Anda di halaman 1dari 77

Program-Program Kesehatan dan Kebijakan dalam Menanggulangi

Masalah Kesehatan Utama di Indonesia

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan Komunitas I

Dosen Pengampu: Ns. Nourmayansa Vidya Anggraini S.Kep., M. Kep., Sp. Kep. Kom.

Disusun Oleh:

Latifah Khusnul K. 1710711056


Feny Ditya H. 1710711110
Erina Nurbaiti. 1710711120
Christin Natalia. 1710711126
Sonya Lapitacara S. 1710711129
Indah Fitri Amelia. 1710711140
Regita Cahyani Z. 1710711147
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita
masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada teladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran
agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Komunitas 1 dengan judul Program-Program Kesehatan dan Kebijakan dalam Menanggulangi
Masalah Kesehatan Utama di Indonesia. Disamping itu, kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.

Akhir kata, kami memahami jika naskah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka dari itu kritik dan saran
sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu yang akan datang.

Padang, Mei 2023


A. Konsep Pembangunan Kesehatan di Indonesia

Pembangunan kesehatan nasional diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud. Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran
meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Program
Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas
Hidup Manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia
Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera.

Sasaran pokoknya sebagai berikut:

Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak;

Meningkatnya pengendalian penyakit;

Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil,
tertinggal dan perbatasan;

Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas
pengelolaan SJSN Kesehatan;

Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin;

Meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu:

Penerapan paradigma sehat,

Penguatan pelayanan kesehatan,

Pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (jkn).

Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan,
penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan
dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan
peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of care (sebuah konsep pelayanan kesehatan yang
mencakup semua tingkat dan intensitas perawatan dengan sistem yang melibatkan, memandu, dan memantau
pasien dari waktu ke waktu secara komprehensif) dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Sedangkan
pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali mutu dan
biaya dengan sistem pembiayaan: asuransi – azas gotong royong.
1. Paradigma Sehat

No. Sasaran Bentuk perubahan yang Dampak

diharapkan

1. Penentu Pemangku Kepentingan 1.Menjadikan kesehatan

kebijakan-> memperhatikan dampak sebagai arus utama


lintas sektor kesehatan dari kebijakan pembangunan

yang diambil baik di hulu 2.Meningkatkan peran

maupun di hilir lintas sektor dalam

pembangunan kesehatan

2. Tenaga Terlaksananya paradigma 1. Promotif preventif

kesehatan sehat di setiap lini merupakan aspek utama

pelayanan kes. dan dalam setiap upaya

mengupayakan agar : kesehatan (program

• Orang sehat tetap sehat PHBS, Kesling, Promkes,


dan tidak menjadi sakit KIA, gizi & lainnya)

• Orang sakit menjadi sehat 2. Meningkatnya

• Orang sakit tidak menjadi kemampuan nakes dlm

lebih sakit hal promotif –preventif

3. Institusi Penerapan standar mutu & Peningkatan mutu

kesehatan standar tarif dalam pelayanan kesehatan 2.

pelayanan kepada Berkompetisi lebih “fair”

masyarakat dlm soal mutu & tarif di

dalam memberikan
pelayanan yg terbaik bagi

masyarakat

4. Masyarakat Masyarakat harus merasa 1. Terlaksananya PHBS

bahwa kesehatan adalah di keluarga & masyarakat

harta berharga yang harus 2. Masyarakat aktif sbg

dijaga kader & terlaksananya

Kegiatan pemberdayaan

masyarakat (Posyandu,
Poskesdes, Posbindu,
Desa Siaga dll)
Peningkatan pelayanan kesehatan

Peningkatan akses

Pemenuhan tenaga

Peningkatan sarana pelayanan primer

Pemenuhan prasarana pendukung

Inovasi pelayanan di terpencil & sangat Terpencil


Peningkatan mutu

Penyediaan NSPK/SOP

Peningkatan kemampuan nakes

Program Dokter Layanan Primer

Program Akreditasi FKTP

Regionalisasi rujukan

Sistem Rujukan Regional dan Provinsi

Sistem Rujukan Nasional

Penguatan dinkes kab/kota, provinsi


Sosialisasi

Advokasi

Capacity Building

Dukungan lintas sektor

Dukungan Regulasi

Dukungan Infrastruktur (transportasi, listrik, air, ko munikasi)

Dukungan pendanaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat
wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.

Salah satu jaminan kesehatan nasional adalah dengan adanya kartu indonesia sehat(KIS).

Sistem Pelayanan Kesehatan Dan Kebijakan Era Otonomi 1. Konsep Dasar


Sistem Pelayanan Kesehatan
Sistem layanan kesehatan dalam artian luas merupakan totalitas layanan yang diberikan oleh
semua disiplin kesehatan. Sistem layanan kesehatan bertujuan memberikan perawatan bagi mereka yang
sakit dan cedera (Kozier. 2010). Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan di Indonesia masih
menghadapi berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi sehingga diperlukan pemantapan dan
percepatan melalui Sistem Kesehatan Nasional (SKN) sebagai pengelola kesehatan (Perpres 72, 2012).
Pengelolaan kesehatan diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan

saling mendukung sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Kozier. 2010).

Sistem pelayanan kesehatan adalah kumpulan dari berbagai faktor yang komplek dan saling
berhubungan yang terdapat dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan
tuntutan kesehatan perorangan, kelompok, masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan (WHO 1984).
Sistem kesehatan nasional perlu dilaksanakan dalam konteks pembangunan kesehatan secara keseluruhan
dengan mempertimbangkan determinan sosial, seperti kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan,
pendapatan keluarga, distribusi kewenangan, keamanan, sumberdaya, kesadaran masyarakat, serta
kemampuan tenaga kesehatan dalam mengatasi masalah-masalah tersebut.

Setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (levey dan loomba 1973). System pelayanan
medic contohnya seperti rumah sakit. Sementara puskesmas mencangkup system pelayanan kesehatan
masyarakat dan system pelayanan medic. Teori tentang sistem:

Input, merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah
sistem.seperti sistem pelayanan kesehatan.

Proses, suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah masukan untuk menjadikan sebuah hasil
yang di harapkan dari sebuah sistem tersebut,maka yang dimaksud proses adalah berbagai kegiatan
dalam pelayanan kesehatan

Output, hasil yang diperoleh dari sebuah proses,dalam sistem pelayanan kesehatanhasilnya dengan berupa
pelayanan kesehatan yang berkualitas,efektif dan efisien sehingga dapat dijangkau oleh setiap lapisan
masyarakatsehingga pasien sembuh dan sehat optimal.

Dampak, merupakan akibat yang dihasilkan sebuah hasil dari sebuah sistem,yang terjadi relatif lama
waktunya.

Umpan balik, merupakan sebuah hasil yang sekaligus menjadi masukan dan ini terjadi dari sebuah sistem
yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi umpan
balik dalam sistem pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatan yang juga dapat
menjadikan input yang selalu meningkat.

Lingkungan, semua keadaan di luar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan sebagaimana
dalam sistem pelayanan kesehatan,berupa lingkungan geografis,atau situasi kondisi sosial yang ada di
masyarakat seperti institusi di luar

pelayanan kesehatan.

Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan Terdapat 3


bentuk pelayanan kesehatan :

Primary health care (pelayanan kesehatan tingkat pertama), Dilaksanakan pada masyarakat yang
memiliki masalah kesehatan yang ringan.Sifat pelayanan kesehatan : pelayanan kesehatan dasar.
Contoh : puskesmas, balai kesehatan.

Secondary health care(pelayanan tingkat ke dua), untuk klien yang membutuhkan perawatan rawat inap
tapi tidak dilaksanakan di pelayanan kesehatan pertama,rumah

sakit yang tersedia tenaga specialis.


Tertiary health care (pelayanan kesehatan tingkat ke tiga), tingkat pelayanan tertinggi,membutuhkan
tenaga ahli atau subspecialis.

Syarat Pokok Pelayanan

Tersedia dan berkesinambungan, artinya tidak sulit ditemukan serta keberadaannya dalam
masyarakat adlah pada setiap saat yang dibutuhkan.

Dapat diterima dan bersifat wajar, artinya tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat.

Mudah dicapai

Mudah dijangkau

Bermutu

Jenis Pelayanan Kesehatan


Menurut pendapat Hodgetts dan Cascio (1983) ada 2 jenis pelayanan kesehatan :

Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat ditandai dengan cara pengorganisasian yang ummnya secara
bersama-sama dalam suatu organisasi, tujuan utamanya adalah untuk

memelihara da meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit serta sasaran nya terutama untuk
kelompok dan masyarakat.

Pelayanan kedokteran
Pelayanan kedokteran ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi, tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.

1. Kebijakan Pelayanan Kesehatan

Menurut Depkes RI (2009), kebijakan kesehatan merupakan pedoman yang menjadi acuan bagi
semua pelaku pembangunan kesehatan, baik pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan dengan memperhatikan kerangka desentralisasi dan otonomi daerah. Pengertian
Kebijakan Kesehatan yaitu konsep dan garis besar rencana suatu pemerintah untuk mengatur atau
mengawasi pelaksanaan pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal
pada seluruh rakyatnya (AKK USU, 2010).

Kebijakan kesehatan merupakan tindakan yang mempunyai efek terhadap institusi,organisasi


pelayanan dan pendanaan dari system pelayanan kesehatan. Kebijakan palayanan kesehatan meliputi:

1. Public goods

Berupa barang atau jasa yang pedanaanya berasal dari pemerintah, yang bersumber dari pajak
dan kelompok masyarakat. Layanan public goods digunakan untuk kepentingan bersama dan dimiliki
bersama. Keberadaanya memiliki pengaruh terhadap masyarakat.

2. Privat goods

Berupa barang atau jasa swasta yang pedanaanya berasal dari perseorangan. Digunakan untuk
kepentingan sendiri dan dimiliki perseorangan, tidak bisa dimiliki

sembarangan orang, terdapat persaingan dan eksternalitas rendah.

3. Merit goods

Karakteristik memerlukan biaya tambahan tidak dapat digunakan sembarangan orang ada
persaingan dan eksternalitas tinggi contohnya cuci darah, pelayanan kehamilan, pelayanan kespro dan
pengobatan PMS.

Indonesia termasuk negara berkembang sangat rentan terhadap berbagai macam penyakit. Hal
ini tersebab karena kondisi riil masyarakat Indonesia yang miskin dan memiliki standart hidup (gizi)
rendah. Kemiskinan (gizi buruk) menjadi kandungan yang siap setiap saat melahirkan penyakit.
Karena itu tidak mengejutkan kalau penyakit

–penyakit menyerang masyarakat meningkat jumlahnya setiap tahun seiring meningkatkan jumlah
angka kemiskinan.
2. Program yang Mendukung Kesehatan Masyarakat
Kota Layak Anak

Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah sistem pembangunan berbasis

hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat

dan dunia usaha, yang terencana secara menyeluruh menyeluruh dan berkelanjutan

dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin pemenuhan hak dan

perlindungan anak. Yang bertujuan untuk:

Meningkatkan komitmen pemerintah, masyarakat dan dunia usaha di kabupaten/kota dalam upaya
mewujudkan pembangunan yang peduli terhadap hak, kebutuhan dan kepentingan terbaik
bagi anak.

Mengintegrasikan potensi sumber daya manusia, keuangan, sarana, prasarana, metoda dan
teknologi yang ada pada pemerintah, masyarakat dan dunia usaha di kabupaten/kota dalam
memenuhi hak-hak anak.

Mengimplementasikan kebijakan tumbuh kembang dan perlindungan anak melalui perumusan


strategi dan perencanaan pembangunan kabupaten/kota

secara menyeluruh dan berkelanjutan sesuai dengan indikator KLA; dan


Memperkuat peran dan kapasitas pemerintah kabupaten/kota dalam mewujudkan pembangunan di
bidang tumbuh kembang dan perlindungan anak.

Bina Keluarga Lansia (BKL)

Adalah satu program kegiatan di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Daerah (BKKBD) yang menitikberatkan pada pembinaan lansia dan keluarga lansia

Batasan usia lansia berbeda-beda sesuai dengan situasi sosial budaya setempat. Menurut UU
No. 13 tahun 1998 lansia di Indonesia ditetapkan pada usia 60 tahun ke atas. Menurut WHO lansia
dibedakan menjadi young old : 60-69 tahun, old : 70-79

tahun ke atas, old old : 80-89 tahun ke atas dan very old 90 tahun ke atas (wasilah Rohmah, 2000).
Dalam konteks ini BKKBN (1955) menggunakan batasan lanjut usia

terdiri dari pra lansia (50-60 tahun) dan lansia (60 tahun ke atas)

Bina Keluarga Lansia adalah kelompok kegiatan yang dilakukan untuk


meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga lansia dan keluarga yang

memiliki anggota keluarga berusia di atas 60 tahun ke atas dalam pengembangan,

pengasuhan, perawatan, dan pemberdayaan lansia agar dapat meningkatkan

kesejahteraannya. BKKBN melalui Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan

rentan membina dan memberdayakan kelompokkelompok kegiatan Bina keluarga

Lansia (BKL) yang ada diseluruh kelurahan/desa yang ada di Indonesia.

Setiap penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk

lanjut usia. Memperhatikan permasalahan ini, pemerintah telah merumuskan berbagai


kebijakan, program dan kegiatan guna menunjang derajat kesehatan dan mutu

kehidupan para lanjut usia agar mandiri, sehat dan berdaya guna sehingga dapat

mengurangi atau bahkan tidak menjadi beban bagi keluarga maupun masyarakat

(Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010).

BKR

Adalah wadah kegiatan yang beranggotakan keluarga yang mempunyai remaja usia 10-24
tahun. Bina keluarga remaja mempunyai tujuan yaitu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang remaja,
dalam rangka meningkatkan kesertaan, pembinaan, dan kemandirian ber KB bagi anggota kelompok
(BKKBN 2012, h.24).

Kegiatan BKR bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan


orang tua dalam membina anak remaja agar dapatbmencapai kedewasaan baik secara fisik, mental
sosial dan ekonomi agar lebih siap mandiri. Bentuk kegiatan adalah penyuluhan kelompok yang
dilakukan oleh kader kepada orang tua yang mempunyai anak usia sekolah dan remaja (Mardiya,
2009).

BPJS

Definisi BPJS

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk
untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia menurut Undang-undang Nomor
40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011. Sesuai Undang-undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, BPJS merupakan badan hukum nirlaba.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan menggantikan


sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan
kesehatan PT. Askes Indonesia menjadi BPJS

Kesehatan dan lembaga jaminan sosial ketenaga kerjaan PT. Jamsostek menjadi BPJS
Ketenagakerjaan. Transformasi PT Askes dan PT Jamsostek menjadi BPJS

dilakukan secara bertahap. Pada awal 2014, PT Askes akan menjadi BPJS Kesehatan,
selanjutnya pada 2015 giliran PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan.
Lembaga ini bertanggung jawab terhadap Presiden. BPJS berkantor pusat di Jakarta,
dan bisa memiliki kantor perwakilan di tingkat provinsi serta kantor cabang di tingkat
kabupaten kota.

Dasar Hukum

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Kesehatan;

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2012 Tentang Penerima Bantuan
Iuran Jaminan Kesehatan;

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan.

Kepesertaan Wajib

Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di Indonesia selama
minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Ini sesuai pasal 14 UU BPJS.

Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota BPJS. Sedangkan


orang atau keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota
keluarganya pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan ditarik iuran yang besarnya ditentukan
kemudian. Sedangkan bagi warga miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui program
Bantuan Iuran.

Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di sektor formal, namun juga
pekerja informal. Pekerja informal juga wajib menjadi anggota BPJS Kesehatan. Para pekerja
wajib mendaftarkan dirinya dan membayar iuran sesuai

dengan tingkatan manfaat yang diinginkan.


Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai secara bertahap pada 2014
dan pada 2019, diharapkan seluruh warga Indonesia sudah memiliki jaminan kesehatan tersebut.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyatakan BPJS Kesehatan akan diupayakan untuk
menanggung segala jenis penyakit namun dengan melakukan upaya efisiensi.

Hak Dan Kewajiban Peserta Bpjs Kesehatan Hak Peserta :

Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh pelayanan kesehatan;

Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta prosedur pelayanan
kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS


Kesehatan; dan

Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau tertulis ke Kantor BPJS
Kesehatan.
Kewajiban Peserta :

Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang besarannya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku ;
Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan, perceraian, kematian, kelahiran,
pindah alamat atau pindah fasilitas kesehatan tingkat I;

Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang yang tidak
berhak.

Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.

Fungsi BPJS

UU BPJS menetukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program


jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan.

BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS berfungsi menyelenggarakan 4 program, yaitu


program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.

Menurut UU SJSN program jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara nasional


berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan tujuan menjamin agar

peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang
pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.

Selanjutnya program jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional berdasarkan


prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, dengan tujuan untuk menjamin agar peserta
menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau
meninggal dunia.

Kemudian program jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional berdasarkan


prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, untuk mempertahankan derajat kehidupan yang
layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia
pensiun atau mengalami cacat total tetap. Jaminan pensiun ini diselenggarakan berdasarkan
manfaat pasti.

Sedangkan program jaminan kematian diselenggarakan secara nasional berdasarkan


prinsip asuransi sosial dengan tujuan untuk memberikan santuan kematian yang dibayarkan
kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.
f) Tugas BPJS

Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas

untuk:

Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;

Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;

Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;

Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;

Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial;


Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan
program jaminan sosial; dan

Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan
masyarakat.

Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan data
kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk menerima bantuan iuran dari
Pemerintah, pengelolaan Dana jaminan Sosial, pembayaran manfaat dan/atau membiayai
pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian informasi dalam rangka sosialisasi program jaminan
sosial dan keterbukaan informasi.

Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara pasif dalam arti menerima
pendaftaran atau secara aktif dalam arti mendaftarkan peserta.

g) Wewenang BPJS

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana diamksud di atas BPJS

berwenang:
Menagih pembayaran Iuran;

Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan
mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil
yang memadai;

Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam
memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan
sosial nasional;

Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan
yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;

Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;

Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi
kewajibannya;
Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam
membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan

Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan
sosial.
Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta pembayaran dalam hal
terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran, kewenangan melakukan
pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi administratif yang diberikan kepada BPJS
memperkuat kedudukan BPJS sebagai badan hukum publik.

h) Pertanggung Jawaban BPJS

BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan
kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim diterima lengkap. Besaran
pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara BPJS
Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Dalam hal tidak ada kesepakatan atas besaran
pembayaran, Menteri Kesehatan memutuskan besaran pembayaran atas program JKN yang
diberikan. Asosiasi Fasilitas Kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Dalam JKN, peserta dapat meminta manfaat tambahan berupa manfaat yang bersifat non
medis berupa akomodasi. Misalnya: Peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi
daripada haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan,
atau membayar sendiri selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dan biaya yang
harus dibayar akibat peningkatan kelas perawatan, yang disebut dengan iur biaya (additional
charge). Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi peserta PBI.

Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya, BPJS Kesehatan wajib


menyampaikan pertanggungjawaban dalam bentuk laporan pengelolaan program dan laporan
keuangan tahunan (periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember). Laporan yang telah diaudit
oleh akuntan publik dikirimkan kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN paling lambat
tanggal 30 Juni tahun berikutnya. Laporan tersebut dipublikasikan dalam bentuk ringkasan
eksekutif melalui media massa elektronik dan melalui paling sedikit 2 (dua) media massa cetak
yang memiliki peredaran luas secara nasional, paling lambat tanggal 31 Juli tahun berikutnya.

Pelayanan Kesehatan Yang Dijamin

Pelayanan kesehatan tingkat pertama yaitu pelayanan kesehatan non-spesifikasi:


Administrasi pelayanan

Pelayanan promitif dan preventif


Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis

Tindakan medis non-spesialistik baik operatif manupun non-operatif

Transfusi darah

Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama, dan

Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi

Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut yaitu pelayanan kesehatan yang mencakup:

Program jaminan pemelihara kesehatan memberikan manfaat paripurna meliputi


seluruh kebutuhan medis yang diselenggarakan di setiap jenjang Program Pelayanan
Kesehatan dengan rincian cakupan pelayanan sebagai berikut:

Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
dokter umum atau dokter gigi di Puskesmas, Klinik, Balai Pengobatan atau Dokter
praktek solo

Pelayanan Rawat Jalan tingkat II (lanjutan) adalah pemeriksaan dan pengobatan yang
dilakukan oleh dokter spesialis atas dasar rujukan dari dokter PPK I sesuai dengan
indikasi medis

Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada peserta yang memerlukan perawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit

Pelayanan Persalinan adalah pertolongan persalinan yang diberikan kepada tenaga kerja
wanita berkeluarga atau istri tenaga kerja peserta program jaminan pemelihara
kesehatan maksimum sampai dengan persalinan ke 3 (tiga).

Pelayanan Khusus adalah pelayanan rehabilitasi, atau manfaat yang diberikan untuk
mengembalikan fungsi tubuh

Emergensi merupakan suatu keadaan dimana peserta membutuhkan pertolongan segera,


yang bila tidak dilakukan dapat membahayakan jiwa.

Pelayanan Kesehatan Yang Tidak Dijamin


Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam
peraturan yang berlaku.
Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan (kecuali untu kasus gawat darurat).

Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap
penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja.

Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas.

Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri.

Pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik dan/atau kosmetik.

Pelayanan untuk mengatasi infertilitas (memperoleh keturunan).

Pelayanan ortodonsi (meratakan gigi).

Gangguan kesehatan akibat ketergantungan obat terlarang dan/atau alkohol.

Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri atau akibat melakukan hobi yang
berbahaya.

Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional.


Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai eksperimentasi.

Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi dan susu.

Perbekalan kesehatan rumah tangga.

Pelayanan kesehatan akibat bencana dan wabah.

k) Manfaat BPJS

Manfaat BPJS dari segi Promosi dan Preventif akan memberikan pelayanan yang meliputi:

1. Penyuluhan kesehatan perorangan

Penyuluhan kesehatan perorangan meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai


pengelolahan faktor resiko penyakit dan PHBS.

Imunisasi dasar
Melayani imunisasi dasar meliputi:

Vaksin Baccile Calmett Guerin (BCG)

Vaksin Difteri Pertusis Tetanus (DPT)

Vaksin Hepatitis-B

Vaksin Polio, dan

Vaksin Campak

Keluarga Berencana (KB)


Pelayanan KB yang dijamin meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan
tubektomi dimana BPJS akan bekerjasama dengan lembaga terkait.

4. Skrining kesehatan

Pelayanan skrining kesehatan diberikan secara selektif yang ditujukan untuk


mendeteksi resiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari resiko penyakit tertentu.

KTR ( Kawasan Tanpa Rokok )

Pengertian Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Kawasan Tanpa Rokok, yang selanjutnya disingkat KTR adalah ruangan atau area yang
dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,
mengiklankan, dan/ atau mempromosikan produk tembakau (Kemenkes RI, 2011).

Ruang Lingkup KTR

Adapun ruang lingkup Kawasan Tanpa Rokok menurut Kemenkes RI

(2011), yaitu :

1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/ atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/ atau
masyarakat.

2) Tempat Proses Belajar Mengajar

Tempat proses belajar Mengajar adalah gedung yang digunakan untuk kegiatan
belajar, mengajar, pendidikan dan/ atau pelatihan.

3) Tempat Anak Bermain

Tempat anak bermain adalah area tertutup maupun terbuka yang digunakan untuk
kegiatan bermain anak-anak.

4) Tempat Ibadah

Tempat ibadah adalah bangunan atau ruang tertutup yang memiliki ciri-ciri tertentu
yang khusus dipergunakan untuk beribadah bagi para pemeluk masing- masing agama
secara permanen, tidak termasuk tempat ibadah keluarga.
5) Angkutan Umum

Angkutan umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat berupa kendaraan
darat, air, dan udara biasanya dengan kompensasi.

6) Tempat Kerja

Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,

bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-

sumber bahaya.

7) Tempat Umum
Tempat umum adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh masyarakat
umum dan/ atau tempat yang dapat dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan
masyarakat yang dikelola oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat.

8) Tempat Lainnya yang Ditetapkan

Tempat lainnya yang ditetapkan adalah tempat terbuka yang dapat dimanfaatkan
bersama-sama untuk kegiatan masyarakat.

Pemimpin atau penanggung jawab tempat-tempat sebagaimana yang telah ditetapkan


wajib menetapkan dan menerapkan KTR. Fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses
belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah dan angkutan umum merupakan
ruang lingkup KTR yang dilarang menyediakan tempat khusus untuk merokok dan
merupakan KTR yang bebas dari asap hingga batas terluar

Tujuan KTR

Tujuan penetapan kawasan dilarang merokok, adalah :

Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih bebas dari asap rokok;

Merubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat;


Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula;

Mewujudkan generasi muda yang sehat;

Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal;

Menurunkan angka kesakitan dan/ atau angka kematian;

Melindungi anak-anak dan bukan perokok dari risiko terhadap kesehatan;

Mencegah rasa tidak nyaman, bau dan kotoran dari ruang rokok;

Pengaturan pelaksanaan KTR bertujuan untuk:

Memberikan acuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan KTR;

Memberikan pelindungan yang efektif dari bahaya asap rokok;


Memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat; dan

Melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk merokok baik langsung
maupun tidak langsung (Kemenkes RI, 2011).

Kebijakan KTR

Suatu kebijakan dapat terbentuk dengan adanya dorongan atau dukungan dari pihak yang
membutuhkan suatu kebijakan tersebut guna untuk mengatasi masalah yang terjadi di lingkungan
sosialnya. Kebijakan merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengatasi suatu masalah yang
sedang terjadi. Dengan adanya dukunganyang kuat, berarti pihak tersebut sangat membutuhkan
suatu kebijakan itu untuk mengatasi masalah dalam lingkungan sosialnya.
Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok merupakan cara yang efektif untuk mengendalikan
tembakau atau lebih khusus lagi untuk mengurangi kebiasaan merokok. Landasan hukum
penerapan kawasan tanpa rokok di Indonesia cukup banyak seperti dinyatakan Kemenkes RI (2009),
yaitu :

Undang-Undang (UU) No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen


UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

PP RI No. 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan

PP RI No. 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa
Produk Tembakau bagi Kesehatan

Instruksi Menteri Kesehatan No. 84/MENKES/Inst/II/2002 tentang Kawasan Tanpa Rokok di


Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan

Instruksi Menteri Kesehatan RI No. 459/MENKES/INS/VI/1999 tentang Kawasan Bebas Rokok


pada Sarana Kesehatan

Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri RI No.


188/MENKES/PB/I/2011 tentang pedoman pelaksanaan kawasan tanpa rokok

Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 35 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok pada
Perkantoran di Lingkungan Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara

Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Pemukiman Lingkungan


Pengertian dan Jenis Penyakit Menular

Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau toksinnya, yang berasal
dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/ ditansmisikan kepada pejamu (host) yang rentan.
Penyakit menular (Communicable Desease) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya agen penyebab
yang mengakibatkan perpindahan atau penularan penyakit dari orang atau hewan yang terinfeksi, kepada
orang atau hewan yang rentan (potential host), baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
perantara (vector) atau lingkungan hidup. Penyakit-penyakit menular dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok yaitu:

Penyakit menular potensial mewabah

Diare

Demam berdarah dengue

Malaria

Penyakit menular endemik tinggi


Tuberkulosis paru

Lepra (Morbus Hansen)

Anjing gila (Rabies)

Antraks

c. Penyakit menular penting lain

Penyakit menular seksual I. Sifilis


(Raja Singa)

Gonorhoe (kencing nanah)

HIV/ AIDS

Penyakit menular lain

Hepatitis-B

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Cara Penularan Penyakit Menular a.


Penularan Langsung

Mekanisme ini menularkan bibit penyakit langsung dari sumbernya kepada orang lain.
Hal ini bisa melalui kontak langsung seperti melalui sentuhan, gigitan, hubungan seksual,
percikan yang mengenai conjunctiva, selaput lendir dari mata, hidung atau mulut pada waktu
orang lain bersin, batuk, meludah, bernyanyi atau bercakap (biasanya pada jarak yang kurang
dari 1 meter)
Penularan Tidak Langsung

Penularan melalui alat – alat yang terkontaminasi seperti mainan anak-anak, saputangan, kain
kotor, tempat tidur, alat masak atau alat makan, instrumen bedah, air, makanan, susu,
produk biologis seperti darah, serum, plasma, jaringan organ tubuh, atau segala sesuatu
yang berperan sebagai perantara dimana bibit penyakit di “angkut” dibawa kepada
orang/binatang yang rentan dan masuk melalui “Port d’entre” yang sesuai. Bibit penyakit
tersebut bisa saja berkembang biak atau tidak pada alat tersebut sebelum ditularkan
kepada orang/binatang yang rentan. Ini lebih dikenal dengan food and water borne disease.

Penularan Melalui Vektor. Cara ini meliputi hal-hal yang sederhana seperti
terbawanya bibit penyakit pada saat serangga merayap ditanah baik terbawa pada kakinya
atau pada belalainya, begitu pula bibit penyakit terbawa dalam saluran pencernaan
serangga.

Program Pemberantasan Penyakit Menular

Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan,


kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular. Penyakit menular yang
diprioritaskan dalam program ini adalah: malaria, demam berdarah dengue, tuberkulosis paru, HIV/
AIDS, diare, polio, filaria, kusta, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi,termasuk penyakit karantina dan risiko masalah kesehatan masyarakat yang memperoleh
perhatian dunia internasional (public health risk of international concern). Adapun Kebijakan
Pelaksanaannya yaitu:
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mendorong peran,

membangun komitmen, dan menjadi bagian integral pembangunan kesehatan dalam mewujudkan
manusia Indonesia yang sehat dan produktif terutama bagi masyarakat

rentan dan miskin hingga ke desa.


Pencegahan dan pemberantasan penyakit diselenggarakan melalui penatalaksanaan
kasus secara cepat dan tepat, imunisasi, peningkatan perilaku hidup bersih dan
sehat, serta pengendalian faktor risiko baik di perkotaan dan di perdesaan.
Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mengembangkan dan
memperkuat jejaring surveilans epidemiologi dengan fokus pemantauan wilayah

setempat dan kewaspadaan dini, guna mengantisipasi ancaman penyebaran penyakit


antar daerah maupun antar negara yang melibatkan masyarakat hingga ke desa.
Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mengembangkan
sentra rujukan penyakit, sentra pelatihan penanggulangan penyakit, sentra
regional untuk kesiapsiagaan penanggulangan KLB/ wabah.
Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk memantapkan jejaring
lintas program, lintas sektor, serta kemitraan dengan masyarakat termasuk
swasta untuk percepatan program pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular melalui pertukaran informasi, pelatihan, pemanfaatan teknologi tepat
guna, dan pemanfaatan sumberdaya lainnya.
Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk dilakukan melalui penyusunan,
review, sosialisasi, dan advokasi produk hukum penyelenggaraan program

pencegahan dan pemberantasan penyakit di tingkat pusat hingga desa.


Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk meningkatkan
profesionalisme sumberdaya manusia di bidang pencegahan dan
pemberantasan penyakit sehingga mampu menggerakkan dan meningkatkan
partisipasi masyarakat secara berjenjang hingga ke desa.
Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk meningkatkan cakupan,
jangkauan, dan pemerataan pelayanan penatalaksanaan kasus penyakit secara
berkualitas hingga ke desa.

Adapun langkah-langkah pemberantasan penyakit menular yaitu :


Mengumpulkan dan menganalisa data tentang penyakit.
Melaporkan penyakit menular.
Menyelidiki di lapangan untuk mengetahui benar atau tidaknya laporan yang masuk untuk
menemukan kasus-kasus lagi dan untuk mengetahui sumber penularan.
Menyembuhkan penderita hingga ia tidak lagi menjadi sumber infeksi.
Pemberantasan vektor (pembawa penyakit)
Pendidikan kesehatan.

Cara-cara pencegahan penyakit menular secara umum, yaitu :


Mempertinggi nilai kesehatan, ditempuh dengan cara usaha kesehatan
(hygiene) perorangan dan usaha kesehatan lingkungan (sanitasi).
Memberi vaksinasi/imunisasi, merupakan usaha untuk pengebalan tubuh. Ada dua
macam, yaitu Pengebalan aktif, yaitu dengan cara memasukkan vaksin ( bibit
penyakit yang telah dilemahkan), sehingga tubuh akan dipaksa membuat
antibodi. Contohnya pemberian vaksin BCG, DPT, campak, dan hepatitis.
Pengebalan pasif, yaitu memasukkan serum yang mengandung antibodi.
Contohnya pemberian ATS (Anti Tetanus Serum).
Pemeriksaan kesehatan berkala, merupakan upaya mencegah munculnya atau
menyebarnya suatu penyakit, sehingga munculnya wabah dapat dideteksi
sedini mungkin. Dengan cara ini juga, masyarakat bisa mendapatkan
pengarahan rutin tentang perawatan kesehatan, penanganan suatu penyakit,
usaha mempertinggi nilai kesehatan, dan mendapat vaksinasi.

3. Penyehatan Lingkungan
Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan
hidup yang lebih sehat melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan
untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan.
Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar
Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan
Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan

Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan


kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan
kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan

tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu berbagai lintas
sector ikut serta berperan baik kebijakan dan pembangunan fisik serta Departemen
Kesehatan sendiri terfokus kepada hilirnya yaitu pengelolaan dampak kesehatan.

4. Penyehatan pemukiman lingkungan


Sebagai gambaran pencapaian tujuan program lingkungan sehat disajikan
dalam per kegiatan pokok melalui indikator yang telah disepakati serta beberapa
kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut:
1) Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi
Adanya perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum dan
penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana yang dibangun,
melalui kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang ditandatangani

oleh Bappenas, Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri serta


Departemen Pekerjaan Umum sangat cukup signifikan terhadap penyelenggaraan
kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi khususnya di daerah. Strategi pelaksanaan
yang diantaranya meliputi penerapan pendekatan tanggap kebutuhan, peningkatan
sumber daya manusia, kampanye kesadaran masyarakat, upaya peningkatan penyehatan
lingkungan, pengembangan kelembagaan dan penguatan sistem monitoring serta
evaluasi pada semua tingkatan proses pelaksanaan menjadi acuan pola pendekatan
kegiatan penyediaan Air Bersih dan Sanitasi.

2) Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas


Lingkungan a. Pengawasan Institusi Pendidikan
Kondisi kesehatan lingkungan pada sekolah dititik beratkan pada aspek
hygiene, sarana sanitasi di sekolah yang erat kaitannya dengan kondisi fisik
bangunan sekolah. Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan
lingkungan di sekolah adalah
Pengendalian faktor risiko lingkungan di sekolah
Pembinaan kesehatan lingkungan di sekolah dan Pondok Pesantren
Sosialisasi dan advokasi Kepmenkes 1429/2006 tentang pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Sekolah
Penilaian lomba sekolah sehat

b. Rumah Sehat
Pada tahun 2006, cakupan rumah sehat mencapai 69%. Kegiatan yang
dilakukan: menyusun persyaratan kualitas udara di dalam rumah serta
menyusun petunjuk pelaksanaan monitoring kualitas udara di dalam rumah.
Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap
beberapa aspek yang sangat berpengaruh, antara lain:
Sirkulasi udara yang baik.
Penerangan yang cukup.
Air bersih terpenuhi.
Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan
pencemaran.
Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta
tidak terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor
maupun udara kotor.
Pengawasan Tempat-tempat Umum
Pengawasan tempat-tempat umum perlu dilakukan karena tempat
berkumpulnya manusia, yang bisa menjadi sumber penularan berbagai
penyakit. Aspek yang dinilai antara lain :
Kondisi bangunan meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi,
pencahayaan, dll
Sarana sanitasi meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran,
sarana pembuagan air limbah, dan sarana pembuangan sampah.
Pengendalian Dampak Risiko Pencemaran Lingkungan
Faktor risiko lingkungan dan perilaku masyarakat merupakan satu kesatuan

yang memiliki hubungan timbal balik yang berpengaruh terhadap gangguan kesehatan
masyarakat dan kesehatan lingkungan. fokus pelaksanaan yang perlu
dilakukan baik melalui fasilitasi kepada para pengelola program, advokasi
dan sosialisasi kepada para pengambil keputasan daerah adalah sebagai
berikut: a. AMDAL / ADKL
Kajian aspek kesehatan masyarakat perlu dikaji secara cermat dan
mendalam, dengan metode pendekatan analisis dampak kesehatan
lingkungan (ADKL) dan metode epidemiologi. Metode analisis dampak
kesehatan lingkungan (ADKL) ini dapat dipergunakan untuk identifikasi
dampak potensial dari suatu hubungan antara parameter lingkungan, media
lingkungan, penduduk yang terpajan dan dampaknya terhadap kesehatan.
b. Pengendalian Pencemaran Udara
Saat ini penurunan kualitas udara terutama di kota-kota besar telah menjadi
masalah yang membutuhkan penanganan serius mengingat sudah pada tingkat
yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Penurunan kualitas udara
terjadi karena emisi yang masuk ke udara melebihi daya dukung lingkungan.
Lingkungan tidak mampu menetralisir pencemaran yang terjadi.
Kota-kota besar maupun pusat-pusat pertumbuhan industri adalah
yang paling utama merasakan dampak penurunan kualitas udara. Salah
satu upaya Pemerintah mengatasi meningkatnya pencemaran udara dari
sumber bergerak adalah menghapus bensin bertimbal (Pb) sejak Juli
2006. Harapannya konsentrasi Pb di udara ambien akan turun.
5. Kesimpulan
Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau
toksinnya, yang berasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/
ditansmisikan kepada pejamu (host) yang rentan. Penyakit menular (Communicable
Desease) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya agen penyebab yang
mengakibatkan perpindahan atau penularan penyakit dari orang atau hewan yang
terinfeksi, kepada orang atau hewan yang rentan (potential host), baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui perantara (vector) atau lingkungan hidup.
Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular.Penyakit
menular yang diprioritaskan dalam program ini adalah: malaria, demam berdarah dengue,
tuberkulosis paru, HIV/ AIDS, diare, polio, filaria, kusta, pneumonia, dan penyakit-
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), termasuk penyakit karantina dan
risiko masalah kesehatan masyarakat yang memperoleh perhatian dunia internasional
(public health risk of international concern).
Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan
hidup yang lebih sehat melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan
untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan.

Program Pembinaan Kesehatan Komunitas


1. Latar Belakang Program Pembinaan Kesehatan Komunitas

Sesuai dengan dengan amanat dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 yang
mengatur tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Kesehatan
telah menyusun Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015.
Menindaklanjuti hal tersebut, maka Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat menyusun
Rencana Aksi sebagai dasar atau acuan untuk unit sakter direktorat di lingkup Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat dalam melakukan kegiatan.

Rencana Aksi Program Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat merupakan


dokumen perencanaan kegiatan aksi dan unggulan yang memuat Program Kesehatan
Masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat.

Rencana Aksi ini telah menyesuaikan dengan perubahan struktur organisasi


Kementerian Kesehatan yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

64 Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.

2. Maksud Dan Tujuan Program Pembinaan Kesehatan Komunitas


Rencana Aksi Program Kesehatan Masyarakat ini dimaksudkan sebagai
acuan bagi penanggung jawab program lingkup Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan.
Tujuan dari pelaksanaan Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2015-2019 yaitu
mendukung dan selaras dengan arah tujuan dari Kementerian Kesehatan
dalam “Meningkatkan Status Kesehatan Masyarakat”. Upaya peningkatan
status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua siklus kehidupan (life of
cycle) dan upaya kesehatan yang berkelanjutan (continuum of care)
yaitu pada kelompok sasaran bayi, balita, anak sekolah, remaja,
kelompok usia kerja, maternal dan lansia.
Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaga
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaga
Negara Republik Indonesia Nomor 4297);
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/MENKES /SK/ V/2009 tentang Sistem
Kesehatan Nasional;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 375/MENKES /SK/ V/2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025
Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan.

Kondisi Umum

Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional Tahun 2015-2019


merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Bidang Kesehatan (RPJPK) Periode 2005-2025. Sasaran pembangunan kesehatan yang
akan dicapai adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan
dengan meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian ibu, kematian
bayi dan kematian balita, serta menurunnya prevalensi gizi kurang pada Balita.

Dalam dokumen RPJMN Tahun 2015-2019, sasaran yang ingin dicapai adalah
mneningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung perlindungan finansial dan pemerataan
pelayanan kesehatan.

Secara internasional, keberhasilan dalam pembangunan dapat diukur dengan


suatu indeks, yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan ukuran
agregat yang dipengaruhi oleh faktor tingkat ekonomi, pendidikan dan kesehatan.
Kualitas SDM Indonesia saat ini masih tertinggal dibandingkan negara lain. Hal ini
ditunjukkan oleh posisi IPM Indonesia yang berada pada urutan ke-108 dari 187
negara. Posisi IPM negara ASEAN lainnya lebih baik dibanding Indonesia, seperti
Malaysia ada di urutan 56, Filipina 77, Thailand 67 dan Singapura 22.

Rasio tingkat kematian ibu menurut wilayah Tahun 2014 berdasarkan hasil
SUPAS 2015 menunjukkan bahwa di Wilayah Indonesia Bagian Timur memiliki Maternal
Mortality Ratio (MMR) lebih tinggi (MMR rasio apabila dibandingkan dengan wilayah lain,
dimana jumlah kelahiran tertinggi masih terpusat di Wilayah Indonesia Bagian Barat
(Jawa-Bali) dengan rasio 1.20. Dilihat berdasarkan karakteristik penolong persalinan
menurut wilayah dari hasil SUPAS 2015, di regional Sulawesi masih ditemukan tenaga
dukun dan penolong lainnya di luar tenaga medis yang membantu proses persalinan.
Selain itu, untuk persentase kematian ibu menurut tempat meninggal yang paling
dominan terjadi adalah di tempat fasilitas kesehatan sebesar 70%.

Merujuk berdasarkan pemetaan pendistribusian sebaran stunting pada balita di


Indonesia dari hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa di Provinsi Sulawesi Selatan
termasuk ke dalam daerah dengan kategori cakupan balita pendek (stunting) yang tinggi
(> 40%) dibandingkan dengan provinsi lainnya. Fenomena stunting yang terjadi sekarang

telah mengalami pergeseran posisi dari wilayah perkotaan ke pedesaan.

Tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan


adalah tingkat pendidikan perempuan usia produktif (15-49 tahun) yang
berdasarkan hasil SUPAS, 2015 menyatakan bahwa di regional Sulawesi masih
terdapat perempuan usia produktif yang hanya menamatkan pendidikan sampai
dengan tingkat SMP atau dibawahnya. Hal ini menjadi permasalahan yang cukup
serius, tingkat perkawinan di usia 20 tahun ke bawah masih dominan terjadi di
kalangan masyarakat. Hal ini berdampak pada munculnya berbagai faktor resiko di
dalam kehamilan sampai proses persalinan, yang diakibatkan oleh salah satu
faktor “3T”, yaitu faktor “Terlalu Muda” dalam mempersiapkan kehamilan.
Faktor lain yang turut mendukung dalam permasalahan kependudukan adalah
persebaran demografi yang kurang merata (lebih banyak yang tinggal di perkotaan) dan
semakin tingginya angka fertilitas yang berdampak pada peningkatan jumlah penduduk
(komposisi penduduk semakin besar). Hal ini secara makro akan menyebabkan
timbulnya kesenjangan penduduk antar wilayah yang akan berakibat padamunculnya
kantong-kantong kemiskinan dimana faktor ketimpangan pendapatan antar daerah
semakin jelas dengan adanya reformasi kebijakan yang berbeda antar daerah.

Pola persebaran Penyakit Tidak Menular (PTM) berdasarkan status sosial ekonomi dapat

terjadi di semua golongan, baik kaya dan miskin. Namun tingkat kecenderungannya lebih tinggi

terjadi pada golongan penduduk miskin. Hal ini menjadi beban Pemerintah dalam pembiayaan

kesehatan yang dari tahun ke tahun semakin bertambah mencapai 16,9 Triliun (29,67%) untuk

pendanaan jaminan kesehatan nasional dengan tipe penyakit yang paling dominan adalah

katastropik yang mencapai 29,67% (penyakit jantung 13%, gagal ginjal kronis 7% dan kanker

5%). Upaya dalam penanggulangan permasalahan tersebut

dibutuhkan adanya pengembangan produktivitas penduduk miskin melalui program


pengentasan kemiskinan nasional. Program ini merupakan kunci perubahan yang
dilaksanakan melalui reformasi birokrasi pemerintah.

Di negara berkembang seperti halnya di Indonesia, konsep paradigma sakit


masih dominan digunakan. Kebijakan pemerintah sebelumnya masih berorientasi
pada penyembuhan pasien, sehingga terlihat jelas peranan dokter, perawat dan
bidan sebagai tenaga medis dan paramedis yang mendominasi. Untuk itu, maka
dengan adanya perubahan paradigma sehat yang diusung melalui upaya promotif
dan preventif tersebut pada akhirnya akan dapat menggeser pola pikir masyarakat
dari awalnya yang bersifat pengobatan menjadi pencegahan.

Berdasarkan uraian dan gambaran kondisi kesehatan di atas, maka


Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat akan mengambil peran pada Penguatan
pelayanan kesehatan primer dari segi :

Meningkatkan pemberdayaan masyarakat

Melaksanakan upaya kesehatan masyarakat

Melaksanakan upaya kesehatan perorangan dan

Memantau dan mendorong pembangunan berwawasan kesehatan.


5. Tujuan dan Strategis Kementrian Kesehatan

Tujuan Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019, yaitu: 1) meningkatnya


status kesehatan masyarakat dan; 2) meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan
perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan.

Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua kontinum


siklus kehidupan (life cycle), yaitu bayi, balita, anak usia sekolah, remaja,
kelompok usia kerja, maternal, dan kelompok lansia. Tujuan indikator Kementerian
Kesehatan bersifat dampak (impact atau outcome) dalam peningkatan status
kesehatan masyarakat, indikator yang akan dicapai adalah :

Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP 2010),
346 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).

Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.

Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.

Meningkatnya upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, serta


pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.

Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.

Sedangkan dalam meningkatkan daya tanggap (responsiveness) dan


perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan,
maka ukuran yang akan dicapai adalah :

Menurunnya beban rumah tangga untuk membiayai pelayanan kesehatan


setelah memiliki jaminan kesehatan, dari 37% menjadi 10%

Meningkatnya indeks responsiveness terhadap pelayanan kesehatan


dari 6,80 menjadi 8,00.

Strategis Kementrian Kesehatan

Meningkatkan Tata Kelola Pemerintah yang Baik dan Bersih Strategi untuk
meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih meliputi :
Mendorong pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, ekonomis dan
ketatatan pada peraturan perundang-undangan.

Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dengan memperhatikan


rasa keadilan dan kepatutan.

Mewujudkan pengawasan yang bermutu untuk menghasilkan Laporan Hasil


Pengawasan (LHP) sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan.

Mewujudkan tata kelola manajemen Inspektorat Jenderal yang


transparan dan akuntabel.

Meningkatkan Kompetensi dan Kinerja Aparatur Kementerian Kesehatan

Strategi ini akan dilakukan melalui berbagai upaya antara lain :

Menyusun standar kompetensi jabatan struktural untuk semua eselon.

Mengembangkan sistem kaderisasi secara terbuka di internal Kementerian


Kesehatan, misalnya dengan lelang jabatan untuk Eselon 1 dan 2.

Membuat forum komunikasi antar stakeholders untuk mengetahui


efektivitas kemitraan baik dengan institusi dalam maupun luar negeri.

Meningkatkan Integrasi Perencanaan, Bimbingan Teknis dan Pemantauan


Evaluasi

Strategi ini akan dilakukan melalui berbagai upaya antara lain:

Penetapan fokus dan lokus pembangunan kesehatan.


Penyediaan kebijakan teknis integrasi perencanaan dan Monitoring
dan Evaluasi terpadu.

Peningkatan kompetensi perencana dan pengevaluasi Pusat dan Daerah.

Pendampingan perencanaan kesehatan di daerah.

Peningkatan kualitas dan pemanfaatan hasil Monitoring dan Evaluasi


terpadu.
Meningkatkan Efektivitas Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Strategi ini akan dilakukan melalui berbagai upaya antara lain:


Memperluas kerja sama penelitian dalam lingkup nasional dan international
yang melibatkan Kementerian/Lembaga lain, perguruan tinggi dan
pemerintah daerah dengan perjanjian kerja sama yang saling
menguntungkan dan percepatan proses alih teknologi.

Menguatkan jejaring penelitian dan jejaring laboratorium dalam mendukung


upaya penelitian dan sistem pelayanan kesehatan nasional.

Aktif membangun aliansi mitra strategic dengan Kementerian/Lembaga Non


Kementerian, Pemda, dunia usaha dan akademisi.

o Meningkatkan diseminasi dan advokasi pemanfaatan hasil penelitian dan


pengembangan untuk kebutuhan program dan kebijakan kesehatan.

o Melaksanakan penelitian dan pengembangan mengacu pada Kebijakan


Kementerian Kesehatan dan Rencana Kebijakan

Meningkatkan Sistem Informasi Kesehatan Integrasi Strategi ini akan


dilakukan melalui berbagai upaya antara lain:

Mengembangkan “real time monitoring” untuk seluruh Indikator

Kinerja Program (IKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)


Kementerian Kesehatan.

Meningkatkan kemampuan SDM pengelola informasi di tingkat kab/kota dan


provinsi, sehingga profil kesehatan dapat terbit T+4 bulan, atau dapat terbit
setiap bulan April.

Strategi selanjutnya adalah proses strategis internal Kementerian Kesehatan


harus dikelola secara excellent yakni Meningkatnya Sinergisitas antar K/L, Pusat dan
Daerah (SS6), Meningkatnya Kemitraan Dalam Negeri dan Luar Negeri (SS7),
Meningkatnya Integrasi Perencanaan, Bimbingan Teknis dan Monitoring Evaluasi
(SS8), dan Meningkatnya Efektivitas Penelitian dan pengembangan kesehatan (SS9).

Meningkatkan Sinergitas Antar Kementerian/Lembaga


Strategi ini akan dilakukan melalui berbagai upaya antara lain:
Menyusun rencana aksi nasional program prioritas pembangunan kesehatan.

Membuat forum komunikasi untuk menjamin sinergi antar


Kementerian/Lembaga (K/L).

Meningkatkan Daya Guna Kemitraan (Dalam dan Luar Negeri) Strategi ini akan
dilakukan melalui berbagai upaya antara lain:
Menyusun roadmap kerja sama dalam dan luar negeri.

Membuat aturan kerja sama yang mengisi roadmap yang sudah disusun.
Untuk mencapai tujuan Kementerian Kesehatan, terlebih dahulu akan
diwujudkan 5 (lima) sasaran strategis yang saling berkaitan sebagai hasil
pelaksanaan berbagai program teknis secara terintegrasi, yakni: 1).Meningkatnya
Kesehatan Masyarakat (SS1); 2).Meningkatkan Pengendalian Penyakit (SS2);
3).Meningkatnya Akses dan Mutu Fasilitas Kesehatan (SS3); 4).Meningkatnya
Jumlah, Jenis, Kualitas, dan Pemerataan Tenaga Kesehatan (SS4); dan 5)
Meningkatnya Akses, Kemandirian, serta Mutu Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan (SS5).
h. Meningkatkan Kesehatan Masyarakat
Strategi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
mencakup pelayanan kesehatan bagi seluruh kelompok usia mengikuti siklus
hidup sejak dari bayi sampai anak, remaja, kelompok usia produktif, maternal,
dan kelompok usia lanjut (Lansia), yang dilakukan antara lain melalui:
Melaksanakan penyuluhan kesehatan, advokasi dan menggalang kemitraan
dengan berbagai pelaku pembangunan termasuk pemerintah daerah.

Melaksanakan pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan peran serta


masyarakat dalam bidang kesehatan.

Meningkatkan jumlah dan kemampuan tenaga penyuluh kesehatan


masyarakat/dan tenaga kesehatan lainnya dalam hal promosi kesehatan.

Mengembangkan metode dan teknologi promosi kesehatan yang sejalan


dengan perubahan dinamis masyarakat.

Meningkatkan Pengendalian Penyakit


Untuk mengendalikan penyakit menular maka strategi yang
dilakukan, melalui:
Perluasan cakupan akses masyarakat (termasuk skrining cepat bila ada dugaan
potensi meningkatnya kejadian penyakit menular seperti Mass Blood Survey untuk
malaria) dalam memperoleh pelayanan kesehatan terkait penyakit
menular terutama di daerah-daerah yang berada di perbatasan, kepulauan
dan terpencil untuk menjamin upaya memutus mata rantai penularan.
Untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan penanggulangan penyakit
menular, dibutuhkan strategi innovative dengan memberikan
otoritas pada petugas kesehatan masyarakat (Public Health
Officers), terutama hak akses pengamatan faktor risiko, penyakit
dan penentuan langkah penanggulangannya.
Mendorong keterlibatan masyarakat dalam membantu upaya pengendalian
penyakit melalui community base surveillance berbasis masyarakat untuk
melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan masalah
kesehatan dan melaporkannnya kepada petugas kesehatan agar dapat
dilakukan respon dini sehingga permasalahan kesehatan tidak terjadi.
Meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam pengendalian penyakit
menular seperti tenaga epidemiologi, sanitasi dan laboratorium.
Peningkatan peran daerah khususnya kabupaten/kota yang menjadi
daerah pintu masuk negara dalam mendukung implementasi
pelaksanaan International Health Regulation (IHR) untuk upaya
cegah tangkal terhadap masuk dan keluarnya penyakit yang
berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat.
Menjamin ketersediaan obat dan vaksin serta alat diagnostik cepat
untuk pengendalian penyakit menular secara cepat.

Untuk penyakit tidak menular maka perlu melakukan deteksi dini secara
pro-aktif mengunjungi masyarakat karena ¾ penderita tidak tahu
kalau dirinya menderita penyakit tidak menular terutama pada para
pekerja. Di samping itu perlu mendorong kabupaten/kota yang
memiliki kebijakan PHBS untuk menerapkan kawasan bebas asap
rokok agar mampu membatasi ruang gerak para perokok.
Meningkatnya kesehatan lingkungan, strateginya adalah:
Penyusunan regulasi daerah dalam bentuk peraturan Gubernur,
Walikota/Bupati yang dapat menggerakkan sektor lain di daerah
untuk berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan penyehatan
lingkungan seperti peningkatan ketersediaan sanitasi dan air
minum layak serta tatanan kawasan sehat.

Meningkatkan pemanfaatan teknologi tepat guna sesuai dengan


kemampuan dan kondisi permasalahan kesehatan lingkungan di
masing-masing daerah.
Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam wirausaha sanitasi.

Penguatan POKJA Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)


melalui pertemuan jejaring AMPL, Pembagian peran SKPD dalam
mendukung peningkatan akses air minum dan sanitasi.

Peningkatan peran Puskesmas dalam pencapaian


kecamatan/kabupaten Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)
minimal satu Puskesmas memiliki satu Desa SBS.
Meningkatkan peran daerah potensial yang melaksanakan strategi
adaptasi dampak kesehatan akibat perubahan iklim.

Meningkatkan Akses dan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Untuk meningkatkan akses dan mutu Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP), maka upaya yang akan dilakukan adalah:

Mewujudkan ketepatan alokasi anggaran dalam rangka pemenuhan


sarana prasarana dan alat kesehatan yang sesuai standar.

Optimalisasi fungsi FKTP, dimana tiap kecamatan memiliki minimal satu


Puskesmas yang memenuhi standar.

Mewujudkan inovasi pelayanan, misalnya dengan flying health care


(dengan sasaran adalah provinsi yang memiliki daerah terpencil dan
sangat terpencil dan kabupaten/kota yang tidak memiliki dokter
spesialis), telemedicine, RS Pratama, dan lain-lain.
Mewujudkan dukungan regulasi yaitu melalui penyusunan kebijakan dan
NSPK FKTP.

Mewujudkan sistem kolaborasi pendidikan nakes antara lain melalui


penguatan konsep dan kompetensi Dokter Layanan Primer (DLP) serta
nakes strategis.

Mewujudkan penguatan mutu advokasi, pembinaan dan pengawasan ke


Pemerintah Daerah dalam rangka penguatan manajemen Puskesmas
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Mewujudkan sistem manajemen kinerja FKTP melalui instrumen penilaian
kinerja.

Untuk meningkatkan akses dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan rujukan,


maka strategi yang akan dilakukan adalah:
Mewujudkan ketepatan alokasi anggaran dalam rangka pemenuhan
sarana prasarana dan alat kesehatan di RS yang sesuai standar.
Mewujudkan penerapan sistem manajemen kinerja RS sehingga terjamin
implementasi Patient Safety, standar pelayanan kedokteran dan
standar pelayanan keperawatan.
Mewujudkan penguatan mutu advokasi, pembinaan dan pengawasan
untuk percepatan mutu pelayanan kesehatan serta mendorong RSUD
menjadi BLUD.
Optimalisasi peran UPT vertikal dalam mengampu Fasyankes daerah.
Mewujudkan berbagai layanan unggulan (penanganan kasus tersier) pada
Rumah Sakit rujukan nasional secara terintegrasi dalam academic
health system..
Mewujudkan penguatan sistem rujukan dengan mengembangkan sistem
regionalisasi rujukan pada tiap provinsi (satu rumah sakit rujukan
regional untuk beberapa kabupaten/kota) dan sistem rujukan nasional
(satu Rumah Sakit rujukan nasional untuk beberapa provinsi).
Mewujudkan kemitraan yang berdaya guna tinggi melalui program sister
hospital, kemitraan dengan pihak swasta, KSO alat medis, dan lain-lain.
Mewujudkan sistem kolaborasi pendidikan tenaga kesehatan.

Meningkatkan Jumlah, Jenis, Kualitas Dan Pemerataan Tenaga Kesehatan


Strategi yang akan dilakukan berbagai upaya antara lain:

Penugasan khusus tenaga kesehatan berbasis tim (Team Based).

Peningkatan distribusi tenaga yang terintegrasi, mengikat dan lokal spesifik.


Pengembangan insentif baik material dan non material untuk tenaga
kesehatan dan SDM Kesehatan.
Peningkatan produksi SDM Kesehatan yang bermutu.

Penerapan mekanisme registrasi dan lisensi tenaga dengan uji


kompetensi pada seluruh tenaga kesehatan.
Peningkatan mutu pelatihan melalui akreditasi pelatihan.
Pengendalian peserta pendidikan dan hasil pendidikan.

Meningkatkan Akses, Kemandirian dan Mutu Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Untuk mewujudkan kemandirian bahan baku obat dibutuhkan komitmen
politik yang tinggi. Strategi yang perlu dilakukan dari berbagai upaya antara lain:

Regulasi perusahaan farmasi memproduksi bahan baku dan obat tradisional


dan menggunakannya dalam produksi obat dan obat tradisonal dalam
negeri, serta bentuk insentif bagi percepatan kemandirian nasional

Regulasi penguatan kelembagaan dan sistem pengawasan pre dan post


market alat kesehatan.
Pokja Academy Business Government and Community (ABGC) dalam
pengembangan dan produksi bahan baku obat, obat tradisional dan
alat kesehatan dalam negeri.

Regulasi penguatan penggunaan dan pembinaan industri alat kesehatan


dalam negeri.

Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dan tenaga kesehatan


tentang pentingnya kemandirian bahan baku obat, obat tradisional dan alat
kesehatan dalam negeri yang berkualitas dan terjangkau.

Mewujudkan Instalasi Farmasi Nasional sebagai center of excellence


manajemen pengelolaan obat, vaksin dan perbekkes di sektor publik.
Memperkuat tata laksana HTA dan pelaksanaannya dalam seleksi obat dan alat
kesehatan untuk program pemerintah maupun manfaat paket JKN.

Percepatan tersedianya produk generik bagi obat-obat yang baru habis


masa patennya.

Membangun sistem informasi dan jaringan informasi terintegrasi di bidang


kefarmasian dan alat kesehatan.
Menjadikan tenaga kefarmasian sebagai tenaga kesehatan strategis, termasuk

menyelenggarakan program PTT untuk mendorong pemerataan distribusinya.

Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional


melalui penguatan manajerial, regulasi, edukasi serta sistem
monitoring dan evaluasi.

7. Kebijakan Program Kesehatan Masyarakat


Di dalam konteks pembangunan Program Indonesia Sehat yang tercantum pada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 yang diturunkan ke dalam

Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang menjadi acuan

dalam penyusunan Rencana Aksi Program Kesehatan Masyarakat, ditekankan perlunya

pelaksanaan integratif 3 (tiga) pilar prioritas aspek pembangunan kesehatan nasional, yang

terdiri dari Penerapan Paradigma Sehat, Penguatan Pelayanan Kesehatan dan Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) dalam rangka mewujudkan Keluarga Sehat yang diatur di dalam

Permenkes Nomor 39 Tahun 2016. Secara sinergis dan bersama-sama dengan para pemangku

kepentingan publik serta masyarakat sebagai objek sekaligus subjek pembangunan kesehatan

berperan serta dalam mendukung pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)

yang secara makro kebijakan telah dipayungi oleh Inpres Nomor 1 Tahun 2017 yang secara

inklusif dan terpadu


digunakan sebagai dasar Kabupaten/Kota pada khususnya untuk implementasi Standar
Pelayanan Kesehatan (SPM) Bidang Kesehatan di dalam desentralisasi kesehatan daerah
dengan telah dikeluarkannya Petunjuk Teknis melalui dasar Permenkes 43 Tahun 2016
dan telah diatur legalitas pelaksanaannya melalui PP No. 2 Tahun 2018.

Mendasari pada 12 indikator Keluarga Sehat di dalam Permenkes Nomor 39 Tahun


2016 yang merupakan salah satu entry point di dalam pembangunan kesehatan
melalui unit terkecil masyarakat yaitu keluarga, sehingga peran daerah untuk dapat
meningkatkan cakupan upaya kesehatan promotif dan preventif sangat potensial.
Dengan adanya kebijakan SPM bidang kesehatan ini sebagai “rambu-rambu” yang
mengatur pelayanan kesehatan di tingkat kabupaten/kota, maka diharapkan dapat
terlaksana perwujudan secara total coverage 100 % di daerah. Dalam rangka
menjamin keberlangsungan pelaksanaan SPM kesehatan dengan meningkatkan
cakupan pelayanan, untuk membangun komponen bangsa yang sehat, maka perlu
dilakukan upaya penggerakan bersama untuk berperilaku sehat melalui GERMAS.

Pendekatan keluarga merupakan cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan


sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi
keluarga di wilayah kerjanya. Keluarga dijadikan fokus dalam pendekatan pelaksanaan
program Indonesia Sehat. Kunjungan rumah (keluarga) dilakukan secara terjadwal dan
rutin, dengan memanfaatkan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga (family
folder). Pendekatan keluarga yang dimaksud meliputi :

Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data Profil Kesehatan


Keluarga dan Updating Data
Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif
dan preventif.
Kunjungan keluarga untuk menidaklanjuti hasil pelaksanaan kegiatan pelayanan
kesehatan dalam gedung.

Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk


pengorganisasian/pemberdayaan masyarakat & manajemen Puskesmas.

Berdasarkan uraian kebijakan strategis Kementerian Kesehatan di atas,


maka dapat dirumuskan kebijakan pokok program kesehatan masyarakat, terdiri
dari 3 (tiga) asepek, yaitu :
Penguatan pelayanan kesehatan primer dalam upaya kesehatan masyarakat
melalui pemberdayaan masyarakat;
Penerapan pendekatan keberlanjutan pelayanan (continuum of care);
Mendorong lintas sektor mewujudkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

Upaya strategi yang dilakukan untuk pelaksanaan kebijakan tersebut,


ditempuh melalui kegiatan sebagai berikut :

Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja dan lanjut
usia yang berkualitas;
Mempercepat perbaikan gizi masyarakat;
Meningkatkan penyehatan lingkungan;
Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
Meningkatkan upaya kesehatan kerja dan olahraga; serta
Meningkatkan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada
program kesehatan masyarakat.

Pendekatan yang digunakan di dalam menggerakkan strategi pelaksanaan program

kesehatan masyarakat di daerah, melalui mekanisme kegiatan yang HITS (Holistik,


Integratif, Terpadu dan Spasial). Pada tahun 2018 dikembangkan kegiatan yang tidak
hanya HITS, namun diperkuat dengan adanya manajemen program dan administratif yang
dikelola secara efektif, efisien, akuntabel dan tepat sasaran.

8. INDIKATOR KINERJA PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT A.


Indikator Program dan Target
Sasaran kinerja pelaksanaan Program Kesehatan Masyarakat adalah meningkatnya
ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh
masyarakat. Indikator yang mendukung pencapaian sasaran sesuai dengan kesepakatan
di dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2017 mencakup :

Persentase persalinan di fasyankes sebesar 81%;


Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik sebesar 21.2%;
Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) sebesar

81%. B. Penjelasan Indikator

Persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan


Definisi Operasional
Ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan sesuai standar (proses
pelayanan persalinan diberikan mengikuti pedoman asuhan persalinan normal
dan persalinan dengan penyulit di RS serta pada ibu yang akan bersalin
ditawarkan pelayanan salah satu metode kontrasepsi) yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan (dokter atau bidan) di fasilitas pelayanan kesehatan
(fasyankes tingkat primer / Puskesmas serta Jejaringnya (UKBM) dan
fasyankes tingkat sekunder / RS).
Formula / Cara Perhitungan
Jumlah ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas yang mendapat
pertolongan persalinan sesuai standar oleh tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan dalam kurun waktu 1 tahun dibagi Jumlah sasaran
ibu bersalin yang ada di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu 1
tahun yang sama dikali dengan 100 %.

Sumber Data

Laporan Bulanan Komdat Pusdatin


Laporan LB3 Puskesmas
PWS KIA
Kohort

Waktu Pelaporan : setiap satu bulan sekali.

Penanggung Jawab
Pengelola Data di Tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi.

f. Mekanisme Pelaporan
Data diperoleh secara online melalui komdat pusdatin, email dan
aplikasi SIP (Sistem Informasi Puskesmas) sesuai dengan mekanisme
data yang dibentuk.

2. Ibu hamil kurang energi kronik (KEK)

a. Definisi Operasional
Ibu hamil dengan ukuran lingkar lengan atas (LiLA) < 23,5 cm.

b. Formula / Cara Perhitungan


Jumlah ibu hamil KEK dengan LiLA < 23,5 cm dibagi Jumlah ibu
hamil yang diukur LiLA nya yang ada di suatu wilayah pada periode
tertentu dikali dengan 100%.

c. Sumber Data
Laporan Monitoring Puskesmas : SiGizi, Kohort Antenatal Care,
Formulir pencatatan pemberian makanan tambahan ibu hamil kurang
energi kronik (KEK).
Waktu Pelaporan : setiap satu bulan sekali.
Penanggung Jawab Petugas
gizi puskesmas
Mekanisme Pelaporan
Data diperoleh secara online melalui website SiGizi dan Formulir
pencatatan pemberian makanan tambahan Ibu hamil kurang energi
kronik (KEK).

3. Kunjungan Neonatal Pertama (KN1)


c. Definisi Operasional

Cakupan pelayanan kesehatan bayi baru lahir (umur 6 jam -

48 jam) yang memperoleh pelayanan sesuai standar meliputi :

Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM (Manajemen Terpadu


Balita Muda), (2) perawatan tali pusat, (3) Konseling ASI dan tanda
bahaya serta (4) pemberian imunisasi HB 0 dan vitamin K1, jika belum
diberikan saat lahir

Formula / Cara Perhitungan


Jumlah bayi baru lahir yang telah mendapat 1 kali pelayanan
Kunjungan Neonatal pada umur 6 - 48 jam sesuai standar di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu dibagi Jumlah kelahiran hidup di satu
wilayah kerja pada kurun waktu yang sama dikali dengan 100 %.

Sumber Data

Laporan Bulanan Komdat Pusdatin


Laporan LB3 Puskesmas
PWS KIA
Kohort

Waktu Pelaporan : setiap satu bulan sekali.

Penanggung Jawab

Mekanisme Pelaporan

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN A.


Kegiatan Gizi Masyarakat

Indikator dan Target

Sasaran kegiatan adalah meningkatnya perbaikan gizi masyarakat. Indikator


pencapaian sasaran di tahun 2017 adalah :

Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan

tambahan sebesar 65%;

Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) sebesar 90%;
Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif sebesar
44%;

Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebesar 44%;

Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan sebesar 80%; dan

Persentase remaja putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) sebesar 20%.

Penjelasan Indikator

Ibu hamil KEK yang mendapat makanan tambahan

1) Definisi Operasional
Ibu hamil dengan ukuran lingkar lengan atas (LiLA) < 23,5 cm yang
mendapat makanan tambahan dalam bentuk pabrikan atau bahan pangan
lokal yang diberikan minimal selama 90 Hari Makan Ibu (HMI) secara

berturut-turut.

Formula / Cara Perhitungan


Jumlah ibu hamil KEK yang mendapatkan makanan tambahan dibagi
Jumlah ibu hamil KEK yang ada di suatu wilayah pada periode tertentu
dikali dengan 100%.

Sumber Data
Laporan Monitoring Puskesmas : SiGizi, Kohort ANC, Formulir pencatatan
pemberian makanan tambahan ibu hamil kurang energi kronik (KEK).

Waktu Pelaporan : setiap satu bulan sekali.

Penanggung Jawab Petugas Gizi


Puskesmas

Mekanisme Pelaporan
Data diperoleh secara online melalui website SiGizi dan Formulir pencatatan
pemberian makanan tambahan Ibu hamil kurang energi kronik (KEK).

Ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

Definisi Operasional
Ibu hamil yang mendapat Tablet yang mengandung Fe dan asam folat , baik
yang berasal dari Program (Tablet yang mengandung 60 mg elemental besi
dan 0.25 mg asam folat yang disediakan oleh pemerintah dan diberikan secara
gratis pada ibu hamil) maupun Mandiri (Tablet multivitamin dan mineral,
minimal mengandung elemental besi dan asam folat yang diperoleh secara

mandiri sesuai dengan anjuran) yang diberikan minimal 90 tablet selama


masa kehamilan (setiap bulannya mendapat 10 Tablet Tambah Darah).

Formula / Cara Perhitungan

Jumlah ibu hamil yang mendapat minimal 90 TTD dibagi Jumlah sasaran ibu
hamil yang ada di satu wilayah pada periode tertentu dikali dengan 100%.

Sumber Data

Laporan Monitoring Puskesmas : Kartu ibu, Kohort Antenatal Care


(Kohort Ibu), dan Buku KIA.

Waktu Pelaporan : setiap satu bulan sekali.

Penanggung Jawab

Petugas Gizi dan Bidan Puskesmas/RS

Mekanisme Pelaporan

Formulir monitoring bulanan ibu selama hamil dan jumlah TTD yang
diterima serta formulir pelaporan, mekanisme pelaporan melalui SiGizi.

Persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD

Definisi Operasional

Proses inisiasi dimulai dari bayi baru lahir diletakkan segera setelah
lahir dengan posisi tengkurap di dada atau perut ibu minimal 1 jam
sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu.

Formula / Cara Perhitungan


Jumlah bayi baru lahir yang mendapat IMD dibagi Jumlah bayi baru lahir
di suatu wilayah pada periode tertentu dikali dengan 100%.

Sumber Data

Buku KIA, Kohort Bayi, Laporan IMD RS, Puskesmas rawat inap, Bidan
Praktik Mandiri, Kohort ibu.

Waktu Pelaporan :

Setiap 1 bulan dihitung secara kumulatif setahun.

Penanggung Jawab

Petugas Gizi dan Bidan Puskesmas.

Mekanisme Pelaporan

Pengiriman pelaporan secara online melalui SiGizi, dan laporan bulanan


kesehatan bayi dengan tingkat frekuensi pengamatan sebulan sekali.

Bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif

Definisi Operasional

Bayi yang mencapai umur 5 bulan 29 hari yang mendapat

ASI (Air Susu Ibu) tanpa diberikan makanan lain / pendamping pada bayi
selama 6 bulan dan dicatat melalui register pencatatan/Buku KIA/KMS
(Kartu Menuju Sehat).

Formula / Cara Perhitungan

Jumlah bayi yang mencapai umur 5 bulan 29 hari mendapat ASI


Eksklusif selama 6 bulan dibagi Jumlah seluruh bayi mencapai umur 5
bulan 29 hari yang datang dan tercatat dalam register pencatatan/Buku
KIA/KMS di suatu wilayah pada periode tertentu dikali dengan 100%.
Sumber Data

Kohort bayi, SiGizi, dan SP2TP/ LB 3.

Waktu Pelaporan : Setiap 6 bulan (Februari dan Agustus).

Penanggung Jawab

Petugas Gizi dan Bidan Puskesmas

Mekanisme Pelaporan

Form ASI Eksklusif diisi setiap bulannya bersamaan dengan


penimbangan di Posyandu dan dikirim ke SiGizi Kab/Kota.

Balita kurus yang mendapat makanan tambahan

Definisi Operasional

Anak usia 6 sampai dengan 59 bulan 29 hari dengan status gizi kurus (BB/PB
atau BB/TB -3 SD sampai dengan < -2 SD) yang mendapat tambahan asupan
zat gizi di luar makanan utama dalam bentuk makanan tambahan pabrikan
yang diberikan minimal selama 90 hari secara berturut-turut.

Formula / Cara Perhitungan

Jumlah anak usia 6 sampai dengan 59 bulan 29 hari dengan status gizi
kurus (BB/PB atau BB/TB -3 SD sampai dengan < -2 SD) yang mendapat
makanan tambahan selama 90 hari dibagi Jumlah anak usia 6 sampai
dengan 59 bulan 29 hari dengan status gizi kurus pada periode dan
wilayah tertentu dikali dengan 100%.

Sumber Data

Data hasil laporan pengiriman MP-ASI dari pusat, provinsi ke kabupaten


serta kabupaten ke puskesmas.

Waktu Pelaporan : setiap satu bulan sekali.


Penanggung Jawab Petugas Gizi
Puskesmas

Mekanisme Pelaporan

Data diperoleh secara online melaui SiGizi dengan frekuensi

pengamatan sebulan sekali dengan data yang dikumpulkan :

Jumlah seluruh balita kurus yang ada di wilayah tertentu pada bulan ini

Jumlah kasus balita kurus yang telah ditemukan dan diberikan makanan

Remaja putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

Definisi Operasional

Remaja putri yang berusia 12-18 tahun yang bersekolah di SLTP dan SLTA /

sederajat yang mendapat tablet yang mengandung Fe dan asam folat,


baik yang berasal dari Program (Tablet yang mengandung 60 mg
elemental besi dan 0.25 mg asam folat yang disediakan oleh
pemerintah dan diberikan secara gratis pada remaja putri) maupun
Mandiri (Tablet multivitamin dan mineral, minimal mengandung
elemental besi dan asam folat yang diperoleh secara mandiri sesuai
dengan anjuran) minimal 13 tablet setiap bulan (1 tablet setiap minggu
dan 1 tablet setiap hari selama 10 hari masa haid, minimal 4 bulan).

Formula / Cara Perhitungan

Jumlah remaja putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)


minimal 13 butir dalam sebulan dibagi Jumlah remaja putri di suatu
wilayah pada periode tertentu dikali 100%.

Sumber Data

Laporan Monitoring Puskesmas : LB3 SP2TP, laporan UKS termasuk


laporan TTD mandiri, dan SiGizi Puskesmas.

Waktu Pelaporan : Setiap 6 bulan sekali.


Penanggung Jawab Petugas Gizi
Puskesmas

Mekanisme Pelaporan

Data diperoleh secara online dengan frekuensi pengamatan sebulan


sekali dengan data yang dikumpulkan :

Jumlah remaja putri 12-18 tahun yang bersekolah di SLTP dan SLTA
yang ada di wilayah tertentu; dan

Jumlah remaja putri yang mendapat TTD.

Data diperoleh secara online melalui komdat pusdatin, email dan aplikasi SIP
(Sistem Informasi Puskesmas) sesuai dengan mekanisme data yang dibentuk.
RENCANA AKSI PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2015-2019

i. Pemantapan Regulasi di Bidang Kesehatan Masyarakat


Kebijakan Kesehatan Masyarakat yang berbasis bukti, berpihak kepada rakyat dan
berdasarkan kemitraan lintas sektoral, perlu dibangun dan dikembangkan untuk
mendukung dan mengarahkan upaya kesehatan yang bermutu bagi seluruh
masyarakat. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu dan
efektif perlu adanya regulasi dan perlindungan yang jelas. Regulasi harus
mampu mengantisipasi perkembangan teknologi dan globalisasi.

Penetapan standar, pedoman dan petunjuk teknis program kesehatan


masyarakat yang berdayaguna tinggi perlu ditingkatkan sehingga penerapan
kesehatan masyarakat dapat dilaksanakan oleh semua pihak. Harmonisasi
standar dan regulasi perlu dilaksanakan antar lintas program dan lintas sektor,
sehingga regulasi memiliki standarisasi yang memadai dan berkualitas.

ii. Penyediaan Sarana Prasarana Upaya Kesehatan Masyarakat Primer

Dukungan sarana prasarana yang memadai yang meliputi penyediaan makanan


tambahan bagi ibu hamil KEK dan balita kurus, media promosi kesehatan dan KIE bagi
masyarakat, media advokasi ke pemda, penyediaan instrument buku KIA dan Raport
Kesehatanku serta PWS KIA di Puskesmas, penguatan penyehatan lingkungan dengan
adanya penyediaan sanitarian dan kesling kit, media APD di tempat kerja menjadi
beberapa contoh sarpras yang didukung oleh pusat untuk memastikan pelaksanaan
kegiatan di daerah dapat berjalan baik.

Pengembangan SDM Kesehatan Masyarakat yang Kompeten melalui


Peningkatan Kapasitas / Orientasi / Pelatihan

Jumlah tenaga SDM kesehatan masyarakat harus proporsional dengan kebutuhan


pelayanan di masyarakat, sehingga dapat melaksanakan upaya kesehatan masyarakat
yang optimal. Pemenuhan kebutuhan ini dapat tercapai bila tersedianya komponen
pelatihan/orientasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna di lapangan serta
mendukung penyelenggaraan program kesehatan di masyarakat yang terintegrasi.
Kebutuhan pengembangan sumber daya manusia telah diidentifikasi secara lengkap di
seluruh skala prioritas. Peningkatan kemampuan bagi para pengelola program di
tingkat daerah, kabupaten/kota dan tingkat provinsi harus diprioritaskan.
Meningkatkan Kemitraan dengan Masyarakat, Asosiasi, Profesi,
Praktisi, Akademisi dalam Pengembangan Kesehatan Masyarakat

Keberhasilan Program Kesehatan Masyarakat sangat tergantung kepada


kerjasama antara departemen/instansi terkait, lembaga swadaya masyarakat, swasta,
dunia usaha dan masyarakat. Kerjasama tersebut dilaksanakan dengan prinsip
kemitraan berdasarkan asas kesetaraan, keterbukaan dan asas manfaat bersama. Hal

yang sangat penting dari peran pemerintah adalah menciptakan kepemimpinan yang
kuat pada semua pemegang program (stakeholders) dan masyarakat luas. Untuk itu,
maka pelaksanaan upaya penggerakan program kesehatan bagi masyarakat
perlu dilakukan secara bersama dan sinergis oleh berbagai program dan
sektor yang terkait secara sistematis dan dilakukan dengan persiapan yang
matang serta langkah-langkah yang tepat.

PENDEKATAN PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2018

INDIKATOR PROGRAM KESMAS MENURUT RENSTRA SD TRIWULAN III TAHUN


2017

A. PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT


HAL YANG PERLU DI PERHATIKAN PROVINSI
Mencermati kondisi data capaian indicator tiap kab kota yang terintegrasi
Melakukan Analisis data capaian yang telah dilaporkan oleh kab/kota
Memberikan Konfirmasi dan umpan balik data capaian kepada kab/Kota
Menugaskan Kab/Kota untuk melakukan hal yang sama terkait data
capaian yang di terima dari Puskesmas.
PERMASALAHAN KESEHATAN DAN INTERVENSI DARI PROGRAM
KESEHATAN
STUNTING
g. Pengertian stunting

Adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang ternyata lebih pendek
disbanding tinggi badan orang lain pada umumnya (yang seusianya), yang
disebabkan kurangnya asupan gizi yang diterima oleh janin/bayi. Stunting
dapat di cegah dengan memberikan ASI dan MPASI, akses air bersih dan
fasilitas sanitasi, pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu hamil, memantau
pertumbuhan balita di posyandu. Dampak stunting diantaranya :

Menyebabkan anak mudah sakit


Kemampuan kognitif berkurang
Saat tua beresiko terkena penyakit berhubungan dengan pola
makan Fungsi tubuh tidak seimbang
Mengakibatkan kerugian ekonomi
Postur tubuh tidak maksimal saat dewasa

Berikut adalah 5 pilar penanganan stunting :


Pilar 1, Komitmen dan Visi Pimpinan Tertinggi Negara
Pilar 2, Kampanye Nasional Berfokus pada pemahaman, perubahan
perilaku, komitmen politik dan akuntabilitas
Pilar 3, Konvergensi, Koordinasi, dan Konsolidasi Program Nasional,
Daerah, dan Masyarakat
Pilar 4, Mendorong Kebijakan
“Nutritional Food Security”
Pilar 5, Pemantauan dan Evaluasi

Kerangka Konsep Penurunan Stunting

Berikut adalah cara untuk pencegahan stunting :

Program 1000 HPK


INTERVENSI SENSITIF :
Penyediaan akses dan ketersediaan air bersih serta sarana sanitasi
(jamban sehat) di keluarga
Pelaksanaan fortifikasi bahan pangan
Pendidikan dan KIE Gizi Masyarakat
Pemberian Pendidikan dan Pola Asuh dalam Keluarga
Pemantapan Akses dan Layanan KB
Penyediaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Jaminan Persalinan
Pemberian Edukasi Kespro
INTERVENSI SPESIFIK :
Suplementasi Tablet Besi Folat pada Bumil
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Bumil KEK
Promosi dan Konseling IMD dan ASI Eksklusif
Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA)
Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
Pemberian Imunisasi
Pemberian Makanan Tambahan Balita Gizi Kurang
Pemberian Vitamin A
Pemberian Taburia pada Baduta
Pemberian Obat Cacing pada Bumil

Kualitas Remaja Putri


INTERVENSI PENDIDIKAN :
Pendidikan Kespro di Sekolah
Pemberian edukasi gizi remaja
Pembentukan konselor sebaya untuk membahas seputar
perkembangan remaja
INTERVENSI KESEHATAN :
Suplementasi Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri
Pemberian obat cacing pada Remaja Putri
Promosi Gizi Seimbang
Pemberian Suplementasi Zink
Penyediaan akses PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja) di
Puskesmas

Pemberdayaan Orang Terdekat (Suami, Orang Tua, Guru,


Remaja Putra)

INTERVENSI SOSIAL :

1) Penggerakan Toma (Tokoh Masyarakat) untuk mensosialisasikan


Keluarga Berencana
Penyediaan Bantuan Sosial dari Pemda untuk Keluarga Tidak Mampu
(Keluarga Miskin)

INTERVENSI KESEHATAN :
Konsultasi perencanaan kehamilan dengan melibatkan suami dan keluarga
(orang tua)
Pelayanan kontrasepsi bagi Suami untuk penundaan kehamilan

Bimbingan konseling ke Bidan bersama dengan suami untuk penentuan


tempat dan penolong persalinan
Pendidikan Kespro bagi Remaja Putra
Mempersiapkan konseling Calon Pengantin

INTERVENSI KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM UPAYA PERBAIKAN


GIZI
Intervensi Gizi Spesifik
Pemberian Tablet Tambah Darah untuk remaja putri, calon pengantin, ibu hamil
(suplementasi besi folat)
Promosi dan kampanye Tablet Tambah Darah
Kelas Ibu Hamil
Pemberian kelambu berinsektisida dan pengobatan bagi ibu hamil yang positif
malaria
Suplementasi vitamin A
Promosi ASI Eksklusif
Promosi Makanan Pendamping-ASI
Suplemen gizi mikro (Taburia)
Suplemen gizi makro (PMT)
Promosi makanan berfortifikasi termasuk garam beryodiumdan besi
Promosi dan kampanye gizi seimbang dan perubahan perilaku
Tata Laksana Gizi Kurang/Buruk
Pemberian obat cacing
14. Zinc untuk manajemen diare

ii. Intervensi Gizi Sensitif lingkup Kemenkes:

Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan


Penyediaan air bersih dan sanitasi
Pendidikan gizi masyarakat
Imunisasi
Pengendalian penyakit Malaria
Pengendalian penyakit TB
Pengendalian penyakit HIV/AIDS
Edukasi kesehatan seksual dan reproduksi
pada remaja
Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Persalinan (Jampersal)
Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan
Keluarga (PIS PK)
Nusantara Sehat

Akreditasi Puskesmas dan RS

k. Hal Yang Perlu dilakukan Provinsi

Memastikan kelompok sasaran mendapatkan intervensi secara total coverage dan


menyeluruh.

Memastikan kendali operasional ada di Kabid Kesmas, dukungan data dan


informasi dari masing-masing Seksi serta lintas program.

Memastikan lintas program melakukan intervensi totalitas dalam kesamaan waktu


dan unit analisisnya.

Melakukan pengendalian secara manajerial dengan benar, menyiapkan dash


board atau data pantau untuk pengambilan keputusan.
Mengintegrasikan dan menjadikan lokus PIS PK serta semua komponen pelatihan
sebagai reinforce factors atau faktor penguat.

2. PIS PK – IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGAN


Pengertian
Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, Pelaksanakan Program Indonesia Sehat diselenggarakan melalui
pendekatan keluarga. Integrasi upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya
kesehatan masyarakat (UKM) secara berkesinambungan, dengan target /
focus keluarga, berdasarkan data dan informasi dari Profil Kesehatan
Keluarga. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.
Tujuan PIS-PK

Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat


bagi setiap orang dalam lingkungan hidup yang sehat agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya perilaku hidup sehat shg terwujud
bangsa yang mandiri, maju dan sejahtera. Dan terpenuhinya kebutuhan dasar
masyarakat di bidang kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.

Paragdigma Sehat
Pengarus utamaan kesehatan dalam pembangunan
Promotif & Preventif sebagai pilar utama upaya kesehatan
Pemberdayaan masyarakat
Indikator : Kota dan kecamatan sehat
Penguatan Yankes
1) Peningkatan Akses
2) Peningkatan Mutu
Regionalisasi Rujukan
Intervensi berbasis risiko (Kesehatan (health risk))
Penerapan pendekatan (Continuum of careta)
Indikator : Akreditasi RS dan puskesmas
Jaminan Kesehatan Nasional

Benefit

Sistem pembiayaan: asuransi – azas gotong royong

Kendali Mutu dan Kendali Biaya

Sasaran: PBI dan Non PBI

Indikator : total coverage, tanda kepesertaan (KIS = Kartu Indonesia Sehat)


3 Hal yang Perlu Dilakukan untuk PIS PK
Instrumen Yg Digunakan Di Tk Keluarga, Yaitu:
Profil Kes Keluarga (Prokesga)
Paket Informasi Kes Keluarga (Pinkesga)
Forum Komunikasi yangg Dikembangkan untu kontak dengan keluarga,
Yaitu:
Fgd Melalui Dasa Wisma/Pkk
Kesempatan Konseling Di Ukbm (Mis: Posyandu)
Forum2 Yg Sdh Ada Di Masy (Rembug Desa, Dll)
Keterlibatan Tenaga Masy Sbg Mitra, Yaitu:
Kader Kesehatan
Pengurus Organisasi Kemasyarakatan Setempat (Mis: Pkk,
Karang Taruna, Dll)
Indikator Keluarga Sehat

A Program Gizi, Kesehatan Ibu & Anak:

1 Keluarga mengikuti KB

Ibu bersalin di faskes


2

3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap

4 Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan

5 Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan

B Pengendalian Peny. Menular & Tidak Menular:

6 Penderita TB Paru berobat sesuai standar

7 Penderita hipertensi berobat teratur

8 Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan

C Perilaku dan kesehatan lingkungan:

9 Tidak ada anggota keluarga yang merokok

10 Keluarga mempunyai akses terhadap air bersih

11 Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat


12 Sekeluarga menjadi anggota JKN/askes

GERMAS (GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT) a.


Pengertian

Suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh
seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan,dan kemampuan berperilaku
sehat untuk meningkatkan kualitas hidup

Tujuan GERMAS
Peningkatan edukasi hidup sehat
Peningkatan kualitas lingkugan
Peningkatan pencegahan dan deteksi diri penyakit
Penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi
Peningkatan perbaikan gizi
Peningkatan aktivitas fisik

Mampu berperilaku sehat yang berdampak pada kesehatan terjaga, lingkungan bersih,
produktif, dan biaya obat berkurang

Tugas Sektor Kesehatan dalam GERMAS


Advokasi dan pembinaan perwujudan kawasan sehat
Penggalangan kemitraan dan peran serta masyarakat
Kampanye GERMAS dan edukasi masyarakat
Deteksi dini penyakit menular dan tidak menular
Menyediakan fasilitas pelayanan yang bermutu

Hal Yang Perlu Dilakukan Provinsi


Memperluas Jangkauan komitmen di luar sektor kesehatan (Perusahaan swasta,
Sekolah, ORMAS, Media massa, Akademisi, Dunia Usaha)
Melakukan advokasi ke gubernur agar diterbitkannya instruksi gubernur tentang
GERMAS

Menerbitkan kebijakan internal dinkes Provinsi untuk membudayakan hidup sehat (seperti
kegiatan olahraga, konsumsi buah dan sayur dalam jamuan rapat, deteksi dini secara
berkala, penerapan kawasan tanpa rokok, penyediaan sarana ruang menyusui)

Memperkuat forum diskusi lintas program

Menyusun rencana kegiatan sector kesehatan dengan sector lainnya

Melakukan kampanye penggerakan masyarakat melalui TV, Radio, Talkshow,


Pameran dan Media Cetak
4. PENGEMBANGAN KOTA SEHAT
Pengertian
Kotota sehat adalah suatu kondisi kota atau kabupaten yang bersih, nyaman,
aman, dan sehat untuk dihuni penduduk yang dicapai melalui terselenggaranya
penerapan beberapa tatanan dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati oleh
masyarakat dan pemerintah daerahnya.
Dasar Hukum Kota Sehat
PERMENDAGRI dan Menteri Kesehatan Nomor : 34 Tahun 2005 Nomor :
138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota sehat
UU Nomor : 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah
UU Nomor: 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
UU Nomor: 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Tujuan dan Sasaran Kota Sehat
• Tujuan : tercapainya kondisi Kabupaten untuk hidup dengan bersih, nyaman,
aman dan sehat untuk dihuni dan bekerja
• Sasaran : Terlaksananya program kesehatan, terbentuknya forum masyarakat yang
mampu menjalin kerjasama, terselenggaranya upaya peningkatan lingkungan

fisik, sosial dan budaya, terwujutnya kondisi yang kondusif bagi


masyarakat untuk menigkatkan produktifitas
Model Kota Sehat
Dinas PU : Kawasan Permukiman, Sarana dan Prasarana umum
Dinas Perhubungan : Kawasan sarana lalu lintas yang tertib dan
Pelayanan Transportasi
Pertambangan : Kawasan Pertambangan sehat
Dinas Kehutanan : Kawasan Hutan sehat
Dinas Koperindag : Kawasan Industri dan Perkantoran sehat
Kantor Pariwisata : Kawasan Pariwisata sehat
Dinas Pertanian : Ketahanan Pangan dan Gizi
Dinas Kesehatan : Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri
Dinas Pemberdayaan Masyarakat : Kehidupan sosial Yang sehat

Ciri-Ciri Kota Sehat


Pendekatan tergantung permasalahan yang dihadapi
Berasal dari kebutuhan masyarakat, dikelola oleh masayarakat, sedangkan
pemerintah sebagai fasilitator.
Mengutamakan pendekatan proses daripada
target kegiatan didasarkan kesepakatan dari
masyarakat Pendekatannya juga merupakan
master plan Kota. Pemkab merupakan partner
Kegiatan dicapai melalui proses dan komitmen pimpinan daerah
harus terintegrasi kondisi fisik, ekonomi, dan budaya setempat.
Tatanan Kota Sehat
Kawasan Permukiman, Sarana dan Prasarana Umum
Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib & Pelayanan
Transportasi Kawasan Industri & Perkantoran yang Sehat
Kawasan Kawasan Pariwisata Sehat
Kawasan Pertambangan Sehat
Kawasan Hutan Sehat
Kehidupan Masyarakat Sehat yang
Mandiri Ketahanan Pangan dan Gizi
Kehidupan Sosial yang Sehat.
Klasifikasi dan Kriteria Penghargaan Kab/Kota Sehat
Klasifikasi Kab/Kota Sehat : Pemantapan, Pembinaan, dan Pengembangan
Klasifikasi ditentukan berdasarkan jumlah tatanan yang dipilih
Kriteria tatanan
Kegiatan dalam tatanan
Berfungsinya Forum Kabupaten Sehat, FKDS, dan Pokja tingkat
Desa Berfungsinya Tim Teknis Kabupaten
Penghargaan “SWASTI SABA” diklasifikasikan atas 3 katagori :
Penghargaan PADAPA (Pemantapan) dari MENKESMinmal 2
tatanan WIWERDA (Pembinaan) dari MENKES3 – 4 tatanan
Penghargaan WISTARA (Pengembangan) dari PRESIDEN> 5 tatanan
Penghargaan “WISTARA” diberikan pada taraf pengembangan
KotaSalatiga
“ healthy cities for better life “
Program greenschool
Program pengendalian merokok ditempat kerja
Program keluarga mandiri kelola sampah
Program konservasi air dan penghijauan
Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

Program/Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Mendukung Terwjudnya Kota Sehat


SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)
GERDU SEHATI (Gerakan Terpadu menuju Masyarakat Sehat Sejati)
REPLIKASI KOTA SEHAT
GERDAMAS PSN (Gerakan Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pemberantasan Sarang Nyamuk DB)
Bulan Bhakti Gotong Royong
BANGUN PRAJA (Gerakan Masyarakat dalam Kebersihan Lingkungan)
Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP), peningkatan
peran serta masyarakat dalam penyediaan infrastruktur
Kelurahan Siaga, peningkatan peran serta masyarakat terhadap
penurunan angka kematian ibu melhirkan
UKS – Usaha Kesehatan Sekolah, peningkatan kesehatan pla hidup
bersih dan sehat siswa serta masyarakat lingkungan sekolah
P2WKSS, peningkatan peran wanita dalam peningkatan kesejahteraan
keluarga
)

DAFTAR PUSTAKA
Mentri Kesehatan RI.(2015). Peemmbangunan K esehatan Menuju I ndonesia Sehat. Diperoleh

dari https://www.depkes.go.id/resources/download/rakerkesnas-2015/MENKES
Kemenkes RI.(2016). Bukuku Proogrgraam Indonesisia Sehat dengngaan Pendekataan K eluarga ..

Diperoleh dari

https://www.depkes.go.id/resources/download/lain/Buku%20Program%20Indonesia%20Seha t

%20dengan%20Pendekatan%20Keluarga.pdf
Kemenkes RI. Rencana Aksi Seekkrreetatarriiat Jenderraal Keemmenteriiaan Kesehatan . Diperoleh dari

https://www.depkes.go.id/resources/download/LAKIP%20ROREN/1%20perencanaan%20ki

nerja/Rencana%20Aksi%20Sekjen.pdf

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat. 2018. Pendekatan Program Kesehatan


Masyarakat Tahun 2018

Dinas Kesehatan Kabupaten Landak. 2017. Program Indonesia Sehat Dengan


Pendekatan Keluarga

Dr. Kuwat Sri H. Rencana Aksi Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2015-2019

PERPRES 72/2012 tentang SKN

KEMENKES RI .2016. Petunjuk Teknis Penguatan Manajemen Puskesmas Dengan


Pendekatan Keluarga

KEMENKES RI. 2016. Pedoman Umum : Program Indonesia Sehat Dengan


Pendekatan keluarga

Global Health Initiative (2008). Why Global Health Matters . Washington, DC: FamiliesUSA

Anda mungkin juga menyukai