Anda di halaman 1dari 12

MINI RISET

Pengaruh Pendidikan Terhadap Religious Doubt Pada Remaja


Mata kuliah bahasa indonesia
Zalsa riafinola Oktaviani (2204300039)

Dosen Pengampu AMIN BASRI, S.PDI.,M.PD

PROGRAM STUDY AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SUMATERA UTARA
2022
BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah elemen yang begitu sangat penting dalam
membantu manusia untuk menemukan eksistensi kemanusiaannya, baik itu
pendidikan formal maupun non-formal. Pendidikan sendiri merupakan sebuah
upaya atau usaha sadar untuk mengembangkan potensi manusia sesuai dengan
tujuan pendidikan itu sendiri. Ilmu dan tekhnologi sekarang juga sangat
berkembang pesat, termasuk dalam memberikan kontribusinya terhadap proses
pendidikan. Bahkan ilmu pernah menjadi sentral bagi beberapa pemikir- pemikir
terdahulu. Seperti halnya Sigmud Freud yang menjadikan ilmu sebagai
agamanya dan menjadi atheis.
Namun semakin hari orang semakin merasa bahwa ilmu saja tidak
membuat mereka puas. Menurut Saya (tekhnologi, ilmu, dan menejemen menang
membawa kemajuan, tetapi gagal membawa kebahagiaan. Inilah juga yang
menjadi landasan Subandi yang mengatakan bahwa meskipun ilmu dan
tekhnologi telah berkembang begitu pesatnya. Tetapi, banyak fenomena orang
yang kembali kepada agama. Dimana agama menurut saya sebuah proses
pengikatan diri dan upaya penjalinan hubungan antara manusia denagn kekuatan
lain, yang melahirkan kehidupan yang lebih utuh, lengkap dan menyeluruh
(Subandi, 2013: 39-41).
Dalam psikologi agama hal tersebut dinamakan rasa beragama. Menurut saya
rasa beragama salah satunya bisa diartikan sebagai sesuatu perasaan bahwa ada
sesuatu yang maha besar yang berkuasa atas diri dan alam semesta. Terkait
dengan dengan rasa keberagamaan, pendidikan merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi rasa keberagamaan tersebut. Menurut saya bahwa
meskipun para ahli masih berselisih paham terhadap asal- usul jiwa keagamaan,
tetapi mereka sepakat bahwa pendidikan memiliki posisi dan peranan penting
dalam menanamkan sikap dan rasa keberagamaan seseorang.
Pendidikan memang memiliki cakupan yang sangat luas, bisa merupakan
pendidikan keluarga, lembaga, masyarakat dan sebagainya. Namun, dalam
penelitian ini peneliti ingin fokus pada pendidikan yang bersifat formal
keilmuaan atau bisa juga dikatakan jenjang formal pendidikan. Sehingga
pertanyaan mendasar dalam penelitian ini adalah bahwa jika pada penjelasan
tersebut diatas pendidikan dinilai memiliki peranan strategis untuk menenamkan
rasa keberagamaan. Maka, dalam penelitian ini mencoba menemukan apakah
pendidikan berpengaruh juga terhadap lahirnya keraguan beragama pada
seseorang terhadap agama yang diimani dan dipercayainya selama ini. Keraguan
ini dalam psikologi agama lebih dikenal dengan sebutan religious doubt.
A. Rumusan Masalah
Penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Pendidikan Terhadap Religious Doubt
Pada Remaja”. Mengacu pada latar belakang masalah diatas, untuk
mempermudah maka peneliti membatasi masalah dan menyusun rumusan
masalah. Adapun rumusan masalahnya adalah: Apakah pendidikan berpengaruh
terhadap religious doubt pada remaja?
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir
Mata Kuliah Psikologi Agama dan untuk memperoleh gambaran apakah
pendidikan berpengaruh terhadap religious doubt pada remaja. Sedangkan
manfaat penelitian ini selain untuk menambah pengetahuan kita tentang
psikologi agama melalui penelitian, juga diharapkan dengan penelitian ini kita
mampu memperhatikan faktor-faktor yang bisa berakibat terhadap timbul
religious doubt pada diri kita dan keluarga.
BAB II

HIPOTESIS

2.1. Pengertian Religious Doubt


Religious doubt atau keraguan beragama dapat diartikan sebagai sebuah
sikap atau tingkah laku seseorang yang meragukan kebenaran agama yang
dianutnya. Mengutip dari sebuah situs http://www.religioustolerance.org disana
dijelaskan bahwa religious doubt dapat diartikan “a feeling of uncertainty
toward, and a questioning of, religious teachings and beliefs”, atau sebuah
perasaan yang tidak menentu dan selalu mempertayakan ajaran agama dan
keyakinannya.
Menurut saya bahwa religious doubt itu muncul pada masa remaja, sebab
rasa agama masa kanak-kanak baru terbentuk melalui proses tanpa tanya.
Remaja, secara fisik sudah berpenampilan dewasa, namun secara psikologis
belum. Ketidakseimbangan ini menjadikan remaja menempatkan remaja dalam
suasana kehidupan batin terombang-ambing (strum and drang). Dalam upaya
mengatasi hal tersebut para remaja cendrung untuk bergabung dengan teman
sebayanya.
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Religious Doubt
Menurut saya dari beberapa hasil penelitiannya (Jalaluddin, 2012: 78- 79)
ia menjelaskan bahwa penyebab timbulnya konflik dan keraguan itu pada
remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Kepribadian, yang menyangkut salah tafsir dan jenis kelamin
a. Bagi seorang yang memiliki kepribadian introvert, maka kegagalan dalam
mendapatkan pertolongan Tuhan akan menyebabkan salah tafsir akan sifat-
sifat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
b. Perbedaan jenis kelamin dan kematangan merupakan faktor yang menentukan
dalam keraguan agama. Wanita yang lebih cepat matang dalam
perkembangannya lebih cepat menunjukan keraguan daripada pria. Tetapi
sebaliknya dalam kualitas dan kuantitas keraguan remaja putri lebih kecil
jumlahnya. Disamping itu keraguan wanita lebih bersifat alami sedangkan
pria bersifat intelek.

1. Kesalahan organisasi keagamaan dan pemuka agama


Pertentang-pertentangan yang terjadi didalam organisasi keagamaan dan
tindak-tanduk pemuka agama yang jauh menyimpang dari nilai-nilai agama
akan menimbulkan keraguan pada remaja.
2. Pernyataan kebutuhan manusia
Manusia memiliki sifat conservative (senang dengan yang sudah ada) dan
dorongan curiosity (dorongan ingin tahu). Berdasarkan faktor bawaan ini maka
keraguan memang harus ada pada diri manusia, karena hal itu merupakan
pernyataan dari kebutuhan manusia normal. Ia terdorong untuk mempelajari
ajaran agama dan kalau ada perbedaan-perbedaan yang kurang sejalan dengan
apa yang telah dimilikinya akan timbul kerguan.

3. kebiasaan
Seseorang yang terbiasa dengan tradisi keagamaan yang dianutnya akan ragu
menerima kebenaran ajaran yang baru diterima atau dilihatnya. Misalnya
seorang remaja protestan akan ragu dengan ajaran-ajaran yang ada di dalam
Islam. Namun, keraguan ini ada yang menimbulkan rasa penasaran dan
kemudian mereka berusaha mencari kebenaran dengan memperbandingkan
kedua ajaran tersebut. Maka tidak tertutup kemungkinan mereka pindah
agama.

4. Pendidikan
Dasar pengetahuan yang dimiliki seseorang sesuai dengan tingkat pendidikan
yang ia miliki akan membawa pengaruh sikap terhadap ajaran agamanya.
Terutama yang mengandung ajaran yang bersifat dogmatis. Apalagi adanya
kemampuan mereka menafsirkan ajaran agamanya.
5. Percampuran agama dan mistik
Para remaja merasa ragu untuk menentukan antara agama dengan mistik. Sejalan dengan
perkembangn masyarakat
kadang secara tak disadari tindak keagamaan yang mereka lakukan ditopang oleh
praktek kebatinan dan mistik. Penyatuan unsur ini merupakan suatu dilema yang
kabur bagi para remaja.

Selanjutnya, menurut saya secara individu sering pula terjadi keraguan yang
disebabkan beberapa hal antara lain mengenai :

(1) Kepercayaan,

(2) Tempat suci,

(3) Alat perlengkapan keagaamaan

(4) Fungsi dan tugas staf dalam lembaga keagamaan.

(5) Pemuka agama

(6) Perbedaab aliran dalam keagamaan, sekte (dalam agama Kristen) atau
mazhab (Islam).
Dan pendapat saya , Diantar penyebab religious doubt adalah :
(1) Early religious training,
(2) Independent thinking,
(3) Higher education,
(4) Friend/family with different religious belief,
(5) Dogmatic teaching,
(6), Immorality among religious leaders,
(7) Individual differences, dan
(8) Conflicting between science and religion.
B. Bentuk dan Ekspresi Religious Doubt
Diantara ekspresi yang dilahirkan dari religious doubt menurut saya adalah :

(1) Seseorang yang memiliki keraguan dalam beragama itu terlihat skeptik
terhadap hal-hal yang berbentuk keagamaan,

(2) Seseorang akan meninggalkan segala macam tugas-tugas kewajiban yang


diatur dalam agama,

(3) Seseorang yang memiliki keraguan beragama juga akan melakukan


konfrontasi atau selalu menghadap-hadapkan, membanding-bandingkan,
mempertentangkan anatara ilmu pengetahuan dan ilmu agama.
Saya mengatakan bahwa keraguan itu mengakibatkan beberapa
hal diantaranya
1. Can cause devout believers to disengage from religious
practices such as prayer, from which they may have
previously derived benefits.
2. Can cause conflict with others in the congregation who have
little doubt.
3. Can cause feelings of guilt and shame. This may lead to a
lessening of self esteem.
4. Can lead to cognitive dissonance as believers try to
harmonize conflicting and irresolvable points of view. They
quote as one example theodicy: the paradox of a good God
allowing massive amounts of evil in the word
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Minirisset
Dari pengumpulan data yang menggunakan metode wawancara peneliti
memperoleh sebuah hasil yang menjelaskan bahwa pendidikan memang
merupakan suatu faktor yang mempengaruhi religious doubt pada remaja.
3.2 Pembahasan
Pendidikan merupakan suatu upaya sadar untuk menanamkan sifat dan
mengembangkan potensi yang telah dimiliki manusia sejak lahir. Selain itu
pendidikan juga mampu menjadikan seseorang lebih kritis dalam memandang
realitas yang ada disekitarnya. Namun, dalam pandangan psikologi agama
dengan kualitas ilmu pengetahuan yang didapatnya melalui pendidikan, selain
bisa menebalkan keimanan ia juga mampu menimbulkan reaksi keraguan dalam
beragama. Seperti dalam penelitian ini didapatkan data bahwa pendidikan sangat
menempati posisi vital dalam melahirkan keraguan beragama seseorang. Saipul
Hadi (23) seorang penganut agama Islam, mengatakan bahwa peranan agama
dalam hidupnya begitu sangat fundamental dalam memahami dan menghayati
hal-hal yang diluar logika, yang terjangkau oleh ilmu pengetahuan. Adapun
menurut saya (24), juga penganut agama Islam, bahwa peranan agama adalah
memberikan arahan dan batasan berupa tindakan, baik itu kebaikan maupun
kebaikan di dalam kehidupan.
Muhammad Zulkarnaen mengakui pernah ragu terhadap kebenaran agama
yang dianut. Bahkan Saipul Hadi mengaku sering mengalami keraguan tersebut.
Kedua subjek penelitian sama-sama mengakui bahwa pendidikan merupakan
salah-satu aspek yang mempengaruhi keraguan beragama mereka. Pendidikan
dalam konteks ilmu pengetahuan yang mereka anggap mempengaruhi
diantaranya adalah filsafat, Islamic studies, sejarah, ushuluddin, ilmu yang
bersifat multikultural, plural dan ilmu-ilmu normatif agama.
Ilmu pengetahuan tersebut diatas menurut pengakuan Muhammad Zulkarnaen
secara perlahan mengajarkan untuk melepas segala bentuk perangkat-perangkat
agama dengan mengiring agar mereka kembali berpikir untuk menjadi manusia
yang beranjak dari titik nol. Dimana kemudian selanjutnya pada penerapannya
ilmu pengetahuan tersebut menggiring pemikiran kritis untuk mencari agama
berdasarkan keinginan individu tanpa ada intervensi dari luar atau orang lain.
Persis dengan Muhammad Zulkarnaen menurut pengakuan Saipul Hadi, ilmu
pengetahuan itu mempengaruhinya melalui cara berpikir kritis, aplikatif serta
penanaman-penanaman dogma- dogma keilmuan. Melalui cara-cara berpikir
yang netral dan juga tanpa ada intervensi dari latar belakang dan pengaruh
outsider dan insider.
Maka dengan begitu dapat disimpulkan bahwa memang pendidikan atau ilmu
pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap
kemunculan keraguan beragama dalam diri seseorang. Pendidikan merupakan

faktor pendukung dalam mempengaruhi sikap terhadap ajaran agamanya.


Remaja yang berpendidikan dan terpelajar menjadi lebih kritis dalam melihat
agama yang dianutnya. Lebih-lebih sebagaimana menurut saya terhadap ajaran-
ajaran agama mereka yang bersifat dogmatis, apalagi jika ia memliki
kemampuan dalam menafsirkan ajaran agama dengan cara-cara yang bersifat
rasional.
Oleh karena itu, pendidikan atau ilmu pengetahauan yang didapat baik itu
secara langsung maupun tidak langsung hendaknya tetap harus kita saring secara
bijak dan baik. Ilmu pengetahuan kini sudah begitu pesat berkembang dan
pergerakan pengetahuan yang begitu sangat dinamis sulit untuk dikontrol. Selain
berhati-hati dalam menerima input pengetahuan dari luar kita juga terus berdoa
agar terhindari dari segala ilmu pengetahuan yang menyesatkan kita dari Allah
SWT.
BAB IV
KESIMPULAN
A.kesimpulan
Kesimpulan dari mini risset tersebut adalah bahwa Masa merupakan masa transisi
dari masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pada usia ini remaja mengalami ketidakstabilan
dan kegoncangan dari segi psikisnya sehingga tidak mengherankan apabila banyak
remaja melakukan tindakan yang menyimpang dari norma. Masa remaja juga merupakan
masa awal kemandirian karena masa remaja sudah mulai berfikir kritis, abstrak, dan
maknawi. Dengan emosi yang labil dan pola pikir yang mulai kritis inilah menimbulkan
keraguan dalam keagamaan yang sering disebut sebagai religious doubt.
Religious doubt ini pernah dialami oleh penulis. Penulis mengalami keraguan
tentang keberadaan Allah. Keraguan ini memuncak pada usia 14 tahun sehingga penulis
menggunakan berbagai cara untuk menghilangkan keraguan tersebut. Akan tetapi
keraguan itu tidak kunjung hilang, justru malah semakin menjadi. Pada akhirnya penulis
mulai mengendorkan ibadahnya kepada Allah SWT.
Religious doubt yang berkelanjutan akan mengakibatkan masalah besar bagi
remaja, salah satunya adalah dengan menafikan keberadaan Allah. Dengan menafikan
Allah berarti ia juga tidak mempercayai adanya Allah. Penulis hampir mengalami hal
semacam itu akan tetapi penulis kembali ke kepercayaannya karena sebuah pengalaman.
Menurut penulis, pengalaman ini menjadi jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan yang
hingga terjadi religious doubt.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: PT. Rineka Cipta
, Metode Penelitian, Yogyalarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012.
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu, Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2006. Nashori, Fuad, Agenda Psikologi Islami,
Yogyakarta: Pustaka Peajar, 2010.
Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Agama Sebuah Pengantar,
Bandung: Mizan, 2004.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods),
Bandung: Alfabeta, 2013.
Subandi, Psikologi Agama dan Kesehatan Mental, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2013
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012. Umiarso & Zamroni, Pendidikan Pembebesan
Dalam Prespektif Barat Dan
Timur, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
http://www.religioustolerance.org/reldoubt0.htm

Anda mungkin juga menyukai