Disusun oleh:
Raissa Talitha Minerva NIS 15.61.08185
Tiara Syilviani NIS 15.61.08247
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya
yang selalu menyertai penyusun, sehingga dapat diselesaikannya laporan Praktik
Kerja Industri (Prakerin). Laporan ini dibuat berdasarkan kegiatan Prakerin yang
telah dilakukan yang bertempat di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Bandung. pada tanggal 2 Januari sampai 30 April 2019. Laporan ini merupakan
salah satu syarat kelulusan bagi peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan –
SMAK Bogor. Adapun peserta didik yang dimaksud adalah kelas XIII Sekolah
Menengah Kejuruan – SMAK Bogor yang telah melaksanakan kegiatan Praktik
Kerja Industri. Selain itu, laporan ini merupakan salah satu syarat untuk
mengikuti Ujian Lisan Tahun Pelajaran 2018/2019.
Puji syukur kembali penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah
menganugerahkan rahmat dan karunia–Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan penyusunan laporan Praktik Kerja Industri ini. Selain itu, secara
khusus penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. E. Mimin Amaliana, Apt. selaku Plant Manager PT. Kimia Farma
(Persero), Tbk. Plant Bandung.
2. Ibu Dra. Dwika Riandari, M.Si. selaku Kepala Sekolah Menengah Kejuruan –
SMAK Bogor.
3. Bapak Petrus Wicaksono, S.Si. Apt. selaku AMPM PT. Kimia Farma
(Persero), Tbk. Plant Bandung dan Pembimbing Institusi.
4. Ibu Yayu Wahyuhadini selaku Supervisor Pengawasan Produk Jadi PT.
Kimia Farma (Persero), Tbk. Plant Bandung dan Asisten Pembimbing
Institusi.
5. Ayah dan Mamah yang selalu mendukung dan memberi semangat dalam
melaksanakan kegiatan prakerin.
6. Para Wakil Kepala Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK Bogor
7. Semua unsur pendidik dan tenaga kependidikan Sekolah Menengah
Kejuruan – SMAK Bogor.
8. Ibu Dra. Vera Marzuklina M,pd. selaku pembimbing dari sekolah selama
kegiatan prakerin berlangsung.
iv
9. Ibu Amilia Sari Ghani, S.S. selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan
Kerjasama Industri yang telah membantu kelancaran dalam pelaksanaan
Prakerin.
10. Seluruh Supervisor di Laboratorium Pengawasan Mutu yang dengan sabar
membimbing penyusun dalam bekerja.
11. Semua staf dan karyawan yaitu: Kang Revi, Teh Mega, Kang Fadli, Kang
Usep, Kang Zola, Kang Ndan, Pak Didi, Bu Icah, Pak Teten, Bu Yuan, Kang
Rama, Kang Rey, Kang Kinkin, Kang Azis, Kang Gema, Om Tatang, Teh
Rifa, Teh Kafa, Teh Trisni, Pak Jajang, Teh Tsania, Teh Anya, Teh Rahayu,
Teh Anggi, Kang Upi, Bu Dede, Kang Feri, Teh Febri, Kang Miftah, Pak Asep,
Kang Fuad, Teh Dilla, Teh Riana, Teh Uli, Teh Ruta, Kang Rendi, Kang
Hafid, Bu Iis, Kang Senja, Yus atas segala ilmu dan bimbingan yang begitu
berharga bagi penyusun.
12. Kedua orang tua beserta seluruh keluarga yang sangat penyusun cintai, yang
senantiasa selalu mendukung penyusun selama proses pembuatan laporan
ini.
13. Seluruh rekan-rekan seperjuangan Angkatan 61 Prometheus Clavata
khususnya Raissa Talitha Minerva dan Rizaldi Arsala Diaunaba sebagai
rekan selama melaksanakan Praktik Kerja Industri di PT. Kimia Farma
(persero) Tbk. Plant Bandung serta semua pihak yang telah membantu baik
secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan laporan.
Akhir kata, penyusun berharap semoga laporan Praktik Kerja Industri ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Terutama bagi bidang Kimia dan Kimia
Analisis. Selain itu, laporan ini juga bisa menjadi referensi bagi peserta didik
Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK Bogor atau yang lainnya dalam menulis
laporan.
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................9
A. Latar Belakang......................................................................................9
B. Tujuan Prakerin..................................................................................10
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Prakerin..........................................10
D. Pembuatan Laporan Prakerin.............................................................10
E. Sejarah Perusahaan...........................................................................11
F. Visi, Misi, dan Logo Perusahaan.........................................................13
G. Budaya Perusahaan...........................................................................15
H. Struktur Organisasi.............................................................................16
I. Fasilitas Pabrik...................................................................................19
J. Disiplin Kerja.......................................................................................20
K. Standar Acuan....................................................................................21
BAB II KEGIATAN SELAMA PRAKERIN............................................................22
A. Bagian Pemeriksaan Produk Antara dan Ruahan...............................22
B. Bagian Pemeriksaan Bahan Baku......................................................36
C. Bagian Pemeriksaan Mikrobiologi dan Air Limbah..............................50
D. Bagian Pemeriksaan Bahan Kemas...................................................75
E. Bagian Pemeriksaan Proses Produksi................................................91
F. Bagian Pemeriksaan Produk Jadi.....................................................106
BAB III TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................118
1. Analisis Kimia...................................................................................118
2. Analisis Mikrobiologi.........................................................................123
3. Analisis Fisika...................................................................................125
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................127
KESIMPULAN...............................................................................................127
SARAN.......................................................................................................... 127
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................128
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Logo Kimia Farma
Gambar 2. Budaya Perusahaan PT. Kimia Farma (persero) Tbk.
Gambar 3. Bagan Kerja ALT dan AKK
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oleh sebab itu, siswa Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK Bogor diwajibkan
untuk mengikuti kegiatan Prakerin. Kegiatan ini merupakan salah satu bagian
dari seluruh program pendidikan calon analis kimia yang wajib dilaksanakan oleh
siswa kelas XIII pada semester 8 selama kurang lebih 4 bulan pada suatu
lembaga atau instansi pemerintah maupun industri.
9
b. MISI
1. Melaksanakan pendidikan kejuruan analis kimia yang berkualitas mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat dunia usaha dan industri baik tingkat
nasional maupun internasional.
2. Meningkatkan kemitraan nasional dan membina kemitraan internasional.
B. Tujuan Prakerin
Pada akhir kegiatan prakerin ini, seluruh siswa diwajibkan untuk membuat
laporan mengenai hal-hal yang telah dikerjakan selama prakerin. Yang kemudian
akan diujikan sebagai syarat kelulusan siswa dalam pelaksanaan prakerin.
Adapun tujuan penulisan laporan adalah sebagai berikut :
10
1. Memantapkan siswa dalam pengembangan dan penerapan pelajaran dari
sekolah di institusi tempat prakerin.
2. Siswa mampu mencari alternatif lain dalam pemecahan masalah analis kimia
secara lebih rinci dan mendalam.
3. Menambah koleksi pustaka di sekolah maupun di institusi, sehingga dapat
menambah pengetahuan baik bagi penulis maupu pembaca
E. Sejarah Perusahaan
Kimia Farma adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dibentuk
sebagai perusahaan perseroan. Awalnya pada tahun 1896 dengan AKTE
NOTARIS B.V. HOUTHUISEN No. 102 Tgl. 29 Juni 1896 didirikan sebuah Pabrik
Kina di Bandung yang diberi nama “BANDOENGSCHE KININE FABRIEK N,V.”
yang hanya menghasilkan garam kina dari kulit kina.
Perang Dunia II pada tahun 1942, Pabrik Kina Bandung dikuasai oleh
Angkatan Darat Jepang dan diberi nama “RIKUGUNKININE SEIZOSHYO”.
Pembuatan pil/tablet kina masih dilakukan, namun selama pendudukan Jepang
hasilnya diangkut semua ke Jepang sedangkan sebagian besar hasil Kina dikirim
ke tempat lain guna kepentingan Jepang dalam peperangannya di Pasifik.
Sedangkan untuk keperluan di dalam negeri, Jepang hanya menyediakan hasil
pabrik yang disebut “TOTA KINA” yaitu kina yang belum dipisahkan dari
alkaloida-alkaloida lain.
Tahun 1945 Jepang dikalahkan sekutu sehingga Pabrik Kina dikuasai
kembali oleh Belanda dengan nama “BANDOENGSCHE KININE FABRIEK N,V.”.
Tahun 1955 Pabrik Kina diserahkan kepada “INDONESISCHE
COMBINATEVOOR CHEMISCHE INDUSTRIE” dengan akte notaris MR.R.
SOEWARDI No. 47/1954 Tanggal 03 November 1954.
Berhubungan dengan adanya sengketa mengenai Irian Barat antara RI dan
Belanda, maka pada tahun 1958 semua perusahaan Belanda yang ada di
Indonesia dikuasai oleh Pemerintah RI, maka dibentuk Badan Pimpinan Umum
(BPU) berdasarkan PP No. 23 Tahun 1958 dan berdasarkan UU No. 86 Tahun
1958. Perusahaan yang berada di bawah BPU menjadi milik RI yang
pelaksanaannya diserahkan kepada BADAN NASIONALISASI PERUSAHAAN-
PERUSAHAAN BELANDA (BANAS). Tahun 1960 Pabrik Kina diberi nama
PERUSAHAAN NEGARA (PN) Farmasi dan Alat Kesehatan BHINEKA KINA
11
FARMA, berdasarkan SP Menteri Kesehatan RI No. 57/959/BPK/Kob. Tanggal
18 Juli 1960.
Tahun 1961 berdasarkan PP No. 85 Tanggal 17 April 1961 namanya diubah
menjadi Perusahaan Negara Farmasi (PNF) dan Alat-alat Kesehatan BHINEKA
KINA FARMA yang meliputi Pabrik Yodium di Watudakon, Mojokerto, jawa
Timur.
Tahun 1969 berdasarkan PP No.3 Tanggal 25 Januari 1969, terdapat 4
Perusahaan Negara Farmasi diantaranya :
1. PN. RAJA FARMA
2. PN. NAKULA FARMA
3. PN. BHINEKA KINA FARMA
4. PN. SARI HUSADA
Perusahaan Negara tersebut kemudian disusun menjadi unit dengan
susunan sebagai berikut :
1. PNF. RAJA FARMA, Jakarta menjadi PNF. BHINEKA KIMIA FARMA Unit
I Bidang Perdagangan.
2. PNF. NAKULA FARMA, Jakarta menjadi PNF. BHINEKA KIMIA FARMA
Unit II Bidang Produksi Jakarta.
3. PNF. BHINEKA KINA FARMA, Bandung menjadi PNF.BHINEKA KIMIA
FARMA Unit III Bidang Produksi Bandung.
4. PNF. SARI HUSADA, Jogjakarta menjadi PNF. BHINEKA KIMIA FARMA
Unit IV Bidang Produksi Jogjakarta.
Berdasarkan PP No. 16 Tahun 1971 Lembaran Negara No. 18 Tahun 1971
PN Farmasi dan Alat Kesehatan BHINEKA KIMIA FARMA UNIT I s.d. IV tahun
1971, diubah menjadi PT. (PERSERO) “KIMIA FARMA”. Sejak tanggal 16
Agustus 1971 dengan Akte Notaris Sulaeman Ardjasasmita nama bagi semua
Unit berubah menjadi :
1. Unit I menjadi Unit Perdagangan.
2. Unit II menjadi Unit Produksi Jakarta.
3. Unit III menjadi Unit Produksi Bandung.
4. Unit IV menjadi Unit Produksi Jogjakarta.
Tahun 1990 Unit Produksi Bandung terbagi menjadi :
1. Unit Produksi Formulasi Bandung.
2. Unit Produksi Manufaktur Bandung.
12
3. Unit Produksi Manufaktur Watudakon.
Pemisahan Unit ini diikuti dengan penggabungan Pabrik Pil KB ke Unit
Produksi Formulasi Bandung. Tahun 2001 Unit Produksi Formulasi Bandung dan
Unit Produksi Manufaktur Bandung serta Unit Produksi Manufaktur Semarang
dilebur menjadi Divisi Produksi Bandung. Tahun 2003 Divisi Produksi Bandung
tanpa Unit Produksi Manufaktur Semarang dirubah menjadi “Plant Bandung”.
1. Visi
Menjadi pabrik farmasi yang menghasilkan produk bermutu, aman dan
berkhasiat secara efisien melalui penerapan CPOB, CPOTB dan CPAKB
terkini serta peningkatan produktivitas.
2. Misi
Menghasilkan produk bermutu, aman dan berkhasiat melalui:
1. Pemenuhan regulasi terkini serta perbaikan berkesinambungan.
2. Proses produksi yang efisien dan ramah lingkungan.
3. Pengembangan SDM dengan budaya positif berbasis kompetensi.
3. Logo Perusahaan
Gambar 1. Logo Kimia Farma
13
Makna dari logo PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut adalah :
a. Simbol Matahari
1. Paradigma Baru
Matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru kehidupan yang lebih
baik.
2. Optimis
Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut adalah
penggambaran optimisme Kimia Farma dengan menjalankan bisninsnya.
3. Komitmen
Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari arah barat secara
teratur dan terus-menerus memiliki makna adanya komitmen dan
konsistensi dengan menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia
Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.
4. Sumber Energi
Matahari sumber energi bagi kehidupan dan Kimia Farma baru
memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan masyarakat.
5. Semangat Abadi
Warna oranye berarti semangat, warna biru adalah keabadian.
Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu
semangat yang abadi.
b. Jenis Huruf
Dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma disesuaikan dengan nilai
dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena prinsip
sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang sudah ada.
c. Sifat Huruf
1. Kokoh
Memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam bidang
farmasi yang memiliki bisnis hulu-hilir dan merupakan perusahaan farmasi
pertama yang dimiliki Indonesia.
2. Dinamis
Dengan jenis huruf italic, memperlihatkan kedinamisan dan optimisme
Kimia Farma dalam menjalankan bisnis kesehatan.
14
3. Bersahabat
Dengan jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan keramahan Kimia
Farma dalam melayani konsumennya.
G. Budaya Perusahaan
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. telah menetapkan budaya perusahaan yang
merupakan nilai-nilai inti perseroan (corporate values) yaitu I C A R E yang
menjadi acuan/pedoman bagi perseroan dalam menjalankan usahanya, untuk
berkarya meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Motto I CARE
bermakna “saya peduli”.
Gambar 2. Budaya Perusahaan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
15
4. Responsible
Memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat sasaran
dan dapat diandalkan, serta senantiasa berusaha untuk tegar dan
bijaksana dalam menghadapi setiap masalah.
5. Eco-Friendly
Menciptakan dan menyediakan baik produk maupun jasa layanan yang
ramah lingkungan.
Selain budaya I CARE, di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. juga menerapkan
konsep 5 As sebagai ruh budaya perusahaan. Berikut adalah penjelasan
mengenai 5 As:
1. Kerja Ikhlas
Siap bekerja dengan tulus tanpa pamrih untuk kepentingan bersama.
2. Kerja Cerdas
Kemampuan dalam belajar cepat (fast learner) dan memberikan solusi
yang tepat.
3. Kerja Keras
Menyelesaikan pekerjaan dengan mengerahkan segenap kemampuan
untuk mendapatkan hasil terbaik.
4. Kerja Antusias
Keinginan kuat dalam bertindak dengan gairah dan semangat untuk
mencapai tujuan bersama.
5. Kerja Tuntas
Melakukan pekerjaan secara teratur dan selesai untuk menghasilkan
output yang maksimal sesuai dengan harapan.
H. Struktur Organisasi
Unit Plant Bandung dipimpin oleh Plant Manajer yang membawahi 2 Sub
Unit yakni Sub Unit Produksi dan Sub Unit Pemastian Mutu. Masing-masing Sub
Unit dipimpin oleh seorang Manajer. Plant Manajer juga membawahi Bagian
Pengawasan Mutu dan Bagian Support yang masing-masing dipimpin oleh
seorang Asisten Manajer (Asman).
16
a. Spv. Sub Bagian Granulasi Massa Tablet
b. Spv. Sub Bagian Pencetakan Tablet
c. Spv. Sub Bagian Penyalutan Tablet
2. Asman Bagian Produksi II
Asman Bagian Produksi II membawahi 3 Supervisor (Spv), yaitu:
a. Spv. Sub Bagian Pengolahan & Pengemasan Cairan
b. Spv. Sub Bagian Pengolahan & Pengemasan Serbuk
c. Spv. Sub Bagian Pengolahan & Pengemasan Fitofarmaka
3. Asman Bagian Teknik dan Pemeliharaan
Asman Bagian Teknik dan Pemeliharaan membawahi 4 Supervisor (Spv),
yaitu:
a. Spv. Sub Bagian Mekanik
b. Spv. Sub Bagian Utility
c. Spv. Sub Bagian Listrik dan Energi
d. Spv. Sub Bagian Hardware dan Network
4. Asman Bagian Pengemasan
Asman Bagian Pengemasan membawahi 2 Supervisor (Spv), yaitu:
a. Spv. Sub Bagian Pengemasan Primer
b. Spv. Sub Bagian Pengemasan Sekunder
Manajer Sub Unit Pemastian Mutu membawahi Bagian Pengembangan
Produk, Bagian Sistem Mutu, dan Ahli Madya Pemastian Mutu yang masing-
masing dipimpin oleh seorang Asisten Manajer (Asman) . Manajer Sub Unit
Pemastian Mutu juga membawahi Ahli Muda Pemastian Mutu yang dipimpin oleh
Supervisor.
a. Asman Bagian Pengembangan Produk
Asman Bagian Pengembangan Produk membawahi 2 Supervisor (Spv), yaitu:
1. Spv. Sub Bagian Pengembangan Desain & Formula Bahan Pengemas
2. Spv. Sub Bagian Pengembangan Formula Produk
b. Asman Bagian Sistem Mutu
Asman Bagian Sistem Mutu membawahi 5 Supervisor (Spv), yaitu:
1. Spv. Sub Bagian Regulasi, Dokumentasi & Penanganan Keluhan
2. Spv. Sub Bagian Stabilitas
17
3. Spv. Sub Bagian Pengendalian Dokumen
4. Spv. Sub Bagian Validasi, Kualifikasi & Kalibrasi
5. Spv. Sub Bagian Inspeksi & Audit
c. Ahli Madya Pemastian Mutu
d. Ahli Muda Pemastian Mutu
Bagian Pengawasan Mutu dipimpin oleh Asisten Manajer yang membawahi
6 Supervisor (Spv), yaitu:
a. Spv. Sub Bagian Pemeriksaan Bahan Baku
b. Spv. Sub Bagian Pemeriksaan Bahan Pengemas
c. Spv. Sub Bagian Pemeriksaan Produk Antara & Ruahan
d. Spv. Sub Bagian Pemeriksaan Mikrobiologi dan Limbah
e. Spv. Sub Bagian Pemeriksaan Produk Jadi
f. Spv. Sub Bagian Pengawasan Proses Produksi
Bagian Support dipimpin oleh Manajer yang membawahi 5 Asisten Manajer.
Asistem Manajer tersebut yaitu:
1. Asman Bagian Pembelian Barang Operasional
Asman Bagian Pembelian Barang Operasional membawahi 1 Supervisor
(Spv),yaitu:
a. Spv. Sub Pembelian Sparepart Mesin Produksi
2. Asman Bagian Akuntansi dan SDM
Asman Bagian Akuntansi & SDM membawahi 5 Supervisor (Spv), yaitu:
a. Spv. Sub Bagian Verifikasi Biaya
b. Spv. Sub Bagian Pajak & Keuangan
c. Spv. Sub Bagian Administrasi Personalia
d. Spv. Sub Bagian Akuntansi Biaya
e. Spv. Sub Bagian Pelatihan & Kinerja Pegawai
3. Asman Bagian Umum dan K3 L
Asman Bagian Umum &K3 L membawahi 3 Supervisor (Spv), yaitu:
a. Spv. Sub Bagian K3
b. Spv. Sub Bagian Lingkungan
c. Spv. Sub Bagian Umum
18
4. Asman Bagian Pengendalian Proses Produksi
Asman Bagian Pengendalian Proses Produksi membawahi 1 Supervisor
(Spv), yaitu :
a. Spv. Sub Bagian Pengendalian Bahan & Proses Produksi
5. Asman Bagian Penyimpanan
Asman Bagian Penyimpanan membawahi 5 Supervisor (Spv), yaitu:
a. Spv. Sub Bagian Gudang Bahan Baku
b. Spv. Sub Bagian Gudang Bahan Pengemas
c. Spv. Sub Bagian Gudang Obat Jadi
d. Spv. Sub Bagian Penimbangan Sentral
e. Spv. Sub Bagian Penandaan Bahan Pengemas
I. Fasilitas Pabrik
Plant Bandung yang merupakan salah satu pabrik farmasi PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. yang terletak di Jl. Pajajaran No. 29-31 Bandung menempati area
lebih kurang 36.000 m2 dengan luas bangunan 70.685 m2 bangunan pabrik,
laboratorium, perkantoran dan bangunan penunjang. Area pabrik secara garis
besar dibagi menjadi dua zona yaitu:
1. Zona hitam, terdiri dari gudang bahan baku, gudang bahan kemas,
danproses pengemasan sekunder.
2. Zona abu-abu, terdiri dari penimbangan sentral, proses produksi I, proses
produksi II, proses pengemasan.
Sebagai penunjang pelaksanaan kegiatan perusahaan, terdapat sarana-
sarana yang digunakan dalam produksi di Bandung, antara lain:
1. Bangunan yang mendukung produksi yang dikondisikan sesuai dengan
sediaan yang akan dibuat.
2. Sistem sarana penunjang produksi, misalnya sumber air dari PDAM,
sumber listrik dari PLN, pengolahan air demineralisasi, sistem uap atau
steam untuk pemanasan, udara bertekanan untuk kompresor, sarana
penunjang perbaikan alat-alat.
3. Alat-alat yang digunakan, baik itu alat-alat produksi misalnya Fluid Bed
Dryer, Super Mixer, Granulasi Diosna, Ultra Turax, maupun alat-alat
19
laboratorium misalnya HPLC, Disintegration Tester, Spektrofotometer UV-
VIS, Disolution tester, Polarimeter dan lain-lain.
4. Bangunan penunjang kebutuhan para pekerja misalnya kantin, mushola,
toilet, poliklinik.
J. Disiplin Kerja
1. Waktu Kerja
Karyawan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. bekerja selama lima hari
dalam seminggu, dimulai dari hari Senin hingga Jum’at. Waktu kerja dimulai
dari pukul 07.30 – 16.00 WIB. Di perusahaan ini, istirahat berlangsung
selama 30 menit, dimulai dari pukul 11.30-12.00 WIB. Selain istirahat, pada
pukul 09.30 – 10.30 WIB diperbolehkan untuk rehat secara bergantian,
setiap orang rehat maksimal 15 menit.
2. Makan di kantin
Makan siang dilaksanakan di kantin kecuali satpam dan petugas di IPAL.
Tidak diperbolehkan makan di area dapur kantin, dan harus mengenakan
pakaian dinas bukan pakaian kerja produksi/kaos.
3. Loker
Seluruh pegawai menyimpan barang bawaan di loker yang telah
dibagikan. Kecuali barang-barang berharga seperti dompet dan alat
elektronik dapat disimpan di loker atas.
4. Senam pagi
Senam pagi dilakukan pada pukul 6.30 – 07.30 WIB pada hari Jum’at
5. SPK Lembur
SPK lembur yang berlaku adalah yang ditandatangani oleh atasan yang
bersangkutan dan pejabat yang berwenang, dan dibuat maksimal pukul
14.00 WIB.
6. Ijin keluar
Karyawan yang akan ijin keluar harus menggunakan “surat ijin keluar”
yang diketahui oleh atasannya (minimal supervisor yang bersangkutan). Jika
lebih dari 2 jam disarankan untuk mengambil cuti.
20
K. Standar Acuan
21
BAB II KEGIATAN SELAMA PRAKERIN
1. Definisi
Supervisor Produk Antara dan Ruahan (SPAR) merupakan salah satu bagian
dari pengawasan mutu, yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan produk
dengan metoda analisa yang sesuai dengan standar mutu yang telah
ditentukan.
a. Produk Antara
Produk antara merupakan bahan atau campuran yang masih memerlukan
satu atau lebih tahap pengolahan lebih lanjut untuk menjadi produk ruahan.
Berdasarkan prosesnya produk antara terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Massa cetak tablet
Massa cetak adalah bahan jadi suatu produk yang belum melalui
proses pencetakan menjadi tablet. Pada umumnya berbentuk serbuk
ataupun granul.
2) Set-Up berhenti
Set-up berhenti berarti proses pencetakan dihentikan/berhenti untuk
menunggu hasil pemeriksaan laboratorium. Set-up berhenti biasanya
dilakukan pada sampel trial atau produk yang bermasalah, seperti
halnya produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi karena kandungan
zat aktifnya maupun dosis yang rendah ataupun penyimpangan
lainnya.
3) Set-Up jalan
Set-up jalan berarti proses pencetakan tetap berjalan tanpa menunggu
hasil pemeriksaan laboratorium. Produk Set-up jalan berbentuk tablet.
Selain ketiga jenis produk antara tersebut, ada pula yang disebut
serbuk oralit. Serbuk oralit adalah produk antara hasil proses
pencampuran/granulasi yang diambil sampel (sampling) oleh jajaran
supervisor pengawasan proses produksi dan belum dimasukkan ke
dalam sase.
22
b. Produk Ruahan
Produk ruahan adalah bahan yang telah selesai diolah, dan tinggal
memerlukan kegiatan pengemasan untuk menjadi produk jadi.
Berdasarkan prosesnya produk ruahan terbagi menjadi 5 jenis, yaitu :
Tablet Hormon/Non Hormon
Cairan (Sirup, Suspensi dan Cairan Obat dalam Obat Tradisional)
Massa isi serbuk
AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )
Sintesa
23
c. Alur Proses Penerimaan Produk Antara dan Ruahan
Penerimaan sampel
Pemeriksaan lab
Pemeriksaan lab
24
2. Penjelasan Alur
2.1 Penerimaan dan Penanganan Produk
a. Supervisor Produk Antara dan Ruahan menerima memo permohonan
periksa/Confirmation Slip atau Good Receipt Slip dari produksi
meliputi:
1) Contoh yang sudah diambil.
2) Prosedur Pengolahan Induk (PPI). Isi PPI meliputi:
Komposisi bahan, spesifikasi produk, formula pembuatan
produk
Petunjuk umum
Cara kerja pembuatan produk
Peralatan
Catatan proses pencampuran
Catatan penimbangan
b. Pengambilan sampel produk dilakukan oleh bagian Pengawasan
Proses Produksi/SPPP sesuai dengan Protap sampling bagian
terkait. Jenis sampel produk yang diterima ialah:
1) Produk Antara
Massa cetak tablet/serbuk
Set-up berheti
Set-up jalan
2) Produk Ruahan
Hasil cetak tablet
Sase
c. Pelaksana Produk Antara dan Ruahan memeriksa kebenaran produk
dengan PPI yang diterima.
d. Dicatat dalam formulir penerimaan contoh produk antara dan ruahan.
e. Produk yang diterima diperiksa oleh pelaksana PAR sesuai dengan
tugasnya masing - masing.
f. Apabila sampel produk belum dapat dilakukan pemeriksaan, simpan
dalam lemari/laci yang terkunci. Untuk sampel produk psikotropik dan
prekursor disimpan dalam lemari/laci yang terkunci terpisah dari
sampel lain.
25
2.2 Pemeriksaan Laboratorium
a. Produk Antara
Yang termasuk pemeriksaan produk antara adalah sebagai
berikut :
1) Pemeriksaan Massa Cetak Tablet/Massa Serbuk, meliputi :
a) Pemerian sampel yaitu berbentuk serbuk.
b) Pemeriksaan warna contoh, disesuaikan dengan masing-
masing spesifikasi produk jadi.
c) Pemeriksaan kadar, disesuaikan dengan prosedur tetap
pemeriksaan masing-masing produk jadi. Pemeriksaan
kadar dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya
yaitu metode titrimetri, spektrofotometri dan menggunakan
HPLC (High Performance Liquid Cromatography).
d) Dicatat hasil pemeriksaan pada lembar pemeriksaan produk
antara tablet hormon/non hormon.
2) Pemeriksaan Set Up berhenti, meliputi :
a) Pemerian sampel/contoh berbentuk tablet.
b) Pemeriksaan warna contoh, disesuaikan dengan masing-
masing spesifikasi produk jadi.
c) Pemeriksaan kadar, dengan cara menimbang 20 tablet lalu
dihitung berat rata-rata tablet dan digerus hingga halus dan
homogen kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar
sesuai dengan prosedur tetap masing-masing produk jadi.
Dicatat hasil pemeriksaan pada lembar pemeriksaan produk
antara tablet hormon/non hormon.
d) Pemeriksaan disolusi sesuai dengan prosedur tetap masing-
masing produk jadi.
e) Pemeriksaan keseragaman kandungan, dilakukan jika dosis tablet ≤
25 mg atau dosis tablet ≤ 25% dari berat tablet.
3) Pemeriksaan Set Up jalan, meliputi :
a) Pemeriksaan waktu hancur menggunakan alat disintegration
tester.
b) Pemeriksaan keseragaman kandungan, dilakukan jika dosis
tablet ≤ 25 mg atau dosis tablet ≤ 25% dari berat tablet.
26
c) Pemeriksaan disolusi sesuai dengan prosedur tetap masing-
masing produk jadi.
d) Dicatat hasil pemeriksaan pada lembar pemeriksaan.
Catatan : untuk produk tablet hormon set up jalan dilakukan
pemeriksaan kadar.
b. Produk Ruahan
Yang termasuk pemeriksaan produk ruahan adalah sebagai
berikut :
1) Tablet Hormon/Non Hormon
a) Pemeriksaan Fisik, meliputi :
Pemerian : warna, bentuk, muka atas dan muka bawah.
Berat menggunakan alat timbangan semi mikro.
Keregasan menggunakan alat friability tester.
Kekerasan menggunakan alat hardness tester.
Ketebalan menggunakan alat thickness tester.
Diameter menggunakan alat hardness tester.
Diameter tablet salut menggunakan alat jangka sorong.
Waktu Hancur menggunakan alat disintegration tester.
b) Pemeriksaan keragaman bobot, dilakukan jika dosis tablet >
25 mg atau dosis > 25% dari berat tablet.
c) Pemeriksaan mikrobiologi setiap 10 batch, dilakukan sesuai
dengan spesifikasi produk dan prosedur tetap pemeriksaan
mikrobiologi. (untuk tablet hormon).
d) Dicatat hasil pemeriksaan ruahan tablet dalam lembar
pemeriksaan fisik tablet hormon/non hormon sesuai IK
pemeriksaan tablet. Pemeriksaan produk ruahan ini
merupakan gabungan dari produk antara dan ruahan secara
fisika dan kimia.
27
2) Sirup, suspensi dan cairan obat dalam obat tradisional.
a) Lakukan pemeriksaan kadar sirup dan suspensi sesuai
prosedur tetap pemeriksaan masing-masing produk.
b) Lakukan pemeriksaan kadar sirup dan suspensi sesuai
dengan prosedur tetap pemeriksaan tablet, sirup,
suspensi,dan serbuk.
c) Catat hasil pemerikaan ruahan cairan/suspensi/sirup/cairan
obat dalam obat tradisional, dalam lembar pemeriksaan
produk ruahan cairan/suspensi/sirup/cairan obat dalam obat
tradisional.
3) Serbuk
Pemeriksaan serbuk meliputi :
a) Pemeriksaan pemerian, warna, identifikasi dan kebocoran.
b) Pemeriksaan kadar air dengan alat halogen moisture
balance analyzer.
c) Pemeriksaan kadar zat aktif.
d) Khusus untuk produk Fitaliv dilakukan pemeriksaan
mikrobiologi.
e) Khusus untuk produk Oralit dilakukan pemeriksaan berat isi
sase serbuk dan dihitung kadar zat aktif terhadap berat rata-
rata sase.
f) Catat hasil pemeriksaan.
4) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
a) Lakukan pemeriksaan produk ruahan AKDR sesuai dengan
prosedur tetap pemeriksaan.
b) Catat hasil pemeriksaan ruahan AKDR pada lembar
pemeriksaan produk ruahan AKDR.
5) Ekstrak
a) Lakukan pemeriksaan sesuai dengan prosedur tetap
masing- masing produk jadi ekstrak tersebut.
b) Catat hasil pemeriksaan produk jadi ekstrak dalam lembar
pemeriksaan produk antara ekstrak
28
6) Tinctur
Lakukan pemeriksaan sesuai dengan prosedur tetap masing -
masing produk jadi tinctur.
c. Prosedur Pemeriksaan
1) Pemeriksaan dengan metoda konvensional
a) Volumetri : Metoda analisa dimana kadar dan komposisi dari
sampel ditetapkan berdasarkan volume larutan baku
(standar) yang diketahui konsentrasinya dengan pasti yang
ditambahkan kedalam larutan uji, hingga komponen yang
ditetapkan bereaksi secara kuantitatif sengan larutan baku,
b) Gravimetri : Metoda analisa kuantitatif berdasarkan bobot,
yaitu proses isolasi serta penimbangan suatu unsur atau
suatu senyawaan tertentu dari unsur tersebut, dalam bentuk
semurni mungkin.
2) Pemeriksaan dengan metode instrumen
a) HPLC (High Performance Liquid Chromatography): Teknik
pemisahan senyawa dengan cara melewatkan senyawa
melalui fasa diam, Senyawa dalam kolom tersebut akan di
elusi dengan fasa gerak, Senyawa dalam kolom akan keluar
dari kolom berdasarkan kepolaran yang berbeda sehingga
akan mempengaruhi kekuatan interaksi senyawa dengan fasa
diam dan fasa gerak. Hasil dideteksi pada detector yang
sesuai dan dilaporkan sebagai kromatogram.
b) Spektrofotometri : Metode analisis untuk menentukan kadar
atau komposisi dalam suatu sampel baik secara kualitatif
maupun kuantitatif yang didasarkan interaksi materi dengan
cahaya dengan panjang gelombang tertentu.
3) Pemeriksaan yang menggunakan metoda komparasi
(membandingkan sampel dengan standar), digunakan baku kerja
yang sudah dibakukan terhadap baku primer.
4) Dalam pemeriksaan kuantitatif, pengerjaan baik baku kerja
maupun contoh dilakukan duplo, dimana hasil pengukuran
kedua standar atau contoh Rsd ≤ 2%.
29
5) Hasil pengukuran standar yang dipakai adalah hasil rata-rata
dari pemeriksaan duplo.
6) Uji kesesuaian sistem HPLC dilakukan terhadap 1 standar, di
injekkan minimal 6 kali, dimana hasil pengukuran area dan RT
dari 6 injekkan Rsd ≤ 2 % sesuai dengan prosedur tetap Uji
Kesesuaian sistem metoda HPLC (High Performance Liquid
Cromatography).
7) Data perhitungan, alat yang dipakai, baku kerja jumlah contoh
awal, contoh yang diperiksa, sisa contoh, beserta data
pendukung lainnya dicatat dalam formulir hasil pemeriksaan
masing-masing produk jadi.
8) Lakukan investigasi HULS dan Penyimpangan jika ada hasil
pemeriksaan yang tidak sesuai (TMS : Tidak Memenuhi Syarat).
d. Baku Pembanding
Standar yang dipakai adalah baku kerja. Penanganan dan
penyimpangan baku pembanding primer, baku pembanding
sekunder, baku kerja sesuai prosedur tetap.
e. Pereaksi
Pereaksi yang digunakan adalah kualitas Pro Analisa. Pereaksi
yang digunakan baik yang dibuat maupun Origin packing diatur
sesuai prosedur tetap penanganan pereaksi.
f. Peralatan
Peralatan yang digunakan di laboratorium terdiri dari alat gelas
dan alat instrumen. Setiap peralatan yang digunakan dipelihara
secara rutin sesuai prosedur tetap pembersihan/ pemeliharaan
masing-masing alat.
2.3 Kriteria Penerimaan
a. Produk Setengah Jadi/ Ruahan Tablet Hormon/ Non Hormon
1) Memenuhi Syarat (MS)
Jika semua parameter pemeriksaan sesuai spesifikasi.
2) Dapat diterima untuk parameter :
a) Kadar cenderung Rendah
Jika kadar yang diperoleh lebih besar dari kadar minimum dan
penurunan kadar stabilitas sampai batas ED (Expire Date)
30
sama dengan kadar minimal maka produk tersebut dapat
diterima.
b) Kadar cenderung Tinggi
Jika hasil kadar yang diperoleh ≤ 2% dari syarat maksimal,
maka produk tersebut dapat diterima.
c) Kekerasan
(1) Hasil kekerasan lebih besar dari spesifikasi, produk dapat
diterima apa adanya jika persyaratan waktu hancur
memenuhi syarat.
(2) Hasil kekerasan lebih rendah dari spesifikasi, produk
dapat diterima apa adanya jika persyaratan friablitas
memenuhi syarat.
d) Waktu Hancur
Waktu hancur tablet lebih besar dari spesifiksi, produk dapat
diterima jika pemeriksaan disolusi memenuhi syarat.
e) Berat
Keseragaman bobot diluar batas range tablet dapat diterima,
jika dengan diperhitungkan terhadap zat aktif masih
Memenuhi Syarat.
3) Tidak Memenuhi Syarat (TMS)
Jika salah satu/lebih parameter pemeriksaan yang
mempengaruhi mutu produk tidak sesuai spesifikasi, yaitu kadar,
disolusi dan keseragaman kandungan (jika ada).
b. Produk jadi sirup, suspensi dan Cairan Obat dalam Obat tradisional
a) Memenuhi syarat (MS)
Jika semua parameter pemeriksaan sesuai spesifikasi.
b) Dapat diterima
Produk jadi sirup, suspensi dan Cairan Obat dalam Obat
tradisional pH dan BJ tidak sesuai spesifikasi maka produk
tersebut dapat diterima.
31
c) Tidak Memenuhi Syarat (TMS)
Produk jadi sirup, suspensi dan Cairan Obat dalam Obat
tradisional jika salah satu/lebih parameter pemeriksaan yang
mempengaruhi mutu produk tidak sesuai spesifikasi, yaitu kadar
dan kekentalan.
c. Produk Jadi Serbuk
1) Memenuhi Syarat (MS)
Jika semua parameter pemeriksaan sesuai spesifikasi.
2) Tidak Memenuhi Syarat (TMS)
Jika salah satu/lebih parameter pemeriksaan yang
mempengaruhi mutu produk tidak sesuai spesifikasi, yaitu kadar
dan berat sase.
d. Produk Jadi AKDR
1) Memenuhi syarat (MS)
Jika semua parameter pemeriksaan sesuai spesifikasi.
2) Dapat Diterima
Jika hasil pemeriksaan dimensi/ukuran maksimum 10% dari hasil
pemeriksaan batas bawah dan batas atas, dan hasil
pemeriksaan parameter lain memenuhi syarat (MS) maka produk
tersebut dapat diterima.
3) Tidak Memenuhi Syarat (TMS)
Jika semua parameter tidak sesuai spesifikasi.
e. Produk Jadi Sintesa
1) Memenuhi syarat (MS)
Jika semua parameter pemeriksaan sesuai spesifikasi.
2) Tidak Memenuhi Syarat (TMS)
Jika salah satu/lebih parameter pemeriksaan yang
mempengaruhi mutu produk tidak sesuai spesifikasi, yaitu kadar
dan kadar protein.
2.4 Contoh Pertinggal/Sisa Produk Antara dan Ruahan
a. Timbang sisa contoh pemeriksaan produk ruahan (tablet inti dan
salut, tablet hormon, tablet psikotropik dan tablet prekursor).
32
b. Tempatkan pada wadah tertutup dan beri label sesuai dengan label
Produk Ruahan (Contoh Pertinggal) dan beri silica gel.
c. Sisa contoh pemeriksaan ruahan tablet non hormon, tablet hormon,
tablet psikotropika, tablet prekursor dan Cairan Obat dalam Obat
Tradisional tersebut dicatat dalam formulir dan dikirimkan ke bagian
sistem mutu sebagai contoh pertinggal.
2.5 Bekas Pemeriksaan
Bekas pemeriksaan ditangani sesuai dengan prosedur penanganan limbah
laboratorium.
2.6 Dokumentasi
a. Lembar hasil pemeriksaan produk antara diperiksa oleh SPAR.
b. Berdasarkan hasil pemeriksaan (produk antara) berikan kesimpulan
pada hasil pemeriksaan, jika hasil memenuhi syarat, lakukan ’’entry
ACC di SAP” kemudian dicetak label ”DILULUSKAN” untuk semua
wadah.
c. Jika hasil pemeriksaan tidak memenuhi syarat, dilakukan sampling
ulang.
d. Jika hasil pemeriksaan sampling ulang masih TMS, tangani sesuai
protap HULS dan Penyimpangan.
e. Dibuat Laporan Analisa setelah pemeriksaan ruahan selesai.
f. Dilampirkan semua data hasil pemeriksaan produk antara dan
ruahan baik secara fisika maupun kimia yang terkait dengan produk
tersebut.
g. Jika hasil memenuhi syarat, masukkan data Laporan Analisa ke
dalam SAP, kemudian diperiksa oleh SPAR dan AMPM.
h. AMPM akan melakukan UD di SAP, kemudian Pelaksana PAR
mengeluarkan label ”DILULUSKAN” untuk ditempel di semua wadah.
i. Buat Laporan Analisa rangkap dua (2) dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Kirim 1 (satu) lembar LA dan PPI ke PPC/PPIC
b) 1 (satu) lembar LA untuk arsip, kecuali produk placebo dan pil KB kirim 1
(satu) lembar LA dan CPB ke bagian produksi hormon.
33
Kegiatan Selama Prakerin
34
Oralit 200 mL
Salbutamol 4/100 mg
Methampyron dalam Neurodial x/690 mg
Diazepamum dalam Neurodial x/690 mg
Rahistin 10/120 mg
Acidum Folicum dalam Tablet Tambah Darah Neo
Ferrous Fumarate dalam Tablet Tambah Darah Neo
Amlodipin 10/120 mg
Meloxicam 7,5/75 mg
Captopril 12,5/150 mg
Chloramphenicol Suspensi
Piroxicam 20/250 mg
Allopurinol 100/250 mg
Vit B12 0,05/100 mg
Antasidadoen x/700 mg
35
Salbutamol 2/110 mg
Furosemide 40/150 mg
1. Pengertian
Bahan baku adalah bahan yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat,
yang berubah maupun yang tidak berubah, yang digunakan dalam
pengolahan obat walaupun tidak, semua masih terdapat dalam produk ruahan
atau jadi.
2. Klasifikasi
2
2.6
2.6.2
a. Berdasarkan Jenis Bahan Baku
a. Bahan baku padat. Contoh: Magnesium stearat, Sucrosum, Natrii citras,
Ranitidin.
b. Bahan baku cair. Contoh: Essence caramel, Methanol, Alkohol, Gliserin.
c. Bahan baku hormon dan psikotropika. Contoh: Diazepam, Phenobarbital,
Ergotamim
b. Berdasarkan Fungsinya
a. Zat aktif.
Zat aktif merupakan semua bahan yang berkhasiat atau yang
berpengaruh terhadap pengobatan yang digunakan dalam pembuatan
obat.
Contoh: Asam askorbat, Phyrimethamine, Natrium Citrat dan Cimetidinum
b. Zat pembantu
Zat pembantu adalah zat tambahan yang digunakan untuk
membantu/mengisi zat aktif menjadi bentuk sediaan farmasi yang sesuai
untuk digunakan pada pasien (Handbook of Pharmaceutical Excipient).
Contoh : Sucrosum, Opa dry dan Isopropanolum
36
Bahan baku alam adalah bahan-bahan dari alam, yang biasanya belum
melalui proses apapun kecuali pengeringan. Bagian yang dipergunakan
dari bahan alam contohnya adalah bagian daun.
Contoh: Daun katuk, Daun kejibeling, Daun tempuyung
b. Bahan baku sintesa.
Bahan baku sintesa adalah bahan-bahan buatan manusia yang telah
mengalami proses pengolahan terlebih dahulu.
Contoh: Paracetamol, Metronidazolum.
37
3. Alur Proses Penerimaan Bahan
Pengambilan Contoh
Sesuai dengan Prosedur Tetap oleh
petugas sampling bahan baku
Pemeriksaan Laboratorium
Pembuatan Label
38
4. Alur Penanganan Bahan Baku
b. Pengambilan Contoh
1. Jumlah Pengambilan Contoh
a. Untuk bahan baku komponen CuT (Suture tied dan Plastik Molded),
pengambilan contoh sesuai tabel Military standar.
b. Untuk bahan baku hormon, psikotropika, prekursor, pelarut organik dan
bahan dengan jumlah N ≤ 3, pengambilan contoh sebanyak 100% dari
jumlah wadah.
c. Untuk bahan baku selain point di atas pengambilan contoh dilakukan
sesuai rumus:
K = √N + 1
Keterangan :
N = Jumlah wadah
Keterangan:
39
2. Tahapan Pengambilan Contoh
a. Persıapan
40
2) Bahan alam meliputi bahan segar, simplisia, ekstrak kering, dan bahan
yang mengandung cellulose dan golongan amylum
3) Bahan yang mengandung logam - logam oksida
d. Pengambilan Contoh
Wadah drum
1. Bersihkan bagian penutup dan leher drum dengan kain lap bersih.
2. Buka ring penutup dan letakkan terbalik di tempat yang bersih.
3. Perhatikan kemasan bagian dalam terhadap adanya kerusakan, misal:
seal terbuka.
4. Bila ditemukan kerusakan, catat pada formulir pemeriksaan wadah (FQC-
23-0003-01).
5. Ambil contoh dengan stainless steel sampler dalam posisi diagonal.
6. Masukkan contoh ke dalam wadah yang telah disiapkan dan diberi
identitas sesuai bahan sesuai formulir FQC-23-0003-04, kemudian tutup.
7. Tutup bekas pengambilan contoh dengan plak band Kimia Farma.
8. Tutup kembali wadah dengan benar.
9. Tempel label “Phycical sampel label” pada wadah yang telah diambil
contoh sesuai formulir FQC-23-0003-03.
10. Ambil contoh dengan jumlah yang diambil sesuai dengan daftar bahan
baku (FQC-23-0003-02).
Wadah zak/karung plastik
1. Bersihkan bagian badan zak dengan kain lap bersih.
2. Ambil contoh dengan stainless steel sampler pada bagian atas, tengah
dan bawah zak/karung plastik.
3. Masukkan contoh ke dalam wadah yang telah disiapkan, dan beri
identitas sesuai bahan sesuai formulir FQC-23-0003-03, kemudian tutup.
4. Tutup bekas pengambilan contoh dengan plak band Kimia Farma.
5. Tempel label “Phycical sampel label” pada wadah yang telah diambil
contoh FQC-23-0003-03.
6. Ambil contoh dengan jumlah yang diambil sesuai dengan daftar bahan
baku sesuai formulir FQC-23-0003-02.
41
2) Bahan baku cair
1. Bersihkan bagian penutup dan leher drum/jerigen dengan kain lap bersih.
2. Buka ring penutup/tutup dan letakkan terbalik di tempat yang bersih.
3. Ambil contoh menggunakan sampler atau pompa plastik.
4. Masukkan contoh ke dalam wadah yang telah disiapkan dan beri identitas
sesuai bahan sesuai formulir FQC-23-0003-04, kemudian tutup.
5. Tutup kembali wadah dengan benar dan tutup dengan plak band Kimia
Farma.
6. Tempel label “Phycical sampel label” pada wadah yang telah diambil
contoh.
7. Ambil contoh dengan jumlah yang diambil sesuai dengan daftar bahan
baku sesuai formulir FQC-23-0003-02.
3) Bahan baku hormon
42
2. Ambil contoh dengan jumlah yang diambil sesuai dengan daftar bahan
baku sesuai formulir (FQC-23-0003-02).
3. Lakukan pemeriksaan bahan baku.
4. Buat laporan pemeriksaan Bahan Baku (dilakukan setelah SPBB terima
BTBS dari Supervisor Gudang Bahan Baku).
CATATAN:
43
sedangkan untuk pemeriksaan lainnya gunakan contoh hasil campuran
(composite) yang telah diberi identitas (sesuai formulir FQC-23-0003-05).
3. Untuk pemeriksaan mikrobiologi menggunakan contoh hasil campuran
(composite).
4. Untuk pemeriksaan komponen CuT jumlah sampel yang diperiksa
sebagai berikut:
Pemeriksaan fisik sebanyak sampel yang diambil.
Pemeriksaan dimensi sebanyak 10 unit.
Pemeriksaan kemurnian sebanyak 10 unit.
5. Catat hasil pemeriksaan dalam Formulir FQC-23-0003-06 dan khusus
untuk pemeriksaan komponen CuT catat hasil pemeriksaan dalam
formulir FQC-23-0003-10 dan FQC-23-0003-11.
b. Pemeriksaan Contoh Rechek
1. Lakukan pemeriksaan pada parameter yang ada tanda (R) pada protap
masing-masing bahan, kecuali untuk bahan baku yang sudah mendekati
kadaluarsa/retest pemeriksaan ulang dilakukan terhadap seluruh
parameter yang tercantum dalam spesifikasi.
2. Catat hasil pemeriksaan dalam Formulir FQC-23-0003-06 dan khusus
untuk pemeriksaan komponen CuT catat hasil pemeriksaan dalam
formulir FQC-23-0003-10 dan FQC-23-0003-11.
44
e. Pemeriksaan Contoh Yang Datang Dari Intern Kimia Farma
1. Lakukan pemeriksaan pada parameter pemerian, identifikasi dan
parameter lainnya berdasarkan spesifikasi (jika diperlukan) sesuai protap
masing-masing bahan.
2. Catat hasil pemeriksaan dalam Formulir FQC-23-0003-06.
6. Kriteria Penerimaan
A. Memenuhi Syarat (DILULUSKAN)
Bahan yang berdasarkan hasil pemeriksaan memenuhi persyaratan seluruh
parameter yang tertera pada masing – masing spesifikasi.
B. Dapat Dipakai
Bahan yang berdasarkan hasil pemeriksaan memiliki satu atau lebih
parameter yang tidak memenuhi syarat namun parameter yang tidak
memenuhi syarat tersebut bukanlah parameter yang kritis dan telah melalui
berbagai pertimbangan. Contoh:
pH
Jika pada ada penyesuaian pH saat proses produksi.
Kadar rendah
Jika pada proses produksi ada tahapan yang dapat dijadikan acuan proses,
maka jumlah bahan yang digunakan dapat diperhitungkan.
CATATAN:
45
7. Bekas Pemeriksaan
Tangani bekas pemeriksaan sesuai Prosedur Penanganan Limbah
Laboratorium.
2.6.3.3
2.6.3.4
8. Contoh Pertinggal
A. Simpan contoh pertinggal bahan baku sebanyak minimal 2 kali jumlah yang
diperlukan untuk pemeriksaan kimia.
B. Simpan contoh pertinggal dengan ketentuan di bawah ini :
a. Serbuk
1. Masukkan bahan baku ke dalam kantong plastik berdasarkan jumlah
wadah.
2. Kemudian masukkan ke dalam pot plastik berdasarkan No. LA.
3. Beri identitas pada pot plastik dengan menempelkan label “Contoh
Pertinggal” (sesuai formulir FQC-23-0003-07).
4. Khusus untuk bahan baku psikotropika, segel pot plastik dengan plak
band Kimia Farma.
5. Catat dalam formulir “Daftar Contoh Pertinggal Bahan Baku (FQC-23-
0003-08)”.
6. Simpan dalam lemari contoh pertinggal bahan baku.
b. Cairan
1. Masukkan bahan baku ke dalam botol dan dipisahkan berdasarkan
jumlah wadah.
2. Beri Identitas pada botol dengan menempelkan label contoh pertinggal
sesuai formulir FQC-23-0003-07.
3. Catat dalam formulir “Daftar Contoh Pertinggal Bahan Baku (FQC-23-
0003-08)”.
4. Simpan dalam lemari contoh pertinggal bahan baku.
1. Simpan contoh pertinggal selama 1 tahun setelah tanggal
kadaluarsa produk yang diluluskan dan terakhir menggunakan
bahan tersebut.
2. Simpan contoh pertinggal dengan suhu penyimpanan sesuai kondisi
penyimpanan masing-masing bahan.
46
9. Pemeriksaan Ulang Bahan Awal
1. Periode Pemeriksaan Ulang
a. 6 (enam) bulan untuk bahan baku aktif vitamin, sampai masa
kadaluarsanya.
b. 1 (satu) tahun untuk bahan baku aktif non vitamin, sampai masa
kadaluarsanya.
c. 2 (dua) tahun untuk bahan baku pembantu, sampai masa kadaluarsanya.
Catatan:
47
10. Dokumentasi
1. Buat laporan analisa setelah pemeriksaan selesai.
2. Lampirkan semua formulir yang terkait dengan pemeriksaan bahan baku
tersebut.
3. Masukan data laporan analisa ke dalam SAP.
4. Jika hasil pemeriksaan memenuhi syarat maka dibuat label ”DILULUSKAN”
sebanyak wadah yang diambil contoh sedangkan jika tidak memenuhi
syarat maka dibuat label ” DITOLAK” sebanyak wadah yang diambil
contoh.
Untuk wadah-wadah lain yang tidak diambil contoh ditempel label
turunan sesuai status bahan, label turunan ditempel menutupi sempurna
label turunan karantina.
5. Kirimkan laporan analisa ke bagian terkait sesuai ketentuan sebagai
berikut:
Laporan analisa yang memenuhi syarat:
a. Lembar untuk arsip
48
Kegiatan Selama Prakerin
49
C. Bagian Pemeriksaan Mikrobiologi dan Air Limbah
1. Mikrobiologi
1.1 Pengertian
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk, sifat, kehidupan
dan penyebaran jasad hidup mikroorganisme, termasuk mikroba.
Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat
dilihat dengan mikroskop.
1) Bahan baku.
Contoh : Microcrystalin Cellulose, dan Lacbon Pulvis
2) Bahan kemas.
Contoh : Botol PET.
3) Produk jadi.
Contoh : Batugin Elixir, Enkasari, Ambroxol, Asifit, dan Fituno.
4) Kegiatan pemantauan.
Contoh : Air, dan Ruangan.
50
1.3 Alur Pemeriksaan di Laboratorium Mikrobiologi
Hasil Pemeriksaan
51
1.4 Parameter Pemeriksaan
1) Uji Batas Mikroba
Uji Batas Mikroba merupakan parameter pemeriksaan untuk
mengontrol batasan mikroba yang hidup dalam sampel. Berikut parameter
pemeriksaannya :
a) Angka Lempeng Total (ALT)
(1)Pengertian
Angka lempeng total merupakan analisa yang bertujuan untuk
menentukan total koloni bakteri dari suatu sampel baik padat
maupun cair dengan menggunakan metode cawan tuang dengan
pengenceran serial menggunakan media Tryptic Soy Agar (TSA)
yang diinkubasi selama tidak kurang dari 3 hari dengan suhu 30-
35°C.
(2)Cara Kerja
(a) Ditimbang 10 gram atau pipet 10 mL zat uji secara aseptik,
masukkan ke dalam labu erlenmeyer yang berisi 90 mL Dapar
Fosfat pH 7.2 steril, kocok hingga homogen sehingga terbentuk
suspensi dengan pengenceran 10-1.
(b) Pipet 1 mL suspensi 10-1 ke dalam 2 cawan petri steril dan ke
dalam 1 tabung reaksi yang berisi 9 mL Dapar Fosfat pH 7.2
steril, kocok sampai homogen hingga diperoleh suspensi
dengan pengenceran 10-2.
(c) Lakukan pengenceran sesuai dengan spesifikasi masing-
masing bahan.
(d) Pipet 1 mL Dapar Fosfat pH 7.2 steril ke dalam satu cawan petri
steril (sebagai kontrol negatif).
(e) Tuangkan 15-20 mL media TSA dengan suhu ± 45°C ke dalam
cawan petri yang berisi zat uji dan cawan petri yang berisi 1 mL
Dapar Fosfat pH 7,2.
(f) Tutup cawan petri, homogenkan zat uji dan media dengan cara
memutarkannya sehingga suspensi tersebar merata.
(g) Biarkan isi cawan memadat pada suhu kamar.
(h) Balikkan cawan petri, bungkus dan inkubasi pada suhu 30-
35°C.
52
(i) Setelah inkubasi, amati dan hitung jumlah koloni yang tumbuh
pada hari ke-1 sampai ke-3.
(3)Catatan
(a) Pengerjaan dilakukan secara aseptis.
(b) Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan dalam
kondisi steril.
(c) Pembalikan cawan sebelum dibungkus dan diinkubasi
dilakukan karena sifat bakteri yang tidak menyukai kondisi
lembab yang dapat terjadi karena uap air dari media. Suhu
optimum bakteri yang dapat tumbuh pada kondisi kering (30 oC
– 35oC) dan uap air dari media dapat mengganggu saat
pengamatan.
(4)Interpretasi Hasil
(a) Dipilih cawan petri dari satu pengenceran dengan jumlah koloni
≤ 250. Hitung rata-rata jumlah koloni dari dua cawan petri,
dikalikan dengan faktor pengencernya. Hasil dinyatakan dalam
Cfu Cfu
atau .
ml g
(b) Apabila tidak ada pertumbuhan pada cawan petri dan bukan
disebabkan faktor inhibitor, maka hasil ALT adalah kurang dari
satu dikalikan dengan faktor pengenceran terendah.
(c) Jika seluruh cawan petri menunjukkan jumlah koloni ¿ 250,
dipilih cawan dari pengenceran tertinggi kemudian dibagi
menjadi beberapa sektor (2.4, atau 8) dan dihitung jumlah
koloni dari satu sektor. Angka lempeng total adalah jumlah
koloni dikalikan dengan jumlah sektor, kemdia dihitung rata-rata
dari kedua cawan dan dikalikan dengan faktor pengencerannya.
(d) Hasil ALT hanya ditulis dalam 2 angka. Angka berikutnya
dibulatkan ke bawah apabila kurang dari 5 dan dibulatkan ke
atas apabila lebih dari 5.
(e) Apabila dijumpai koloni spreader tipe rantai, maka tiap satu
deret koloni yang tidak terpisah dihitung sebagai satu koloni,
dan bila ada kelompok spreader tediri dari beberapa rantai,
maka tiap rantai dihitung sebagai satu koloni.
53
b) Angka Kapang dan Khamir (AKK)
(1)Pengertian
Angka kapang dan khamir adalah analisa yang bertujuan untuk
menentukan total koloni kapang dan khamir (jamur) dari suatu
sampel baik padat maupun cair dengan menggunakan metode
cawan tuang dengan pengenceran serial dan menggunakan media
Sabouraud Dextrose Agar (SDA) yang diinkubasi selama tidak
kurang dari 5 hari pada suhu 20–25oC.
(2)Cara Kerja
(a) Timbang 10 gram atau pipet 10 mL zat uji secara aseptik,
masukkan ke dalam labu erlenmeyer yang berisi 90 mL Dapar
Fosfat pH 7,2 steril, kocok hingga homogen sehingga terbentuk
suspensi dengan pengenceran 10-1.
(b) Pipet 1 mL suspensi 10-1 ke dalam 2 cawan petri steril dan ke
dalam 1 tabung reaksi yang berisi 9 mL Dapar Fosfat pH 7,2,
kocok sampai homogen hingga diperoleh suspensi dengan
pengenceran 10-2.
(c) Lakukan pengenceran sesuai dengan spesifikasi masing-
masing bahan.
(d) Pipet 1 mL Dapar Fosfat pH 7,2 steril, ke dalam satu cawan
petri (sebagai kontrol negatif).
(e) Tuangkan 15-20 mL media SDA dengan suhu ±45°C ke dalam
cawan petri yang berisi zat uji dan cawan petri yang berisi 1 mL
Dapar Fosfat pH 7,2.
(f) Tutup cawan petri, homogenkan zat uji dan media dengan cara
memiringkan atau memutarnya sedemikian rupa sehingga
suspensi tersebar merata.
(g) Biarkan isi cawan memadat pada suhu kamar.
(h) Bungkus dan inkubasi pada suhu 20-25°C.
(i) Setelah inkubasi, amati dan hitung jumlah koloni yang tubuh
paa hari ke-3 sampai hari ke-5.
54
(3)Catatan
(a) Pengerjaan dilakukan secara aseptik.
(b) Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan dalam
kondisi steril.
(c) Cawan petri tidak dibalikkan sebelum dibungkus dan diinkubasi
karena sifat jamur yang menyukai kondisi lembab karena uap
air dari media yang dapat menyebabkan kondisi menjadi
lembab dan jamur tumbuh optimum pada kondisi lembab (suhu
20oC–25oC) dan uap air dari media tidak menghambat
pengamatan.
(4)Interpretasi Hasil
(a) Dipilih cawan petri dari satu pengenceran dengan jumlah koloni
tertinggi ≤ 50 koloni. Hitung rata-rata jumlah koloni dari dua
cawan petri, dikalikan dengan faktor pengencernya. Hasil
Cfu Cfu
dinyatakan dalam atau .
ml g
(b) Apabila tidak ada satupun yang berjumlah antara ≤ 50 koloni,
maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran
rendah dan dihitung sebagai AKK perkiraan
(c) Apabila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan petri dan
bukan disebabkan faktor inhibitor, maka hasil AKK adalah
kurang dari satu dikalikan dengan faktor pengenceran terendah.
55
c) Bagan Kerja ALT dan AKK
Diencerkan sesuai
dengan spesifikasi
masing-masing bahan
Sampel atau produk
Keterangan :
56
2) Identifikasi Bakteri Patogen
Bakteri patogen merupakan bakteri parasit yang menimbulkan penyakit
pada manusia, hewan dan tumbuhan. Sedangkan, identifikasi bakteri
patogen merupakan parameter yang bertujuan untuk mengetahui apakah
sampel yang diperiksa tercemar oleh bakteri patogen atau tidak dengan
menginokulasikan suspensi zat uji pada media yang sesuai dan
diinkubasi pada suhu 30-35°C selama 24-48 jam. Identifikasi bakteri
patogen yang dilakukan meliputi :
a) Uji Penduga
(1)Tahap 1
Sebelum melakukan uji penduga, sampel ditanam terlebih dahulu
pada media pengaya yaitu media Lactose Broth (LB) dan Tryptic
Soy Broth (TSB) yang mengandung banyak nutrisi, kemudian
diinkubasi pada suhu 30-35°C selama 24-48 jam. Banyaknya
sampel yang ditanam pada 100 mL media pengaya didasarkan atas
bentuknya. Jika sampel berupa padatan, maka ditimbang sebanyak
10 gram dan jika sampel berupa cairan, maka dipipet sebanyak 10
mL kemudian amati kekeruhannya setelah masa inkubasi.
(2)Tahap 2
Setelah masa inkubasi selesai, sampel pada media pengaya
diinokulasi pada media selektifnya masing-masing.
57
Agar (XLD)
Mac Conkey Shigella sonnei Koloni warna
Agar (MCA) merah muda
terang,
translusent
Catatan :
Untuk identifikasi bakteri Salmonella sp sebelum diinokulasi pada
media XLD, dipipet terlebih dahulu sebanyak 0,1 mL dari media
TSB yang telah diinkubasi ke media Rappaport Vassiliadis Soy
Broth (RVSB), kemudian media RVSB diinkubasi pada suhu 30-
35°C selama 24 jam dan diamati kekeruhannya.
Untuk Sampel yang mengandung Bahan Alam dilakukan
pemeriksaan Shigella sonnei.
b) Uji Konfirmasi
Jika dari hasil pengamatan ditemukan koloni yang mirip dengan
kontrol positifnya, maka dilakukan uji konfirmasi dengan mengambil
koloni terpisah dan diinokulasi pada media konfirmasinya masing-
masing.
58
4 Shigella sonnei Triple Sugar Iron Koloni kuning
Agar pusat merah
Pada pemeriksaan ALT & AKK Growth Promotion Test (GPT) atau Uji
Daya Hidup berperan sebagai kontrol positif yang fungsinya untuk
mengetahui apakah media yang digunakan dalam analisa mampu
menumbuhkan mikroorganisme atau tidak. GPT dilakukan setiap
pembuatan media TSA dan SDA.
59
aeruginosa
ATCC 9027
30-35°C Tidak kurang
Staphylococcus aureus dari 3 hari
ATCC 6538
30-35°C Tidak kurang
Bacillus subtilis dari 3 hari
ATCC 6633
30-35°C Tidak kurang
Candida albicans dari 5 hari
ATCC 10231
30-35°C Tidak kurang
Aspergillus brasiliensis dari 5 hari
ATCC 16404
Jumlah Tabung Positif MPN per Jumlah Tabung Positif MPN per
10mL 1 mL 0,1 mL 100 ml 10mL 1 mL 0,1 mL 100 ml
0 0 0 0 2 0 0 9.1
0 0 1 3 2 0 1 14
0 0 2 6 2 0 2 20
0 0 3 9 2 0 3 26
0 1 0 3 2 1 0 15
0 1 1 6.1 2 1 1 20
0 1 2 9.2 2 1 2 27
60
0 1 3 12 2 1 3 34
0 2 0 6.2 2 2 0 21
0 2 1 9.3 2 2 1 28
0 2 2 12 2 2 2 35
0 2 3 16 2 2 3 12
0 3 0 9.4 2 3 0 29
0 3 1 13 2 3 1 36
0 3 2 16 2 3 2 44
0 3 3 19 2 3 3 53
1 0 0 5.6 3 0 0 23
1 0 1 7.2 3 0 1 39
1 0 2 11 3 0 2 64
1 0 3 15 3 0 3 95
1 1 0 7.3 3 1 0 43
1 1 1 11 3 1 1 75
1 1 2 15 3 1 2 120
1 1 3 19 3 1 3 160
1 2 0 11 3 2 0 93
1 2 1 15 3 2 1 150
1 2 2 20 3 2 2 210
1 2 3 24 3 2 3 290
1 3 0 16 3 3 0 240
1 3 1 20 3 3 1 460
1 3 2 24 3 3 2 1100
1 3 3 29 3 3 3 > 2400
61
gelembung pada tabung durham maka tabung tersebut dinyatakan
negatif.
Berikut prosedur uji penduga :
(1)Siapkan 9 tabung reaksi yang berisi 10 mL media LB dan tabung
durham (keadaan terbalik & tdk bergelembung) yang sudah
disterilkan.
(2)Pipet 10 mL sampel kedalam masing - masing 3 tabung pertama
secara aseptik.
(3)Pipet 1 mL sampel kedalam masing - masing 3 tabung kedua
secara aseptik.
(4)Pipet 0,1 mL kedalam masing - masing 3 tabung terakhir secara
aseptik.
(5)Inkubasi selama 2 hari dengan suhu 30-35°C.
(6)Setelah diinkubasi, amati dan hitung jumlah tabung positif dan lihat
interpretasi hasilnya pada tabel MPN.
b) Uji penetapan (Confirmed test)
Jika pada saat uji penduga didapat tabung yang diduga positif
(adanya gelembung dan kekeruhan), maka dilakukan uji penetapan
(confirmed test) yaitu dengan cara menginokulasi tiap tabung positif
pada media EMBA (Eosin Methylen Blue Agar) dan dilakukan secara
duplo. Dilakukan juga kontrol positif dengan menginokulasi bakteri
e.coli pada media EMBA. Balik cawan petri dan inkubasi di suhu 30 -
35°C selama 24 - 48 jam. Setelah itu bandingkan koloni pada sampel
dengan kontrol positif (koloni warna biru dengan kilau logam yang
khas).
62
2. Limbah
2.1 Pengertian
Limbah menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan. Salah satu jenis limbah berdasarkan karakteristiknya adalah
limbah cair yaitu limbah yang berupa cairan yang dihasilkan oleh suatu
kegiatan industri, yang diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan
sekitarnya.
63
2.3 Alur Limbah Cair dan Parameter Pemeriksaannya
Bak penampungan
pH dan COD
awal
Bak kontrol 1
Bak pengendapan
Sungai
64
2.4. Metode Pemeriksaan Limbah Cair
1) Biology Oxygen Demand (BOD)
a) Pengertian
BOD adalah jumlah oksigen yang diperlukan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan zat organik secara biokimia
dalam air setelah diinkubasi selama 5 x 24 jam pada suhu 20°C
mg
yang dinyatakan sebagai .
L
b) Cara Kerja
(1) Aerasi 2 L air ledeng selama 2 jam sebagai larutan pengencer.
(2) Saring dan atur pH antara 6,5 - 7,5 dengan menambahkan
NaOH 0,1 N atau H2SO4 0,1 N.
(3) Buat pengenceran sampel diambil dari 1/5 x COD.
(4) Masukkan ke dalam labu ukur 2 L dengan menambahkan
MgSO4, FeCl3, CaCl2 dan Buffer Phospat masing masing 2 mL,
lalu tepatkan sampai volume 2 L.
(5) Kocok sampel tersebut dan masukka ke dalam 4 buah botol
BOD untuk menentukan DO 0 dan DO5 dengan identitas A, B, C
dan D.
(6) Tambahkan MnSO4.H2O dan alkali iodida azida masing-masing
1 mL ke dalam botol A dan botol B.
(7) Homogenkan dan diamkan selama 30 menit hingga endapan
turun.
(8) Tuangkan bagian atas larutan ke dalam labu bulat 500 mL.
(9) Tambahkan 2 mL H2SO4 pekat ke dalam botol BOD yang berisi
endapan, kocok hingga endapan larut.
(10) Satukan larutan tersebut dengan larutan pada nomor 8, kocok
hingga homogen.
(11) Titrasi dengan Na2S2O3 0,025 N sampai warna kuning muda.
(12) Tambahkan 5 tetes indikator amylum, titrasi sampai TA warna
biru tepat menghilang. Catat untuk perhitungan DO 0.
(13) Simpan botol BOD (c dan d) di dalam inkubator selama 5 hari
pada suhu 20°C.
(14) Lakukan pengerjaan sama seperti nomer 6 s.d. 11.
65
c) Persamaan Reaksi
MnSO4(aq) + KOH(aq) Mn(OH)2(s) + K2SO4(aq)
2Mn(OH)2(s) + O2(aq) 2MnO2(s) + 2H2O(l)
MnO2(s) + 2I-(aq) + 4H+(aq) Mn2+(aq) + I2(aq) + 2H2O(l)
I2(aq) + Amylum(aq) I2-Amylum(aq)
I2Amylum(aq) + 2Na2S2O3(aq) Na2S4O6(aq) + 2NaI(aq) + Amylum(aq)
d) Perhitungan
V . penitar x [ penitar ] x 8 x 1000
DO=
V . sampel – 2 mL
66
(8) Hitung nilai COD dengan blanko.
67
c) Persamaan Reaksi
CxHyOz(aq) + Cr2O72-berlebih(aq) Cr3+(aq) + CO2(g) + H2O(l)
Cr2O72-(aq) + 6Fe2+(aq) + 14H+(aq) 6Fe3+(aq) + 2Cr3+(aq) + 7H2O(l)
d) Perhitungan
mgO2 (V . blanko – V . titrasi) x [ penitar ] x 8 x 1000
COD ( ¿ ¿
L Vsampel
68
I2(aq) + Amylum(aq) I2-Amylum(aq)
I2-Amylum(aq) + 2Na2S2O3(aq) Na2S4O6(aq)+ 2NaI(aq )+ Amylum(aq)
d) Perhitungan
V . titrasi x [ penitar ] x 8 x 1000
DO=
V . sampel−2mL
4) N-Total
a) Pengertian
N-Total (Nitrogen Total) adalah jumlah nitrogen yang terdapat
pada limbah cair meliputi amoniak, nitrit dan nitrat.
b) Cara Kerja
(1) Pipet 1,0 mL contoh ke dalam tabung cell test.
(2) Tambahkan 9,0 mL air murni ke dalam tabung cell test.
(3) Tambahkan 1 sendok N-1K.
(4) Tambahkan 6 tetes N-2K, homogenkan.
(5) Panaskan dalam thermoreaktor pada suhu 120°C selama 1
jam.
(6) Angkat dan dinginkan (jangan dikocok).
(7) Pipet 1,0 mL larutan sampel dan masukkan ke dalam tabung
cell test.
(8) Tambahkan 1,0 mL N-3K, kemudian kocok.
(9) Biarkan selama 10 menit.
(10) Ukur menggunakan Spectroquant sesuai protap pemakaian
alat spectroquant.
5) Phenol
a) Cara Kerja
(1) Pipet 10 mL contoh ke dalam tabung reaksi.
(2) Tambahkan 0,5 mL Ph-1, kemudian kocok.
(3) Tambahkan 1 sendok Ph-2, kocok sampai larut.
(4) Tambahkan 1 sendok Ph-3, kocok sampai larut.
(5) Biarkan selama 10 menit.
(6) Pindahkan ke dalam kuvet.
69
(7) Ukur menggunakan Spectroquant.
70
(9) Keringkan dalam oven pengering pada suhu 103-105°C selama
1 jam.
71
(10) Dinginkan kembali dalam desikator selama 10 menit.
(11) Timbang hingga mendapatkan berat tetap.
(12) Hitung TSS.
c) Perhitungan
( A−B ) x 1000
TSS=
Volume sampel
Keterangan :
A : Berat kertas saring berisi residu.
B : Berat kertas saring kosong
72
Kegiatan Selama Prakerin
a) Pembuatan media
Media Lactose Broth
Media Triptic Soya Broth
Media Triptic Soya Agar
Media Sabouraud Dextrose Agar
Media Mannitol Salt Agar
Media MacConkey Agar
Media Xylose Lysine Desoxycholate Agar
Media Rappaport Vasiliadis Soy Broth
Dapar Phospat
73
Batugin Elixir
Enkasari
Fituno
74
D. Bagian Pemeriksaan Bahan Kemas
1. Pengertian
Bahan Pengemas adalah tiap bahan termasuk bahan cetak yang digunakan
dalam pengemasan obat termasuk kemasan luar yang digunakan untuk
transportasi atau keperluan pengiriman keluar pabrik.
2. Fungsi
Secara umum fungsi dari bahan pengemas yaitu sebagai wadah untuk
melindungi produk dari kerusakan, serta memudahkan dalam proses
pengangkutan dan pemasaran. Berikut ini merupakan beberapa fungsi lain
dari bahan pengemas, diantaranya:
75
f. Mencegah kontaminan terhadap lingkungan dari produk itu sendiri. Seperti
bau pada produk yang dapat mencemari udara.
Contohnya : Polycell
3. Klasifikasi
Bahan pengemas dibagi menjadi dua macam, yaitu :
76
4. Alur Proses Penanganan Bahan Pengemas
Pengambilan Contoh
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Laboratorium
UD SAP
Penanganan Penyimpangan /
HULS
Quality notifikation
Luluskan Ditolak
77
a. Penerimaan Permohonan Pemeriksaan
1) BTBS (Bukti Terima Barang Sementara) dari gudang bahan kemas
2) Memo permohonan pemeriksaan ulang/Recheck dari gudang dan
bagian terkait
3) Memo permohonan pemeriksaan bahan pengemas alternatif.
b. Pengambilan Contoh/Sampling
1) Sampling untuk Menentukan Jumlah Contoh yang Diambil
a) Untuk bahan pengemas Polycellonium cetak/polos, aluminium foil
dan PVC Rigid – Film, catch cover , dus , leaflet , box , pp cup ,
etiket . pengambilan contoh mengikuti rumus:
K =1+ √ n
Keterangan :
K = Jumlah wadah yang akan diambil contoh
n = Jumlah wadah
Contoh :
Jumlah wadah yang datang : 4 box pollycellonium @ 1 roll
(kemasan standar), maka :
78
b) Untuk bahan yang jumlah N ≤ 3, pengambilan contoh sebanyak
100% dari jumlah wadah dan jumlah sampel disesuaikan dengan
tabel military standard.
2) Sampling untuk Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik contoh dilakukan di ruang karantina Gudang Bahan
Kemas berdasarkan Form. FQC-23-0004-02
79
3) Sampling untuk Pemeriksaan di Laboratorium
Jumlah contoh untuk pemeriksaan di laboratorium sesuai formulir
FQC-23-0004-03.
Botol 3
3 buah 2 buah - 6 buah
plastik/PET buah
Botol plastik
putih 3 buah - - - 3 buah
(HDPE/PST)
Botol gelas 60 3
3 buah - - 6 buah
mL buah
Dop pilfer
proof,tutup botol 10
3 buah 2 buah - 15 buah
hijau/ kuning buah
keemasan
Etiket, Leaflet,
catch cover,
5 buah - - - 5 buah
tanda
pengepakan
Box, layer,
2 buah - - - 2 buah
partisi
80
Jumlah sampel untuk pemeriksaan Jumlah
Nama bahan
yang
pengemas Desain
Fisik Trial Mikrobiologi Diambil
Baru
Polycellonium, 3
PVC Rigid, meter/ - - - 3 meter
Viscothen BTBS
5
Aluminium foil meter/ - - - 5 meter
BTBS
Tali rami,
cellulose tape, 1 buah - - - 1 buah
plakband
Polyfoam, PVC
seal, 5 buah - - - 5 buah
Cotton/kapas
Silica gel 25
- - - 25 buah
bungkus 1 gram buah
Kantong plastik
5 buah - - - 5 buah
berlipat
Kantong plastik
5 buah - - - 5 buah
klip
81
Jika terjadi penyimpangan, tangani sesuai protap penyimpangan (QA-
02-0002). Jika perlu lakukan pengambilan contoh kedua dengan rumus
:
K=1+ √n1
Keterangan :
82
e) Catat hasil pemeriksaan bahan pengemas pada formulir fisik bahan
pengemas (FQC-23-0004-01) Seperti :
1. Critical Defect ( Untuk Semua Produk)
a. Tidak ada logo KF
b. Tidak ada kode penandaan
c. Tidak ada No Registrasi
2. Major Defect ( Untuk Botol)
a. Alas botol tidak rata
b. Badan botol tidak rata/penyok
c. Badan botol bergelombang
d. Mulut botol tidak rata
3. Minor Defect ( Untuk Semua Produk )
a. Bahan kemas sobek
b. Bahan kemas kotor
c. Warna teks tidakjelas/tidak rata/luntur
d. Cetakan tidak estetik/tidak simetris
f) Tempel “Physical Sampel Label” pada kemasan yang telah diambil
contohnya
g) Tutup kembali kemasan luar yang telah dibuka dengan plakband KF
dengan baik
h) Kirim contoh point 4 ke laboratorium untuk diperiksa.
d. Pemeriksaan di Laboratorium
Pemeriksaan di Laboratorium dibagi 4, yaitu :
2) Pemeriksaan Contoh Bahan Pengemas – Rutin
a) Desain Berjalan
(1) Lakukan pemeriksaan contoh sesuai protap dan spesifikasi
masing-masing
(2) Catat hasil pemeriksaan pada formulir pemeriksaan bahan
pengemas (FQC-23-0004-04)
(3) Tempel 1 (satu) contoh pada lembar pemeriksaan bahan
pengemas, kecuali bahan pengemas botol)
83
(4) Untuk bahan pengemas botol, PVC RF, aluminium foil
dilakukan percobaan di mesin disertakan memo percobaan di
mesin (FQC-23-0004-05)
(5) Catat kedalam buku penerimaan sampel bahan pengemas
(6) Buat laporan analisa
b) Desain Baru
(1) Lakukan pemeriksaan contoh sesuai protap dan spesifikasi
masing-masing
(2) Pemeriksaan contoh disesuaikan proofprint yang telah disetujui
oleh AMPP
(3) Catat hasil pemeriksaan pada formulir pemeriksaan bahan
pengemas (FQC-23-0004-04)
(4) Tempel 1 (satu) contoh pada lembar pemeriksaan bahan
pengemas, kecuali bahan pengemas botol)
(5) Catat kedalam buku penerimaan sampel bahan pengemas
(6) Kemudian ditandai dengan cap/stempel desain baru
(7) Isi formulir penerimaan bahan pengemas desain baru sesuai
dengan tahun diterima kemudian di informasikan
(8) Kirim 2 (dua) buah contoh bahan pengemas desain baru yang
telah diperiksa ke bagian AMPP (Asisten Manager
Pengembangan Produk)
3) Pemeriksaan Contoh Bahan Pengemas – Ulang
Pemeriksaan ulang dilakukan berdasarkan permohonan permintaan
pemeriksaan ulang dari gudang bahan pengemas atau penandaan.
Periode pemeriksaan ulang ditetapkan 2 tahun sekali dari pelulusan
pemeriksaan awal bahan pengemas
Cara kerja :
a) Lakukan pemeriksaan contoh sesuai protap dan spesifikasi
masing-masing bahan pengemas untuk parameter : pemerian,
kode penandaan, No. Registrasi, teks dan estetika. Khusus
untuk Silica Gel ditambah pemeriksaan penyerapan air
b) Catat hasil pemeriksaan pada formulir pemeriksaan bahan
pengemas (FQC-23-0004-04)
84
c) Tempel 1 (satu) contoh pada lembar pemeriksaan bahan
pengemas, kecuali bahan pengemas botol)
d) Lampirkan/gabungkan hasil pemeriksaan dengan lembar
laporan pemeriksaan sebelumnya
e) Catat ke dalam buku penerimaan sampel bahan pengemas
Recheck/Reccuring
f) Buat laporan analisa
4) Pemeriksaan Contoh Bahan Pengemas – Alternatif
Pemeriksaan berdasarkan permohonan pemeriksaan dari AMPP
Cara kerja :
a) Terima contoh dan memo pemeriksaan, catat dalam buku
“Bahan pengemas alternatif“
b) Lakukan pemeriksaan sesuai protap dan spesifikasi masing-
masing bahan pengemas
c) Catat hasil pemeriksaan pada formulir pemeriksaan bahan
pengemas
d) Buat Laporan Analisa
5) Pemeriksaan Contoh Bahan Pengemas Kembalian
Pemeriksaan berdasarkan permohonan pemeriksaan bahan
pengemas kembalian
Cara kerja :
a) Terima contoh dan memo
b) Lakukan pemeriksaan sesuai protap dan spesifikasi masing-
masing bahan pengemas
c) Catat hasil pemeriksaan pada formulir pemeriksaan bahan
pengemas
d) Buat Laporan Analisa
85
5) Kriteria Penerimaan
Apabila semua Apabila salah satu atau Apabila salah satu atau
hasil lebih hasil pemeriksaan lebih hasil pemeriksaan
pemeriksaan tidak sesuai dengan tidak sesuai dengan
sudah sesuai spesifikasi tetapi tidak spesifikasi dan bersifat
dengan bersifat kritikal, dengan kritikal.
spesifikasi. didasari berbagai
pertimbangan
86
(8) Jika hasil pemeriksaan tidak memenuhi syarat, cetak label
“DITOLAK” sesuai dengan jumlah contoh yang diambil
(9) Untuk laporan analisa yang ditolak/tidak memenuhi syarat, buat
memo pemberitahuan ke bagian yang terkait, sbb :
(a) 1 lembar untuk bagian Asman Penyimpanan
(b) 1 lembar untuk bagian AMRDBPP
(c) 1 lembar untuk bagian Asman Pembelian
(d) 1 lembar untuk bagian Asman Keuangan
(e) Arsip (Laporan analisa yang asli)
b) Pembuatan Laporan Analisan Bahan Pengemas Desain Baru
Cara kerja :
(1) Siapkan dan gabungkan formulir pemeriksaan bahan
pengemas (FQC-23-0004-04) berserta contoh bahan
pengemas, BTBS, formulir pemeriksaan fisik bahan pengemas,
CoA (jika ada), memo informasi perubahan dari AMPP, memo
informasi pesanan dari AMB
(2) Jika hasil pemeriksaan memenuhi syarat, masukan data ke
SAP
(3) Lakukan UD/ACC di sistem SAP oleh AMPM
(4) Buat memo informasi penerimaan bahan pengemas untuk di
kirim ke asman pengembanagan produk, asman penyimpanan,
asman sistem mutu, asman produksi terkait, dan SPPJ yang
telah ditandai dengan cap/stempel desain baru
(5) Cetak label “DILULUSKAN” di sistem SAP sesuai dengan
jumlah wadah yang diambil
(6) Cetak label turunan di sistem SAP “DILULUSKAN” dengan
rumus jumlah wadah yang diterima dikurangi wadah yang telah
diambil contoh
(7) Tempelkan label “DILULUSKAN” dan label turunan menutupi
label karantina, kemudian tandai kemasan luar bahan
pengemas dengan cap/stempel desain baru
87
c) Pembuatan Laporan Analisan Bahan Pengemas Pemeriksaan
Ulang Recheck/Reccuring
Cara kerja :
(1) Siapkan dan gabungkan lembar pemeriksaan bahan
pengemas, memo permohonan periksa, formulir pemeriksaan
fisik bahan pengemas, dan Laporan analisa sebelumnya
(2) Masukan data hasil pemeriksaan ke sistem SAP
(3) Jika hasil pemeriksaan tidak memenuhi syarat, kemudian entry
data yang tidak memenuhi syarat tersebut di menu Defect
(penyimpangan) diadalam sistem SAP
(4) Lakukan UD/ACC di sistem SAP oleh AMPM
(5) Cetak laporan analisa di sistem SAP
(6) Cetak label “DILULUSKAN” di sistem SAP sesuai dengan
jumlah wadah yang diambil
(7) Cetak label turunan di sistem SAP “DILULUSKAN” dengan
rumus jumlah wadah yang diterima dikurangi wadah yang telah
diambil contoh
(8) Tempelkan label “DILULUSKAN” dan label turunan menutupi
label karantina
(9) Jika hasil pemriksaan tidak memenuhi syarat, cetak label
“DITOLAK” sesuai dengan jumlah contoh yang diambil
(10) Untuk laoran analisa yang ditolak kirim copy laporan analisa
pemeriksaan ulang Recheck/Reccuring ke bagian yang terkait
d) Pembuatan Laporan Analisan Bahan Pengemas Alternatif
Cara kerja :
(1) Siapkan dan gabungkan lembar pemeriksaan bahan
pengemas, beserta contoh bahan pengemas, memo
permohonan periksa
(2) Masukan data hasil pemeriksaan ke dalam formulir
pemeriksaan masing-mmasing bahan pengemas
(3) Cetak Laporan analisa yang telah dibuat.
88
(4) Nomor Laporan Analisa pemeriksaan bahan pengemas
alternatif sesuai no. urut kedatangan contoh.
Contoh : K001/VM/15
Keterangan :
K 001 = Kemasan yang datang ke 1
VM = VoorMoster
15 = Th. 2015
(5) Kirim copy Laporan Analisa
7) Sisa Contoh Bahan Pengemas
Kumpulkan sisa contoh bahan pengemas dan serahkan sesuai protap
penanganan limbah laboratorium (KU-02-00003).
89
Kegiatan Selama Prakerin
90
E. Bagian Pemeriksaan Proses Produksi
1. Pengertian
Pengawasan proses produksi adalah kegiatan untuk memastikan bahwa produk
yang sedang diproses sesuai spesifikasi yang telah ditentukan. Pengawasan
proses produksi yang dilakukan oleh pelaksana pengawasan mutu, meliputi :
produksi tablet non-hormon, tablet hormon, serbuk, cairan oral/cairan obat
dalam obat tradisional.
2. Kegiatan yang Dilakukan oleh Jajaran SPPP
2.1. Kesiapan Jalur (Line Clearance) dan Kesiapan Produksi
a. Kesiapan Jalur (Line Clearance)
1) Sebelum melakukan proses produksi, operator bagian produksi akan
membersihkan ruangan, peralatan atau mesin dan akan menempelkan
label “SUDAH DIBERSIHKAN”.
2) PPM (Pelaksana Pengawasan Mutu) akan memastikan kebersihan
ruangan/alat/mesin, kebersihan dan kesiapan ruangan dengan mengisi
check list pada “LINE CLEARANCE” dan membubuhkan paraf serta
tanggal pada label.
Kebersihan ruangan/alat/mesin
Label kalibrasi.
Label “SUDAH DIBERSIHKAN”.
Wadah penampung dalam keadaan bersih dan kering.
Kebersihan dan kesiapan ruangan
Tidak ada produk sebelumnya.
Label “SUDAH DIBERSIHKAN”.
b. Kesiapan Produksi
1) Produksi akan menyiapkan dokumen dan produk/bahan yang akan
dilakukan proses.
2) Pelaksana Pengawasan Mutu (PPM) akan memastikan kesesuaian
dokumen PPI (Prosedur Pengolahan Induk) dengan kebenaran
produk/bahan yang akan diproses, serta memastikan sudah tertempel
label “LULUS UJI”. Jika telah sesuai, tempel label “KESIAPAN
91
PRODUKSI” pada alat/mesin yang telah ditempel label “SUDAH
DIBERSIHKAN” dan membubuhkan paraf serta tanggal pada label.
Catatan:
Jika proses produksi berlanjut ke hari berikutnya atau ke shift
berikutnya, maka setiap akan memulai proses harus dilakukan
pemeriksaan kembali.
K = 1 + √N
Keterangan :
K = Jumlah wadah yang diambil contoh
N = Jumlah wadah.
Jika jumlah wadah > 4, namun jika jumlah wadah ≤ 4 maka
pengambilan contoh di lakukan terhadap semua wadah.
b. Periksa identitas massa cetak terhadap PPI (Prosedur Pengolahan
Induk) meliputi:
Nama Sediaan
92
No. Batch
Pemerian
Jumlah Wadah
c. Buka tutup wadah, letakkan terbalik di tempat yang bersih.
d. Ambil contoh di atas ke dalam botol plastik, campurkan hingga
homogen.
e. Masukkan 20 gram contoh untuk pengujian kadar dan 25 gram
contoh untuk bulk density kedalam kantong plastik yang telah diberi
identitas.
f. Tempelkan label “DIAMBIL CONTOH” pada label “KARANTINA”
sejumlah wadah yang telah diambil contoh.
2.3.2. Pencetakan
a. Periksa Set-Up
Set-Up yang telah selesai dilakukan oleh pelaksana produksi
ditandai dengan mengisi formulir hasil pemeriksaan individual check
yang telah diparaf oleh Supervisor/Pengawas Produksi.
1) Periksa identitas Prosedur Pengolahan Induk meliputi :
Nama Produk
No. Batch
Pemerian
Jumlah Wadah
2) Set-Up Jalan
Periksa pemerian tablet meliputi :
Warna
Bentuk
Penandaan atas
Penandaan Bawah
Lanjutkan dengan pemeriksaan berikutnya :
Berat per tablet (Timbangan) : 20 tablet
Diameter (Jangka Sorong) : 10 tablet
Ketebalan (Thickness Tester) : 10 tablet
Kekerasan (Hardness Tester) : 10 tablet
93
94
Keregasan (Friability Tester) :
10 butir untuk tablet yang beratnya >600mg
20 butir untuk tablet yang beratnya ≤600mg
(Dilakukan untuk mengetahui kekuatan/ketahanan tablet
terhadap adanya bantingan atau benturan selama distribusi
ke konsumen).
Catat hasil pemeriksaan di dalam formulir pemeriksaan In-
Proses Control Tablet Non Hormon.
Proses pencetakan tetap berlanjut tanpa menunggu hasil
pemeriksaan dari laboratorium. Sedangkan jika belum
memenuhi spesifikasi, maka mesin harus diperbaiki dan set
up harus diulangi.
Khusus pemeriksaan waktu hancur dilakukan di Laboratorium
(Jumlah Contoh : 6 tablet).
3) Set-Up berhenti
Lakukan pemeriksaan seperti tahapan diatas.
Bila hasil pemeriksaan di atas “MEMENUHI SYARAT”
kirimkan contoh ke Laboratorium untuk dilakukan
pemeriksaan kimia sebanyak 100 butir.
Produk Set-Up berhenti adalah : Captopril 12,5/150; Captopril
25/200; Cordalat 10/300; Cordizem 30/200; Diltiazem 30/200;
Lotensin 12,5/150; Lontensin 25/200; Nifedipin 10/300;
Retaphyl SR; Clopidogrel 75/250; dan Produk Trial.
Selama menunggu hasil pemeriksaan Laboratorium, mesin
cetak diberhentikan dan hanya dapat dilanjutkan jika hasil
pemeriksaan dari laboratorium telah dinyatakan “LULUS UJI”.
Jika hasil Set-Up TIDAK MEMENUHI SYARAT, ulangi
pemeriksan dari Kesiapan Jalur (Line Clearance) dan
Kesiapan Produksi.
95
b. Periksa Pencetakan
1) Lakukan pemeriksaan pada pencetakan awal (set up) meliputi
pemerian, berat, diameter, ketebalan, kekerasan, dan keregasan.
Catat hasil pemeriksaan pada formulir pemeriksaan In-Proses
Control Tablet Non Hormon. .
2) Lakukan pemeriksaan lengkap (pemerian, berat, diameter,
ketebalan, kekerasan, dan keregasan) pada akhir pencetakan
(ekor batch). Catat pada formulir pemeriksaan In-Proses Control
Tablet Non Hormon.
K = 1 + √N
Keterangan :
K = Jumlah wadah yang diambil contoh
N = Jumlah wadah.
Jika jumlah wadah > 4, namun jika jumlah wadah ≤ 4 maka
pengambilan contoh di lakukan terhadap semua wadah.
3) Ambil dan kumpulkan sejumlah contoh sesuai tabel penentuan
sampling ruahan.
96
Tabel 9. Tabel Penentuan Sampling Ruahan
Dosis Rentang Berat Tablet (mg)
(mg) 101 151 226 301 401 s/d 571 710 901 s/d
s/d s/d s/d s/d 570 s/d s/d 2000
150 225 300 700 900
400
376 210 210 210 210 210 210 195 -
tablet tablet tablet tablet tablet tablet tablet tablet
(±32, (±31,5 (±47, (±63, (±84, (±119,7 (±132, (±175,
0 g) g) 25 g) 0 g) 0 g) g) 0 g) 5 g)
- 180 180 180 180 180 180 165 135
tablet tablet tablet tablet tablet tablet tablet tablet
(±27,0 (±40, (±54, (±72, (±102,6 (±115, (±148, (±330,
5 g) 0 g) 0 g) g) 5 g) 5 g) 0 g)
g)
97
Tempel label “DIAMBIL CONTOH” pada label “KARANTINA”
sejumlah wadah yang telah diambil contoh.
Kirimkan contoh tablet hasil coating ke laboratorium.
2) Fungsi Salut
Adapun beberapa fungsi penyalutan yaitu :
(a) Untuk melindungi tablet yang mudah terurai oleh cahaya
atau udara. Contoh : Ranitidin, Nifedipin.
(b) Untuk memperbaiki rasa. Contoh : Tablet Kina
(c) Untuk membuat tampilan lebih menarik. Contoh : Bekamin B
Complex Forte
(d) Sebagai identitas.
2.4. Pengawasan Proses Produksi Serbuk Oral
2.4.1. Oralit
a. Proses Pengeringan NaCl dan KCl
1) Lakukan pengambilan contoh untuk pemeriksaan kadar air atau
susut pengeringan. Kadar air yang terkandung di dalamnya tidak
boleh ˃1%.
2) Siapkan wadah yang telah diberi identitas :
Nama Bahan Baku NaCl dan KCl
No. LA
Tanggal pengambilan contoh
3) Pilih Loyang akan diambil contohnya sebanyak 1+√n dari jumlah
loyang yang berisi bahan baku.
4) Ambil contoh dari dari setiap loyang yang telah dipilih.
5) Campur contoh di dalam botol plastik hingga homogen.
6) Ambil 10-20 g contoh bahan baku yang telah homogen ke dalam
kantong plastik yang telah diberi identitas.
7) Tempel label “DIAMBIL CONTOH” pada bahan NaCl dan KCl yang
telah diambil contoh.
8) Kirim contoh ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan kadar air
atau susut pengeringan.
9) Tempel label “LULUS UJI” pada bahan NaCl dan KCl yang telah
dinyatakan lulus pemeriksaan.
98
99
b. Pencampuran Akhir
Pengambilan Contoh Massa Isi Sase
1) Lakukan pengambilan contoh massa isi sase setelah proses
pencampuran selesai.
2) Periksa identitas massa isi sase terhadap PPI (Prosedur
Pengolahan Induk) meliputi :
Nama Produk
No Batch
Pemerian
Jumlah Wadah
3) Buka tutup wadah, letakkan terbalik di tempat yang bersih.
4) Ambil contoh (menggunakan “Stainless-steel”) tiga titik yaitu atas,
tengah, dan bawah dari setiap tong.
5) Masukkan contoh diatas ke dalam botol plastik, campurkan hingga
homongen.
6) Masukkan ± 20 gram contoh ke dalam kantong plastik yang telah
diberi identitas.
7) Tempelkan label “DIAMBIL CONTOH” pada label “KARANTINA”
sejumlah wadah yang telah diambil contoh.
c. Pengisian
(1) Periksa Set-Up Pengisian
Periksa Identitas massa isi terhadap PPI (Prosedur Pengolahan
Induk) meliputi :
Nama Produk
No. Batch
Pemerian
Jumlah Wadah
Ambil contoh hasil Set-Up sebagai berikut :
Pengambilan contoh untuk pemeriksaan No. Batch, ED
(Expire Date), HET (Harga Eceran Tertinggi), estetika, dan
bobot/isi sesuai dengan jumlah lubang pengisian. 6 sase
untuk pemeriksaan kebocoran (menggunakan alat vacum
leaker tester)
100
(2) Pengambilan contoh Hasil Pengisian
Periksa Identitas Produk :
Nama Produk
No Batch.
Expire Date
HET
Jumlah Wadah
Ambil hasil pengisian sebanyak 6 sase, jika jumlah produk yang
dihasilkan terdiri dari :
≤ 4 wadah ; ambil sampel dari semua wadah.
< 4 wadah ; sesuai rumus 1 + √n dari jumlah wadah.
Tempelkan Label “DIAMBIL CONTOH”, pada wadah yang telah
diambil contohnya.
101
Masukkan contoh diatas ke dalam botol plastik, campurkan hingga
homongen.
Masukkan ± 40 gram contoh ke dalam kantong plastik yang telah diberi
identitas
Tempelkan label “DI AMBIL CONTOH” pada label “KARANTINA”
sejumlah wadah yang telah diambil contoh.
2.4.3. Fitaliv
1) Pencampuran Akhir
Pengambilan Contoh Massa Isi Sase
Lakukan pengambilan contoh massa isi sase setelah pencampuran
selesai.
Periksa identitas massa isi terhadap PPI (Prosedur Pengolahan
Induk) meliputi:
Nama Sediaan
No. Batch
Pemerian
Jumlah Wadah
Buka tutup wadah, letakkan terbalik di tempat yang bersih.
Ambil contoh (menggunakan “Stainless-steel contoh”) tiga titik, atas,
tengah, dan bawah dari setiap tong.
Masukkan contoh diatas ke dalam botol plastik, campurkan hingga
homongen.
Masukkan ± 50 gram contoh ke dalam kantong plastik yang telah
diberi identitas.
Tempelkan label “DI AMBIL CONTOH” pada label “KARANTINA”
sejumlah wadah yang telah diambil contoh.
2) Pengisian
a) Periksa Set-Up Pengisian
Periksa identitas massa isi terhadap Prosedur Pengolahan Induk
meliputi:
Nama Produk
No Batch
102
Pemerian
Jumlah Wadah
Ambil contoh hasil Set-Up sebagai berikut :
10 sase untuk pemeriksaan No. Batch, ED (Exipire Date),
estetika, dan bobot/ isi
3 sase untuk pemeriksaan kebocoran (menggunakan alat
vakum leaker tester)
b) Pengambilan contoh Hasil Pengisian
Periksa Identitas produk :
Nama Produk
No Batch.
Exipire Date
Jumlah Wadah
Ambil hasil pengisian sebanyak 3 sase, jika jumlah produk yang
dihasilkan terdiri dari :
≤ 4 wadah ; ambil semua wadah
4 wadah ; 1 + √n dari jumlah wadah
Tempelkan Label “DI AMBIL CONTOH”, pada wadah yang telah
diambil contohnya.
2.5. Cairan Oral/Cairan Obat dalam Obat Tradisional
1) Pembuatan Larutan Gula dan CMC
Periksa identitas produk meliputi : Nama Produk, dan No. Batch.
Siapkan wadah yang telah diberi identitas.
2) Pengambilan Contoh Larutan Gula dan CMC
Ambil contoh seperti tabel di bawah ini :
103
104
Tabel 10. Tabel Diambil Contoh
Atas,
Tengah,
Bawah
Atas,
Tengah,
Bawah
3) Pencampuran Akhir
a) Pengambilan Contoh Massa Isi
Lakukan pengambilan contoh massa isi setelah proses
pencampuran selesai.
105
Periksa identitas massa isi terhadap Prosedur Pengolahan Induk
meliputi :
Nama sediaan
No. Batch
Pemerian
Jumlah wadah
Buka wadah.
Ambil contoh tiga titik atas, tengah, dan bawah dari setiap wadah:
2 botol @ 60 ml (Untuk Pemeriksaan Laboratorium)
1 botol @ 60 ml (Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi khusus
Batugin dan Enkasari)
Masukkan contoh diatas ke dalam botol plastik
Tempelkan label “DI AMBIL CONTOH” pada label “KARANTINA”
sejumlah wadah yang telah diambil contoh.
106
b) Pengisian
Periksa Set-Up Pengisian
Periksa identitas massa isi terhadap Prosedur Pengolahan Induk
meliputi:
Nama Produk
No. Batch.
Pemerian Produk (warna, bau dan kejernihan).
Jumlah wadah
Ambil contoh hasil Set-Up sebanyak 6 botol untuk pemeriksaan:
Tes kabocoran : Balikkan botol diatas gelas ukur selama 5
menit, Lap dengan tissue pada bagian tutup botol. Amati tissue
harus tetap kering.
Amati estetika pilfer proof cap .
Periksa daya cengkram pilfer proof cap secara mannual atau
menggunakan alat digital Torque.
Tuangkan kedalam gelas ukur, catat hasil pemeriksaan isi pada
“Formulir Pemeriksaan hasil Pengisian Sediaan Cairan”.
2.6. Tinctur
1) Pencampuran Akhir
Pengambilan Contoh
Lakukan pengambilan contoh setelah proses pencampuran selesai.
Periksa identifikasi produk yang akan diambil contoh meliputi:
Nama Produk
No.Batch
Jumlah Wadah
Pemerian
Aduk produk yang akan diambil contohnya.
Ambil contoh, masukkan ke dalam wadah yang telah diberi identitas.
1 botol @ 60 ml (Untuk Pemerian Laboratorium)
1 botol @ 60 ml (Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi)
107
Tempelkan label “DI AMBIL CONTOH” pada label “KARANTINA”
sejumlah wadah yang telah diambil contoh.
108
F. Bagian Pemeriksaan Produk Jadi
1. Pengertian
Supervisor Pemeriksaan Produk Jadi (SPPJ) bertugas mengkoordinasi,
mengawasi dan memeriksa proses pengemasan mulai dari pengemasan primer
sampai sekunder, juga untuk memastikan semua kegiatan meliputi penandaan,
pengambilan sampel produk, pemeriksaan Set-Up mesin, produk akhir,
memastikan jumlah dan kualitas sesuai, berjalan secara efektif sesuai dengan
target dan standar yang telah ditentukan.
Proses pengemasan merupakan suatu proses mengemas produk ruahan
untuk menghasilkan produk jadi yang merupakan bagian dari siklus produksi.
Produk obat jadi adalah produk yang telah melalui seluruh tahapan proses
produksi.
109
2) PPM (Pelaksana Pengawasan Mutu) akan memastikan kesesuaian
dokumen Prosedur Pengemasan Induk (PKI) dengan kebenaran produk
yang akan dikerjakan, serta memastikan sudah tertempel label “LULUS
UJI”. Jika telah sesuai, tempel label “KESIAPAN PRODUKSI” pada
alat/mesin yang telah ditempel label “SUDAH DIBERSIHKAN”.
Catatan :
Jika proses produksi berlanjut ke hari berikutnya maka setiap akan
memulai proses harus dilakukan pemeriksaan kembali.
3. Penandaan
a. Pengertian
Penandaan merupakan bagian dari proses pengemasan yang bertugas
membuat penandaan pada dus, etiket berupa No.batch, Manufacturing Date
(Mfg), Expire Date (ED), dan Harga Eceran Tertinggi (HET). Sedangkan
pada box dan tanda pengepakan berupa No.batch, isi, Expire Date.
c. Pemeriksaan Set up
1) Periksa secara visual kebersihan ruangan dan mesin serta dokumen.
2) Periksa kebenaran nama produk dan dosis pada bahan pengemas yang
akan ditandai, bandingkan dengan perintah pembuatan.
3) Periksa e-tiket/dus/catch cover/pouch/tanda pengepakan/box dan bahan
pengemas lainnya yang sudah ditandai dan sudah diperiksa oleh
pengawas penandaan, bandingkan dengan perintah pembuatan, meliputi:
a) Nama Produk
b) Dosis
c) Nomor Batch
110
d) Manufacturing Date (Mfg)
e) Expire Date (ED)
f) Harga Eceran Tertinggi (HET) jika ada
g) Pustaka ( untuk produk kina)
4) Beri tanda (√) pada bahan pengemas untuk setiap penandaan yang
diperiksa, cantumkan tanggal dan paraf.
111
2) Pengemasan Primer Tablet Hormon dan Tablet Non Hormon
a) Set up
(1)Pemeriksaaan identitas produk dan bahan pengemas dengan cara
membandingkan dengan Prosedur Pengemasan Induk (PKI),
meliputi :
(a) Nama Produk dan Dosis
(b) Nomor Batch
(c) Expire Date (ED) dan Manufacturing Date (Mfg)
(d) Nomor Registrasi
(e) Harga Eceran Tertinggi (HET)
(2)Pemeriksaan hasil setting penandaan strip/blister,meliputi:
(a) Nomor Batch
(b) Expire Date (ED)
(c) Harga Eceran Tertinggi (HET)
(3)Pemeriksaan kebocoran menggunakan alat Vaccum Leaker Tester,
yaitu alat yang berisi larutan Methylene Blue 20 miligram dalam 4
liter air murni, dikondisikan vacuum (hampa udara) dengan tekanan
± 20 cmHg selama 3 menit.
112
b) Selama Proses
(1)Periksa data hasil pemeriksaan isi botol yang dilakukan oleh
Pelaksana Pengemasan satu kali setiap hari yaitu dengan melihat
control chart tiap timbangan atau mesin counter.
(2)Pemeriksaan kebocoran pada proses striping dan blistering
dilakukan satu kali setiap hari.
(3)Catat hasil pemeriksaan pada formulir pemeriksaan pengemasan
primer (FPR-04-0089-01).
113
b) Selama Proses
Periksa kebocoran pada proses sealing 1x setiap hari, catat pada
formulir pemeriksaan pengemasan primer AKDR.
c) Setelah proses sterilisasi
Ambil sampel sebanyak 19 unit untuk dilakukan pemeriksaan
mikrobiologi, dan contoh pertinggal.
b. Pengemasan Sekunder
1) Pengertian
Pengemasan sekunder merupakan proses pengemasan produk yang
menggunakan bahan pengemas yang tidak bersentuhan langsung
dengan produk obat.
Contoh : Tablet Albendazole yang telah berbentuk strip kemudian
dimasukkan ke dalam dus, dus-dus tersebut dimasukkan ke dalam box
sesuai spesifikasi yang ditentukan.
2) Pengemasan sekunder Tablet Non Hormon, Hormon, Serbuk, Cairan,
Fitofarmaka dan AKDR
a) Set-up
(1)Pemeriksaaan identitas produk dan bahan pengemas dengan cara
membandingkan dengan Prosedur Pengolahan Induk (PGI)
meliputi:
(a) Nama Produk dan Dosis
(b) Nomor Batch
(c) Expire Date (ED) dan Manufacturing Date (Mfg)
(d) Nomor Registrasi
(e) Harga Eceran Tertinggi (HET)
(2)Pemeriksaan estetika etiket pada botol dan kesesuaian isi dus hasil
kemas. yaitu.
Tabel 13. Tabel Pemeriksaan Estetika
Botol 10
Dus 5
(3)Pemeriksaan kesesuaian identitas dan estetika pada box dan tanda
pengepakan yaitu :
114
Tabel 14. Tabel Pemeriksaan Kesesuaian Identitas dan Estetika
Tanda 2 lembar
Pengepakan
Box 2 buah
115
(3)Catat pada formulir pemeriksaan pengemasan sekunder, untuk
AKDR catat pada formulir periksaan pengemasan sekunder AKDR.
Keterangan :
K = Jumlah wadah yang diambil contoh
n = Jumlah wadah (box)
Setelah dilakukan pengambilan contoh, sampel lalu diperiksa
dengan cara dibandingkan dengan Prosedur Pengemasan
Induk (PKI) dan bandingkan dengan dus maupun tanda
pengepakan.
(c) Estetika pada box dan tanda pengepakan
116
(2)Dus (Dus sedang) = Kemasan Sekunder
(a) Penandaan dus : Nama produk, dosis, nomor registrasi/nomor
pendaftaran, estetika, nomor batch, Expire Date (ED),
Manufacturing Date (Mfg) Harga Eceran tertinggi (HET).
(b) Estetika
Periksa estetika cetakan huruf, angka yang tertera pada dus,
tidak ada cetakan yang bertumpuk.
(c) Jumlah dus, isi.
Hitung jumlah dus dalam box, kemudian dilakukan pengambilan
contoh menggunakan rumus :
Keterangan :
K = Jumlah wadah yang diambil contoh
n = Jumlah wadah (dus)
Sampel lalu diperiksa dengan cara dibandingkan dengan
Prosedur Pengemasan Induk (PKI) dan bandingkan dengan
dus maupun tanda pengepakan.
(d) Periksa hasil ”shringking” dus (yang memakai PVC Seal) : tidak
ada yang berkerut/rusak/sobek.
(3)Kemasan Primer
(a) Strip/blister
Kesesuaian isi Strip/bilster pada dus.
Ambil dan periksa sejumlah sampel dari jumlah dus yang
disampling sebanyak :
Keterangan :
K = Jumlah wadah yang diambil contoh
n = Jumlah wadah (dus dalam 1 box)
Buka, periksa dan bandingkan dengan jumlah tablet dalam 1
strip/blister dengan Prosedur Pengemasan Induk (PGI).
117
Penandaan strip/blister : Nama produk, dosis, nomor batch,
nomor registrasi, estetika, Expire Date (ED), Manufacturing
Date (Mfg), Harga Eceran tertinggi (HET).
Estetika : Periksa estetika cetakan huruf, angka yang tertera
pada blister, tidak ada cetakan yang bertumpuk dan
terpotong.
(b) Sase
Kesesuaian isi sase pada dus
Ambil dan periksa sejumlah sampel dari jumlah dus yang
disampling sebanyak :
Keterangan :
K = Jumlah wadah yang diambil contoh
n = Jumlah wadah (dus dalam 1 box)
Buka, periksa dan bandingkan dengan jumlah sase dengan
Prosedur Pengemasan Induk (PKI).
Penandaan sase : Nama produk, nomor batch, nomor
registrasi/nomor pedaftaran, estetika, Expire Date (ED),
Manufacturing Date (Mfg), Harga Eceran tertinggi (HET).
Estetika : Periksa estetika cetakan huruf, angka yang tertera
pada sase, tidak ada cetakan yang bertumpuk.
Keterangan :
K = Jumlah wadah yang diambil contoh
118
n = Jumlah wadah (dus dalam 1 box)
Buka, periksa dan bandingkan dengan jumlah sase dengan
Prosedur Pengemasan Induk (PGI).
Penandaan etiket : Nama produk, dosis, nomor batch, nomor
registrasi, Expire Date (ED), Manufacturing Date (Mfg),
Harga Eceran tertinggi (HET).
Estetika : Periksa estetika cetakan huruf, angka yang tertera
pada etiket, tidak ada cetakan yang bertumpuk.
(d) Pouch/unit
Penandaan label : Nama produk, nomor registrasi, estetika.
Jumlah/isi
Jika semua pemeriksaan selesai rapihkan kemballi produk
jadi dengan keadaan sebelumnya, box yang sudah diambil
sampel di cap “SAMPLED” ,paraf dan tanggal.
119
Kegiatan Selama Prakerin
120
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
A. Analisis Kimia
Kimia Analisis merupakan cabang ilmu Kimia yang mempelajari cara untuk
mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya dalam sebuah cuplikan
contoh. Selain mempelajari cara untuk menentukan kadar suatu unsur dalam
contoh dijelaskan juga mengenai tekhnik pengambilan dan persiapan sampel agar
diperoleh data yang sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan. Secara tradisional
Analisis dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu :
1. Analisis Kualitatif
Analisis Kualitatif merupakan suatu tekhnik atau metode untuk menentukan
kualitas atau keberadaan suatu senyawa dalam suatu contoh. Analisis Kualitatif
dilakukan untuk menentukan unsur utama yang berada dalam sampel bukan
pengotornya. Analisis Kualitatif ini diperlukan sebagai uji pendahuluan untuk
menentukan metode apa yang sesuai untuk Analisis Kuantitatif apabila tidak
diketahui keterangan dan asal usul contoh uji.
Metode Analisis jenis ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode
tradisional yaitu dengan metode pengendapan sulfida, pembentukan senyawa
baru (warna yang khas atau mengendap), uji nyala, mutiara boraks, dan
mikroskopi. Selanjutnya analisis kualitatif dapat dilakukan dengan metode yang
lebih modern yaitu dengan menggunakan instrumen diantaranya
Spektrofotometri UV, Spektrofometri FTIR, HPLC, MS (Mass Spectroscopy),
dan NMR. Spektrofotometer UV menentukan suatu senyawa berdasarkan
penyerapan sinar UV oleh gugus kromofor yang ada dalam senyawa.
Spektrofotometer FTIR menentukan suatu senyawa berdasarkan Gugus Fungsi
yang dimiliki oleh suatu sampel. Spektroskopi Mass/MS menentukan suatu
senyawa berdasarkan berat molekul dari senyawa yang kita analisis biasanya
alat ini disatukan dengan HPLC atau GC untuk melakukan pemisahannya,
karena senyawa yang masuk kedalam MS harus senyawa tunggal.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif merupakan suatu tekhnik atau metode untuk menentukan
jumlah atau kadar suatu unsur/senyawa dalam suatu cuplikan. Analisis
Kuantitatif dilakukan apabila kita telah mengetahui senyawa apa saja yang
121
terkandung dalam suatu contoh. Sehingga dilakukan Analisis Kuantitatif ini
untuk menentukan kadar dari suatu unsur yang terkandung. Berdasarkan
metode yang dilakukan Analisis Kuantitatif dibagi menjadi :
a. Analisis Konvensional
Analisis konvensional adalah suatu teknik analisa menggunakan alat-alat
konvensional, Metode Analisis konvensional ini diantaranya adalah
Gravimetri dan Volumetri.
1. Gravimetri
Pada Metode Gravimetri ini penentuan kadar suatu unsur/senyawa
berdasarkan dari bobotnya, suatu unsur diendapkan secara khas menjadi
senyawa yang stabil kemudian endapan ini dilakukan preparasi selanjutnya
dan ditimbang bobotnya.
Metode yang dapat dilakukan dalam analisis gravimetri :
Gravimetri cara penguapan, misalnya untuk menentukan kadar air, (air
kristal atau air yang ada dalam suatu spesies)..
Gravimetri elektrolisa, zat yang dianalisa di tempatkan di dalam sel
elektrolisa. sehingga logam yang mengendap pada katoda dapat
ditimbang.
Gravimetri metode pengendapan, menggunakan pereaksi yang akan
menghasilkan endapan dengan zat yang dianalisa sehingga mudah di
pisahkan dengan cara penyaringan. Misalnya Ag+ diendapkan sebagai
AgCl. Ion besi (Fe3+) diendapkan sebagai Fe(OH)3 yang setelah
dipisahkan, dipijarkan dan ditimbang sebagai Fe2O3.
2. Volumetri
Metode Volumetri atau titrimetri, merupakan penentuan kadar suatu
unsur/senyawa berdasarkan Volume. Volumetri (titrasi) dilakukan dengan
cara menambahkan/mereaksikan sejumlah volume tertentu larutan standar
(yang sudah diketahui konsentrasinya dengan pasti) yang diperlukan untuk
bereaksi secara sempurna dengan larutan yang belum diketahui
konsentrasinya. Untuk mengetahui bahwa reaksi berlangsung sempurna,
maka digunakan larutan indikator yang ditambahkan ke dalam larutan yang
dititrasi.
Berdasarkan jenis reaksinya, maka titrasi dikelompokkan menjadi empat
macam titrasi yaitu :
122
1) Titrasi Netralisasi
Titrasi Asidimetri
Titrasi terhadap basa bebas atau larutan garam yang berasal dari
asam lemah dengan larutan standar asam.
Contoh: NaOH dititrasi dengan HCl
Reaksi: OH- + H+ → H2O
Titrasi Alkalimetri
Titrasi terhadap asam bebas atau garam yang berasal dari basa
lemah dengan larutan standar basa.
Contoh: HCl dititrasi dengan NaOH
Reaksi: H+ + OH- → H2O Titrasi pengendapan
2) Titrasi Argentometri
Prinsip dasar titrasi yang didasarkan pada terbentuknya endapan.
Contoh: Titrasi Cl- dengan larutan standar AgNO3
Reaksi: Cl-(aq) + Ag+(aq) → AgCl(s)
3) Titrasi kompleksometri
Reaksi pembentukan kompleks. Semua jenis reaksi yang menyebabkan
terbentuknnya senyawa kompleks.
Contoh: Titrasi Cl- dengan larutan standar Hg(NO3)2
Reaksi: Cl-(aq) + Hg2+(aq) → HgCl2 (kompleks)
4) Titrasi Reduksi Oksidasi (Redoks)
Semua titrasi yang menyangkut reaksi redoks atau reaksi perpindahan
elektron antara zat yang dititrasi dengan zat penitrasi. Larutan standar
atau sampel bisa bersifat reduktor maupun oksidator.
Contoh: Titrasi Cerimetri, Iodometri, Permanganometri, dll
Garam ferro (FeSO4) sebagai reduktor dititrasi dengan garam ceri
(Ce(SO4)2) sebagai oksidator
Reaksi:
Fe2+ + Ce4+ → Fe3+ + Ce3+
Fe2+ → Fe3+ + e
Ce4+ + e → Ce3++ e
Fe2+ + Ce4+ → Fe3+ + Ce3+
123
b. Analisis Instrumen
Metode analisis ini dilakukan dengan menggunakan suatu alat yang
membantu dalam menentukan kadar suatu senyawa dalam cuplikan.
Instrumen yang biasa digunakan dalam penentuan kadar suatu senyawa
diantaranya :
1) Spektrofotometer UV-VIS
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis berdasarkan
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan pada
panjang gelombang yang spesifik. Spektrofotometer terdiri dari 2 (dua)
komponen utama, yaitu spektrometer dan fotometer. Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dan panjang gelombang tertentu,
sedangkan fotometer ialah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorpsi. Jadi, spektrofotometer adalah alat yang
digunakan untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang.
Salah satu metode jenis spektrofotometri adalah spektrofotometri
UV-VIS. Spektrofotometri UV-VIS merupakan metode analisis yang
didasarkan pada pengukuran energi cahaya tampak (visible) atau cahaya
ultraviolet (UV) oleh suatu senyawa sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Sinar ultraviolet (UV) memiliki panjang gelombang antara
200-400 nm dan sinar cahaya tampak (visible) memiliki panjang
gelombang antara 400-800 nm. Zat yang dapat dianalisis dengan
spektrofotometri UV-VIS yaitu zat dalam bentuk larutan dan zat yang
tampak berwarna maupun tidak berwarna. Metode analisis
spektrofotometri didasarkan pada hukum Lambert-Beer (Beer’s Law).
Bunyi Hukum Lambert-Beer:
“Bila seberkas cahaya monokromatis melewati suatu media yang
transparan maka bertambah turunnya intensitas cahaya yang
ditransmisikan akan sebanding dengan bertambahnya tebal media dan
konsentrasi larutan.”
124
Persamaannya adalah sebagai berikut:
A= εbc
Keterangan:
A : Absorbansi
Ɛ : koefisien absorptivitas molar (M-1 cm-1)
b : tebal media (cm)
c : konsentrasi (mol/l)
2) High Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid Chromatography atau kromatografi cair
kinerja tinggi merupakan salah satu teknik kromatografi yang
menggunakan cairan sebagai fase geraknya. Contoh yang digunakan
dapat berbentuk cairan atau padatan yang dilarutkan dalam pelarutnya.
Contoh dialirkan pada suatu kolom kromatografi dengan bantuan fase
gerak. Pemisahan terjadi dengan adanya interaksi antara fase gerak dan
fase diam. Interaksi yang terjadi dapat berupa adsorpsi padat-cair, partisi
cair-cair, penukar ion, maupun eksklusi ukuran (Harvey 2000).
Prinsip kerja alat HPLC adalah pertama fasa gerak dialirkan
melalui kolom ke detektor dengan bantuan pompa. Kemudian cuplikan
dimasukan ke dalam aliran fasa gerak dengan cara penyuntikan. Didalam
kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran karena
perbedan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam. Solut-
solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari
kolom terlebih dahulu. Sebaliknya solut-solut yang interaksinya kuat
dengan fasa diam akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen
yang campuran yang keluar kolom dideteksi oleh detektor kemudian
direkam dalam bentuk kromatogram.
125
B. Analisis Mikrobiologi
Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari
mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk (hidup) yang
perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik,
protozoa, dan Archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya tidak
sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup. Pada bidang farmasi, uji
mikrobiologi sangat diperlukan karena kualitas mikrobiologis dari obat-obatan
merupakan suatu masalah yang penting untuk diperhatikan. Pada umumnya obat-
obatan dibuat oleh industri secara besar-besaran. Sediaan tadi memakan waktu
yang cukup lama dalam penyimpanan, dan hal ini selama dalam penyimpanan
atau peredarannya kemungkinan dapat terjadi pertumbuhan mikroba di dalamnya.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk menentukan jumlah bakteri yang terdapat
pada bahan pemeriksaan. Cara yang paling sering digunakan adalah cara
perhitungan koloni pada lempeng pembiakan (plate count). Pengujian yang
dilakukan meliputi:
126
Pseudomonas aeruginosa
Pada pengujian bakteri ini digunakan media pengaya Trypton Soya Broth
dan media Cetrimide Agar (CMD) sebagai media selektifnya. Hasil dikatakan
positif apabila pada pengamatan menunjukkan hasil Koloni hijau flourescein
Escherichia coli
Pada pengujian ini digunakan media pengaya Lactose Broth dan media Mac
Conkey Agar (MCA) sebagai media selektifnya. Hasil dikatakan positif
apabila pada pengamatan menunjukkan hasil Koloni ungu Zona ungu muda
Salmonella sp
Pada pengujian bakteri ini digunakan media pengaya Trypton Soya Broth
dan media Xylose Lysine Desoxycholate Agar (XLD) sebagai media
selektifnya. Hasil dikatakan positif apabila pada pengamatan menunjukkan
hasil Koloni merah pusat hitam.
Staphylococcus aures
Pada pengujian bakteri ini digunakan media pengaya Trypton Soya Broth
dan media Mannitol Salt Agar (MSA) sebagai media selektifnya. Hasil
dikatakan positif apabila pada pengamatan menunjukkan hasil koloni kuning
dengan zona berwarna kuning.
Shigella sonnei
Pada pengujian bakteri ini digunakan media pengaya Trypton Soya Broth
dan media Mac Conkey Agar (MCA) sebagai media selektifnya. Hasil
dikatakan positif apabila pada pengamatan menunjukkan hasil Koloni
berwarna merah muda terang, translusent.
127
C. Analisis Fisika
1) Uji Pemerian
Uji pemerian dilakukan secara visual dengan mengamati bentuk serta warna
dari tablet. Dilakukannya uji pemerian bertujuan untuk mengetahui kualitas fisik
dari suatu sediaan yang meliputi warna, bentuk, dan tampilannya baik sisi atas
maupun sisi bawah. Selain itu, uji pemerian dimaksudkan untuk membedakan
sediaan satu dengan sediaan lainnya. Umumnya suatu perusahaan farmasi
memberi tanda khusus pada tiap tablet atau kapsul sebagai informasi agar
produk tersebut dapat dikenali dengan cepat.
2) Uji Keseragaman Bobot
Uji ini dilakukan untuk mengetahui keseragam bobot dari suatu tablet. Uji ini
bertujuan sebagai salah satu indikator homogenitas formula yang akan
mempengaruhi terhadap dosis dari suatu sediaan obat.
3) Uji Keseragaman Ukuran
Uji yang dilakukan untuk mengetahui keseragaman ukuran dari sediaan tablet.
Ketebalan berhubungan dengan kekerasan sediaan padat (tablet), selain
percetakan, perubahan ketebalan merupakan indikasi adanya masalah pada
aliran massa cetak atau pada pengisi granul ke dalam die mesin cetak tablet,
oleh karena itu perlu dilakukan pengujian. Alat yang digunakan untuk uji ini
yaitu jangka sorong.
4) Uji Kekerasan
Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui kekuatan fisik sediaan tablet
terhadap tekanan mekanik ataupun karena gesekan. Dalam hal ini dapat
berupa tekanan yang didapatkan baik ketika proses pengemasan, distribusi,
ataupun ketika disimpan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat
hardness tester.
5) Uji Keregasan
Uji keregasan tablet (Friabilitas) merupakan uji ketahanan permukaan tablet
terhadap gesekan yang dialami selama pengemasan, pengiriman dan
penyimpanan. Keregasan dapat diuji dengan menggunakan alat friability tester.
6) Waktu hancur
Waktu hancur merupakan waktu yang diperlukan suatu sediaan untuk hancur
dalam pelarut yang sifatnya menyerupai cairan lambung atau cairan usus pada
waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui seberapa
128
cepat suatu obat larut di dalam lambung atau usus manusia yang batas waktu
hancurnya tertera pada masing-masing monografi. Semakin cepat waktu
hancur, maka semakin cepat tablet akan larut dan diserap oleh tubuh sehingga
efek terapi yang diberikan akan cepat terasa. Alat yang digunakan adalah
disintegration tester.
129
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Industri di PT. Kimia Farma, ada beberapa saran
yang ingin disampaikan penulis diantaranya:
Untuk Pihak Industri
Pihak industri diharapkan menjalin erat kerjasama dengan pihak sekolah, selain
sebagai tujuan prakerin pihak industri juga dapat memberikan masukan mengenai
materi-materi yang dibutuhkan di dunia industri
Untuk Siswa
Siswa hendaknya mempersiapkan diri, berperan aktif dan berusaha
memanfaatkan kesempatan yang telah diberikan untuk mendapat nilai tambah
ilmu dan pengalaman sebanyak mungkin selama pelaksanaan prakerin
Untuk Pihak Sekolah
Pihak sekolah diharapkan lebih memaksimalkan pembekalan teori alat-alat
instrument yang tidak ada di sekolah sebelum terjun ke dunia industri. Pembimbing
dari sekolah diharapkan dapat melaksanakan pemantauan rutin ke industri
untuk mengawasi/memantau siswa yang sedang melaksanakan prakerin di
industri tersebut.
130
DAFTAR PUSTAKA
http://analiskimia008.blogspot.com/2013/06/pengertian-analisis-kimia.html
https://pendidikan.co.id/pengertian-kimia-analisis-jenis-dan-metode/
https://ugmpress.ugm.ac.id/id/product/kesehatan-kedokteran/pengantar-kimia-
farmasi-analisis-volumetri-dan-gravimetri
Analisis Volumetri dan Gravimetri, Bandung 12/4/19 Pukul 08.00 WIB
https://axisfarmasi.blogspot.com/2017/01/analisis-gravimetri.html
https://www.academia.edu/12225298/ANALISIS_VOLUMETRI
Arifin,Zainal dan Krisnandi Ismail. 2018. Kromatografi Air Kinerja Tinggi. Bogor:
SMAK Bogor
Kimia Farma, 2018. Prosedur Tetap Penanganan Produk Antara dan Ruahan,
Bandung : PT. Kimia Farma
Kimia Farma, 2018. Prosedur Tetap Penanganan Bahan Baku, Bandung : PT. Kimia
Farma
Kimia Farma, 2018. Prosedur Tetap Pemeriksaan Uji Batas Mikroba dan Uji
Identifikasi Bakteri Patogen : PT. Kimia Farma
Kimia Farma, 2018. Prosedur Tetap Pemeriksaan Limbah Cair, Bandung : PT. Kimia
Farma
Kimia Farma, 2018. Prosedur Tetap Penanganan Bahan Kemas, Bandung : PT.
Kimia Farma
Kimia Farma, 2018. Prosedur Pengawasan Proses Produksi, Bandung : PT. Kimia
Farma
131