Anda di halaman 1dari 19

TUGAS RUTIN

MK. Pengembangan Bahan


Ajar dan Media IPA di SD

PRODI S1 PGSD-FIP

SKOR NILAI:

PEMBELAJARAN IPA DI SD

KELOMPOK 2

 WITA LAILA RIVANI 1191111027


 ADELA CHAIRANI SYAHPUTRI 1191111040
 UMMUL HUDA HARAHAP 1191111041
 NUR ELITA MARDIYAH ASWAT NST 1191111046

KELAS : PGSD Reguler B 2019


DOSEN PENGAMPU : Septian Prawijaya, S.Pd.,M.Pd
MATA KULIAH : Pengembangan Bahan Ajar dan Media IPA di SD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN
FEBRUARI 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kami rahmat kesehatan dan kesempatan. Sehingga kami bisa menyusun atau menyelesaikan
makalah Tugas Rutin. Penulisan ini kami sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai dengan
kemampuan yang kami miliki, dan tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas pada
mata kuliah : Pengembangan Bahan Ajar dan Media IPA di SD

Dalam menyusun tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik
yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas ini , dan
dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan secara khusus kami berterima kasih kepada Bapak Septian Prawijaya,
S.Pd.,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Bahan Ajar dan Media IPA
di SD karena telah memberi bimbinganya kepada kami untuk menyelasaikan makalah tugas
rutin ini hingga selesai.

Medan, Februari 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pembelajaran IPA di SD (lanjutan) ...........................................................................3
A. Model Pembelajaran IPA ......................................................................................4
B. Penilaian dalam pembelajaran IPA .......................................................................13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................15
3.2 Saran .........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan Ilmu pengetahuan Alam(IPA) dan


teknologi dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan
komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta
didik untuk melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat
berargumentasi secara benar. Dalam kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yang
menyukai bidang kajian IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didi
k, atau karena mereka tak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian,
mereka tetap berharap agar pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan secara menarik,
efisien, dan efektif.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai peserta didik yang
dituangkan dalam empat aspek yaitu, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan
sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta. Indikator pencapaian
kompetensi dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media
serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan agar guru dapat lebih aktif,
kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum.
Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membangun
pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi
dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apa itu pembelajaran ipa di SD?


2. Bagaimana model dalam pembelajaran ipa di SD?
3. Apa itu pembelajaran ipa di SD?

1
C. Tujuan

1. Adapun yang menjadi tujuan dalam makalah ini adalah:


2. Untuk melihat model pembelajaran ipa di SD
3. Untuk mengetahui apa saja model dalam pembelajaran ipa di SD
4. Untuk mengetahui pengertian dari penialian

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran ipa di SD

Pada makalah ini,kami sebagai pemakalah melanjutkan pembehasan mengenai


pembelajaran ipa di sd yaitu IPA didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui
pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu
penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA
yaitu:(1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk
memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil
eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup
pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami
jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang
gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan
diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan
ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu
sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang
meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari
hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum
yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen.
Dalam belajar IPA siswa diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi siswa dengan
teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. IPA menekankan pada pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu memahami alam sekitar
melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.
Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan
proses penyelidikan atau “inquiry skills” yang meliputi mengamati, mengukur,
menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen

3
untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data,
menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta
mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan
sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa
ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin,
peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan
orang lain.
Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya:(1) Memberikan pengalaman
pada siswa sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, (2)
Menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu
pernyataan ilmiah (hipotesis) . Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian
sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah, (3) Menanamkan pada siswa
pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis) .
Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan
pembuktian secara ilmiah, (4) Memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif
dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai
gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah.

A. Pengrtian Model Pembelajaran


Istilah model pembelajaran sangat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran dan
dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, dan teknik.
Sedangkan istilah “strategi “ awal mulanya dikenal dalam dunia militer terutama terkait
dengan perang atau dunia olah raga, namun demikian makna tersebut meluas tidak hanya ada
pada dunia militer atau olahraga saja akan tetapi bidang ekonomi, sosial, pendidikan.

Secara umum istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain, model juga
diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya, seperti “globe”
yang merupakan model dari bumi tempat kita hidup. Dalam istilah selanjutnya model, istilah
model digunakan untuk menunjukkan pengertian yang pertama sebagai kerangka konseptual.
Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang dimaksud dengan “model belajar mengajar”
adalah kerangka konseptual dan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, berfungsi sebagai pedoman
bagi perancang

4
pengajaran, serta para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar. Dengan demikian, aktivitas belajar mengajar benar-benar merupakan kegiatan
bertujuan yang tersusun secara sistematis.

Dewey dalam Joyce dan Weil (1986) mendefinisikan model pembelajaran sebagai “
a plan or pattern that we can use to design face ti face teaching in the classroom or tutorial
setting and to shape instructional material” (suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan
untuk merancang tatap muka di kelas, atau pembelajaran tambahan di luar kelas dan untuk
menajamkan materi pengajaran).

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa :

a) Model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang dapat diisi oleh
beragam muatan mata pelajaran, sesuai dengan karakteristik kerangka dasarnya.
b) Model pembelajaran dapat muncul dalam beragam bentuk dan variasinya sesuai
dengan landasan filosofis dan pedagogis yang melatar belakanginya.

Arends (1997) menyatakan “the term teaching modelrefers to a particular approach


to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system” (istilah
model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk
tujuannya, sintaksnya, lingkungan, dan sistem pengelolaan). Dengan demikian, maka model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada pendekatan, strategi, metode atau
prosedur. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas, atau pembelajaran dalam
tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya
buku-buku, film, computer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce, 1992). Selanjutnya, Joyce
menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarah kepada desain pembelajaran untuk
membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran
tercapai.

Ciri Model Pembelajaran

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh,
model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John
Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara
demokratis.

5
2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir indukatif
dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.
3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas,
misalnya model synectic dirancang untuk memperbaiki kreatifitas dalam
pembelajaran mengarang
4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan :
 urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax);
 adanya prinsip-prinsip reaksi;
 sistem sosial; dan
 sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila
guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.
5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut
meliputi:
 Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur.
 Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang
 Membuat persiapan mengajar (desain intruksional) dengan pedoman model
pembelajaran yang dipilihnya.

Jenis Model Pembelajaran

Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang


sesuai dengan materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan Model pembelajaran meliputi
pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya pada model
pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama
memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang
menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam –
macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model pembelajaran
berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Pada model ini pembelajaran
dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan
kerjasama diantara siswa – siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa
menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi
contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas –

6
tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel da
n berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.

Tiap – tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan


belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan
lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan.
Pada model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar
atau seperti tapal kuda. Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap –
hadapan dengan guru. Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu
sama lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan
memperhatikan guru.

Pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam pembelajaran.


Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai
kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator pembelajarannya dapat tercapai.
Jadi, pada prinsipnya strategi pembelajaran sangat terkait dengan pemilihan model dan
metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada
para siswanya.

Pada saat ini banyak dikembangkan model – model pembelajaran. Menurut


penemunya, model pembelajaran temuannya tersebut dipandang paling tepat diantara model
pembelajaran yang lain. Untuk menyikapi hal tersebut diatas, maka perlu kita sepakati hal-hal
sebagai berikut :

1. Kita tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada. Setiap model
pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kekuatan.
2. Kita dapat memilih salah satu model pembelajaran yang kita anggap sesuai dengan
materi pembelajaran kita; dan jika perlu kita dapat menggabungkan beberapa model
pembelajaran.
3. Model apa pun yang kita terapkan, jika kita kurang menguasai meteri dan tidak
disenangi para siswa, maka hasil pembelajaran menjadi tidak efektif.

Oleh kerena itu komitmen kita adalah sebagai berikut :

 Kita perlu menguasai materi yang harus kita ajarkan, dapat mengajarkannya, dan
terampil dalam menggunakan alat peraga.

7
 Kita berniat untuk memberikan yang kita punyai kepada para siswa dengan sepenuh
hati, hangat, ramah, antusias, dan bertanggung jawab.
 Menjaga agar para siswa “mencintai” kita, menyenangi materi yang kita ajarkan,
dengan tetap menjaga kredibilitas dan wibawa kita sebagai guru dapat
mengembangkan model pembelajaran sendiri.

Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Model
pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan
agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat di capai
dengan lebih efektif dan efisien.

Bruce Joyce dan Marsha Weil dalam Dedi Supriawan dan A.Benyamin Surasega
(1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu:

1) Model interaksi sosial

2) Model pengolahan informasi

3) Model personal humanistic

4) Model modifikasi tingkah laku.

Dengan demikian seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut


diidentifikasikan dengan strategi pembelajaran.

Keempat model pembelajaran tersebut dapat dilihat pada uraian berikut:

1) Model pemprosesan informasi

Teori belajar yang oleh gagne (1988) di sebut dengan” information processing
learning “theor. Teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak
manusia di saat memproses suatu informasi. Karena nya teori belajar tadi disebut juga
informaion processing model (model pemrosesan informasi). Menurut Gagne, dalam
pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga
menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi, terjadi
adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu.
Kondisi internal yaitu keadaan dala diri individu yang diperluka untuk mencapai hasil
belajara dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang memengaruhi indivdu dalam proses pembelajaran.

8
Menurut Gagne, tahapan proses pembelajaran tersebut meliputi 8 fase yakni:

1. Motivasi, fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk melakukan
suatu tindakan dalam mencapai tujuan tertentu (motivasi intrinsic dan ekstrinsik).
2. Pemahaman, individu menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari
pembelajaran, pemahaman didapat melalui perhatian.
3. Pemerolehan, indvidu memberikan makna atau mempersepsi segala informasi yang
sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori siswa.
4. Penahanan, menahan informasi atau hasil belajar agar dapat digunakan untuk jangka
panjang. Proses mengingat jangka panjang.
5. Ingatan kembali, mengeluarkan kembali infromasi yang telah disimpan, bila ada
rangsangan.
6. Generalisasi, menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu.
7. Perlakuan, perwujudan perubahan prilaku individu sebagai hasil pembelajaran.
8. Umpan balik individu memperoleh feedback dari prilaku yang telah dilakukannya.

2) Model Personal

Model personal bertolak dari pandangan kedirian atau selfe-hoot dari individu. Proses
pendidikan sengaja diusahakan yang memungkinkan seseorang dapat memahami diri sendiri
dengan baik, sanggup memikul tanggung jawab untuk pendidikan, dan lebih kreatif untuk
mencpai kualitas hidup yang lebih baik. Penggunaan model-model pembelajaran dalam
persona, ini lebih memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha
menggalakan kemandirian yang prodiktif sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan
bertanggug jawab atas tujuan nya.

Menurut Charl Roger, manusia dilahirkan dengan potensi menuju atau mengajar
kesempurnaan. Jadi pembelajaran merupakan naluri manusia bahan pembelajaran yang
bermakna dan selaras dengan tujuan pembelajaran akan mendorong peserta didik ikut aktif
dalam proses pembelajaran, dan dianggapnya sebagai pembelajaran yang berkesan. Apabila
bahan pembelajaran menimbulkan perubaha struktur atau menjadi ancaman dan kerisauan
peserta didik, maka hal ini akan menjadikan sikapnya menentang pembelajaran apabila
peserta didik mengambil inisiatif dan melibatkan diri sepenuhnya dalam aktifitas
pembelajaran, maka hasil yanng diperoleh akan sangat berkesan.Dalam rumpun model
personal ini terdapat empat model pembelajaran yaitu :

9
 Pengajaran tanpa arahan (non directive teaching)
 Model sinektik (synectics)
 Latihan kesadaran (awareness training)
 Pertemuan kelas (classroom meeting)

3) Model interaksi sosial

Model interaksi sosial pada hakikatnya bertolak dari pemikiran pentingnya hubungan
pribadi (interpersonal relationship) dan hubungan sosial, atau hubungan individu dengan
lingkungan sosialnya. Dalam konteks ini, proses belajar pada hakikatnya adalah mengadakan
hukuman sosial dalam pengertian peserta didik berinterkasi dengan peserta didik lain dan
berinterakasi dengan kelompoknya.

Langkah yang ditempuh guru dalam model ini adalah :

a. Guru mengemukakan masalah dalam nentuk situasi sosial kepada para perserta didik .
b. Peserta didik dengan bimbingan guru menelusuri berbagai macam masalah yang
terdapat dalam situasi tersebut .
c. Peserta didik dienri tugas atau permasalahan yang berkenaan dengan situasi tersebut
untuk dipecahkan, dianalisis, dan dikerjakan .
d. Dalam memecahkan masalah belajarvtersebut peserta didik diminta utnuk
mendiskusikan nya.
e. Peserta didik mrmbuat kesimpulan dari hasil diskusinya .
f. Membahasa kembali hasill-hasil kegiatan nya .

Model interaksi sosial dapat digunakan antara lain dengan menggunakan metode sosio
drama atau bermain peran (roll playing). Keterlibatan peserta didik dalam melakukan
kegiatan belajar cukup tinggi, terutama dalam bentuk partisipasi daslam kelompoknya,
partisipasi ini menggambarkan adanya interaksi sosial diantara sesama peseeta didik dalam
kelompok tersebut. Oleh karena itu, model interksi sosial boleh dikatakan berorientasi pada
peserta didik dengan mengembangkan sikap demokratis, artinya sesama mereka mampu
saling menghargai, mereka meiliki perbedaan.

Model interaksi sosial di dasari oleh teori belajar Gestalt (field theory). Model interaksi
sosial menitik beratkan hubungan yang harmonis antara indovidu dengan masyarakat
(learning to live together). Teori pembelajaran Gestalt dirintis oleh Max Wertheimer (1912)

10
bersama dengan Kurt Koffka dan W. Kohler, mengadakan eksperimen mengenai pengamatan
visual dengan fenomena fisik. Percobaannya, yaitu memproyeksikan titik-titik cahaya
(keseluruhan lebih penting daripada bagian).Aplikasi Teori Gestalt dalam pembelajaran
adalah :

a) Pengalaman (insight/tilikan). Dalam proses pembelajaran siswa hendaknya memiliki


kemampuan insight, yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu
objek. Guru hendaknya mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah dalam insight.
b) Pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu
ojek akan menunjang pembentukan pemahaman dalam proses pembelajaran. Content
yang dipelajari siswa hendaknya memiliki makna yang jelas baik bagi dirinya maupun
bagi kehidupannya dimasa yang akan datang.
c) Perilaku bertujuan. Perilaku terarah pada suatu tujuan. Perilaku disamping adanya
kaitan dengan SR-bond, juga terkait erat dengan tujuan yang hendak dicapai.
Pembelajaran terjadi karena siswa memiliki harapan tertentu. Sebab itu pembelajaran
akan berhasil bila siswa mengetahui tujuan yang akan dicapai.
d) Prinsip ruang hidup (life space) dikembangkan oleh kurt lewin (teori medan atau
fieldtheory). Perilaku siswa terkait dengan lingkungan atau medan dimana ia berada.
Materi yang disampaikan hendaknya memiliki kaitan dengan situasi lingkungan
dimana siswa berada (kontekstual).
Model interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut .

a) Kerja kelompok, bertujuan mengembangkan keterampilan berperan serta dalam


proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal dan
discovery skill dalam bidang akademik.
b) Pertemuan kelas, bertujuan mengembangkan pemahaman mengenal diri sendiri dari
rasa tanggung jawab. Baik terhadap diri sendiri maupun terhadap kelompok.
c) Pemecahan masalah sosial atau sicial inquiri, bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan cara berfikir logis.
d) Bermain peranan, bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peseta didik
menemukan nilai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan.

11
4) Model Sistem Perilaku (Behavior)

Model behavioral menekankan pada perbuhana perilaku yang tampak dari peserta
didik, sehingga konsisten dengan dirinya. Sebagai bagian dari teori stimulus respon, model
behavirial menekankan bahwa tugas-tugas yang harus diberikan dalam suatu rangkain kecil,
berurutan, dan mengandung prilaku tertentu.

Model ini bertitik tolak dari tori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangka
sistem yang efisien utuk menurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan
cara memanipulasi penguatan (reinforcement) model ini lebih menekankan pada aspek
perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati. Karakteristik model ini
adalah penjabaran tugas-tugas yang harus dipelajari peserta didik efisien dan berurutan .

Ada 4 fase dalam model modifikasi tingkah laku ini yaitu :

a) Fase mesin pengajaran .


b) Penggunaan media.
c) Pengajaran perprogram (linier dan branching).
d) Operant conditioning dan operant reinforcement .

Implementasi dari mode modifikasi tingkah laku ini adalah meningkatkan ketelitian
pengucapan pada anak : guru selalu perhatian terhadap tingkah laku belajar peserta didik ;
modifikasi tingkah laku peserta didik yang kemampuan belajarnya rendah dengan reward
sebagai reinforcement pendukung; penerapan prinsip pembelajaran individual dalam
pembelajaran klasikal.

12
B. Penilaian IPA di SD

Asesmen merupakan bagian yang terpenting dalam proses pembelajaran di bidang


studi apapun. Asesmen hendaknya dibedakan dari pengukuran prestasi belajar (pengumpulan
informasi tentang prestasi murid-murid melalui tes dan lembar kerja) sedangkan assemen
merupakan konsep yang lebih luas yang mencakup penilaian profesionlal pendidik, perasaan
dan pengamatan, serta informasi-informasi lain yang di kumpulkan dari lingkungan belajar.

Fungsi assesmen:
1. Sebagai alat untuk merencanakan, pedoman, memperkaya pembelajran IPA di kelas.
2. Sebagai alat komunikasi dengan murid-murid, administrator dan orang tua murid,
tentang pentingnya IPA.
3. Sebagai alat untuk memonitor hasil belajar IPA dan perbaikan pembelajaran.
4. Sebagai alat untuk memperbaiki kurikulum dan pengajaran IPA.

Jenis-Jenis Asesmen Menurut Tujuan

Ada tiga jenis asesmen menurut tujuan asesmen yaitu tujuan diagnostik, tujuan
formatif, dan tujuan sumatif. Gunanya asesmen diagnostik adalah untuk hal-hal apa yang
belum diketahui murid, dan hal-hal apa apa saja yang telah diketahui murid. Asesmen
diagnostik dalam pembelajaran IPA bertujuan untuk melacak miskonsepsi IPA secara sendiri.
Asesmen formatif memberikan balikkan dalam bimbingan kepada murid-murid dalam
menyelesaikan tugasnya. Asesmen formatif diberikan disetiap proses pembelajaran. Asesmen
sumatif dilangsungkan sesudah proses pembelajaran selesai. Kegunaan asesmen sumatif
adalah untuk menilai beberapa banyak yang dapat diserap oleh murid-murid dan untuk
mendapatkan nilai akhir murid-murid.

a. Peranan Asesmen Diagnostik


Tes tertulis dapat digunakan dalam tes diagnostik. Tes semacam ini disebut
(prates atau pretes) dan tes lisan. Dari data tes tersebut maka dapat membantu guru
mengidentifikasi minat, kelebihan dan kelemahan murid dalam bidang studi IPA.
Membantu guru melihat apakah seorang murid memerlukan bantuan dalam
belajar atau tidak, dan memberi imformasi tentang perbedaan-perbedaan cara belajar
murid-murid. Adapun minat dan motivasi siswa dapat ditingkatkan dengan cara:

13
 Mengajak siswa menjadi rekan yang aktif dalam proses pembelajaran dan
mulailah membiasakan sedikit demi sedikit melepaskan mereka dari situasi
dimana mereka hanya sebagai pendekar yang aktif.
 Mengajak siswa menetapkan tujuan pembelajaran yang realistis bagi dirinya dan
selalu menginformasikan kemajuan mereka dalam pencapaian tujuan
pembelajaran tersebut
 Membimbing siswa agar menjadi mandiri dalam belajar dan dilihat dimana /
bagaimana prestasi akademis pada saat ini dan pada masa mendatang.
 Menunjukan bahwa kita benar-benar peduli akan keberhasilan mereka.

b. Peranan Asesmen Formatif dalam pembelajaran


Asesmen formatif kadang-kadang diperlukan ditengah-tengah pembelajaran. Bila
guru mengalami konsep-konsep yang sukar, maka diadakan asesmen mendapatkan
data bagaimana caranya memoditikasi sebagian atau keseluruhan pembelajaran.
Asesmen ini juga dapat dilaksanakan bila siswa mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan tugas. Jenis tes yaitu berbentuk lisan, tertulis, atau bentuk unjuk
kinerja murid terutama untuk penguasaan keterampilan proses IPA.
c. Peranan Asesmen Sumatif dalam Pembelajaran
Assemen ini dilakukan untuk mendapatkan nilai akhir untuk menjaring data
seberapa banyak dari bahan pelajaran yang dapat dipahami oleh murid-murid,
sebelum beralih ke pokok bahasan berikutnya. Peranan asesmen ini erat hubungannya
dengan tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran yang jelas akan memudahkan
perancangan asesmen. Menurut Bloom enam tingkat intelegensia dalam ranah
koknitif yaitu:
4. Pengetahuan tentang fakta–fakta dan prinsip–prinsip
5. Pemahaman (memahami fakta-fakta dan ide-ide)
6. Penerapan (menerapkan fakta dan ide pada situasi baru)
7. Analisa (memecahkan/membagi konsep dalam bagian-bagiannya kemudian
melihat hubunganya satu sama lain)
8. Sintesa (mengumpulkan fakta-fakta dan ide-ide )
9. Evaluasi (mementukan nilai dari fakta-fakta dan ide-ide )

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut.Maka
yang dimaksud dengan “model belajar mengajar” adalah kerangka konseptual dan prosedur
yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran, serta para guru dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian, aktivitas
belajar mengajar benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tersusun secara sistematis.

Fungsi assesmen adalah sebagai alat untuk merencanakan, pedoman, memperkaya


pembelajran IPA di kelas, sebagai alat komunikasi dengan murid-murid, administrator dan
orang tua murid, tentang pentingnya IPA, sebagai alat untuk memonitor hasil belajar IPA
dan perbaikan pembelajaran, sebagai alat untuk memperbaiki kurikulum dan pengajaran
IPA. Ada tiga jenis asesmen menurut tujuan asesmen yaitu tujuan diagnostik, tujuan
formatif, dan tujuan sumatif.

3.2 Saran

Berdasarkan simpulan diatas, dapat disarankan sebagai berikut.

 Kepada Calon Guru

Sebagai generasi penerus bangsa dan lebih tepatnya lagi kita sebagai calon guru
hendaknya mampu menggembangkan model dan asesmen dalam pembelajaran IPA di SD.

 Kepada Mahasiswa

Kita sebagai mahasiswa hendaknya mampu memahami dan menerapkan model dan
asesmen dalam pembelajaran IPA SD

15
DAFTAR PUSTAKA

Azmiyawati, Choiril. dkk. 2008. IPA Salingtemas untuk kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Devi, Poppy K. dan Anggraeni, Sri. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam: untuk SD/MI Kelas IV.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Karim, Saeful., dkk. 2008. Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Rati, Ni Wayan. dan Astawan I Gede. 2011. Konsep Dasar IPA 1. Singaraja: Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.

Rositawati, S. dan Muharam, Aris. 2008. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam 4: untuk
Kelas IV Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta:Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Sulistyanto, Heri. dan Wiyono, Edy. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 4 untuk SD dan MI Kelas
V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sulistyanto, Heri. dan Wiyono, Edy. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 4 untuk SD dan MI Kelas
IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Wahyono, Budi. dan Nurachmandani, Setyo. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 4. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

http://digilib.uinsby.ac.id/3950/5/Bab%201.pdf (diakses pada 23 Feb. 21)

file:///C:/Users/Notebook/Downloads/MAKALAH%20MODELMODE L%20PEMBELAJA
RAN%20IPA%20YANG%20MENINGKATKAN%20AKTIVITAS%20SISWA%20DI
%20
SEKOLAH%20DASAR.pdf (diakses pada 23 Feb. 21)

https://docplayer.info/39816377 -Makalah-model-model-pembelajaran-ipa-
yang- meningkatkan-aktivitas-siswa-di-sekolah-dasar.html (diakses pada 23
Feb. 21)

16

Anda mungkin juga menyukai