanya gatal, mengeluarkan cairan putih, dan setiap bangun tidur
matanya susah melek karena lengket.
Keluhan lain pada mata kanan seperti mata perih ada(+), penglihatan
berkabut tidak ada (-), Nerocos (-), penglihatan kabur ada (+),
penurunan penglihatan(+), mata lengket ada(+) saat bangun tidur, mata
merah ada (+), mata cekot-cekot tidak ada (-), Penglihatan berkabut (-),
Pada mata kiri, tidak ada keluhan. Mual muntah tidak ada, pusing ada (+).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa : disangkal
Hipertensi : (+) kontrol rutin (amlodipine)
Diabetes Mellitus : (+) Kontrol rutin
Operasi mata : di akui 1 tahun yang lalu oprasi Blefaroplasty
Trauma pada mata: disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa : disangkal
Hipertensi : (+)
Diabetes Mellitus : disangkal
5. Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi
Riwayat pemakaian kacamata : di akui
Riwayat pemakaian kontak lensa : disangkal
Riwayat sering mengucek mata tanpa cuci tangan : di akui
Riwayat mata pernah terkena bahan kimia dan serangga : disangkal
Pekerjaan pasien adalah sebagai Penjual jajan pasar
Pembiayaan menggunakan BPJS, kesan ekonomi cukup
Kebiasaan melihat layer computer, Hp, Tv terlalu lama di sangkal
Saat Mengendarai sepeda motor menggunakan helm kaca tidak di
tutup : di akui
Tidak suka makan sayur, dan buah – buahan di sangkal
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Keadaan Umum : Tampak gatal
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 140/94 mmHg
Nadi : 101x/menit
Suhu : 36,5°C
RR : 20x/menit
2. Status generalisata
Kepala : Mesochephal
Hidung : Tidak dilakukan
Telinga : Tidak dilakukan
Mulut : Tidak dilakukan
Leher : Tidak dilakukan
Thorax : Tidak dilakukan
Abdomen : Tidak dilakukan
Ekstremitas : Tidak dilakukan
3. Status lokalis
Oculi Dextra Oculi Sinistra
20/50 Visus 20/40
Tanpa Koreksi Tanpa Koreksi
Skuama (-), madarosis (-), massa Suprasilia Skuama (-), madarosis (-), massa
(-), lesi (-), krusta (-) (-), lesi (-), krusta (-)
Distikhiasis (-), trichiasis (-) Silia Distikhiasis (-) trichiasis (-) krusta
krusta (-), skuama (-) (-), skuama (-)
Massa (-), hiperemis (-), pus (-). Palpebra Massa (-), hiperemis (-), pus (-).
Ptosis (-), spasme (-) Superior Ptosis (-), spasme (-)
Massa (-), hiperemis (-), pus (-). Palpebra Massa (-), hiperemis (-), pus (-).
Inferior
Corpus alienum (-), hiperemis (-) Konjungtiva Corpus alienum (-), hiperemis (-)
massa (-), secret (-). Palpebralis massa (-), secret (-).
Hiperemis (-), massa (-), secret Konjungtiva Hiperemis (-), massa (-), secret (-)
(-) Fornices
Sekret (+)warna Putih ke Konjungtiva Sekret (-), injeksi silier (-), injeksi
Kuningan, injeksi silier (+), Bulbi konjungtiva (-)
injeksi konjungtiva (-)
Kedudukan ortofori, Gerakan Bulbus Kedudukan ortofori, Gerakan
bebas ke segala arah. Oculi bebas ke segala arah.
Ikterik (-), hiperemis (-) Sklera Ikterik (-), hiperemis (-)
Jernih (-), edema (-), infiltrate Kornea Jernih (+), edema (-), infiltrate (-),
(-), ulkus (+), neovaskularisasi ulkus (-), neovaskularisasi (-).
(-).
COA cukup (+), hifema (-), Kamera COA (+) cukup, hifema (-),
hipopion (-), tyndal efek (-) Oculi hipopion (-), tyndal efek (-)
Anterior
Warna coklat, kripte melebar (-), Iris Warna coklat, kripte melebar (-),
sinekia (-), iris bombans (-) sinekia (-), iris bombans (-)
Bulat (+), central (+), regular Pupil Bulat (+), central (+), reguler (+),
(+), reflek pupil (+). reflek pupil (+)
Keruh (-), iris shadow (-). Lensa Keruh (-), iris shadow (-).
D. Pemeriksaan Tambahan
1. Pemeriksaan Slit Lamp
OD Ulkus Kornea
2. Test flouresin
+ terwarnai
E. Resume
Pasien datang ke poliklinik mata RS Roemani Semarang dengan
keluhan keluhan Mata Gatal , menganjal, dan mengeluarkan lodok
Keluhan muncul 1 minggu yang lalu. Awal mulanya terjadi 2 minggu
yang lalu pasien merasakan matanya merah, silau kalo lihat cahaya, dan
sering mengeluarka air mata, 1 minggu kemudian pasien merasakan
matanya nyeri, gatal, mengeluarkan cairan putih, dan setiap bangun
tidur matanya susah melek karena lengket.
Keluhan lain pada mata kanan seperti mata perih ada(+), penglihatan
berkabut tidak ada(-), Nerocos(-), penglihatan kabur ada (+),
penurunan penglihatan(+), mata lengket ada(+) saat bangun tidur, mata
merah ada (+), mata cekot-cekot tidak ada (-), Penglihatan berkabut (-),
Pada mata kiri, tidak ada keluhan. Mual muntah tidak ada, pusing ada (+).
Dari Pemeriksaan Fisik didapatkan Keadaan umum baik, kesadaran
compos mentis. Pada status Oftalmology didapatkan visus OD 20/50 OS
20/40, pemeriksaan segmen anterior pada Kornea OD ditemukan, Sekret
(+)berwarna putih kekuningan, pada Kongjungtiva Bulbi terdapat
injeksi Silier(+), ulcus (+) berwarna putih ke kuningan, defek epitel
dengan jaringan nekrotik (+).
F. Diagnosis
OD Ulkus Kornea Bakterial Central
G. Differential Diagnosis
OD Keratitis Superfisial Bakterial
OD Keratitis Superfisial Pseudomonas Aeruginosa
OD Corpus Alienum Kornea
H. Rencana Pengelolaan
Medikamentosa
Gentamichin 0,3% eye drop fl No. I
S 3 dd gtt 1 OD
Ofloxacin 0,3% eye drop fl No.I
S 2 dd gtt 1 OD
Non Medikamentosa
Rujuk Sp.M untuk dilakukan tindakan Keratoplasty
I. Edukasi
a. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskan-nya;
b. Jangan memegang atau meng-gosok-gosok mata yang meradang;
c. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering
mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang
bersih
d. Menghindari asap rokok, karena dengan asap rokok dapat
memperpanjang proses penyem-buhan luka.
e. Kontrol rutin
J. Prognosis
OD OS
Ad Vitam Dubia Ad bonam Ad bonam
Ad Sanam Dubia ad bonam ad bonam
Ad Visam Dubia ad bonam ad bonam
Ad Cosmeticam Dubia Ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi
Kornea adalah jaringan transparan, kornea disisipkan ke dalam sklera
pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulkus
skleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah,
sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke
posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan
epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan
Bowman, stroma, membran Descemet, dan lapisan endotel. Batas antara
sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa
cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Apabila kornea
mengalami edema karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak
sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan
melihat halo.1
Secara histologi lapisan kornea dari anterior ke posterior adalah
lapisan epitel, lapisan Bowman, stroma, membrana Decement, dan lapisan
endotel.
2. Lapisan Bowman:
Merupakan lapisan jernih selular yang terdiri atas kolagen yang tersusun
tidak teratur dan berasal dari bagian depan stroma. Tebalnya 8-14 µm.
Lapisan ini sangat tahan terhadap trauma tapi tidak akan terbentuk
kembali setelah trauma. Sebagai gantinya akan digantikan oleh jaringan
parut.2
3. Stroma:
Menyusun 90% ketebalan kornea. Tersusun dari kolagen yang
memproduksi keratosit, lapisandasar, dan lamela kolagen. Merupakan
jaringan avaskular yang beregenerasi lambat. Namun, sifat avaskularnya
membuatnya sebagai immunologically privileged site untuk graft.
Transplantasi rutin kornea dapat dilakukan tanpa memasukkan jaringan
utama. Peningkatan resiko penolakan dapat terjadi jika kornea memiliki
vaskularisasi yang banyak seperti saat trauma kimia atau inflamasi.
Beberapa kasus seperti graft donor jaringan atau imunosupresif dapat
diobati dengan siklosporin.2
Gambar 3. Struktur anatomi stroma kornea
4. Membrana Decemet:
Membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea yang
dihasilkan oleh sel endotel. Bersifat elastis dan berkembang terus seumur
hidup serta memiliki ketebalan 40 µm. Membrana descemet dan endotel
kornea merupakan permukaan posterior dari kornea yang berhubungan
dengan coa. Membrana descemet relatif cukup kuat terhadap trauma. Ia
akan tetap menjaga bentuk coa walaupun stroma kornea telah rusak total.
Ini karena ia bersifat sebagai membrana basalis, dimana jaringan hilang
akan beregenerasi oleh sel fungsional endotelial.2
Gambar 4. Struktur membrana Descemet dan endotel kornea
5. Lapisan endotel:
Berasal dari mesothelium berlapis satu dan berbentuk heksagonal
tebalnya 20-40 µm. Endotel melekat pada membran decement melalui
hemidesmosom dan zonula okluden. Endotel kornea menjaga
ketransparanan kornea. Sel epitel dengan densitas tinggi yang
mengaturnya. Endotel kornea tidak bisa beregenerasi, jika terjadi trauma
akan ditutup oleh pembesaran dan perpindahan sel.2
Kelima lapisan kornea bersifat avaskular dan memiliki sedikit sel serta
tak terstruktur. Metabolismenya cukup lambat, sehingga penyembuhannya
juga lambat. Kornea mendapat nutrisi dari nutrisi metabolik yang
bersumber dari diffusi dari ujung kapiler, difussi aquoos humor dan diffusi
dari tear film.2
Permukaan kornea dilapisi 3 lapisan tear film sehingga membuatnya
menjadi halus dan memberikan nutrisi. Tanpa tear film, permukaan kornea
tidak rata, sehingga membuat pandangan menjadi kabur. Enzim lisosom
yang terdapat di tear film juga melindungi mata dari infeksi. 2
Ketransparanan kornea dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu susunan
lamella fibrin kolagen di stroma kornea dan komposisi air di stroma
kornea yang selalu konstan 70%. Kombinasi fungsi dari epitel dan endotel
membuat jumlah air tetap konstan. Dimana epitelium menjaga stroma dari
luar dan endotelium berfungsi sebagai pompa ion untuk memindahkan air
dari stroma. Ini membutuhkan jumlah sel endotel dengan densitas tinggi
yang cukup, jumlah ini dipengaruhi oleh usia, normalnya mencapai 2500
cells/ mm2. Jika densitas sel kurang dari 300 cells/mm2, maka endotelium
tidak mampu memompa air keluar dari kornea, sehingga terjadilah udem
kornea. Seperti endotel, epitel berfungsi sebagai barier dan pengatur
pertukaran antara cornea, tear fil, dan aquos humor melalui diffuse.3
Kornea merupakan struktur vital dari mata yang sangat sensitif.
Kornea di persarafi oleh nervus trigeminus yang merupakan cabang dari
nervus ophtalmika. Sedikit sensasi taktil dapat membuat mata menutup
secara refleks. Pada trauma kornea (erosi, benda asing,
keratokonjungtivitis uv) mengekspos ujung-ujung sensori saraf dan
menyebabkan nyeri yang berkepanjangan dengan epifora dan
blepharospame. Ini merupakan trias dari trauma kornea.3
2. Definisi
Ulkus Kornea
Ulkus kornea merupakan diskontinuitas atau hilangnya sebagian
permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus
kornea diakibatkan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru
dan sel radang. Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri, berair, fotofobia,
blefarospasme, dan biasanya disertai riwayat trauma pada mata. Ulkus kornea
yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah
perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti descementocele, perforasi,
endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan
menimbulkan jaringan parut kornea dan merupakan penyebab kebutaan
nomor dua di Indonesia.4
3. Epidemiologi
4. Etiologi
Infeksi
a. Infeksi Bakteri
Infeksi Bakteri: P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies
Moraxella merupakan penyebab paling sering. Sebuah penelitian terbaru
menyebutkan bahwa telah ditemukan Acinetobacter junii sebagai salah
satu penyebab ulkus kornea. Penyebab ulkus kornea 38,85% disebabkan
oleh bakteri.5
b. Infeksi Jamur
disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium
dan spesies mikosis fungoides. Penyebab ulkus kornea 40,65%
disebabkan oleh jamur. 5
c. Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai.
Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan
epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus.5
d. Acanthamoeba
Infeksi kornea oleh Acantha-moeba sering terjadi pada pengguna
lensa kontak lunak. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai
lensa kontak yang terpapar air yang tercemar.5
Noninfeksi
a. Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung pH;
b. Radiasi atau suhu;
c. Sindrom Sjorgen;
d. Defisiensi vitamin A;
e.xObat-obatan (kortikosteroid, idoxiuridine, anestesi topikal,
immunosupresif);
f. Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma;
g. Pajanan (exposur)
h. Neurotropik.5
Sistem imun ( Reaksi Hipersensitifitas )
5. Faktor Resiko
b. kornea fungi
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna
keabu-abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular,
feathery edge dan terlihat penyebaran seperti bulu di bagian epitel
yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian
sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitar-nya. Pada infeksi
kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik dan dapat
terjadi neovasku-larisasi akibat rangsangan radang.7
c. Ulkus kornea virus
o Ulkus kornea Herpes Zoster
6. Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa:
1. Gejala subjektif
a. Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva;
b. Sekret mukopurulen;
c. Merasa ada benda asing di mata;
d. Pandangan kabur;
e. Mata berair;
f. Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus;
g. Silau;
h. Nyeri
2. Gejala objektif
a. Injeksi silier;
b. Hilangnya sebagian kornea dan adanya infiltrat;
c. Hipopion. 9
7. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan oftalmologis dengan menggunakan lampu celah serta
pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit
kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing,
abrasi, adanya Riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya
keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh.
Hendaknya ditanyakan pula Riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien
seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri,
fungi, virus terutama keratitis herpes simplek.10
Pada pemeriksaan oftakmologis didapatkan gejala berupa adanya
injeksi siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea
disertai adanya jaringan nekrotik. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang
disertai dengan hipopion. Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan
diagnostic seperti ketajaman penglihatan, pemeriksaan slit-lamp, respon
reflek pupil, pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi, dan scrapping
untuk
analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH). Karena gambaran
klinis tidak dapat digunakan untuk membuat diagnosis etiologik secara
spesifik, diperlukan pemeriksaan mikrobiologik, sebelum diberikan
pengobatan empiric dengan antibiotika. Pengambilan spesimen harus dari
tempat ulkusnya, dengan membersihkan jaringan nekrotik terlebih dahulu;
dilakukan secara aseptik menggunakan spatula Kimura, lidi kapas steril,
kertas saring atau Kalsium alginate swab. Pemakaian media penyubur BHI
(Brain HeartInfusion Broth) akan memberikan hasil positif yang lebih
baik dari pada penanaman langsung pada medium isolasi. Medium yang
digunakan adalah medium pelat agar darah, media coklat, medium
Sabaraud untuk jamur dan Thioglycolat. Selain itu dibuat preparate untuk
pengecatan gram. Hasil pewarnaan gram dapat memberikan informasi
morfologik tentang kuman penyebab yaitu termasuk kuman gram (+) atau
Gram (-) dan dapat digunakan sebagai dasar pemilihan antibiotika awal
sebagai pengobatan empirik.10
8. Diagnosis Banding
Diferensial diagnosis dari ulkus kornea bakterialis adalah keratitis
yang disebabkan mikroorganisme lainnya (fungi, parasit, virus,
mycobacterium), Uveitis Anterior.11
9. Penatalaksanaan
Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh
spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea.
1. Penatalaksanaan nonmedikamentosa:
a. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskan-nya;
b. Jangan memegang atau meng-gosok-gosok mata yang meradang;
c. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering
mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang
bersih
d. Menghindari asap rokok, karena dengan asap rokok dapat
memperpanjang proses penyem-buhan luka. 12
2. Penatalaksanaan medikamentosa:
Penatalaksanaan ulkus kornea harus dilakukan dengan pemberian
terapi yang tepat dan cepat sesuai dengan kultur serta hasil uji
sensitivitas mikroorganisme penyebab. Adapun obat-obatan
antimikrobial yang dapat diberikan berupa:
A. Antibiotik
11. Prognosis
OD OS
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam ad Bonam
Quo ad Sanam : Dubia ad Bonam ad Bonam
Quo ad Visam : Dubia ad Bonam ad Bonam
Quo ad Cosmaticam : Dubia ad Bonam ad Bonam
BAB III
KESIMPULAN