Anda di halaman 1dari 8

Wanita Kawin tidak perlu NPWP

Opening:

Halo Teman Sekelas, ini adalah sesi Studi Kasus. Yang kita bahas kali
ini adalah “Wanita Kawin Tidak Perlu NPWP”

Mari kita simak studi kasus berikut ini


Kasus:

Teman Sekelas, Saya adalah wanita yang baru saja menikah sebulan yang lalu. saya ingin memulai usaha travel di
luar usaha suami saya sebagai distributor makanan ringan. Apakah saya harus memperoleh Nomor Pokok Wajib
Pajak
Penyelesaian Kasus:
Pada dasarnya, aturan pajak wanita kawin yang ingin digabung dengan suami sudah diatur dalam Undang-Undang
maupun Peraturan Pemerintah, yakni:

● PP Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
● UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan (PPh).
Dalam PP disebutkan bahwa wanita kawin atau perempuan menikah yang sudah memenuhi syarat baik secara
subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku,
penghitungan dan pembayaran pajaknya dapat digabung dengan suami.

Tapi, apabila sudah bercerai secara hukum dan ada perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis di
antara keduanya, maka sang istri dapat menjalankan hak dan kewajiban pajaknya sendiri.
Penyelesaian Kasus:

Untuk NPWP, apabila istri ingin memenuhi kewajiban pajaknya secara terpisah, maka harus mendaftarkan diri guna memperoleh NPWP.
Akan tetapi, jika sejak sebelum menikah sudah memiliki NPWP, Anda tidak perlu lagi daftar NPWP baru. Jadi, jelas bahwa NPWP dalam
satu keluarga cukup satu saja yakni kepala keluarga. Namun, sebagai istri, Anda memungkinakan untuk memiliki NPWP terpisah yang
juga diartikan bahwa kewajiban perpajakannya pun terpisah dengan suami.

Dahulu pernah diberlakukan penerbitan NPWP dengan membedakan 3 digit akhir dari NPWP bagi wanita menikah dan/atau anak dalam
satu keluarga yang memiliki penghasilan. Tujuannya guna menghindari tarif lebih besar, maka diberikan NPWP dengan 3 digit akhir 999
atau 998.

Ada pula ketentuan 3 digit akhir untuk NPWP cabang kepala keluarga, yakni 001-002 dan seterusnya. Digit akhir yang berbeda tersebut
diperuntukan bagi kepala keluarga yang memiliki cabang usaha.

asal muasal dari digit akhir 999/998 diatur dalam pasal 5 PER-51/PJ/2008 dikatakan:

● Nama wajib pajak ditulis sesuai dengan nama sebagaimana tertera dalam permohonan pendaftaran NPWP.
● NPWP 12 digit pertama diberikan dengan 12 digit pertama NPWP Penanggung Biaya Hidup; 3 digit terakhirnya merupakan kode
cabang yang dimulai dari untuk anggota keluarga pertama (istri), 998 untuk anggota keluarga kedua dan seterusnya.
Namun, akhirnya 3 digit akhir (999) yang berbeda pada wanita kawin tersebut akhirnya dihapus. Hal itu diperkuat berdasarkan pasal 9
ayat (2) dan pasal 9 ayat (4e) PER-20/PJ/2013 yang mengatakan:

5
Penyelesaian Kasus:

● Penghapusan NPWP dilakukan kepada wajib pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau
objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dapat dilakukan atas
permohonan wajib pajak atau secara jabatan.
● Penghapusan NPWP atas permohonan wajib pajak maupun secara jabatan dilakukan berdasarkan hasil
pemeriksaan, jika penghapusan tersebut dilakukan terhadap:
○ Wanita yang sebelumnya mempunyai NPWP dan menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta
dan penghasilan, serta tidak ingin melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya secara terpisah dari
suaminya.
○ Wanita kawin yang mempunyai NPWP berdasarkan dengan NPWP suami dan pelaksanaan hak dan
kewajiban pajaknya digabung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban pajak suami.
○ Anak yang belum dewasa yang sudah mempunya NPWP.
Jadi, bagi wajib pajak wanita kawin yang terlanjur memiliki NPWP dengan 3 digit terakhir 999, disarankan untuk
mengajukan permohonan penghapusan NPWP. Sebab, hanya dengan satu NPWP yang sama dengan suami saja
sudah cukup. NPWP tersebut juga dikenal sebagai NPWP kepala keluarga.

6
Penyelesaian Kasus:

Misalnya, NPWP Fathur Ramadhan (suami): 06.123.456.3-708.000 dan NPWP Maemunah Wulandari (istri dan
bekerja): 06.123.456.3-708.999. Istri dianjurkan untuk mengajukan penghapusan NPWP. Untuk kewajiban
perpajakannya dilakukan dengan 1 NPWP kepala keluarga.

Begitupun bila NPWP istri yang bekerja berbeda dengan suami, maka dianjurkan pula untuk menghapus NPWP istri
dan menggabungkan kewajiban perpajakannya dengan NPWP milik suami/kepala keluarga.

Apabila istri tetap memiliki NPWP sendiri, maka istri dianggap memilih untuk pemisahan harta dan penghasilan. Atau
istri memilih untuk menjalankan kewajiban perpajakannya secara mandiri.

Jadi atas hal tersebut, jika pada saat menikah tidak ada perjanjian pisah harta maka penghasilan jasa travel di
gabung dengan penghasilan suami cukup NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) suami. Tetapi, jika pada saat menikah
terjadi perjanjian pisah harta dengan suami, maka Anda berkewajiban untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak
dan memiliki NPWP.

7
Closing:
Demikian Solusi Studi Kasus kali ini, Semoga bermanfaat, dan mari kita simak studi kasus lainnya

Anda mungkin juga menyukai