Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

TUMOR PHYLLODES

PEMBIMBING : dr. RUDY THABRY Sp.B SubSp Onk(K)

OLEH :
dr. ADIWIRYA ARISTIARA
NIM : 2010018005

PROGRAM PENDIDIKAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Tumor Phyllodes”.
Referat ini diajukan sebagai persyaratan untuk mengikuti PPDS pada ilmu Bedah
Umum di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Selain itu saya juga mengucapkan Terima kasih kepada dr. Rudy Thabry Sp. B
Subsp Onk (K) dan segenap staff bagian Bedah Onkologi RSUD Abdul Wahab
Sjahranie atas bimbingan dan pertolongannya selama menjalani Residensi bagian
Bedah Onkologi dan dapat menyelasaikan penulisan dan pembahasan referat ini.
Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari
kesempurnaan, penulis mohon maaf atas segala kesalahan, sehingga kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk
kesempurnaan penulisan referat berikutnya.

                            Samarinda, 21 Januari 2023

Penulis

Adiwirya Aristiara

ii
LEMBAR PENGESAHAN REFERAT
Tumor Phyllodes

Disusun Oleh :
Adiwirya Aristiara
2010018005

Telah disetujui dan dipresentasikan


Pada tanggal : 25 Februari 2023

Dokter Pembimbing Akademik Pembimbing,

dr. Boyke Soebhali ,Sp. U (K ) dr. Rudy Thabry Sp. B SubSp Onk (K)

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. ii


LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………..iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….... iv
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang ……………………………………………………………….. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.    Anatomi Payudara ………………………………………………………. 3
B.    Fisiologi Payudara ………………………………………………………. 11
C.    Definisi Tumor Phyllodes ……………………………………………….. 13
D.   Etiologi Tumor Phyllodes ………………………………………………... 13
E.    Patofisiologi ……………………………………….……………………... 14
F.    Gambaran Klinis …………………………………………………………. 15
G.   Dasar Diagnosis ……….…………………………………………………. 16
H.   Diagnosis Banding ……………………………………………………….. 21
I.      Penatalaksanaan …………….…………………………………………… 21
J.      Komplikasi ………………………………………………………………. 22
K.    Prognosis ………………………………………………………………… 22
BAB III PENUTUP
A.    Simpulan ………………………………………………………………… 24
B.     Saran …………………………………………………………………….. 24

iv
I. PENDAHULUAN

Payudara adalah salah satu organ yang berkembang dipengaruhi oleh system
hormonal yang dapat menyebabkan terjadinya tumor payudara karena banyak
factor yang menghambat atau mengaktifkan fungsi hormon yang terlibat. Salah
satunya adalah tumor phyllodes yang ditemukan berkembang karena pengaruh
hormonal meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan. Tumor Phyllodes adalah
neoplasia mammae yang berasal dari jaringan fibroepitel yang cukup langka
dengan epidemiologi 0.3-0.9% dari semua tumor payudara di negara-negara barat,
sementara di Asia ditemukan tumor phyllodes terjadi pada Wanita usia muda
berkisar usia 25-30 tahun. Tumor ini adalah tumor yang relatif besar, dengan
ukuran rata-rata 5 cm. ukuran tumor yang semakin besar dapat berkorelasi dengan
malignansi tumor.
Tumor Phyllodes rata-rata ditemukan pada wanita berusia 40 hingga 50
tahun. Menurut WHO, klasifikasi tumor ini dapat dibagi menjadi jinak,
borderline, dan maligna berdasarkan gambaran histologi dengan menilai sel
stoma, pertumbuhan stroma yang berlebih, atypia stroma, mitosis dan margin
tumor. Dari semua klasifikasi, jenis jinak adalah yang terbanyak dilaporkan
dengan persentasi 60% hingga 75% dari semua kasus, sementara 10 - 15% nya
dapat berkembang menjadi maligna (Ditsatham, 2019).
Faktor risiko penyebab tumor Phyllodes pada wanita yaitu usia, Riwayat
tumor fibroadenoma sebelumnya, kadar lipid, meskipun beberapa literatur
menyatakan belum diketahuinya faktor risiko khusus terjadinya tumor ini hingga
saat ini. Namun banyak literatur menggambarkan tumor Phyllodes pada pasien
sindrom Li-Fraumeni. Tumor Phyllodes pada laki-laki sering dihubungkan dengan
ginekomastia dan peran ketidakseimbangan hormonal. Para peneliti menemukan
bahwa induksi stroma tumor Phyllodes dapat terjadi karena faktor pertumbuhan
yang diproduksi oleh epitel payudara. Trauma, kehamilan, peningkatan aktivitas
estrogen, dan riwayat laktasi dapat menjadi faktor yang merangsang pertumbuhan
tumor. Hal ini diperantarai oleh mekanisme stimulator pertumbuhan fibroblast

1
pada Payudara (Limaiem, 2022). Meskipun demikian, penelitian mengenai peran
hormonal pada perkembangan tumor ini masih inkonsisten. Oleh sebab itu, kami
akan mengulas lebih dalam penelitian-penelitian lebih banyak mengenai
perkembangan dan penanganan tumor ini.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI PAYUDARA

Gambar 2.1 Anatomi Payudara (Khan, 2022)


Payudara merupakan organ aksesori vital untuk sistem reproduksi
wanita yang memiliki fungsi utama organ ini adalah menghasilkan air
susu. Meskipun kedua jenis kelamin memiliki organ ini, Payudara
berkembang pada wanita dan tidak sempurna pada laki-laki. Payudara
merupakan jenis kelenjar apokrin. Pada kelenjar ini, bagian apical sel dan
sitoplasma hilang dalam sekresi. Lokasi glandula Payudara terletak di
regio pectoral di fasia superfisial. Namun bagian yang disebut ekor aksila
menembus ke dalam fasia dan terletak di aksila. Bentuk glandula Payudara
berbentuk setengah bola pada wanita dewasa muda. Meskipun bervariasi
dari setiap orangnya, glandula Payudara rata-rata memiliki berat 500
hingga 1000 gram (Limaiem, 2022).
Ektensi vertical dari glandula Payudara dimulai dari costae kedua
hingga costae ke enam. Batas horizontal dari batas sternal lateral hingga ke
garis mid aksilaris. Glandula Payudara dapat dibagi menjadi empat
kuadran vertical dan horizontal dengan garis imajiner melalui nipple.
Empat kuadran tersebut adalah lateral atas, medial atas, medial bawah dan
lateral bawah (Limaiem, 2022).

3
Struktur glandula Payudara dibagi menjadi tiga bagian: kulit,
parenkim dan stroma. Pada bagian kulit terdiri dari nipple dan areola.
Nipple berbentuk kerucut, terletak di ruang intercostal keempat. 15-20
duktus laktiferus menembus nipple. Nipple mengandung serabut otot polos
sirkular dan longitudinal dan kaya akan suplai saraf. Serabut-serabut saraf
ini membantu ereksi nipple saat dirangsang. Nipple tidak mengandung
kelenjar keringat, lemak dan rambut di atasnya (Limaiem, 2022).
Areola merupakan area berpigmen coklat kemerahan gelap di
sekitar nipple. Areola kaya akan kelenjar sebasea yang dimodifikasi
(disebut tuberkel Montgomery yang berfungsi untuk hamil dan menyusui).
Glandula ini mensekresi minyak yang mencegah pecahnya nipple dan
areola. Khususnya, areola tidak memiliki lemak dan rambut (Limaiem,
2022).
Jaringan glandula Payudara terdiri dari ductus bercabang dan
lobulus sekretori terminal. Terdapat 15 hingga 20 lobus dan duktus
laktiferus mengalirkan ke masing-masing saluran. Ductus tersebut
membesar dan membentuk sinus laktiferus dan dikeluarkan saat menyusui.
Ductus laktiferus tersusun secara radial di dalam nipple. Oleh karena itu,
teknik pembedahan akan dilakukan sayatan radial untuk menghindari
pemotongan ductus laktiferus (Khan, 2022).
Stroma merupakan kerangka penyokong payudara di sekitar
parenkim. Stroma fibrous membentuk septa yang disebut ligament
suspensori Cooper, yang memisahkan lobus dan menguatkan glandula
Payudara dari fasia pektoralis. Pasien dengan kanker Payudara, akan
terjadi pemendekan dan penarikan ligament ini yang menyebabkan
rigiditas organ dan kerutan pada kulit di atasnya, yaitu skin dimpling atau
Peau d' orange appearance. Selain itu, meskipun nipple dan areola tidak
memiliki lemak, bagian utama pembentuk glandula Payudara adalah lemak
(Limaiem, 2022).

4
Gambar 2.2 Anatomi Payudara (Limaiem, 2022)

Gambar 2.3 Anatomi Payudara (Limaiem, 2022)

5
Gambar 2.4 Anatomi Glandula Mammae (Netter, 2016)

6
Gambar 2.5 Pembuluh Darah dan Kelenjar Limfe Payudara (Netter, 2016)

7
Gambar 2.6 Anatomi Kelenjar Mammae Potongan Sagital (Netter, 2016)
Suplai arteri utama glandula Payudara adalah berasal dari (Khan, 2022):
1. Cabang dari arteri toraks internal yang berasal dari ruang intercostal
kedua
2. Arteri toraks lateral
3. Arteri toraks superior
4. Arteri akromio-toraks
5. Cabang lateral dari arteri intercostal posterior
Di antara arteri di atas, arteri toraks lateral, toraks superior dan arteri
acromiothoracic berasal dari cabang langsung arteri aksila.

8
Vena yang mengalir ke glandula Payudara mengikuti jalur arteri. Vena
membentuk lingkaran vena anastomosis di sekitar nipple yang terbagi
menjadi superfisial dan profunda (Khan, 2022).
1. Vena superfisial mengalir ke vena toraks internal dan vena
superfisialis bagian servikal bawah
2. Vena profunda mengalir ke vena toraks interna, aksila dan vena
interkostalis posterior.
Karsinoma Payudara dapat menyebar melalui vena bagian dalam ke vena
pleksus Batson yang berada di vertebrae. Vena tidak memiliki katup
sehingga aliran darah vena menjadi dua arah dan berkomunikasi dengan
pleksus vena vertebrae internal. Dengan demikian, metastasis karsinoma
payudara dapat dengan cepat menyebar ke vertebrae. Hal ini dapat
menyebabkan kolapsnya korpus vertebrae, mencederai sumsum vertebra
dan dengan demikian dapat menyebabkan parestesia/ kelumpuhan tubuh di
bawah lesi (Limaiem, 2022).
Pada drainase limfatik, kelenjar getah bening utama yang berperan adalah:
1. Nodus aksila
a. Anterior (pectoral) group: terletak di batas bawah pektoralis minor
di sepanjang pembuluh toraks lateral dan mengalirkan kuadran luar
Payudara
b. Posterior (subscapular) group: terletak di dinding posterior aksila
di sepanjang batas bawah subskapula
c. Lateral group: terletak di dinding lateral aksila
d. Central group: terletak di dasar aksila dan menerima limfe nodi
dari anterior, posterior, dan group lateral limfe nodi
e. Apical group: terletak di dalam apeks aksila dan menerima limfe
dari seluruh group-group di atas.
2. Nodus parasternal internal
Limfe nodi ini terletak di batas lateral sternum yang mengelilingi arteri
internal Payudara. beberapa menyilang ke sisi lainnya dan drain di
group nodus parasternal lawannya. Hal ini yang menjadi jalur

9
metastasis keganasan yang dapat menyilang ke salah satu sisi Payudara
(Limaiem, 2022).
Limfe nodi lainnya yang ditemukan pada struktur Payudara adalah:
1. Nodus supraklavikular
2. Nodus sefalika (deltopectoral)
3. Nodus interkostalis posterior
4. Pleksus subperitoneal dan subdiafragmatika yang merupakan rute
metastasis keganasan Payudara ke abdomen.
Pada system saraf, Payudara mendapat persarafan dari cabang kutaneus
anterior dan lateral yang berasal dari nervus intercostal kedua hingga
keenam dan nervus supraklavikula. Nervus-nervus tersebut membentuk
pleksus di bawah areola di jaringan subdermal dan menyuplai nipple dan
areola. Rangsangan sensitive pada nipple dan areola terhadap sentuhan
berasal dari dermatome nervus vertebrae T4 (Khan, 2022).
Glandula Payudara dimodifikasi dan terdiri dari parenkim dan
stroma yang ditutupi oleh kulit. Dasar dari glandula ini adalah muskulus.
Muskulus utama yang terletak jauh di dasar adalah muskulus pektoralis
mayor yang ditutupi oleh fasia pektoralis. Muskulus lain yang terlibat
adalah muskulus serratus anterior dan muskulus oblik eksternal perut.
Muskulus utama tersebut memainkan peran penting dalam keberhasilan
rekonstruksi Payudara dan operasi implant. Ahli bedah telah mencoba flap
dari berbagai otot untuk memulihkan Payudara, tetapi yang paling berhasil
adalah dari muskulus latissimus dorsi (Khan, 2022).
B. FISIOLOGI PAYUDARA
Saat remaja, produksi estrogen dan growth hormone menstimulus
perkembangan Payudara berkembang cepat dengan perkembangan massif
jaringan adiposa yang memberi tekstur lembut pada Payudara. Pada awal
kehamilan, perkembangan Payudara meningkat dalam ukuran karena
peningkatan pertumbuhan parenkimal dan percabangan system duktus.
Alveoli sekretori mulai berkembang di terminal duktus dan dikelilingi oleh
jaringan ikat. Pada tahap akhir kehamilan, alveoli terisi susu di bawah

10
pengaruh prolaktin. Setelah laktasi berakhir, alveoli sekretorik mulai
menyusut dan berkurang jumlah dan ukurannya hingga kemudian
menghilang. Pada tahap akhir kehidupan, terutama setelah menopause,
ukuran Payudara menunjukkan penyusutan yang cukup drastic dan hampir
berhenti berkembang dengan penurunan kadar estrogen yang bersirkulasi.
Fungsi Payudara adalah untuk mengeluarkan susu yang membantu menyusui
bayi dan memainkan peran penting dalam seksualitas wanita (Pillay, 2022).
Sintesis hormon steroid seks diproduksi oleh gonad dan hormon
gonadotrofik yang dihasilkan oleh adenohipofise. Hipotalamus mengeluarkan
GnRH melalui aliran portal hipotalamohipofisial. GnRH akan mengikat sel
gonadotrop dan merangsang pengeluaran Folliclestimulating hormone (FSH)
dan luteinizing hormone (LH) di hipofisis anterior. Folliclestimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) dari hipofisis yang
mempengaruhi perkembangan ovarium dan testis. LH dan hCG bekerja
dengan merangsang sintesis steroid seks androgenic pada testis maupun
ovarium dan memproduksi progesteron dari korpus luteum. Sementara FSH
berfungsi untuk mengatur perkembangan sel germinal pada kedua jenis
kelamin dan sintesis estrogen ovarium pada wanita. Kedua hormon ini
bekerja untuk merangsang sekresi estrogen dan ovarium (Warjianto, 2020).
Estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh FSH dan LH, bekerja
berikatan dengan reseptor-reseptor pada organ target. Reseptor estrogen
banyak ditemukan pada membran inti sel target sedangkan reseptor
progesteron banyak ditemukan dalam sitoplasma sel target. Reseptor estrogen
terdiri dari 2 subunit yang memiliki peran yang berbeda dalam fertilitas, yaitu
subunit estrogen receptor α (ERα) dan estrogen receptor β (ERβ). Aktivasi
kedua jenis reseptor ini menyebabkan transkripsi gen tertentu yang
merupakan elemen estrogen spesifik. Mutasi ER akan mengakibatkan
ekspresi sel target yang berbeda dan berpotensi menjadi predisposisi
keganasan. Aktivasi ER menyebabkan transkripsi gen tertentu yang kemudian
akan menghasilkan messenger RNA (mRNA) untuk sintesis protein tertentu
(Warjianto, 2020).

11
Tatalaksana dan prognosis tumor payudara hingga kanker payudara
dipengaruhi oleh banyak variable seperti grading, stage, status reseptor
hormon estrogen, progesterone dan ekspresi Her-2/ neu berlebih. Ekspresi
estrogen dan progesterone ini mempengaruhi grading histopatologi tumor dari
stage tertinggi hinga terendah. Hal ini dibuktikan dengan cukup banyak
penelitian yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
profil hormonal reseptor estrogen, reseptor progesterone dan ekspresi her-2/
neu dengan grading histopatologi pada penderita Wanita dengan kanker
payudara (Samavat, 2015).
Pada kehamilan, area-area proliferasi yang berkembang pada garis
dari regio aksila hingga area inguinal fetus yang membentuk dua area yang
disebut mammary crest atau milk like. Spada sebagian besar jaringan pada
mammary crest akan mengalami atrofi kecuali sepasang kelompok epitel
padat yang berpasangan pada regio toraks di celah interkosta keempat yang
akan membentuk tunas payudara primer. Di akhir trimester pertama, tunas
payudara primer mulai tumbuh kea rah bawah ke lapisan jaringan
mesenkimal yang dipengaruhi oleh faktor-faktor regulasi yang disekresikan
oleh jaringan mesenkimal. Tunas payudara primer akan membesar dan
berpindah dari posisi yang lebih dorsal ke posisi yang lebih ventral.
Kemudian tunas payudara ini akan menembus lapisan dermis di atasnya.
Kemudian sel-sel jaringan mesenkim berdiferensiasi menjadi fibroblast, sel
otot polos, sel endotel kapiler dan adiposit (Javed, 2013).
Pada trimester kedua, tunas epitel sekunder muncul dari indentasi
yang terbentuk pada tunas payudara pertama. Tunas epitel sekunder
berkembang membentuk saluran yang menyatu membentuk tunas sekunder
yang akan berkembang membentuk ductus laktiferus. Ductus laktiferus
tersusun dari dua lapisan yang berfungsi sekretori sementara laposan basal
berdiferensiasi menjadi sel myoepitelial (Javed, 2013).
Pada trimester ketiga, terjadi kanalisasi dari tunas epitel sekunder
hingga berakhir pada suatu struktur lobulus rudimenter atau tunas akhir. Pada
trimester ketiga, ductus laktiferus bermuara pada ampula retroareolar yang

12
menyatu dengan cekungan mamma pada laposan kulit di atasnya. Papilla
mammae digambarkan terbentuk oleh proliferasi lapisan mesoderm yang
distimulasi oleh invaginasi lapisan ectoderm. Papilla mammae terbentuk dari
berkas-berkas bundel otot polos yang tersusun sirkular dan longitudinal.
Areola mammae terbentuk dari lapisan ectoderm pada bulan kelima
kehamilan. Tidak adanya nodul payudara atau tidak adanya sekresi payudara
setelah lahir pada bayi premature yang menunjukkan bahwa kondisi
lingkungan intrauterine sangat penting dalam perkembangan payudara (Javed,
2013).
Akhir masa kehamilan yang normal, terbentuk kira-kira 15-20 lobus
kelenjar dan masing-masing memiliki ductus laktiferus yang bermuara ke
permukaan payudara melalui cekungan mammae. Ligamentum suspensoium
Cooper menjadi penggantung payudara ke fascia muskulus pectoralis mayor
(Javed, 2013).

C. DEFINISI TUMOR PHYLLODES


Tumor Phyllodes merupakan neoplasma fibroepitel yang
mempresentasikan morfologi dari jinak, borderline dan ganas yang ditandai
dengan pembesaran teraba seperti massa yang mobile, dengan konsistensi
keras dan asimetris. Secara histologis tampak menyerupai celah stroma
seperti daun yang dibatasi oleh sel-sel epitel (Tan, 2016).

D. ETIOLOGI TUMOR PHYLLODES


Etiologi tumor Phyllodes terkait genetik tidak diketahui. Namun
peneliti menemukan bahwa induksi stroma pada tumor Phyllodes dapat
terjadi karena peningkatan faktor growth yang dihasilkan oleh epitelium
Payudara. kasus kejadian pada laki-laki ditemukan diduga dikarenakan
imbalans hormonal. Trauma, kehamilan, peningkatan aktivitas estrogen, dan
laktasi dapat diimplikasikan sebagai faktor yang menstimulus pertumbuhan
tumor. Hal ini diperkirakan ditemukan karena endotelin-1 sebagai stimulator

13
pertumbuhan fibroblast payudara yang dapat berkontribusi terjadinya tumor
Phyllodes (Limaiem, 2022).

E. PATOFISIOLOGI
Tumor Phyllodes dimulai dari luar lobulus dan duktus di jaringan ikat
Payudara yang disebut stroma, termasuk ligament dan jaringan lemak yang
mengelilingi lobulus. Tumor Phyllodes juga dapat mengandung sel stroma
meskipun beberapa laporan kasus menjelaskan fibroadenoma yang
berkembang menjadi tumor Phyllodes (Ditsatham, 2019).
Endothelin-1 adalah peptide vasoaktif dan mitogenic termasuk
endotel, otot polos pembuluh darah serta sebagai stimulator pertumbuhan
fibroblast pada payudara. Tumor mengakibatkan jaringan sekitar mengalami
hipoksia maka HIF-1α (Hypoxia inducible factor 1α) menstimulasi VEGF,
ED-1, carbonic anhydrase IX (CAIX) yang berperan untuk memperbaiki
jaringan sekitar yang mengalami hipoksia dengan menstimulasi angiogenesis.
Angiogenesis terjadi untuk memenuhi kebutuhan stromal overgrowth,
selularitas, atypia, mitosis. PDGF (Platelet derived growth factor)
merangsang HIF-1α dan VEGF tanpa tergantung pada keadaan jaringan
sekitar mengalami hipoksia. CD117 dapat memfosoforilasi sisa residu
PDGFR sehingga menstimulasi angiogenesis, kemotaksis dan produksi
matriks. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekspresi tumor Phyllodes
pada CD117 meningkat sesuai dengan peningkatan derajat histopatologi
tumor dan dapat memprediksi berdasarkan peningkatan derajat histopatologi
tumor dan memprediksi rekurensi. CD117 pada GIST menggambarkan
adanya mutasi yang didasari dengan Mekanisme autokrin dan parakrin
(Fatimah, 2016).
Studi terbaru berfokus pada penentuan klasifikasi molekul tumor
Phyllodes. Studi hibridisasi genomic komparatif menunjukkan
ketidakseimbangan kromosom berulang termasuk +1q, -6q, -13q, -9p, -10p,
dan +5p. perubahan genom dilaporkan menyebabkan terbentuknya tumor ini.
Pada data awal dari hibridisasi genomic komparatif array (CGH)

14
menunjukkan delesi interstitial 9p21 yang melibatkan lokus CDKN2A dan
delesi 9p yang terjadi pada tumor ganas dan beberapa tumor Phyllodes
borderline (Tan, 2016).
Pada beberapa penanda imunohistokimia telah diteliti bahwa p53,
KI67, CD117, EGFR, p16 dan VEGF dikaitkan dengan tingkat histologis
tumor Phyllodes. Di antara marker ini, ekspresi p53 dan indeks KI67
dilaporkan dalam beberapa penelitian secara signifikan terkait munculnya
temuan klinis dan angka kekambuhan. Ekspresi PAX3 dan SIX1 dengan
imunihistokimia dan analisis ekspresi gen telah diidentifikasi pada tumor
Phyllodes borderline dan ganas dan berkorelasi dengan hasil klinis yang
buruk (Tan, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah et al ditemukan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara CD117 dan KI-67 pada tumor
Phyllodes dengan nilai P = 0.015. masing-masing memiliki ekspresi yang
berbeda pada tumor Phyllodes dan membantu membedakan antara benign,
borderline, dan maligna (Fatimah, 2016).

F. GAMBARAN KLINIS
Pada pemeriksaan makroskopik, ditemukan massa bertekstur keras,
berbatas tegas dan biasanya bergerak secara bebas. Ketika dilakukan eksisi,
permukaannya berwarna cokelat atau merah muda hingga abu-abu dan
tampak muskulus. Tumor ini adalah tumor yang relatif besar, dengan ukuran
rata-rata 5 cm. Namun, lesi yang > 30 cm pernah dilaporkan. Meskipun tumor
jinak tidak bermetastase, namun mereka memiliki kecenderungan untuk
tumbuh secara agresif dan rekuren secara lokal. Perdarahan atau nekrosis
dapat terjadi pada lesi yang besar. Mirip dengan sarkoma, tumor maligna
bermetastase secara hematogen. Ciri-ciri tumor Phyllodes maligna adalah
tumor maligna berulang terlihat lebih agresif dibandingkan tumor asal, dan
pulmo merupakan organ dengan jangkauan metastase yang paling sering,
diikuti oleh tulang, jantung, dan hati, gejala untuk keterlibatan metastatik

15
dapat timbul mulai dari awal, beberapa bulan hingga bertahun-tahun setelah
terapi awal (Testori, 2015).

Gambar 2.7 Tumor Phyllodes (A) dengan gambaran stroma padat dan celah
menyilang yang menggambarkan benign (B) tumor lobulated (C) pada irisan
tampak kistik, cleft dan tumor berbatas tegas yang menandakan malignansi
(D) nekrosis pada tanda panah dan permukaan fleshy yang menandakan
malignansi (Rosen, 2014)

G. DASAR DIAGNOSIS
1. Anamnesa (Limaiem, 2022)
a. Pasien sering datang dengan massa pada payudara, padat, bergerak,
dan berbatas jelas dan tidak nyeri dengan ukuran 1-45 cm dan
dapat mengenai keseluruhan Payudara.
b. Discharge berupa darah keluar dari nipple karena infark spontan
dari tumor
c. Massa kecil dapat berkembang cepat ukurannya dalam beberapa
minggu sebelum pasien mencari perhatian medis
d. Retraksi nipple dan ulserasi jarang ditemukan

16
e. Meskipun terdapat limfadenopati aksilaris sering ditemukan,
metastasis nodus dapat terjadi.

2. Pemeriksaan fisik (Limaiem, 2022)


a. Adanya massa Payudara yang padat, mobile dan berbatas tegas
b. Tumor cenderung melibatkan payudara sinistra lebih sering
dibandingkan Payudara dekstra
c. Di permukaan kulit terlihat mengkilap dan cukup translusen
sehingga terlihat vena payudara yang mendasarinya
d. Temuan fisik jika pada massa mobile dengan batas tegas, similar
dengan fibroadenoma
e. Tumor Phyllodes dapat bermanifestasi sebagai massa lebih besar
dan memperlihatkan pertumbuhan yang cepat
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Belum ada marker tumor secara hematologik yang dapat digunakan
untuk mendiagnosa tumor Phyllodes (Ditsatham, 2019).
b. Pemeriksaan Radiologi
Pada mammogram, tumor Phyllodes memiliki tepi yang berbatas
jelas dan terlihat radioopak. Baik  mammogram
maupun ultrasonografi (USG) payudara  dapat membedakan secara
jelas antara fibroadenoma dan Phyllodes jinak atau tumor ganas.
Jenis tumor Payudara ini biasanya tidak ditemukan di dekat mikro
kalsifikasi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) payudara dapat
membantu dalam tindakan operasi pengangkatan jaringan tumor
Phyllodes. MRI memberikan gambaran yang lebih akurat daripada
USG dan dapat membantu ahli bedah tumor dalam menjalankan
rencana operasi (Ditsatham, 2019).

17
Gambar 2.8 Gambaran Mammogram dan Ultrasonografi yang
menunjukkan tumor Phyllodes berlobus besar (Ditsatham, 2019) 

Gambar 2.9 Gambaran Mammogram Tumor Phyllodes (Mishra,


2013)
c. Biopsi
Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) dalam pemeriksaan sitologi
pada umumnya tidak cukup memadai untuk diagnosis tumor

18
Phyllodes. Biopsi jarum lebih dapat dipercaya, namun masih bisa
terdapat kesalahan pengambilan sampel dan kesulitan dalam
membedakan lesi dari sebuah fibroadenoma. Biopsi Payudara eksisi
terbuka untuk lesi lebih kecil atau biopsi insisional untuk lesi lebih
besar adalah metode pasti untuk mendiagnosis tumor Phyllodes.
Sel-sel dari biopsi jarum dapat diuji di laboratorium tapi jarang
memberikan diagnosis yang jelas, karena sel-sel dapat menyerupai
karsinoma dan fibroadenoma (Tan, 2016).

d. Temuan histopatologi

Gambar 2.10 Gambaran Histopatologi Tumor Phyllodes Jinak (Tan,


2016)

19
Gambar 2.10 Gambaran Histopatologi Tumor Phyllodes Borderline
(Tan, 2016)

Gambar 2.11 Gambaran Histopatologi Tumor Phyllodes Maligna (Tan, 2016)


Pada tumor Phyllodes jinak, varietas terdiri 60-75% dari semua tumor
Phyllodes. Pada stase ini, stroma lebih seluler daripada fibroadenoma. Inti
stroma sel homogen dan mitosis jarang terjadi. Margin biasanya dibatasi
dengan baik dan terdorong. Pada tumor Phyllodes borderline, memiliki
aktivitas mitosis yang tinggi, selularitas stroma sedang, batas invasive yang
terbatas dan fokal, dan atypia stroma. Pertumbuhan stroma berlebihan sering
tidak ada. Pada tumor Phyllodes ganas, terdapat kombinasi pleomorfisme
nucleus sel stroma, pertumbuhan stroma berlebih terjadi karena tidak adanya
elemen epitel dalam satu bidang mikroskopis yang hanya mengandung
stroma, peningkatan mitosis, peningkatan stroma selularitas yang biasanya
difus, dan perbatasan infiltrative (Tan, 2016).
Sementara diagnosis tumor Phyllodes ditegakkan berdasarkan diagnosis
histopatologik dari bahan operasi (Simple mastectomy, modified radical
mastectomy/ MRM) yang memenuhi kriteria WHO, yaitu (Fatimah, 2016):
1. Adanya proliferasi stromal
2. Dilatasi ductus intrakanalikuler sehingga membentuk gambaran
leaf like appearance
3. Didapatkan adanya komponen epithelial (sel luminal maupun
mioepitelial).

20
H. DIAGNOSIS BANDING
1. Fibroadenoma Payudara
2. Karsinoma Payudara
3. Tumor Stromal Periduktal
4. Karsinoma metaplastik

I. PENATALAKSANAAN
Tumor Phyllodes jinak dapat dilakukan eksisi luas. Begitu pun pada
borderline dan maligna. Namun pada kasus maligna, dari 37 kasus, 8 kasus
dilakukan eksisi luas, 13 kasus dilakukan mastektomi, dan 16 kasus dilakukan
eksisi luas dilanjutkan mastektomi. Batas margin untuk dilakukan eksisi
adalah sekurang-kurangnya 1 cm dari tumor untuk mencegah kekambuhan
meskipun beberapa studi menyatakan bahwa eksisi margin tidak
mempengaruhi angka kekambuhan (Rosenberger, 2020).
Radioterapi dilakukan pada tumor Phyllodes maligna dan ebebrapa
kasus borderline. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ditsatham, dilakukan
radioterapi pada 23 kasus yang terdiri 5 kasus borderline dan 19 maligna.
Meskipun adjuvant radioterapi pada kasus tumor Phyllodes masih
kontroversial, National Comprehensive Cancer Network (NCCN) dan
beberapa studi lainnya menyarankan untuk dilakukan adjuvant radioterapi
pada kasus tumor Phyllodes yang sering kambuh meskipun sudah dilakukan
pembedahan. Meskipun begitu, radioterapi tidak berkaitan dengan angka
harapan hidup dan bebas tumor (Rosenberger, 2020).

21
Gambar 2.12 Pengobatan Pada Pasien dengan Tumor Phyllodes yang
Terindikasi Radioterapi (Rosenberger, 2020)

J. KOMPLIKASI
Seperti kebanyakan operasi Payudara, komplikasi paska operasi dari
penatalaksanaan bedah tumor Phyllodes termasuk berikut ini:
 Infeksi
 Pembentukan seroma
 Rekurensi lokal dan/atau jauh

K. PROGNOSIS
1. Meskipun tumor Phyllodes dianggap sebagai tumor jinak secara klinis,
kemungkinan untuk rekurensi lokal setelah eksisi dapat terjadi, khususnya
pada lesi yang terindikasi secara histologi maligna.
2. Metastasis terbanyak diamati pada paru, mediastinum dan tulang.

22
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Tumor Phyllodes adalah tumor dengan tipe neoplasma fibroepitel
langka pada sekitar 0.5% dari angka kejadian neoplasma Payudara yang
timbul dari stroma intralobular Payudara. Tumor ini ditandai dengan
pembesaran yang cukup progresif dengan massa mobile, konsistensi keras
serta asimetris. Secara histologis tampak celah stroma yang berbentuk seperti
daun yang dibatasi oleh sel epitel. Tumor ini dibagi menjadi tumor jinak,
borderline, dan maligna namun secara epidemiologi umumnya bersifat jinak.
Diagnosis pasti dari tumor Phyllodes dilakukan dengan pemeriksaan
histopatologi. Pemeriksaan radiologi seperti mammografi, USG, dan MRI
dapat menunjang diagnosis tumor Phyllodes dan membedakannya dengan
tumor lain. Penatalaksanaan tumor Phyllodes adalah dengan eksisi luas
ataupun dengan mastektomi (radikal/parsial) untuk kasus yang rekuren dan
pemberian radioterapi pada beberapa kasus borderline dan malignan.

B. SARAN
Kemampuan anamnesis yang baik dan pemeriksaan fisik yang baik
dari seorang dokter dapat menskrining keluhan benjolan pada pasien terkait
tumor Phyllodes. Pemilihan pemeriksaan penunjang yang tepat juga harus
dimiliki, karena diagnosis yang tepat dapat menentukan prognosis tumor
payudara.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ditsatham C, Wilaiwan C. Phyllodes tumor of the breast: diagnosis, management


and outcome during a 10-year experience. Cancer Management and
research 2019: 11 7805-7811
Fatimah, Fetty. 2016. Ekspresi CD117 dan Ki-67 pada Tumor Phyllodes Benign,
Borderline, dan Malignant. Surabaya: Universitas Airlangga
Javed, A., Ltief, A. 2013. Development of the Human Breast. Semin Plast Surg
27: 5-12.
Khan YS, Sajjad H. Anatomy, Thorax, Mammary Gland. [Updated 2022 Jul 25].
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022
Jan. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK547666/
Limaiem F, Kashyap S. Phyllodes Tumor Of The Breast. [Updated 2022 Sep 26].
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541138/
Mishra SP, Tiwary SK, Mishra M, Khanna AK. Phyllodes tumor of breast: a
review article. ISRN Surg. 2013;2013:361469. doi: 10.1155/2013/361469.
Epub 2013 Mar 20. PMID: 23577269; PMCID: PMC3615633.
Netter, FH. 2016. Atlas Anatomi Manusia Edisi Keenam. Singapore: Elsevier.
Pillay J, Davis TJ. Physiology, Lactation. [Updated 2022 Jul 18]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499981/
Rosen, PP. 2014. Rosen’s Breast Pathology 4th ed. USA: Lippincott Williams &
Wilkins.
Rosenberger LH, Samantha MT, et al. Contemporary Multi-Institutional Cohort of
550 Cases of Phyllodes Tumors (2007-2017) Demonstrates a Need for
More Individualized Margin Guidelines. 2020 J Clin Oncol 39: 178-189
Samavat H, Kurzer MS (2015). Estrogen metabolism and breast cancer, Cancer
Letters. Elsevier Ireland Ltd, 356(2), pp. 231–243
Tan BY, Acs G, Apple SK, Badve S, Bleiweiss IJ, Brogi E, Calvo JP, Dabbs DJ,
Ellis IO, Eusebi V, Farshid G, Fox SB, Ichihara S, Lakhani SR, Rakha EA,
Reis-Filho JS, Richardson AL, Sahin A, Schmitt FC, Schnitt SJ,
Siziopikou KP, Soares FA, Tse GM, Vincent-Salomon A, Tan PH.
Phyllodes tumours of the breast: a consensus review. Histopathology. 2016
Jan; 68(1):5-21. doi: 10.1111/his.12876. PMID: 26768026; PMCID:
PMC5027876.
Testori, A., Meroni, S., Errico, V. et al. Huge malignant phyllodes breast tumor: a
real entity in a new era of early breast cancer. World J Surg Onc 13, 81
(2015). https://doi.org/10.1186/s12957-015-0508-7
Warjianto, Widyanti S, Untung A, Hari W. Hubungan Reseptor Estrogen,
Reseptor Progesteron dan Ekspresi Her-2/ Neu Dengan Grading
Histopatologi pada Pasien Kanker Payudara di RSUD dr. Moewardi
Surakarta. S Med Jour 2020; 3 (2): 96-104. Doi: 10.13057/smj.v3il.35228

24
25

Anda mungkin juga menyukai