Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada proses pembelajaran IPA di kelas VIIB SMPN 1 Boawae Satap,


ditemukan sebagian peserta didik kurang mampu dalam menyelesaikan soal-
soal ulangan ataupun latihan dan kurang mampu dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan lisan yang diberikan. Hal ini menyebabkan hasil
belajar peserta didik rendah. Nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik 65,
sementara KKM yang ditetapkan oleh satuan pendidikan untuk mata
pelajaran IPA kelas VII adalah 70. Masalah ini terjadi karena peserta didik
pada umumnya kurang tekun belajar atau kurang membaca. Sumber belajar
yang umum digunakan oleh peserta didik di sekolah adalah buku pegangan
siswa. Namun peserta didik sering mengabaikan budaya membaca. Oleh
karena itu, perlu adanya pemberian literasi selama 15 menit sebelum
memulai proses pembelajaran, sehingga peserta didik bisa membiasakan diri
dengan budaya membaca dan pada akhirnya bisa meningkatkan hasil belajar
peserta didik.

Metode pembelajaran yang digunakan di SMPN 1 Boawae Satap


kurang bervariasi, dimana guru lebih banyak menggunakan metode ceramah,
sehingga membuat peserta didik merasa jenuh. Model pembelajaran yang
digunakan pun masih belum tepat dan pembelajaran masih berpusat pada
guru (Teacher Center). Peserta didik kurang aktif dalam berkomunikasi dan
menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh guru, sehingga guru yang
menjawab kembali sebagian pertanyaan tersebut, terutama pertanyaan lisan.
Media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran juga sangat
terbatas, terutama disebabkan karena belum ada saluran listrik yang masuk
ke desa Nagerawe, khususnya di lembaga SMPN 1 Boawae Satap. Hal ini

1
merupakan faktor penghambat yang paling utama dalam proses pembelajaran
di kelas.
Dari permasalahan-permasalahan tersebut, perlu dilakukan penelitian
dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Student Teams Achievement
Division untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA bagi Peserta Didik Kelas
VIIB SMPN 1 Boawae Tahun Pelajaran 2018/2019”. Diharapkan agar
dengan diadakan penelitian yang menggunakan model pembelajaran ini, bisa
memperbaiki proses pembelajaran di kelas dan dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik.

1.2 Identifikasi dan Akar Masalah


1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat
diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
1.2.1.1 Hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA masih
rendah. Nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik 65,
sedangkan KKM yang ditentukan sekolah 70.
1.2.1.2 Sumber belajar yang ada di sekolah kurang lengkap.
1.2.1.3 Model pembelajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran belum sesuai, dan pembelajaran masih berpusat
pada guru (Teacher Center).
1.2.1.4 Media pembelajaran yang digunakan di kelas masih sangat
terbatas.
1.2.1.5 Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang
bervariasi, guru lebih dominan menggunakan metode
ceramah.
1.2.2 Akar Masalah
Akar permasalahan adalah sebagai berikut:
1.2.2.1 Peserta didik kurang membaca atau kurang belajar.
1.2.2.2 Kurangnya biaya atau anggaran untuk mengadakan sumber
belajar Seperti buku-buku pelajaran dan referensi lainnya.

2
1.2.2.3 Guru belum menguasai model-model pembelajaran, dan guru
terlalu mendominasi proses pembelajaran.
1.2.2.4 Saluran listrik belum masuk ke sekolah, sehingga belum bisa
menggunakan media pembelajaran yang membutuhkan arus
listrik.
1.2.2.5 Guru lebih suka berceramah daripada menyuruh siswa
berdiskusi kelompok atau menggunakan metode-metode lain.

1.3 Pembatasan Masalah dan Alternatif Solusi


1.3.1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka penulis dapat membatasi
permasalahan sebagai berikut: “Rendahnya Hasil Belajar Peserta
Didik pada Mata Pelajaran IPA.”
1.3.2 Alternatif Solusi
Ada beberapa alternatif solusi yang diberikan kepada peserta didik, di
antaranya:
1.3.2.1 Memberikan literasi kepada peserta didik selama 15 menit
setiap hari sebelum memulai proses pembelajaran.
1.3.2.2 Memberikan LKS kepada peserta didik untuk merangsang dan
meningkatkan kemampuan peserta didik.
1.3.2.3 Menggunakan model pembelajaran Student Teams
Achievement Division agar terciptanya suasana belajar yang
menyenangkan dan untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik.
1.3.2.4 Menggunakan media pembelajaran yang tepat agar dapat
meningkatkan wawasan dan kemampuan peserta didik dalam
proses pembelajaran.
1.3.2.5 Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi (tidak
monoton), agar peserta didik lebih aktif dalam proses
pembelajaran dan juga dapat memperbaiki nilai/hasil belajar
peserta didik.

3
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: “Apakah Penggunaan Model Pembelajaran
Student Teams Achievement Division (STAD) dapat Meningkatkan Hasil
Belajar IPA pada Peserta Didik Kelas VIIB SMPN 1 Boawae Satap Tahun
Pelajaran 2018/2019?”

1.5 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1.5.1 Mendeskripsikan dan menjelaskan penggunaan model pembelajaran
Student Teams Achievement Division untuk meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
1.5.2 Mendeskripsikan dan menjelaskan hasil belajar peserta didik kelas
VIIB SMPN 1 Boawae Satap pada mata pelajaran IPA.

1.6 Manfaat penelitian


Manfaat penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
1.6.1 Bagi guru
1.6.1.1 Menemukan strategis dan metode mengajar yang efektif untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
1.6.1.2 Meningkatkan kemampuan mengajar serta profesionalisme
guru.
1.6.1.3 Membantu memperbaiki/meningkatkan proses belajar dan
mengajar di kelas.
1.6.2 Bagi peserta didik
1.6.2.1 Dapat menyadari betapa pentingnya arti pendidikan dan
ilmu pengetahuan
1.6.2.2 Dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
1.6.2.3 Memotivasi peserta didik untuk lebih tekun belajar

4
1.6.3 Bagi sekolah
1.6.3.1 Dapat berperan sebagai supervisor terkait dengan masalah
yang dihadapi peserta didik.
1.6.3.2 Membantu memperbaiki pembelajaran di sekolah, serta
menyiapkan pembelajaran yang efektif dan efisien untuk
mata pelajaran IPA.
1.6.3.3 Membantu meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Belajar


2.1.1 Definisi Belajar

Belajar merupakan semua aktivitas mental atau psikis yang


dilakukan oleh seseorang, sehingga menimbulkan perubahan tingkah
laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar, yaitu
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah
laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut
Sardiman (2012), belajar merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan seperti membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya. Menurut
Hamdani (2011), belajar merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan, seperti membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru, maksudnya belajar akan lebih baik
jika subjek belajar mengalami atau melakukannya. Menurut Winkel,
belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
Jadi, belajar adalah suatu proses untuk mendapatkan perubahan
tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru melalui pengalaman dengan
lingkungan bersifat permanen. Dengan kata lain, belajar adalah
perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.

6
2.1.2 Deskripsi Belajar
2.1.2.1 Ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut:

a) Belajar merupakan suatu aktivitas pada diri seseorang


yang disadari atau disengaja.
b) Belajar merupakan interaksi individu dengan
lingkungannya
c) Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku
2.1.2.2 Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut:
a) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku.
b) Perubahan perilaku yang terjadi karena belajar untuk
waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah.
c) Perubahan tingkahlaku tidak harus segera dapat diamati
pada saat proses belajar sedang berlangsung.
d) Perubahan tingkahlaku merupakan hasil latihan atau
pengalaman
e) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan
2.1.2.3 Prinsip-prinsip Belajar

Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang


guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut
(Soekamto dan Winataputra, 1997):
a) Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar,
bukan oranglain. Untuk itu siswalah yang bertindak aktif.
b) Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
c) Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat
penguat langsung pada setiap langkah yang dilakukan
selama proses belajar.
d) Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang
dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.

7
e) Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia
diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas
belajarnya.
2.1.3 Fungsi Belajar
Beberapa fungsi belajar di sekolah bagi peserta didik:
a) Menambah pengetahuan / menambah wawasan peserta didik
b) Mengasah kemampuan otak peserta didik
c) Belajar menghormati dan menghargai guru
d) Membiasakan diri peserta didik dengan Kompetisi
e) Belajar bersosial dan berkomunikasi dengan orang lain.

2.2 Hasil Belajar


2.2.1 Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa


dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu
perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk
menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil,
setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan
filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita
berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah
disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar
tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan
pembelajaran khususnya dapat dicapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran
khusus, guru perlu mengadakan tes formatif pada setiap
menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran
khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk
memberikan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki
proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi
siswa yang belum berhasil. Karena itulah, suatu proses belajar

8
mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan
pembelajaran khusus dari bahan tersebut.
Beberapa pengertian hasil belajar menurut para ahli sebagai
berikut:
Menurut Bloom (Supriono,2009)
Definisi hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Menurut Sudjana, (2004)
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya.
Menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989)
Hasil belajar adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni
prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk
angka.
Secara umum, pengertian hasil belajar adalah: perubahan perilaku dan
kemampuan secara keseluruhan yang dimiliki oleh siswa setelah
belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor (bukan hanya salah satu aspek potensi saja) yang
disebabkan oleh pengalaman.

2.2.2 Deskripsi Hasil Belajar


2.2.2.1 Indikator Hasil Belajar Siswa

Yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah sebagai


berikut:

a) Biasanya dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar


Minimal (KKM).
b) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai
oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

9
2.2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Peserta Didik

Secara umum, hasil belajar dipengaruhi 3 faktor. Faktor-faktor tersebut


antara lain : 

a) Faktor internal (faktor dalam diri) 

Faktor internal yang lain adalah aspek psikologis. Aspek psikologis


ini meliputi : inteligensi, sikap, bakat, minat, motivasi dan
kepribadian. 

b) Faktor eksternal (faktor di luar diri) 

Faktor eksternal meliputi beberapa hal, yaitu: lingkungan sosial,


meliputi : teman, guru, keluarga dan masyarakat. 
c) Faktor pendekatan belajar 
Lingkungan non-sosial, meliputi : kondisi rumah, sekolah,
peralatan, alam (cuaca). Non-sosial seperti halnya kondiri rumah
(secara fisik), apakah rapi, bersih, aman, terkendali dari gangguan
yang menurunkan hasil belajar. 

2.2.2.3 Penilaian Hasil Belajar

Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat


digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut:
a) Tes Formatif
b) Tes Subsumatif
c) Test Sumatif

2.2.3 Fungsi Hasil Belajar


Fungsi hasil belajar sebagai berikut:
a) Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas.
b) Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar.

10
c) Meningkatkan motivasi belajar siswa.

d) Evaluasi diri terhadap kinerja siswa.

2.3 Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)


2.3.1 Definisi Student Teams Achievement Division (STAD)

Student Team Achievement Division (STAD) adalah salah satu


tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa
ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang
merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin, dan
suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim
untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi
itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.
Sementara Trianto (2010) mengemukakan pembelajaran
kooperatif STAD merupakan salah satu jenis dari model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan
jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.
Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian
materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Menurut Slavin (dalam Rusman, 2012), mengemukakan
bahwa model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement
Division) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang memacu
siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk
menguasai keterampilan yang diajarkan oleh guru.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, disimpulkan
pengertian model pembelajaran Student Teams Achievement Division
(STAD) adalah model pembelajaran yang sangat melibatkan siswa
untuk belajar dalam kelompok-kelompok yang heterogen (tingkat
prestasi, jenis kelamin, budaya, dan suku) yang terdiri dari 4-5 siswa.
Kegiatan pembelajarannya diawali dengan penyampaian tujuan

11
pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan
penghargaan kelompok. Ciri terpenting dalam model pembelajaran
STAD adalah kerja tim.

2.3.2 Deskripsi Model Pembelajaran STAD


2.3.2.1 Sintak Model Pembelajaran STAD
Sintak atau langkah-langkah Model Pembelajaran STAD
adalah sebagai berikut:

a) Penyampaian tujuan dan motivasi. Menyampaikan tujuan


pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut
dan memotivasi siswa untuk belajar.
b) Pembagian kelompok. Siswa dibagi ke dalam beberapa
kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5
siswa yang memprioritaskan heterogenitas kelas dalam
prestasi akademik, jenis kelamin, ras, atau etnik.
c) Presentasi dari guru. Guru menyampaikan materi pelajaran
dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya
pokok bahasan tersebut dipelajari.
d) Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim). Siswa bekerja
dalam kelompok yang telah dibentuk. Kerja tim merupakan
ciri terpenting dari STAD.
e) Kuis (evaluasi). Guru mengevaluasi hasil belajar melalui
pemberian kuis (evaluasi) tentang materi yang dipelajari
dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil
kerja masing-masing kelompok.
f) Penghargaan prestasi atas keberhasilan kelompok.

12
2.3.2.2 Lima komponen utama pembelajaran kooperatif tipe
STAD yaitu:

a) Penyajian kelas.
b) Belajar kelompok.
c) Kuis.
d) Skor Perkembangan.
e) Penghargaan kelompok.
2.3.2.3 Keunggulan STAD antara lain:

a) Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan


menjunjung norma-norma kelompok.
b) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk
berhasil bersama.
c) Aktif sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan
keberhasilan kelompok.
d) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan
kemampuan mereka dalam berpendapat.
e) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
f) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian.
g) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois.
h) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

2.3.2.4 Kelemahan STAD sebagai berikut:


a) Kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan
siswa tidak belajar jika mereka bekerja dalam grup.
b) Banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan
kerjasama atau belajar dalam kelompok.
c) Banyak siswa tidak senang disuruh untuk kerjasama dengan
yang lain.
d) Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang
lain dalam grup mereka, sedangkan siswa kurang mampu

13
merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa
yang lebih pandai.
e) Siswa yang yang tekun juga merasa timnya yang kurang
mampu hanya menumpang saja pada hasil jerih payah
mereka.
f) Membutuhkan waktu lebih lama.
g) Menuntut kemampuan khusus guru sehingga tidak semua
guru dapat melakukannya.
 
2.3.3 Fungsi Model Pembelajaran STAD
Fungsi/manfaat model pembelajaran kooperatif metode STAD
menurut Soewarso (1998) sebagai berikut :
2.3.3.1 Model pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari
isi materi pelajaran yang sedang dibahas.
2.3.3.2 Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan
siswa mendapat nilai rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu
oleh anggota kelompoknya.
2.3.3.3 Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar
berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat
hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.
2.3.3.4 Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa
yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki
hubungan dengan teman sebaya.
2.3.3.5 Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan
dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
2.3.3.6 Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuan.
2.3.3.7 Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk
memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.

14
2.4 Kerangka Berpikir dan Hipotesis Tindakan
2.4.1 Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil pengamatan di kelas, pembelajaran IPA 


terasa monoton, guru dominan menggunakan metode ceramah dan
peserta didik jarang berdiskusi kelompok. Hal ini menyebabkan
peserta didik merasa jenuh dan pasif dalam proses pembelajaran.
Peserta didik malas untuk bertanya ketika guru memberikan
kesempatan untuk bertanya, dan guru dianggap satu-satunya sumber
belajar terbaik. Peserta didik pada umumnya jarang menggunakan
buku-buku sumber yang telah tersedia karena tidak suka membaca,
masih ditemukan beberapa peserta didik yang enggan menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan guru.Hal-hal tersebut menyebabkan hasil
belajar IPA rendah, nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik belum
mencapai standar KKM. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
diharapkan dapat memecahkan masalah ini. Caranya adalah dengan
melakukan penelitian langsung pada proses pembelajaran di kelas oleh
guru IPA dan mampu mengaplikasikan model pembelajaran ini secara
kolaboratif antara guru dan peserta didik. Hasilnya, diharapkan proses
pembelajaran di kelas tidak lagi monoton, metode pembelajaran
bervariasi, peserta didik aktif dalam berdiskusi, sudah rajin membaca
dan menyelesaikan semua tugas yang diberikan oleh guru, serta hasil
belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA juga akan meningkat.

2.4.2 Hipotesis Tindakan

Penggunaan model pembelajaran Student Teams Achievement


Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi peserta
didik kelas VIIB SMPN 1 Boawae Satap tahun pelajaran 2018/2019.

15
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yakni penelitian
yang dilakukan di dalam kelas.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMPN 1 Boawae Satap,


Desa Nagerawe, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, Propinsi
NTT.
3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 1 Bulan pada semester 1 tahun


pelajaran 2018/2019, mulai dari tanggal 9 April 2018 sampai dengan
tanggal 9 Mei 2018.

3.3 Subjek dan Objek Penelitian

3.3.1 Subjek Penelitian

Yang dijadikan subyek penelitian tindakan kelas ini adalah peserta


didik kelas VIIB SMPN 1 Boawae Selatan dengan jumlah peserta
didik 20 orang, yang terdiri dari 9 peserta didik laki-laki dan 11
peserta didik perempuan.
3.3.2 Objek Penelitian

Yang dijadikan objek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:


Hasil Belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA.

16
3.4 Analisis Data

3.4.1 Teknik Analisis Data

Sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan, ada dua teknik


analisis data yang digunakan, yaitu analisis kuantitatif dan analisis
kualitatif.

3.4.1.1 Analisis Data Kuantitatif


Analisis data kuantitatif, digunakan terhadap hasil tes

Analisis kuantitatif digunakan terhadap data kuantitatif yang


diperoleh dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa atau
hal-hal lain yang tampak selama berlangsungnya penelitian.
Data kuantitatif untuk hasil belajar, teknik yang digunakan
dalam menganalisa data untuk menentukan presentase
ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

Skor yang diperoleh X 100%


Daya serap individual=
skor maksimum

Suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara individu


jika persentase daya serap individu sekurang-kurangnya 70%.

jumlah siswa yang tuntas


Daya serap klasikal= x 100
jumlah siswa seluruhnya

Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika sekurang-kurangnya


70% siswa telah tuntas secara individual.

3.4.1.2 Analisis Data Kualitatif


Analisis data kualitatif untuk mengukur proses siswa dalam
belajar

Untuk analisa data proses siswa dalam belajar dan hasil


observasi guru, menggunakan analisis persentase skor.

17
Untuk pengukuran indikator:

Sangat baik diberi skor 4

Baik diberi skor 3

Cukup diberi skor 2

Kurang diberi skor 1

Selanjutnya dihitung persentase rata-rata dengan rumus:

jumlah skor yang diperoleh X 100%


% NR =
skor maksimum

3.4.1.3 Kriteria taraf keberhasilan tindakan dapat ditentukan menurut


Hadi, dalam Sutarno, (2003) yaitu:
a) 80% < NR ≤ 100% = sangat baik
b) 70% < NR ≤ 79 % = baik
c) 66 % < NR ≤ 69% = cukup
d) 50% < NR ≤ 65% = kurang baik

3.5 Langkah-langkah Penelitian

3.5.1 Perencanaan
3.5.1.1 Membuat silabus dan RPP
3.5.1.2 Membuat instrumen (menggunakan kisi-kisi instrumen)
3.5.1.3 Menetapkan materi pokok
3.5.1.4 Membuat media gambar sesuai materi pembelajaran
3.5.1.5 Menyiapkan topik-topik diskus
3.5.1.6 Membuat LKPD
3.5.1.7 Menyiapkan model pembelajaran yang telah ditetapkan
3.5.1.8 Membuat alat observasi dan evaluasi

18
3.5.2 Tindakan

3.5.2.1 Memberikan tugas rumah untuk menumbuhkembangkan


aktivitas peserta didik di rumah.
3.5.2.2 Melaksanakan tes kemampuan belajar siswa, setelah
menggunakan metode pembelajaran yang sudah diterapkan.
3.5.2.3 Pelaksanaan Tindakan (sesuai skenario dalam RPP)
3.5.2.4 Menerapkan tindakan mengacu pada skenario PBM
3.5.3 Observasi

3.5.3.1 Melaksanakan kegiatan observasi terhadap proses


pembelajaran siswa, semua aktivitas siswa, merekam segala
peristiwa yang terjadi selama proses belajar mengajar dengan
menggunakan alat ukur yang bertujuan untuk mengetahui hasil
belajar peserta didik.
3.5.3.2 Pengamatan dilakukan oleh guru, dilaksanakan pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
3.5.3.3 Melakukan observasi dengan memakai format observasi
3.5.3.4 Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format observasi
3.5.4 Refleksi
3.5.4.1 Melihat kelemahan/kekurangan pada siklus 1, muncul
permasalahan baru, yaitu hasil belajar peserta didik masih
rendah.
3.5.4.2 Argumentasi mengapa indikator keberhasilan tidak tercapai
3.5.4.3 Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan melalui
evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap tindakan
3.5.4.4 Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk
digunakan pada siklus berikutnya.
3.5.4.5 Mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada
siklus I
3.5.4.6 Merencanakan tindakan pada siklus 2.

19
Siklus 2 ditentukan berdasarkan hasil tindakan, observasi, dan refleksi dari
siklus 1.
Skema tahapan-tahapan PTK adalah sebagai berikut:

20
DAFTAR PUSTAKA

Basyier, I. 2012. Metode dan Model Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.


Angkowa, A. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Ardiana.1990. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta : Depdiknas.
Hamalik, Omear. 1994. Media Pendidikan. Bandung : Citra
Sudjana, N. 2005. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru.
https://inovamat.wordpress.com/2013/01/21/Model Pembelajaran Tipe STAD

21

Anda mungkin juga menyukai