PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah elemen yang begitu sangat penting dalam
membantu manusia untuk menemukan eksistensi kemanusiaannya, baik itu
pendidikan formal maupun non-formal. Pendidikan sendiri merupakan sebuah
upaya atau usaha sadar untuk mengembangkan potensi manusia sesuai dengan
tujuan pendidikan itu sendiri. Ilmu dan tekhnologi sekarang juga sangat
berkembang pesat, termasuk dalam memberikan kontribusinya terhadap proses
pendidikan. Bahkan ilmu pernah menjadi sentral bagi beberapa pemikir- pemikir
terdahulu. Seperti halnya Sigmud Freud yang menjadikan ilmu sebagai
agamanya dan menjadi atheis.
Namun semakin hari orang semakin merasa bahwa ilmu saja tidak
membuat mereka puas. Menurut Saya (tekhnologi, ilmu, dan menejemen menang
membawa kemajuan, tetapi gagal membawa kebahagiaan. Inilah juga yang
menjadi landasan Subandi yang mengatakan bahwa meskipun ilmu dan
tekhnologi telah berkembang begitu pesatnya. Tetapi, banyak fenomena orang
yang kembali kepada agama. Dimana agama menurut saya sebuah proses
pengikatan diri dan upaya penjalinan hubungan antara manusia denagn kekuatan
lain, yang melahirkan kehidupan yang lebih utuh, lengkap dan menyeluruh
(Subandi, 2013: 39-41).
Dalam psikologi agama hal tersebut dinamakan rasa beragama. Menurut saya
rasa beragama salah satunya bisa diartikan sebagai sesuatu perasaan bahwa ada
sesuatu yang maha besar yang berkuasa atas diri dan alam semesta. Terkait
dengan dengan rasa keberagamaan, pendidikan merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi rasa keberagamaan tersebut. Menurut saya bahwa
meskipun para ahli masih berselisih paham terhadap asal- usul jiwa keagamaan,
tetapi mereka sepakat bahwa pendidikan memiliki posisi dan peranan penting
dalam menanamkan sikap dan rasa keberagamaan seseorang.
Pendidikan memang memiliki cakupan yang sangat luas, bisa merupakan
pendidikan keluarga, lembaga, masyarakat dan sebagainya. Namun, dalam
penelitian ini peneliti ingin fokus pada pendidikan yang bersifat formal
keilmuaan atau bisa juga dikatakan jenjang formal pendidikan. Sehingga
pertanyaan mendasar dalam penelitian ini adalah bahwa jika pada penjelasan
tersebut diatas pendidikan dinilai memiliki peranan strategis untuk menenamkan
rasa keberagamaan. Maka, dalam penelitian ini mencoba menemukan apakah
pendidikan berpengaruh juga terhadap lahirnya keraguan beragama pada
seseorang terhadap agama yang diimani dan dipercayainya selama ini. Keraguan
ini dalam psikologi agama lebih dikenal dengan sebutan religious doubt.
A. Rumusan Masalah
Penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Pendidikan Terhadap Religious Doubt
Pada Remaja”. Mengacu pada latar belakang masalah diatas, untuk
mempermudah maka peneliti membatasi masalah dan menyusun rumusan
masalah. Adapun rumusan masalahnya adalah: Apakah pendidikan berpengaruh
terhadap religious doubt pada remaja?
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir
Mata Kuliah Psikologi Agama dan untuk memperoleh gambaran apakah
pendidikan berpengaruh terhadap religious doubt pada remaja. Sedangkan
manfaat penelitian ini selain untuk menambah pengetahuan kita tentang
psikologi agama melalui penelitian, juga diharapkan dengan penelitian ini kita
mampu memperhatikan faktor-faktor yang bisa berakibat terhadap timbul
religious doubt pada diri kita dan keluarga.
BAB II
HIPOTESIS
3. kebiasaan
Seseorang yang terbiasa dengan tradisi keagamaan yang dianutnya akan ragu
menerima kebenaran ajaran yang baru diterima atau dilihatnya. Misalnya
seorang remaja protestan akan ragu dengan ajaran-ajaran yang ada di dalam
Islam. Namun, keraguan ini ada yang menimbulkan rasa penasaran dan
kemudian mereka berusaha mencari kebenaran dengan memperbandingkan
kedua ajaran tersebut. Maka tidak tertutup kemungkinan mereka pindah
agama.
4. Pendidikan
Dasar pengetahuan yang dimiliki seseorang sesuai dengan tingkat pendidikan
yang ia miliki akan membawa pengaruh sikap terhadap ajaran agamanya.
Terutama yang mengandung ajaran yang bersifat dogmatis. Apalagi adanya
kemampuan mereka menafsirkan ajaran agamanya.
5. Percampuran agama dan mistik
Para remaja merasa ragu untuk menentukan antara agama dengan mistik. Sejalan dengan
perkembangn masyarakat
kadang secara tak disadari tindak keagamaan yang mereka lakukan ditopang oleh
praktek kebatinan dan mistik. Penyatuan unsur ini merupakan suatu dilema yang
kabur bagi para remaja.
Selanjutnya, menurut saya secara individu sering pula terjadi keraguan yang
disebabkan beberapa hal antara lain mengenai :
(1) Kepercayaan,
(6) Perbedaab aliran dalam keagamaan, sekte (dalam agama Kristen) atau
mazhab (Islam).
Dan pendapat saya , Diantar penyebab religious doubt adalah :
(1) Early religious training,
(2) Independent thinking,
(3) Higher education,
(4) Friend/family with different religious belief,
(5) Dogmatic teaching,
(6), Immorality among religious leaders,
(7) Individual differences, dan
(8) Conflicting between science and religion.
B. Bentuk dan Ekspresi Religious Doubt
Diantara ekspresi yang dilahirkan dari religious doubt menurut saya adalah :
(1) Seseorang yang memiliki keraguan dalam beragama itu terlihat skeptik
terhadap hal-hal yang berbentuk keagamaan,