Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

1-‫ احواله واألغراض البالغية من احواله‬:‫المسند اليه‬


Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah Ilmu Ma’ani

Dosen Pengampu: Maman Dzul Iman, S.Ag., M.A.

Disusun oleh Kelompok 6:

Yuni Nuril Hikmah 2108102031

Siti Nurhabibah 2108102042

Mohammad Nanda F 2108102115

KELAS 4/C
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Musnaid Ilaih


Secara etimologi musnad ilaih artinya yang disandarkan kepadanya atau
khobarnya. Sedangkan secara teminologi musnad ilaih adalah: “Musnad Ilaih adalah
mubtada’ yang mempunyai khabar, fa’il, naib al-fa’il, dan beberapa isim dari ‘amil
nawasikh”. Dalam pengertian lain, musnad ilaih adalah kata-kata yang dinisbatkan
kepadanya suatu hukum, pekerjaan, dan keadaan. “Posisi musnad ilaih adalah fa’il,
na’ibul fa’ilnya, dan mubtada yang memiliki kobar, apa saja yang aslinya seperti
mubtada seperti isim kanaa dan temannya, maf’ul awal untuk dzonna dan temannya”
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian musnad ilaih adalah tempat
penyandaran berita atau kata yang dikenai sebuah hukum, dan dapat berupa fa'il,
na'ibul fa'il dan mubtada yang memiliki khobar dan segala bentuk aslinya seperti
mubtada.
Musnad Ilaih dalam Ilmu Balaghah dan Nahwu Dalam mempelajari ilmu
balaghah, kita telah mengetaui dua unsur dasar yang tersusun pada setiap kalam
khabar dan kalam insya yaitu al-musnad dan al-musnad ilaih. Agar mudah
memahaminya perhatikanlah contoh berikut :
(Muhammad berdiri) ‫محمد قائم‬
Dalam kalimat ini, ‫ محمد‬sebagai tempat disandarkannya pebuatan berdiri atau
disebut al-musnad ilaihi. Sedangkan ‫ قائم‬adalah perbuatan yang disandarkan kepada
‫ محمد‬atau disebut al-musnad. Pola pembentukan kalimat dalam ilmu nahwu biasanya
biasanya berupa ‫( الجملةاإلسمیة‬tediri mubtada dan khobar) dan ‫( الفعلیة الجملة‬terdiri dari
fi’il dan fa’il). Coba perhatikan jumlah ismiyya di bawah ini!
(Muhammad berdiri) ‫محمد قائم‬
Pada jumlah ismiyyah di atas, kita dapat mengetahui bahwa ‫ محمد‬dalam ilmu nahwu
berfungsi sebagai mubtada’, yang dalam ilmu balaghah berfungsi sebagai al-musnad
ilaihi. Sedangkan ‫ ق[[ائم‬dalam ilmu nahwu berfungsi sebagai khobar, yang berarti
berfungsi sebagai al-musnad dalam ilmu balaghah. Begitu juga pada contoh jumlah
fi’liyyah dibawa ini :
‫محمد قام‬
(Muhammad telah berdiri)

2
Perbuatan yang disandarkan adalah fi’il berdiri ‫ القیام‬. Adapun tempat besandarnya
perbuatan berdiri adalah fa’il, yaitu Muhammad yang dikenal sebagai al-musnad
ilaih.
B. Macam-macam Musnaid Ilaih

1. Fa’il
‫ختم هللا على قلوبھم‬
Allah telah menutup hati mereka

2. Naibul Fa’il
‫كتب علیكم الصیم‬
Diwajibkan atas kamu berpuasa
3. Mubtada’
‫هللا نور السماوات و األرض‬
Allah (pemberi) cahaya (kepad)a langit dan bumi
4. Isim ‫ كان‬dan sejenisnya
‫وكان هللا علیما حكیما‬
Dan Allah Maha mengetahui dan Maha Bijaksana
ّ dan sejenisnya
5. Isim ‫إن‬
ّ
‫إن المنافقین لكاذبون‬
Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta
6. Maf’ul pertama ‫ ظن‬dan sejenisnya
‫ظن األستاذ محمدا غائبا‬
Ustadz telah mengira bahwa Muhammad absen
7. Maf’ul kedua dari ‫ رأى‬dan sejenisnya
‫رأیت أ ّن الطالب مجتھدین[ في دراستھم‬

Saya melihat sesungguhnya murid-murid itu rajid dalam pelajaran mereka

3
C. Pengungkapan Musnad Ilaih dan Rahasia Nilai-Nilai Balaghahnya

1. Penyebutan Musnad Ilaih dan Rahasia Nilai-Nilai Balaghahnya


Ad-Zikr secara leksikal berarti menyebut. Sedangkan dalam terminologi ilmu
balaghah, adz-zikr adalah menyebut musnad ilaih. Adz-dzikr merupakan kebalikan
dai al-hadzf.

‫ من جاء؟‬: ‫ جوابا لمن سأل‬،‫االستاذ جاء‬

“Ustadz telah datang”, jawaban dari yang bertanya : “Siapa yang datang?”

Dalam paktek berbahasa, adz-dzikr mempunyai bebeapa tujuan, yaitu:

1. Al-idhah wa al-tafriq (menjelaskan dan membedakan)


Penyebutan musnad ilaih pada suatu kalimat salah satunya betujuan untuk
menjelaskan subjek pada suatu nisbah. Jika musnad ilaih itu tidak disebutkan maka
tidak akan muncul kesan kekhususannya.

‫( محمد محاضر‬Muhammad Ceramah)

Sebagai jawaban dari:

(Siapa yang ceramah?) ‫المحاضرمن‬

2. Taladzudz (senang menyebutnya)

Seorang mutakalim yang menyayangi sesuatu ia akan banyak menyebutnya.

‫من أح ّب شیأ كثر ذكره‬

“Barangsiapa yang mencintai sesuatu ia pasti akan banyak menyebutnya”

‫ھل یحبّك حبیبك ؟ يحبّني حبيبي‬

“Apakah keklasihmu mencintaimu? Kekasihku mencintaiku”

4
3. Ihanah (untukmenghina)

‫السارق قادم‬

“pencuri itu telah datang” jawaban ini untuk orang yang menanyakan

‫ھل حضر السرق ؟‬

“Apakah pencuri itu telah datang?”

4. Tasjil ‘ala al-sami’ hattalaayata-attalahu al inkar.

Artinya pendengar mencatat hukum (di muka hakim) agar tidak mudah bagi
pendengar untuk mengingkari.

‫ھل أقر زید بأن علیھ كذا؟‬

”apakah Zaid ini mengakui bahwa ia menanggung demikian?” Kemudian saksi


menjawab:

29‫ زید ھذا أقر بأن علیھ كذا‬، ‫نعم‬

“Ya, Zaid ini mengakui bahwa ia menanggung demikian”.

5. Ar-rodhu ‘alal mukhotob (Penolakan pada Mukhatab)

‫هللا واحد‬

“Allah itu Maha Esa”

Ungkapan bentuk penolakan

‫ هللا ثالث ثالثة‬:‫رب على من قال‬

“Allah itu ada tiga”

2. Pelepasan (Hadzf) Musnad Ilaih dan Rahasia Balaghahnya

Al-Hadzfu secara leksikal bermakna membuang. Sedangkan maksudnya dalam


teminologi ilmu balaghah adalah membuang atau melepaskan musnad ilaih al-hafdz

5
memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1. Untuk meringkas atau karena sempitnya keadaan

‫ علیل‬: ‫ كیف أنت ؟قلت‬:‫قال لي‬

Dia berkata kepadaku : “Bagaimana keadaanmu?”. Aku berkata “Luar biasa”

Pada dialog di atas terdapat kalimat yang padanya dibuang musnad ilaih, yaitu pada
kata ‘‫’علیل‬. kalimat lengkapnya adalah ‘‫’أناعلیل‬.
2. Dalam sebua sya’ir terdapat suatu ungkapan:

‫سھر دائما وحزن طویال‬

Kalimat lengkap dari ungkapan tesebut adalah :

‫حالي سھر داما وحزن طویال‬

Kata yang dibuang pada kalimat di atas adala musnad ilaihnya, yaitu ‘‫’حال‬.

3. Me ma’rifatkan Musnad Ilaih dan Rahasia Nilai-Nilai Balaghahnya


Dalam konteks tertentu musnad ilaih perlu di ma’rifatkan. Konteks-konteks tersebut
menunjukkan tujuan yang di maksudkannya. Mema’rifatkan musnad ilaih bisa dengan
berbagai cara, yakni:

1. Me ma’rifatkan musnad ilaih dengan dhamir

Me-ma’rifatkan musnad ilaih dalam suatu kalimat bisa juga dengan isim dhamir.
Bentuk isim dhamir ada pada beberapa bentuk, yaitu:

a. Isim dhamir dalam bentuk mutakallim, contoh sabda Nabi SAW:

‫ أنا ابن عبد المطلب‬،‫أنا النبي ال أكذب‬


“Sayalah nabi yang tiada berdusta, Sayalah putra Abdul Muthalib”

b. Isim dhamir dalam bentuk mukhattab, contoh:


‫ال اله اال انت‬
“Tiada tuhan selain kamu”
c. Isim dhomir dalam bentuk ghaib, contoh:
‫ه َُو هللا تبارك وتعالى‬
“Dialah Allah yang Maha Suci lagi Maha Luhur”

6
2. Me ma’rifatkan musnad ilaih dengan isim alam. Diantaranya adalah:
a. Supaya membuahkan kesan pertama yang mantap dalam perhatian pendengar.
“Zaid mencintaiku”‫زید أحبني‬

b. Untuk memperoleh keberkahan


” ‫"هللا أكرمني‬
"Allah memuliakanku”.
Contoh tersebut merupakan jawaban dari pertanyaan
‫ھل أكرمك هللا؟‬
c. Kinayah menyindir
Suatu makna yang ingin di ketahui makna asalnya sebelum menjadi nama diri.
‫ابو لهب فعل كذا‬
Abu Lahab telah melakukan demikian. Nama aslinya :‫عب[[دالعزى‬. Contoh tersebut
menyindir Abu Lahab itu sebagai manusia jahannam. Sebab, arti hakiki dari kata ‫لھب‬
adalah luapan api Jahanam.

3. Me ma’rifatkan musnad ilaih dengan isim isyarah

Mema’rifatkan dengan isim isyarah merupakan cara untuk menghadirkan sesuatu yang
diisyaratkan. Di samping itu, ada beberapa tujuan lain dari mema’rifatkan musnad ilaih
dengan isim isyarah, antara lain:

a. Menjelaskan keadaan musnad ilaih dalam jarak dekat, contoh:

‫هَ ِذه ُكتُبُنَا‬

“Ini buku kita”

b. Menjelaskan keadaan musnad ilaih dalam jarak sedang, contoh:

‫ذلك ولدي‬

“Itulah anakku”

c. Menjelaskan keadaan musnad ilaih dalam jarak jauh, contoh:

‫ذلك يوم الو عيد‬

“Itulah hari ancaman/kiamat”

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

8
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai