PROPOSAL SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan
Diajukan oleh:
PROPOSAL SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan
Diajukan oleh:
ii
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun oleh:
Gita Rinatri Primastuti
P 27226019113
Telah disetujui
Pada tanggal :……………..
Pembimbing II
Marti Rustanti, SKM, Ftr, MPH.
NIP. 19621219 1986032013 -----------------------------
Mengetahui;
Ketua Prodi D IV Fisioterapi
iii
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................i
JUDUL..............................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................5
A. Latar Belakang........................................................................................5
B. Rumusan Masalah...................................................................................7
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................7
D. Manfaat Penelitian...................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................9
A. Anatomi Sendi Ankle...............................................................................9
B. Biomekanika Sendi Ankle.......................................................................10
C. Stabilitas Sendi Ankle..............................................................................10
D. Alat Ukur.................................................................................................11
E. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation...........................................12
F. Theraband Exercise.................................................................................15
G. Penelitian yang Relevan..........................................................................16
H. Kerangka Pikir.........................................................................................17
I. Kerangka Konsep....................................................................................18
J. Hipotesis..................................................................................................19
BAB III METODE PENELITIAN................................................................20
A. Rancangan Penelitian..............................................................................20
B. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................21
C. Subjek Penelitian.....................................................................................21
D. Variable Penelitian dan Definisi Operational..........................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................26
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kaki adalah salah satu anggota gerak tubuh yang sering digunakan untuk
aktivitas sehari-hari. Apabila fungsi dari kaki terjadi gangguan yang menyebabkan
mampu menurunkan produktivitas seseorang. Salah satu kasus yang sering terjadi
pada seseorang adalah kaki terkilir. Terkilir dapat terjadi oleh beberapa faktor
seperti, jatuh, tersandung, atau gerakan yang terjadi secara tiba-tiba sehingga
menyebabkan terkilir, karena kaki belum siap menerima tumpuan. Dan salah satu
Sprain ankle adalah cedera pada ligament kompleks lateral karena overstretch
dengan posisi inversi dan plantar fleksi yang terjadi secara tiba-tiba saat kaki tidak
Amerika menunjukan bahwa sprain ankle dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia,
dan keterlibatan dalam olah raga. Laki-laki berusia antara 15-24 tahun memiliki
tingkat lebih tinggi terkena spain ankle, dan perempuan berumur 30 tahun
memiliki tingkat lebih tinggi terkena sprain ankle. Setengah dari semua sprain
ankle (58,3%) terjadi selama kegiatan atletik, dengan basket (41,1%), football
(9,3%), dan soccer (7,9%). Hal ini dapat membuktikan bahwa presentase tertinngi
5
DKI Jakarta pada bulan September dan Oktober 2021 populasi dalam penelitian
6
6
Pelatda PON XVIII/2012 Provinsi DKI sebanyak 419 kasus yang merupakan
secara manual, peralatan, pelatihan fungsi maupun komunikasi (PMK no. 65 tahun
Dan peran Fisioterapi dalam menangani kasus Sprain Ankle yaitu untuk
Ankle Exercise Theraband, dan Ultrasound (US). TENS adalah teknik intervensi
nyeri muskuloskeletal.
meningkatkan kondisi otot dan tulang agar menjadi lebih baik, faktor penting yang
berpengaruh pada terapi latihan adalah edukasi dan keterlibatan pasien secara aktif
dalan rencana pengobatan yang telah terprogram. Pemberian terapi latihan aktif
maupun aktif, baik menggunakan alat maupun tanpa alat, dapat memberikan efek
naiknya adaptasi pemulihan kekuatan tendon, ligamen, serta menambah luas gerak
sendi, manfaat terapi latihan yang lain adalah untuk membantu pemulihan cidera
seperti kontraksi otot, kesleo, pergerseran sendi, putus tendon, dan patah tulang,
supaya dapat beraktifitas kembali tanpa mengalami kesakitan dan kekuatan otot
(Nugrohoetal.,2009).
7
B. Rumusan Masalah
1.) Apakah pemberian modalitas TENS dapat membantu mengurangi nyeri pada
ankle terhadap kasus Sprain Ankle ? 2.) Apakah pemberian TENS dan terapi
latihan Theraband dapat membantu meningkatkan kekuatan otot? 3.) Apakah ada
pengaruh pada pemberian terapi latihan Theraband terhadap kasus Sprain Ankle ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini antara lain : 1.) Untuk mengetauhi
terhadap kasus Sprain Ankle. 2.) Untuk mengetauhi apakah pemberian TENS dan
ankle terhadap kasus Spran Ankle. 3.) Untuk mengetauhi apakah pemberian
Theraband dan terapi latihan metode theraband dapat meningkatkan LGS pada
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
kasus Sprain Ankle dengan modalitas TENS dan Terapi Latihan Metode
2. Institusi
dan membuat kesimpulan pada kasus sprain ankle yang ditemui di masyarakat
sehingga bisa memberi intervensi pada kasus tersebut agar dapat ditangani
3. Bagi pembaca
Memberikan informasi bagi pembaca tentang apa itu Sprain Ankle serta
TINJAUAN PUSTAKA
Sendi ankle atau yang disebut juga dengan pergelangan kaki merupakan
bagian distal tibia, dan distal fibula yang berartikulasi pada bagian proximal sendi
serta talus pada bagian distal sendi (Arnhein dan Prentice, 2000).
Artikulasi antar tulang pada sendi ankle diperkuat oleh 3 ligamen utama yaitu
ligamen medial atau disebut juga dengan deltoid, ligamen lateral, dan ligamen
merupakan ligamen utama yang menjaga gerak eversi sendi ankle. Ligamen
medial atau deltoid berbentuk segitiga yang melekat pada bagian superior ke batas
malleolus medial, inferior ke permukaan medial talus, dan untuk batas posterior
Otot yang berada pada daerah sendi ankle diinervasi oleh saraf tibialis dan
peroneal dan dikelompokan menjadi 4 bagian. Pada bagian anterior diisi oleh otot
tibialis anterior, ekstensor hallucis longus, dan ekstorum digitorum longus. Bagian
superfisial posterior diisi oleh otot tibialis posterior, fleksor digitorum longus,
dan fleksor hallucis longus. Pada bagian lateral diisi oleh otot peroneus longus
9
10
merupakan sendi engsel yang stabil dimana talus diapit oleh ujung distal tibia dan
fibula. Sehingga memungkinkan sendi ankle untuk bergerak bebas pada gerakan
dorsofleksi dan plantarfleksi. Susunan ligamen pada sendi ankle membatasi sendi
sehingga tidak banyak gerakan pada arah eversi dan inversi pada persendian
ankle. Posisi paling tidak stabil pada sendi ankle adalah pada posisi dorsofleksi
karena sisi anterior talus kontak pada bagian sempit yang terletak antara
fungsi untuk menjaga struktur ankle secara benar (Greenwood et al., 2003).
untuk mempertahankan struktur ankle yang baik saat memlakukan suatu gerakan
2008).
11
melakukan gerakan yang melibatkan sendi ankle. Atau dapat pula digambarkan
dengan suatu kondisi dimana sendi dapat bergerak diluar batas kontrol aktif tetapi
(Jonathan, 2008).
dengan adanya perbedaan kemiringan pada takar lebih dari 10 derajat. Functional
yang menyertai cedera ligamen. Faktor resiko instability ankle pada kasus sprain
fisik seperti tinggi, berat, dan indeks massa tubuh, karakteristik musculoskeletal
ligamen.
D. Alat Ukur
keseimbangan pada pasien dengan ankle instability pada penelitian yang berjudul
oleh adanya penurunan dari sistem sensorimotor dan propioseptif . defisit dari
input propioseptif akan memunculkan sensasi yang tidak stabil. Sensasi tersebut
postural oleh tubuh. Kondisi yang tidak stabil tersebut dapat diikur dengan
SEBT merupakan tes noninvasive, murah, dan valid yang dapat digunakan
untuk menilai keseimbangan dan memprediksi adanya cedera pada seseorang. Tes
tersebut tersusun atas beberapa kemampuan gerak tungkai bawah dalam beberapa
arah dengan subjek berdiri pada satu kaki. SEBT dilakukan diatas permukaan
yang rata.
Tes dilakukan dengan cara berdiri tanpa alas kaki dengan satu kaki di alas
titik tengah bintang. Tungkai lain meraih sejauh mungkin searah titik yang telah
ditandai dengan plester atau solasi hitam. Jarak yang mampu diraih kemudian
Correlation Coefficients antara 0,81 dan 0,96) dan mampu untuk mendeteksi
( Amacker et al ., 2015)
penggunaan energi listrik untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit
dan terbukti efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri. (Garisson, 1995).
TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk merangsang sistem
(Parjoto, 2000).
13
2.Indikasi TENS
Keuntungan dalam menggunakan TENS adalah menghilangkan rasa sakit
atau nyeri tidak seperti obat, hal ini karena transcutaneous (TENS) tidak
menimbulkan atau membuat ketagihan, tidak menyebabkan mual atau
ngantuk, dan dapat dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan (Josimari et al.
2008).
Indikasi TENS (Menurut Klein and DP, 1987):
a. Nyeri akut
Untuk pengobatan pada nyeri akut efektif menggunakan jenis TENS
konvensional, juga efektif untuk pengobatan nyeri tulang belakang akut,
berbagai strain, dan sprain tulang belakang.
b. Nyeri kronis
Banyak kondisi nyeri kronik yang telah berhasil diterapi dengan
menggunakan TENS seperti nyeri punggung bawah, rematoid arthritis,
penyakit sendi degeneratif, sedera saraf perifer, neuropati perifer, migrain,
nyeri “phantom limb”.
3. Kontra indikasi TENS
Beberapa kontraindikasi terhadap penggunaan TENS: Fraktur baru(untuk
menghindari gerakan yang tidak diinginkan), perdarahan aktif, phlebitis,
pasien dengan kerusakan sistem pacemaker jantung (Ganong, 2003).
F. Theraband Exercise
Ankle theraband umumnya digunakan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kekuatan tubuh. Latihan ini telah dilakukan dalam olahraga dan
kesehatan profesi untuk meningkatkan kontrol motorik proprioseptif. Selain itu,
latihan ini telah diteliti secara sistematis untuk lebih memahami mekanisme dan
kinerja terhadap kemampuan adaptasi tubuh.
Keterangan Gambar 4
a. Latihan pada kelompok otot dorsifleksor yaitu otot. Latihan dilakukan dengan
cara menggerakkan kaki ke arah dorsofleksi dengan melawan tahanan dari
theraband.
b. Latihan pada kelompok otot invertor yaitu otot Latihan dilakukan dengan cara
menggerakkan kaki ke arah inversi dengan melawan tahanan dari theraband
c. Latihan pada kelompok otot plantarfleksor yaitu otot gastrocnemius dan soleus.
Latihan dilakukan dengan cara menggerakan kaki ke arah plantarfleksi dengan
melawan tahanan dari theraband.
d. Latihan pada kelompok otot eversi yaitu otot. Latihan dilakukan dengan cara
menggerakkan kaki ke arah eversi dengan melawan tahanan dari theraband.
Sebuah penelitian membuktikan latihan penguatan selama 4 minggu secara
progresif akan meningkatkan jumlah dan ukuran dari collagen fibril yang
merupakan bahan utama pembentuk ligamen sehingga lebih kuat dan sendi lebih
stabil (Komi, 2002).
Penelitian yang telah dilakukan oleh (O’Driscoll & Delahunt, 2011) yang
menyatakan bahwa theraband exercise dalam bentuk latihan isotonik dapat
membantu serta memperbaiki kelemahan otot yang disebabkan kerusakan
ligament lateral kompleks. Peningkatan kekuatan otot didapatkan dengan
pelatihan secara kontinyusehingga kekuatan otot tonik dapat meningkatkan
sirkulasi pembuluh darah kapiler yang dapat meningkatkan kekuatan otot
phasik yang akan mengakibatkan terjadinya penambahan recruitment motor
unit pada otot yang akan mengaktivasi badan golgi sehingga otot akan
bekerja secara optimal, dan akan terbentuk stabilitas yang baik pada ankle.
Pada penelitian tersebut peneliti menggunakan Star Excursion Balance Test
(SEBT) sebagai alat ukur keseimbangan sendi ankle. SEBT adalah sebuah tes
yang telah secara luas digunakan sebagai alat ukur untuk menilai stabilitas sendi.
Seperti yang diungkapkan oleh Amacker et al. pada tahun 2015 dalam penelitian
dengan judul Responsiveness of the Star Excurcion Balance Test on Firm and
Unstable Underground bahwa SEBT adalah tes yang valid dan sensitif yang
mampu memprediksi adanya cedera pada anggota gerak bawah.
17
18
H. Kerangka pikir
. Sprain ankle
Pathologic laxity +
deficit propioceptif
Peningkatan stabilitas
sendi ankle
I. Kerangka Konsep
Aktivitas
Stabilitas Stabilitas
TENS
sendi sendi
Sampel
dengan
Dibandingkan
instability
sendi
ankle
Stabilitas
Stabilitas Theraband sendi
sendi ankle
Aktivitas
Keterangan gambar 5:
Kerangka konsep pada penelitian ini adalah peningkatan stabilitas sendi ankle
dengan aplikasi TENS dan ankle terra band exercise. Penelitian dilakukan pada
30 orang sampel yang dibagi kedalam dua kelompok dan diobservasi sebelum
dan pasca pemberian modalitas TENS dan ankle terra band exercise dengan
menggunakan Star Excursion Balance Test. Hasil dari observasi tersebut
kemudian dibandingkan untuk menentukan kesimpulan.
20
J. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah, (1) ada pengaruh pemberian modalitas
TENS terhadap peningkatan stabilitas sendi ankle, (2) ada pengaruh pemberian
theraband ankle exercise terhadap peningkatan stabilitas sendi ankle, (3) TENS
lebih berpengaruh dibandingkan ankle theraband exercise dalam peningkatan
stabilitas sendi ankle.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan 2 grup yaitu pre and post- test design
(Sarwono, 2006). Yaitu membandingkan antara kelompok I menggunakan
TENS dan kelompok II menggunakan theraband ankle exercise setelah 4
minggu perlakuan. Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
O1 X1 O2
O3 X2 O4
21
22
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian ini meliputi:
a. Pre- test
b. Tahap pelaksanaan
c. Post- test
h. Analisis Data
Pada penelitian ini data didapatkan setelah melakukan pengukuran
dengan menggunakan SEBT. Data yang didapatkan berupa bilangan/
angka sehingga data yang diperoleh merupakan data numerik. Uji
prasyarat/ uji parametrik tidak diperlukan karena jumlah sampel tidak
lebih dari 30 dimana hal tersebut termasuk sampel kecil (Sarwono,
2006). Oleh karena itu jenis uji yang dilakukan adalah non parametrik
yang merupakan alternatif dari uji parametrik. Alternatif uji statistik
variabel numerik tidak berpasangan menggunakan uji t tidak
berpasangan adalah Mann-Whitney. Sedangkan alternatif uji statistik
26
Al-Aththur, Reyhan H. (2020). Beda pengaruh kinesiotaping dan ankle terra band
exercise terhadap peningkatan stabilitas sendi ankle. Surakarta
Azzahro, A. H., Winarni, W., & Leni, A. S. M. (2018). PERBEDAAN
PENGARUH PENAMBAHAN THERABAND EXERCISE PADA TERAPI
TRANSCUTANEUS ELEKTRICAL NERVE STIMULATION TERHADAP
PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL OSTEOATHRITIS LUTUT
PADA LANSIA (Doctoral dissertation, STIKES'Aisyiyah Surakarta).
Can, G. T. E. N. S. T. PEMBERIAN TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL
NERVE STIMULATION (TENS) DAPAT MENINGKATKAN
KETAJAMAN VISUAL PADA KONDISI KELELAHAN MATA.
Herzog, M. M., Kerr, Z. Y., Marshall, S. W., & Wikstrom, E. A. (2019).
Epidemiology of ankle sprains and chronic ankle instability. Journal of
athletic training, 54(6), 603-610.
Kusumadari, F. A., Herawati, I., & Fis, S. (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi
Pada Sprain Ankle Sinistra Dengan Modalitas Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (Tens) Dan Terapi Latihan Di Rsud Dr. Moewardi
Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Pangesti, Tiofanny Mukti. (2020). PERBEDAAN PENGARUH THERABAND
EXERCISE DENGAN STATIC CYCLE EXERCISE SETELAH TERAPI
STANDAR TERHADAP NYERI OSTEOARTRITIS LUTUT. Surakarta
Sluka, Kathleen A., Deirdre Walsh. (2003). Transcutaneous electrical nerve
stimulation : Basic science mechanisms and clinical effectiveness
UMM. “Penanganan Cederà Musculoskeletal Sprain Ankle”.
https://eprints.umm.ac.id/46277/3/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 21
November 2021
UMS. “Perbedaan Pengaruh Theraband Exercise dengan TENS Pada Sprain
Ankle”. http://eprints.ums.ac.id/64626/1/BAB%20I.pdf diakses pada tanggal
20 November 2021,
27