Keperawatan Komunitas I
Dosen Pengampu: Ns. Nourmayansa Vidya Anggraini S.Kep., M. Kep., Sp. Kep. Kom.
Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita
masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada teladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran
agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Komunitas 1 dengan judul Program-Program Kesehatan dan Kebijakan dalam Menanggulangi
Masalah Kesehatan Utama di Indonesia. Disamping itu, kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.
Akhir kata, kami memahami jika naskah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka dari itu kritik dan saran
sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu yang akan datang.
Pembangunan kesehatan nasional diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud. Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran
meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Program
Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas
Hidup Manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia
Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera.
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil,
tertinggal dan perbatasan;
Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas
pengelolaan SJSN Kesehatan;
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu:
Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan,
penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan
dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan
peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of care (sebuah konsep pelayanan kesehatan yang
mencakup semua tingkat dan intensitas perawatan dengan sistem yang melibatkan, memandu, dan memantau
pasien dari waktu ke waktu secara komprehensif) dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Sedangkan
pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali mutu dan
biaya dengan sistem pembiayaan: asuransi – azas gotong royong.
1. Paradigma Sehat
diharapkan
pembangunan kesehatan
dalam memberikan
pelayanan yg terbaik bagi
masyarakat
Kegiatan pemberdayaan
masyarakat (Posyandu,
Poskesdes, Posbindu,
Desa Siaga dll)
Peningkatan pelayanan kesehatan
Peningkatan akses
Pemenuhan tenaga
Penyediaan NSPK/SOP
Regionalisasi rujukan
Advokasi
Capacity Building
Dukungan Regulasi
Dukungan pendanaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat
wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
Salah satu jaminan kesehatan nasional adalah dengan adanya kartu indonesia sehat(KIS).
saling mendukung sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Kozier. 2010).
Sistem pelayanan kesehatan adalah kumpulan dari berbagai faktor yang komplek dan saling
berhubungan yang terdapat dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan
tuntutan kesehatan perorangan, kelompok, masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan (WHO 1984).
Sistem kesehatan nasional perlu dilaksanakan dalam konteks pembangunan kesehatan secara keseluruhan
dengan mempertimbangkan determinan sosial, seperti kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan,
pendapatan keluarga, distribusi kewenangan, keamanan, sumberdaya, kesadaran masyarakat, serta
kemampuan tenaga kesehatan dalam mengatasi masalah-masalah tersebut.
Setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (levey dan loomba 1973). System pelayanan
medic contohnya seperti rumah sakit. Sementara puskesmas mencangkup system pelayanan kesehatan
masyarakat dan system pelayanan medic. Teori tentang sistem:
Input, merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah
sistem.seperti sistem pelayanan kesehatan.
Proses, suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah masukan untuk menjadikan sebuah hasil
yang di harapkan dari sebuah sistem tersebut,maka yang dimaksud proses adalah berbagai kegiatan
dalam pelayanan kesehatan
Output, hasil yang diperoleh dari sebuah proses,dalam sistem pelayanan kesehatanhasilnya dengan berupa
pelayanan kesehatan yang berkualitas,efektif dan efisien sehingga dapat dijangkau oleh setiap lapisan
masyarakatsehingga pasien sembuh dan sehat optimal.
Dampak, merupakan akibat yang dihasilkan sebuah hasil dari sebuah sistem,yang terjadi relatif lama
waktunya.
Umpan balik, merupakan sebuah hasil yang sekaligus menjadi masukan dan ini terjadi dari sebuah sistem
yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi umpan
balik dalam sistem pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatan yang juga dapat
menjadikan input yang selalu meningkat.
Lingkungan, semua keadaan di luar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan sebagaimana
dalam sistem pelayanan kesehatan,berupa lingkungan geografis,atau situasi kondisi sosial yang ada di
masyarakat seperti institusi di luar
pelayanan kesehatan.
Primary health care (pelayanan kesehatan tingkat pertama), Dilaksanakan pada masyarakat yang
memiliki masalah kesehatan yang ringan.Sifat pelayanan kesehatan : pelayanan kesehatan dasar.
Contoh : puskesmas, balai kesehatan.
Secondary health care(pelayanan tingkat ke dua), untuk klien yang membutuhkan perawatan rawat inap
tapi tidak dilaksanakan di pelayanan kesehatan pertama,rumah
Tersedia dan berkesinambungan, artinya tidak sulit ditemukan serta keberadaannya dalam
masyarakat adlah pada setiap saat yang dibutuhkan.
Dapat diterima dan bersifat wajar, artinya tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat.
Mudah dicapai
Mudah dijangkau
Bermutu
Pelayanan kesehatan masyarakat ditandai dengan cara pengorganisasian yang ummnya secara
bersama-sama dalam suatu organisasi, tujuan utamanya adalah untuk
memelihara da meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit serta sasaran nya terutama untuk
kelompok dan masyarakat.
Pelayanan kedokteran
Pelayanan kedokteran ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi, tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
Menurut Depkes RI (2009), kebijakan kesehatan merupakan pedoman yang menjadi acuan bagi
semua pelaku pembangunan kesehatan, baik pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan dengan memperhatikan kerangka desentralisasi dan otonomi daerah. Pengertian
Kebijakan Kesehatan yaitu konsep dan garis besar rencana suatu pemerintah untuk mengatur atau
mengawasi pelaksanaan pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal
pada seluruh rakyatnya (AKK USU, 2010).
1. Public goods
Berupa barang atau jasa yang pedanaanya berasal dari pemerintah, yang bersumber dari pajak
dan kelompok masyarakat. Layanan public goods digunakan untuk kepentingan bersama dan dimiliki
bersama. Keberadaanya memiliki pengaruh terhadap masyarakat.
2. Privat goods
Berupa barang atau jasa swasta yang pedanaanya berasal dari perseorangan. Digunakan untuk
kepentingan sendiri dan dimiliki perseorangan, tidak bisa dimiliki
3. Merit goods
Karakteristik memerlukan biaya tambahan tidak dapat digunakan sembarangan orang ada
persaingan dan eksternalitas tinggi contohnya cuci darah, pelayanan kehamilan, pelayanan kespro dan
pengobatan PMS.
Indonesia termasuk negara berkembang sangat rentan terhadap berbagai macam penyakit. Hal
ini tersebab karena kondisi riil masyarakat Indonesia yang miskin dan memiliki standart hidup (gizi)
rendah. Kemiskinan (gizi buruk) menjadi kandungan yang siap setiap saat melahirkan penyakit.
Karena itu tidak mengejutkan kalau penyakit
–penyakit menyerang masyarakat meningkat jumlahnya setiap tahun seiring meningkatkan jumlah
angka kemiskinan.
2. Program yang Mendukung Kesehatan Masyarakat
Kota Layak Anak
dan dunia usaha, yang terencana secara menyeluruh menyeluruh dan berkelanjutan
dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin pemenuhan hak dan
Meningkatkan komitmen pemerintah, masyarakat dan dunia usaha di kabupaten/kota dalam upaya
mewujudkan pembangunan yang peduli terhadap hak, kebutuhan dan kepentingan terbaik
bagi anak.
Mengintegrasikan potensi sumber daya manusia, keuangan, sarana, prasarana, metoda dan
teknologi yang ada pada pemerintah, masyarakat dan dunia usaha di kabupaten/kota dalam
memenuhi hak-hak anak.
Adalah satu program kegiatan di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Daerah (BKKBD) yang menitikberatkan pada pembinaan lansia dan keluarga lansia
Batasan usia lansia berbeda-beda sesuai dengan situasi sosial budaya setempat. Menurut UU
No. 13 tahun 1998 lansia di Indonesia ditetapkan pada usia 60 tahun ke atas. Menurut WHO lansia
dibedakan menjadi young old : 60-69 tahun, old : 70-79
tahun ke atas, old old : 80-89 tahun ke atas dan very old 90 tahun ke atas (wasilah Rohmah, 2000).
Dalam konteks ini BKKBN (1955) menggunakan batasan lanjut usia
terdiri dari pra lansia (50-60 tahun) dan lansia (60 tahun ke atas)
kehidupan para lanjut usia agar mandiri, sehat dan berdaya guna sehingga dapat
mengurangi atau bahkan tidak menjadi beban bagi keluarga maupun masyarakat
BKR
Adalah wadah kegiatan yang beranggotakan keluarga yang mempunyai remaja usia 10-24
tahun. Bina keluarga remaja mempunyai tujuan yaitu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang remaja,
dalam rangka meningkatkan kesertaan, pembinaan, dan kemandirian ber KB bagi anggota kelompok
(BKKBN 2012, h.24).
BPJS
Definisi BPJS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk
untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia menurut Undang-undang Nomor
40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011. Sesuai Undang-undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, BPJS merupakan badan hukum nirlaba.
Kesehatan dan lembaga jaminan sosial ketenaga kerjaan PT. Jamsostek menjadi BPJS
Ketenagakerjaan. Transformasi PT Askes dan PT Jamsostek menjadi BPJS
dilakukan secara bertahap. Pada awal 2014, PT Askes akan menjadi BPJS Kesehatan,
selanjutnya pada 2015 giliran PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan.
Lembaga ini bertanggung jawab terhadap Presiden. BPJS berkantor pusat di Jakarta,
dan bisa memiliki kantor perwakilan di tingkat provinsi serta kantor cabang di tingkat
kabupaten kota.
Dasar Hukum
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Kesehatan;
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2012 Tentang Penerima Bantuan
Iuran Jaminan Kesehatan;
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan.
Kepesertaan Wajib
Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di Indonesia selama
minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Ini sesuai pasal 14 UU BPJS.
Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di sektor formal, namun juga
pekerja informal. Pekerja informal juga wajib menjadi anggota BPJS Kesehatan. Para pekerja
wajib mendaftarkan dirinya dan membayar iuran sesuai
Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh pelayanan kesehatan;
Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta prosedur pelayanan
kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau tertulis ke Kantor BPJS
Kesehatan.
Kewajiban Peserta :
Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang besarannya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku ;
Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan, perceraian, kematian, kelahiran,
pindah alamat atau pindah fasilitas kesehatan tingkat I;
Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang yang tidak
berhak.
Fungsi BPJS
peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang
pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.
untuk:
Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan
masyarakat.
Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan data
kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk menerima bantuan iuran dari
Pemerintah, pengelolaan Dana jaminan Sosial, pembayaran manfaat dan/atau membiayai
pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian informasi dalam rangka sosialisasi program jaminan
sosial dan keterbukaan informasi.
Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara pasif dalam arti menerima
pendaftaran atau secara aktif dalam arti mendaftarkan peserta.
g) Wewenang BPJS
berwenang:
Menagih pembayaran Iuran;
Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan
mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil
yang memadai;
Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam
memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan
sosial nasional;
Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan
yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;
Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi
kewajibannya;
Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam
membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan
sosial.
Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta pembayaran dalam hal
terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran, kewenangan melakukan
pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi administratif yang diberikan kepada BPJS
memperkuat kedudukan BPJS sebagai badan hukum publik.
BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan
kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim diterima lengkap. Besaran
pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara BPJS
Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Dalam hal tidak ada kesepakatan atas besaran
pembayaran, Menteri Kesehatan memutuskan besaran pembayaran atas program JKN yang
diberikan. Asosiasi Fasilitas Kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Dalam JKN, peserta dapat meminta manfaat tambahan berupa manfaat yang bersifat non
medis berupa akomodasi. Misalnya: Peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi
daripada haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan,
atau membayar sendiri selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dan biaya yang
harus dibayar akibat peningkatan kelas perawatan, yang disebut dengan iur biaya (additional
charge). Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi peserta PBI.
Transfusi darah
Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut yaitu pelayanan kesehatan yang mencakup:
Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
dokter umum atau dokter gigi di Puskesmas, Klinik, Balai Pengobatan atau Dokter
praktek solo
Pelayanan Rawat Jalan tingkat II (lanjutan) adalah pemeriksaan dan pengobatan yang
dilakukan oleh dokter spesialis atas dasar rujukan dari dokter PPK I sesuai dengan
indikasi medis
Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada peserta yang memerlukan perawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit
Pelayanan Persalinan adalah pertolongan persalinan yang diberikan kepada tenaga kerja
wanita berkeluarga atau istri tenaga kerja peserta program jaminan pemelihara
kesehatan maksimum sampai dengan persalinan ke 3 (tiga).
Pelayanan Khusus adalah pelayanan rehabilitasi, atau manfaat yang diberikan untuk
mengembalikan fungsi tubuh
Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap
penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja.
Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas.
Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri atau akibat melakukan hobi yang
berbahaya.
k) Manfaat BPJS
Manfaat BPJS dari segi Promosi dan Preventif akan memberikan pelayanan yang meliputi:
Imunisasi dasar
Melayani imunisasi dasar meliputi:
Vaksin Hepatitis-B
Vaksin Campak
4. Skrining kesehatan
Kawasan Tanpa Rokok, yang selanjutnya disingkat KTR adalah ruangan atau area yang
dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,
mengiklankan, dan/ atau mempromosikan produk tembakau (Kemenkes RI, 2011).
(2011), yaitu :
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/ atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/ atau
masyarakat.
Tempat proses belajar Mengajar adalah gedung yang digunakan untuk kegiatan
belajar, mengajar, pendidikan dan/ atau pelatihan.
Tempat anak bermain adalah area tertutup maupun terbuka yang digunakan untuk
kegiatan bermain anak-anak.
4) Tempat Ibadah
Tempat ibadah adalah bangunan atau ruang tertutup yang memiliki ciri-ciri tertentu
yang khusus dipergunakan untuk beribadah bagi para pemeluk masing- masing agama
secara permanen, tidak termasuk tempat ibadah keluarga.
5) Angkutan Umum
Angkutan umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat berupa kendaraan
darat, air, dan udara biasanya dengan kompensasi.
6) Tempat Kerja
Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-
sumber bahaya.
7) Tempat Umum
Tempat umum adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh masyarakat
umum dan/ atau tempat yang dapat dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan
masyarakat yang dikelola oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Tempat lainnya yang ditetapkan adalah tempat terbuka yang dapat dimanfaatkan
bersama-sama untuk kegiatan masyarakat.
Tujuan KTR
Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih bebas dari asap rokok;
Mencegah rasa tidak nyaman, bau dan kotoran dari ruang rokok;
Melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk merokok baik langsung
maupun tidak langsung (Kemenkes RI, 2011).
Kebijakan KTR
Suatu kebijakan dapat terbentuk dengan adanya dorongan atau dukungan dari pihak yang
membutuhkan suatu kebijakan tersebut guna untuk mengatasi masalah yang terjadi di lingkungan
sosialnya. Kebijakan merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengatasi suatu masalah yang
sedang terjadi. Dengan adanya dukunganyang kuat, berarti pihak tersebut sangat membutuhkan
suatu kebijakan itu untuk mengatasi masalah dalam lingkungan sosialnya.
Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok merupakan cara yang efektif untuk mengendalikan
tembakau atau lebih khusus lagi untuk mengurangi kebiasaan merokok. Landasan hukum
penerapan kawasan tanpa rokok di Indonesia cukup banyak seperti dinyatakan Kemenkes RI (2009),
yaitu :
PP RI No. 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa
Produk Tembakau bagi Kesehatan
Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 35 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok pada
Perkantoran di Lingkungan Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara
Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau toksinnya, yang berasal
dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/ ditansmisikan kepada pejamu (host) yang rentan.
Penyakit menular (Communicable Desease) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya agen penyebab
yang mengakibatkan perpindahan atau penularan penyakit dari orang atau hewan yang terinfeksi, kepada
orang atau hewan yang rentan (potential host), baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
perantara (vector) atau lingkungan hidup. Penyakit-penyakit menular dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok yaitu:
Diare
Malaria
Antraks
HIV/ AIDS
Hepatitis-B
Mekanisme ini menularkan bibit penyakit langsung dari sumbernya kepada orang lain.
Hal ini bisa melalui kontak langsung seperti melalui sentuhan, gigitan, hubungan seksual,
percikan yang mengenai conjunctiva, selaput lendir dari mata, hidung atau mulut pada waktu
orang lain bersin, batuk, meludah, bernyanyi atau bercakap (biasanya pada jarak yang kurang
dari 1 meter)
Penularan Tidak Langsung
Penularan melalui alat – alat yang terkontaminasi seperti mainan anak-anak, saputangan, kain
kotor, tempat tidur, alat masak atau alat makan, instrumen bedah, air, makanan, susu,
produk biologis seperti darah, serum, plasma, jaringan organ tubuh, atau segala sesuatu
yang berperan sebagai perantara dimana bibit penyakit di “angkut” dibawa kepada
orang/binatang yang rentan dan masuk melalui “Port d’entre” yang sesuai. Bibit penyakit
tersebut bisa saja berkembang biak atau tidak pada alat tersebut sebelum ditularkan
kepada orang/binatang yang rentan. Ini lebih dikenal dengan food and water borne disease.
Penularan Melalui Vektor. Cara ini meliputi hal-hal yang sederhana seperti
terbawanya bibit penyakit pada saat serangga merayap ditanah baik terbawa pada kakinya
atau pada belalainya, begitu pula bibit penyakit terbawa dalam saluran pencernaan
serangga.
membangun komitmen, dan menjadi bagian integral pembangunan kesehatan dalam mewujudkan
manusia Indonesia yang sehat dan produktif terutama bagi masyarakat
3. Penyehatan Lingkungan
Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan
hidup yang lebih sehat melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan
untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan.
Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar
Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan
Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan
tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu berbagai lintas
sector ikut serta berperan baik kebijakan dan pembangunan fisik serta Departemen
Kesehatan sendiri terfokus kepada hilirnya yaitu pengelolaan dampak kesehatan.
b. Rumah Sehat
Pada tahun 2006, cakupan rumah sehat mencapai 69%. Kegiatan yang
dilakukan: menyusun persyaratan kualitas udara di dalam rumah serta
menyusun petunjuk pelaksanaan monitoring kualitas udara di dalam rumah.
Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap
beberapa aspek yang sangat berpengaruh, antara lain:
Sirkulasi udara yang baik.
Penerangan yang cukup.
Air bersih terpenuhi.
Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan
pencemaran.
Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta
tidak terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor
maupun udara kotor.
Pengawasan Tempat-tempat Umum
Pengawasan tempat-tempat umum perlu dilakukan karena tempat
berkumpulnya manusia, yang bisa menjadi sumber penularan berbagai
penyakit. Aspek yang dinilai antara lain :
Kondisi bangunan meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi,
pencahayaan, dll
Sarana sanitasi meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran,
sarana pembuagan air limbah, dan sarana pembuangan sampah.
Pengendalian Dampak Risiko Pencemaran Lingkungan
Faktor risiko lingkungan dan perilaku masyarakat merupakan satu kesatuan
yang memiliki hubungan timbal balik yang berpengaruh terhadap gangguan kesehatan
masyarakat dan kesehatan lingkungan. fokus pelaksanaan yang perlu
dilakukan baik melalui fasilitasi kepada para pengelola program, advokasi
dan sosialisasi kepada para pengambil keputasan daerah adalah sebagai
berikut: a. AMDAL / ADKL
Kajian aspek kesehatan masyarakat perlu dikaji secara cermat dan
mendalam, dengan metode pendekatan analisis dampak kesehatan
lingkungan (ADKL) dan metode epidemiologi. Metode analisis dampak
kesehatan lingkungan (ADKL) ini dapat dipergunakan untuk identifikasi
dampak potensial dari suatu hubungan antara parameter lingkungan, media
lingkungan, penduduk yang terpajan dan dampaknya terhadap kesehatan.
b. Pengendalian Pencemaran Udara
Saat ini penurunan kualitas udara terutama di kota-kota besar telah menjadi
masalah yang membutuhkan penanganan serius mengingat sudah pada tingkat
yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Penurunan kualitas udara
terjadi karena emisi yang masuk ke udara melebihi daya dukung lingkungan.
Lingkungan tidak mampu menetralisir pencemaran yang terjadi.
Kota-kota besar maupun pusat-pusat pertumbuhan industri adalah
yang paling utama merasakan dampak penurunan kualitas udara. Salah
satu upaya Pemerintah mengatasi meningkatnya pencemaran udara dari
sumber bergerak adalah menghapus bensin bertimbal (Pb) sejak Juli
2006. Harapannya konsentrasi Pb di udara ambien akan turun.
5. Kesimpulan
Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau
toksinnya, yang berasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/
ditansmisikan kepada pejamu (host) yang rentan. Penyakit menular (Communicable
Desease) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya agen penyebab yang
mengakibatkan perpindahan atau penularan penyakit dari orang atau hewan yang
terinfeksi, kepada orang atau hewan yang rentan (potential host), baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui perantara (vector) atau lingkungan hidup.
Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular.Penyakit
menular yang diprioritaskan dalam program ini adalah: malaria, demam berdarah dengue,
tuberkulosis paru, HIV/ AIDS, diare, polio, filaria, kusta, pneumonia, dan penyakit-
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), termasuk penyakit karantina dan
risiko masalah kesehatan masyarakat yang memperoleh perhatian dunia internasional
(public health risk of international concern).
Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan
hidup yang lebih sehat melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan
untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan.
Sesuai dengan dengan amanat dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 yang
mengatur tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Kesehatan
telah menyusun Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015.
Menindaklanjuti hal tersebut, maka Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat menyusun
Rencana Aksi sebagai dasar atau acuan untuk unit sakter direktorat di lingkup Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat dalam melakukan kegiatan.
64 Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.
Kondisi Umum
Dalam dokumen RPJMN Tahun 2015-2019, sasaran yang ingin dicapai adalah
mneningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung perlindungan finansial dan pemerataan
pelayanan kesehatan.
Rasio tingkat kematian ibu menurut wilayah Tahun 2014 berdasarkan hasil
SUPAS 2015 menunjukkan bahwa di Wilayah Indonesia Bagian Timur memiliki Maternal
Mortality Ratio (MMR) lebih tinggi (MMR rasio apabila dibandingkan dengan wilayah lain,
dimana jumlah kelahiran tertinggi masih terpusat di Wilayah Indonesia Bagian Barat
(Jawa-Bali) dengan rasio 1.20. Dilihat berdasarkan karakteristik penolong persalinan
menurut wilayah dari hasil SUPAS 2015, di regional Sulawesi masih ditemukan tenaga
dukun dan penolong lainnya di luar tenaga medis yang membantu proses persalinan.
Selain itu, untuk persentase kematian ibu menurut tempat meninggal yang paling
dominan terjadi adalah di tempat fasilitas kesehatan sebesar 70%.
Pola persebaran Penyakit Tidak Menular (PTM) berdasarkan status sosial ekonomi dapat
terjadi di semua golongan, baik kaya dan miskin. Namun tingkat kecenderungannya lebih tinggi
terjadi pada golongan penduduk miskin. Hal ini menjadi beban Pemerintah dalam pembiayaan
kesehatan yang dari tahun ke tahun semakin bertambah mencapai 16,9 Triliun (29,67%) untuk
pendanaan jaminan kesehatan nasional dengan tipe penyakit yang paling dominan adalah
katastropik yang mencapai 29,67% (penyakit jantung 13%, gagal ginjal kronis 7% dan kanker
Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP 2010),
346 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).
Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.
Meningkatkan Tata Kelola Pemerintah yang Baik dan Bersih Strategi untuk
meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih meliputi :
Mendorong pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, ekonomis dan
ketatatan pada peraturan perundang-undangan.
Meningkatkan Daya Guna Kemitraan (Dalam dan Luar Negeri) Strategi ini akan
dilakukan melalui berbagai upaya antara lain:
Menyusun roadmap kerja sama dalam dan luar negeri.
Membuat aturan kerja sama yang mengisi roadmap yang sudah disusun.
Untuk mencapai tujuan Kementerian Kesehatan, terlebih dahulu akan
diwujudkan 5 (lima) sasaran strategis yang saling berkaitan sebagai hasil
pelaksanaan berbagai program teknis secara terintegrasi, yakni: 1).Meningkatnya
Kesehatan Masyarakat (SS1); 2).Meningkatkan Pengendalian Penyakit (SS2);
3).Meningkatnya Akses dan Mutu Fasilitas Kesehatan (SS3); 4).Meningkatnya
Jumlah, Jenis, Kualitas, dan Pemerataan Tenaga Kesehatan (SS4); dan 5)
Meningkatnya Akses, Kemandirian, serta Mutu Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan (SS5).
h. Meningkatkan Kesehatan Masyarakat
Strategi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
mencakup pelayanan kesehatan bagi seluruh kelompok usia mengikuti siklus
hidup sejak dari bayi sampai anak, remaja, kelompok usia produktif, maternal,
dan kelompok usia lanjut (Lansia), yang dilakukan antara lain melalui:
Melaksanakan penyuluhan kesehatan, advokasi dan menggalang kemitraan
dengan berbagai pelaku pembangunan termasuk pemerintah daerah.
Untuk penyakit tidak menular maka perlu melakukan deteksi dini secara
pro-aktif mengunjungi masyarakat karena ¾ penderita tidak tahu
kalau dirinya menderita penyakit tidak menular terutama pada para
pekerja. Di samping itu perlu mendorong kabupaten/kota yang
memiliki kebijakan PHBS untuk menerapkan kawasan bebas asap
rokok agar mampu membatasi ruang gerak para perokok.
Meningkatnya kesehatan lingkungan, strateginya adalah:
Penyusunan regulasi daerah dalam bentuk peraturan Gubernur,
Walikota/Bupati yang dapat menggerakkan sektor lain di daerah
untuk berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan penyehatan
lingkungan seperti peningkatan ketersediaan sanitasi dan air
minum layak serta tatanan kawasan sehat.
Meningkatkan Akses, Kemandirian dan Mutu Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Untuk mewujudkan kemandirian bahan baku obat dibutuhkan komitmen
politik yang tinggi. Strategi yang perlu dilakukan dari berbagai upaya antara lain:
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 yang diturunkan ke dalam
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang menjadi acuan
pelaksanaan integratif 3 (tiga) pilar prioritas aspek pembangunan kesehatan nasional, yang
terdiri dari Penerapan Paradigma Sehat, Penguatan Pelayanan Kesehatan dan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) dalam rangka mewujudkan Keluarga Sehat yang diatur di dalam
Permenkes Nomor 39 Tahun 2016. Secara sinergis dan bersama-sama dengan para pemangku
kepentingan publik serta masyarakat sebagai objek sekaligus subjek pembangunan kesehatan
berperan serta dalam mendukung pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
yang secara makro kebijakan telah dipayungi oleh Inpres Nomor 1 Tahun 2017 yang secara
Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja dan lanjut
usia yang berkualitas;
Mempercepat perbaikan gizi masyarakat;
Meningkatkan penyehatan lingkungan;
Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
Meningkatkan upaya kesehatan kerja dan olahraga; serta
Meningkatkan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada
program kesehatan masyarakat.
Sumber Data
Penanggung Jawab
Pengelola Data di Tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi.
f. Mekanisme Pelaporan
Data diperoleh secara online melalui komdat pusdatin, email dan
aplikasi SIP (Sistem Informasi Puskesmas) sesuai dengan mekanisme
data yang dibentuk.
a. Definisi Operasional
Ibu hamil dengan ukuran lingkar lengan atas (LiLA) < 23,5 cm.
c. Sumber Data
Laporan Monitoring Puskesmas : SiGizi, Kohort Antenatal Care,
Formulir pencatatan pemberian makanan tambahan ibu hamil kurang
energi kronik (KEK).
Waktu Pelaporan : setiap satu bulan sekali.
Penanggung Jawab Petugas
gizi puskesmas
Mekanisme Pelaporan
Data diperoleh secara online melalui website SiGizi dan Formulir
pencatatan pemberian makanan tambahan Ibu hamil kurang energi
kronik (KEK).
Sumber Data
Penanggung Jawab
Mekanisme Pelaporan
Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) sebesar 90%;
Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif sebesar
44%;
Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebesar 44%;
Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan sebesar 80%; dan
Persentase remaja putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) sebesar 20%.
Penjelasan Indikator
1) Definisi Operasional
Ibu hamil dengan ukuran lingkar lengan atas (LiLA) < 23,5 cm yang
mendapat makanan tambahan dalam bentuk pabrikan atau bahan pangan
lokal yang diberikan minimal selama 90 Hari Makan Ibu (HMI) secara
berturut-turut.
Sumber Data
Laporan Monitoring Puskesmas : SiGizi, Kohort ANC, Formulir pencatatan
pemberian makanan tambahan ibu hamil kurang energi kronik (KEK).
Mekanisme Pelaporan
Data diperoleh secara online melalui website SiGizi dan Formulir pencatatan
pemberian makanan tambahan Ibu hamil kurang energi kronik (KEK).
Definisi Operasional
Ibu hamil yang mendapat Tablet yang mengandung Fe dan asam folat , baik
yang berasal dari Program (Tablet yang mengandung 60 mg elemental besi
dan 0.25 mg asam folat yang disediakan oleh pemerintah dan diberikan secara
gratis pada ibu hamil) maupun Mandiri (Tablet multivitamin dan mineral,
minimal mengandung elemental besi dan asam folat yang diperoleh secara
Jumlah ibu hamil yang mendapat minimal 90 TTD dibagi Jumlah sasaran ibu
hamil yang ada di satu wilayah pada periode tertentu dikali dengan 100%.
Sumber Data
Penanggung Jawab
Mekanisme Pelaporan
Formulir monitoring bulanan ibu selama hamil dan jumlah TTD yang
diterima serta formulir pelaporan, mekanisme pelaporan melalui SiGizi.
Definisi Operasional
Proses inisiasi dimulai dari bayi baru lahir diletakkan segera setelah
lahir dengan posisi tengkurap di dada atau perut ibu minimal 1 jam
sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu.
Sumber Data
Buku KIA, Kohort Bayi, Laporan IMD RS, Puskesmas rawat inap, Bidan
Praktik Mandiri, Kohort ibu.
Waktu Pelaporan :
Penanggung Jawab
Mekanisme Pelaporan
Definisi Operasional
ASI (Air Susu Ibu) tanpa diberikan makanan lain / pendamping pada bayi
selama 6 bulan dan dicatat melalui register pencatatan/Buku KIA/KMS
(Kartu Menuju Sehat).
Penanggung Jawab
Mekanisme Pelaporan
Definisi Operasional
Anak usia 6 sampai dengan 59 bulan 29 hari dengan status gizi kurus (BB/PB
atau BB/TB -3 SD sampai dengan < -2 SD) yang mendapat tambahan asupan
zat gizi di luar makanan utama dalam bentuk makanan tambahan pabrikan
yang diberikan minimal selama 90 hari secara berturut-turut.
Jumlah anak usia 6 sampai dengan 59 bulan 29 hari dengan status gizi
kurus (BB/PB atau BB/TB -3 SD sampai dengan < -2 SD) yang mendapat
makanan tambahan selama 90 hari dibagi Jumlah anak usia 6 sampai
dengan 59 bulan 29 hari dengan status gizi kurus pada periode dan
wilayah tertentu dikali dengan 100%.
Sumber Data
Mekanisme Pelaporan
Jumlah seluruh balita kurus yang ada di wilayah tertentu pada bulan ini
Jumlah kasus balita kurus yang telah ditemukan dan diberikan makanan
Definisi Operasional
Remaja putri yang berusia 12-18 tahun yang bersekolah di SLTP dan SLTA /
Sumber Data
Mekanisme Pelaporan
Jumlah remaja putri 12-18 tahun yang bersekolah di SLTP dan SLTA
yang ada di wilayah tertentu; dan
Data diperoleh secara online melalui komdat pusdatin, email dan aplikasi SIP
(Sistem Informasi Puskesmas) sesuai dengan mekanisme data yang dibentuk.
RENCANA AKSI PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2015-2019
yang sangat penting dari peran pemerintah adalah menciptakan kepemimpinan yang
kuat pada semua pemegang program (stakeholders) dan masyarakat luas. Untuk itu,
maka pelaksanaan upaya penggerakan program kesehatan bagi masyarakat
perlu dilakukan secara bersama dan sinergis oleh berbagai program dan
sektor yang terkait secara sistematis dan dilakukan dengan persiapan yang
matang serta langkah-langkah yang tepat.
Adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang ternyata lebih pendek
disbanding tinggi badan orang lain pada umumnya (yang seusianya), yang
disebabkan kurangnya asupan gizi yang diterima oleh janin/bayi. Stunting
dapat di cegah dengan memberikan ASI dan MPASI, akses air bersih dan
fasilitas sanitasi, pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu hamil, memantau
pertumbuhan balita di posyandu. Dampak stunting diantaranya :
INTERVENSI SOSIAL :
INTERVENSI KESEHATAN :
Konsultasi perencanaan kehamilan dengan melibatkan suami dan keluarga
(orang tua)
Pelayanan kontrasepsi bagi Suami untuk penundaan kehamilan
Paragdigma Sehat
Pengarus utamaan kesehatan dalam pembangunan
Promotif & Preventif sebagai pilar utama upaya kesehatan
Pemberdayaan masyarakat
Indikator : Kota dan kecamatan sehat
Penguatan Yankes
1) Peningkatan Akses
2) Peningkatan Mutu
Regionalisasi Rujukan
Intervensi berbasis risiko (Kesehatan (health risk))
Penerapan pendekatan (Continuum of careta)
Indikator : Akreditasi RS dan puskesmas
Jaminan Kesehatan Nasional
Benefit
1 Keluarga mengikuti KB
Suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh
seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan,dan kemampuan berperilaku
sehat untuk meningkatkan kualitas hidup
Tujuan GERMAS
Peningkatan edukasi hidup sehat
Peningkatan kualitas lingkugan
Peningkatan pencegahan dan deteksi diri penyakit
Penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi
Peningkatan perbaikan gizi
Peningkatan aktivitas fisik
Mampu berperilaku sehat yang berdampak pada kesehatan terjaga, lingkungan bersih,
produktif, dan biaya obat berkurang
Menerbitkan kebijakan internal dinkes Provinsi untuk membudayakan hidup sehat (seperti
kegiatan olahraga, konsumsi buah dan sayur dalam jamuan rapat, deteksi dini secara
berkala, penerapan kawasan tanpa rokok, penyediaan sarana ruang menyusui)
DAFTAR PUSTAKA
Mentri Kesehatan RI.(2015). Peemmbangunan K esehatan Menuju I ndonesia Sehat. Diperoleh
dari https://www.depkes.go.id/resources/download/rakerkesnas-2015/MENKES
Kemenkes RI.(2016). Bukuku Proogrgraam Indonesisia Sehat dengngaan Pendekataan K eluarga ..
Diperoleh dari
https://www.depkes.go.id/resources/download/lain/Buku%20Program%20Indonesia%20Seha t
%20dengan%20Pendekatan%20Keluarga.pdf
Kemenkes RI. Rencana Aksi Seekkrreetatarriiat Jenderraal Keemmenteriiaan Kesehatan . Diperoleh dari
https://www.depkes.go.id/resources/download/LAKIP%20ROREN/1%20perencanaan%20ki
nerja/Rencana%20Aksi%20Sekjen.pdf
Dr. Kuwat Sri H. Rencana Aksi Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2015-2019
Global Health Initiative (2008). Why Global Health Matters . Washington, DC: FamiliesUSA