Anda di halaman 1dari 15

BAB III

<<KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI>>


Ns. Dini Suryani, S.Kep., M.Kep
Universitas Adiwangsa Jambi

Pendahuluan

Pendapat masyarakat tentang perawat dulu dan sekarang mungkin telah berubah
seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Sebagaimana
keperawatan berkembang lebih lanjut sebagai suatu profesi yang membutuhkan
pengetahuan untuk menjelaskan intervensi tertentu dalam memperbaiki hasil klien.
Selain itu sebagai profesi, perawat harus mempunyai kemampuan interpersonal serta
kemampuan moral dan teknis.

Dalam lokakarya nasional tahun 1983 mendefinisikan keperawatan sebagai profesi,


sebagai bentuk pelayanan professional yang termasuk bagian terpenting dari
keterampilan dan konseling keperawatan berbasis kesehatan dalam bentuk layanan
spiritual, biopsikososial yang menyeluruh bagi individu, keluarga, dan masyarakat,
baik sakit maupun sehat, meliputi seluruh aspek proses kehidupan.

Pengertian Profesi

Profesi merupakan pekerjaan yang dibutuhkannya pengetahuan, keterampilan dan


persiapan khusus (Kozier et al, 2017). Kozier berpendapat : profesi memerlukan
pendidikan khusus agar mereka dapat memperoleh body of knowledge dan
berorientasi pada layanan bagi masyarakat dan organisasi.

Profesi adalah pekerjaan yang didasarkan pada pengetahuan dan pelatihan tertentu,
dimaksudkan untuk memberikan layanan dan saran kepada public (Carr et al, 1993)

Profesional : seseorang dengan kualifikasi dalam pekerjaan tertentu.

Profesionalisme : karakter, semangat maupun sikap professional yang mencakup


berbagai kegiatan kelompok pendidikan dan professional untuk calon professional.

1
Profesionalisasi adalah proses dengan yang dapat diubah oleh perdagangan atau
pekerjaan apa pun dirinya menjadi profesi sejati yang tertinggi integritas dan
kompetensi.

Profesionalisasi : suatu rangkaian yang penuh tenaga dan semangat mengganti


maupun menempatkan ciri profesi kedalam profesi (Kusnanto, 2016).

Suatu profesi memiliki kebutuhan sentral untuk memiliki tubuh sendiri pengetahuan
dan kerangka kerja untuk itu pengetahuan (Jewell, 2014).

Pengetahun Perawat

Salah satu kriteria utama untuk menjadi sebuah profesi adalah memiliki kumpulan
pengetahuan yang unik, pengetahuan itu perlu dihasilkan. Namun, ini tidak terjadi
dengan mudah atau cepat. Filsuf telah menghabiskan waktu berabad-abad
mempertimbangkan konsep epistemologi, dengan kata lain sifat dan ruang lingkup
pengetahuan (Rutty, 1998). Untuk definisi kerja, kita dapat mengatakan bahwa
'pengetahuan yang berguna' mendukung apa yang kita coba lakukan. Tidak semua
pengetahuan adalah pengetahuan 'relevan' misalnya, tidak dapat diandalkan atau
tidak valid. Bahkan jika itu sesuai, itu mungkin bukan pengetahuan yang 'berguna'.
Pengetahuan yang berguna sulit untuk didefinisikan; adalah informasi yang
dirancang untuk tindakan (Jewell, 2014).

2
Tabel 3.1 Karakteristik profesi

KARAKTERISTIK PROFESI
 Dasar dalam teori sistematis – cara  Otoritas diakui oleh masyarakat
yang berbeda untuk melihat dan klien profesi
fenomena seputar basis
pengetahuan profesi
 Kompetensi khusus dan praktisi  Persetujuan otoritas yang disetujui
yang efektif dalam oleh komunitas atau masyarakat
mempraktekkan peran professional yang lebih luas
 Dedikasi untuk meningkatkan  Kode etik untuk mengatur
standar pendidikan dan praktik hubungan antara profesional dan
profesi klien
 Tersedianya pendidikan profesi  Pengaturan mandiri yang
sebagai proses dan mekanisme melindungi praktisi dan
seumur hidup untuk memajukan mendukung kriteria dan tindakan
pendidikan profesional yang disipliner untuk mengecam,
ditetapkan oleh profesi menangguhkan, atau menghapus
pelanggar kode
 Kehadiran dalam profesi individu  Budaya profesional yang
dengan beragam identitas dan dipertahankan oleh asosiasi
nilai-nilai yang membentuk profesional formal, sehingga
pengelompokan dan koalisi yang anggota dapat mengembangkan
bersatu menjadi segmen-segmen perspektif bias melalui lensa
yang bersatu dikenal sebagai profesi mereka
spesialisasi dengan misi khusus

Sumber : Merton (dalam Matthews 2012)

Menurut Beth Black (2020) profesi merupakan pekerjaan meskipun tidak seluruh
pekerjaan adalah profesi. Profesi mempunyai ciri khusus yang membedakannya dari
pekerjaan lainnya. Susunan ciri ini tidak memuat semua ciri yang sudah digunakan
pada profesi, dan tidak semua ciri terjadi pada semua profesi:

1. Pengetahuan teoritis dilandaskan keterampilan


Wawasan, ilmu, dan keterampilan teoritis yang luas diharapkan dimiliki
profesional yang dapat diterapkan dalam praktik. Penelitian Leask et al. (2017)
menunjukan pengalaman praktik klinis memiliki efek positif pada pengetahuan
teoritis, khususnya pada tingkat kognitif yang lebih tinggi. Jenis pengalaman
praktis klinis dan di mana pengalaman tersebut dimasukkan dalam kurikulum
memerlukan penelitian lebih lanjut.

3
2. Organisasi profesi
Sekumpulan orang yang mempunyai profesi dan keahlian yang sama juga
memiliki tujuan yang sama dalam membina dan memajukan praktik profesi
dilingkupi organisasi berbadan hukum. Persyaratan keanggotaan tertentu
umumnya dimiliki organisasi profesi. Penelitian Nerland et al (2015) di Norwegia
ini mengkaji bagaimana asosiasi profesional melibatkan diri dalam upaya untuk
mengembangkan, mengatur dan mengamankan pengetahuan dalam domain
masing-masing, dengan penekanan khusus pada standardisasi. Berdasarkan
analisis menunjukkan bahwa semua asosiasi terlibat dalam upaya untuk
mengembangkan standar pengetahuan dan praktik profesional, tetapi mereka
melakukannya dengan cara yang berbeda dan dengan sumber legitimasi alternatif.
3. Pelatihan ekstensif
Profesi bergengsi biasanya membutuhkan pendidikan universitas yang panjang.
Pelatihan ekstensif adalah salah satu praktik kerja berkinerja tinggi. Studi ini
bertujuan untuk memberikan definisi kerja untuk pelatihan ekstensif. Pelatihan
ekstensif dibekali dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap karyawan secara
terus menerus dengan maksud mencakup ruang lingkup asrama tanpa membatasi
pada satu pekerjaan tertentu. Skala untuk mengukur konstruk pelatihan ekstensif
melalui konseptualisasi dan operasionalisasi juga disediakan sebagai bagian dari
studi ini (Iddagoda, Keppetipola and Liyanagamage, 2022).
4. Tes bakat
Sebelum bergabung dengan organisasi profesional, biasanya perlu lulus ujian
yang terutama menguji pengetahuan teoritis. Perkembangan yang terjadi pada
pengukuran psikologis berpengaruh terhadap perkembangan kualitas tes yang
digunakan. Differential Aptitude Test (DAT) adalah tes psikologi umum
digunakan untuk mengukur bakat seseorang. Pengukuran bakat perlu dibuktikan
pada keberhasilan studi tes pasca bakat (Setiawati, 2020).
5. Pendidikan tinggi
Secara umum, selain gelar, pelatihan kelembagaan juga diperlukan, di mana
profesional masa depan memperoleh keahlian maupun kemahiran kerja sebelum
berperan anggota penuh organisasi. Memajukan keterampilan melewati
profesional yang ditingkatkan juga diperlukan.

4
6. Surat izin, sertifikat
Kualifikasi pendaftaran dan rangkaian sertifikasi ditentukan profesi maka dari itu
mereka yang mempunyai surat izin maupun sertifikat yang bisa dipercaya.
7. Otonomi kerja
Profesional memantau pekerjaan dan pengetahuan teoretis mereka untuk
menghindari campur tangan pihak luar. Temuan oleh Mastekaasa (2011)
menyatakan bahwa otonomi tidak dinilai lebih penting di antara para profesional
dari pada populasi umum, dan juga tidak lebih kuat terkait dengan kepuasan kerja.
Pekerjaan yang menarik dan dukungan sosial di tempat kerja tampaknya lebih
penting.
8. Kode etik
Organisasi profesi biasanya memiliki aturan etika bagi anggotanya dan prosedur
disipliner bagi mereka yang melanggar aturan tersebut. Kode etik profesi
merupakan sumber penting dan berharga bagi para profesional. Etika profesi
membantu seorang profesional untuk memilih apa yang harus dilakukan ketika
menghadapi masalah di tempat kerja yang menimbulkan masalah moral (Beers,
2015).
9. Dapatkan terorganisir
Serikat pekerja harus dapat mengatur organisasi mereka sendiri tanpa campur
tangan pemerintah. Profesional dipandu oleh praktisi senior yang dihormati atau
individu yang sangat terlatih.
10. Layanan publik dan altruisme
Pendapatan dari pekerjaan dapat dipertahankan sepanjang berkaitan dengan
kebutuhan masyarakat, seperti pelayanan kesehatan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat. Berdasarkan penelitian Widyananda et al. (2014), motivasi
pelayanan publik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja dan
organisasi .
11. Status dan hadiah tinggi
Profesi paling sukses mencapai status tinggi, prestise, dan penghargaan yang
pantas bagi anggotanya. Ini bisa dianggap sebagai pengakuan atas jasa mereka
kepada masyarakat. Penelitian Beers (2015), ini membuktikan bahwa komitmen

5
karyawan dipengaruhi oleh kepuasan terhadap penghargaan/benefit dan persepsi
tentang status sosial.

Kelly (1981) dalam Beth Black (2019) menyusun delapan karakteristik profesi yaitu:

1. Layanan yang diberikan sangat penting bagi kemanusiaan dan kesejahteraan


masyarakat;
2. Ada body of knowledge khusus yang terus diperluas melalui penelitian;
3. Layanan melibatkan kegiatan intelektual: tanggung jawab individu
(akuntabilitas) adalah fitur yang kuat;
4. Praktisi dididik di institusi pendidikan tinggi;
5. Praktisi relatif independen dan mengendalikan kebijakan dan kegiatan
mereka sendiri (otonomi);
6. Praktisi termotivasi oleh layanan (altruisme) dan menganggap pekerjaan
mereka sebagai komponen penting dalam hidup mereka;
7. Ada kode etik untuk memandu keputusan dan perilaku praktisi;
8. Ada organisasi (asosiasi) yang mendorong dan mendukung standar praktik
yang tinggi.

Standar kinerja profesional menggambarkan tingkat kompetensi perilaku dalam


peran profesional, termasuk aktivitas yang berkaitan dengan etika, praktik budaya
yang selaras, komunikasi, kolaborasi, kepemimpinan, pendidikan, praktik dan
penelitian berbasis bukti, kualitas praktik, praktik professional evaluasi, pemanfaatan
sumber daya, dan kesehatan lingkungan. Semua perawat terdaftar diharapkan untuk
terlibat dalam kegiatan peran profesional, termasuk kepemimpinan, sesuai dengan
pendidikan dan jabatannya (American Nurses Association, 2015).

Keperawatan Sebagai Profesi

Profesi keperawatan dipenuhi sebagai suatu profesi, salah satu cirinya bahwa profesi
keperawatan menyelanggarakan program pendidikan keprofesian yang tujunnya
untuk menghasilkan perawat yang bertanggung jawab, cakap dan kewenangan untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang berpedoman pada kode etik keperawatan
dalam setiap pemberian pelayanan keperawatan kepada pasien (Lesley, 2014).

6
Berdasarkan pendapat para ahli tentang definisi profesi di atas, dapat disimpulkan
bahwa keperawatan adalah sebuah profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki Body Of Knowledge


Tubuh pengetahuan tentang keperawatan adalah ilmu keperawatan (ilmu
kedokteran), yang meliputi ilmu-ilmu dasar (alam, sosial, perilaku), ilmu
biomedis, kesehatan masyarakat, keperawatan dasar, keperawatan klinis, dan
keperawatan komunitas. Keperawatan harus mempunyai pengetahuan dan hasil
penelitian yang beralasan. Ini membedakan body of knowledge keperawatan dari
profesi lain, terutama kedokteran. Pengembangan ilmu keperawatan
membutuhkan waktu yang lama dan harus berbasis perguruan tinggi/universitas.
Oleh karena itu peletakan dasar perubahan pendidikan tidak hanya tentang
pendidikan vokasi, tetapi lebih berorientasi pada pendidikan akademik (sarjana,
master dan doktor) dan pendidikan profesi (ners, spesialis dan konselor)
(Darmawan, 2013).

Kritik utama yang ditujukan pada keperawatan adalah bahwa ia tidak memiliki
pengetahuan khusus dimiliki secara eksklusif untuk keperawatan. Kritik
menyatakan bahwa keperawatan meminjam dari ilmu biologi, social sains, dan
ilmu kedokteran, dan kemudian menggabungkan berbagai keterampilan dan
konsep dan menyebutnya"perawatan." Para pemimpin dan ahli teori
keperawatan tidak setuju apakah keperawatan adalah profesi yang unik atau satu
dipinjam dari disiplin ilmu lain. Bahkan, penggabungan dan sintesis beberapa
daerah ini dengan penerapan ke yang lain mungkin merupakan salah satu
kualitas khusus keperawatan. Peneliti keperawatan juga bekerja untuk
mengembangkan tubuh terorganisir pengetahuan yang unik untuk keperawatan.
Ahli teori keperawatan menantang satu sama lain untuk mengidentifikasi dan
menjelaskan prinsip umum yang mengatur praktik keperawatan. Sebagai hasil
dari upaya ini, keperawatan muncul sebagai profesi dengan pengetahuan yang
mapan (Rowntree et al, 1995)

2. Pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi.

7
Berbagai jenjang pendidikan telah dikembangkan di Indonesia dengan standar
kualifikasi yang berbeda-beda, mulai dari Diploma III Keperawatan hingga gelar
PhD sedang dikembangkan. Berdasarkan penelitian Gede Juanamasta et al
(2021), untuk menghasilkan tenaga keperawatan yang berkualitas diperlukan
pendidikan keperawatan yang berkualitas. Selain itu, pendidikan keperawatan
merupakan proses penting yang harus dilalui oleh setiap perawat. Ini merupakan
upaya untuk menjamin mutu pendidikan keperawatan dimana pendidikan
keperawatan diperlukan standar pelaksanaan pendidikan dan pengembangan
penelitian keperawatan.

Hasil kajian Lewis, Rebeschi and Hunt (2022) di USA mengungkapkan


pendidikan berbasis kompetensi (CBE) semakin ditekankan dalam keperawatan.
Organisasi profesional dan badan pengatur menyerukan transformasi radikal
dalam pendidikan keperawatan seiring dengan peningkatan penekanan pada
pengembangan klinis pertimbangan. CBE menawarkan kesempatan untuk
meningkatkan pendidikan interprofessional, meningkatkan penggunaan simulasi,
dan meningkatkan penilaian klinis pada lulusan baru dan perawat praktik
lanjutan.

3. Memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik professional


Pekerjaan keperawatan dikembangkan sebagai bagian integral dari sistem
kesehatan nasional. Oleh karena itu, sistem kedokteran dikembangkan sebagai
bagian integral dari sistem kesehatan masyarakat di semua bidang pelayanan
kesehatan. Layanan yang dikembangkan/dirancang bersifat humanistik/holistik,
berdasarkan kebutuhan klien, berpedoman pada standar perawatan dan etika
perawatan. Meski memiliki banyak kekurangan, UU Pengembangan profesional
berkelanjutan juga memiliki beberapa kelebihan. Kesehatan profesional harus
kompeten menimbang keuntungan dan kerugian ini di seluruh karir mereka
untuk membantu mereka dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pasien
mereka (Crispino et al., 2021).

4. Mempunyai perhimpunan/organisasi profesi

8
Keperawatan harus mempunyai organisasi profesi. Organisasi profesi ini akan
menentukan keberhasilan upaya pengembangan citra keperawatan sebagai
profesi dan mampu berperan aktif dalam upaya membangun keperawatan
profesional dan menjadi garda depan inovasi keperawatan di Indonesia. Saat ini
Indonesia memiliki organisasi profesi keperawatan bernama PPNI yang
memiliki piagam dan peraturan sedangkan dunia memiliki organisasi
keperawatan bernama Council Of Nurses (ICN) secara internasional.

Organisasi dan asosiasi profesional dalam keperawatan sangat penting untuk


menghasilkan energi, aliran ide, dan kerja proaktif diperlukan untuk
mempertahankan profesi yang sehat yang mengadvokasi kebutuhannya klien dan
perawat, dan kepercayaan masyarakat. Peran asosiasi dan serikat pekerja
profesional agar semua perawat dapat terlibat dalam organisasi dan asosiasi
profesional mereka, mencatat bagaimana organisasi tersebut berkontribusi pada
akuntabilitas dan suara profesi kepada masyarakat (Bansriar, 2021).

5. Pemberlakukan kode etik keperawatan


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat profesional selalu
menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan kode etik keperawatan.
Studi yang diteliti Toumová et al. (2021) menunjukkan bahwa perawat
menyadari pentingnya kode etik. Namun, sementara sebagian besar
perawat umumnya mengetahui kode tersebut, banyak yang tidak
mengetahui konten persisnya dan bagaimana seharusnya membantu
mereka dalam praktik. Selama pemberian keperawatan perawatan,
perawat menghadapi banyak dilema etika, terutama di bidang perbedaan
dalam beberapa nilai. Beberapa penelitian telah menemukan bahwa
perawat terkadang merasa bahwa hak pasien lebih diprioritaskan dari
pada haknya sendiri. Oleh karena itu penting bahwa kode etik tidak lupa
untuk mempromosikan hak-hak perawat itu sendiri.

6. Otonomi

9
Keperawatan memiliki kemandirian, wewenang dan tanggung jawab untuk
mengatur profesi, termasuk otonomi dalam pemberian asuhan dan penciptaan
standar asuhan melalui proses keperawatan, penyelenggaraan pendidikan,
penelitian keperawatan dan praktik keperawatan dalam bentuk Undang-Undang
Keperawatan (KepMenkes No. 1239 Tahun 2001).

Etika selalu mengacu pada standar moral, terutama yang terkait dengan
kelompok profesional, seperti perawat. Sebagai profesi yang bergerak di bidang
kesehatan pelayanan, perawat sering dihadapkan pada berbagai pengambilan
keputusan etis. Oleh karena itu, perawat harus mampu memahami bagaimana
membuat keputusan yang baik. Perawat harus mengembangkan keterampilan
untuk melaksanakan peran mereka dan berfungsi sebagai perantara moral dan
peserta dalam pengambilan keputusan etis (Wijaya, Yudhawati and Andriana,
2022).

Elemen yang menggambarkan otonomi profesional perawat adalah kemandirian


dalam pengambilan keputusan dan kemampuan untuk memanfaatkan
kompetensi sendiri. Tema yang berkaitan dengan otonomi profesional perawat
adalah kepemimpinan bersama, keterampilan profesional, kolaborasi antar dan
intra-profesional dan lingkungan kerja yang sehat. Penting untuk memungkinkan
perawat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan mengembangkan
keperawatan melalui kepemimpinan bersama untuk meningkatkan perekrutan
dan retensi tenaga kerja terampil (Pursio et al., 2021).

7. Motivasi bersifat altruistic


Ikatan Profesi Keperawatan Indonesia bertanggungjawab untuk memajukan dan
memantapkan peran dan kegiatan keperawatan sebagai pelayanan profesional
dalam pembangunan kesehatan serta sifat dan karakter keperawatan sebagai
profesi yang senantiasa berpedoman pada kepentingan masyarakat.
Assante (2021) menekankan pentingnya motivasi kritis sebagai prediktor
perilaku altruistic dan kecenderungan untuk melindungi orang lain

10
dimediasi efek kritis motivasi tentang perilaku altruistik yang tidak
mementingkan diri sendiri dalam membantu orang lain. Hasil ini
memberikan perspektif yang lebih jelas tentang proses dimana motivasi
bersifat altruistik dapat mempengaruhi perilaku dan keterlibatan dalam
konteks sosial yang berbeda..

DAFTAR PUSTAKA

American Nurses Association (2015) Nursing: Scope and Standards of Practice. 3rd
edn. Nursesbooks.
Assante, G. M. and Momanu, M. (2021) ‘The role of critical motivation in the
development of altruistic behaviour in youth’, Journal of Educational Sciences,
43(1), pp. 33–43. doi: 10.35923/jes.2021.1.03.
Bansriar, S. (2021) ‘role of professional associations in LIS’, 7(9), pp. 88–91.
Beers, D. (2015) ‘Professional Codes of Ethics’, Practical Methods for Legal
Investigations, (March 2015), pp. 335–337. doi: 10.1201/b10723-35.
Beth Black (2020) Professional Nursing: Concepts & Challenges. 9th edn. Elsevier
Health Sciences.
Carr-Saunders, A., & Wilson, P. (1993) The Professions. Oxford: Clarendon Press.
Crispino, K. T. et al. (2021) ‘ASEAN Journal of Community Enhancing Healthcare
Professional Practice in the Philippines toward ASEAN Integration through the
Continuing Professional Development Law Enhancing Healthcare Professional
Practice in the Philippines toward ASEAN Integration th’, 5(2), pp. 376–395.
Darmawan Deden (2013) Pengantar Keperawatan Profesional. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Gede Juanamasta, I. et al. (2021) ‘Nursing Development in Indonesia: Colonialism,
After Independence and Nursing act’, SAGE Open Nursing, 7, pp. 1–10. doi:
10.1177/23779608211051467.
Iddagoda, A., Keppetipola, M. and Liyanagamage, D. (2022) ‘Construct of Extensive
Training: Towards an Instrument of Measuring it’, Economic Insights – Trends and
Challenges, 2022(1), pp. 47–55. doi: 10.51865/eitc.2022.01.05.
Jewell, J. (2014) ‘Duty, professionalisation and nursing knowledge’, Veterinary
Nursing Journal, 29(11), pp. 365–368. doi: 10.1111/vnj.12193.
Kozier et al (2017) Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses & Praktik. 7th edn.

11
Jakarta: EGC.
Kusnanto (2016) Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta:
EGC.
Leask, R. et al. (2017) ‘The impact of practical experience on theoretical knowledge
at different cognitive levels’, pp. 1–7.
Lesley Baillie, S. B. (2014) Professional Values in Nursing. CRC Press.
Lewis, L. S., Rebeschi, L. M. and Hunt, E. (2022) ‘Nursing Education Practice
Update 2022: Competency-Based Education in Nursing’, SAGE Open Nursing, 8, pp.
1–6. doi: 10.1177/23779608221140774.
Mastekaasa, A. (2011) ‘How important is Autonomy to Professional Workers?’,
Professions and Professionalism, 1(1), pp. 36–51. doi: 10.7577/pp.v1i1.143.
Matthews, J. H. (2012) ‘Role of professional organizations in advocating for the
nursing profession.’, Online journal of issues in nursing, 17(1), p. 3. doi:
10.3912/ojin.vol17no01man03.
Nerland, M. and Karseth, B. (2015) ‘The knowledge work of professional
associations: approaches to standardisation and forms of legitimisation’, Journal of
Education and Work, 28(1), pp. 1–23. doi: 10.1080/13639080.2013.802833.
Pursio, K. et al. (2021) ‘Professional autonomy in nursing: An integrative review’,
Journal of Nursing Management, 29(6), pp. 1565–1577. doi: 10.1111/jonm.13282.
Rowntree, J. A., Wells, L. M. and Sterzing, M. M. (1995) ‘The development of
nursing as a profession’, The emergence of nursing as a profession, 42(2), pp. 148–
190.
Rutty, H. (1998) ‘The nature of philosophy of science, theory and knowledge relating
to nursing and professionalism Jane E. Rutty BSc(Hons) Education (Nursing) DPSN
RGN’, Journal of Advanced Nursing, 28(2), pp. 243–250.
Setiawati, F. A. (2020) ‘Aptitude Test’s Predictive Ability for Academic Success in
Psychology Student’, Psychological Research and Intervention, 3(1), pp. 1–12. doi:
10.21831/pri.v3i1.34731.
Toumová, K. et al. (2021) ‘The importance of ethical codes in nursing care’,
Kontakt, 23(2), pp. 83–89. doi: 10.32725/kont.2021.021.
Widyananda, A. et al. (2014) ‘Pengaruh public service motivation terhadap job
satisfaction dan organizational citizenship behavior pada Pegawai Badan Pusat
Statistik’, Academia.Edu, 5. Available at:
https://www.academia.edu/download/82382154/971.pdf.
Wijaya, Y. A., Yudhawati, N. L. P. S. and Andriana, K. R. F. (2022) ‘Peran Etika
Dalam Praktik Keperawatan Profesional’, OSF Preprints, III(21), pp. 0–8.

12
PROFIL PENULIS

Dini Suryani
Ns. Dini Suryani,S.Kep., M.kep dilahirkan di Jambi pada tanggal : 20 April 1987. Jenjang
pendidikan dimulai dari Akademi Keperawatan Garuda Putih Jambi pada tahun 2005.
Kemudian melanjutkan studi S1 pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ilmu Jambi
dan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan dan Ners pada tahun 2013, lalu penulis
melanjutkan Studi strata dua pada program Magister Keperawatan Peminatan Keperawatan
Anak di fakultas Keperawatan Universitas Andalas pada tahun 2017. Pengalaman kerja
penulis pada bidang pendidikan dimulai sebagai dosen tetap pada Akademi Keperawatan
YPSBR Muara Bulian tahun 2014-2019. Pada saat ini tahun 2023 penulis aktif sebagai
dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Adiwangsa
Jambi. Penulis menjadikan darma penelitian dan publikasi sebagai darma prioritas untuk
penulis kontribusikan saat ini. Beberapa penelitian yang telah dilakukan didanai oleh
internal perguruan tinggi dan juga Kemenristek DIKTI. Hasil penelitian penulis dijadikan
bahan ajar bahkan diterbitkannya buku monograf dan referensi untuk mahasiswa dan
masyarakat. Selain peneliti, penulis juga aktif menulis buku dengan harapan dapat
memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara yang sangat tercinta ini. Atas
dedikasi dan kerja keras dalam menulis buku, Universitas Adiwangsa Jambi memberikan
penghargaan sebagai salah satu dosen dengan menulis buku terbanyak Tahun 2022.

Email Penulis: dinisuryani87@yahoo.com // wajib diisi untuk mengirim buku digital dan
sertifikat

Note: Profil ditulis seperti diatas, minimal 150 dan maksimal 200 kata dan wajib memiliki
foto

13
DATA PENGIRIMAN DAN PENGAJUAN HKI

1. Untuk Pengiriman buku cetak, mohon isi data berikut

Nama Penerima : Dini Suryani


Alamat (lengkap): Jln. Jendral Sudirman RT 32 Kel. Muara Bulian Kec. Muara
Bulian Kab. Batang Hari Provinsi Jambi 36613
HP. Aktif : 085266514524

Note: alamat wajib mencantumkan kel./desa, kec., dan kab./kota

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

2. Untuk pengajuan HKI, mohon mengisi data berikut sesuai yang tertera pada KTP:

Nama Lengkap: ………………….. Nama Lengkap: Dini Suryani


Alamat: ………………………….., RT/RW: …/…., Alamat: Jln. Jendral Sudirman, RT/RW: 032/000,
Kel/Desa: ……………, Kec.: ………………… Kel/Desa: Muara Bulian, Kec.: Muara bulian
Kab./Kota: …… Kab./Kota: Batang Hari
Privinsi: ………………. Privinsi: Jambi
Kode Pos: …… Kode Pos: 36613
Email: …………………………….. Email: dinisuryani87@yahoo.com
Hp. Aktif: ………………………………….. Hp. Aktif: 085266514524

FOTO KTP
(bidang data saja tidak perlu bolak-balik)

TTD DIATAS MATERAI

Pastikan Bertandatangan diatas MATERAI 10.000


menggunakan kertas putih bersih (tanpa nama
dibawahnya) dan warna pulpen yang jelas (hitam atau
biru)

NOTE:

14
1. Untuk pengajuan HKI mohon isi data sesuai yang tertera di KTP bukan alamat tinggal
sekarang
2. Seluruh data wajib diisi, termasuk Kode Pos, Email, dan Hp. Aktif

15

Anda mungkin juga menyukai