Pendahuluan
Pendapat masyarakat tentang perawat dulu dan sekarang mungkin telah berubah
seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Sebagaimana
keperawatan berkembang lebih lanjut sebagai suatu profesi yang membutuhkan
pengetahuan untuk menjelaskan intervensi tertentu dalam memperbaiki hasil klien.
Selain itu sebagai profesi, perawat harus mempunyai kemampuan interpersonal serta
kemampuan moral dan teknis.
Pengertian Profesi
Profesi adalah pekerjaan yang didasarkan pada pengetahuan dan pelatihan tertentu,
dimaksudkan untuk memberikan layanan dan saran kepada public (Carr et al, 1993)
1
Profesionalisasi adalah proses dengan yang dapat diubah oleh perdagangan atau
pekerjaan apa pun dirinya menjadi profesi sejati yang tertinggi integritas dan
kompetensi.
Suatu profesi memiliki kebutuhan sentral untuk memiliki tubuh sendiri pengetahuan
dan kerangka kerja untuk itu pengetahuan (Jewell, 2014).
Pengetahun Perawat
Salah satu kriteria utama untuk menjadi sebuah profesi adalah memiliki kumpulan
pengetahuan yang unik, pengetahuan itu perlu dihasilkan. Namun, ini tidak terjadi
dengan mudah atau cepat. Filsuf telah menghabiskan waktu berabad-abad
mempertimbangkan konsep epistemologi, dengan kata lain sifat dan ruang lingkup
pengetahuan (Rutty, 1998). Untuk definisi kerja, kita dapat mengatakan bahwa
'pengetahuan yang berguna' mendukung apa yang kita coba lakukan. Tidak semua
pengetahuan adalah pengetahuan 'relevan' misalnya, tidak dapat diandalkan atau
tidak valid. Bahkan jika itu sesuai, itu mungkin bukan pengetahuan yang 'berguna'.
Pengetahuan yang berguna sulit untuk didefinisikan; adalah informasi yang
dirancang untuk tindakan (Jewell, 2014).
2
Tabel 3.1 Karakteristik profesi
KARAKTERISTIK PROFESI
Dasar dalam teori sistematis – cara Otoritas diakui oleh masyarakat
yang berbeda untuk melihat dan klien profesi
fenomena seputar basis
pengetahuan profesi
Kompetensi khusus dan praktisi Persetujuan otoritas yang disetujui
yang efektif dalam oleh komunitas atau masyarakat
mempraktekkan peran professional yang lebih luas
Dedikasi untuk meningkatkan Kode etik untuk mengatur
standar pendidikan dan praktik hubungan antara profesional dan
profesi klien
Tersedianya pendidikan profesi Pengaturan mandiri yang
sebagai proses dan mekanisme melindungi praktisi dan
seumur hidup untuk memajukan mendukung kriteria dan tindakan
pendidikan profesional yang disipliner untuk mengecam,
ditetapkan oleh profesi menangguhkan, atau menghapus
pelanggar kode
Kehadiran dalam profesi individu Budaya profesional yang
dengan beragam identitas dan dipertahankan oleh asosiasi
nilai-nilai yang membentuk profesional formal, sehingga
pengelompokan dan koalisi yang anggota dapat mengembangkan
bersatu menjadi segmen-segmen perspektif bias melalui lensa
yang bersatu dikenal sebagai profesi mereka
spesialisasi dengan misi khusus
Menurut Beth Black (2020) profesi merupakan pekerjaan meskipun tidak seluruh
pekerjaan adalah profesi. Profesi mempunyai ciri khusus yang membedakannya dari
pekerjaan lainnya. Susunan ciri ini tidak memuat semua ciri yang sudah digunakan
pada profesi, dan tidak semua ciri terjadi pada semua profesi:
3
2. Organisasi profesi
Sekumpulan orang yang mempunyai profesi dan keahlian yang sama juga
memiliki tujuan yang sama dalam membina dan memajukan praktik profesi
dilingkupi organisasi berbadan hukum. Persyaratan keanggotaan tertentu
umumnya dimiliki organisasi profesi. Penelitian Nerland et al (2015) di Norwegia
ini mengkaji bagaimana asosiasi profesional melibatkan diri dalam upaya untuk
mengembangkan, mengatur dan mengamankan pengetahuan dalam domain
masing-masing, dengan penekanan khusus pada standardisasi. Berdasarkan
analisis menunjukkan bahwa semua asosiasi terlibat dalam upaya untuk
mengembangkan standar pengetahuan dan praktik profesional, tetapi mereka
melakukannya dengan cara yang berbeda dan dengan sumber legitimasi alternatif.
3. Pelatihan ekstensif
Profesi bergengsi biasanya membutuhkan pendidikan universitas yang panjang.
Pelatihan ekstensif adalah salah satu praktik kerja berkinerja tinggi. Studi ini
bertujuan untuk memberikan definisi kerja untuk pelatihan ekstensif. Pelatihan
ekstensif dibekali dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap karyawan secara
terus menerus dengan maksud mencakup ruang lingkup asrama tanpa membatasi
pada satu pekerjaan tertentu. Skala untuk mengukur konstruk pelatihan ekstensif
melalui konseptualisasi dan operasionalisasi juga disediakan sebagai bagian dari
studi ini (Iddagoda, Keppetipola and Liyanagamage, 2022).
4. Tes bakat
Sebelum bergabung dengan organisasi profesional, biasanya perlu lulus ujian
yang terutama menguji pengetahuan teoritis. Perkembangan yang terjadi pada
pengukuran psikologis berpengaruh terhadap perkembangan kualitas tes yang
digunakan. Differential Aptitude Test (DAT) adalah tes psikologi umum
digunakan untuk mengukur bakat seseorang. Pengukuran bakat perlu dibuktikan
pada keberhasilan studi tes pasca bakat (Setiawati, 2020).
5. Pendidikan tinggi
Secara umum, selain gelar, pelatihan kelembagaan juga diperlukan, di mana
profesional masa depan memperoleh keahlian maupun kemahiran kerja sebelum
berperan anggota penuh organisasi. Memajukan keterampilan melewati
profesional yang ditingkatkan juga diperlukan.
4
6. Surat izin, sertifikat
Kualifikasi pendaftaran dan rangkaian sertifikasi ditentukan profesi maka dari itu
mereka yang mempunyai surat izin maupun sertifikat yang bisa dipercaya.
7. Otonomi kerja
Profesional memantau pekerjaan dan pengetahuan teoretis mereka untuk
menghindari campur tangan pihak luar. Temuan oleh Mastekaasa (2011)
menyatakan bahwa otonomi tidak dinilai lebih penting di antara para profesional
dari pada populasi umum, dan juga tidak lebih kuat terkait dengan kepuasan kerja.
Pekerjaan yang menarik dan dukungan sosial di tempat kerja tampaknya lebih
penting.
8. Kode etik
Organisasi profesi biasanya memiliki aturan etika bagi anggotanya dan prosedur
disipliner bagi mereka yang melanggar aturan tersebut. Kode etik profesi
merupakan sumber penting dan berharga bagi para profesional. Etika profesi
membantu seorang profesional untuk memilih apa yang harus dilakukan ketika
menghadapi masalah di tempat kerja yang menimbulkan masalah moral (Beers,
2015).
9. Dapatkan terorganisir
Serikat pekerja harus dapat mengatur organisasi mereka sendiri tanpa campur
tangan pemerintah. Profesional dipandu oleh praktisi senior yang dihormati atau
individu yang sangat terlatih.
10. Layanan publik dan altruisme
Pendapatan dari pekerjaan dapat dipertahankan sepanjang berkaitan dengan
kebutuhan masyarakat, seperti pelayanan kesehatan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat. Berdasarkan penelitian Widyananda et al. (2014), motivasi
pelayanan publik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja dan
organisasi .
11. Status dan hadiah tinggi
Profesi paling sukses mencapai status tinggi, prestise, dan penghargaan yang
pantas bagi anggotanya. Ini bisa dianggap sebagai pengakuan atas jasa mereka
kepada masyarakat. Penelitian Beers (2015), ini membuktikan bahwa komitmen
5
karyawan dipengaruhi oleh kepuasan terhadap penghargaan/benefit dan persepsi
tentang status sosial.
Kelly (1981) dalam Beth Black (2019) menyusun delapan karakteristik profesi yaitu:
Profesi keperawatan dipenuhi sebagai suatu profesi, salah satu cirinya bahwa profesi
keperawatan menyelanggarakan program pendidikan keprofesian yang tujunnya
untuk menghasilkan perawat yang bertanggung jawab, cakap dan kewenangan untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang berpedoman pada kode etik keperawatan
dalam setiap pemberian pelayanan keperawatan kepada pasien (Lesley, 2014).
6
Berdasarkan pendapat para ahli tentang definisi profesi di atas, dapat disimpulkan
bahwa keperawatan adalah sebuah profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Kritik utama yang ditujukan pada keperawatan adalah bahwa ia tidak memiliki
pengetahuan khusus dimiliki secara eksklusif untuk keperawatan. Kritik
menyatakan bahwa keperawatan meminjam dari ilmu biologi, social sains, dan
ilmu kedokteran, dan kemudian menggabungkan berbagai keterampilan dan
konsep dan menyebutnya"perawatan." Para pemimpin dan ahli teori
keperawatan tidak setuju apakah keperawatan adalah profesi yang unik atau satu
dipinjam dari disiplin ilmu lain. Bahkan, penggabungan dan sintesis beberapa
daerah ini dengan penerapan ke yang lain mungkin merupakan salah satu
kualitas khusus keperawatan. Peneliti keperawatan juga bekerja untuk
mengembangkan tubuh terorganisir pengetahuan yang unik untuk keperawatan.
Ahli teori keperawatan menantang satu sama lain untuk mengidentifikasi dan
menjelaskan prinsip umum yang mengatur praktik keperawatan. Sebagai hasil
dari upaya ini, keperawatan muncul sebagai profesi dengan pengetahuan yang
mapan (Rowntree et al, 1995)
7
Berbagai jenjang pendidikan telah dikembangkan di Indonesia dengan standar
kualifikasi yang berbeda-beda, mulai dari Diploma III Keperawatan hingga gelar
PhD sedang dikembangkan. Berdasarkan penelitian Gede Juanamasta et al
(2021), untuk menghasilkan tenaga keperawatan yang berkualitas diperlukan
pendidikan keperawatan yang berkualitas. Selain itu, pendidikan keperawatan
merupakan proses penting yang harus dilalui oleh setiap perawat. Ini merupakan
upaya untuk menjamin mutu pendidikan keperawatan dimana pendidikan
keperawatan diperlukan standar pelaksanaan pendidikan dan pengembangan
penelitian keperawatan.
8
Keperawatan harus mempunyai organisasi profesi. Organisasi profesi ini akan
menentukan keberhasilan upaya pengembangan citra keperawatan sebagai
profesi dan mampu berperan aktif dalam upaya membangun keperawatan
profesional dan menjadi garda depan inovasi keperawatan di Indonesia. Saat ini
Indonesia memiliki organisasi profesi keperawatan bernama PPNI yang
memiliki piagam dan peraturan sedangkan dunia memiliki organisasi
keperawatan bernama Council Of Nurses (ICN) secara internasional.
6. Otonomi
9
Keperawatan memiliki kemandirian, wewenang dan tanggung jawab untuk
mengatur profesi, termasuk otonomi dalam pemberian asuhan dan penciptaan
standar asuhan melalui proses keperawatan, penyelenggaraan pendidikan,
penelitian keperawatan dan praktik keperawatan dalam bentuk Undang-Undang
Keperawatan (KepMenkes No. 1239 Tahun 2001).
Etika selalu mengacu pada standar moral, terutama yang terkait dengan
kelompok profesional, seperti perawat. Sebagai profesi yang bergerak di bidang
kesehatan pelayanan, perawat sering dihadapkan pada berbagai pengambilan
keputusan etis. Oleh karena itu, perawat harus mampu memahami bagaimana
membuat keputusan yang baik. Perawat harus mengembangkan keterampilan
untuk melaksanakan peran mereka dan berfungsi sebagai perantara moral dan
peserta dalam pengambilan keputusan etis (Wijaya, Yudhawati and Andriana,
2022).
10
dimediasi efek kritis motivasi tentang perilaku altruistik yang tidak
mementingkan diri sendiri dalam membantu orang lain. Hasil ini
memberikan perspektif yang lebih jelas tentang proses dimana motivasi
bersifat altruistik dapat mempengaruhi perilaku dan keterlibatan dalam
konteks sosial yang berbeda..
DAFTAR PUSTAKA
American Nurses Association (2015) Nursing: Scope and Standards of Practice. 3rd
edn. Nursesbooks.
Assante, G. M. and Momanu, M. (2021) ‘The role of critical motivation in the
development of altruistic behaviour in youth’, Journal of Educational Sciences,
43(1), pp. 33–43. doi: 10.35923/jes.2021.1.03.
Bansriar, S. (2021) ‘role of professional associations in LIS’, 7(9), pp. 88–91.
Beers, D. (2015) ‘Professional Codes of Ethics’, Practical Methods for Legal
Investigations, (March 2015), pp. 335–337. doi: 10.1201/b10723-35.
Beth Black (2020) Professional Nursing: Concepts & Challenges. 9th edn. Elsevier
Health Sciences.
Carr-Saunders, A., & Wilson, P. (1993) The Professions. Oxford: Clarendon Press.
Crispino, K. T. et al. (2021) ‘ASEAN Journal of Community Enhancing Healthcare
Professional Practice in the Philippines toward ASEAN Integration through the
Continuing Professional Development Law Enhancing Healthcare Professional
Practice in the Philippines toward ASEAN Integration th’, 5(2), pp. 376–395.
Darmawan Deden (2013) Pengantar Keperawatan Profesional. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Gede Juanamasta, I. et al. (2021) ‘Nursing Development in Indonesia: Colonialism,
After Independence and Nursing act’, SAGE Open Nursing, 7, pp. 1–10. doi:
10.1177/23779608211051467.
Iddagoda, A., Keppetipola, M. and Liyanagamage, D. (2022) ‘Construct of Extensive
Training: Towards an Instrument of Measuring it’, Economic Insights – Trends and
Challenges, 2022(1), pp. 47–55. doi: 10.51865/eitc.2022.01.05.
Jewell, J. (2014) ‘Duty, professionalisation and nursing knowledge’, Veterinary
Nursing Journal, 29(11), pp. 365–368. doi: 10.1111/vnj.12193.
Kozier et al (2017) Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses & Praktik. 7th edn.
11
Jakarta: EGC.
Kusnanto (2016) Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta:
EGC.
Leask, R. et al. (2017) ‘The impact of practical experience on theoretical knowledge
at different cognitive levels’, pp. 1–7.
Lesley Baillie, S. B. (2014) Professional Values in Nursing. CRC Press.
Lewis, L. S., Rebeschi, L. M. and Hunt, E. (2022) ‘Nursing Education Practice
Update 2022: Competency-Based Education in Nursing’, SAGE Open Nursing, 8, pp.
1–6. doi: 10.1177/23779608221140774.
Mastekaasa, A. (2011) ‘How important is Autonomy to Professional Workers?’,
Professions and Professionalism, 1(1), pp. 36–51. doi: 10.7577/pp.v1i1.143.
Matthews, J. H. (2012) ‘Role of professional organizations in advocating for the
nursing profession.’, Online journal of issues in nursing, 17(1), p. 3. doi:
10.3912/ojin.vol17no01man03.
Nerland, M. and Karseth, B. (2015) ‘The knowledge work of professional
associations: approaches to standardisation and forms of legitimisation’, Journal of
Education and Work, 28(1), pp. 1–23. doi: 10.1080/13639080.2013.802833.
Pursio, K. et al. (2021) ‘Professional autonomy in nursing: An integrative review’,
Journal of Nursing Management, 29(6), pp. 1565–1577. doi: 10.1111/jonm.13282.
Rowntree, J. A., Wells, L. M. and Sterzing, M. M. (1995) ‘The development of
nursing as a profession’, The emergence of nursing as a profession, 42(2), pp. 148–
190.
Rutty, H. (1998) ‘The nature of philosophy of science, theory and knowledge relating
to nursing and professionalism Jane E. Rutty BSc(Hons) Education (Nursing) DPSN
RGN’, Journal of Advanced Nursing, 28(2), pp. 243–250.
Setiawati, F. A. (2020) ‘Aptitude Test’s Predictive Ability for Academic Success in
Psychology Student’, Psychological Research and Intervention, 3(1), pp. 1–12. doi:
10.21831/pri.v3i1.34731.
Toumová, K. et al. (2021) ‘The importance of ethical codes in nursing care’,
Kontakt, 23(2), pp. 83–89. doi: 10.32725/kont.2021.021.
Widyananda, A. et al. (2014) ‘Pengaruh public service motivation terhadap job
satisfaction dan organizational citizenship behavior pada Pegawai Badan Pusat
Statistik’, Academia.Edu, 5. Available at:
https://www.academia.edu/download/82382154/971.pdf.
Wijaya, Y. A., Yudhawati, N. L. P. S. and Andriana, K. R. F. (2022) ‘Peran Etika
Dalam Praktik Keperawatan Profesional’, OSF Preprints, III(21), pp. 0–8.
12
PROFIL PENULIS
Dini Suryani
Ns. Dini Suryani,S.Kep., M.kep dilahirkan di Jambi pada tanggal : 20 April 1987. Jenjang
pendidikan dimulai dari Akademi Keperawatan Garuda Putih Jambi pada tahun 2005.
Kemudian melanjutkan studi S1 pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ilmu Jambi
dan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan dan Ners pada tahun 2013, lalu penulis
melanjutkan Studi strata dua pada program Magister Keperawatan Peminatan Keperawatan
Anak di fakultas Keperawatan Universitas Andalas pada tahun 2017. Pengalaman kerja
penulis pada bidang pendidikan dimulai sebagai dosen tetap pada Akademi Keperawatan
YPSBR Muara Bulian tahun 2014-2019. Pada saat ini tahun 2023 penulis aktif sebagai
dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Adiwangsa
Jambi. Penulis menjadikan darma penelitian dan publikasi sebagai darma prioritas untuk
penulis kontribusikan saat ini. Beberapa penelitian yang telah dilakukan didanai oleh
internal perguruan tinggi dan juga Kemenristek DIKTI. Hasil penelitian penulis dijadikan
bahan ajar bahkan diterbitkannya buku monograf dan referensi untuk mahasiswa dan
masyarakat. Selain peneliti, penulis juga aktif menulis buku dengan harapan dapat
memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara yang sangat tercinta ini. Atas
dedikasi dan kerja keras dalam menulis buku, Universitas Adiwangsa Jambi memberikan
penghargaan sebagai salah satu dosen dengan menulis buku terbanyak Tahun 2022.
Email Penulis: dinisuryani87@yahoo.com // wajib diisi untuk mengirim buku digital dan
sertifikat
Note: Profil ditulis seperti diatas, minimal 150 dan maksimal 200 kata dan wajib memiliki
foto
13
DATA PENGIRIMAN DAN PENGAJUAN HKI
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
2. Untuk pengajuan HKI, mohon mengisi data berikut sesuai yang tertera pada KTP:
FOTO KTP
(bidang data saja tidak perlu bolak-balik)
NOTE:
14
1. Untuk pengajuan HKI mohon isi data sesuai yang tertera di KTP bukan alamat tinggal
sekarang
2. Seluruh data wajib diisi, termasuk Kode Pos, Email, dan Hp. Aktif
15