Anda di halaman 1dari 60

PENGGULAAN

“ PEMBUATAN MANISAN BASAH DAN KERING ”

NAMA: SESI TRI NUGRAHA SAPURTI (P00331013030)


KELAS: II A
KELOMPOK IV

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI
JURUSAN GIZI
@2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


Penggulaan adalah proses pengolahan dan pengawetan menggunakan gula pada konsentrasi
tinggi. Gula tersebut berfungsi untuk memberi rasa pada produk dan mengawetkan produk
dengan menghambat bakteri yang menyebabkan pembusukan. Gula biasanya digunakan sebagai
bahan pembuatan beraneka ragam produk makanan seperti selai, jeli, marmalad, sirup, buah-
buahan bergula, dan sebagainya. Penambahan gula selain untuk memberikan rasa manis, juga
berfungsi dan terlibat dalam pengawetan. Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan pangan
dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut), maka sebagian air yang ada
terikat oleh gula sehingga menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan
aktivitas air (aw) dari bahan pangan berkurang. Padahal mikroorganisme memiliki kebutuhan aw
minimum untuk pertumbuhannya. Kemampuan gula untuk mengikat air itulah yang
menyebabkan gula dapat berfungsi sebagai pengawet.
Buah-buahan mempunyai arti penting sebagai sumber vitamin, mineral dan zat-zat lain
dalam menunjang kecukupan gizi, tetapi buah-buahan segar termasuk komoditi yang tidak tahan
lama. Daya tahan buah-buahan tergantung pada jenis buah dan perlakuan lepas panen yang
diberikan. Pengolahan buah-buahan penting dilakukan karena sifatnya yang mudah rusak dan
musiman sehingga perlu dilakukan pengawetan untuk memperpanjang masa simpan. Dewasa ini
pemanfaatan buah pepaya dalam usaha pengawetan dengan cara mengubahnya menjadi produk
yang lebih awet seperti manisan, buah dalam sirup, selai, dan sebagainya. Manisan merupakan
salah satu jenis pengolahan yang dapat digunakan untuk memperpanjang daya simpan buah
pepaya. Selain itu, manisan merupakan salah satu bentuk diversifikasi pengolahan pangan
tradisional di Indonesia. Manisan buah dapat dibedakan menjadi dua, yakni manisan basah dan
manisan kering.

B.       Tujuan Praktikum


Tujuan percobaan adalah agar mahasiswa terampil mengolah bahan pangan dengan penggulaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.           Penggulaan
Penggulaan makanan yaitu dengan menaruh atau meletakkan makanan pada medium
yang mengandung gula dengan kadar konsentrasi sebesar 40% untuk menurunkan kadar
mikroorganisme. Jika dicelup pada konsenstrasi 70% maka dapat mencegah kerusakan makanan.
Contoh makanan yang dimaniskan adalah seperti manisan buah, susu, jeli, agar-agar, dan lain
sebagainya.
B.            Manisan Buah
Manisan merupakan salah satu bentuk pangan olahan yang banyak disukai oleh masyarakat.
Rasanya yang manis bercampur rasa khas buah sangat cocok untuk dinikmati dalam berbagai
kesempatan. Manisan merupakan salah satu produk yang mengandung kadar gula tinggi. Dengan
kadar gula tinggi ini, produk manisan dapat disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama.
Pembuatan manisan juga merupakan salah satu alternatif memperpanjang daya simpan bahan
pangan (Fachruddin, 1998).
Manisan adalah salah satu bentuk makanan olahan yang banyak disukai oleh masyarakat.
Rasanya yang manis bercampur dengan rasa khas buah sangat cocok untuk dinikmati diberbagai
kesempatan. Manisan merupakan salah satu metode pengawetan produk buah-buahan yang
paling tua, dan dalam pembuatannya menggunakan gula, dengan cara merendam dan
memanaskan buah dalam madu. Pengolahan aneka buah menjadi manisan ini memberikan
keuntungan tersendiri. Warna buah cepat sekali berubah oleh pengaruh fisika misalnya sinar
matahari dan pemotongan, serta pengaruh biologis (jamur) sehingga mudah menjadi busuk. Oleh
karena itu pengolahan buah untuk memperpanjang masa simpannya sangat penting, termasuk
pengolahan menjadi produk manisan. Danpengolahan aneka buah menjadi manisan buah 
basah ataupun manisan buah kering ini masih memiliki peluang usaha yang menjanjikan dan
potensi penyerapan pasar yang cukup baik.
C.           Manisan Basah
Manisan buah basah dinilai lebih menarik daripada manisan buah kering. Manisan buah
basah tampil seperti buah aslinya, segar, dan tidak berubah warna. Manisan buah ini dikemas
dalam stoples atau botol-botol besar dan tetap direndam dalam air gula. Selain itu bias juga
dikemas dalam plastic polietilen dengan sedikit atau tanpa air rendaman (Muaris, 2003). Manisan
basah adalah manisan yang diperoleh setelah penirisan buah dari larutan gula. Manisan basah
mempunyai kandungan air yang lebih banyak dan penampakan yang lebih menarik karena serupa
dengan buah aslinya. Manisan basah biasanya dibuat dari buah yang keras. Produk ini
mempunyai keuntungan antara lain : manisan basah kekuatan rasanya yang segar dapat dijadikan
penawar haus disaat udara panas, dan cocok dinikmati di berbagai kesempatan. Kembali kepada
selera konsumen namun keduanya memiliki potensi peluang pasar yang cukup menggiurkan.
D.           Manisan kering
Manisan buah pada umumnya dibedakan menjadi manisan buah basah dan manisan buah
kering. Perbedaan kedua macam manisan tersebut terletak pada cara pembuatannya, daya
awetnya, dan penampakannya. Manisan kering adalah manisan yang setelah direndam air gula
pekat yang dikeringkan di bawah sinar matahari atau menggunakan oven pengering (Fachruddin,
1998).
Manisan kering adalah produk olahan yang berasal dari buah-buahan dimana
pemasakannya dengan menggunakan gula kemudian di keringkan. Produk ini mempunyai
beberapa keuntungan diantaranya; bentuknya lebih menarik, lebih awet volume serta bobotnya
menjadi lebih kecil sehingga mempermudah pengangkutan. buah-buahan yang biasa digunakan
untuk membuat manisan kering adalah jenis buah yang lunak sepertibuah pepaya, sirsak, tomat,
dan lain-lain.
E.            Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Buah pada Produk Penggulaan
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan buah untuk membuat produk
penggulaan antara lain :
a.    Kandungan pektin buah
Pektin adalah sejenis ’gula’ yang terdapat dalam sayuran dan buah-buahan. Pektin merupakan
suatu koloid yang reversibel dan dapat larut dalam air, diendapkan, dipisahkan dan dikeringkan.
Pektin berasal dari perubahan protopektin selama proses pemasakan buah, kadar pektin kurang
dari 1 % cukup untuk membentuk struktur yang memuaskan. Penambahan gula akan
mempengaruhi keseimbangan pektin air yang ada dan meniadakan kemantapan pektin. Pektin
akan menggumpal dan membentuk suatu serabut halus, sruktur itu mampu menahan cairan.
Makin tinggi kadar pektin makin padat struktur serabut tersebut. Makin tinggi gula makin
berkurang air yang ditahan oleh sruktur.
Dalam buah-buahan kandungan pektin biasanya terdapat di bawah kulit buah, di sekitar hati
buah (core), dan di sekitar biji buah. Tiap jenis buah mempunyai kandungan pektin yang
berbeda. Stroberi, aprikot, peach, ceri, pir, anggur, nanas tergolong buah-buahan berkadar pektin
rendah. Buah-buahan ini perlu dikombinasikan dengan buah-buahan berkadar pektin tinggi atau
dibubuhi pektin komersial. Apel, plum, dan currant merah tergolong buah berkadar pektin tinggi
dan tidak memerlukan tambahan pektin.
Pektin komersial dibedakan atas dua macam, yang berbentuk bubuk berwarna putih dan
cairan. Pektin bubuk untuk sari buah yang ditambahkan dalam keadaan dingin, sedangkan pektin
cairan ditambahkan dalam sari buah atau campuran gula yang mendidih. Pektin komersial
biasanya dibuat dari buah apel pilihan, kulit jeruk, kulit dan hati apel sisa (dari limbah
pengalengan apel). Dengan pemanasan pektin yang terkandung dalam buah akan terekstrak
keluar. Pemanasan tidak boleh berlebih akan menyebabkan pektin menjadi rusak.

b.   Tingkat keasaman buah


Tingkat keasaman buah juga penting karena asam akan menarik sari pektin dari buah. Keasaman
yang rendah menghasilkan pembentukan jel yang lemah dan mudah hancur. Buah yang kurang
asam perlu ditambah dengan air jeruk lemon atau asam sitrun pada saat akan mulai dimasak.
Namun, penambahan asam yang terlalu banyak akan menyebabkan keluarnya air dari jel yang
terbentuk. Perpaduan gula, asam, dan pektin inilah yang karena dipanaskan membentuk jalinan
(matriks) sehingga jeli, selai, dan produk olahan buah yang lain menjadi kental atau pekat.

BAB III
PERCOBAAN
A.           Alat Dan Bahan
1.    Alat
 Baskom
 Wajan
 Pisau
 Timbangan
 Talenan
2.    Bahan
 Pepaya 1 buah
 Gula
 Kapur sirih
 Garam
B.            Cara Kerja
a)   Manisan Basah
 Manisan basah dengan konsentrasi 25 %
1.    Timbang buah pepaya 600 gram yang agak mengkal.
2.    Buah pepaya agak mengkal dikupas, lalu dicuci.
3.    Potong buah pepaya, bentuk persegi panjang.
4.    Rendam potongan pepaya dalam larutan kapur selama 1 jam, larutan kapur yang digunakan
adalah larutan yang jernih saja.
5.    Tiriskan dan rendam kembali dalam larutan garam selama 1 jam.
6.    Kemudian buah dicuci untuk mengurangi rasa asin yang berlebihan.
7.    Masukkan gula sebanyak 150 gram dalam wajan lalu tambahkan air secukupnya, untuk
pembuatan sirup gula.
8.    Kemudian pepaya direndam dalam sirup gula, selama 1 hari.
 Manisan basah dengan konsentrasi 50 %
1.    Timbang buah pepaya 700 gram yang agak mengkal.
2.    Buah pepaya agak mengkal dikupas, lalu dicuci.
3.    Potong buah pepaya, bentuk persegi panjang.
4.    Rendam potongan pepaya dalam larutan kapur selama 1 jam, larutan kapur yang digunakan
adalah larutan yang jernih saja.
5.    Tiriskan dan rendam kembali dalam larutan garam selama 1 jam.
6.    Kemudian buah dicuci untuk mengurangi rasa asin yang berlebihan.
7.    Masukkan gula sebanyak 360 gram dalam wajan lalu tambahkan air secukupnya, untuk
pembuatan sirup gula.
8.    Kemudian pepaya direndam dalam sirup gula, selama 1 hari.
b)   Manisan Buah kering dengan gula pasir kasar
1.    Timbang buah pepaya yang agak mengkal 1 kg/1000 gram
2.    Buah pepaya agak mengkal dikupas, lalu dicuci.
3.    Potong buah pepaya, bentuk persegi panjang.
4.    Rendam potongan pepaya dalam larutan garam selama 1 jam
5.    Tiriskan dan cuci dengan air panas
6.    Tiriskan kembali, lalu masukkan gula sebanyak 400 gram dalam wajan, lalu tambahkan air
secukupnya.
7.    Aduk sampai mengental di atas api sedang
8.    Setelah mengental masukkan potongan pepaya dalam cairan gula, lalu aduk sampai gula benar-
benar tercampur.
9.    Kemudian manisan pepaya diletakkan dalam wadah oven, lalu jemur dibawah sinar matahari
sampai manisan mengering.

C.           Diagram Alir


a.    Manisan Basah dengan konsentrasi 25 %
 
b.   Manisan Basah dengan Konsentrasi 50 %

c.    Manisan Kering dengan gula pasir kasar


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.           Hasil
1.    Deskripsi Pengolahan
Cara basah:
         Bersihkan pepaya kemudian timbang
 

-           

        
Dicuci dan dipotong persegi

         Direndam pada larutan kapur dan setelah itu ditirsikan


dan direndam lagi pada larutan garam
         Dicuci untuk mengurangi asin, kemudian dilakukan proses
pembuatan sirup gula dengan cara panaskan gula pada wajan dan berikan air secukupnya.
Setelah itu buah dilakukan perendaman pada larutan gula

Cara kering:

         Timbang buah


pepanya, lalu kupas dan cuci setelah itu potong persegi

         Rendam dalam lauran garam, tiriskan kemudian cuci dengan air panas
         Masukan gula pada wajan kemudian tambahkan air secukupnya dan
aduk sampai mengental

         Setelah itu masukan potongan buah pepaya kedalam wajan dan
aduk hingga merata

         Lalu letakan buah pepaya pada wadah dan lakukan penjemuran
2.    Tabel Hasil Uji Organoleptik
Hasil Pengamatan
Jenis Uji Manisan basah Manisan Basah
Manisan Kering
(25 %) (50%)
Warna Orange Orange Orange
Aroma Aroma pepaya Aroma pepaya Aroma pepaya berkurang
Rasa Manis Manis Manis sekali
Tekstur Agak keras Agak keras Agak kenyal

B.            Pembahasan
Manisan buah adalah produk buah-buahan yang diolah dengan menambahkan gula dalam
konsentrasi tinggi sehingga dapat mengawetkan buah-buahan tersebut. Manisan buah ada dua
jenis, yaitu manisan buah basah dan manisan buah kering. Manisan buah basah adalah manisan
buah yang masih mengandung air gula sedangkan manisan buah kering tidak mengandung air
gula lagi.
Pada praktikum yang dilakukan untuk pembuatan manisan buah digunakan dengan 2 cara
yaitu membuat dengan cara basah ( diberikan pelakuan 25 % dan produk 50 %) dan cara kering.
Manisan basah diperoleh setelah penirisan buah dari larutan gula, sedangkan manisan kering
diperoleh bila manisan yang pertama kali dihasilkan (manisan basah) dijemur sampai kering.
Pada pembuatan manisan buah ini pepaya merupakan merupakan bahan dasar yang
menjadi unsur pokok dalam pembuatan manisan basah dan kering. Pada praktikum yang
dilakukan, pepaya yang digunakan 1 buah utuh kemudian dibelah menjadi dua bagian untuk
pemisahan pembuatan manisan basah dan kering, buah pepaya yang digunakan agak
mengkal/tidak terlalu masak.
Dalam proses pembuatan manisan basah atau kering hal pertama yang dilakukan yaitu proses
pencucian buah kemudian dilakukan proses pengirisan proses, pengirisan ini bertujuan untuk
memperkecil bahan baku manisan sehingga mempercepat peresapan gula kedalam bahan baku
manisan dan membuat bentuk buah agar lebih menarik. Selanjutnya dilakukan proses
perendaman pada air kapur, pada proses perendaman ini bertujuan untuk memperkuat tekstur
bahan baku manisan. Selama perendaman terjadi reaksi antara kalsium dengan pektin yang
terdapat pada dinding sel jaringan bahan. Lamanya perendaman dapat berlangsng selama
beberapa jam sampai 1 jam. Selanjutnya di lakukan lagi perendaman pada larutan garam
konsentrasi kurang dari 10% selama 1 jam. Penggunaan larutan garam bertujuan untuk
mengurangi rasa pahit atau asam pada buah, mencegah terjadinya reaksi browning pada buah dan
untuk membunuh bakteri tertentu. Kemudian dicuci kembali untuk mengurangi rasa asin yang
berlebihan pada buah, dan proses yang terakhir adalah merendamkan buah pada larutan gula
yang telah dibuat, Prinsip dasar pembuatan manisan dari buah-buahan atau bagian tumbuh-
tumbuhan yaitu sebagai berikut, buah melalui proses penggulaan baik secara perendaman
maupun pelumuran dengan gula sehingga secara perlahan gula akan meresap, dengan demikian
kadar gula dalam jaringan buah cukup tinggi sehingga dapat mencegah pertumbuhan
mikroorganisme pembusuk. Gula mutlak diperlukan untuk membuat manisan, gula berfungsi
sebagai pemanis dan pengawet, konsentrasi gula tidak kurang dari 65%. Prinsip dasar pemakaian
gula dalam pembuatan manisan buah adalah dalam bentuk larutan gula yang dibuat dengan
mencampurkan gula pasir dengan air dalam kadar tertentu.
Sedangkan pada proses pembuatan manisan dengan cara kering yang berbeda dengan
cara basah yaitu pada proses pembuatannya manisan kering tidak perlu direndam pada kapur
sirih. Tetapi pada pembuatan manisan kering ini penyiraman larutan gula dilakukan berkali-kali,
kemudian pada tahap akhir dilakukan proses penggeringan. Pengeringan yang dilakukan dengan
menggunakan panas alami yaitu dijemur dibawah sinar matahari. Selama pengeringan, manisan
dapat ditaburi gula pasir beberapa kali sampai merata. Lama pengeringan berkisar 1 hari.
Pada akhir peraktikum dapat menghasilkan manisan buah basah dan kering yang cukup

menarik, rasa dan warna,tekstur dan aromanya kelihatan sermpurna, akan tetapi pada tekstur

manisan buah kering agak kenyal, seharusnya pada manisan kering harus benar-benar kering

secara sempurna. penyebab yang membuat manisan kering tidak kering secara baik disebabkan

oleh pada saat proses pengeringanya tidak sempurna. dilihat dari proses pengeringnya

menggunakan sinar matahrari, penggunaan sinar matahari memang baik tetapi pada saat

pengeringan yang dilakukan cuaca tidak terlalu panas sehingga membuat manisan yang

dihasilkan kadar airnya dalam pepaya masih ada.


BAB V
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dapat disimpulkan bahwa Manisan basah adalah manisan
yang diperoleh setelah penirisan buah dari larutan gula. Manisan basah mempunyai kandungan
air yang lebih banyak dan penampakan yang lebih menarik karena serupa dengan buah aslinya.
Manisan kering adalah manisan yang diperoleh setelah buah ditiriskan kemudian dijemur sampai
kering. Untuk manisan kering yang dihasilkan kurang sempurna karena kandungan air pada buah
masih terdapat.
B.            Saran
Sebaiknya pada proses praktikum yang dilakukan pembuatan manisan untuk manisan
basah sebaiknya disimpan di kulkas dalam kemasan tertutup rapat dan untuk mendapatkan
manisan kering yang baik, penjemurannya harus benar-benar sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Fachruddin, Lisdiana. 1998. Membuat Aneka Manisan. Kanisius. Yogyakarta. Muaris, Hindah.
2003. Manisan Buah. Gramedia. Jakarta.
http://www.wikipedia.com/pengawetan-pangan
Kalie, M. Baga. 2008. Bertanam Pepaya. Penebar Swadaya. Jakarta. Suprapti, Lies M. 2005.
Aneka Olahan Pepaya Mentah dan Mengkal. Kanisius. Yogyakarta.
Sri R. Dwiari, dkk. Teknologi Hasil Pangan. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2008.
Wahyu Mushollaeni,Spi,Mp.2011. Buku Petunjuk Praktikum Teknologi Makanan Ringan dan
Gula.

Tugas Perancangan dan


Pengembangan Produk
LAPORAN

PEMBUATAN MANISAN PEPAYA KERING

(DRIED PAPAYA’S SWEETS)

  Oleh

Nurul Qomariyah         105100300111035

Lufi Tri Wahyu N.         105100300111037


Rizqi Akbar M.             105100300111031

Qurrata A’yunin           105100301111033

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

1. I.    PENDAHULUAN
2. A.  Latar Belakang

Pepaya (Carica papaya L) berasal dari keluarga Caricaceae. Pepaya banyak dibudiyakan oleh
masyarakat baik sebagai hobi ataupun usaha komersil. Hal ini karena pepaya memiliki kelebihan
diantaranya dapat dibudidayakan dipekarangan atau kebun, cepat berbuah dan mampu berbuah
lebat, rasanya manis, tumbuh tanpa perawatan yang rumit dan kandungan gizi yang cukup
banyak. Buah pepaya tergolong buah yang populer dan digemari oleh hampir seluruh penduduk
penghuni bumi. Daging buahnya lunak dengan warna merah dan kuning, rasanya manis dan
menyegarkan karena mengandung banyak air. Nilai gizi buah pepaya cukup tinggi karena
mengandung banyak provitamin A, vitamin C, dan kalsium. Buah-buahan mempunyai arti
penting sebagai sumber vitamin, mineral dan zat-zat lain dalam menunjang kecukupan gizi,
tetapi buah-buahan segar termasuk komoditi yang tidak tahan lama. Daya tahan buah-buahan
tergantung pada jenis buah dan perlakuan lepas panen yang diberikan. Pengolahan buah-buahan
penting dilakukan karena sifatnya yang mudah rusak dan musiman sehingga perlu dilakukan
pengawetan untuk memperpanjang masa simpan. Dewasa ini pemanfaatan buah pepaya dalam
usaha pengawetan dengan cara mengubahnya menjadi produk yang lebih awet seperti manisan,
buah dalam sirup, selai, dan sebagainya.

Manisan merupakan salah satu jenis pengolahan yang dapat digunakan untuk memperpanjang
daya simpan buah pepaya. Selain itu, manisan merupakan salah satu bentuk diversifikasi
pengolahan pangan tradisional di Indonesia. Manisan buah dapat dibedakan menjadi dua, yakni
manisan basah dan manisan kering. Melihat potensi buah pepaya yang cukup besar di Indonesia,
maka terdapat peluang yang cukup besar untuk memproduksi produk ini.  Di pasaran produksi
manisan pepaya masih dilakukan dalam skala rumah tangga dan belum ada teknologi khusus
yang digunakan. Melihat keadaan pasar tersebut, maka kami melakukan inovasi terhadap
teknologi yang digunakan dan bentuk dari produk. Teknologi yang digunakan dalam produksi
manisan pepaya kering ini adalah blanching yang bertujuan untuk mempertahankan warna dan
keawetan manisan. Dengan beberapa keunggulan dan inovasi tersebut, maka produk manisan
pepaya kering ini dirasa mempunyai peluang yang cukup baik di pasaran.

1. B.  Tujuan
Tujuan dari produksi manisan pepaya kering ini adalah untuk menambah diversifikasi
pengolahan produk pangan dengan inovasi teknologi dan bentuk produk yang baru atau belum
umum ada dimasyarakat. Selain itu pembuatan manisan pepaya kering ini dilakukan untuk
mengetahui mutu organoleptik produk tersebut.

1. C.  Manfaat

Hasil penelitian tentang pembuatan manisan pepaya kering ini diharapkan dapat diperoleh cara
yang terbaik sehingga didapatkan manisan pepaya kering yang bernilai ekonomis, mempunyai
gizi tinggi, layak dikonsumsi, aman, disukai konsumen dan tahan lama.

II. TINJAUAN PUSTAKA 

2.1 Pepaya

Papaya merupakan tanaman herba. Batangnya berongga, biasanya tidak bercabang, dan
tingginya dapat mencapai 10 m. daunnya merupakan daun tunggal, berukuran besar, dan
bercangap. Tangkai daun panjang dan berongga. Bunganya terdiri dari tiga jenis, yaitu bunga
jantan, bunga betina, dan bunga sempurna. Bentuk buah bulat sampai lonjong. Batang, daun, dan
buahnya mengandung getah yang memiliki daya enzimatis, yaitu dapat memecah protein.
Pertumbuhan tanaman papaya termasuk cepat karena antara 10-12 bulan setelah ditanam
buahnya telah dapat dipanen (Kalie, 2008).

2.1.1 Klasifikasi Pepaya

Klasifikasi tanaman pepaya dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai


berikut (Kalie, 2008):

Divisi  : Spermatophyta

Sub divisi  : Angiospermae

Kelas  : Dycotyledoneae

Ordo  : Caricales

Famili  : Caricaceae

Genus  : Carica

Spesies  : Carica papaya L

Klasifikasi tanaman pepaya termasuk dalam  famili Caricaceae. Famili ini memiliki empat genus
yaitu Carica, Jarilla, Jacaranta dan Cylicomorpha. Ketiga genus pertama merupakan tanaman asli
Amerika Tropis, sedangkan genus keempat merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Genus
Carica memiliki 24  spesies, salah satu diantaranya adalah pepaya. Tanaman dari genus Carica
banyak diusahakan petani karena buahnya enak dimakan (Kalie, 2008).

2.1.2 Kandungan Gizi Pepaya

Buah pepaya baik yang masih dalam kondisi mentah/muda (biasa difungsikan sebagai bahan
sayuran) maupun yang secara fisiologis sudah matang, masing-masing memiliki kandungan
unsur gizi dan kalori yang cukup dapat diandalkan. Adapun gizi dan beberapa unsur penting lain
yang terkandung di dalam pepaya adalah sebagai berikut (Suprapti, 2005):

Kadar/100 g Bahan
No. Unsur Gizi
Pepaya Mentah Pepaya Matang
1. Energi  (kal) 26 46

2. Protein  (g) 2,1 0,5

3. Lemak  (g) 0,1 –

4. Karbohidrat  (g) 4,9 12,2

5. Kalsium  (mg) 50 23

6. Fosfor  (mg) 16 12

7. Besi  (mg) 0,4 1,7

8. Vitamin A  (Sl) 50 365

9. Vitamin B  (mg) 0,02 0,04

10. Vitamin C (mg) 19 78

11. Air  (g) 92,3 86,7

2.1.3 Kegunaan Pepaya

Tanaman pepaya mengandung unsur-unsur yang sangat dibutuhkan bagi kesehatan. Adapun
manfaatnya secara resmi dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut (Suprapti, 2005):

1. Akar

Akar pepaya sering dimanfaatkan sebagai obat cacing, ginjal, kandung kemih, sakit persediaan,
dan pegal-pegal.

1. Batang
Bagian dalam batang pepaya sering digunakan sebagai makanan ternak, terutama kuda penarik.

1. Daun

Air perasan daun pepaya muda dapat digunakan sebagai obat malaria, kejang perut, beri-beri dan
sakit panas.

1. Bunga

Air rebusan bunga pepaya jantan berkhasiat untuk meningkatkan nafsu makan, membersihkan
darah, dan obat sakit kuning.

1. Buah Muda

Olahan buah pepaya muda berkhasiat melancarkan ASI.

1. Buah Matang

Kandungan vitamin A dan C dalam buah pepaya sangat mendukung proses pertumbuhan badan,
menjaga kesehatan selaput lendir pada alat-alat pernapasan, menghindari penyakit rabun ayam,
memelihara kekokohan sel-sel tubuh, melawan infeksi, dan mencegah penyakit sariawan.

1. Biji

Biji pepaya dapat digunakan sebagai obat cacing.

2.2 Manisan Buah

Manisan merupakan salah satu bentuk pangan olahan yang banyak disukai oleh masyarakat.
Rasanya yang manis bercampur rasa khas buah sangat cocok untuk dinikmati dalam berbagai
kesempatan. Manisan merupakan salah satu produk yang mengandung kadar gula tinggi. Dengan
kadar gula tinggi ini, produk manisan dapat disimpan dalam jangka waktu yang relatif  lama.
Pembuatan manisan juga merupakan salah satu alternatif memperpanjang daya simpan bahan
pangan (Fachruddin, 1998).

2.2.1 Manisan Buah Kering

Manisan buah pada umumnya dibedakan menjadi manisan buah basah dan manisan buah kering.
Perbedaan kedua macam manisan tersebut terletak pada cara pembuatannya, daya awetnya, dan
penampakannya. Manisan kering adalah manisan yang setelah direndam air gula pekat yang
dikeringkan di bawah sinar matahari atau menggunakan oven pengering (Fachruddin, 1998).

2.2.2 Manisan Buah Basah

Manisan buah basah dinilai lebih menarik daripada manisan buah kering. Manisan buah basah
tampil seperti buah aslinya, segar, dan tidak berubah warna. Manisan buah ini dikemas dalam
stoples atau botol-botol besar dan tetap direndam dalam air gula. Selain itu bias juga dikemas
dalam plastic polietilen dengan sedikit atau tanpa air rendaman (Muaris, 2003).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1  Ide Pembuatan Produk

Ide pembuatan produk manisan pepaya kering ini merujuk pada hasil penelitian yang
dilaksanakan untuk pembinaan masyarakat sebuah desa dalam memanfaatkan buah pepaya agar
bernilai tambah lebih tinggi. Produk manisan kering pepaya memang telah ada di pasaran,
namun demikian jumlahnya masih terbatas dalam skala rumah tangga dan belum ada hak paten
resmi untuk produk ini. Ide pembuatan produk ini didukung dengan potensi bahan baku yang
melimpah dengan harga murah dan kebutuhan konsumen akan produk makanan yang kaya akan
kandungan gizi.

3.2  Strategi Pengembangan Produk

Strategi yang dipilih dalam ide pembuatan manisan pepaya kering ini adalah pengembangan
produk yang ada, yakni melalui modifikasi. Modifikasi dalam strategi pengembangan produk ini
adalah pada tampilan atau appearence, bentuk dan teknologi yang digunakan. Strategi
pengembangan produk merupakan hal yang sangat penting karena nantinya akan berpengaruh
terhadap product life cycle. Untuk mengetahui strategi yang sesuai harus diperhatikan peluang
pertumbuhannya, perlindungan untuk inovasi, ukuran pasar, kompetisi, sistem distribusi dan
rekomendasi.

3.3  Konsep Produk

1. a.   Deskripsi Umum Produk

Produk berupa manisan pepaya kering (dried papayas’s sweets) ini merupakan salah satu bentuk
diversifikasi pangan tradisional yang berbahan baku buah pepaya. Buah pepaya merupakan buah
yang memiliki potensi jumlah produksi cukup besar di Indonesia. Harga buah pepaya yang
cukup murah apabila dijual dalam bentuk buah mentah mempunyai nilai ekonomi yang lebih
rendah apabila dibandingkan dengan menjual hasil olahan buah pepaya tersebut. Manisan pepaya
kering merupakan produk makanan yang dapat dikategorikan ke dalam bentuk camilan. Produk
makanan ini awalnya telah diproduksi dalam skala rumah tangga dengan cara pengolahan yang
tradisional. Melihat keadaan tersebut maka muncullah ide pengembangan produk untuk
memodifikasi pembuatan manisan pepaya kering tersebut. Manisan pepaya kering merupakan
produk makanan yang mempunyai nilai kandungan gizi yang baik. Salah satu manfaat dari
produk tersebut adalah mempunyai kandungan vitamin A yang tinggi untuk kesehatan mata.
Selain itu, produk manisan kering juga dapat melancarkan pencernaan. Produk manisan pepaya
kering ini mempunyai bentuk yang unik yakni berupa bulan, bintang dan bebek. Bentuk yang
unik tersebut mempunyai ukuran rata-rata (3,5 x 4) cm. Pada bagian luarnya terdapat taburan
gula yang menyelimuti manisan tersebut, sehingga inilah salah satu hal yang membedakannya
dengan produk manisan pepaya yang sudah ada. Produk pepaya kering ini dapat dikonsumsi oleh
masyarakat usia 5 – 55 tahun. Jenis kemasan yang digunakan adalah kertas karton dengan inner
berupa kemasan plastik.

1. b.  Posisi Produk di Pasaran (PLC)

Product life cycle (PLC) atau siklus hidup produk merupakan konsep yang penting dalam
pengembangan produk dan pemasaran karena memberikan pemahaman yang mendalam
mengenai dinamika bersaing suatu produk hasil pengembangan. Siklus hidup produk manisan
pepaya kering ini terdiri dari lima tahapan, yakni tahap perkenalan, tahap pertumbuhan, tahap
kedewasaan dan tahap penurunan. Hal ini didasarkan pada teori-teori terdahulu yang sudah ada.
Siklus hidup produk erat kaitannya dengan strategi pengembangan produk yang digunakan,
karena nantinya akan berpengaruh pada aspek pemasaraannya.

1. c.   Konsumen Sasaran

Konsumen sasaran untuk manisan pepaya kering (dried papaya’s sweets) ini adalah masyarakat
usia 5 – 55 tahun. Sasaran pasar ini diambil berdasarkan pertimbangan kemungkinan-
kemungkinan yang mungkin akan muncul ketika produk ini dikonsumsi oleh balita ataupun
lansia. Balita yang mengkonsumsi produk ini ditakutkan akan mengalami diare, sedangkan
apabila dikonsumsi oleh lansia maka dapat menyebabkan peningkatan gula darah dalam tubuh.
Produk manisan pepaya kering ini juga membidik konsumen sasaran yang merupakan orang-
orang yang sedang menjalani program diet. Produk ini selain mempunyai kandungan nilai gizi
yang cukup tinggi juga dapat memperlancar pencernaan. Kandungan gula yang terdapat pada
manisan pepaya kering ini tidak perlu dikhawatirkan, karena telah diimbangi dengan serat dan
kandungan gizi yang tinggi di dalamnya.

1. d.  Dukungan Teknologi Pengolahan

Teknologi pengolahan merupakan salah satu hal yang penting dalam pengembangan suatu
produk. Teknologi pengolahan yang efektif dan efisien dapat mengurangi biaya produksi
sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan. Teknologi pengolahan juga merupakan aspek
penting yang mempengaruhi kualitas atau mutu suatu produk. Pada pembuatan manisan pepaya
kering ini teknologi yang digunakan adalah pengeringan dengan menggunakan oven. Sejauh ini
pembuatan manisan kering yang ada di masyarakat masih melalui cara pengeringan tradisional,
yakni menggunakan bantuan sinar matahari.

Pengeringan menggunakan sinar matahari memakan waktu yang cukup lama dan kurang higienis
apabila dibandingkan dengan pengeringan menggunakan oven. Selain itu suhu pengeringan
dengan sinar matahari tidak dapat dikontrol, sehingga panas yang diberikan sesuai dengan cuaca
yang ada, hal ini berpengaruh terhadap lama waktu pengeringan. Dalam proses pengeringan,
suhu pengeringan memegang peranan yang sangat penting. Jika suhu pengeringan terlalu tinggi
akan mengakibatkan penurunan nilai gizi dan perubahan warna produk yang dikeringkan.
Sedangkan apabila suhu yang digunakan terlalu rendah, maka produk yang dihasilkan basah dan
lengket serta berbau busuk sehingga memerlukan waktu yang terlalu lama. Pada pembuatan
manisan pepaya kering ini, sebelum dilakukan proses pengeringan dilakukan perlakuan
pendahuluan, yanki blanching yang bertujuan untuk menjaga mutu produk, dengan cara
menonaktifkan enzim alami yang terdapat pada bahan pangan. Enzim tersebut di nonaktifkan
karena dapat mengganggu kualitas pangan saat dilakukan proses pengolahan selanjutnya. Berikut
adalah daftar alat dan mesin yang digunakan dalam proses pembuatan manisan kering pepaya.

Tabel 1. Alat dan Mesin

No. Nama alat/mesin Jumlah


1 Pisau 2
2 Baskom 3
3 Timbangan digital 1
4 Timbangan analitik 1
5 Tabung ukur 1
6 Panci 2
7 Kompor gas 1
8 Cetakan 6
9 Loyang 2
10 Oven 1
11 Pengaduk 1
12 Termometer 1
13 Cawan petri 1

1. e.   Keunggulan Produk

Keunggulan produk merupakan salah satu hal yang harus dimiliki sebuah produk agar produk
tersebut dapat diterima dan laku di pasaran. Keunggulan produk manisan pepaya kering ini
diantaranya adalah:

 Ø Hingga saat ini belum ada produk manisan buah pepaya kering di pasaran.
 Ø Potensi sumber bahan baku besar dengan harga yang relatif murah.
 Ø Manisan kering buah pepaya jauh lebih tahan lama dalam penyimpanan dibanding
manisan basah.
 Ø Bentuk manisan yang unik dan belum ada di pasaran.
 Ø Cara mengkonsumsinya yang praktis dan mudah untuk dibawa.
 Ø Kandungan nilai gizi yang tinggi dan dapat memperlancar proses pencernaan.
 Ø Tidak menggunakan bahan pengawet dan pewarna makanan.

1. f.    Cara Menggunakan Produk

Produk manisan kering pepaya merupakan sebuah produk yang praktis, enak, bernilai gizi tinggi
dan dapat membantu memperlancar proses pencernaan. Produk makanan ini dapat dikonsumsi
secara langsung tanpa harus melakukan pengolahan lebih lanjut lagi. Produk ini dapat
dikonsumsi setiap hari sebagai salah satu sumber nutrisi bagi tubuh dan dapat memperlancar
proses pencernaan. Manisan kering pepaya bukan merupakan produk sekali habis, jadi setelah
kemasan dibuka masih dapat dikonsumsi untuk hari berikutnya.

1. g.  Nama Produk

Tema produk yang dibuat adalah manisan buah. Manisan buah ini adalah manisan buah kering
dari bahan baku berupa buah pepaya mengkal. Merk dari produk ini adalah Dried Papaya’s
Sweets. Produk ini mengambil tema bentuk-bentuk yang unik seperti bulan, bintang, dan bebek
yang belum ada di pasaran. Hal ini bertujuan untuk menarik pasar khususnya anak kecil dengan
bentuk-bentuk yang unik tersebut.

f. Pembuatan Manisan Kering

Tabel 2. Bahan Baku dan Tambahan

No. Bahan Baku/Bahan Tambahan Jumlah


1 Pepaya mengkal 2 kg
2 Air perendaman kapur sirih 2 liter
3 Air perendaman larutan gula 2 liter
4 Air blanching 2 liter
5 Gula pasir 1,5 kg
6 Kapur sirih 6 gram
7 Jeruk nipis 2 biji

Bahan baku yang digunakan adalah berupa pepaya mengkal sejumlah 2 kg. Berat pepaya 2 kg
tersebut adalah setelah dikupas dan dicetak. Air yang digunakan dalam proses perendaman
dengan kapur sirih, larutan gula dan proses blanching adalah sama, yakni sebanyak 2 liter. Gula
pasir digunakan sebagai larutan gula dan taburan pada bagian luar manisan, sehingga 1 kg
digunakan untuk membuat larutan gula dan 0,5 kg untuk taburan pada bagian luar. Perendaman
dengan larutan gula selama 24 jam bertujuan untuk mengawetkan manisan pepaya tersebut.
Kapur sirih yang digunakan adalah sebesar 6 gram. Larutan kapur sirih digunakan untuk
merendam pepaya selama kurang lebih satu jam untuk memperkuat jaringan buah. Jeruk nipis
digunakan sebagai penambahan asam sitrat alami saat pemasakan selesai. Hal ini berfungsi untuk
menurunkan pH menjadi 3,8 – 4,4. Pada kondisi asam, akan menghambat pertumbuhan mikroba.
Jeruk nipis yang digunakan adalah sebanyak dua biji. Proses pembuatan manisan dilakukan
melalui dua kali proses karena adanya keterbatasan peralatan. Sehingga OPC yang dibuat adalah
berdasarkan ukuran tiap kali proses, yakni dengan bahan baku sebesar 1 kg.

g. Hasil Uji Fisik (Kadar Air)

Pengujian kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan air pada produk manisan kering
pepaya. Standar kadar air merupakan salah satu parameter kritis yang harus diperhatikan, karena
mempengaruhi daya simpan produk. Adanya air dalam bahan pangan merupakan media yang
baik bagi pertumbuhan mikroorganisme terutama untuk produk kering adalah tumbuhnya kapang
dan khamir. Kadar air manisan ini dipengaruhi pada saat pengeringan. Waktu yang diperlukan
dalam proses pengeringan dipengaruhi oleh struktur bahan, dan distribusi aliran udara, suhu,
kelembaban serta kecepatan udara. Kadar air bahan dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.

Kadar air (%bb) =  x 100%

Keterangan:    a = berat cawan dan sampel akhir (g)

b = berat cawan (g)

c = berat sampel awal (g)

sehingga diperoleh hasil perhitungan kadar air sebagai berikut:

Kadar air (%bb) =  x 100%

                           =  x 100%

                           = 56,13 %

Dari hasil perhitungan di atas maka di dapatkan hasil kadar air produk sebesar 56,13%.
Berdasarkan standar mutu manisan kering buah-buahan (SII No. 0718-83 dalam Fitriani, 2008),
kadar air manisan kering maksimum 25%. Hasil ini berarti masih terlalu tinggi untuk kadar air
yang ada pada manisan buah kering. Oleh sebab itu pada proses pembuatan selanjutnya lama
waktu pengeringan harus lebih lama lagi. Pada pengeringan secara tradisional menggunakan
matahari lama waktu yang dibutuhkan adalah selama tiga hari, sehingga setidaknya untuk
pengeringan menggunakan oven memerlukan waktu selama 1-2 hari. Tinggi rendahnya kadar air
suatu bahan sa-ngat ditentukan oleh air terikat dan air bebas yang terdapat dalam bahan. Air
terikat ini membutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk menguapkannya daripada air bebas yang
membutuhkan suhu yang relatif rendah untuk menguapkannya, sehingga bahan yang memiliki
air terikat yang lebih banyak cenderung memiliki kadar air lebih tinggi.

h. Hasil Uji Organoleptik

Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji kesukaan terhadap warna, aroma, rasa, bentuk dan
tekstur berdasarkan tingkat kesukaan konsumen. Pengujian organoleptik dilakukan kepada
panelis tidak terlatih yang berjumlah 15 orang. Setiap panelis memberikan penilaian berdasarkan
rentang nilai sangat tidak suka sampai sangat suka. Rentang penilaian tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 3. Uji Organoleptik

Penerimaan Nilai
Sangat tidak suka 1
Tidak suka 2
Biasa 3
Suka 4
Sangat suka 5

Berikut hasil dari uji organoleptik dalam bentuk grafik diagram.

Grafik 1. Hasil Uji Organoleptik

i.

i. Desain Produk

Gambar 1. Produk Manisan Kering Pepaya

Keterangan gambar ukuran bentuk cetakan:

Bintang : (3 x 3) cm

Bulan   : (4 x 2,2) cm

Bebek  : (4 x 3,5) cm

Ukuran tebal untuk ketiga bentuk cetakan adalah sama, yakni 1,5 cm.

j. Produk Pesaing yang ada di Pasaran

Produk manisan kering pepaya belum ada yang dijual di masyarakat, namun telah ada yang
memproduksi dalam lingkungan rumah tangga yang dilakukan secara tradisional. Berikut adalah
salah satu contoh manisan kering pepaya yang dibuat dalam lingkup rumah tangga. Bentuknya
masih biasa dan tekstur luarnya kasar.

Gambar 2. Produk Pesaing

k. Analisis Produk

 Ø Pemasaran

Pemasaran terhadap produk manisan kering pepaya ini akan meliputi usaha untuk menjembatani
interaksi antara perusahaan dan pelanggan, memfasilitasi proses identifikasi peluang produk,
pendefinisian segmen pasar, identifikasi kebutuhan pelanggan, merancang peluncuran produk
dan promosi produk. Salah satu usaha dalam pemasaran produk manisan kering pepaya ini
adalah menggunakan media online untuk promosi dan melakukan pemesanan.

 Ø Perancangan

Perancangan dalam pembuatan produk manisan kering pepaya ini akan meliputi beberapa hal.
Ruang lingkup perancangan tersebut diantaranya adalah pendefinisian bentuk fisik produk agar
dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, desain engineering (mekanik, elektrik, software, dll)
serta desain industri yang meliputi estetika, ergonomi, dll.

 Ø Manufaktur

Pada pembuatan produk manisan kering pepaya ini manufaktur bertanggung jawab untuk
merancang dan mengoperasikan sistem produksi pada proses produksi tersebut. Fungsi
manufaktur secara luas adalah mencakup pembelian, distribusi dan instalasi (supply chain).
Dengan manufaktur yang baik maka proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan biaya
dapat diminimasi untuk meningkatkan pendapatan dan keuntungan perusahaan.

1. IV.  KESIMPULAN

Produk manisan kering pepaya merupakan sebuah ide pengembangan produk yang merujuk pada
sebuah jurnal penelitian tentang pembuatan manisan kering pepaya pada sebuah desa binaan.
Produk ini belum ada di pasaran namun sudah pernah dibuat dalam lingkup rumah tangga
dengan cara tradisional. Modifikasi yang dilakukan pada pembuatan manisan kering pepaya
tersebut adalah pada bentuk yang unik dan teknologi yang digunakan. Pembuatan manisan
kering pepaya tersebut menggunakan teknologi pengeringan modern, yakni menggunakan oven
sehingga waktu pengeringan akan lebih cepat jika dibandingkan dengan pengeringan secara
tradisional menggunakan sinar matahari. Hasil dari pengujian kadar air produk didapatkan nilai
kadar air sebesar 56,13%. Nilai kadar air tersebut masih jauh dari standar SNI yakni maksimal
25%. Hal ini menjadi dasar untuk pembuatan produk selanjutnya dalam penambahan jumlah
waktu pengeringan sehingga didapatkan nilai sesuai standar mutu manisan buah kering. Tiga hal
penting yang terdapat dalam fungsi utama perusahaan yang harus diperhatikan adalah
pemasaran, perancangan dan manufaktur. Produk manisan yang telah jadi tersebut selanjutnya
dilakukan uji organoleptik melalui 15 panelis untuk penilaian warna, aroma, rasa, bentuk dan
tekstur.

DAFTAR PUSTAKA

Kalie, M. Baga. 2008. Bertanam Pepaya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suprapti, Lies M. 2005. Aneka Olahan Pepaya Mentah dan Mengkal. Kanisius. Yogyakarta.
Fachruddin, Lisdiana. 1998. Membuat Aneka Manisan. Kanisius. Yogyakarta.

Muaris, Hindah. 2003. Manisan Buah. Gramedia. Jakarta.

 Setelah dingin, manisan pepaya dimasukkan ke dalam kantong plastik dan ditutup rapat-
rapat.
 Manisan pepaya sudah siap dipasarkan.

Sumber: Manisan Pepaya, Penerbit : Kanisius

Contoh makalah Studi Kelayakan Bisnis - Usaha Manisan Cabe

Makalah

Analisis Studi Kelayakan Bisnis


Sanbe
Disusun Oleh :

Achmad Musaddad
612010108003

Fakultas Ekonomi – Manajemen Smester VIII


Universitas Wiralodra Indramayu
2012

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Membuka usaha memang menjadi impian banyak orang, sebab banyak sekali keuntungan yang

bisa kita dapatkan dari situ. Selain bisa menjadi bos dari diri sendiri, jam kerja bisa diatur dengan

fleksibel juga potensi penghasilan yang bisa lebih besar dibandingkan bekerja sebagai karyawan. Selain

itu dengan membuka usaha sendiri kita tidak hanya membantu diri kita tetapi juga membantu orang lain

dengan memberi kesempatan mereka bekerja pada usaha kita. Karena itu saya turut mendukung niat

Anda untuk membuka usaha.

Adapun bidang usaha yang penulis minati adalah memproduksi manisan cabe (SANBE). Banyak

jenis cabe yang ada di sekeliling kita, ada cabe rawit, cabe merah besar, cabe merah keriting dan ada

juga paprika yang bentuknya lucu dengan warna yang menarik. Cabe memiliki rasa dan aroma yang

sangat khas yaitu pedas, ini yang biasanya membuat kita jadi ketagihan ya.

Cabe yang ada di Indonesia dulunya berasal dari Amerika Tengah. Tanaman Cabe dapat ditanam di

berbagai macam lahan, seperti di sawah, ladang, pinggir laut ataupun di pegunungan , pada musim

hujan maupun musim kemarau.

Hampir seluruh masyarakat Indonesia membutuhkan cabe karena digunakan untuk penambah

rasa pada bumbu masakan khas Indonesia

Menurut para ahli , cabe merah kaya akan gizi sebab mengandung vitamin C dan beta karoten

yang merupakan provitamin A. Jumlah kandungan vitamin C pada cabe mengalahkan buah-buahan segar

seperti mangga , nanas, pepaya ataupun semangka. Kandungan vitamin C pada cabe antara 50-180

mg/100 gr.
Berdasarkan data dari Direktorat Gizi Depkes tahun 1977, kandungan kimia cabe merah besar per

100 gramnya adalah : Energi 31 kal, Protein 1 gr, Lemak 0,3 gr, Karbohidrat 7,3 gr, Kalsium 29 mgr,

Fosfor 24 mgr, Vit.A 470 SI, Vit. C 181 mgr.

Rasa pedas pada cabe berasal dari senyawa kapsaisin yang terkandung dalam cabe. Senyawa

kapsaisin ini tersimpan dalam urat putih yang merupakan tempat melekatnya biji cabe. Oleh karena itu

untuk mengurangi rasa pedas biasanya biji cabe dibuang beserta uratnya. Padahal sebenarnya senyawa

kapsaisin ini yang membuat orang menjadi ketagihan makan cabe.

Senyawa kapsaisin selain menyebabkan rasa pedas pada cabe ternyata juga berkhasiat untuk

menambah nafsu makan . Hal ini disebabkan kapsaisin cabe bersifat stomakik yaitu dapat meningkatkan

nafsu makan. Orang yang sudah terbiasa makan cabe akan berkurang nafsu makannya jika tidak ada

sambal atau cabe dalam makanannya.

Senyawa kapsaisin juga mampu merangsang produksi hormon endorfin sehingga bisa

membangkitkan sensasi kenikmatan. Menurut para ahli hormon endorfin berperan dalam mengurangi

rasa sakit. Hal ini terbukti dengan banyaknya orang yang mengalami gejala sakit kepala akan segera

sembuh setelah mengkonsumsi sesuatu yang rasanya pedas. Sebab rasa pedas yang ditimbulkan oleh

kapsaisin dapat menghalangi aktivitas otak ketika menerima sinyal rasa sakit dari pusat sistem saraf.

Terhambatnya perjalanan sinyal ini akan mengurangi rasa sakit yang diderita seseorang.

Senyawa kapsaisin juga berkhasiat untuk mengencerkan lendir sehingga membantu melonggarkan

penyumbatan pada tenggorokan dan hidung. Rasa pedas pada cabe dapat meringankan orang yang

mengidap penyakit hidung dan tenggorokan seperti batuk, pilek bahkan sinusitis.
Cabe juga dapat mencegah penyakit stroke  dan jantung koroner karena kapsaisin bersifat anti

koagulan yang bekerja untuk  menjaga darah tetap encer dan mencegah terbentuknya kerak lemak pada

pembuluh darah.

Manfaat lainnya adalah dapat menghilangkan pegal linu karena rematik, antiradang juga untuk

mengobati bengkak dan bisul.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Analisis Pemasaran

Peluang pasar dapat dianalisis melalui pendekatan permintaan dan penawaran. Pendekatan

permintaan menekankan pada kebutuhan manusia yang sampai sekarang belum sepenuhnya terpenuhi

atau kemungkinan sudah terpenuhi namun kurang memuaskan. Sedangkan, pendekatan penawaran

berawal dari kemampuan wirausaha dalam membuat suatu produk/barang, memberikan pelayanan jasa

atau gabungan dari keduanya. Dari sini barulah mulai mencari, adakah pasarnya atau orang-orang yang

membutuhkannya.

Langkah-langkah untuk menentukan ada atau tidak adanya peluang pasar adalah :

a)        Mengamati kebutuhan apa yang paling banyak diperlukan oleh masyarakat sekitarnya.

b)        Kapan saja konsumen membutuhkan produk, apakah setiap saat atau sering dibutuhkan, kadang-kadang

dibutuhkan atau jarang dibutuhkan.

c)        Perhatikan karakteristik konsumen berdasarkan jenis kelamin, umur, pekerjaan maupun pendidikan.

Karakteristik ini sangat penting untuk menentukan jenis barang apa yang paling cocok dengan

kebutuhan konsumen.
d)       Bagaimana daya beli (kemampuan bayar) konsumen, apakah termasuk konsumen yang mempunyai

pendapatan tinggi atau rendah.

e)        Perhatikan apakah di pasar ada pesaing atau tidak. Apabila ada pesaing, peluang pasar apa yang belum

digarap oleh pesaing. Bagi usaha baru dan kecil lebih baik menggarap niche market.

Produksi bisnis ini adalah Manisan yang berbahan dasar cabe, ini menjadi ide menarik ketika

manisan itu identik dengan bahan dasar yang manis atau asam, namun seperti namanya, manisan cabe

ini berdasarkan rasa bahan yang pedas.

            Adapun sasarn pasar produk ini adalah toko-toko dipasar tradisional, supermarket dan toko-toko

diperkotaan maupu pedesaan. Usaha ini juga menerima pesanan produk dari pelanggan.

            Mengenai persaingan dalam pasar, manisan cabe ini merupakan ide inovasi fisik manisan yang

mana kebanyakan manisan tersebut dibuat dari bahan yang manis atau masam, dengan keunikan

produk manisan dengan berdasarkan bahan yang berasa pedas, maka dapat diperkirakan keunikan ini

akan menarik keinginan konsumen untuk membelinya, namun disisi lain, penyediaan kualitas dan

controlling produk jugadilaksanakan untuk terus menerus mendapatkan kepercayaan dan kesetiaan dari

masyarakat pada produk ini.

2.2 Aspek Hukum

Aspek Hukum  merupakan aspek yang cukup menentukan dan menjamin akan kelangsungan

suatu kegiatan usaha. Oleh karena itu, aspek ini tidak dapat diabaikan. Karena aspek Hukum merupakan

legalitas kelangsungan usaha, sedangkan usaha yang sedang berproduksi akan segera terhenti begitu

saja atau terhenti perlahan manakala produk yang dihasilkan tidak memiliki jaminan pasar.
Jenis badan hukum yang dipilih dalam usaha ini adalah perusahaan perseorangan. Dengan proses

perizinan pada pemerintah engan mengajukan permohonan dan ketentuan :

Dokumen yg diperlukan :

                                                  Tanda Daftar Perusahaan.

                                                 Bukti Diri .

                                                 Surat Keterangan Usaha dari desa/kelurahan setempat.

Jenis Ijin Usaha :

a)            Surat izin usaha perdagangan

b)           Surat izin usaha industri

c)            Izin domisili

d)           Izin mendirikan bangunan ( IMB )

e)            Izin dari Departemen teknis sesuai dengan  bidang usaha.

2.3 Rencana Keuangan

Awal dari perencanaan Usaha adalah dimana kita mencari modal, dalam usaha ini sendiri adalah

milik sendiri, modal awalnya adalah 3.000.000,-. Yang didapatkan dari pihak asing atau meminjam dari

bank 100% dengan bunga 20%, memang kelihatannya pesemis, karena semua modal murni didapat dari

eksternal dan dengan bunga yang lumayan besar, namun rencana operasi, dan pemasarannya akan

menghilangkan pesimisme itu menggantinya dengan keyakinan kesuksesan.

Adapun uang tersebut digunakan untuk membeli peralatan-peralatan dan perlengkpan-

perlengkapan, seperti halnya usaha lain usaha ini memiliki perencanaan baik dari segi, SDM, pemasaran,

produksi dan keuangannya, adapun pembelanjaan uang tersebut adalah :


1.      Peralatan

-          Alat alat produksi Manisan : Rp. 700.000,-

-          Tabung gas : Rp. 200.000,-

-          Kompor gas : Rp. 300.000,-

2.      Perlengkapan :

-          Bahan-bahan awal : Rp.300.000,- / bulan

3.      biaya transportasi  Rp.100.000,- / bulan

4.      gaji 2 orang @ Rp 600.000,-. / bulan

5.      Biaya listrik Rp. 100.000,- / bulan

6.      tambahan bahan masakan : Rp. 100.000,- / bulan

7.      Bunga investasi 20% dalam 1 tahun

Dengan perincian diatas dapat dihitung perkiraan pendapatan bisnis ini dalam jangka waktu 1

tahun, Usaha kecil ini tidaklah memerlukan perincian yang rumit, oleh karena itu akan lebih jelas

tergambarkan pendapatan dalam jangka waktu 1 tahun dengan pebukuan sebagai berikut :

Jurnal Umum
No Keterangan Debit Kredit

1. - Kas Rp 3.000.000,-

- Modal Rp 3.000.000,-

2. - Peralatan Rp 1.200.000,-

- Kas Rp 1.200.000,-

3. - Perlengkapan Rp. 300.000,-

- Kas Rp. 300.000,-

4. - Biaya angkut Rp. 1.200.000,-

 Kas Rp. 1.200.000,-

5. - Biaya tenaga kerja 2 orang Rp. 14.400.000,-

- Kas Rp. 14.400.000,-

6. - Biaya listrik Rp. 1.200.000,-

- kas Rp. 1.200.000,-

7. - Biaya tambahan bahan masakan Rp.1.200.000

- Kas Rp. 1.200.000,-

Minimal Pendapatan dalam 1 bulan :


Harga produk Sanbe ini dinilai berdasarkan kemasannya, untuk kemasan yang kecil dijual dengan

harga Rp.7.000,- yang sedang Rp. 12.000.- dan yang besar Rp. 20.000,-. Asumsi penjualan produk

manisan Cabe :

1. Penjualan Kemasan Kecil 100 pcs / bulan @ Rp. 7.000,-  

2. Penjualan Kemasan Sedang 70 pcs / bulan @ Rp. 12.000,-

3. Penjualan Kemasan Besar  50 pcs / bulan @ Rp. 20.000,-

Jumlah minimal pendapatan   : Rp. 30.480.000,- dalam 1tahun

Perkiraan Laba-rugi dalam 1 tahun

Pendapatan

1. Penjualan Kemasan Kecil 100 pcs / bulan @ Rp. 7.000,-  

2. Penjualan Kemasan Sedang 70 pcs / bulan @ Rp. 12.000,-

3. Penjualan Kemasan Besar  50 pcs / bulan @ Rp. 20.000,-

Jumlah minimal pendapatan   :

Biaya- Biaya

- Peralatan  : Rp. 1.200.000,-

- Bahan-bahan awal : Rp.300.000,- / bulan


- Biaya transportasi Rp.100.000,- / bulan

- gaji 2 orang @ Rp 600.000,-. / bulan

- Biaya listrik Rp. 100.000,- / bulan Rp. 30.480.000,-

- Tambahan bahan masakan : Rp. 100.000,- / bulan

Jumlah Biaya

Bunga 20%

Laba Bersih

Rp. 19.500.000,-

Rp. 10.980.000,-

Rp. 2.196.000,-

Rp. 8.784.000,-

Usaha ini didirikan dikawasan pedesaan di dekat kebun Cabe, gedung perusahaan ini adalah milik

sendiri yaitu di rumah sendiri yang kebetulan memiliki ruangan yang cukup besar dan cocok dijadikan

lahan produksi, jadi tidak ada penyewaan gedung dan sewa tanahnya, hal ini juga sangat mempengaruhi

keuntungan yang didapat, karena salahsatu biaya nisa ditekan., karena latar belakang usaha ini adalah
membuat dan menjual manisan cabe. maka proses pengambilan bahan bakunya membeli langsung dari

petani Cabe.

2.4 Aspek Manajemen

Bisnis ini adalah milik sendiri, adapun tenaga kerja yang di gunakan hanya 2 orang yang sudah

terbukti keahliannya dalam hal mengolah cabe, tenaga kerja tersebut adalah ibu rumah tangga yang

kami rekrut dari tempat terdekat, dengan seleksi yang sederhana dan tdak memerlukan biaya. Pelatihan

tenaga kerja tersebut adalah dengan memberikannya resep-resep masakan dari chef terkenal mengenai

cabe, atau kita carikan dari internet maupun pengalaman individu dari ahli yang sudah terbukti

masakannya.

Kompensasi dari masing-masing tenaga kerja tersebut adalah Rp. 700.000,- juga kami berikan

fasilitas makan. Semua tenaga kerja diberikan fasilitas dan kompensasi yang sama, karena tidak ada

posisi atatau hirarki yang signifikan,  semua pekerja adalah karyawan.

2.5 Aspek Produksi

Kegitan oprasional atau produksi Usaha ini dilakukan ditempat sendiri, karena produk makanan ini

tidak dijual langsung saji, maksudnya, packing dari setiap rasa kripik singkong akan di bedakan, tapi

dengan  di beri merek “Manisan Cabe Indramayu” yang merupakan usaha ini.

Bahan produksi   :
- 1 kg cabe merah besar

- 1/2 kg gula pasir

- 1 sdm kapur sirih

- 1 sdt garam

- 500 ml air untuk perebusan

- 2 liter air untuk perendaman

- 1/2 sdt citrunzuur / air jeruk nipis

Cara Membuat :

- Cuci bersih cabe, buang tangkainya

- Belah cabe, buang bijinya beserta urat putihnya

- Larutkan 1 sdm kapur sirih kedalam 2 liter air, endapkan ambil yang bening

- Masukkan cabe ke dalam air kapur, rendam cabe ke dalamnya selama 6 jam

- Setelah itu cuci cabe sampai bersih dan tiriskan

- Rebus 500 ml air sampai mendidih kemudian masukan gula, aduk rata sampai gula larut, kemudian  

masukkan cabe dan masak sampai cabe layu, setelah itu matikan kompor dan biarkan cabe terendam  

semalaman.

- Ulangi perebusan esok harinya sampai air mendidih, diamkan kembali, ulangi selama 3 hari sampai cabe 

terasa manis dan berkurang pedasnya.


- Keringkan manisan cabe lewat sinar matahari atau oven, setelah kering taburi dengan gula.

- Manisan yang telah ditaburi gula segera disimpan dalam kemasan.


 2.6 Kelangsungan Usaha

Rencana Usaha kecil ini adalah salah satu bentuk usaha yang gampang beradaptasi dilokasi dan

waktu apapun, karena segi peralatan yang sederhana dan bahan baku yang gampang di dapat, yaitu

cabe yang dibeli langsung pada petani singkong, dan harganya akan lebih murah daripada membeli di

pasar.

Selanjutnya jika usaha kecil ini sukses dalam waktu 1 tahun, maka akan di usahakan terus supaya

keuntungannya tetap seimbang bahkan bisa lebih besar, dengan cara dasar yang sudah tertulis diatas,

menggunakan beberapa strategi pemasaran dan promosi yang sangat akurat maka akan lebih

mempermudah memasarkan produk SanBe ini.

Dalam segi keuangan sendiri akan jelas terealisasikan jika keuntungan sebesar Rp. 8.784.000,- ,

dan akan kami gunakan untuk pembelian bahan baku makanan selanjutnya dengan taksiran biaya 30%

dari keuntungan dan 20% persen akan kita tabungkan, lalu yang 50% akan di nikmati keuntungannya.

Memang tidak terlalu besar dari pembagian keuntungannya, namun ini adalah awal dari usaha yang

akan terus berkembang yang ahirnya akan meraup keuntungan yang lebih dari layak.

Hasil tabungan itu nanti akan bermanfaat ketika perluasan usaha memang sudah pantas

dilakukan.
BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Jenis usaha yang akan didirikan adalah menciptakan produk berupa SanBe (manisan Cabe), usaha

ini mempunyai kelebihan bagi para pesaing yang biasanya hanya membuat manisan dari bahan baku

yang manis atau asam.

Dengan beberapa promosi dan meneliti pesaing yang menciptakan produk yang sama, jaringan

yang luas serta didukung dengan produk yang mempunyai kepuasan dan cirri khas, maka dipastikan

usaha ini layak dan akan jelas kelangsungan hidup usahanya. Keuntungan yang tidak mengecewakan

bagi usaha kecil seperti ini akan memberi jaminan bagi kelangsungan usaha dan tenaga kerja.

Dengan perkiraan keuntungan diatas maka dapat dipastikan juga perluasan usaha ini akan mudah

terealisasikan.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://google.com

2. http://wikipedia.com/

3. BAB I

4. PENDAHULUAN

5. 1.1 Latar Belakang


6. Indonesia yang dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis,

berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-

buahan tropika. Buah-buahan merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting dan

terus ditingkatkan produksinya baik untuk memenuhi konsumsi dalam negeri maupun

luar negeri. Permintaan terhadap buah-buahan yang semakin tinggi juga dapat membuka

peluang bagi peningkatan agribisnis buah sehingga diharapkan dapat bersaing dengan

negara-negara lainnya terutama dalam mengatasi perdagangan bebas saat ini.

Peningkatan kualitas buah merupakan salah satu upaya dalam mengatasi persaingan

tersebut disamping peningkatan produksi dan efisiensi usaha. Salah satu jenis tanaman

buah-buahan yang sangat digemari oleh masyarakat adalah pepaya. Pepaya (Carica

papaya L.) adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian Selatan dan bagian Utara

dari Amerika Selatan dan kini telah tersebar luas di seluruh dunia. Pepaya merupakan

tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae dan merupakan komoditi hortikultura

yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.

7. Sebagai buah segar, pepaya relatif disukai semua lapisan masyarakat karena cita rasanya

yang enak, kaya vitamin A, B dan C yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Buah
pepaya mengandung enzim papain yang sangat aktif dan memiliki kemampuan

mempercepat proses pencernaan protein, karbohidrat dan lemak. Bagian tanaman pepaya

lainnya juga dapat dimanfaatkan, antara lain sebagai obat tradisional, pakan ternak dan

kosmetik. Pepaya juga dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman

yang diminati pasar luar negeri seperti olahan puri, pasta pepaya, manisan kering,

manisan basah, saus pepaya dan juice pepaya. Bahkan bijinyapun dapat diolah lebih

lanjut menjadi minyak dan tepung. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan

pentingnya gizi buah tersebut, dapat meningkatkan permintaan terhadap pepaya sehingga

jumlah pasokan pepaya juga harus ditingkatkan. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu

dilakukan pengembangan budidaya pepaya dan peningkatan produktivitas dengan cara

efisiensi produksi dan perluasan skala usaha.

8. Pada tahun 2005 jumlah produksi pepaya di Indonesia menurun hingga 25,11 persen,

dimana pada tahun 2005 luas panen juga menurun hingga mencapai 13,74. persen dari

tahun 2004. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya petani yang menjual lahannya

kepada pihak-

9. pihak tertentu untuk dijadikan sebagai pemukiman penduduk ataupun sebagai bisnis.

Peluang pengembangan pepaya di Indonesia tidak lepas dari tingkat konsumsi

masyarakat akan buah pepaya tersebut. Konsumsi pepaya di Indonesia hanya sebesar

2,29 kg per kapita per tahun. Hal ini seiring dengan penurunan jumlah produksi dan luas

panen yang terbesar pada tahun tersebut. Selain itu, menurunnya jumlah dan nilai ekspor

maupun impor dapat menyebabkan jumlah konsumsi buah pepaya tersebut menjadi

menurun. Buah pepaya telah menjadi komoditi perdagangan Internasional saat ini dan

menjadi produk ekspor beberapa negara produsen di kawasan Asia seperti Malaysia,
Thailand, Philipina dan Indonesia. Pada kenyataannya buah pepaya belum menjadi

produk ekspor unggulan Indonesia yang dapat diandalkan karena produksinya masih

terbatas dan bahkan belum mencukupi kebutuhan dalam negeri.

10. Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae dan merupakan

komoditi hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Salah satu jenis

pepaya yang saat ini digemari petani untuk dikembangkan adalah pepaya California.

11.

12. Pepaya California merupakan varietas pepaya baru yang kini sangat digemari para petani

karena menjanjikan keuntungan. Tempat penanaman pepaya California diantaranya

terletak di desa Pentadu, Kabupaten Boalemo. Pepaya California adalah varietas pepaya

baru yang memiliki keunggulan buah tersendiri, rasanya lebih manis, lebih tahan lama,

dan bisa dipanen lebih cepat dibandingkan pepaya varietas lain.

13. Pepaya California banyak diminati karena ukurannya tidak terlalu besar, kulitnya lebih

halus dan mengkilat. Pohon pepaya California sudah bisa dipanen setelah berumur

sembilan bulan, dan pohonnya dapat berbuah hingga umur empat tahun. Dalam satu

bulan, pohon pepaya California tersebut bisa dipanen sampai delapan kali. Adanya

permintaan dari supermarket yang berkelanjutan terhadap pepaya California, dapat

menjadi daya tarik tersendiri bagi para petani untuk melakukan kegiatan usahatani

pepaya California tersebut. Bahkan, adanya petani responden yang mengalihkan

usahanya untuk mencoba melakukan usahatani pepaya

14. California dapat memberikan gambaran bahwa usahatani tersebut sangat digemari para

petani tersebut.. Hal ini disebabkan oleh usahatani tersebut dapat memberikan

keuntungan yang cukup tinggi. Jumlah produksi pepaya California yang dihasilkan petani
sangat dipengaruhi oleh luas lahan yang dimilikinya. Adanya luas lahan yang tidak

seragam yang dimiliki setiap petani, akan menyebabkan jumlah produksi yang dihasilkan

juga berbeda. Tinggi rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh

para petani tersebut untuk melakukan kegiatan usahatani pepaya California tersebut, juga

sangat berpengaruh terhadap besarnya jumlah produksi yang dihasilkannya. Hal tersebut

akan mempengaruhi tingkat penerimaan yang diperoleh petani tersebut. Karakteristik

pepaya yang cepat mengalami kematangan dan kerusakan buah, menyebabkan petani

tersebut memerlukan pemasaran yang cepat, karena jika penanganannya tidak cepat dapat

menimbulkan biaya penyusutan berupa

15. penurunan harga karena kondisi pepaya yang tidak segar lagi. Jauhnya daerah pemasaran

dari sentra produksi memungkinkan timbulnya risiko yaitu:

16. (1) apabila petani tersebut langsung menjual produknya ke konsumen akhir akan

memerlukan biaya transportasi yang tinggi,

17. (2) apabila petani menjual hasil produksinya di daerahnya, maka petani tersebut akan

menerima harga jual yang terlalu rendah.

18. 2.1 Rumusan Masalah

19. Perumusan masalah yang perlu dikaji dalam penelitian ini adalah: “Berapa tingkat

pendapatan usahatani pepaya California di daerah penelitian?”

20. 1.3. Tujuan Penelitian

21. Berdasarkan pemikiran yang telah diuraikan diatas maka penelitian ini diharapkan

bertujuan Untuk menganalisis pendapatan usahatani pepaya California di daerah

penelitian.

22. 1.4. Manfaat Penelitian


23. Penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat memberikan manfaat:

24. 1. Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan bagi pihak dalam mengambil

keputusan untuk melakukan kegiatan budidaya pepaya California.

25. 2. Sebagai bahan informasi bagi serta menjadi bahan pertimbangan bagi pengambilan

keputusan dalam menentukan kebijakan yang berkenaan dengan Usaha papaya California

26.

27. BAB II

28. TINJAUAN PUSTAKA

29.

30. 2.1 Tinjauan Umum Komoditi Pepaya

31. Pepaya (Carica papaya L.), salah satu buah introduksi yang telah lama dikenal

berkembang luas di Indonesia, merupakan tanaman monodioecious (berumah tunggal

sekaligus berumah dua). Pepaya adalah jenis tanaman herba, batangnya berongga

biasanya tidak bercabang dan tingginya dapat mencapai 10 meter. Daunnya merupakan

daun tunggal dan berukuran besar, tangkai daun berukuran panjang dan berongga.

Bunganya terdiri dari tiga jenis yaitu: bunga jantan, bunga betina dan bunga sempurna.

Bentuk buah beragam dari yang bentuknya bulat sampai lonjong. Sentra produksi pepaya

antara lain Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Bali,

NTB (Kalie, 2007).

32. Buah pepaya memiliki banyak varietas, pengelompokan tanaman pepaya ke dalam

beberapa varietas didasarkan pada bentuk, ukuran, warna dan tekstur buahnya. Jenis

pepaya yang banyak dikenal orang di Indonesia, yaitu:

33. 1) Pepaya semangka, memiliki daging buah berwarna merah semangka, rasanya manis.
34. 2) Pepaya burung, warna daging buah kuning, harum baunya dan rasanya manis- asam.

Varietas yang mulai dikembangkan saat ini adalah pepaya Meksiko. Pepaya Meksiko

sering disebut pepaya varietas Solo atau pepaya tunggal karena memiliki ukuran buah

yang kecil-kecil dan hanya cukup untuk satu orang. Ukuran buahnya kecil dan bentuknya

mirip buah alpukat, bulat berleher. Daging buahnya berwarna kuning dan rasanya manis.

Berat per buahnya sekitar 0,5 kg. Jenis pepaya ini tahan terhadap kerusakan selama

pengangkutan.

35. Menurut Gita (2005), bahwa buah pepaya yang dibudidayakan petani dan dinikmati oleh

konsumen terdiri dari jenis pepaya eksotik dan jenis pepaya lokal. Jenis pepaya eksotik

terdiri dari jenis pepaya California, pepaya Hawai (Solo, Honolulu, Pontianaka, Medan,

Taiwan, Jumbo) yang mempunyai ukuran relatif kecil- sedang (0,5-1,5 kg), sedangkan

untuk jenis pepaya lokal yang terdiri dari pepaya Malang, pepaya Bangkok, Bogor,

Pepaya Paris, pepaya Jinggo mempunyai ukuran relatif besar (>2 kg). Pepaya lokal

merupakan pepaya yang sudah lama dibudidayakan petani dan konsumen sudah umum

mengkonsumsinya. Pepaya bangkok memiliki karakteristik antara lain buah buah

berbentuk panjang besar dan lancip pada bagian ujung, permukaan buahnya tidak rata

dan kulit luarnya relatif tipis, daging buah berwarna jingga kemerahan, keras dan

memiliki rasa manis Selanjutnya Gita menambahkan bahwa pepaya eksotik merupakan

jenis pepaya yang memiliki beberapa perbedaan dibandingkan jenis pepaya lokal antara

lain: jarang dibudidayakan, bentuknya unik dengan ukuran buah kecil-sedang, kulit buah

halus, warna daging buah jingga-merah segar, rasa manis dan tekstur buah lembut. Secara

umum pepaya eksotik belum terlalu dikenal konsumen sehingga konsumen memperoleh

informasi dari toko buah yang dikunjunginya.


36. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika Institut Pertanian Bogor (IPB ) mengatakan bahwa

seiring meningkatnya permintaan pepaya, tentu akan meningkatkan jumlah pasokan.

Melihat kondisi pasokan pepaya yang masih sangat kurang pada saat ini, maka perlu ada

terobosan dalam pengembangan pepaya di tanah air. Upaya itu salah satunya melalui

perbaikan varietas bibit pepaya yang disesuaikan dengan selera konsumen. Saat ini,

masih banyak pepaya ukuran besar di pasaran yang tidak dapat habis sekali makan. Inilah

yang tidak disukai konsumen karena biasanya jika tersisa, tingkat kesegaran pepaya akan

menurun. Selain itu, cara penyajian yang harus dikupas dulu kulitnya sebelum dimakan

membuat konsumen ragu akan kebersihan proses pengupasannya. Karena itu Pusat

Kajian Buah-buahan Tropika IPB sudah berhasil melakukan inovasi menemukan buah

pepaya yang berukuran kecil dan bisa dimakan sekali saji. Jenis ini diberi nama IPB 1

(Arum), IPB-2, IPB 3, IPB 5, dan IPB 7, serta yang terakhir IPB 9. Jenis Pepaya IPB-1

mempunyai karakteristik kecil dengan bobot 0,5 kg, memiliki tekstur yang lembut,

rasanya manis, harum dan genjah (mudah berbuah), sedangkan untuk pepaya IPB-2

memilki karakteristik fisik buah lebih besar dari IPB-1, dagingnya berwarna merah jingga

serta kulitnya hijau.

37. 2.2 Syarat Tumbuh

38. Tanaman pepaya merupakan tanaman buah-buahan tropika yang beriklim basah, tumbuh

subur pada daerah yang memilki curah hujan 1000-2000 mm/tahun. Angin diperlukan

untuk penyerbukan bunga, agar tanaman pepaya tumbuh dengan baik maka angin tidak

boleh terlalu kencang. Suhu udara optimum untuk pertumbuhan pepaya berkisar antara

22-26oC dengan kelembaban udara sekitar 40%. Tanah yang baik untuk tanaman pepaya

adalah tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus dan memiliki daya
menahan air yang tinggi. Derajat keasaman tanah ( pH tanah) yang ideal adalah netral

dengan pH 6-7.

39. Kandungan air dalam tanah merupakan syarat penting dalam kehidupan tanaman ini. Air

menggenang dapat mengundang penyakit jamur perusak akar hingga tanaman layu

(mati). Apabila kekeringan air, maka tamanan akan kurus, daun, bunga dan buah rontok.

Tinggi air yang ideal tidak lebih dalam daripada 50–150 cm dari permukaan tanah.

Pepaya dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 700 m–1000 m di atas

permukaan laut.

40. 2.3 Budidaya Pepaya California

41. Menurut Sari (2005), kegiatan budidaya pepaya California meliputi: persiapan bibit,

persemaian, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen.

42. 2.3.1 Persiapan Bibit

43. Persiapan bibit untuk budidaya pepaya California diambil dari pohon induk yang sudah

berumur dua tahun dan masak di pohon atau buahnya sudah cukup tua dengan kriteria

rasa buah manis, berkulit halus, bebas hama dan penyakit dan dipilih dari buah yang

bentuknya lonjong. Biji diambil dari bagian buah yang di tengah, kemudian dicuci dan

dibersihkan lapisan kulit bijinya. Setelah itu, biji direndam dalam toples yang berisi air

selama satu malam dan dijemur di bawah sinar matahari selama dua hari untuk kemudian

siap untuk digunakan.

44. 2.3.2 Persemaian

45. Proses persemaian dimulai dari mengisi media ke dalam polibeg, dimana media

tanamnya adalah tanah yang cukup gembur dan dicampur dengan pupuk kompos. Setelah
itu, dilakukan penyemaian dengan memasukkan satu biji benih (bibit) pepaya ke dalam

polibeg yang sudah berisi tanah dengan kedalaman 0,5 hingga 1 cm.

46. 2.3.3 Penanaman

47. Sebelum dilakukan penanaman, lahan perlu dibersihkan terlebih dahulu, kemudian

dilanjutkan dengan membuat lubang tanam. Penanaman dilakukan setelah bibit siap

tanam dan telah berumur 45 hari setelah semai. Bibit yang siap dipindahkan harus sudah

mempunyai ketinggian tanaman berkisar antara 12 hingga 15 cm dan tidak menunjukkan

gejala terserang hama dan penyakit.

48. 2.3.4 Pemeliharaan

49. Pada proses pemeliharaan perlu dilakukan dengan berbagai kegiatan yaitu: penyiraman,

penyulaman, penyiangan, pemupukan, pembumbunan dan pengendalian hama dan

penyakit. Kegiatan pemeliharaan ini harus lebih teliti dilakukan agar jumlah dan kualitas

produksi buah pepaya California yang dihasilkan sesuai dengan standar yang ditentukan

oleh pasar.

50. 2.3.5 Panen dan Pasca Panen

51. Pemanenan pepaya California yang paling ideal adalah pada pagi hari dan dapat

dilakukan seminggu sekali tergantung pada tingkat kematangan buah. Pepaya California

dapat dipanen pada umur 10 bulan setelah tanam. Teknik pemanenan dapat dilakukan

dengan langsung memetik buah, kemudian dikumpulkan dalam keranjang dan disimpan

di tempat yang teduh. Getah buah dibiarkan keluar agar tidak mengenai kulit buah. Buah

yang sudah dikumpulkan

52. kemudian diangkut dari kebun ke bangsal pengolahan dengan menggunakan mobil

angkutan. Di bangsal pengolahan buah-buahan tersebut disimpan untuk dihitung dari


hasil panen yang didapat. Bentuk buah pepaya California dapat beragam mulai dari yang

bentuknya bulat hingga bentuk lonjong.

53. Sortasi dan grading dilakukan berdasarkan jenis buah dengan cara yang sederhana, yaitu

berdasarkan ukuran, bentuk dan tingkat kerusakan buah. Buah yang termasuk dalam

grade A memliki kriteria: bobot berkisar antara 500-1000 gram dengan bentuk buah

lonjong dan berkulit mulus. Sedangkan untuk buah grade B memiliki kriteria: bobot buah

berkisar antara 1000-2000 gram, dengan bentuk buah lonjong dan berkulit mulus.

Kegiatan selanjutnya adalah mencuci buah pepaya California, kemudian dikemas dalam

kotak kemasan. Setelah dilakukan pengemasan, pepaya siap untuk diangkut dan

dipasarkan.

54. 2.4 Pendapatan dan Biaya Usahatani

55. Soeharjo dan Patong (1973) mendefenisikan pendapatan sebagai balas jasa dari kerja

sama faktor – faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan (manajemen).

Pendapatan dapat didefenisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan yang

diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Besarnya pendapatan usahatani tergantung pada

besarnya penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu. Penerimaan

merupakan hasil kali jumlah produksi total dan harga jual per satuan. Sedangkan

pengeluaran atau biaya adalah nilai penggunaan sarana produksi, upah dan lain-lain yang

dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan. Besar kecilnya tingkat pendapatan

yang diperoleh petani dipengaruhi antara lain :

56. (1) skala usaha,

57. (2) ketersediaan modal,

58. (3) tingkat harga output,


59. (4) ketersediaan tenaga kerja keluarga,

60. (5) sarana transportasi,

61. (6) sistem pemasaran,

62. (7) kebijakan pemerintah dan sebagainya (Soekartawi dkk, 1986).

63. Biaya usahatani dapat berbentuk biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai

adalah biaya yang dibayar dengan uang, seperti biaya pembelian sarana produksi, biaya

pembelian bibit, pupuk dan obat-obatan serta biaya upah tenaga kerja. Biaya yang

diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani,

modal dan nilai kerja keluarga. Tenaga kerja keluarga dinilai berdasarkan upah yang

berlaku. Biaya penyusutan alat-alat pertanian dan sewa lahan milik sendiri dapat

dimasukkan dalam biaya yang diperhitungkan. Biaya dapat juga diartikan sebagai

penurunan inventaris usahatani. Nilai inventaris suatu barang dapat berkurang karena

barang tersebut rusak, hilang atau terjadi penyusutan. Analisis pendapatan pada

umumnya digunakan untuk mengevaluasi

64. kegiatan usaha pertanian dalam satu tahun, dengan tujuan untuk membantu perbaikan

pengelolaan usahatani. Aspek yang digunakan adalah harga yang berlaku, dan

penyusutan akan diperhitungkan pada tahun tersebut untuk memperoleh keuntungan

maksimum. (Hernanto, 1989).

65. Salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk rupiah yang dikeluarkan (revenue-

cost ratio atau R/C ratio). Analisis R/C digunakan untuk mengetahui keuntungan relatif

usahatani berdasarkan perhitungan finansial, dimana R/C ratio dapat

menunjukkanbesarnya penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran dalam satu satuan

biaya. Apabila nilai R/C ratio > 1, berarti penerimaan yang diperoleh lebih besar daripada
tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan tersebut. Apabila nilai

R/C ratio < 1 maka tiap unit yang dikeluarkan akan lebih besar daripada penerimaan yang

diperoleh. Sedangkan untuk kegiatan usaha yang memiliki R/C rasio = 1, berarti kegiatan

usaha berada pada keuntungan normal (normal profit).

66.

67. BAB III

68. METODOLOGI PENELITIAN

69.

70. 3.1 Metode Pengambilan Responden

71. Pemilihan responden petani pepaya California dilakukan dengan menggunakan metode

accidental sampling, yaitu petani responden di desa Pentadu tersebut dipilih karena secara

kebetulan ditemui, dan selanjutnya informasi untuk responden berikutnya diketahui dari

responden yang telah diwawancarai sebelumnya. Hal tersebut dilakukan karena informasi

mengenai jumlah data petani di lokasi penelitian tersebut tidak diketahui. Jumlah petani

yang dijadikan responden sebanyak 10 orang. Kemudian responden tersebut

dikelompokkan berdasarkan skala usaha, yaitu besarnya luas lahan yang digunakan

masingmasing responden untuk melakukan kegiatan usahatani pepaya California. Luas

lahan yang beragam yang digunakan para petani dibagi atas tiga kategori yakni: skala

usaha kecil (petani yang menggunakan lahan < 1 hektar) sebanyak enam responden, skala

usaha menengah (petani yang menggunakan lahan 1 sampai < 2 hektar) sebanyak dua

responden dan skala usaha besar (petani yang menggunakan lahan = 2 hektar) sebanyak

dua responden.

72. Jadi dalam penelitian ini jumlah keseluruhan responden adalah sebanyak 10 orang.
73. Dajan (1986), mengatakan bahwa terdapat tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam

menyusun data ke dalam distribusi frekuensi, yaitu:

74. 1. Penentuan jumlah kelas, tergantung pada pertimbangan-pertimbangan praktis yang

masuk akal dan kegunaan distribusi frekuensi itu sendiri.

75. 2. Penentuan interval kelas, menunjukkan bahwa besarnya interval kelas bagi tiap-tiap

kelas bertalian erat dengan penentuan jumlah kelas dan sebaiknya diusahakan agar sama

semua serta dalam bilangan-bilangan yang praktis. Bilangan yang praktis ialah bilangan

yang mudah digunakan untuk hitung-menghitung atau sebagai pedoman guna

menentukan batas kelas maupun tepi kelas. Batas kelas sebaiknya dinyatakan dalam

bilangan bulat agar tidak tidak terdapat keragu-raguan dalam memasukkan angka-angka

ke dalam kelas-kelas yang sesuai.

76. 3. Penentuan titik tengah, ditentukan dengan merata-ratakan nilai dari kedua batas kelas

atau kedua tepi kelas. Beda atau selisih antara kedua titik tengah merupakan interval

kelas.

77. 3.2 Metode Pengumpulan Data

78. Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode pengamatan langsung

(observasi) dan metode kuesioner (angket). Pengamatan langsung (observasi) dilakukan

dengan mengamati proses terjadinya beberapa kegiatan budidaya dan pemasaran pepaya

California yang berlangsung di lokasi penelitian. Penulis juga melakukan wawancara

dengan para petani, pedagang pengumpul, supplier, dan pedagang pengecer untuk

mengetahui sistem pemasaran pepaya California. Selain itu juga diajukan pertanyaan-

pertanyaan dalam bentuk kuesioner mengenai kegiatan pemasaran pepaya California di


daerah tempat penelitian. Untuk menganalisis pendapatan yang diperoleh dari usahatani

pepaya California diajukan pertanyaan-pertanyaan seperti jumlah produksi, luas lahan,

penggunaan tenaga kerja dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.

Pertanyaan yang diajukan kepada petani antara lain karakteristik petani seperti nama,

umur, pendidikan dan sebagainya. Hal ini digunakan untuk melihat gambaran umum

petani didaerah penelitian.

79. 3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data

80. Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder dianalisis secara kualitatif

dan kuantitatif. Data yang diperoleh diolah dan disajikan dalam bentuk deskriptif tabulasi

dan statistik sederhana dengan bantuan kalkulator dan komputer. Analisis yang dilakukan

adalah analisis pendapatan usahatani, dan keuntungan dan biaya.

81.

82.

83.

84. DAFTAR PUSTAKA

85. Badan Pusat Statistik (BPS). 2006. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia

“Ekspor”. Jakarta. Indonesia.

86. Badan Pusat Statistik (BPS). 2006. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia “Impor”.

Jakarta. Indonesia.

87. Dahl, C. D., Hammond, J. W., 1977. Market Place Analysis The Agryculture Industry.

MC. Graw-Hill Book Company. New York.

88. Dajan, A. 1986. Pengantar Metode Statistik. Jilid II. Penerbit: LP3ES. Jakarta

89. Data Susenas. 2007. Konsumsi Per Kapita Hortikultura.


90. Direktorat Gizi. Depkes RI. 1979. Komposisi Buah dan Daun Pepaya. Jakarta.

91. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2006. Perkembangan Produktivitas

Pepaya Indonesia Pada Tahun 2000-2005. Jakarta.

92. Gita, D. 2005. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian

Pepaya Eksotik dibandingkan Dengan Pepaya Lokal. Skripsi.Jurusan Ilmu-ilmu Sosial

Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

93.

94. Halisah, S (2006). Analisis Kelayakan Finansial dan Kesempatan Kerja Pada

Anda mungkin juga menyukai