Anda di halaman 1dari 17

DIET RENDAH GARAM DAN RENDAH PURIN

PAPER KULINER LANJUT

Dosen Pengampu:
Putri Ronitawati, S.K.M, M.Si

Disusun oleh (kelompok 5):

Graciella - 20210302032

Sherlita Amanda Saputri - 20210302033

Muhammad Raihan - 20210302083

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA

2022
DIET RENDAH GARAM

BAB I

PENDAHULUAN

Garam merupakan salah satu bumbu dapur yang sering digunakan untuk memberikan
rasa pada makanan, namun dapat menjadi masalah jika garam dikonsumsi dalam jumlah yang
banyak. Pada umunya makanan sehari-hari cukup untuk memenuhi kebutuhan natriun yang
dibutuhkan oleh tubuh sehingga tidak ada penetapan kebutuhan natrium sehari. WHO (1990)
menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram per hari (dengan 2400 mg
natrium). Kebiasaan mengonsumsi makanan yang berlemak dan makanan yang memiliki
kadar garam tinggi (makanan asin) bersamaan dengan kurangnya aktivitas fisik maka akan
memperbesar risiko terjadinya penyakit hipertensi.

Menurut National Institutes of Health (2015), tekanan darah normal merupakan


tekanan darah kurang dari atau setara dengan 120/80 mmHg. Hipertensi masih menjadi
penyebab utama kematian di Indonesia. Orang dengan tekanan darah tinggi seringkali tidak
merasa tinggi dan akhirnya menderita komplikasi tekanan darah tinggi, oleh karena itu sering
disebut sebagai silent killer. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mencegah tekanan
darah tinggi semakin parah adalah dengan mengonsumsi makanan rendah garam. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan diet rendah garam pada pasien hipertensi.

Penyakit hipertensi terus mengalami kenaikkan seiring dengan bertambahnya jumlah


penduduk. Menurut Riskesdes (2018) menyatakan bahwa prevalensi hipertensi berdasarkan
hasil pengukuran penduduk pada usia ≥18 tahun sebesar 34,1%. Di Indonesia estimasi jumlah
kasus hipertensi berada pada angka 63.309.620 orang, sedangkan kematian akibat hipertensi
di Indonesia sebanyak 427.218 kematian.

Seseorang yang mengidap hipertensi akan memiliki penderitaan yang lebih berat jika
memiliki banyak faktor penyerta. Hampir 90% penderita hipertensi tidak dapat diketahui
penyebabnya dengan alasan yang pasti. Para ahli membagi dua kelompok faktor pemicu
timbulnya hipertensi, yaitu faktor terkontrol dan faktor tidak terkontrol. Faktor yang dapat
dikontrol berupa kegemukan, konsumsi garam berlebih, kurang olahraga dan kebiasaan
merokok serta mengonsumsi alkohol. Sedangkan fakor tidak terkontrol merupakan faktor
keturunan, jenis kelamin dan usia seseorang.
Meskipun sebagian besar penderita hipertensi menganut diet rendah garam, namun
masih banyak yang tidak mengikuti diet rendah garam, sikap, dukungan keluarga, dan harga
diri. Kesimpulan dari penelitian ini adalah jika pasien hipertensi memiliki pengetahuan,
sikap, dan dukungan keluarga yang cukup tentang penerapan diet rendah garam, dan jika
mereka memiliki kesadaran untuk mengontrol tekanan darahnya, maka penerapan diet rendah
garam pada pasien hipertensi bisa adalah mungkin. Sudah selesai dilakukan dengan baik.
Saran bagi tenaga kesehatan dapat memberikan anjuran diet rendah garam agar penderita
tekanan darah tinggi dapat menerapkan diet rendah garam dengan baik untuk mengontrol
tekanan darahnya.
BAB II

PEMBAHASAN

Hipertensi atau dikenal dengan penyakit darah tinggi dimana penyakit ini tidak dapat
dipandang rendah akibatnya. darah tinggi juga merupakan salah satu faktor untuk tumbuhnya
penyakit lain seperti jantung dan stroke. Hipertensi bukan merupakan penyakit yang akan
membunuh pasiennya secara langsung, tetapi penyakit ini dapat memicu penyakit-penyakit
lainnya.

Menurut National Institutes of Health (2015). Tekanan darah normal adalah kurang
atau sama dengan 120/80 mmHg, sedangkan jika seseorang menderita hieprtensi maka
tekanan darahnya akan lebih dari 140/90 mmHg. Nilai yang lebih tinggi (140 mmHg) disebut
dengan tekanan darah sistolik akan menunjukkan fase darah yang dipompa oleh jantung.
Nilai yang lebih rendah (90 mmHg) disebut sebagai tekanan darah diastolik yang merupakan
fase darah kembali menuju jantung.

Penyebab hipertensi dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

● Hipertensi primer atau esensial

Hipertensi yang tidak diketahui apa penyebabnya, walaupun sering kali


dikaitkan dengan gaya hidup seseorang seperti jarang melakukan aktifitas fisik dan
pola makan mereka. penyebab hipertensi primer ini terjadi pada 90% hipertensi.

● Hipertensi skunder atau non esensial

Hipertensi ini kebalikan dari hipertensi primer yaitu hipertensi yang diketahui
apa penyebabnya. hipertensi skunder ini 5-10% penderitanya disebabkan oleh
penyakit ginjal, sedangkan pada 1-2% diakbatkan terjadi kelainan hormonal atau
memakai obat-obat tertentu.

Diet rendah garam adalah diet masakkan yang dibuat tidak menggunakan garam atau
menggunakan garam dengan batasan tertentu. Biasanya garam yang sering digunakan adalah
garam natrium. Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstrasluler yang berfungsi
untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. Namun, mengkonsumi natrium dalam
jumlah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan cairannya sehingga dapat menyebabkan edema/asites dan hipertensi.

Tujuan dari diet rendah garam adalah untuk membantu tubuh menurunkan tekanan
darah dan mempertahankan tekanan darah menuju tekanan darah normal, membantu
menghilangkan retensi cairan dalam tubuh dan untuk mencegah komplikasi penyakit tekanan
darah tinggi. Diet rendah garam I boleh mengonsumsi natrium sebanyak 200-400 mg Na/hari,
diet rendah garam II boleh mengonsumsi 600-800 mg Na/hari dan diet rendah garam III
boleh mengosumsi 1000-1200 mg Na per hari di dalam makanannya.

● Syarat diet rendah garam


- Cukup energi, protein, mineral dan vitamin.
- Sifat dan komposisi makanan sesuai dengan keadaan penyakit.
- Jumlah natrium disesusaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air dan/atau
hipertensi.
- Konsumsi kurang dari 5 gram garam meja beryodium per hari (1 sendok teh per porsi)
dan batasi sumber natrium lainnya.
- Konsumsi makanan sumber kalium, kalsium dan magnesium meningkat.
- Batasi asupan lemak jenuh tidak lebih dari 10% dari total energi per hari.

Tabel 1. Bahan Makanan Dianjurkan DGR

Bahan Makanan Dianjurkan

Sumber karbohidrat Beras, kentang, singkong, terigu, tapioka,


hunkwe, gula, makanan yang diolah dari
bahan tersebut di atas tanpa garam dapur
dan soda seperti: makaroni, mi, bihun, roti,
biskuit, kue kering
Sumber protein hewani Daging dan ikan maksimal 100 gram
perhari, telur maskimal 1 butir perhari

Sumber protein nabati Seluruh jenis kacang-kacangan dan hasilnya


yang diolah dan dimasak tanpa garam dapur

Sayuran Semua jenis sayuran segar; sayuran yang


diawetkan tanpa menggunakan garam dapur
dan natrium benzoat

Buah-buahan Semuah buah-buahan segar; buah yang


diawetkan tanpa menggunakan garam dapur
dan natrium benzoat

Lemak Minyak goreng, margarin dan mentega


tanpa garam

Minuman Teh dan kopi

Bumbu Semua bumbu-bumbu kering yang tidak


mengandung garam dapur dan ikataan
natrium lainnya, garam dapur sesuai dengan
ketentuan Diet rendah garam II dan III
Tabel 2. Bahan Makanan Tidak Dianjurkan DGR

Bahan Makanan Tidak Dianjurkan

Sumber karbohidrat Roti, biskuit dan kue-kue yang diolag


menggunakan garam daput dan/atau baking
powder dan soda.

Sumber protein hewani Otak, ginjal, lidah, sardin, daging, ikan,


susu, dam telur yang diawet dengan garam
dapur seperti daging asap, ham, bacon,
dendeng, abon, keju, ikan asin, ikan kaleng,
kornet, ebi, udang kering, telur asin, dan
telur pindang.

Sumber protein nabati Keju, kacang tanah dan semua


kacang-kacangan dan hasilnya yang
dimasak dengan garam dapur dan ikatan
natrium lainnya.

Sayuran Sayuran yang dimasak dan diawetkan


dengan garam dapur dan ikatan natrium
lainnya

Buah-buahan Buah-buahan yang diawetkan menggunakan


garam dapur dan ikatan natrium lainnya

Lemak Margarin dan mentega biasa


Minuman Minuman ringan

Bumbu Garam dapur untuk Diet Garam Rendah I,


baking powder, soda kue, vetsin dan
bumbu-bumbu yang mengandung garam
dapur (contoh: kecap, terasi, maggi, tomato
ketchup, petis dan tauco)
BAB III

KESIMPULAN

Garam merupakan salah satu bumbu dapur yang sering digunakan untuk memberikan
rasa pada makanan, namun dapat menjadi masalah jika garam dikonsumsi dalam jumlah yang
banyak. Pada umunya makanan sehari-hari cukup untuk memenuhi kebutuhan natriun yang
dibutuhkan oleh tubuh sehingga tidak ada penetapan kebutuhan natrium sehari. WHO (1990)
menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram per hari (dengan 2400 mg
natrium). Kebiasaan mengonsumsi makanan yang berlemak dan makanan yang memiliki
kadar garam tinggi (makanan asin) bersamaan dengan kurangnya aktivitas fisik maka akan
memperbesar risiko terjadinya penyakit hipertensi.

Menurut National Institutes of Health (2015). Tekanan darah normal adalah kurang
atau sama dengan 120/80 mmHg, sedangkan jika seseorang menderita hieprtensi maka
tekanan darahnya akan lebih dari 140/90 mmHg. Nilai yang lebih tinggi (140 mmHg) disebut
dengan tekanan darah sistolik akan menunjukkan fase darah yang dipompa oleh jantung.
Nilai yang lebih rendah (90 mmHg) disebut sebagai tekanan darah diastolik yang merupakan
fase darah kembali menuju jantung.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (1978). Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dalimartha, S., Purnama, B. T., Sutarina, N., Mahendra, & Dermawan, R. (2008). Hipertensi.

Jakarta: Penebar Plus.

Nur, Nisrina. (2021). Literature Review: Diet Rendah Garam pada Penderita Hipertensi.

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Vol 5 No.2.

Palimbong, Sarlina; Dyah, Maria; Refilda, Rani. (2018). Keefektifan Diet Rendah Garam I

pada Makanan Biasa dan Lunak terhadap Lama Kesembuhan Pasien Hipertensi.

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah. Vol 3 No.1.

Yartin, Siti. (2019). INTERVENSI DIET RENDAH GARAM UNTUK MENGONTROL

INTAKE GARAM MELALUI PENDEKATAN SELF EFFICACY THEORY PADA

PASIEN HEMODIALIS. Makassar: Fakultas Ilmu Kepertawatan.


DIET RENDAH PURIN

BAB I

PENDAHULUAN

Purin adalah senyawa amina bagian dari protein yang menyusun tubuh makhluk
hidup, bahkan sistem metabolisme tubuh kita sendiri juga memproduksi purin. Hal ini
mengandung arti bahwa semua bahan makanan mengandung purin,sehingga purin tidak
pernah dapat disingkirkan sama sekali dari diet sehari hari.Hanya saja setiap makanan
mengandung purin dengan kadar yang berbeda-beda sehingga pengaruh yang ditimbulkannya
pun berbeda-beda juga (Kusumayanti, 2015).
Salah satu penyakit yang harus membatasi konsumsi purin adalah asam urat.
Seseorang yang telah mengalami pembengkakan sendi karena asam urat harus melakukan
pembatasan konsumsi purin. Hampir semua bahan makanan sumber protein mengandung
nukleoprotein. Asupan purin normal biasanya mengandung 600-1000 mg purin per hari dan
untuk penderita asam urat membatasi asupan purin menjadi 100-150 mg purin per hari
(Misnadiarly, 2007).
Secara alamiah, asam urat merupakan senyawa yang diproduksi oleh tubuh untuk
mengurai purin. Purin merupakan zat alami yang memiliki beberapa fungsi penting bagi
tubuh. Mulai dari mengatur pertumbuhan sel hingga menyediakan energi. Nantinya, ketika
sudah selesai digunakan tubuh, asam urat akan dibuang melalui urine.
Ada dua sumber utama purin yaitu purin yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan purin
yang didapatkan dari asupan makanan. Zat purin yang diproduksi oleh tubuh jumlahnya
mencapai 85%. Untuk mencapai 100%, tubuh manusia hanya memerlukan asupan purin dari
luar tubuh (makanan) sebesar 15%. Ketika asupan purin dari makanan melebihi 15% akan
terjadi penumpukan zat purin, akibatnya asam urat akan ikut menumpuk. Hal ini
menimbulkan risiko penyakit asam urat (Noviyanti, 2015).
Setiap manusia memiliki asam urat pada tubuhnya, dikarenakan pada setiap
metabolisme normal itu dihasilkan asasm urat. Asam urat yang terdapat dalam tubuh kita
tentu saja kadarnya tidak boleh berlebihan. Asam urat dapat berlebih disebabkan adanya
pemicu, yaitu makanan dan senyawa lain yang banyak mengandung purin. Dikarenakan
tubuh menyediakan 85% senyawa purin untuk kebutuhan setiap hari, hal ini berarti bahwa
kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15% (Artinawati, 2014).
Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen
asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Faktor risiko yang menyebabkan orang
terserang penyakit asam urat adalah usia, asupan senyawa purin berlebih, konsumsi alkohol
berlebih, kegemukan, hipertensi dan penyakit jantung, obat-obatan (terutama diuretika) dan
gangguan fungsi ginjal.
Asam urat adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh metabolisme abnormal
purin yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Asam urat yang
terdapat dalam tubuh kita tentu saja kadarnya tidak boleh berlebihan. Asam urat dapat
berlebih disebabkan adanya pemicu, yaitu makanan dan senyawa lain yang banyak
mengandung purin. Sesungguhnya tubuh menyediakan 85% senyawa purin untuk kebutuhan
setiap hari, hal ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15%
(Artinawati, 2014).
Kadar asam urat dalam darah ditentukan oleh keseimbangan antara produksi (10%
pasien) dan ekskresi (90% pasien). Bila keseimbangan ini terganggu maka dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah yang disebut dengan
hiperurisemia (Manampiring, 2011).

BAB II

PEMBAHASAN

Asupan purin
Menurut (Siti Rahmawati, 2010) asupan makanan mempengaruhi kadar asam urat
dalam tubuh yaitu makanan yang mengandung tinggi kadar purinnya. Adapun makanan yang
mengandung tinggi purin terdapat 3 golongan yaitu golongan A, golongan makanan yang
memiliki kandungan purin tinggi (150 – 1000 mg/100 gram), golongan B, golongan makanan
yang memiliki kandungan purin sedang (50 – 150 mg/100 gram), golongan C, golongan
makanan yang memiliki kandungan purin rendah (0-15 mg/ 100 gram).

Diet rendah purin


Diet rendah purin diberikan pada penderita Arthritis Gout agar tidak terjadinya
penumpukan kristal monosadium urat di dalam ataupun disekitar persendian (Zahara, 2013).
Asam urat merupakan kristal putih tidak berbau dan tidak berasa lalu mengalami dekomposisi
dengan pemanasan menjadi sianida (HCN) sehingga cairan ekstraselular yang disebut sodium
urat. Jumlah asam urat dalam darah di pengaruhi oleh intake purin, biosintesis asam.
Diet rendah purin adalah salah satu penatalaksanaan yang dilakukan pada penderita
gout, karena pengaruh asupan tinggi purin yang didapat dari makanan dapat mengakibatkan
bertambahnya kadar asam urat dalam tubuh. Asam urat sendiri merupakan metabolisme
dari purin.
Diet pada asam urat adalah diet yang rendah purin, rendah lemak, cukup vitamin dan
mineral. Diet ini dapat menurunkan berat badan, bila ada tanda-tanda berat badan berlebih.
Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme dari purin yaitu salah satu komponen asam
nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh (Andry;Saryono, Upoyo, 2009). Tujuan diet Gout
Arthtritis atau Diet Purin adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
serta menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin (Sunita, 2007).
Purin berasal dari makanan yang mengandung protein contohnya, jeroan,
daging, kerang, kepiting, udang, emping,kacang-kacangan,bayam,kangkung,kubis, durian,
nanas, tape, alkohol, dan lain-lain.Kertia (2009), mengatakan bahwa kopi bisa
mengakibatkan asam urat. Selain itu salah satu faktor yang dapat mempengaruhi asam urat
adalah makanan yang tidak seimbang (asupan protein yang mengandung purin terlalu
tinggi) (Utami,2009). Didalam tubuh perputaran purinterjadi secara terus menerus
sehinggadengan sintesis dan penguraian RNA dan DNA, sehingga walaupun tidak ada
asupan.

Pembatasan Konsumsi Purin


Seseorang yang telah mengalami pembengkakan sendi karena asam urat harus
melakukan pembatasan konsumsi purin. Hampir semua bahan makanan sumber protein
mengandung nukleoprotein. Asupan purin normal biasanya mengandung 600-1000 mg purin
per hari dan untuk penderita asam urat membatasi asupan purin menjadi 100-150 mg purin
per hari (Misnadiarly, 2007).

Syarat diet rendah purin


1. Energi diberikan cukup sesuai dengan kebutuhan

2. Hindari bahan makanan sumber protein yang mempunyai kandungan purin >
150mg/100gr

3. Vitamin dan mineral diberikan sesuai kebutuhan


4. Cairan disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap hari. Banyak minum untuk
membantu pengeluaran kelebihan asam urat, 2 - 3 liter/hari untuk mencegah terjadinya
pengendapan asam urat dalam ginjal (batu ginjal).

5. Apabila berat badan lebih, dianjurkan untuk menurunkan berat badan karena akan
membantu menurunkan kadar purin dalam darah.

Bahan makanan yang dianjurkan, dibatasi, dan dihindari unruk diet rendah purin:

Bahan Makanan Dianjurkan Dibatasi Dihindari

Sumber Nasi, Bubur, Bihun, Roti,


Karbohidrat Gandum, makaroni,
Pasta, Jagung, Kentang,
Ubi, Talas, Singkong,
Havermout

Sumber Protein Putih telur, susu Daging, ayam, ikan Yang mengandung
Hewani krim/susu rendah lemak tongkol, tenggiri, tinggi purin, Kadar
bawal, bandeng, purin antara 150 - 800
kerang, udang dibatasi mg/100 gram bahan
maksimum 50 gram makanan : hati, ginjal,
/hari jantung, limpa, otak,
ham, sosis, babat,
usus, paru, sarden,
kaldu, daging, bebek,
burung, angsa, remis
dan ragi.
Sumber Protein Tempe,Tahu
Nabati maksimum 50
gram/hari dan
kacang-kacangan
(Kacang hijau, kacang
tanah, kedelai) paling
banyak 25 gram/hari

Sayuran Wortel, labu siam, kacang Bayam, daun/biji


Panjang, terong, pare, melinjo, kapri, kacang
oyong, ketimun, labu air, polong, kembang kol,
selada air, tomat, selada, asparagus, kangkung
lobak, buncis dan jamur maksimum
100 gram/hari

Buah-Buahan Semua macam


buah-buahan

Minuman Semua macam minuman The Kental atau Kopi Minuman Yang
yang tidak beralkohol mengandung soda dan
alkohol : soft drink,
arak, ciu, bir

Lain-lain Semua macam bumbu Makanan yang Ragi dan Kaldu


secukupnya berlemak dan
penggunaan santan
kental, makanan yang
digoreng
BAB III

KESIMPULAN

Purin adalah hasil metabolisme protein yang dapat membentuk kristal asam urat dan
dapat menumpuk pada sendi-sendi tangan serta ginjal/saluran kencing. Tujuan diet
ini adalah untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah dan memperlancar
pengeluaran asam urat.

Ketika purin endogen dan eksogen diproses oleh tubuh, produk sampingannya adalah asam
urat. Biasanya, sekitar 90 persen asam urat bisa diserap kembali oleh tubuh dan sisanya
dibuang lewat urin dan kotoran. Nah, asam urat tinggi terjadi ketika tubuh tidak bisa
memproses purin secara optimal, sehingga ada terlalu banyak asam urat di dalam darah
(kadar asam urat tinggi). Alhasil, orang dengan asam urat tinggi pun disarankan untuk
menghindari makanan yang tinggi purin, agar kondisinya tidak memburuk dan menyebabkan
batu ginjal atau artritis gout.

Diet rendah purin adalah diet yang dilakukan untuk meminimalkan jumlah purin dalam
tubuh, dan mengurangi jumlah asam urat dalam darah. Hasil metabolisme purin adalah asam
urat. Ketika kadar asam urat melebihi jumlah yang dapat diproses oleh tubuh, maka asam
tersebut akan membentuk kristal dalam darah yang bisa menyebabkan gout maupun batu
ginjal. Terdapat dua langkah penting dari diet rendah purin, yaitu dengan menghindari
makanan yang mengandung purin tingkat tinggi dan mengonsumsi makanan yang dapat
membantu tubuh mengendalikan kadar asam urat.

Prinsip diet rendah purin yaitu mengurangi makanan tinggi purin, membatasi penggunaan
lemak karena lemak cenderung menghambat pengeluaran purin, serta harus banyak minum
air putih untuk mengeluarkan kelebihan asam urat (2-3 liter/hari) dan untuk mencegah
pengendapan asam urat di ginjal.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/5385/3/BAB%20II%20TINJAUAN%20PUS
TAKA.pdf
Ariani. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Diet Rendah Purin Pada
Penderita Gout. Journal keperawatan

Jurnal Kesehatan Tujuh Belas (Jurkes TB)ISSN : 2715-0976Vol.1, No.1 November 20191
HUBUNGAN DIET RENDAH PURIN DENGAN KADAR ASAM
URATPADAPENDERITA GOUT
Amik Muladi Yuni Setiawati2
Notoadmodjo. 2012.Promosi KesehatandanPerilakuKesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta

Jurnal Kesehatan Medika Saintika Volume 9 Nomor 2 https://jurnal.syedzasaintika.ac.id


Annita1, Sri Wahyuni Handayani

Zahara, R. (2013). Arthritis Gout Metakarpal Dengan Prilaku Makan Tinggi Purin
Diperberat Oleh Aktivitas Mekanik Pada Kepala Keluarga Dengan Posisi
Menggenggam Statis. Medula, 1(3), 67–76. https://doi.org/10.1002/hipo.20006

Sunita, A, (2006). Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta; PT Gramedia Pustaka


Umum. Husnah, & Chamayasinta, R. D. (2013). Hubungan Pengetahuan Diet Purin dengan
Kadar Asam Uat Pasien Gout Arthritis. Kedokteran Syiah Kuala, 13–17. Retrieved
from http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/3291

Anda mungkin juga menyukai