NORFA HUSADA
Jln. Mayor Ali Rasyid No. 17 ABCD Telp : (0762) 21600 – Fax : (0762) 21672 HP.
082248513243
BANGKINANG
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN REKAM MEDIS
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK NORFA HUSADA
MEMUTUSKAN:
BAB I KETENTUAN
UMUM Pasal I
Dalam Peraturan Direktur ini yang dimaksud dengan :
1. Rekam medis adalah dokumen yang berisikan data identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien.
2. Rekam Medis Elektronik adalah Rekam Medis yang dibuat dengan
menggunakan sistem elektronik yang diperuntukkan bagi penyelengaraan
Rekam Medis
3. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
-3-
e. Rumah sakit menetapkan unit yang mengelola sistem rekam medis secata
tepat, bernilai dan dapat dipertanggung jawabkan
f. Unit kerja rekam medis memiliki struktur organisasi, uraian
tugas,fungsi,tanggung jawab dan tata hubungan kerja dengan unit
pelayanan lain
-4-
g. Informasi kesehatan (rekam medis) harus dijaga keamanan dan
kerahasiaan nya dan disimpan sesuai dengan peraturan perundangan
h. Informasi kesehatan yang dikelola secara elektronik harus menjamin
keamanan kerahasiaan dalam 3 ( tiga) tempat yaitu server didalam rumah
sakit, salinan ( Backup) data rutin dan data virtual (Cloud) atau salinan
(Backup) data diluar rumah sakit
i. Penyimpanan dokumen fisik rekam medis mencakup lokasi yang tidak
terkena panas serta aman dari air dan api, hanya dapat diakses oleh staf
yang berwenang dan memastikan ruang penyimpanan rekam medis fisik
memiliki suhu dan tingkat kelembaban yang tepat
j. Penyimpanan Rekam Medis Elektronik merupakan kegiatan penyimpanan
data Rekam Medis pada media penyimpanan berbasis digital pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
k. Penyimpanan Rekam Medis Elektronik harus menjamin keamanan,
keutuhan, kerahasiaan, dan ketersediaan data Rekam Medis Elektronik.
-5-
BAB III
PENUTUP
Pasal 4
Ditetapkan di : Bangkinang
Pada Tanggal :
DIREKTUR RSIA NORFA HUSADA
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahirnya rekam medis berjalan sejajar dengan lahirnya ilmu
kedokteran karenanya sejak Zaman Batu (Paleolithic) lebih kurang 25.000
SM di Spanyol rekam medis telah ada, tetapi dalam bentuk yang primitif
sekali berupa pahatan pada dinding gua.
. Tahun 1905 Dokter George Wilson seorang dokter kebangsaan
Amerika dalam rapat tahunan American Medical Association ke 56
membacakan naskahnya : "A Clinical Chart for The Record of Patient in Small
Hospital " yang kemudian diterbitkan dalam Journal of American Association
pada 23 september1905.
Berikut adalah perkembangan selanjutnya :
1) Tahun 1935 di USA muncul 4 buah sekolah Rekam Medis.
2) Tahun 1955 berkembang menjadi 26 sekolah dan terdapat 1000
lulusan.
3) Tahun 1948 Inggris membuat 4 sekolah rekam medis.
4) Tahun 1944 didirikan sekolah rekam medis di Australia oleh seorang
ahli Rekam Medis dari Amerika yang bernama Ny. Huffman, di Sydney
dan Melbourne.
Kongres Rekam Medis pertama diselenggarakan di London pada tahun
1952 yang dihadiri oleh 9 negara. Pertemuan pertemuan berikutnya
diadakan dalam kurun waktu dekat setelah kongres yang pertama hingga
Kongres yang kelima dimana pada kongres ini terbentuk Organisasi Rekam
Medis Dunia yang dikenal dengan IFHRO (International Federation of
Health Record Organization.
Semenjak masa pra-kemerdekaan di Indonesia, beberapa rumah sakit
sudah melakukan kegiatan pencatatan, hanya saja penataannya masih
belum dilaksanakan dengan baik atau belum mengikuti sistem informasi
-7-
keluarga terdekat atau pihak lain. Rekam Medis harus dibuat oleh
penanggung jawab pelayanan.
Penyampaian Rekam Medis kepada keluarga terdekat dilakukan dalam
hal:
a. Pasien dibawah umur 18 (delapan belas) tahun
b. Pasien dalam keadaan darurat
Penyampaian Rekam Medis kepada pihak lain dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari Pasien.
Isi Rekam Medis paling sedikit terdiri atas:
a. Identitas Pasien
b. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang
c. Diagnosa, pengobatan, dan rencana tindak lanjut pelayanan kesehatan
d. Nama dan tanda tangan Tenaga Kesehatan pemberi pelayanan kesehatan
Isi Rekam Medis Elektronik terdiri atas:
a. Dokumentasi Administratif (berisi dokumentasi pendaftaran)
b. Dokumentasi Klinis (berisi seluruh dokumentasi pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada pasien di Fasilitas Pelayanan Kesehatan)
Dalam ketentuan tersebut rekam medis harus dibuat secara tertulis,
lengkap dan jelas atau secara elektronik. Sedangkan untuk
penyelenggaraan rekam medis dengan menggunakan teknologi informasi
secara elektronik diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri. Pada
pasal 3 isi rekam medis terbagi menjadi 6 yaitu;
a. Berkas Rekam Medis Rawat Jalan
Isi berkas rekam medis pasien rawat jalan sekurang-kurangnyamemuat:
1) Identitas pasien
a) Tanggal dan waktu
b) Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit
c) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
d) Diagnosis
e) Rencana penatalaksanaan
f) Pengobatan dan atau tindakan
g) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
h) Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik dan
i) Persetujuan tindakan bila diperlukan
b. Isi Rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari
sekurang-kurangnya memuat:
1) Identitas pasien
- 14 -
adaalah nomor rekam medis dan nama pasien. Kartu tersebut digunakan
untuk mempermudah pencarian kembali rekam medis pasien yang akan
berobat. Landasan Hukum Instalasi Rekam Medis di Rumah Sakit Umum
Daerah Bangkinang adalah merupakan bagian yang harus terselenggara
sesuai dengan :
1) Permenkes No.24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.
2) Undang Undang no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran ( Pasal
46-47 tentang rekam medis dan pasal 48 tentang wajib simpan rahasia
kedoketeran)
3) Permenkes no 290/MENKES/PER/III/2008 Tentang persetujuan
tindakan kedokteran
4) Undang Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit
5) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
6) Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996 tentang tenaga rekam medis.
7) Keputusan Menteri Kesehatan no 377/Menkes/SK/111/2007 tentang
Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan.
8) Surat Keputusan Menkes RI No.034/BIRHUP/1972. Ada kejelasan bagi
rumah sakit menyangkut kewajiban untuk menyelenggarakan rekam
medis dengan kegiatannya menunjang pelayanan medis yang diberikan
kepada pasien, meliputi membuat rekam medis berdasarkan ketentuan
yang telah ditetapkan, serta merawat statistik yang telah up to date.
Melalui peraturan-peraturan tentang rekam medis, diharapkan rumah
sakit dapat menyelenggarakan rekam medis berjalan sebagaimana yang
diharapkan.
9) SK Dir Jen Yan Medik tahun 1996, Nomor : YM.00.03.2.2. 1296 Revisi
Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit.
10) Kebijakan Pelayanan Rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah
Bangkinang.
1. ASPEK HUKUM REKAM MEDIS
a). Aspek Persyaratan Hukum
Dalam Permenkes Nomor 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis Pasal 29
menyatakan bahwa Rekam Medis Elektronik harus memenuhi prinsip
keamanan data dan informasi, meliputi:
a) Kerahasiaan
b) Integritas
c) Ketersediaan
- 17 -
B = cuti tahunan
C = pendidikan dan pelatihan
D = hari libur nasional
E = ketidakhadiran kerja (sesuai dengan rata-rata ketidakhadiran
kerja selama kurun waktu 1 tahun, karena alasan sakit, tidak masuk
kerja dengan atau tanpa pemberitahuan atau ijin)
F = waktu kerja (waktu kerja dalam satu hari)
Beban kerja masing-masing kategori SDM di unit kerja rumah sakit meliputi :
a) Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing-masing kategori tenaga,
b) Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyesuaikan tiap kegiatan
pokok, dan
c) Standar beban kerja per 1 tahun masing-masing kategori SDM.
1). Kegiatan pokok adalah kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai
denganstandar pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP), untuk
melaksanakan pelayanan kesehatan/medik yang
dilaksanakan SDMkesehatan dengan kompetensi tertentu. Langkah
selanjutnya untuk memudahkan dalam menetapkan beban kerja
masing-masing kategori SDM perlu disusun kegiatan pokok serta jenis
kegiatan pelayanan yang berkaitan langsung fdengan pelayanan
kesehatan perorangan.
2). Rata-rata waktu ditetapkan berdasarkan pengamatan dan pengalaman
selama bekerja dan kesepakatan bersama. Agar diperoleh data rata-rata
waktu yang cukup akurat dan dapat dijadikan acuan, sebaiknya
ditetapkan berdasarkan waktu produktif yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh SDM yang memiliki kompetensi,
kegiatan pelaksanaan standar pelayanan, standar operasional (SOP) dan
memiliki etos kerja yang baik.
3). Standar beban kerja adalah volume atau kuantitas bebas kerja selama 1
tahun per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan
pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan (waktu rata-rata) dan waktu kerja tersedia yang dimiliki
oleh masing-masing kategori SDM.
Penyusunan faktor kelonggaran dapat dilaksanakan melalui pengamatan dan
wawancara kepada tiap kategori tentang :
1) Kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan kepada
pasien, misalnya: rapat,penyusunan laporan kegiatan,penyusunan
kebutuhan obat atau bahan habis pakai, seminar, pelatihan, pembinaan
karya, dll.
2) Frekuensi kegiatan dalam suatu hari/,minggu/,bulan.
- 30 -
Perhitungan Kebutuhan
Tenaga
Kebutuhan Tenaga = KuantitasKegiatan Pokok + Standar
Kelonggaran
Standar Beban Kerja
Standar beban kerja per kategori tenaga didapatkan dengan
membagiwaktu kerja tersedia dengan rata-rata waktu produktif tenaga
tersebut untuk
menyelesaikan satuan produk layanan. Sehingga langkah pertama sebelum
menghitung jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah dengan menghitung
penggunaan waktu produktif dari kategori tenaga yang diamati.
B. Distribusi Ketenagaan
SDM Unit rekam medis RSIA Norfa Husada Bangkinang berjumlah 6
orang dan sesuai dengan struktur organisasi Unit rekam medis. Unit rekam
medis RSIA Norfa Husada Bangkinang
- 32 -
dikepalai oleh seorang kepala Unit dengan pendidikan DIII Rekam Medis<
Adapun pendistribusian SDM Unit rekam medis adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Distribusi Ketenagaan Unit Rekam Medis RSIA Norfa Husada
Bangkinang
No Pendidikan Jabatan Jumlah
Staf Pelaksana
DIII Rekam
2 Pendaftaran 3
Medis
Rawat Jalan dan
rawat inap
Koding dan
DIII Rekam Indexing,
3 1
Medis Asembling,
Staf Pelaksana
Penyimpanan
7 DIII Rekam 1
dan distribusi
Medis
rekam medis
Total 6
- 33 -
C. Pengaturan Shift
Adapun penempatan staf dan pengaturan shift pada Unit Rekam Medis
RSIA Norfa Husada Bangkinang dapat dijabarkan dalam tabel berikut:
Tabel 2.3. Pengaturan Shift Unit Rekam Medis RSIA Norfa Hus
Bangkinang
Nama
No Fungsi Kebutuhan Fasilitas
Ruangan
Tempat Meja, Kursi,
penyimpanan Komputer, rak berkas rekam
berkas rekam medis, AC, tabung APAR
Ruang
medis rawat jalan serta peralatan kantor
Penyimpanan
1 dan rawat inap lainnya.
Berkas
yang meliputi
Rekam Medis
informasi tentang
identitas pasien,
diagnosis
Ruang ini Meja, Kursi, Lemari Berkas /
digunakan untuk arsip, AC, dan peralatan
menyelenggarakan kantor lainnya.
Ruang kegiatan
Pengolahan Pengolahan data
2
DataRekam meliputi:
Medis 1. Ruang kerja
kepala Unit
2. Pelaporan
3. Assembling
Tempat sebagai Meja, Kursi, komputer,
pintu awal pasien printer, telepon serta
Tempat masuk atau kontak peralatan kantor lainnya
3 Pendaftaran pertama kali pasien
Pasien dengan rumah
sakit untuk pasien
rawat jalan, rawat
inap
1). Kepala Instalasi Rekam Medis (Ruangan Pengolahan Data Rekam Medis)
Fasilitas ruangan kepala Unit Rekam medis yang bergabung dengan
bagian pengolahan data bersih dan ber AC. Tempat tertutup dan
penerangan yang cukup. Fasilitas dan peralatan yang digunakan antara
lain:
a) 3 Set Meja Kantor
b) 3 komputer
c) 1 Printer
d) Buku ICD-10
e) Buku ICD 9 CM
f) Buku Saku Singkatan dan Simbol
c) Tabung APAR
d) Barang Habis Pakai untuk Perkantoran
e) Lemari arsip
f) Lemari rak penyimpanan berkas rekam medis
Pintu masuk dilengkapi dengan access door dimana hanya petugas rekam
medis yang bisa masuk dengan menggunakan sidik jari.
- 36 -
A. Penerimaan Pasien
Pasien adalah pelanggan utama yang tidak dapat tergantikan di dalam
suatu instansi kesehatan. Pasien dirumah sakit dapat dikategorikan sebagai
pasien poliklinik (pasien berobat jalan), pasien gawat darurat dan pasien rawat
inap. Sedangkan berdasarkan jenis jenisnya dapat dikategorikan sebagai
berikut :
1) Dilihat dan segi pelayanan rumah sakit pasien datang ke rumah sakit
dibedakan menjadi :
a) Pasien yang dapat menunggu
b) Pasien berobat jalan yang datang dengan perjanjian
c) Pasien yang datang tidak dalam keadaan gawat
d) Pasien yang segera ditolong (pasien gawat darurat)
2) Sedangkan menurut jenis kedatangannya, pasien dapat dibedakan
menjadi:
a) Pasien baru : adalah pasien yang baru pertama kali datang ke
rumah sakit untuk keperluan berobat.
b) Pasien lama : adalah pasien yang pernah datang sebelumnya untuk
keperluan berobat.
3) Kedatangan pasien ke rumah sakit dapat terjadi karena :
a) Dikirim oleh dokter praktek di luar rumah sakit.
b) Dikirim oleh Puskesmas atau jenis pelayanan kesehatan lainnya.
c) Datang atas kemauan sendiri.
a) Loket I
Adalah : Adalah Loket tempat pendaftaran pasien Baru dan
pendaftaran pasien lama, khusus pasien BPJS/ KIS.
Disini pasien terlebih dahulu mengambil nomor antrian di
mesin antrian sesuai dengan rujukan atau surat kontrol ke
Poliklinik yang dituju, kemudian petugas loket I memanggil dan
memeriksa surat rujukan dari Faskes I (Fasilitas Kesehatan
Tingkat I) atau surat kontrol bagi pasien lama, Setelah petugas
mendaftarkan pasien dan mencetak SEP, petugas Loket I
menyerahkan SEP ke pasien dan menyuruh pasien menunggu
di poliklinik yang dituju. Setelah pasien BPJS selesai dipanggil
dan didaftarkan semua, petugas loket I akan memanggil dan
mendaftarkan pasien Jamkesda dan Pasien Umum.
b) Loket II
Adalah loket tempat pendaftaran pasien Baru dan pasien lama
khusus pasien pasien umum. Disini petugas memanggil pasien
sesuai dengan nomor antrian yang diambil oleh pasien. Dan
menyuruh pasien menunggu di poliklinik yang dituju.
d) Tanggal lahir pasien (tanggal, bulan, tahun) dan kota tempat kelahiran.
e) Jenis kelamin (perempuan atau laki-laki).
f) Status pernikahan(kawin, belum kawin, janda, duda, dibawah umur)
g) Tanggal dan waktu terdaftar ditempat penerimaan pasien rawat
inap/rawat jalan/rawat darurat.
h) Nama Rumah sakit ( tertera pada kop formulir: nama, alamat, telepon,
kota)
Tujuan dan pengumpulan informasi demografi ini adalah untuk
menginformasikan identitas pasien secara lengkap. Rumah sakit dan
organisasi pelayanan kesehatan yang terkait juga menggunakan informasi
demografi pasien sebagai basis data statistik, riset dan sumber perencanaan.
Untuk memberikan kemudahan dalam pengumpulan data demografi di atas
digunakan formulir identitas pasien yang isinya mencakup diantaranya yaitu;
a) No KTP / NIK
b) Nama Lengkap
c) Alamat
d) Telepon/HP
e) Tempat/Tgl Lahir
f) Jenis Kelamin dan umr pasien
g) Agama dan Suku bangsa
h) Status pemikahan
i) Pendidikan
j) Pekerjaan
k) Nama suami/istri pasien
l) Nama orang tua kandung pasien
m) Nama, Alamat dan No Tlp/HP pasien/ keluarga pasien
n) Cara pembayaran pasien
Cara pemberian identitas pasien adalah setiap pasien yang datang
pertama kali berobat atau disebut dengan pasien baru selain bayi baru lahir di
dalam rumah sakit atau pelayanan kesehatan harus mengisi formulir
indentitas pasien yang telah disediakan di loket-loket pendaftaran baik di
tempat pendaftaran poliklinik maupun di tempat pendaftaran IGD atau bisa
langsung melalui wawancara oleh petugas pendaftaran.
Pemasangan gelang pasien dilakukan saat pasien datang di IGD atau saat
pasien ditentukan untuk rawat inap. Pemasangan gelang pasien dilakukan
dengan prosedur yang telah ditetapkan sebagai alat identifikasi pasien saat
- 49 -
rawat inap dan Instalasi Gawat Darurat disimpan terpusat dan di bawah satu
penanggung jawab yaitu Unit Rekam Medis
Penyimpanan berkas rekam medis menurut nomor yang digunakan adalah
sistem angka akhir (Terminal Digit System). Disini digunakan nomor-nomor
dengan 6 angka, yang dikelompokan menjadi 3 kelompok masing-masing
terdiri dari 2 angka. Angka pertama adalah kelompok angka yang terletak
paling kanan, angka kedua adalah kelompok 2 angka yang terletak ditengah
dan angka ketiga adalah kelompok 2 angka yang terletak paling kiri.
13 80 90
angka ketiga angka kedua angka pertama
(tertier digits) (secondary digits) (primary digits)
Dalam penyimpanan dengan sistem angka akhir (terminal digit system) ada 100
kelompok angka pertama (primary section) yaitu 00 sampai dengan 99.Pada
waktu penyimpanan petugas harus melihat angka-angka pertama dan
membawa rekam medis tersebut ke daerah rak penyimpanan untuk kelompok
angka-angka pertama yang bersangkutan. Pada kelompok angka pertama ini
rekam medis- rekam medis disesuaikan urutan letaknya menurut angka
kedua, kemudian rekam medis disimpan didalam urutan sesuai dengan
kelompok angka ketiga, sehingga dalam setiap kelompok penyimpanan nomor-
nomor pada kelompok angka ketigalah (tertier digits) yang selalu berlainan.
Contoh :
13-80-90 10-98-86 04-81-54
14-80-90 11-98-86 05-81-54
15-80-90 12-98-86 06-81-54
pengolahan rekam medis lebih cenderung pada pengolahan data yang bersifat
tersirat artinya pelayanannya tidak langsung terlihat dan tidak berinteraksi
langsung dengan customer atau unit lainnya.
Proses pengolahan rekam medis diselenggarakan oleh Unit Rekam Medis,
kegiatan dan ketentuan mengenai proses pengolahan rekam medis adalah
sebagai berikut;
1). Pengolahan Berkas Rekam Medis
Pengelolaan Rekam Medis adalah pengelolaan record yang dihasilkan
rumah sakit, merupakan bagian dan manajemen record. Susan Z Diamond
(1995) dalam bukunya Record Management menyebutkan manajemen record
adalah berkenaan dengan control record itu sendiri mulai dan penciptaan,
yang diteruskan pada masa aktif dan inaktif, sampai kepada masa
pemusnahannya. Menurunya record mempunyai empat tahapan dalam
sikulusnya, yaitu:
a) Tahap penciptaan record.
b) Tahap record aktif, pada tahap ini frekuensi penggunaan record masih
tinggi. Dibutuhkan lebih cepat dalam mengakses.
c) Tahap record Inaktif, pada tahap ini tetap disimpan karena alasan
aspek hukum dan digunakan untuk referensi.
d) Tahap pemusnahan, terjadi karena organisasi tidak lagi membutuhkan
dan tidak digunakan untuk masalah legalitas.
Alur rekam medis rawat jalan adalah sebagai berikut :
a). Pasien mendaftar di Tempat Pendaftaran Rawat Jalan
b). Petugas Admision melakukan pendaftaran dan :
1) Pencatatatan pada program Pendaftaran : Nama pasien, No RM,
Identitas dan Data Sosial pasien
c). Petugas rekam medis mengidentifikasi pasien rawat jalan
menggunakan nama pasien dan nomor rekam medis yang tercetak pada
kartu berobat pasien.
d). Atas advis dokter, Unit penunjang medis melakukan pemeriksaan
penunjang diagnostik dan memasukkan hasil pemeriksaannya pada
Program Laboratorium.
e). Petugas Rekam Medis melakukan :
- 60 -
7 RL 3.5 Laboratorium
8) RL 3.6 Keluarga Berencana
9) RL 3.7 Farmasi Rumah Sakit
10) RL 3.8 Rujukan
11) RL 3.9 Cara Bayar
4) RL 4 Morbiditas dan Mortalitas ( Tahunan )
- 65 -
a. RL 4a Penyakit Rawat Inap
b. RL 4b Penyakit Rawat Jalan
5) RL 5 Pengunjung Rumah Sakit ( Bulanan )
a. RL 5.1 Pengunjung Rumah Sakit
b. RL 5.2 Kunjungan Rawat Jalan
c. RL 5.3 Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Inap
d. RL 5.4 Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Jalan
Laporan RL 5 dikirim setiap bulan sebelum tanggal 10 bulan
berikutnya. Data diambil melalui SIMRS yang sudah disesuaikan
format laporannya berdasarkan Ditjen BUK Kemenkes jadi tinggal
Import data.
K. Simbol, Tanda Khusus Dan Singkatan
Simbol dan tanda khusus merupakan tanda peringatan yang ditempatkan
pada sampul berkas rekam medis penderita penyakit menularrawat inap dan
rawat jalan sedangkan singkatan adalah rangkaian huruf yang digunakan
untuk mempersingkat dan mempermudah pencatatan di dalam berkas rekam
medis.
Oleh karena itu setiap pasien yang menderita penyakit menular, penderita
alergi dan pasien yang meninggal dunia harus memiliki tanda khusus di dalam
berkas rekam medis.
Ketentuan diatas memiliki tujuan antara lain ;
1) Sebagai tanda bagi para petugas pelayanan kesehatan agar berhati-
hati dalam memberikan pelayanan yang mempunyai resiko tertular.
2) Agar dokter atau perawat cepat tanggap terhadap bahaya alergi obat
pada pasien.
3) Sebagai tanda bagi petugas rekam medis untuk membedakan berkas
pasien meninggal dengan berkas pasien yang lain.
4) Mempermudah, memperjelas dan mempersingkat maksud dari tulisan
atau diagnosa.
- 66 -
Perawat :
1) Mencatat asuhan keperawatan yang telah dilakukan untuk
pasien
- 70 -
2) Dokter
a) Merawat pasien dan mencatat riwayat penyakit, hasil
pemeriksaan fisik, terapi, basil pemeriksaan penunjang,
tindakan yang telah diberikan kepada pasien serta
membubuhkan tanda tangan dan nama terang pada berkas
rekam medis.
b) Membuat persetujuan tindakan medis dengan keluarga pasien
untuk mendapatkan persetujuan terhadap tindakan yang
berisiko tinggi sesuai protap yang berlaku jika dibutuhkan.
c) Membuat Resume Medis, lembar pesanan pasien pulang, serta
melengkapi ringkasan masuk dan keluar pasien dalam jka
pasien pulang
2). Pengisian Rekam medis
Selain prosedur pencatatan juga harus ada penanggung jawab terhadap
pengisian rekam medis, ketentuan umum mengenai penanggungjawab
pengisian rekam medis adalah sebagai berikut;
a) Penanggung jawab pengisian rekam medis secara umum
Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan
yang melakukan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap wajib
membuat rekam medis. Yang membuat/ mengisi rekam medis adalah
dokter dan tenaga kesehatan lainnya :
1) Pengisi rekam medis
a) Dokter umum, dokter spesialis yang melayani pasien
dirumah sakit.
form ditandatangani ;
d) Ketentuan Lain Mengenai Informed Consent
Ketentuan lain yang sangat terkait dengan informed consent adalah
otopsi dan adopsi, yang dalam penerapannya membutuhkan proxy
consent.
Kebijakan yang berlaku mengenai pengurusan surat keterangan medis adalah :
1) Berkas Rekam Medis milik rumah sakit dan tidak boleh keluar dari
rumah sakit.
2) Permintaan Resume Medis harus oleh pasien sendiri. Apabila
diwakilkan harus dengan Surat Kuasa bermaterai 1000.
3) Untuk pasien anak (usia < 14 tahun), permintaan Resume Medis bisa
oleh orang tuanya tanpa Surat Kuasa dengan melampirkan fotocopy
kartu keluarga.
4) Pelayanan permintaan Resume Medis selesai maksimal dalam waktu 3
hari maksimal 7 hari. Jika dokter yang merawat berhalangan hadir
dalam waktu tersebut, maka blangko dapat diisi oleh dokter lain yang
berwenang yaitu :
a) Dokter lain yang pernah merawat/memeriksa.
b) Dokter jaga ruangan.
Prosedur mengenai permintaan surat keterangan medis yaitu ;
1) Permintaan resume medis untuk klaim Asuransi
Prosedur :
- 80 -
a) . Pasien
1) Menerima bukti/form Permintaan Resume Medis dan Petugas
Rekam Medis, kemudian mengisinya dengan lengkap serta
membubuhkan tanda tangan dan nama terang
2) Jika permintaan Surat Keterangan Medis bukan oleh pasien
sendiri, menerima format Surat Kuasa dan Petugas Rekam
Medis
3) Mengisi Surat Kuasa dengan lengkap dan akurat dan
membubuhinya dengan materai 10000
4) Mengambil Resume Medis sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan dengan membawa tanda bukti permintaan dan
Surat Kuasa bermaterai yang telah diisi dengan lengkap
5) Menerima resume medis pasien
b). Petugas Rekam Medis
1) Menjelaskan prosedur Permintaan Resume Medis
2) Menyerahkan bukti / form Permintaan Resume Medis
3) Jika permintaan Resume Medis bukan oleh pasien sendiri,
menyerahkan format Surat Kuasa kepada penerima kuasa
dan menjelaskan cara pengisiannya
4) Menginformasikan cara pengambilan Resume Medis dan
waktu pengambilannya
5) Mencarikan berkas rekam medis pasien
6) Menyiapkan blangko Resume Medis
7) Menyerahkan blangko Resume Medis beserta berkas rekam
medis pasien kepada dokter yang berwenang
8) Jika tidak ( bertemu langsung dengan dokter yang
berwenang mengisi blangko Resume Medis, petugas
rekam medis menitipkannya kepada unit pelayanan dimana
dokter tersebut biasa standby.
9) Menerima blangko Resume Medis yang sudah terisi lengkap
dan dokter yang merawat atau petugas unit pelayanan
10) Melakukan check kelengkapan blangko. Jika terdapat
kekurangan, segera menyampaikannya kembali kepada dokter
yang berwenang
11) Mengcopy Resume Medis dan membubuhkan stempel RSIA
Norfa Husada Bangkinang pada blangko tersebut sebagai
bukti autentikasinya
12) Menyerahkan Resume Medis kepada pasien atau penerima
- 81 -
tersebut adalah sistem yang mengelola berkas rekam medis yang belum
lengkap, berkas rekam medis yang belum lengkap akandi evaluasi oleh bagian
Assembling dengan menggunakan program tracer, dari hasil evaluasi tersebut
berkas akan disimpan berdasarkan lembaran atau DMK (Data Medik) yang
kosong/belum lengkap.
Rak penyimpanan ini hanya bersifat sementara yaitu sebagai tempat
penampungan sebelum berkas tersebut didistribusikan kembali dengan tujuan
agar kelengkapan data medis dapat terpenuhi dan berkas rekam medis tidak
bercampur dengan berkas lengkap serta memudahkan petugas dalam
pencarian berkas untuk kebutuhan peminjaman atau pelayanan lainnya.
3). Pendistribusian Berkas Rekam Medis
Setelah melawati proses pengambilan sebagaimana ketentuan diatas,
berkas rekam medis akan didistribusikan oleh petugas rekam medis,
ketentuan mengenai pendistribusian adalah sebagai berikut ;
a) Berkas Rekam Medis tidak boleh keluar dari rumah sakit dan
pendistribusian berkas rekam medis hanya boleh didistribusikan oleh
petugas rekam medis dan tidak dibenarkan untuk dibawa
pasien/keluarga pasien.
b) Setiap berkas rekam medis yang telah terambil dan rak penyimpanan
harus tergantikan oleh tracer dan segera didistribusikan.
c) Petugas Rekam Medis tidak dapat mengirim satu-persatu Rekam
Medis secara rutin pada saat permintaan mendadak. Untuk ini bagian
lain yang memerlukan (untuk darurat) harus mengirim petugasnya
untuk mengambil sendiri kebagian Rekam Medis.
d) Penanggungjawab atas kebersihan, keamanan dan kerahasian berkas
rekam medis ketika proses pendistribusian sampai dengan tempat
tujuan adalah petugas rekam medis. Setelah berkas sampai ditempat
tujuan maka kebersihan, keamanan dan kerahasiaan berkas rekam
medis menjadi tanggungjawab peminta (petugas pelayanan kesehatan
di tempat tujuan tersebut).
e) Berkas Rekam Medis tidak lengkap yang tersimpan dalam rak tidak
lengkap harus segera didistribusikan ke bagian yang bersangkutan
setelah 2 kali 24 jam terhitung hari pengembalian berkas
4). Pengembalian Berkas Rekam medis
Berkas yang telah keluar dari rak penyimpanan harus segera
dikembalikan ketempat semula setelah urusan/kegiatan pelayanan atau
penelitian selesai. Ketentuan mengenai pengembalian dan penyimpanan berkas
adalah sebagai berikut:
- 91 -
filling system
b) Pastikan terdapat tracer sebelum peletakan atau pengembalian
berkas ketempat semula.
2) Berkas kembali dari ruang perawatan.
Ketentuan dalam pengembalian berkas rekam medis dari ruang
perawatan adalah sebagai berikut ;
a) 1 x 24 jam terhitung dan tanggal pasien pulang berkas rekam
medis harus kembali ke bagian rekam medis dalam keadaan
lengkap.
b) Berkas yang telah kembali diserahkan ke bagian assembling atau
dimasukkan ke dalam rak "Berkas Pasien Pulang". Tugas bagian
assembling menata ulang urutan berkas rekam medis rawat inap
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengevaluasi
kelengkapan berkas tersebut.
c) Berkas yang sudah di assembling dan dievaluasi akan diserahkan
ke bagian koding (jika DMK 1 telah terisi). Dan jika DMK 1 kosong
maka berkas dikembalikan ke dokter atau unit yang terkait
d) Jika berkas telah selesai dilakukan proses pengkodean maka
berkas ditempatkan ke dalam rak penyimpana berkas rekam medis
rawat inap.
e) Petugas penyimpanan akan menyimpan bekas rekam medis sesuai
dengan penempatan rak-rak tersebut diatas.
Proses penyimpanan menggunakan sistem terminal digit filling dan jika
berkas rekam medis termasuk berkas pasien lama maka pastikan terdapat
tracer sebelum berkas dikembalikan ke tempat semula.5. Pengamanan
Kerahasiaan dan Pemeliharaan Berkas Rekam Medis
Definisi dan ruang lingkup keamanan adalah perlindungan fisik dan
elektronik untuk informasi (baik convensional maupun*Pen) berbasis komputer
secara utuh, sehingga menjamin ketersediaan dan kerahasiaan. Termasuk
kedalamnya adalah sumber-sumber yang digunakan untuk memasukkan,
menyimpan, mengolah dan menyampaikan, alat-alat untuk mengatur akses
dan melindungi informasi dan pengungkapan yang tidak disengaja maupun
yang disengaja (Harman, 2001a, hlm. 372). Sedangkan kerahasiaan
merupakan " pembatasan pengungkapan informasi pribadi tertentu. Dalam hal
ini mencakup tanggung jawab untuk menggunakan, mengungkapkan, atau
mengeluarkan informasi hanya dengan sepengetahuan dan izin
individu."(Harman, 2001a, hlm. 370). Informasi yang bersifat rahasia dapat
berupa tulisan ataupun verbal.
- 93 -
10) Dengan persetujuan dan pimpinan rumah sakit, pemakaian rekam medis
untuk keperluan riset diperbolehkan. Mereka yang bukan dari staf medis
rumah sakit, apabila ingin melakukan riset harus memperoleh
persetujuan tertulis dari pimpinan rumah sakit.
11) Bila suatu rekam medis diminta untuk dibawa kepengadilan segala
ikhtiar hendaklah dilakukan supaya pengadilan menerima salinan foto
static rekam medis yang dimaksud. Apabila hakim minta yang asli, tanda
terima harus diminta dan disimpan di folder jangan sampai rekam medis
yang ash tersebut kembali.
12) Fakta bahwa seorang majikan telah membayar atau telah menyetujui
untuk membayar biaya rumah sakit bagi seorang pegawainya, tidak
dapat dijadikan alasan bagi rumah sakit untuk memberikan
informasimedis pegawai tersebut kepadanya tanpa surat kuasa atau
persetujuan tertulis dari pasien atau walinya yang syah.
13) Pengesahan untuk memberikan informasi hendaklah berisi indikasi
mengenai periode-periode perawatan tertentu. Surat kuasa atau
persetujuan itu hanya berlaku untuk informasi medis termasuk dalam
jangka waktu atau tanggal yang tertulis didalamnya.
Di sisi lain, rumah sakit sebagai institusi tempat dilaksanakannya
pelayanan medis, memiliki Kode Etik Rumah Sakit (Kodersi) yang diantaranya
juga berkaitan dengan rekam medis, yaitu :
1) Pasal 04 : Rumah sakit harus memelihara semua catatan/arsip, baik
medik maupun nonmedik secara baik
2) Pasal 09: Rumah sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien
3) Pasal 10 : Rumah sakit harus memberikan penjelasan apa yang
diderita pasien dan tindakan apa yang hendak dilakukan
4) Pasal 11 : Rumah sakit harus meminta persetujuan pasien (informed
consent sebelum melakukan tindakan medik)
O. Penyimpanan Rekam Medis
1). Sistem Penyimpanan
Sistem penyimpanan Berkas Rekam Medis di RSIA Norfa Husada
Bangkinang menggunakan sistem Sentralisasi dalam arti semua berkas
rekam medis disimpan dalam Satu tempat
Untuk dapat mengelola berkas rekam medis dengan baik pada sistem
penyimpanan harus ada suatu sistem yang mempermudah dalam pencarian
atau pengambilan berkas, yaitu Sistem Penjajaran. Selain sistem yang
mempermudah pencarian atau penyimpanan diperlukan juga suatu sistem
pengendali dalam proses Penomoran.
2). Sistem Penjajaran
- 97 -
Sistem Penjajaran adalah sistem yang mengatur tata cara penyusunan
berkas rekam medis didalam rak penyimpanan dengan tujuan agar berkas
rekam medis mudah dicari dan diambil kembali. Sistem Penjajaran yang
digunakan oleh Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Ibu dan Anak RSIA Norfa
Husada
- 98 -
adalah Straight numerical Filling System yaitu penyimpananrekam medis
dalam rak penyimpanan secara berturut turutnomornya..
Cara penggunaan sistem ini adalah menggunakan 8 digit angka
(sebagaimana dalam pembuatan nomor rekam medis), yaitu dikelompokkan
menjadi 3 kelompok masing-masing terdiri dari 2 angka. Angka pertama
adalah kelompok 2 angka yang terletak paling kanan atau paling bawah (jika
susunan angka vertikal), angka kedua adalah kelompok 4 angka yang terletak
paling kiri atau paling atas dan angka ketiga adalah kelompok 2 angka yang
terletak ditengah.
- 99 -
4). Penomoran
Pada deretan berkas rekam medis yang disimpan baik di dalam rak filling
maupun di dalam Odner diperlukan suatu cara/metode agar berkas rekam
medis mudah diketahui tempat/kelompok penyimpanannya yaitu dengan
metode Penomoran, dalam arti memberikan tanda penunjuk yang berupa
angka/nomor pada rak-rak atau odner penyimpanan. Dengan sistem
penjajaran straight numerical memberikan kemudahan dalam
memberikan penunjuk rak yaitu dengan menggunakan 2 digit terakhir atau
primary digit pada rak atau odner karena primary digit adalah acuan
pengelompokan file, sehingga dengan memberikan kode angka primary digit
pada setiap rak dan odner akan mempermudah dan mempercepat pekerjaan
menyimpan dan menemukan rekam medis.
Contoh penunjuk :
Memberikan kode 2 angka primary digit pada rak dan odner
00 01 02 03 04 05
Yang diletakan pada petunjuk 00 adalah berkas rekam medis dengan nomor
sebagai berikut :
- 100 -
00-01-00, diikuti 00-02-00, 00-03-00, 00-04-00, 00-05-00 dan seterusnya.
5. Ketentuan dalam Penyimpanan Berkas Rekam medis
Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Permenkes 24
Tahun 2022 tentang Rekam Medis Pasal 39 Penyimpanan data Rekam Medis
Elektronik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilakukan paling singkat 25 (dua
puluh lima) tahun sejak tanggal kunjungan terakhir Pasien.
Berkas rekam medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak RSIA Norfa Husada
Bangkinang dikatakan In-Aktif apabila tidak ada kunjungan dalam jangka
waktu 5 tahun terakhir setelah pasien berobat atau dipulangkan. Berkas
rekam medis In-Aktif
- 101 -
dimusnahkan nantinya.
d) Untuk terciptanya sistem penyimpanan arsip yang efektif dan efisien
e) Menyelamatkan berkas yang bernilai guna tinggi serta mengurangi
berkas rekam medis yang nilai gunanya telah menurun.
Dalam penyelenggaran rekam medis khususnya pada proses
penyusutan dan penyimpanan berkas In-Aktif, memiliki ketentuan sebagai
berikut ;
a) Berkas in aktif adalah berkas yang telah disimpan minimal selama 5
tahun di tempat penyimpanan berkas, terhitung sejak tanggal terakhir
pasien tersebut berobat atau dipulangkan.
b) Setelah diketahui berkas In-Aktif, Petugas meretensi berkas yang telah
5 tahun tersimpan dalam file aktif dengan melihat tahun terakhir
kunjungan.
c) Berkas yang dikeluarkan dari rak penyimpanan tidak perlu diganti
dengan tracer tetapi dicatat dalam buku retensi berkas rekam medis.
d) Berkas yang telah dikeluarkan dari rak penyimpanan dialih wujudkan
dalam bentuk elektronik dengan cara di-scan
e) Berkas yang harus di scan, minimalnya adalah :
1) Berkas Poliklinik
2) Berkas IGD
3) Lembar Kematian
4) Indentifikasi bayi
DMK 1 : Ringkasan Pasien
5) DMK 3 : Catatan Visite Dokter
Lembar Konsultasi -› jika ada tindakan konsul
6) DMK 12 : Ringkasan Penyakit
Khusus untuk kasus — kasus operasi, ditambah dengan :
1) Laporan Operasi
2) Laporan Anestesi
3) Informed Consent
f) Setelah di-scan :
1) Berkas yang telah beralih wujud dalam bentuk elektronik
dikelompokkan berdasarkan terminal digit filling system (2 angka
digit terakhir), kemudian disimpan dalam bentuk CD
2) Berkas yang telah diretensi, disimpan di rak Filling in aktif dengan
sistem penyimpanan terminal digit filling system.
3) Untuk pasien yang datang kembali setelah masa retensi, maka data
pasien diambilkan dari berkas yang telah di scan dengan cara di print
-
103103
4) Hasil scan dimasukkan dalam program pertelaan.
g) Lama penyimpanan berkas di ruang In-Aktif adalah 3 tahun terhitung
sejak berkas masuk dalam ruang filling In-Aktif, dengan catatan tidak
terdapat transaksi/kunjungan selama berkas diruangan In-Aktif.
Sebagaimana Keputusan Dirjen Pelayanan Medik Nomor :
YM.00.03.2.2.1996 pada Tanggal : 27 November 1996 tentang Revisi Pedoman
Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit, dalam buku revisi II trahun 2006
pada Proses Pengolahan Rekam Medis dalam pembahasan mengenai
Perencanaan terhadap rekam medis yang tidak aktif (hal.97)menyebutkan
"Apabila sudah tidak tersedia lagi tempat penyimpanan rekam medis harus
dilaksanakan kegiatan pemilahan berkas rekam medis aktif dan inaktif.
Berkas rekam medis yang tidak aktif dapat disimpan di ruangan lain atau
microfilm"
Ketentuan di atas menjadi pedoman bagi Rumah Sakit Umum Daerah
Bangkinang untuk memutuskan perubahan file dari hardfile(berkas rekam
medis dalam bentuk lembaran-lembaran kertas) ke dalam bentuk softfile
yaitu file dengan format PDF/TIFF dengan cara menggunakan alat Scanner.
Penggunaan alat scanner jauh lebih mudah dan lebih menghemat biaya
dan mengenai kerahasiaan dan autentikasinya dapat dijaga dengan metode
password.
Sistem penyimpanan yang digunakan adalah sistem terminal digit filling
system yaitu file hasil scan disatukan dalam folder dengan nama 6 angka
sesuai dengan nomor Rekam Medis pasien. Kemudian data yang telah
terkumpul dialih wujudkan dalam bentuk CD/DVD, kemudian CD/DVD
disimpan di ruang Rekam Medis.
2). Pemusnahan berkas rekam Medis Inaktif
Pemusnahan berkas rekam medis adalah suatu proses kegiatan
penghancuran secara fisik berkas Rekam Medis yang telah berakhir fungsi
dan nilai gunanya (setelah melewati masa In-Aktif). Penghancuran harus
dilakukan secara total dengan cara membakar habis, mencacah atau
mendaur ulang sehingga tidak dapat dikenali lagi baik isi maupun
bentuknya.
Ketentuan pemusnahan Rekam Medis adalah sebagai berikut ;
a) Dibentuk tim pemusnah arsip dengan surat keputusan direktur yang
beranggotakan sekurang-kurangnya dari : Sekretariatan, Bagian Rekam
Medis, Bagian Pelayanan (Rawat Jalan dan Rawat Inap)dan Komite Medis
(termasuk Panitia Rekam Medis).
b) Rekam Medis yang mempunyai nilai guna tertentu tidak dimusnahkah
-
104104
tetapi disimpan dalam jangka waktu tertentu.
c) Membuat pertelaan arsip bagi Rekam Medis aktif yang telah dinilai.
d) Daftar pertelaan arsip Rekam Medis yang akan dimusnahkan oleh tim
pemusnah dilaporkan kepada Direktur Rumah Sakit dan Direktur
Jenderal Pelayanan Medis Departemen Kesehatan RI.
e) Berita acara pelaksanaan pemusnahan dikirimkan kepada Pemilik
Rumah Sakit dan Kepala Direktur Jenderal Pelayanan Medis Departemen
Kesehatan RI.
Pada point 3 mengenai Daftar pertelaan berkas rekam medis, di RSIA Norfa
Husada Bangkinang daftar pertelaan berkas menggunakan program pertelaan
sebagaimana ketentuan dalam proses penyusutan diatas. Hasil dan report
tersebut sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Dep Kes RI.
Tata cara penilaian berkas rekam medis yang telah berakhir fungsi dan
nilai gunanya adalah berkas yang telah 5 tahun in aktif. Indikator yang
digunakan untuk menilai berkas rekam medis in aktif adalah frekuensi rekam
medis digunakan untuk pendidikan dan penelitian, bernilai guna primer
administrasi, hukum, keuangan dan IPTEK, serta bernilai guna sekunder
untuk pembuktian dan sejarah.
Q. Penyimpanan, Retensi Dan Pemusnahan Arsip Rekam Medis
1) Pengaturan Arsip di Indonesia
a) Umum
Menurut Undang-undang tentang kearsipan, arsip diartikan sebagai
naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga-lembaga negara dan
badan-badan pemerintah dalam bentuk apapun, baik dalam keadaan
tunggal maupun berkelompok dalam rangka pelaksanaan kegiatan
pemerintah, selain itu arsip diartikan juga sebagai naskah-naskah yang
dibuat dan diterima oleh badan-badan swasta dalam bentuk corak
apapun, baik dalam keadaan tunggal atau kelompok.
Arsip dari segi pembuatan dan kepentingan-kepentingan yang
terkandung didalamnya, dapat dibedakan menjadi :
1) Arsip kenegaraan atau pemerintahan (Public archives), yaitu arsip
yang memuat catatan atau keterangan yang dibuat atau mengenai
tindakan kenegaraan atau pemerintahan;
2) Arsip perniagaan (Business archives) yaitu arsip yang memuat catatan
atau keterangan yang dibuat atau mengenai tindakan badan-badan
perniagaan atau perorangan dalam rangka atau mengenai perniagaan
(Business);
-
105105
Ditinjau dari sudut hukum, ada beberapa persoalan menyangkut
kearsipan, diantaranya :
1) Bentuk arsip sebagai alat bukti
Arsip mempunyai makna penting dalam hal pembuktian. Arsip
sebagai alat bukti terkait 2 (dua) hal, yaitu :
a) Fungsi arsip sebagai alat bukti, yaitu sebagai sumber informasi
dan data baik di dalam maupun di luar pengadilan;
b) Bentuk fisik/wujud arsip. Sampai saat ini surat yang diartikan
sebagai lembaran kertas yang berisi naskah atau tulisan asli baik
dalam bentuk huruf, atau tanda-tanda lain merupakan alat bukti
yang sah.
Beberapa arsip tertentu mempunyai kedudukan sebagai alat bukti
sehingga wajib disimpan dan dipelihara sesuai dengan ketentuan
jangka waktu/retensi menurut peraturan yang berlaku.
2) Lama penyimpanan arsip
Secara umum, sebelum berlakunya Undang-undang No. 8 tahun
1997 tentang dokumen perusahaan, untuk bidang perusahaan ada
kewajiban menyimpan arsip selama 30 (tiga puluh tahun). Hal ini
mengacu pada ketentuan pasal 6 Kitab Undang-undang Hukum
dagang (Wetboek van Koophandel voor Indonesia Staatblad 1847: 23)
junto jangka waktu daluwarsa suatu tuntutan sebagaimana diatur
dalam pasal 1967 KUH Perdata. Karena dengan lewatnya masa
daluwarsa maka secara hukum segala tuntutan baik yang bersifat
kebendaan maupun perorangan akan hapus, sehingga segala
permasalahan yang menyangkut keberadaan arsip tersebut tidak
dapat dituntut lagi oleh pihak manapun. Dalam perkembangannya,
ketentuan kewajiban penyimpanan selama 30 (tiga puluh) tahun
tersebut, dinilai banyak mengurangi efektivitas dan efisiensi
perusahaan. Aturan penyimpanan selama 30 tahun tersebut
dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan
kebutuhan hukum masyarakat khususnya di bidang ekonomi dan
perdagangan.
Oleh karena itu UU Nomor 8 tahun 1997 tentang Dokumen
Perusahaan, mengatur tentang adanya kewajiban penyimpanan
selama 10 (sepuluh) tahun, sehingga dianggap lebih memperingan
beban penyimpanan bagi badan usaha/perusahaan. Akan tetapi
dilain pihakdalam undang-undang tersebut juga menyatakan bahwa
ketentuan penyimpanan selama 10 (sepuluh) tahun tidak
-
106106
menghilangkan fungsi dokumen yang bersangkutan sebagai alat
bukti sesuai kebutuhan sebagaimana ditentukan dalam ketentuan
daluwarsal. Sehingga dalam hal ini diperlukan managemen dan
metode yang tepat dalam penggelolaan arsip, sehingga tercipta
sebuah sistem penyimpanan yang efektif dan efisien serta tidak
menghilangkan fungsi arsip sebagai alat bukti.
Ketentuan Daluwarsa diatur dalam Pasal 1967 KUH Perdata,
yaitu segala tuntutan hukum, baik yang bersifat perbendaan
maupun yang bersifat perorangan, hapus karena daluwarsa dengan
lewatnya waktu tigapuluh tahun.
3) Penyusutan arsip
Penyusutan arsip merupakan salah satu bagian yang penting
dalam pengelolaan arsip yang meliputi pemindahan, penyerahan dan
pemusnahan. Yang perlu diperhatikan adalah adanya penyusutan
terutama pemusnahan tidak mengurangi jaminan perlindungan hak-
hak yang terkandung dalam arsip tersebut.
4) Kualifikasi arsip
Arsip dapat dibedakan menjadi arsip dinamis dan arsip statis.
Disebut dinamis karena masih dipergunakan secara langsung dalam
perencanaan atau penyelenggaraan administrasi. Sedangkan arsip
statis tidak lagi dipergunakan secara langsung, tetapi disimpan untuk
memudahkan penemuan kembali jika sewaktu-waktu diperlukan.
Menurut frekuensi pemakaiannya, arsip dikelompokkan menjadi
tiga kategori, yaitu :
a) Arsip aktif, yaitu arsip yang masih dibutuhkan dalam operasional
sewaktu-waktu.
b) Arsip semi aktif, yaitu arsip yang masih dibutuhkan tetapi sudah
berkurang frekuensi penggunaannya.
c) Arsip inaktif, yaitu arsip yang tidak digunakan lagi dalam
operasional sehari-hari tetapi masih perlu disimpan untuk
kepentingan badan usaha.
Untuk arsip aktif dapat disimpan dengan retensi 1 (satu) sampai 2
(dua) tahun; arsip semi aktif disimpan dengan retensi 3 (tiga) sampai
5 (lima) tahun. Arsip in aktif disimpan dengan retensi 10-30
tahun/sesuai dengan nilai guna arsip.
b) Pengalihan bentuk arsip
Ketentuan di dalam Undang-undang No. 8 tahun 1997 tentang
dokumen perusahaan, memuat perubahan pengertian arsip, yaitu tidak
-
107107
hanya berupa hard paper, namun juga dalam bentuk media elektronik
(disket, mikrofilm, CD room) sebagai alat bukti yang sah (pasal 12).
Sehingga kendala yang dialami dalam penyimpanan arsip kertas (daya
tahan kertas terbatas, biaya pemeliharaan besar dan memakan banyak
tempat) dapat diminimalisasi dengan mengalihkan arsip kertas ke dalam
media elektronik, dengan jaminan bahwa isi naskah tetap benar dan
sesuai dengan aslinya. Berkaitan dengan hal tersebut, arsip-arsip yang
penting dapat dialihkan ke dalam media elektronik harus dengan
dilegalisasi pimpinan Rumah Sakit. Berita Acara legalisasi tersebut
sekurang-kurangnya memuat :
Keterangan tempat, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukannya
legalisasi; Keterangan bahwa pengalihan dokumen yang dibuat diatas
kertas ke dalam media elektronik telah dilakukan sesuai aslinya. Tanda
tangan dan nama jelas pimpinan perusahaan.
Untuk arsip yang mempunyai kekuatan pembuktian otentik masih
mengandung kepentingan hukum tertentu seperti : sertifikat tanah, akta
pendirian, dan lain-lain. Wajib disimpan naskah aslinya meskipun sudah
dialihkan ke dalam media electronik/media lainnya.
c) Arsip rumah sakit
Arsip Rumah Sakit merupakan arsip yang bersifat khas karena selain
mempunyai peranan penting dalam pembuktian bagi rumah sakit,
pasien, dan pihak lain berdasarkan peraturan yang berlaku, beberapa
arsip rumah sakit juga berkaitan dengan ketentuan kode etik profesi
kedokteran, sehingga diperlukan adanya kehati-hatian dalam
pengelolaannya. Secara umum arsip rumah sakit terdiri dari :
Arsip di bidang medisArsip Rumah Sakit yang penting dan bersifat
khas adalah arsip Rekam Medis (Medical Record), karena arsip Rekam
Medis dapat merupakan catatan induk bagi semua catatan/arsip
mengenai penanganan terhadap pasien di sebuah Rumah Sakit.
Berdasarkan fungsi tersebut Rekam Medis mempunyai hubungan
dengan :
1) Kepentingan health care Provider (Pelaksana pelayanan kesehatan)
sebagai pemakai utama (primary users) diantaranya :
a) Sebagai media komunikasi diantara tenaga kesehatan selama
episode penyakit pasien sampai yang sekarang. Sebagai bahan
referensi bagi perawatan penyakit pasien di masa datang.
- 108 -
BAB V. LOGISTIK
Bagian Rekam Medis Rumah Sakit RSIA Norfa Husada Bangkinang setiap
bulan memiliki permintaan rutin berupa alat tulis kantor dan alat rumah
tangga. Permintaan bagian rekam medis terbagi dalam barang habis pakai
dalam satu bulan serta barang inventaris dalam satu tahun. Berikut tabel
permintaan barang rutin yang dilakukan oleh bagian rekam medis Rumah
Sakit RSIA Norfa Husada Bangkinang :
No Jenis barang
1 Barang habis pakai
1. Gelang tangan Px RI 23. Map Tulang Plastik
2. Dewasa Pink 24. Hekter
3. Dewasa Biru 25. Isi Hekter
4. Anak Pink 26. Selotip
5. Anak Biru 27. Tinta printer
6. Form Pendaftaran Pasien 28.
7. Kartu Berobat Barcode 29.
8. Buku Ekspedisi 30.
9. Buku Folio 31.
10. Bulpoint 32.
11. Baterai AAA 33.
12. Paper Clip 34.
13. Binder Clip Besar 35.
14. Binder Clip sedang 36.
15. Binder Clip Kecil 37.
16. Kertas HVS 38.
17. Map RM 39.
18. Amplop Kop RSIA 40.
Norfa Husada Bangkinang
3. Kursi 12.
4. Meja 13.
5. Sofa 14.
6. Tangga 15.
7. Lemari 16.
8. Printer 17.
9. 18.
Mutu adalah derajat dipenuhinya standar profesi (Jacobalis, 1989). Mutu adalah kepatuhan
terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby, 1984).
- 122 -pencapaian dan sempurna yang dipergunakan
Standar adalah keadaan ideal atau tingkat
sebagai batas penerimaan minimal, atau disebut pula sebagai kisaran variasi yang masih dapat
diterima (Clinical Practice Grideline, 1990). Sehingga standar harus memenuhi syarat yaitu jelas,
dapat diukur, masuk akal, mudah dimengerti dapat dilaksanakan dan mudah dicapai. Sehingga
RSIA Norfa Husada diharapkan mampu menjamin terjaganya mutu pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh para tenaga pelayanan kesehatan (baik secara langsung atau tidak langsung)
Para tenaga Yankes melaksanakan tugas secara efektif, efisien dan layak : sesuai dengan
keilmuan. Caranya dianataranya yaitu :
Pantau berkesinambungan hasil keluaran
Ukur pelayanan yang di berikan,
Ilmu Kesehatan,
Klasifikasi Penyakit,
c) Dukungan Pimpinan RS
a) Manajemen unit kerja : Kepegawaian, Sarana / Perlengkapan, Metode Kerja, Sistem MIK
a) Pilih Masalah
b) Tegakkan Tujuan,
c) Pilih Sampel,
f) Analisis Hasil,
F. Konsep Mutu:
Evaluasi
RINGKASNYA :
STRUKTUR PROSES KELUARAN EVALUASI
Tenaga, Fisik, Pelayanan Yang Hasil Akhir Keberhasilan
Peralatan Diberikan Ukuran Efektifitas
- 124 -
Ditetapkan di Bangkinang
Pada tanggal 01 Januari 2023