Anda di halaman 1dari 16

BAB V

PENGEMBANGAN BUKU AJAR

PENDAHULUAN
Buku ajar merupakan sarana pembelajaran yang relevan untuk hampir
semua mata pelajaran. Buku ajar merupakan sarana penunjang bagi penerapan
kurikulum. Pada hakikatnya, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan.

Gambar 5.1. Guru mengajar


Sumber: nofrionsikumbang.wordpress.com
Sedangkan buku ajar merupakan sarana belajar yang digunakan untuk
menunjang suatu program pembelajaran. Dengan demikian, keberadaan
kurikulum dan buku ajar selalu berdekatan dan berkaitan. Kurikulum dapat
diibaratkan sebagai resep masakan dan buku ajar merupakan bahan-bahan yang
dibutuhkan untuk mengolah masakan tersebut.

A. Pengertian Buku Ajar

Buku ajar merupakan buku yang digunakan oleh guru sebagai sumber acuan
dalam pelaksanaan proses pembelajaran bagi siswanya. Oleh karena itu,
seyogyanya guru mampu menyusun bahan-bahan ajar yang sudah dilakukannya

68
bertahun-tahun menjadi sebuah buku ajar minimal untuk keperluan bagi guru itu
sendiri dan siswanya.
Salah satu komponen dalam pembelajaran adalah menyusun Rencana
Pembelajaran. Untuk keperluan penyusunan rencana pembelajaran, seorang guru
sudah pasti minimal memiliki perangkat utama, antara lain: Silabus/Kurikulum,
Program Semester, Satuan Pelajaran (SP), Rencana Pelajaran (RP), sekarang
tampaknya gabungan keduanya menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
Sebelum guru masuk ke ruang kelas atau tempat pembelajaran lainnya, ia
sudah pasti membuat persiapan yang dituangkan ke dalam sebuah RPP. RPP
biasanya disusun untuk lingkup materi satu pokok bahasan, dan merupakan
persiapan untuk satu atau beberapa kali pertemuan tatap muka di kelas/
laboratorium.
RPP biasanya memuat: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Tujuan,
dan Indikator, Materi, Metode, Sumber/Media, dan Evaluasi. Jika paparan materi
yang ditulis pada RPP mengacu pada buku-buku paket, maka paparan meterinya
mengarah pada pemahaman konsep berorientasi kontekstual. Guru dapat
mengawali pemaparan materi melalui pemberian contoh kasus di lingkungan
siswa yang berhubungan dengan konsep yang akan dibahas.
Rincian materi dalam RPP seyogyanya cukup lengkap, juga urutan
penyajianmya dibuat secara logis, sehingga guru tidak kesulitan merencanan
strategis pelaksanaan pembelajaran yang akan dipaparkan pada bagian Metode
dalam RPP.
RPP biasanya menekankan pada perencanaan strategi yang akan diterapkan
dalam proses pelaksanaan pembelajaran di kelas oleh guru pengampu mata
pelajaran. Strategi ini, secara rinci dan logis dipaparkan pada bagian metode, yang
meliputi: Kegiatan Pembukaan, Kegiatan Inti, dan Kegiatan Penutup. Semestinya,
RPP yang dibuat oleh juga, juga menjelaskan bahan-kajian secara mendalam dan
rancangan strategi pembelajarannya disusun secara rinci. Oleh karena RPP
merupakan persiapan guru untuk pokok bahasan tertentu, sudah tentu dalam satu
semester materi pelajaran terdiri beberapa pokok bahasan. Sehingga dalam satu
69
semester dapat dibuat beberapa buah RPP oleh guru. Dengan jalan mengedit dan
menyusun kembali, serta memberikan ilustrasi agar menghasilkan perwajahan
yang menarik maka akan dihasilkan sebuah buku ajar bagi siswanya.

Gambar 5.2. beraneka buku ajar


Sumber : modifikasi penulis

B. Manfaat dan Karakteristik Buku Ajar


Adapun manfaat ditulisnya buku ajar diantaranya sebagai berikut:

1. Dapat mempercepat pembahasan bahan kajian, siswa tidak usah mencatat,


cukup memperhatikan hal-hal penting yang dijelaskan oleh guru.
2. Siswa dapat mempelajari bahan-kajian yang akan diajarkan lebih awal, dan
menambahkan catatan ringkas yang dianggap perlu.
3. Siswa mempunyai kesempatan lebih banyak untuk mengemukakan pendapat
tentang suatu kasus yang merupakan aplikasi dari teori yang diajarkan.
4. Dalam buku ajar, dapat juga disisipkan latihan-latihan yang harus dikerjakan
siswa, yang berorientasi masalah kontekstual.
5. Guru tidak akan kekurangan waktu mengajar, walaupun mungkin waktu
mengajarnya sering bertepatan hari libur nasional atau fakultatif.
6. Soal dapat dibuat berdasarkan buku ajar, sehingga penilaiannya lebih fair
sesuai kemampuan siswa.

70
7. Selain hal tersebut di atas, siswa mempunyai buku pegangan. Dengan buku
ajar, teori yang disampaikan guru yang belum dapat dipahami di kelas, siswa
dapat mempelajari kembali dari buku ajar tersebut.
8. Dengan adanya buku ajar, jika ada tugas yang harus dikerjakan di rumah, siswa
sudah memiliki salah satu referensi untuk mengerjakannya.
Adapun karakteristik ditulisnya buku ajar diantaranya sebagai berikut:
1. Buku ajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik dari guru
maupun siswa itu sendiri .
2. Buku ajar dapat membantu membelajarkan guru secara mandiri, dan
mempermudah siswa dalam belajar.
3. Buku ajar hendaknyabBermakna dan mudah dipahami oleh guru itu sendiri
sehingga dapat meningkatkan kompetensinya.
4. Buku ajar hendaknya menarik minat membaca guru maupun siswa sehingga
mampu meningkatkan .
5. Buku ajar hendaknya memiliki nilai kegunaan sehingga dirasakan manfaatnya
oleh guru dan .siswa.

C. Strategi Penulisan Buku Ajar

Berikut adalah cara-cara praktis dalam menulis buku ajar yang disukai
mahasiswa.
1. Sederhana

Buku ajar sebaiknya menyajikan konsep-konsep secara sederhana


sehingga mudah dipahami siswa. Pada umumnya rumus-rumus lebih sulit
dipahami daripada logika dari rumus itu. Penggunaan kata-kata hendaknya
menggunakan kata-kata yang mudah dikenal dan sudah akrab bagi siswa.
Gunakan bahasa yang sederhana dan lugas yang sesuai dengan bahasa lokal
msiswa. Kalimat hendaknya dibuat sederhana dengan susunan Subjek-Predikat-
Objek (SPO) untuk kalimat aktif atau Objek-Predikat Subjek (OPS) untuk kalimat
pasif. Hindari menggunakan anak kalimat, apalagi sampai kalimat bercucu.
2. Menggunakan Bahasa Baku

71
Penulis buku ajar harus menguasai tata bahasa Indonesia yang baik dan
benar, sehingga dapat memberikan makna tunggal dalam mengungkapkan suatu
konsep. Kata baku biasanya lebih mengacu kepada konsepnya. Penguasaan bahasa
merupakan syarat utama setelah penguasaan bidang ilmu yang akan ditulis
sehingga mampu mengungkapkan pikiran dengan jelas, cermat dan mudah
dipahami. Hindari menggunakan bahasa asing, jika terpaksa hendaknya dicetak
miring.
3. Kontekstual

Makna kontekstual adalah aspek yang ada dalam lingkungan siswa. Jika
kita dapat menulis buku ajar dimulai dari hal-hal yang telah dikenal siswa, konsep
yang akan disajikan akan lebih mudah dikenali dan dipahami siswa. Sajikan
contoh-contoh yang mudah dipahami sesuai dengan tingkat pemahaman dan
logika siswa.
4. Buatlah Peta Pikiran

Peta pikiran sering disebut peta konsep. Tujuan pembuatan peta pikiran
adalah mempermudah menjaring cakupan bahan-kajian dalam buku ajar yang
akan ditulis. Dengan menggunakan peta pikiran dapat membantu cakupan bahan
kajian yang akan ditulis. Tulislah topik utama di tengah kemudian buatlah topik-
topik terkait untuk melingkari topik bahasan utama. Peta pikiran sangat membantu
penulis untuk membuat kerangka buku ajar. Dengan peta pikiran, dapat membantu
dalam mengontrol kedalaman materi yang ingin ditulis di dalam buku ajar.

72
Gambar 5.3 Peta konsep
Sumber: Dokumen penulis

5. Penampilan yang menarik (performance)

Perwajahan buku ajar, termasuk pilihan huruf, tabel, ilustrasi, dan warna
yang digunakan harus menarik bagi mahasiswa. Perwajahan yang baik dan
menarik akan memberikan motivasi siswa untuk membaca dan mempelajarinya
terus. Pilihlah ilustrasi yang sudah dan mudah dikenal oleh siswa di
lingkungannya. Biasanya siswa akan mengkaji secara lebih mendalam terhadap
hal-hal yang sudah mereka kenal namun hanya baru sebatas informasi. Dalam
hubungan ini dibutuhkan kecermatan penulis buku ajar. Sebaliknya, buku ajar
yang jelek dalam perwajahan akan dijauhi siswa karena membosankan. Ilustrasi
yang humoris pada umumnya lebih menarik bagi siswa. Perhatikan contoh
penampilan buku ajar berikut!

73
Gambar 5.4. Contoh perwajahan bukuajar
Sumber: dokumen penulis

D. Kreteria Buku Ajar

Kriteria Buku Ajar yang perlu diperhatikan adalah academic integrity. Hal
ini membuktikan bahwa buku ajar juga bersifat ilmiah, karena teruji dan
mengandung makna ilmiah-akademis. Penulisannya dilakukan oleh pakar tertentu
yang berkompeten dengan berpedoman pada kurikulum.
Para penulis buku ajar selalu menggunakan referensi ilmiah. Penulisannya
juga tidak lepas dari fakta dan data yang benar. Selain itu, seyogyanya
dihindarkan pemberian makna atau simpulan yang terbatas atau bahkan absolut,
sehingga sulit bagi siswa untuk mengembangkannya, mencari pemecahan, dan
penafsiran.
Buku ajar seyogyanya thoroughness of coverage, tidak boleh hanya
mendalami pokok bahasan saja, tetapi setiap pokok bahasan harus dikembangkan
sesuai dengan kompetensi yang dibelajarkan. Untuk menguji apakah demikian
adanya, guru dapat mengajukan pertanyaan, "Apakah buku ajar pada bab-bab

74
tertentu cukup memberikan peluang bagi siswa tidak membuat catatan yang
banyak?"
Buku ajar harus Detail provided, yakni buku ajar ditulis dengan jelas,
benar, tidak abstrak atau di luar batas kewenangan bidang ilmunya. Juga diberikan
kemungkinan bagi siswa untuk membuat catatan dari buku ajar itu sendiri sebagai
hasil dari kreativitas berpikirnya.
Buku ajar harus A good prose style, yaitu masalah klaritas sangat penting.
Penulis buku ajar perlu memperhatikan bentuk yang efektif dalam penggunaan
bahasa, sehingga siswa dapat membaca dengan baik dan mudah. Meminimumkan
penggunaan kata-kata asing, kata-kata singkat yang tidak tepat, dan kalimat
panjang. Siswa harus diberi kesempatan untuk membuat catatan sesuai dengan
proses berpikirnya, jangan dihabiskan pokok pikiran hanya oleh penulis atau guru.
Kemungkinan catatan datang dari guru, jika ia bersifat umum, dan penting
diketahui semua siswa. Jangan menggunakan penulisan yang tidak diketahui
maknanya, sebaliknya yang jelas alur pikirnya, bahkan jika mungkin dengan
bahasa datar.
Buku ajar harus Interesting; penulis dapat menyajikan uraiannya dengan
gaya yang menarik, tetapi tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpikir lanjut, buku ajar tidak berkelanjutan untuk proses berpikir
berkepanjangan.
Buku ajar harus Well-organised; yakni seorang penulis buku ajar harus
memahami teknik penulisan, sehingga buku ajar mengikuti langkah-langkah
runtut berdasarkan silabus, dan juga sesuai dengan kriteria baku penulisan buku
ajar. Jika penulis buku ajar bukan guru, sebaiknya dalam menuliskan buku ajar, ia
seolah-olah berperan sebagai guru yang ahli dalam bidang mata pelajaran
yangsedang ditulis buku ajarnya, sehingga orientasi untuk itu sangat perlu. Tata
cara teknis penulisan buku ilmiah harus diikuti. Misalnya daftar isi yang
konsisten, pengantar sebagai rumusan tujuan umum yang jelas, termasuk
pedoman pemakaiannya.
Buku Ajar harus Pleasant format; dalam penerbitan modern, masalah ini
sangat diperhatikan. Desain format kulit yang baik, warna yang terang, gunakan
75
kertas putih, dan cetakan yang jelas. Demikian juga ilustrasi gambar, grafis, dan
peta, dimuat pada halaman yang relevan. Jangan memberikan banyak lampiran
yang tidak banyak menjelaskan teks.
Helpful illustration, penambahan ilustrasi akan menambah beban dana
penerbitannya, ilustrasi yang menarik dan bermanfaat untuk menumbuhkan proses
berpikir siswa sangat diperlukan. Dewasa ini ilustrasi banyak dibantu oleh bahan
dari tayangan televisi, majalah ilmiah, dan surat kabar. Setiap ilustrasi perlu juga
diberi data sumber, dari mana diambil.
A variety of exercises; jika buku teks ditulis atas dasar penelitian yang
cermat dan lengkap, ia akan memberikan bahan yang bermanfaat bagi guru.
Sebab, guru dapat menjelaskan bagaimana topik tersebut dikembangkan. Dalam
akhir buku teks sebaiknya dicantumkan berbagai bentuk butir pertanyaan,
permasalahan untuk diskusi, pertanyaan uraian, saran untuk penelitian, aktivitas
kelas, menyusun proyek, saran untuk membaca lebih lanjut, daftar glosari, atau
juga daftar ejaan yang khusus.
Lazimnya hanya ada satu buku teks yang disediakan. Bahkan jarang buku
teks dimanfaatkan dengan baik. Berbagai pandangan terhadap keberadaan buku
teks masih menjadi polemik. Guru yang baik sangat memerlukannya. Namun ada
juga yang menganggap ketiadaan buku teks lebih memberikan kesempatan guru
untuk lebih banyak berbicara, menyajikan berbagai aktivitas, menunjukkan
perpustakaan, dan sebagainya. Di pihak lain guru menganggap perlunya buku
teks, sebab sangat penting sebagai suplemen bagi siswa. Buku teks harus sering
direvisi, sebab buku teks yang sudah lama sering tidak banyak membantu, karena
telah berkembangnya ilmu pengetahuan atau teknik pembelajaran yang berganti.

E. Prinsip-prinsip dan Tehnik Penulisan Buku Ajar


Prinsip-prinsip penulisan buku ajar diantaranya sebagai berikut:
1. Prinsip relevansi (keterkaitan). Materi buku ajar hendaknya relevan atau
berkaitan dengan pencapaian kompetensi siswa.
2. Prinsip konsistensi (keajegan). Materi buku ajar hendaknya memuat
bahan/pembahasan yang linier mulai dari awal hingga akhir.
76
3. Prinsip kecukupan. Materi yang ditulis pada buku ajar memadai (tidak
terlalu sedikit dan tidak berlebihan) untuk menjelaskan hal-hal yang terkait
dengan kompetensi atau subkompetensi yang dipilih sebagai tema, baik
komponen maupun uraiannya. Hal ini berkaitan dengan keluasan materi yang
diidentifikasi melalui peta konsep.
4. Sistematis. Buku ajar hendaknya merupakan satu kesatuan informasi yang
utuh, yang terdiri atas komponen-komponen yang saling terkait dan disusun
secara runtut sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan buku ajar.
Sedangkan penulisan buku ajar dapat dilakukan dengan beberapa teknik.
Secara umum terdapat 3 (tiga) teknik penulisan buku ajar yakni:
1. Menulis sendiri (starting from scratch). Penulis menyusun buku ajar
berdasarkan gagasan dan pengalamannya sendiri.
2. Mengemas ulang informasi (information repackaging/ text
transformation). Penulis tidak menyusun sendiri buku ajar dari awal
(from nothing atau from scratch), melainkan memanfaatkan buku-
buku, textbook, paper, dan informasi lain yang sudah ada.
3. Menghimpun tulisan dari berbagai sumber yang terkait dan relevan
dengan tema (compilation atau wrap around text). Prosedur kompilasi
dilakukan dengan cara:
a. Mengumpulkan seluruh referensi yang digunakan acuan dalam
pembelajaran.
b. Menentukan bagian referensi yang digunakan per pokok bahasan
sesuai silabus.
c. Mengcopy/menyalin seluruh bagian dari sumber yang digunakan
per pokok bahasan sesuai dengan silabus.
d. Memilah hasil salinan berdasarkan urutan pokok bahasan.
e. Membuat resume atau analisa terhadap tulisan yang dikompilasi
dikaitkan dengan tema buku atau kompetensi pendidik yang ingin
dibentuk.
f. Menulis/membuat halaman penyekat untuk setiap pokok bahasan.

77
g. Menjilid & memperbanyak untuk pembelajaran
h. Membuat/menulis panduan untuk pengguna buku ajar.
Penulis buku ajar dapat menggunakan salah satu dari ketiga teknik penulisan di
atas dengan mengedepankan asas orisinalitas.

F. Format Buku Ajar

Secara umum buku ajar dapat disusun dengan format sebagai berikut.
1. Bagian Pendahuluan, terdiri atas:
a. Halaman Judul (judul, pengarang, lembaga, dll)
b. Daftar Isi (petunjuk bagi pembaca)
c. Daftar Gambar (informasi keberadaan gambar)
d. Daftar Tabel (informasi keberadaan tabel)
e. Pengantar (ditulis ahli yang diminta penulis/penerbit)
f. Prakata (ditulis penulis tentang apa isi buku, alasan penulisan buku, sasaran
pengguna, ucapan terima kasih dll)
2. Halaman Isi (batang tubuh), terdiri atas:
a. Bagian Awal yang berisi tujuan pembelajaran atau SK, KD, atau indikator
b. Bagian Isi yang berisi uraian setiap bab disertai ilustrasi materi
c. Bagian Penutup
d. Setiap bab diakhiri dengan rangkuman dan latihan
3. Bagian Penutup, terdiri atas:
a. Lampiran
b. Pustaka
c. indeks
d. Glosarium

G. Langkah-Langkah Penyusunann Buku Ajar

Sebuah buku biasanya akan berisi tentang sesuatu yang menjadi buah
pikiran dari seorang pengarangnya. Jika seorang guru menyiapkan sebuah buku
yang digunakan sebagai bahan ajar maka buah pikirannya harus diturunkan dari

78
KD yang tertuang dalam kurikulum, sehingga buku akan memberi makna sebagai
bahan ajar bagi peserta didik yang mempelajarinya.
Sebuah buku akan dimulai dari latar belakang penulisan, definisi/
pengertian dari judul yang dikemukakan, penjelasan ruang lingkup pembahasan
dalam buku, hukum atau aturan-aturan yang dibahas, contoh-contoh yang
diperlukan, hasil penelitian, data dan interpretasinya, berbagai argumen yang
sesuai untuk disajikan.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menulis
buku adalah sebagai berikut:
 Mempelajari kurikulum dengan cara menganalisisnya
 Menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan SK yang akan
disediakan bukunya.
 Merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh
aspek yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi.
 Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan, upayakan untuk
menggunakan referensi terkini dan relevan dengan bahan kajiannya.
 Menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat
yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk
siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu
panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7
kalimat.
 Mengevaluasi/mengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang.
Jika ada kekurangan segera dilakukan penambahan.
 Memperbaiki tulisan
 Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi
misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.

H. Strategi Menulis Buku Ajar

Bersadarkan prosesnya strategi menulis buku ajar dipilah menjadi strategi


permulaan menulis, selama menulis, dan pasca menulis. Berdasarkan caranya

79
strategi penulisan secara langsung dan tak langsung, perhatian terpusat dan
terbagi.
Adapun strategi menulis berdasarkan proses dapat kita uraikan sebagai
berikut ini.
1. Strategi Permulaan Menulis
Asahlah kepekaan nalar terhadap permasalahan yang patut ditulis. Untuk
mengasah kepekaan ini, perlu banyak membaca. Dengan membaca, kita dapat
menemukan masalah yang mirip, analog, kotraproduktif (berlawanan). Ketilka
membaca, akan terjadi proses refleksi analitis dalam diri atau otak sehingga kita
bisa menyatakan bacaan itu bagus, jelek, setuju atau pun tidak setuju. Peristiwa ini
telah memacu kerja otak. Ide yang kita temukan, perlu ditindaklanjuti dalam suatu
pembahasan. Artinya perlu ditulis.
Setelah daya peka meningkat, asah daya analitis untuk membuat judul
yang bagus. Judul buku ajar yang bagus meliputi (1) memiliki nilai jual
(marketable), (2) menantang untuk dibaca, (3) bersifat luas yang memungkinkan
dikembangkan menjadi sub-sub pokok pembahasan, (4) menarik minat pembaca,
(5) tidak ambigu (tidak bermakna ganda), (6) tidak terlalu panjang. Judul buku
ajar buat sesingkat mungkin.
Tulis semua permasalahan atau ide-ide cerdas yang timbul pada buku
judul tulisan/permalahan tulisan sehingga kita memiliki kumpulan judul atau
masalah yang layak ditulis. Bawalah buku kecil itu (buku saku) kemana pun Anda
pergi. Sewaktu-waktu ada ide cerdas yang muncul segera dicatat dibuku masalah.
Buku ini perlu dibaca sesekali sekedar untuk mengingatkan tentang permasalahan
yang akan kita tulis, siapa tahu dalam keseharian kita bekerja kita menemukan
data pendukung tulisan. Data pendukung itu dapat berasala dari koran, jurnal,
buletin, majalah ilmiah, TV, radio, nara sumber dsb.
2. Strategi Selama Menulis

Mengembangkan atau mengurai pokok tulisan menjadi sub-sub pokok


bahasan atau mengurai dari judul buku/masalah menjadi bab-bab. Buatlah urutan
berdasarkan logika linier. Linearitas didasarkan atas tingkat kesulitan, waktu,

80
acara, kepentingan, dsb. Kemudian mengembangkan bab menjadi sub-subab.
Caranya dengan menurunkan kata kunci dalam judul bab.
Mulailah menulis. Dalam proses berpikir kreatif, tahap ini disebut
iluminasi, yaitu tahap pencurahan ide, pembahasan, analisis dan sintensis.
Permulaan terkadang sulit, namun teruslah mencoba. Bila salah atau kurang
mantap (sreg), hapus saja. Komputer memberikan kemudahan untuk itu.
Tuliskan pendapat kita berdasarkan hasil SAS (struktur analisis sintesis),
hasil evaluasi, dan pemahaman menjadi ramuan tulisan. Pada substansi materi
tertentu gunakan kutipan-kutipan para ahli untuk mendukung kekuatan pendapat
kita secara ilmiah. Pendapat para ahli atau kutipan dari referensi dapat dikutip
langsung maupun tidak langsung. Dengan didukung hasil penelitian, jurnal
ilmiah, majalah, buletin, dsb. pendapat kita akan lebih kokoh dan terpercaya
(bonafide).
3. Strategi Pasca Menulis

Hal-hal di bawah ini perlu dilakukan sebagai tahap verifikasi setelah


tulisan kita menjadi sebuah draf buku.
a. Mengedit untuk mengoreksi substansi. Jika masih kurang, perlu ditambah
tulisan. Jika ada kelebihan (yang tidak perlu), bagian itu bisa diselesikan,
dipindahkan, atau diganti. Gunakan kutipan atau perkuat dengan berbagai
referensi pada kartu referensi.
b. Mengedit tata tulis meliputi: ejaan yang disempurnakan (EYD), kalimat
tidak bersubjek, interferensi (percampuradukan, misal kata-katanya bahasa
Indonesia, tetapi berpola bahasa Jawa, kata-katanya bahasa Inggris tetapi
berpola bahasa Indonesia), tata tulis (penomoran, kutipan, penamaan tabel,
diagram, dsb.)
c. Meminta pendapat kepada ahli (expert judgment) atau teman sejawat.
Walaupun hanya sekilas, kita perlu meminta saran, pendapat, atau kritik dari
ahli dan teman sejawat. Terimalah saran dan kritik dengan lapang dada. Jika
ingin maju, jangan takut dikritik!

81
d. Mengedit performansi buku atau wujud fisik dari penampilan tulisan. Tebal
tipis, letak ilustrasi (foto atau gambar), jenis tulisan, dsb.
e. Dalam menulis ada terminal kepuasan. Sebaiknya penempatan rasa puas
terhadap tulisan kita perlu diberikan tempat secara proporsional. Jika
memang sudah memenuhi keinginan walau tidak terlaku ideal, hentikan
tulisan dan segera terbitkan. Jangan sampai tulisan dibaca dan ditambah
terus, kurang ideal, belum puas. Perasaan ini segera tepis dan berhentilah
menulis. Ilmu terus berkembang, kekurangan tidak berkesudahan, hentikan
tulisan dan segera publikasikan. Kalau menuruti perasaan, kapan buku akan
terbit? Idealisme itu dapat ditabung dan dicurahkan pada tulisan berikutnya.
Sedangkan strategi menulis berdasarkan cara menulis buku ajar yaitu
strategi langsung dan strategi tak langsung. Hal ini sangat tergantung dari karakter
penulis, kebutuhan, tingkat kesulitan materi, ketersediaan bahan acuan, fasilitas
dan sarana yang dimiliki. Secara rinci dibahas berikut ini.
1. Strategi Menulis Cara Langsung

Ada penulis, yang langsung mencurahkan idenya di depan komputer.


Dengan berbekal referensi, penulis langsung menuliskan idenya di komputer.
Fungsikan secara maksimal referensi yang telah dimiliki. Tatalah referensi
berdasarkan urutan substansi materi. Jangan semua buku di gelar di meja
komputer, ambil sana ambil sini, cari sana cari sini. Ini menghabiskan energi,
boros listrik, tidak praktis, dan menjengkelkan.
Cara ini lebih sering dilakukan oleh orang-orang yang sudah terbiasa
menulis, tersedia bahan secara mudah, memiliki sarana yang dibutuhkan seperti
komputer.
Kelebihan strategi cara langsung ini adalah (1) tulisan langsung jadi, (2)
jika menggunakan komputer, kesalahan langsung dapat dibetulkan, tulisan
cenderung rapi, (3) tidak memerlukan banyak kertas. Adapun kelemahannya yaitu
(1) memerlukan keahlian menggunakan komputer, (2) agak boros listrik karena
menulis sambil berpikir sehingga sering terjadi komputer ‘stand by’.

82
2. Strategi Menulis Tak Langsung

Ada pula penulis, menuliskan terlebih dahulu ide-idenya (bersifat


sementara) di kertas (diseket). Ide-ide dicurahkan dengan tulisan tangan. Setelah
itu, baru diketik. Ketika mengetik, penulis masih mengidet tulisan di sana-sini.
Cara ini sering dilakukan oleh penulis karena (1) belum pandai
menggunakan fasilitas komputer, (2) tidak banyak waktu khusus untuk menulis, di
manapun ia menulis, baru setelah di depan komputer ditulis/diketik, (3) penulis
pemula, (4) materi tidak terlalu berat/sulit.
Adapun kelebihan cara menulis ini (1) di manapun ia dapat menulis, (2)
tidak boros teknologi, (3) tidak membutuhkan keahlian khusus menggunakan
komputer. Sedangkan kelemahannya (1) terkadang tulisan konsep menjadi ruwret
karena koreksi kesalahan, penambahan, atau pengurangan, (2) memerlukan waktu
dua kali (untuk menulis dan untuk mengetik).

83

Anda mungkin juga menyukai