Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PADA NY M UMUR 34 TAHUN

P2A1Ah2 DENGAN TINDAKAN PERAWATAN LUKA ATAS


INDIKASI LUKA POST-SECTIO CAESAREA HARI KE-7
DI RUMAH SAKIT UNS

PRESENTASI KASUS

Kelompok 2
1. Evinka Shella Dewi (R0419009)
2. Fatimah Rachmawati (R0419010)
3. Fauziah Rahmawati (R0149011)
4. Hafida Salsabila (R0419013)
5. Hanifah Sarah Nur Laila Aji (R0419015)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


PROGRAM SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan
Kebidanan pada Ibu Nifas pada Ny. M Umur 34 Tahun P2A1Ah2 dengan Tindakan
Pembersihan Luka atas Indikasi Luka Post-Sectio Caesarea Hari ke-7 di Rumah Sakit
UNS” sebagai salah satu tugas Praktik Klinik Kebidanan Dasar di Program Studi
Kebidanan Program Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Makalah ini
dapat disusun dengan lancar karena bantuan semua pihak, maka pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu:
1. Prof. Dr. Hartono, dr., M.Si. selaku direktur Rumah Sakit UNS yang telah
mengizinkan kami untuk Praktik Klinik Kebidanan Dasar di Rumah Sakit UNS
2. Ibu Visita Febrianti, S.ST selaku pembimbing lahan dalam penyusunan makalah
ini.
3. Ibu Luluk Fajria Maulida S.ST, M.Keb selaku pembimbing institusi dalam
penyusunan makalah ini.
4. Seluruh ibu bidan di RS UNS yang selalu sabar dalam menularkan
keterampilannya.
5. Ny. M selaku pasien yang telah bersedia menjadi responden dalam kasus makalah
kami.
Tentu banyak kekurangan yang sering terjadi dari pencermatan kami, semata-
mata kekurangan kami dalam hal bahasa ataupun penguasaan materi. Kritik, masukan dan
saran yang membangun sangat diharapkan oleh kami demi perbaikan makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun semoga bermanfaat bagi semua.

Sukoharjo, 6 Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PADA NY M UMUR 34 TAHUN


P2A1Ah2 DENGAN TINDAKAN PERAWATAN LUKA ATAS
INDIKASI LUKA POST-SECTIO CAESAREA HARI KE-7
DI RUMAH SAKIT UNS

Lembar Pengesahan

Kelompok 2
1. Evinka Shella Dewi (R0419009)
2. Fatimah Rachmawati (R0419010)
3. Fauziah Rahmawati (R0149011)
4. Hafida Salsabila (R0419013)
5. Hanifah Sarah Nur Laila Aji (R0419015)

Juli 2022

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Clinical Instructure

(Luluk Fajria Maulida, SST., M.Keb) (Visita Febrianti, S.ST)


NIK.1989100120200801 NIP.
BAB I PENDAHULUAN

Perawatan luka adalah suatu penanganan luka yang terdiri dari membersihkan
luka, mengangkat jahitan, menutup dan membalut luka sehingga dapat membantu proses
penyembuhan luka. Perawatan luka bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi,
mempercepat proses penyembuhan luka dan meningkatkan kenyamanan fisik dan
psikologis.
Saat persalinan, terkadang ada indikasi medis yang mengharuskan ibu untuk
menjalani operasi persalinan yang dinamakan dengan Sectio Caesarea. Sectio Caesarea
merupakan suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding rahim.
Angka persalinan dengan Sectio Caesarea di Indonesia cukup tinggi yaitu mencapai 10-
15%. Secara umum pola persalinan melalui operasi Sectio Caesarea menurut karakteristik
menunjukan proporsi tertinggi pada kepemilikan teratas 18,9%, tinggal diperkotaan
13,8%, pekerjaan sebagai pegawai 20,9%, dan pendidikan tinggi / lulus PT 25,1%. Di
Indonesia angka Sectio Caesarea di rumah sakit pemerintah sekitar 20-25%, sedangkan
di rumah sakit swasta sekitar 30- 80% dari total persalinan. Pada pasien yang dilakukan
operasi pembedahan untuk tindakan sectio caesarea memerlukan beberapa perhatian
karena ibu nifas yang melahirkan dengan operasi caesar agar dapat melewati fase
penyembuhan pasca operasi tanpa komplikasi (Novita, S dan Nurlisis, 2018).
Kasus infeksi pada luka operasi Caesar menunjukkan angka yang cukup tinggi.
pada penelitian yang dilakukan di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2019 menunjukkan
bahwa infeksi luka operasi meningkat secara bermakna pada pasien dengan hemoglobin
rendah pasca operasi, yang mengalami infeksi (OR 5,018; CI 95% 1,792-14,053) yang
menjalani operasi gawat darurat (OR 28,929; CI95% 7,621-1- 9,815) (Aditya, 2018).
Untuk menghindari infeksi atau komplikasi pada luka Sectio Caesarea, salah
satunya adalah diperlukan prosedur yang sesuai saat melakukan tindakan pembersihan
luka. Perawatan luka mengalami perkembangan yang pesat. Kebersihan diri setelah
melahirkan secara sectio caesarea terutama meliputi kebersihan dalam perawatan luka
sectio caesarea bertujuan untuk mencegah timbulnya infeksi, menjaga luka dari trauma,
meningkatkan proses penyembuhan luka dan mencegah masuknya bakteri (Rahim,
Rompas and Kallo, 2019).
Teknologi dibidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk
menunjang praktek perawatan luka. Dengan demikian, perawat atau bidan dituntut untuk
mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik terkait dengan proses perawatan
luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat,
implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta
dokumentasi hasil yang sistematis (Aminuddin et al., 2020).
Saat menjalani Praktik Klinik Kebidanan Dasar di RS UNS, ditemukan kasus
mengenai perawatan luka Post-Sectio Caesarea. Ditemukan beberapa tindakan yang
berbeda dengan yang dipelajari di perkuliahan. Maka dari itu, perlunya mengkaji
perbedaan dan pengaruh dari tindakan perawatan luka agar menemukan tindakan yang
terbaik dan sistematis untuk dilakukan.
BAB II KASUS

Ruang : Poli Obgyn RS UNS


Tanggal/Jam Masuk : 5 Juli 2022/10.30 WIB
No. Registrasi : 00051145
● S:
1. Ny. M mengatakan ingin kontrol luka jahitan di RS UNS
2. Ny. M mengatakan rasa nyeri pada luka jahitan berkurang
3. Ny. M mengatakan nyeri jahitan sedikit mengganggu
● O:
Ku : Cukup Ks : Compos mentis
BR : 132/81 mmHg PR : 110 x/menit T : 36,9°C
RR : 20x/menit SpO2 : 99%
Luka :
1. Jenis : insisi
2. Luas/kedalaman : 20 cm/0 cm
3. Grade :2
4. Warna dasar : merah kecoklatan
5. Fase proses penyembuhan: Fibroblastik
6. Tanda-tanda infeksi : tidak ada
7. Kondisi jahitan : kering
8. Pus : tidak ada
● A : Ny. M umur 34 tahun P2A1Ah2 Post SC 7 hari.
● P:
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa rasa nyeri yang dirasakan pada jahitan
adalah normal.
Hasil : Ibu mengerti.
2. Memeriksa tanda-tanda vital dan skala nyeri. Ibu telah diberitahu hasilnya
bahwa tekanan darah ibu normal tinggi dan nyeri yang dirasakan saat ini
termasuk kedalam kategori normal. Hasil pemeriksaan ibu sebagai berikut
:
KU : Cukup KS : Compos mentis
BR : 132/81 mmHg PR : 110 x/m
T : 36,9°C RR : 20x/menit SpO2 : 99%
Nyeri : skala 1-3
Hasil : ibu telah mengerti.
3. Menjaga privacy dan kenyamanan Ibu dan mengatur kenyamanan.
Hasil : ibu merasa nyaman
4. Memberikan informed consent lisan untuk dilakukan perawatan luka post-
sectio caesarea dan menginstruksi untuk tidak menyentuh area luka atau
peralatan steril.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia
5. Memasang perlak.
6. Membuka paket steril dengan benar.
7. Mengenakan sarung tangan sekali pakai.
8. Membuka balutan lama dan membasahi plester dengan kapas alkohol
9. Melepaskan plester menggunakan pinset anatomis dengan melepaskan
ujungnya dan menarik secara perlahan, sejajar dengan kulit ke arah
balutan, buang balutan ke nierbeken.
10. Meletakkan pinset on steril ke nierbeken yang sudah terisi larutan klorin
0,5%
11. Melakukan Pengkajian Luka dan memberitahu ibu bahwa luka sudah
menutup dengan baik.
a. Jenis : insisi
b. Tipe : primer
c. Luas/kedalaman : 20 cm/0 cm
d. Grade :2
e. Warna dasar : merah kecoklatan
f. Fase proses penyembuhan: Fibroblastik
g. Tanda-tanda infeksi : tidak ada
h. Kondisi jahitan : kering
i. Pus : tidak ada
Hasil : Ibu mengerti
12. Menuangkan Larutan NaCl/normal saline (NS) ke kom kecil.
13. Mengambil pinset, tangan kanan memegang pinset chirurgis dan tangan
kiri memegang pinset anatomis.
14. Memasukkan kasa ke dalam kom berisi NaCL 0,9% dan meremasnya
dengan menggunakan pinset.
15. Membersihkan luka menggunakan kasa dengan sekali usapan dengan
teknik dari area kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi.
16. Mengeringkan luka dengan kasa kering steril.
17. Membereskan alat.
18. Melepaskan sarung tangan kemudian cuci tangan.
19. Membantu klien sehingga posisi nyaman.
20. Diberikan resep obat dari dokter Sp. OG untuk mengurangi rasa nyeri pada
luka jahitan yaitu Asam Mefenamat 3x1 dikonsumsi setelah makan.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia meminum obat.
21. Diberikan resep obat dari dokter Sp. OG untuk mencegah infeksi pada luka
jahitan yaitu antibiotik.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia meminum obat.
22. Mendokumentasikan tindakan.
Hasil : telah terdokumentasikan.
BAB III TINJAUAN TEORI

3.1 Sectio Caesarea


3.1.1 Pengertian
Operasi Caesar atau sering disebut seksio sesarea adalah
melahirkan janin melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding
rahim (uterus). Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
Seksio sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat
badan diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih
utuh. (Jitowiyono, 2017).
Sectio caesarea adalah tindakan medis untuk membantu persalinan
yang tidak bisa dilakukan secara normal akibat adanya masalah kesehatan
ibu / kondisi janin di dalam rahim (Ayuningtyas dkk, 2018).
3.1.2 Jenis-jenis sectio caesarea
a. Sectio caesarea klasik atau korporal. (Solehati, 2017)
Dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
sepanjang 10 cm. Setelah dinding perut dan peritoneum parietal
terbuka pada garis tengah dibalut beberapa kain kasa panjang
antara dinding perut dan dinding uterus untuk mencegah masuknya
air ketuban dan darah ke rongga perut. Diadakan insisi pada bagian
tengah korpus uteri sepanjang 10 – 12 cm dengan ujung bawah di
atas batas plika vesiko uterina. Diadakan lubang kecil pada
kantong ketuban untuk menghisap air ketuban sebanyak mungkin;
lubang ini kemudian dilebarkan, dan janin dilahirkan dari rongga
perut untuk memudahkan tindakan-tindakan selanjutnya. Dan
diberikan suntikan 10 satuan oksitosin dalam dinding uterus atau
intravena, dan plasenta serta selaput ketuban dikeluarkan secara
manual. Kemudian dinding uterus ditutup dengan jahitan catgut
yang kuat dalam dua lapisan; lapisan pertama terdiri atas jahitan
simpul dan lapisan kedua atas jahitan menerus. Selanjutnya
diadakan jahitan menerus dengan catgut yang lebih tipis, yang
mengikutsertakan peritoneum serta bagian luar miometrium dan
yang menutup jahitan yang terlebih dahulu dengan rapi. Akhirnya
dinding perut ditutup secara biasa.
b. Sectio caesarea transperitonealis profunda. (Solehati, 2017)
Dengan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah
rahim kira-kira 10 cm. Dauer Catheter dipasang dan wanita
berbaring dalam letak trendelenburg ringan. Diadakan insisi pada
dinding perut pada garis tengah dari simfisis sampai beberapa
sentimeter di bawah pusat. Setelah peritoneum dibuka, dipasang
spekulum perut, dan lapangan operasi dipisahkan dari rongga perut
dengan satu kain kasa panjang atau lebih. Peritoneum pada dinding
uterus depan dan bawah dipegang dengan pinset, plika vesiko-
uterina dibuka dan insisi ini diteruskan melintang jauh ke lateral;
kemudian kandung kencing dengan peritoneum di depan uterus
didorong ke bawah dengan jari.
3.1.3 Faktor - faktor penyebab dilakukan SC
a. Indikasi Medis
1. Gawat Janin
Gawat janin adalah suatu keadaan dimana janin dalam
kondisi yang berbahaya yang bisa disebabkan oleh banyak hal
diantaranya karena gangguan pernafasan, penyakit, gangguan suhu
tubuh dan lain-lain.
Fetal distress atau gawat janin merupakan asfiksia janin
yang progresif yang dapat menimbulkan berbagai dampak seperti
dekompresi dan gangguan sistem saraf pusat serta kematian.
responden dengan diagnosa gawat janin berisiko dilakukan
tindakan persalinan Sectio Caesarea 6,020 kali lebih besar
dibandingkan responden dengan diagnosa tidak gawat janin
(Yuhana dan Tuti Farida, 2022).
2. Partus Tidak Maju
Partus tak maju merupakan fase dari suatu partus yang
macet dan berlangsung terlalu lama sehingga menimbulkan gejala-
gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan, serta, asfiksia dan
kematian dalam kandungan (Aprina dan Putri, 2016).
Partus tidak maju disebabkan oleh banyak faktor, antara
lain kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan his, pimpinan
partus yang salah, janin besar, atau kelainan kongenital, ketuban
pecah dini dan paling banyak disebabkan oleh his yang tidak
adekuat dan kelainan letak janin. Ketika persalinan tiba, tetapi
kontraksi yang terjadi tidak sesuai dengan harapan maka perlu
dilakukan tindakan induksi, jika kontraksi masih tetap berlangsung
kurang baik maka persalinan dibantu dengan alat forcep (vakum)
namun jika cara tersebut tidak berhasil maka akan segera
dilakukan tindakan sectio caesarea.
3. Preeklampsia
Preeklampsia jika tidak segera mendapatkan tindakan akan
berakibat fatal, seperti merusak plasenta sehingga menyebabkan
bayi lahir dalam keadaan tidak bernyawa/lahir prematur,
preeklampsia juga membahayakan ginjal ibu hamil, bahkan pada
beberapa kasus dapat menyebabkan ibu hamil mengalami koma.
Ibu yang mengalami preeklamsia memiliki risiko 3,382 atau 3 kali
mengalami persalinan sectio caesarea dibandingkan dengan
responden yang tidak mengalami preeklamsia (Puji Setiana,
Herawati, dan Sutriyati, 2019).
4. Panggul Sempit
bentuk tubuh atau postur tubuh dan bentuk panggul ibu
yang kecil (1-2 cm kurang dari ukuran normal) sehingga tidak
memungkinkan untuk melakukan persalinan normal. Hal-hal yang
dapat terjadi apabila tidak dilakukan sectio caesarea yaitu : ruptur
uteri, terjadi fistula karena anak terlalu lama menekan pada
jaringan lahir, terjadi edema dan bahaya pada janin yaitu pada
panggul sempit sering terjadi ketuban pecah dini dan kemudian
infeksi intrapartum, terjadi prolaps funikuli dan dapat merusak
otak yang mengakibatkan kematian pada janin.
5. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah
rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (ostium uteri internal) dan oleh sebab itu bagian terendah
seringkali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam rahim (Aprina dan Putri,
2016).
6. Letak Janin
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri (Aprina dan Putri, 2016). ibu yang
mengalami kelainan letak janin sungsang/lintang memiliki resiko
4,822 atau 5 kali mengalami persalinan sectio caesarea
dibandingkan dengan responden yang tidak ada kelainan letak
janin (Puji Setiana, Herawati, dan Sutriyati, 2019).
b. Tanpa Indikasi Medis
1. Pemilihan waktu kelahiran
Pemilihan waktu kelahiran adalah pemilihan waktu
kelahiran anak yang direncanakan oleh pasangan, misalnya
mencari tanggal cantik dan tanggal yang tidak mengganggu
aktivitas/kegiatan (Sitorus dan Purba, 2019).
2. Masalah psikologis sebelum melahirkan
Ibu tidak ingin merasakan sakit atau nyeri persalinan, tidak
mau lama menjalani proses persalinan, tidak ingin mengalami
luka atau trauma pada jalan lahir, trauma pada persalinan
pervaginam (riwayat obstetri buruk sebelumnya seperti
keguguran berulang, IUFD), suami atau keluarga tidak tega
melihat nyeri persalinan yang dialami oleh pasien (Ayuningtyas
et al., 2018).
3.2 Penjahitan Luka
3.2.1 Efek Penjahitan Luka
a. Kehilangan jaringan
Kehilangan jaringan menggambarkan kedalaman kerusakan jaringan
atau berkaitan dengan stadium kerusakan jaringan kulit.
1. Superfisial.
Luka sebatas epidermis.
2. Parsial ( Partial thickness )
Luka meliputi epidermis dan dermis.
3. Penuh ( Full thickness )
Luka meliputi epidermis, dermis dan jaringan subkutan. Mungkin
juga melibatkan otot, tendon dan tulang
b. Nyeri
Penyebab nyeri pada luka, baik umum maupun lokal berhubungan
dengan penyakit, pembedahan, trauma, infeksi atau benda asing.
Terkadang nyeri yang ditimbulkan juga berkaitan dengan praktek
perawatan luka atau produk yang dipakai.
c. Infeksi Luka
Infeksi klinis dapat didefinisikan sebagai pertumbuhan organisme
dalam luka yang berkaitan dengan reaksi jaringan. Reaksi jaringan
tergantung pada daya tahan tubuh host terhadap invasi
mikroorganisme Derajat daya tahan tergantung pada faktor-faktor
seperti status kesehatan umum, status nutrisi, pengobatan dan derajat
kerusakan jaringan. Infeksi mempengaruhi penyembuhan luka dan
mungkin menyebabkan dehiscence, eviserasi, perdarahan dan infeksi
sistemik yang mengancam kehidupan. Infeksi terjadi selama 30 hari
setelah intervensi dan dibagi menjadi beberapa macam yaitu :
1. Infeksi pemulihan sayatan
Infeksi hanya mempengaruhi kulit dan jaringan subkutan
2. Infeksi dalam sayatan
Infeksi mempengaruhi fasia aponeurotik dan otot
3. Infeksi organ / ruang
Infeksi melibatkan setiap bagian dari anatomi selain sayatan
terbuka / termanipulasi selama operasi (Pramono & Wiyati, 2021)
d. Implikasi psikososial
Efek psikososial dapat berkembang luas dari pengalaman perlukaan
dan hadirnya luka. Kebijaksanaan dan pertimbangan harus digunakan
dalam pengkajian terhadap masalah potensial atau aktual yang
berpengaruh kuat terhadap pasien dan perawatnya dalam kaitannya
terhadap;
● Harga diri dan Citra diri.
● Perubahan fungsi tubuh.
● Pemulihan dan rehabilitasi.
● Issue kualitas hidup.
3.3 Perawatan Luka
3.3.1 Luka
Luka adalah rusaknya integritas dari kulit maupun struktur
jaringan dibawahnya baik yang terpisah lapisan kulitnya atau tidak. Luka
akan sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dari lahir sampai
menua nanti. Tidak ada satupun manusia yang lahir tanpa pernah
mengalami luka, sehingga perawatan luka ini menjadi keterampilan yang
dapat digunakan tanpa ada batas waktunya. Perawatan luka perlu
dilakukan sejak dini yang dimulai dari luka sekecil apapun, karena luka
yang terlewat akan menghasilkan bekas luka yang merusak gambaran
individu dan mengganggu kualitas optimal (Wijaya, 2018).
Perawatan luka saat ini telah berkembang pesat dengan kemajuan
teknologi terkini yang mendukung proses penyembuhan luka. Banyak
balutan-balutan atau yang dikenal dengan istilah dressing modern. Semua
balutan luka yang dikatakan modern saat ini menggunakan konsep moist
atau lembab. Metode konvensional menggunakan larutan infus (normal
saline) dan kasa steril sudah lama ditinggalkan di negara lain. Balutan
dengan metode konvensional menggunakan konsep kering karena cairan
sifatnya mudah menguap dengan panas baik suhu tubuh atau lingkungan.
Berbeda dengan konsep balutan modern yang tertutup tetapi tetap
memberikan akses ada pertukaran udara.
3.3.2 Proses Penyembuhan Luka
Prinsip utama dalam penyembuhan luka adalah pengendalian
infeksi yang menjadi salah satu masalah utama. Proses penyembuhan luka
yang terjadi akibat infeksi atau peradangan dapat dikenali dengan adanya
beberapa tanda khas yaitu Rubor, Calor, Dolor, Tumor.
Luka bedah akan mengalami penyembuhan primer (primary
intention). Tepi-tepi kulit merapat atau saling berdekatan sehingga
mempunyai risiko infeksi yang rendah dan penyembuhan terjadi dengan
cepat. Proses penyembuhan luka terdiri dari 3 fase yaitu inflamasi,
fibroblastik (proliferasi), dan maturasi (remodelling). Penyembuhan luka
pada fase inflamasi terjadi sampai hari ke-5 setelah pembedahan, lama fase
ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi. Perawatan luka pasca bedah
Sectio Caesarea dilakukan setiap pagi sekitar pukul 08.00 pada hari ke 3
setelah operasi caesar dan sebagian besar dilakukan dengan menggunakan
NaCl kemudian ditutup dengan kasa kering. Proses penyembuhan luka
dapat dibagi ke dalam tiga fase :
1. Fase inflamasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka hari ketiga hingga
empat. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan
perdarahan, dan tubuh berusaha menghentikannya dengan
vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan
reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar
dari pembuluh darah saling melekat, dan bersama jala fibrin yang
terbentuk, membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah.
2. Fase Fibroblastik (Proliferasi)
Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol
adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir
fase inflamasi sampai hari ke-21. Fibroblast berasal dari sel mesenkim
yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asam
amino glisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat
yang akan mempertautkan tepi luka. Padat fase ini, serat kolagen
dibentuk dan dihancurkan kembali untuk menyesuaikan dengan
tegangan pada luka yang cenderung mengkerut. Sifat ini, bersama
dengan sifat kontraktil fibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka.
Pada akhir fase ini, kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan
normal. Nantinya, dalam proses remodelling, kekuatan serat kolagen
bertambah karena ikatan intramolekul menguat.
3. Fase remodelling
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terjadi atas
penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan yang sesuai
dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan ulang jaringan yang
baru. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan
berakhir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha
menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses
penyembuhan. Edema dan sel radang diserap, sel muda menjadi
matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang
berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan besarnya
regangan. Selama proses ini berlangsung, dihasilkan jaringan parut
yang pucat, tipis, dan lentur, serta mudah digerakkan dari dasar.
Terlihat pengerutan maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan
luka kulit mampu menahan regangan kira-kira 80% kemampuan kulit
normal. Fase ini terjadi pada hari ke-21 hingga luka sembuh.
3.3.3 Tipe Penyembuhan Luka
Ada tiga tipe penyembuhan luka diantaranya:
1. Tipe primer (primary intention healing)
Tipe penyembuhan primer merupakan perbaikan jaringan tubuh
dalam proses penyembuhan luka dibantu dengan suatu alat atau bahan.
Tipe ini lebih banyak terjadi pada luka pasca bedah di mana tepi luka
satu dan lainnya, penyembuhannya dibantu dengan jahitan benang
(suture), surgical staples, tape ( plester) dan lem/gel perekat.
2. Tipe sekunder (secondary intention healing)
Tipe penyembuhan sekunder adalah perbaikan jaringan tubuh
dalam proses penyembuhan luka tanpa bantuan alat tetapi dengan
menumbuhkan jaringan baru (granulasi) dari dasar luka sampai luka
menutup. Tipe penyembuhan ini menggunakan berbagai balutan luka
yang dapat menstimulasi pertumbuhan jaringan granulasi dari dasar
luka sampai epitelisasi menutup seluruh permukaan luka.
3. Tipe tersier ( tertiary intention healing)
Tipe penyembuhan tersier disebut sebagai tipe penyembuhan
primer yang terlambat (delayed primary intention) yaitu perbaikan
jaringan tubuh dalam proses penyembuhan luka dengan
menghilangkan infeksi atau benda asing yang terjadi pada tipe
penyembuhan primer. Ketika infeksi atau benda asing dapat
dihilangkan, maka tipe penyembuhannya dapat menggunakan tipe
penyembuhan sekunder atau primer.
3.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka Post-SC
Faktor yang mempengaruhi pada penyembuhan luka setelah Sectio
Caesarea sebagai berikut:
1. Usia
Dengan bertambahnya usia, acapkali mudah untuk terjadinya
gangguan sirkulasi dan koagulasi berkaitan dengan mulai menurunnya
beberapa fungsi tubuh. Selain itu, respons inflamasi yang lebih padat
dan penurunan aktivitas fibroblas. Hal tersebut berpengaruh terhadap
semua penyembuhan luka. (Solehati, 2017) Usia dapat mengganggu
semua tahap penyembuhan luka seperti: perubahan vaskuler
mengganggu sirkulasi ke daerah luka, penurunan fungsi hati
mengganggu sintesis faktor pembekuan, respons inflamasi lambat,
pembentukan antibodi dan limfosit menurun, jaringan kolagen kurang
lunak, jaringan parut kurang elastis. Usia reproduksi sehat adalah usia
yang aman bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan yaitu usia
20- 35 tahun. Kulit utuh pada dewasa muda yang sehat merupakan
suatu barier yang baik terhadap trauma mekanis dan juga infeksi,
begitupun yang berlaku pada efisiensi sistem imun, sistem
kardiovaskuler dan sistem respirasi yang memungkinkan
penyembuhan luka lebih cepat. Seiring dengan bertambahnya usia,
perubahan yang terjadi di kulit yaitu frekuensi penggunaan sel
epidermis, respon inflamasi terhadap cedera, persepsi sensoris,
proteksi mekanis, dan fungsi barier kulit. Kecepatan perbaikan sel
berlangsung sejalan dengan pertumbuhan atau kematangan usia
seseorang, namun selanjutnya proses penuaan dapat menurunkan
sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses
penyembuhan luka.
2. Tipe Operasi
Persalinan seksio sesarea jenis Lower-Segment Cesarean Birth
lebih cepat mengalami penyembuhan dibandingkan dengan persalinan
sectio caesarea tipe classic. Hal ini terjadi karena pembuluh darah yang
tersayat lebih sedikit pada persalinan seksio sesarea jenis Lower-
Segment Cesarean Birth dibandingkan dengan persalinan seksio
sesarea type classic sehingga resiko tinggi terjadinya perdarahan dan
infeksi pada ibu lebih kecil dibandingkan dengan persalinan yang
dilakukan dengan persalinan sectio caesarea tipe classic.
3. Tipe Tubuh
Tipe tubuh kemungkinan dapat mempengaruhi proses
penyembuhan luka. Pada pasien yang bertubuh gemuk dengan jumlah
lemak subkutan dan jaringan lemak yang memiliki sedikit pembuluh
darah berpengaruh terhadap kelancaran sirkulasi dan oksigenasi
jaringan sel yang akan mempengaruhi proses penyembuhan luka. Hal
ini berbeda pada pasien yang memiliki berat badan ideal.
4. Kesehatan Secara Umum
Pasien dengan status kesehatan yang baik memiliki persediaan
imunitas yang memadai yang digunakan dalam proses penyembuhan
luka. Sebaliknya, pasien dengan status kesehatan yang kurang baik
apalagi buruk memiliki persediaan imunitas yang tidak memadai
sehingga tidak cukup jumlahnya untuk digunakan dalam proses
penyembuhan luka. Hal tersebut dapat mempersulit proses
penyembuhan luka.
5. Nutrisi
Nutrisi yang berperan penting dalam penyembuhan luka terutama
nutrisi yang mengandung protein, lemak, dan karbohidrat. Nutrisi
yang mengandung protein akan meningkatkan perbaikan sel-sel yang
rusak serta meningkatkan daya imunitas tubuh. Hal ini sesuai dengan
fungsi protein, yaitu sebagai zat pembentukan antibodi, pengangkut
zat gizi, dan pengganti jaringan yang rusak. Nutrisi yang mengandung
lemak penting dalam pembentukan energy dan sebagai zat pelarut
vitamin A, D, E, dan K. Vitamin A, D dan E memiliki peranan dalam
imunitas tubuh. Vitamin K berperan penting dalam pembekuan darah
dan pembentukan tulang. Nutrisi yang mengandung karbohidrat
berperan penting dalam memenuhi kebutuhan energi selama proses
penyembuhan luka dan menghindarkan protein dan lemak untuk
melakukan katabolisme.
3. 4 Teknik Perawatan Luka
Untuk menjaga agar luka tetap bersih dan terhindar dari komplikasi maka
perawatan luka perlu dilakukan dengan benar dan sistematis.
Berikut adalah alat dan bahan yang perlu dipersiapkan :
Alat Steril:
- Pinset anatomis (2 buah)
- Pinset chirurgis (2 buah)
- Handscoon steril
- Kom steril (2 buah)
- Kasa dan kapas steril secukupnya
- Gunting jaringan/ Gunting Up Hecting (jika diperlukan)
Alat Lain:
- Gunting Perban/plester
- Plester
- Nierbeken (Bengkok)
- Alas / Perlak
- Kapas Alkohol dalam tempatnya
- Betadine dalam tempatnya
- Larutan dalam botolnya (NaCL 0,9%)
- Lembar catatan klien
Langkah-langkah perawatan luka bersih sebagai berikut :
1. Mendekatkan alat ke dekat pasien.
2. Mencuci tangan.
3. Lakukan informed consent lisan pada klien/keluarga dan instruksikan
klien untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan steril.
4. Menjaga privacy dan kenyamanan klien dan mengatur kenyamanan klien.
5. Siapkan plester untuk fiksasi (bila perlu).
6. Pasang alas/perlak.
7. Paket steril dibuka dengan benar.
8. Kenakan sarung tangan sekali pakai.
9. Membuka balutan lama, membasahi plester dengan kapas alkohol.
10. Lepaskan plester menggunakan pinset anatomis dengan melepaskan
ujungnya dan menarik secara perlahan, sejajar dengan kulit ke arah
balutan, buang balutan ke nierbeken.
11. Letakkan pinset on steril ke nierbeken yang sudah terisi larutan klorin
0,5%.
12. Mengkaji Luka: Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade luka, warna
dasar luka, fase proses penyembuhan, tanda-tanda infeksi perhatikan
kondisinya, letak drain, kondisi jahitan, bila perlu palpasi luka dengan
tangan non dominan untuk mengkaji ada tidaknya puss.
Membersihkan luka:
13. Larutan NaCl/normal saline (NS) dituang ke kom kecil 16. Ambil pinset,
tangan kanan memegang pinset chirurgis dan tangan kiri memegang pinset
anatomis.
14. Memasukkan kasa ke dalam kom berisi NaCL 0,9% dan meremasnya
dengan menggunakan pinset.
15. Luka dibersihkan menggunakan kassa dengan sekali usapan. Gunakan
teknik dari area kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi.
Menutup Luka :
16. Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan kasa steril kering.
17. Memberi topikal therapy bila diperlukan/sesuai indikasi.
18. Luka ditutup dengan kasa kering (kurang lebih 2 lapis)
19. Luka diberi plester secukupnya atau dibalut dengan pembalut dengan
balutan yang tidak terlalu ketat.
20. Membereskan alat-alat.
21. Lepaskan sarung tangan kemudian cuci tangan.
22. Bantu klien untuk berada dalam posisi yang nyaman.
23. Membereskan alat.
24. Dokumentasi hasil observasi luka, balutan dan atau drainase, waktu
melakukan penggantian balutan, respon klien.
BAB IV PEMBAHASAN

Pada saat kunjungan poli untuk kontrol jahitan, dilakukan anamnesis antara ibu
dan penulis. Didapatkan hasil yang masuk kedalam Data Subjektif yaitu ibu mengatakan
rasa nyeri pada luka jahitan berkurang namun nyeri jahitan sedikit mengganggu, saat ini
sakit tenggorokan, dan lutut nyeri.
Pada kunjungan kali ini, dilakukan beberapa pemeriksaan yang termasuk dalam
Data Objektif dan mendapatkan hasil : keadaan umum cukup, kesadaran compos mentis,
tekanan darah menunjukkan hasil 132/81 mmHg. Menurut Kemenkes (2016) tekanan
darah dikatakan “normal di bawah” adalah sistol <130 mmHg dan diastol <85 mmHg.
Dikatakan “normal tinggi” jika sistol 130-139 mmHg dan diastol 85-89 mmHg (Stadium
1) . Dari hasil pemeriksaan tekanan darah ibu, menunjukkan bahwa tekanan darah ibu
masuk kedalam kategori “Normal tinggi”. pada pemeriksaan pernapasan didapatkan hasil
20x/menit, hasil pemeriksaan suhu adalah 36,9 C, dan pemeriksaan saturasi oksigen
didapatkan hasil 99%.
Masuk kedalam ruang periksa, terlihat pada luka jahitan ibu post-sectio caesarea
hari ke-7 bahwa jenis luka adalah insisi, dengan luas luka 20 cm memanjang horizontal,
grade luka masuk pada stadium 2, warna dasar luka adalah coklat gelap kemerahan di
sekitar jahitan, proses penyembuhan masuk pada fase fibroblastik, tidak ada tanda tanda
infeksi, kondisi jahitan sudah kering, dan tidak terdapat pus. Hal ini tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik lahan.
Analisis data dalam kasus ini memuat diagnosa kebidanan, masalah, dan
kebutuhan. Diagnosa kebidanan yang dapat ditegakkan adalah Ny. M P2A1Ah2 usia 34
tahun 7 hari post partum sectio caesarea. Kemudian ditemukan masalah dalam kasus ini
yaitu nyeri pada luka jahitan yang berkurang namun mengganggu. Untuk kebutuhan yang
dapat diberikan mengenai informasi nyeri pada luka jahitan dan obat oleh dokter Sp.OG.
Pemenuhan kebutuhan lainnya adalah dengan melakukan perawatan luka jahitan post-
sectio caesarea.
Penatalaksanaan atas kasus Ny. M sesuai dengan analisa yang diperoleh adalah
bertanya kepada ibu secara umum tentang keluhannya mengenai masa nifas dan jahitan
post- sectio caesarea. kemudian menjelaskan kepada ibu bahwa rasa nyeri yang timbul di
luka jahitan adalah proses yang normal. Pembedahan SC akan merangsang pengeluaran
bahan-bahan yang dapat menstimulasi reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion
kalium, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P yang mengakibatkan adanya respon
nyeri. Selain itu, nyeri juga dapat disebabkan oleh stimulus mekanik seperti
pembengkakan jaringan yang menekan pada reseptor nyeri (Syarifah, Ratnawati dan
Kharisma, 2019). Hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik lahan.
Untuk melakukan perawatan luka, maka dilakukan pembersihan di luka jahitan
post- sectio caesarea. Pembersihan dilakukan dengan cara membersihkan luka terlebih
dahulu dengan NaCl. Sodium klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi, yang paling
sering adalah sodium klorida 0,9 % yaitu konsentrasi normal dari sodium klorida dan
untuk antiseptik ini sodium klorida disebut juga normal saline. NaCl merupakan larutan
isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering,
menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan
serta mudah didapat dan harga antiseptik lebih murah (Lestari dan Kunidah, 2020). Hal
ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik lahan.
Setelah luka dibersihkan dengan NaCl, luka jahitan diberikan betadine. Betadin
atau iodine digunakan untuk desinfektan sebelum dan setelah operasi untuk mencegah
timbulnya infeksi pada luka. Povidone iodine dapat membunuh semua patogen yang
penting dan bahkan dapat membunuh spora dimana spora merupakan salah satu bentuk
dari mikroorganisme yang paling sulit dibunuh (Lestari dan Kunidah, 2020). Hal ini tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan praktik lahan.
Namun, setelah itu luka jahitan sudah tidak ditutup lagi oleh perban. Hal tersebut
dilakukan karena sesuai dengan pemeriksaan dokter Sp.OG bahwa luka sudah membaik
dengan cepat. Luka ibu juga sudah mengering dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Sebagai penatalaksanaan nyeri dan pencegahan infeksi, dokter Sp.OG memberikan obat
asam mefenamat yang dikonsumsi 3x1 setelah makan. Asam mefenamat merupakan obat
antiinflamasi golongan non steroid yang mempunyai khasiat sebagai analgetik dan
antiinflamasi. Asam mefenamat merupakan satu-satunya mefenamat yang menunjukkan
kerja pusat dan juga kerja perifer (Lostapa et al., 2016). Dokter juga memberikan resep
obat antibiotik. Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi atau bakteri,
yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme
patogen, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat yang dibuat
secara semisintetis tersebut juga termasuk kelompok antibiotik, begitu pula senyawa
sintesis dengan khasiat antibakteri (Pratiwi, 2017).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil studi kasus terhadap "Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
pada Ny. M Umur 34 Tahun P2A1Ah2 dengan Tindakan Pembersihan Luka Atas
Indikasi Luka Post-Sectio Caesarea Hari ke-7 Di Rumah Sakit UNS" dengan
menggunakan manajemen kebidanan SOAP, dapat disimpulkan bahwa bidan
telah memberikan tindakan perawatan luka jahitan post-sectio caesarea. Asuhan
kebidanan Ny. M pada perawatan luka jahitan post-sectio di RS UNS telah sesuai
dengan teori dan tidak terdapat kesenjangan. Asuhan yang diberikan telah
dilakukan secara menyeluruh sehingga Ny. M dalam kondisi sehat dan normal
dalam masa nifasnya.

B. SARAN
Berdasarkan hasil studi kasus terhadap Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
pada Ny. M Umur 34 Tahun P2A1Ah2 dengan Tindakan Pembersihan Luka Atas
Indikasi Luka Post-Sectio Caesarea Hari ke-7 Di Rumah Sakit UNS, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Bagi RS UNS
Diharapkan bidan tetap melaksanakan setiap pelayanan kebidanan dengan
baik dan selalu berpegang pada standar asuhan kebidanan agar tercipta ibu
yang sehat untuk generasi yang sehat.
b. Bagi Klien
Diharapkan ibu dan keluarga klien dapat memahami tentang kebutuhan
ibu pada masa nifas, menjaga kebersihan diri, segera datang ke pelayanan
kesehatan apabila terdapat tanda bahaya pada masa nifas sampai 42 hari
setelah melahirkan.
c. Bagi Mahasiswa
Diharapkan semua mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam menerapkan asuhan kebidanan dengan baik dan benar,
mahasiswa mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan tentang
kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, R. (2018) ‘Faktor Risiko Infeksi Luka Operasi Bagian Obstetri Dan Ginekologi
Rsud Ulin Banjarmasin’, Jurnal Berkala Kesehatan, 4(1), p. 10. doi:
10.20527/jbk.v4i1.5654.

Aminuddin, M. et al. (2020) Modul Perawatan luka.

Aprina, A. and Puri, A. (2016) ‘Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persalinan


Sectio Caesarea di RSUD dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung’, Jurnal
Kesehatan, 7(1), p. 90. doi: 10.26630/jk.v7i1.124.

Ayuningtyas, D. et al. (2018) ‘Etika Kesehatan pada Persalinan Melalui Sectio Caesarea
Tanpa Indikasi Medis’. Jurnal MKMI.

Hasanah, U. (2019) ‘Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Perubahan Pengetahuan


Dan Sikap Masyarakat Pada Penderita Gangguan Jiwa’, Jurnal Keperawatan Jiwa,
7(1), p. 87. doi: 10.26714/jkj.7.1.2019.87-94.

Jitowiyono, S. (2017) ‘Asuhan Keperawatan Post Operasi’, Yogyakarta, Nuha Medika

Lestari, S. dan Kunidah, K. (2020) ‘EFEKTIFITAS ANTARA PERAWATAN LUKA


DENGAN MENGGUNAKAN NaCl 0,9% DAN BETADIN TERHADAP
PROSES PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI’, Jurnal Kesehatan, 7(1),
pp. 782–788. doi: 10.38165/jk.v7i1.120.

Lostapa, I. W. F. W. et al. (2016) ‘Kecepatan Kesembuhan Luka Insisi Yang Diberi


Amoksisilin Dan Asam Mefenamat Pada Tikus Putih’, Buletin Veteriner Udayana,
Universitas Udayana, 2(1), pp. 2–5.

Novita, D., S, D. dan Nurlisis (2018) ‘Determinan Persalinan Sectio Caesarea Di Rumah
Sakit Syafira Kota Pekanbaru’, Ensiklopedia of Journal, 1(1), pp. 158–168.
Pramono, M. B. A., dan Wiyati, P. S. (2021). Buku Ajar Obstetri Patologi Seksio
Sesaria. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Pratiwi, R. H. (2017) ‘Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen terhadap Antibiotik’,


Journal Pro-Life, 4(2), pp. 418–429.

Puji Setiana, Herawati, dan Sutriyati (2019) ‘Hubungan Kelainan Letak Janin ,
Preeklamsia, Ketuban Pecah Dini Dengan Persalinan Sectio Caesarea’, Jurnal
Kesehatan dan Pembangunan, 9(18), pp. 69–75. doi: 10.52047/jkp.v9i18.45.

Rahim, W. A., Rompas, S. dan Kallo, V. D. (2019) ‘Hubungan Antara Pengetahuan


Perawatan Luka Pasca Bedah Sectio Caesarea (Sc) Dengan Tingkat Kemandirian
Pasien Di Ruang Instalasi Rawat Inap Kebidanan Dan Kandungan Rumah Sakit
Bhayangkara Manado’, Jurnal Keperawatan, 7(1). doi: 10.35790/jkp.v7i1.22890.

Sitorus, F. E. dan Purba, B. B. (2019) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Pemilihan Tindakan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Di Rsu Sembiring Delitua’,
Jurnal Keperawatan Dan Fisioterapi (Jkf), 1(2), pp. 42–47. doi:
10.35451/jkf.v1i2.133.

Solehati, T. (2017) ‘Konsep Relaksasi Dalam Keperawatan Maternitas, Bandung’, Pt


Refika
Aditama.

Syarifah, A. S., Ratnawati, M. dan Kharisma, A. D. (2019) ‘Hubungan Tingkat Nyeri


Luka Operasi Dengan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Sectio Caesarea Di Paviliun
Melati Rsud Jombang’, Jurnal Ilmiah Kebidanan (Scientific Journal of Midwifery),
5(1), pp. 66–73. doi: 10.33023/jikeb.v5i1.238.

Wijaya, M. S. (2018) Perawatan Luka dengan Pendekatan Multidisiplin. Yogyakarta:


Andi.
Yuhana, Tuti Farida, T. (2022) ‘Hubungan Ketuban Pecah Dini, Partus Lama, dan Gawat
Janin dengan Tindakan Persalinan Sectio Caesarea di Rumah Sakit TK. IV DR.
Noesmir Baturaja Tahun 2020’, Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi,
22(1), pp. 78–83. doi: 10.33087/jiubj.v22i1.1735.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Dokumentasi Asuhan Kebidanan

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PADA NY M UMUR 34 TAHUN


P2A1Ah2 DENGAN TINDAKAN PERAWATAN LUKA ATAS
INDIKASI LUKA POST-SECTIO CAESAREA HARI KE-7
DI RUMAH SAKIT UNS

No. Register : 00051154


Tanggal/Jam Masuk : 5 Juli 2022/10.30 WIB
Tempat : Ruang Poli Obsgyn

I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP


A. IDENTITAS PASIEN: IDENTITAS SUAMI:

1. Nama : Ny. M Nama : Tn. A

2. Umur : 34 tahun Umur : 40 tahun

3. Agama : Islam Agama : Islam

4. Suku Jawa Suku Jawa


Bangsa : Bangsa :

5. Pendidikan: S1 Pendidikan: S1

6. Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta

7. Alamat : Tuwak 002/002, Alamat : Tuwak 002/002,


Kartasura, Kartasura,
Sukoharjo Sukoharjo
B. ANAMNESA (Data Subjektif)
1. Alasan utama pada waktu masuk: pasien mengatakan perutnya
kenceng-kenceng
2. Riwayat menstruasi:
a. Menarche : 13 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lama : 7 hari
d. Banyaknya : 1 pembalut
e. Teratur/tidak teratur : teratur
f. Sifat darah : encer
g. Dismenorhoe : tidak ada
3. Riwayat perkawinan
Status perkawinan: sah, kawin: 1 kali, jumlah anak 1 orang
4. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

N TGL/ TEM UMUR JENIS PENO ANAK NIFAS KEADAA


O THN PAT KEHA PART LON N ANAK
JENIS BB P KE LAKT
PAR PAR MILA US G SEKARA
B AD ASI
TUS TUS N NG

1. 2018 - - abortu dokter - - - -


s

2. 2019 RS normal bidan perem 3200 seh ASI sehat


UNS puan gram at

3. 2022 RS 39+2 SC dokter perem 3100 seh ASI sehat


UNS minggu puan gram at
5. Riwayat kehamilan
a. HPHT : 26-09-2021
b. HPL : 03-07-2022
c. Keluhan-keluhan pada
Trimester I : mual
Trimester II : terkadang pusing
Trimester III : nyeri punggung
d. ANC : 4 kali teratur
e. Penyuluhan yang pernah didapat: asi eksklusif dan
keluarga berencana
6. Riwayat persalinan ini
a. Tempat persalinan: RS UNS Penolong: Dokter
b. Tanggal/Jam persalinan : 28 Juli 2022
c. Umur kehamilan : 39+2 minggu
d. Jenis persalinan : sectio caesarea
e. Tindakan lain : induksi (gagal karena
terdapat gejala hipertensi)
f. Komplikasi/kelainan dalam persalinan: hipertensi
g. Perineum: tidak ruptur, tidak dijahit
7. Riwayat keluarga berencana : IUD
8. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang : hipertensi gestasional
b. Riwayat penyakit sistemik :
● Jantung : (-)
● Ginjal : (-)
● Asma/TBC : (-)
● Hepatitis : (-)
● DM : (-)
● Hipertensi : (-)
● Epilepsi : (-)
● Lain-lain : (-)
c. Riwayat penyakit keluarga : (-)
d. Riwayat keturunan kembar : (-)
e. Riwayat operasi : (-)
9. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi:
● Diet makanan : tinggi kalori dan protein
● Perubahan pola makan: lebih tinggi protein (makan
6 butir putih telur) daripada ketika hamil.
b. Personal hygiene : mandi 2 kali sehari
c. Eliminasi:
● BAB : 1 kali sehari, normal, tidak ada keluhan
● BAK : 3 kali sehari, normal, tidak ada keluhan
d. Istirahat/tidur : 5 jam sehari
e. Psikososial budaya:
● Dukungan keluarga: keluarga mendukung
● Keluarga lain yang tinggal serumah: kakek dan
nenek
● Pantangan makanan: tidak ada
● Kebiasaan adat istiadat: tidak ada
f. Penggunaan obat-obatan, jamu, atau rokok : minum
vitamin untuk menyusui
C. PEMERIKSAAN FISIK (Data Objektif)
1. Status Generalis
a) Keadaan umum : cukup
b) Kesadaran : compos mentis
c) TTV :
KU : baik KS : compos mentis
BR : 132/81 mm/Hg PR : 110 x/m T : 36,9°C
RR : 20 x/m SpO2: 99
d) TB : 160 cm BB sekarang : 72 kg
e) Nyeri : skala 1-3
2. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
(1) Rambut : bergelombang, tidak berbau, hitam
(2) Muka : oval
(3) Mata :
(a) Oedema : tidak ada
(b) Konjungtiva : merah muda
(c) Sklera : putih
(4) Hidung : simetris, tidak ada polip dan
serumen
(5) Telinga : simetris, bersih
(6) Mulut/gigi/gusi : simetris, merah muda, tidak
ada sariawan, tidak ada karies.
b) Leher
(1) Kelenjar gondok : tidak ada
(2) Tumor : tidak ada
(3) Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada
c) Dada dan Axilla
(1) Mamae
(a) Pembengkakan: tidak ada
(b) Tumor : tidak ada
(c) Simetris : simetris
(d) Areola : hiperpigmentasi
(e) Puting susu : menonjol
(f) Kolostrum/ASI : keluar
(2) Axilla
(a) Benjolan : tidak ada
(b) Nyeri : tidak ada
d) Punggung
(1) Pembengkakan : tidak ada
(2) Deformitas tulang belakang : tidak ada
e) Ekstremitas:
(1) Varices : tidak ada
(2) Oedema : tidak ada
(3) Reflek patella : (+)
(4) Betis merah/lembek/keras : (-)
(5) Homan’s sign : (-)
3. Pemeriksaan Khusus Obstetri
a. Abdomen
i. Inspeksi
1. Pembesaran Perut : tidak ada
2. Linea alba / nigra : nigra
3. Strie Albican / Livide : tidak ada
4. Kelainan : tidak ada
5. Luka SC:
a. Jenis : insisi
b. Luas/kedalaman : 20 cm/0 cm
c. Grade :2
d. Warna dasar : merah kecoklatan
e. Fase proses penyembuhan:
fibroblastik
f. Tanda-tanda infeksi : tidak ada
g. Kondisi jahitan : kering
h. Pus : tidak ada
4. Pemeriksaan penunjang (tidak dilakukan)
II. INTERPRETASI DATA
Tanggal: 05-07-2022 Pukul: 10.45 WIB
A. DIAGNOSA KEBIDANAN
Ny.M P2A1Ah2 umur ibu 34 tahun dengan luka post-sectio caesarea hari
ke-7.
Data Dasar:
DS :
1. Pasien mengatakan ingin kontrol luka jahitan di RS
2. Pasien merasa nyeri pada luka jahitan sudah berkurang
DO :
1. TTV :
KU : baik KS : compos mentis
BR : 132/81 mm/Hg PR : 110 x/m
RR : 20 x/m SpO2 : 99%
T : 36,9°C
2. Nyeri : skala 1-3
3. Luka jahitan:
Jenis : insisi
Luas/kedalaman : 20 cm/0 cm
Grade : 2
Warna dasar : merah kecoklatan
Fase proses penyembuhan : fibroblastik
Tanda-tanda infeksi : tidak ada
Kondisi jahitan : kering
Pus : tidak ada
B. MASALAH
Rasa nyeri pada luka jahitan berkurang namun sedikit mengganggu.
C. KEBUTUHAN
1. Perawatan luka post-sectio caesarea.
2. Pemberian antibiotik.
3. Pemberian asam mefenamat.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
tidak ada
IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
tidak ada
V. PELAKSANAAN
Tanggal: 05-07-2022 Pukul: 11.14 WIB
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa rasa nyeri yang dirasakan pada jahitan
adalah normal.
2. Memeriksa tanda-tanda vital dan skala nyeri. Ibu telah diberitahu
hasilnya bahwa tekanan darah ibu normal tinggi dan nyeri yang
dirasakan saat ini tergolong dalam kategori normal. Hasil pemeriksaan
ibu sebagai berikut:
KU : Cukup KS : Compos mentis
BR : 132/81 mmHg PR : 110 x/m
RR : 20x/m SpO2 : 99%
T : 36,9 C
Nyeri : skala 1-3
3. Menjaga privacy dan kenyamanan Ibu dan mengatur kenyamanan.
4. Memberikan informed consent lisan untuk dilakukan perawatan luka
post- sectio caesarea dan menginstruksi untuk tidak menyentuh area luka
atau peralatan steril.
5. Memasang perlak.
6. Membuka paket steril dengan benar.
7. Mengenakan sarung tangan sekali pakai.
8. Membuka balutan lama dan membasahi plester dengan kapas alkohol.
9. Melepaskan plester menggunakan pinset anatomis dengan melepaskan
ujungnya dan menarik secara perlahan, sejajar dengan kulit ke arah
balutan, buang balutan ke nierbeken.
10. Meletakkan pinset on steril ke nierbeken yang sudah terisi larutan klorin
0,5%
11. Mengkaji luka dan memberitahu ibu bahwa luka sudah menutup dengan
baik.
a. Jenis : insisi
b. Luas/kedalaman : 20 cm/0 cm
c. Grade :2
d. Warna dasar : merah kecoklatan
e. Fase proses penyembuhan: Fibroblastik
f. Tanda-tanda infeksi : tidak ada
g. Kondisi jahitan : kering
h. Pus : tidak ada
12. Menuangkan larutan NaCl/normal saline (NS) ke kom kecil.
13. Mengambil pinset, tangan kanan memegang pinset chirurgis dan tangan
kiri memegang pinset anatomis.
14. Memasukkan kasa ke dalam kom berisi NaCL 0,9% dan meremasnya
dengan menggunakan pinset.
15. Membersihkan luka menggunakan kasa dengan sekali usapan dan teknik
dari area kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi.
16. Mengeringkan luka dengan kasa steril kering.
17. Membereskan alat.
18. Melepaskan sarung tangan kemudian cuci tangan.
19. Membantu klien sehingga posisi nyaman.
20. Memberikan resep obat Asam Mefenamat 3x1 (10 biji) dari dokter Sp.
OG dikonsumsi setelah makan sebagai analgetik dan antiinflamasi untuk
mengurangi rasa nyeri pada luka jahitan.
21. Memberikan resep obat antibiotik dari dokter Sp. OG untuk mencegah
infeksi pada luka jahitan.
22. Mendokumentasikan tindakan.
VI. EVALUASI
Tanggal: 05-07-2022 Pukul: 11.26 WIB
Evaluasi penatalaksanaan perawatan luka pada Ny. M umur 34 tahun P2A1Ah2
dengan luka post-sectio caesarea hari ke-7.
S : pasien mengatakan tidak ada keluhan
O :
KU : baik KS : compos mentis
BR : 132/81 mm/Hg PR : 90 x/m
T : 36,6°C RR : 90 x/m SpO2 : 99%
Nyeri : skala 1-3
Luka :
1. Jenis : insisi
2. Luas/kedalaman : 20 cm/0 cm
3. Grade :2
4. Warna dasar : merah kecoklatan
5. Fase proses penyembuhan: Fibroblastik
6. Tanda-tanda infeksi : tidak ada
7. Kondisi jahitan : kering
8. Pus : tidak ada
A : Ny. M. umur 34 tahun P2A1Ah2 dengan luka post-sectio caesarea hari
ke-7
P :
1. Berikan pendidikan kesehatan tentang perawatan luka.
2. Berikan penjelasan konsumsi obat Asam Mefenamat dan
antibiotik.
Lampiran 2. Foto Kegiatan

Gambar 1. Pelepasan perban penutup luka SC

Gambar 2. Pembersihan luka menggunakan kasa steril dengan NaCl

Gambar 3. Pengeringan luka menggunakan kasa steril


Lampiran. 3 Lembar Konsultasi dengan Pembimbing Lapangan

LEMBAR KONSULTASI DENGAN PEMBIMBING LAPANGAN

NO Hari/ Topik Konsul Hasil Konsultasi Mahasiswa Pembimbing


tanggal

Anggota Kelompok :

1. Evinka Shella Dewi (R0419009)


2. Fatimah Rachmawati (R0419010)
3. Fauziah Rahmawati (R0149011)
4. Hafida Salsabila (R0419013)
5. Hanifah Sarah Nur Laila Aji (R0419015)
Lampiran 4. Lembar Konsultasi dengan Pembimbing Institusi

LEMBAR KONSULTASI DENGAN PEMBIMBING INSTITUSI

NO Hari/ Topik Konsul Hasil Konsultasi Mahasiswa Pembimbing


tanggal

Anggota Kelompok :

1. Evinka Shella Dewi (R0419009)


2. Fatimah Rachmawati (R0419010)
3. Fauziah Rahmawati (R0149011)
4. Hafida Salsabila (R0419013)
5. Hanifah Sarah Nur Laila Aji (R0419015)

Anda mungkin juga menyukai