Anda di halaman 1dari 34

MK : Keperawatan Medikal Bedah Lanjut II

Dosen : Prof. Dr. Elly L Sjattar., S.Kp., M. Kes

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PASIEN


DENGAN FIBROSARKOMA

OLEH:
KELOMPOK VI

AMRI RAHMAN R012221018


ASRI WAHYUNI A. R012221027
NASRAWATI P R012221005
RATNA YUNITA R012221015

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunianya jualah sehingga kami diberi kesehatan dan
kemampuan untuk dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah tentang
fibrosarkoma makalah ini dibuat untuk memenuhi penugasan mata ajar
Keperawatan Medikal Bedah Lanjut II Program Magister Ilmu Keperawatan
peminatan Keperawatan Medikal Bedah. Penugasan ini bertujuan untuk
membantu kami para mahasiswa agar mengetahui asuhan keperawatan pada
pasien dengan fibrosarkoma.
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, untuk
itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk membantu
menyempurnakan isi makalah ini. Tak lupa pula kami haturkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu memberikan motivasi kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Harapan kami, semoga
makalah ini bermanfaat dalam proses pembelajaran untuk mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah Lanjut I dan khusunya bagi kami selaku penyusun
makalah.

Makassar, Mei 2023

Kelompok Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................................1
B. Tujuan penulisan..................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi................................................................................................3
B. Etiologi................................................................................................3
C. Manifestasi klinis.................................................................................4
D. Anatomi dan fisiologis.........................................................................5
E. Patofisiologi.........................................................................................6
F. Penatalaksanaan Medis........................................................................7
G. Komplikasi...........................................................................................7
H. Prognosis..............................................................................................8
I. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................8
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Penerapan Teori Keperawatan............................................................10
1. Pengamatan kasus.........................................................................10
B. Pengkajian keperawatan menurut teori self care dorothea orem........11
C. Analisa data.........................................................................................14
D. Web of Caoution (WoC)/ Pathoflow...................................................17
E. Prioritas Diagnosis Keperawatan........................................................18
F. Luaran dan Intervensi Kepereawatan Kasus Fibrosarkoma...............19
G. Rehabilitasi Terkait Kasus..................................................................24
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................25
BAB V PENUTUP.........................................................................................27
A. Kesimpulan.........................................................................................27
B. Rekomendasi.......................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang


merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok,
atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. Ilmu keperawatan memandang
bahwa keperawatan merupakan cabang ilmu yang mampu membantu klien
menyembuhkan, meningkatkan, mencegah, dan mempertahankan
kesehatannya.

Kanker peringkat sebagai penyebab utama kematian dan penghalang


penting untuk meningkatkan harapan hidup di setiap negara di dunia. Di
seluruh dunia, diperkirakan 19,3 juta kasus kanker baru (18,1 juta tidak
termasuk kanker kulit nonmelanoma) dan hampir 10,0 juta kematian akibat
kanker (9,9 juta tidak termasuk kanker kulit nonmelanoma) terjadi pada tahun
2020. Kanker payudara wanita telah melampaui kanker paru-paru sebagai
kanker yang paling sering didiagnosis, dengan diperkirakan 2,3 juta kasus baru
(11,7%), diikuti oleh kanker paru-paru (11,4%), kolorektal (10,0%), prostat
(7,3%), dan perut (5,6%). Kanker paru-paru tetap menjadi penyebab utama
kematian akibat kanker, dengan perkiraan 1,8 juta kematian (18%), diikuti oleh
kanker kolorektal (9,4%), hati (8,3%), perut (7,7%), dan payudara wanita
(6,9%), Menonjolnya kanker yang meningkat sebagai penyebab utama
kematian sebagian mencerminkan penurunan tajam angka kematian akibat
stroke dan penyakit jantung koroner, relatif terhadap kanker, di banyak negara
(Sung et al., 2021)

1
Fibrosarkoma adalah merupakan tumor ganas langka yang berasal dari
sel – sel masenkim, ditandai dengan fibroblas berbentuk spindle yang
ditransformasikan secara patologis dengan tingkat pembelahan sel yang sangat
tinggi.Pembelahan sel yang tidak terkontrol dapat menyerang jaringan local
serta dapat bermetastase ke bagian tubuh lainSedangkan pada anak-anak, yang
paling sering adalah infantile fibrosarcoma, dimana sarcoma jaringan lunak ini
muncul pada tahun pertama kehidupan. Tumor jaringan lunak ini bisa terjadi di
seluruh tubuh; Namun, mayoritas (60%) terjadi pada ekstremitas (Rengkung et
al., 2020)

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mengetahui konsep dasar fibrosarkoma
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi fibrosarkoma
b. Untuk mengetahui etiologi fibrosarkoma
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis fibrosarkoma
d. Untuk mengetahui patofisiologi fibrosarkoma
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan fibrosarkoma
f. Untuk mengetahui pengobatan fibrosarkoma
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang fibrosarkoma
h. Untuk mengetahui komplikasi fibrosarkoma
i. Untuk mengetahui prognosis fibrosarkoma

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
Fibrosarkoma adalah merupakan tumor ganas langka yang berasal
dari sel – sel masenkim, ditandai dengan fibroblas berbentuk spindle yang
ditransformasikan secara patologis dengan tingkat pembelahan sel yang
sangat tinggi.Pembelahan sel yang tidak terkontrol dapat menyerang
jaringan local serta dapat bermetastase ke bagian tubuh lain Sedangkan
pada anak-anak, yang paling sering adalah infantile fibrosarcoma, dimana
sarcoma jaringan lunak ini muncul pada tahun pertama kehidupan. Tumor
jaringan lunak ini bisa terjadi di seluruh tubuh; Namun, mayoritas (60%)
terjadi pada ekstremitas (Rengkung et al., 2020).

B. Etiologi
Penyebab pasti dari fibrosarkoma belum diketahui, namun ada
beberapa faktor yang sering berkontribusi seperti faktor radiasi yang
menyebabkan adanya perubahan genetik oleh karena hilangnya
alel, poin mutasi, dan translokasi kromosom. Selain beberapa
penyebab di atas, fraktur tulang, penyakit paget, dan operasi patah
tulang juga dapat menimbulkan fibrosarkoma sekunder. Fibrosarkoma
merupakan keganasan yang sering terjadi terutama akibat paparan
radiasi. Sebagian besar kasus mengenai usia diantaran 30-50 tahun dengan
proporsi jumlah laki-laki yang lebih dominan terkena. Seseorang dengan
riwayat infark tulang atau iradiasi merupakan faktor risiko pada
fibrosarkoma sekunder. Fibrosarkoma pada grade yang tinggi merupakan
faktor risiko yang signifikan untuk terjadi metastasis dan kekambuhan
lokal (Augsburger et al., 2017).

3
C. Manifestasi klinis
Gejala pada fibrosarkoma pada awal mulanya sering tidak tampak
atau tanpa dirasakan adanya nyeri. Biasanya tumor baru tampak setelah
timbul gejala dan teraba suatu benjolan. Pada lesi yang besar terjadi
peregangan pada kulit dan nampak mengkilat berwarna keunguan. Pada
massa yang sangat besar terjadi pelebaran pembuluh darah vena. Tanda
dan gejala pada fibrosarkoma sulit dibedakan dari tumor lainnya
sehingga diperlukan pemerikasaan jaringan dengan mikroskop
sehingga di dapatkan grade dan staging dari fibrosarkoma (Augsburger et
al., 2017).
Fibrosarkoma tidak mempunyai sifat klinis spesifik, biasanya
teraba massa solid, 3 - 8 cm, berbatas tegas pada tumor yang masih kecil.,
namun pada tumor yang sudah besar batasnya tidak tegas, tumbuhnya
lambat, seringkali tidak nyeri, terjadi di semua bagian tubuh yang
mengandung jaringan ikat, paling sering pada paha dan lutut, usia 40-an.
Fibrosarkoma tulang timbul gejala nyeri dan bengkak setelah diderita
sekian lama, tumbuh cukup besar merusak struktur tulang dan
menyebabkan fraktur patologis, umumnya melibatkan kortek tulang.
Riwayat infark tulang, radiasi atau faktor resiko lain, mengingatkan dokter
adanya fibrosarkoma tulang sekunder. Fibrosarkoma tulang paling sering
timbul di sekitar lutut dan femur distal.Tidak ada tanda sistemik kecuali
penurunan berat badan
Fibrosarkoma umumnya mempunyai gambaran histologi pola
pertumbuhan fasikulasi teratur, sel-sel bentuk spindle atau fusiform yang
sedikit bervariasi ukuran dan bentuknya, dipisahkan oleh serat-serat
kolagen yang saling terjalin paralel.Metastasis hampir pasti hematogen,
sering mengenai paru, tulang dan hati. Bila didapatkan tumor di lokasi lain
harus dipikirkan suatu metastasis sebab tidak ada catatan kejadian
fibrosarkoma di beberapa lokasi pada satu penderita. Metastasis ditemukan
dalam 2-22 tahun pertama,sehingga follow-up cuma 5 tahun rasanya

4
terlalu pendek. Metastasis KGB sekitar 5% sedangkan metastasis pada
paru, hati dan tulang sekitar 50%.

D. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Fibrosarkoma terdiri dari sel-sel ganas yang tumbuh dan
berkembang di dalam jaringan ikat. Sel-sel ini memiliki kemampuan
untuk menyebar ke jaringan dan organ yang berdekatan (invasi) dan
bahkan ke bagian tubuh yang jauh dari tempat asalnya (metastasis).
Menurut American Cancer Society Fibrosarkoma dapat menyebar ke
jaringan dan organ lain dalam tubuh melalui invasi dan metastasis dan
hal ini sering kali terjadi pada tahap penyakit yang lebih lanjut.
Fibrosarkoma biasanya terlihat sebagai massa yang keras dan tidak
bergerak di bawah kulit atau jaringan di sekitarnya. Pada kasus tumor
di dalam tulang, fibrosarkoma dapat mempengaruhi kekuatan tulang
dan menyebabkan patah tulang. Dikutip dari laman American Cancer
Sosiety, Fibrosarkoma dapat tumbuh di dalam tulang dan
menyebabkan kerusakan struktural pada tulang yang dapat
mempengaruhi kekuatan tulang dan meningkatkan risiko patah tulang.
b. Fisiologi
Fibrosarkoma berasal dari mutasi genetik pada sel-sel jaringan ikat.
Sel-sel ini menjadi ganas dan terus berkembang biak dengan tidak
terkendali. Faktor risiko yang dapat mempengaruhi perkembangan
fibrosarkoma termasuk paparan radiasi, adanya kelainan genetik, dan
sejumlah faktor lingkungan. Fibrosarkoma memiliki beberapa tipe,
antara lain:
1) Fibrosarkoma pleomorfik: tumor ini memiliki sel-sel yang
berbeda-beda ukurannya dan bentuknya.
2) Fibrosarkoma dermatofibrosarkoma protuberans: tumor ini
terutama terjadi di kulit dan sering kali tumbuh secara perlahan
selama bertahun-tahun.

5
3) Fibrosarkoma inti saraf: tumor ini terjadi di sekitar saraf dan dapat
menyebabkan tekanan pada saraf

E. Patofisiologi
Fibrosarkoma dapat terjadi akibat pengaruh paparan radiasi dari
lingkungan yang mengakibatkan terjadinya translokasi kromosom
pada sekitar 90% kasus. x-radiation dan gamma radiation paling
berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan. Ionisasi radiasi
menyebabkan terjadinya perubahan genetik yang meliputi mutasi gen,
mutasi mini-satelit ( perubahan jumlah DNA sequences), formasi
mikronukleus ( tanda kehilangan atau kerusakan romosom), aberasi
kromosomal (struktur dan jumlahnya), perubahan ploidi (jumlah dan
susunan kromosom), DNA stand breaks dan instabilitas kromosom.
Ionisasi radiasi mempengaruhi semua fase dalam siklus sel,
namun fase G2 merupakan yang paling sensitif. Sepanjang hidup sel pada
sumsum tulang, mukosa usus, epitelium testikular seminuferus, folikel
ovarium rentan mengalami trauma dan sebagai akibatnya akan selalu
mengalami proses mitosis. Radiasi selama proses mitosis
mengakibatkan aberasi kromosomal. Tingkat kerusakan bergantung
pada intensitas, durasi, dan kumulatif dari radiasi. DNA dapat
mengalami kerusakan secara langsung maupun tidak langsung melalui
interaksi dengan reactive products yang berupa radikal bebas. Pengamatan
terhadap kerusakan DNA diduga sebagai hasil perbaikan DNA atau
sebagai akibat dari replikasi yang salah. Perubahan ekspresi gen memicu
timbulnya suatu tumor. Sebagai akibat paparan x-radiation dan gamma
radiation sangat kuat berkorelasi terhadap timbulnya keganasan atau
kanker. Kerusakan DNA yang dimanifestasikan dalam bentuk
translokasi kromosom gene COL1A1 pada kromosom 17 dan gen platelet-
derived growth factor B pada kromosom mengakibatkan terjadinya
keganasan pada jaringan fibrous. Perubahan fibrosarkoma dicirikan

6
dengan pertumbuhan pola herringbone yang nampak pada klasik
fibrosarkoma (Augsburger et al., 2017).
F. Penatalaksanaan Medis
Surgical resection dengan wide margins adalah penatalaksanaan yang
biasa dilakukan. Pada fibrosarkoma dengan low grade operasi biasanya
adekuat, meskipun kekambuhan lokal terjadi dalam 11% pada pasien.
Sedangkan pada fibrosarkoma dengan high grade sering membutuhkan
preoperatif atau anjuvant chemotherapi setelah operasi untuk memenuhi
kelangsungan hidup. Kemoterapi merupakan hal yang kontroversial
namun kemoterapi baik digunakan dalam lesi tulang. Dalam
penatalaksanaan fibrosarkoma pada ekstremitas kadang diperlukan
amputasi untuk menciptakan margin yang aman tetapi dengan
pertimbangan berupa :
1) Massa jaringan lunak luas dan atau dengan adanya keterlibatan kulit
2) Keterlibatan arteri atau nervus utama
3) Keterlibatan tulang yang luas yang mengharuskan whole bone resection
4) Rekuren tumor yang sebelumnya sudah di radiasi adjuvant.
Pendekatan baru pada fibrosarkoma yaitu pengangkatan dengan
pembedahan dengan mengisolasi dan disambung ke sirkuit ekstrakorporal
dengan pengaturan suhu dan oksigenasi. (Reeves, 2001).

G. Komplikasi
Karena pengobatan utama fibrosarcoma adalah pembedahan,
komplikasinya sama seperti pembedahan lainnya dan termasuk infeksi,
perdarahan, kerusakan jaringan atau struktur di sekitarnya, dan bahkan
kematian. Terapi radiasi adjuvant selanjutnya dapat meningkatkan
komplikasi potensial seperti fibrosis lokal atau peningkatan risiko infeksi
luka. Dalam kasus fibrosarcomas stadium tinggi, kemoterapi dapat
digunakan. Setiap agen kemoterapi membawa profil risikonya sendiri,
tetapi doksorubisin, yang merupakan pengobatan utama, secara klasik

7
dikaitkan dengan peningkatan risiko kardiomiopati dilatasi. (Choi et al.,
2018)

H. Prognosis
Seperti dibahas di atas, 80% dari fibrosarcoma dewasa ditentukan
menjadi bermutu tinggi (Kelas 2 atau 3). Selanjutnya, 25% dari lesi tingkat
rendah yang tersisa berkembang menjadi kekambuhan lokal sarkoma
tingkat tinggi. Tumor ini agresif dengan banyak kekambuhan lokal serta
metastasis getah bening dan parenkim. Kelangsungan hidup fibrosarcomas
dewasa adalah <70% pada dua tahun, dan <55% pada lima tahun. (Donald
D. Davis, Samad J. Shah, 2021).

I. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Rontgen
Pada foto rontgen biasanya tampak massa isodens berlatar belakang
bayangan otot. Selain itu juga bisa menunjukkan reaksi tulang akibat
invasi tumor jaringan lunak seperti destruksi, reaksi periosteal atau
remodeling tulang.
b. Ultrasonograf
Pada pemeriksaan tumor jaringan lunak, ultrasonografi memiliki
duaperan utama yaitu dapat membedakan tumor kistik atau padat
dan mengukur besarnya tumor
c. CT-scan
Pada kasus fibrosarkoma pemeriksaan CT-scan biasanya
digunakan untuk mendeteksi klasifikasi dan osifikasi serta
melihat metastasetumor di tempat lain
d. MRI
MRI merupakan modalitas diagnostik terbaik untuk mendeteksi,
karakterisasi, dan menentukan stadium tumor. MRI mampu
membedakan jaringan tumor dengan otot di sekitarnya dan
dapat menilai bagian yang terkena pada komponen

8
neurovaskuler yang penting dalam limb salvage surgery. MRI juga
bisa digunakan untuk mengarahkan biopsi, merencanakan teknik
operasi, mengevaluasi respon kemoterapi, penentuan ulang
stadium, dan evaluasi jangka panjang terjadinya kekambuhan lokal.
e. Histopatologi
Pemerikaan histopatologi dilakukan dengan melakukan biopsi.
Biopsi terbuka meliputi incisi dan eksisi. Incisi dilakukan bila ukuran
tumor lebih dari 3cm sementara pemeriksaan eksisi dilakukan jika
ukuran tumor kurang dari 3cm. Biopsi tertutup meliputi core biopsy /
Tru-cutbiopsy dan biopsi aspirasi jarum halus (S.P. Meyers. Stuttgart,
2009).

9
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Penerapan Teori Keperawatan

1. Pengamatan kasus
Seorang pasien Tn. “M ” 58 tahun masuk RS dengan keluhan
benjolan pada lengan atas sebelah kiri yang dirasakan sejak 6 bulan
yang lalu, benjolan tersebut membesar secara perlahan dan semakin
cepat dalam waktu 4 bulan terakhir. Awalnya benjolan sebesar biji
kacang pasien belum merasakan adanya nyeri, namun ketika benjolan
tersebut membesar pasien sudah merasakan tidak nyaman karena sudah
muncul nyeri dan bahkan tidur terganggu karena nyeri, nyeri sedang
dengan skala 5-6 terutama bila digerakkan dan bahkan terasa kram dan
kesemutan sepanjang tangan kiri. Pasien juga mengatakan sempat
mengalami demam 5 hari lalu dan hanya mengkonsumsi obat
paracetamol yang dibeli di apotek. Pasien sebelumnya pernah
mengalami keluhan yang sama 10 tahun yang lalu dan riwayat operasi
pengangkatan benjolan yang sama ditempat yang sama dan almarhum
ayah pasien juga mengalami benjolan yang bertumbuh cepat pada
bagian punggung namun tidak dioperasi.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik, diperoleh data : kesadaran
compos mentis, pasien tampak cemas dan tegang, pasien tampak
bertanya-tanya tentang rencana operasinya. BP : 120/80mmHg, HR:
115x/menit, RR:24x/menit, S: 39,20C, Spo2:98% , tampak massa pada
deltoid kiri pasien, saat dipalpasi teraba massa padat, tidak tampak
kemerahan, sulit digerakkan dan pasien merasa nyeri saat ditekan dan
tampak meringis kesakitan, hasil lab: wbc : 12x103/µL, RBC :
5x106/µL, HB : 14,7 g/dL, plt : 268x103/µL, hasil FNAB : tampak
spindle cell tumor(suspek fibrous tumor) belum menyingkirkan

10
malignancy, histopatologi : fibrosarcoma soft tissue low grade, pasien
direncanakan untuk operasi namun pasien masih berpikir-pikir. Saat ini
pasien mendapatkan terapi inful RL 22 tpm/IV, ceftriaksone 2gr/24
jam/IV, PCT 1 gr/12jam/IV (jika demam), ketorolac 30mg/8jam,
ranitidine 50mg/jam/IV.

B. Pengkajian Keperawatan Menurut Teori Self Care Dorothea Orem


1. Basic Conditioning factor
Nama : Tn. M
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMP
Alamat : Ternate
Status perkawinan : Sudah Menikah
Suku : Ternate
Tanggal MRS : 12 April 2023
Tanggal Pengkajian : 14 April 2023
Diagnosa medik : Fibrosarkoma
2. Riwayat Penyakit
a) Keluhan Utama : Nyeri
b) Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan benjolan
pada lengan atas sebelah kiri sejak 6 bulan yang lalu, benjolan
membesar secara perlahan dan semakin besar dalam waktu 4
bulan terakhir. Awalnya benjolan sebesar biji kacang, pasien
belum merasakan sakit, namun ketika benjolan tersebut
membesar pasien sudah merasakan tidak nyaman sehingga
keluarga membawa pasien ke Rumah sakit.
c) Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat operasi pengangkatan
tumor 10 thn lalu ditempat yang sama

11
d) Riwayat Penyakit Keluarga : Alm. Ayah pasien juga
mengalami benjolan yang bertumbuh cepat pada bagian
punggung namun tidak dioperasi
3. Universal Self Care Requisites
a) Kebutuhan Oksigen
1) Sebelum Sakit
Pasien mengatakan dapat bernafas tanpa bantuan alat
pernafasan
2) Sejak Sakit
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sesak masih
bisa melakukan aktivtas sehari-sehari
b) Kebutuhan Cairan
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan minum air putih ± 500-1000 ml/hari dan
setiap hari
2) Sejak Sakit
Pasien mengatakan selama sakit tidak ada perubahan dalam
mnegkonsumsi air putih. Suhu: 39.20C, membrane mukosa
kering, kulit teraba kering. Hasil pemeriksaan Laboratorium:
WBC: 12x103/µl, RBC : 5x106/ µl trombosit 268x103/ µl,
HGB: 14,7 g/dL.
c) Kebutuhan Nutrisi
1) Sebelum Sakit
Pasien mengatakan makan 3x sehari dengan menu nasi,
sayur, lauk pauk dan kadang makan buah pisang/papaya.
2) Sejak Sakit
Pasien mengatakan tidak ada perubahan pola makan selama
sakit
d) Kebutuhan Eliminasi
1) Sebelum Sakit

12
Pasien mengatakan BAB 1-2x sehari dengan konsitensi
lunak, dan berwarna kuning kecoklatan sedangkan BAK 4-5
kali dalam sehari, berwarna kuning jernih dan berbau
amoniak.
2) Sejak sakit
Pola defekasi 1x/2hr. warna kuning kecoklatan dan lunak.
Pola BAK sama seperti sebelum sakit, warna kuning jernih
dan berbau amoniak
e) Kebutuhan aktivitas dan istirahat
1) Sebelum Sakit
Pasien mengatakan aktivitas sehari-hari hanya bekerja di
kebun. Pasien mengatakan tidak pernah olahraga dan istirahat
tidur 6-8 jam/hari.
2) Sejak Sakit
ADL pasien dibantu oleh keluarga karena sulit menggerakkan
lengan kiri , terutama saat benjolan sudah membesar dan
disertai nyeri.
f) Interaksi Sosial
Pasien mengatakan selama sakit pasien tinggal bersama anak
dan menantu pasien beserta cucu pasien 2 orang yang sudah
remaja dan dewasa. Interaksi/komunikasi dengan anak,
menantu, cucu, tetangga dan keluarga lainnya baik, pasien
sangat kooperatif dan mampu berinteraksi baik dengan petugas
Kesehatan. Keluarga pasien selalu memberikan dukungan
terhadap penatalaksanaan pengobatan pasien.
4. Development Self Care Requisites
Pasien tinggal dengan anak, menantu dan 2 orang cucu, perawatan
pasien selama di rumah dilakukan oleh anak, menantu dan cucu.
Keluarga tidak mengerti dan belum mampu melakukan perawatan di
rumah dan belum paham terkait pentingnya deteksi dini dengan cara
kontrol ke pusat pelayanan kesehatan. Pasien dapat berinterksi

13
dengan baik dengan lingkungan yaitu dengan keluarga, tetangga di
rumah, petugas kesehatan. Kebutuhan pengajaran sebelum pulang
yaitu pengaturan diet, minum obat sesuai anjuran dokter, mobilisasi
dini, perawatan luka dan rajin kontrol ke pusat pelayanan kesehatan
terdekat. Hambatan untuk melakukan tindakan preventif: kontrol ke
pusat pelayanan kesehatan.
5. Health Self Care requisites
Pasien mengatakan tidak kontrol kepusat pelayanan Kesehatan karena
pasien belum paham tentang deteksi dini. Pasien mengatakan tidak
langsung ke RS waktu benjolan Kembali muncul karena takut jika ke
Rs akan dianjurkan lagi untuk operasi.
hasil laboratorium : hasil lab: wbc : 12x103/µL, RBC : 5x106/µL, HB
:14,7 g/dL, plt : 268x103/µL, FNAB : tampak spindle cell tumor(suspek
fibrous tumor) belum menyingkirkan malignancy, histopatologi :
fibrosarcoma soft tissue low grade, pasien direncanakan untuk operasi
namun pasien masih berpikir-pikir. Saat ini pasien mendapatkan terapi
infulsRL 22 tpm/IV, ceftriaksone 2 gr/24 jam/IV, PCT 1 gr/12jam/IV
(jika demam), ketorolac 30mg/8jam, ranitidine 50mg/jam/IV.

C. Analisa data kasus fibrosarkoma


No Data focus Masalah Etiologi
1 Data subjektif Nyeri kronis Kondisi
- Pasien mengatakan nyeri (SDKI D. 0078, muskoloskeletal
skala nyeri 5-6 NRS hal:174) kronik
terutama bila digerakkan
- Pasien mengatakan rasa
kram sepanjang lengan
- Pasien mengatakan tidur
terganggung karena nyeri
Data objektif
- pasien merasa nyeri saat

14
ditekan dan tampak
meringis kesakitan
- Skala nyeri NRS = 6
- TTV:
BP: 120/80mmHg,
HR: 115x/menit,
RR:24x/menit,
S: 39.20C,
spo2:98%

2 Data subjektif Hipertermi Proses penyakit


- Pasien mengatakan (SDKI D.0130,
demam dirumah 5 hari hal 284)
Data objektif
- Kulit teraba hangat
- TTV:
BP: 120/80mmHg,
HR: 115x/menit,
RR:24 x/menit,
S: 39.20C,
spo2:98%
- Hasil lab :
wbc : 12x103/µL,
RBC: 5x106/µL,
HB: 14,7 g/dL,
Plt: 268x103/µL
3 Data subjektif Ansietas Kurang terpapar
- Pasien mengatakan (SDKI D.0080, informasi
khawatir dengan hal 180)
benjolan yang dialami
Data objektif

15
- pasien tampak cemas
dan tampak gelisah dan
bertanya-tanya tentang
rencana operasinya.
- pasien direncanakan
untuk operasi namun
pasien masih berpikir-
pikir.
- TTV:
BP: 120/80mmHg,
HR: 115x/menit,
RR:24x/menit,
S: 39.20C,
spo2:98%
4 Data Subjektif Gangguan Gangguan
- Pasien mengeluh mobilitas fisik Muskuloskeletal
kesulitan menggerakkan (SDKI. D.0054)
lengan kiri
- Pasien mengeluh nyeri
saat menggerakkan
lengan kirinya
Data Objektif
- Rentang gerak menurun
- Pasien dibantu oleh
keluarga untuk
menggerakkan lengan
kirinya
- TTV:
BP: 120/80mmHg,
HR: 115x/menit,
RR:24x/menit,

16
S: 39.20C,
spo2: 98%

D. Web of Caution (WoC) / Pathoflow

Infeksi Radiasi (Mutasi gen, perubahan ploidy, DNA stand breaks &
instabilitas kromosom)

Mempengaruhi semua fase dalam siklus sel (G2 paling sensitif)

Sel pada sumsum tulang, mukosa usus, epitelium tertikuler


seminuferus dan folikel rentan mengalami trauma

Mengalami proses mitosis

Aberasi kromosom

Kerusakan DNA (dalam bentuk translokasi kromosom gen 17 dan 22)

Kerusakan jaringan fibrous

Massa/Benjolan

Nyeri Hipertermi Ansietas resiko infeksi

Gangguan mobilitas fisik

Kerusakan integritas jaringan

17
E. Prioritas Diagnosis Keperawatan

1. Nyeri kronis b/d kondisi muskuloskeletal kronik


2. Hipertermi b/d proses penyakit
3. Ansietas b/d Kurang terpapar informasi
4. Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan muskuloskeletal

18
F. Luaran dan Intervensi Keperawatan Kasus Fibrosarkoma

NO Diagnosa Keperawatan Standart outcome Intervensi


1 Nyeri kronis b/d kondisi muskulo Setelah dilakukan perawatan  Manajemen nyeri (SIKI, 1.08238)
skeletal kronik selama 3x24jam, diharapkan: - Observasi
Data subjektif  Tingkat nyeri (SLKI 1. Identifikasi skala nyeri
- Pasien mengatakan nyeri L.08066) 2. Identifikasi respon nyeri non verbal
skala 5-6 terutama bila - Tingkat nyeri Keluhan - Terapeutik
digerakkan nyeri: meningkat (1) 1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
- Pasien mengatakan rasa menjadi menurun (5) mengurangi nyeri, mis; terapi musik
kram sepanjang lengan - Meringis: meningkat (1) 2. Control lingkungan, mis: kebisingan
- Pasien mengatakan tidur menjadi menurun (5) 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
terganggung karena nyeri - Kesulitan tidur: meningkat - Edukasi
Data objektif (1) menjadi menurun (5) 1. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
- pasien merasa nyeri saat - Frekuensi nadi; meningkat mengurangi nyeri
ditekan dan tampak menjadi menurun 2. Anjurkan menggunakan analgetic yang
meringis kesakitan tepat
- TTV:  Control nyeri (SLKI L.08063, - Kolaborasi
hal 58)

19
BP: 120/80 mmHg, - Kemampuan 1. Kolaborasi pemberian analgetik
HR: 115x/menit, menggunakan teknik  Perawatan kenyamanan (SIKI. 1.08245, hal
RR:24x/menit, nonfarmakologi: 326)
S: 39.20C, menurun(1) menjadi - Observasi
spo2:98% meningkat(5) 1. Identifikasi gejala yang tidak
- Penggunaan analgesic: menyenagka, mis:nyeri
meningkat (1) menjadi - Terapeutik
meningkat (5) 1. Berikan posisi nyaman
 Status kenyamanan 2. Dukung keluarga terlibat dalam
- Dukungan sosial dari terapi/pengobatan
keluarga; menurun 3. Berikan kompres dingin atau hangat
menjadi meningkat - Edukasi
- Keluhan sulit tidur; 5. Ajarkan Latihan pernapasan
menurun menjadi - Kolaborasi
meningkat. 6. Kolaborasi pemberian analgetic, anti
pruritus, antihistamin jika perlu

2 Hipertermi b/d proses penyakit Setelah dilakukan perawatan  Manajemem hipertermi (SIKI L.15506, hal 181)
Data subjektif 3x24jam, diharapkan: - Observasi

20
- Pasien mengatakan Termoregulasi (SLKI, L.14134, 1. Monitor suhu tubuh
demam dirumah 5 hari hal 129) - Terapeutik
Data objektif - Takikardi: menigkat(1) 1. Longgarkan pakaian
- Kulit teraba hangat menjadi menurun (5) 2. Berikan cairan oral
- TTV: - Suhu tubuh: memburuk (1) 3. Berikan kompres hangat pada area dahi,
BP: 120/80mmHg, menjadi membaik (5) leher, dada, abdomen, aksila
HR: 115x/menit, - Edukasi
RR:24x/menit, 1. Anjurkan tirah baring
S: 39.20C, - Kolaborasi
spo2:98% 1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
- Hasil lab:  Regulasi temperatur
wbc : 13x10 /µL, 3
- Observasi
RBC: 5x10 /µL,
6
Monitor dan catat tanda dan gejala hipertermi
HB: 14,7 g/dL, - Terapeutik
Plt: 268x103/µL Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat
- Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian antipiretik,jika

21
Perlu
3 Ansietas b/d Kurang terpapar Setelah dilakukan perawatan  Terapi relaksasi (SIKI. I.09326)
informasi 3x24jam, diharapkan: - Observasi
Data subjektif  Tingkat ansietas (SLKI. Monitor respon terhadap teknik relaksasi
- Pasien mengatakan L.090.93) - Terapeutik
khawatir dengan benjiolan - Verbalisasi khawatir Ciptakan lingkungan yang tenang
yang dialami akibat kondisi yang - Edukasi
- dihadapi: meningkat (1) 1. Jelaskan tujuan, manfaat dan jenis teknik
- Pasien mengatakan menjadi menurun (5) relaksasi, mis: meditasi, napas relaksasi
almarhum ayah pasien - Perilaku gelisah; 2. Jelaskan tentang prosedur, waktu dan
juga mengalami benjolan meningkat (1) menjadi lamanya operasi
yang bertumbuh cepat menurun (5)  Teknik distraksi (SIKI. I.08247, hal. 411)
pada bagian punggung - Frekuensi nadi: - Observasi
namun tidak dioperasi. meningkat(1) menjadi Identifikasi pilihan teknik distraksi yang
- Pasien mengatakan menurun (5) diinginkan
benjolan tersebut  Tingkat pengetahuan (SLKI. - Terapeutik
membesar secara perlahan L.12111, hal 146) Berikan teknik distraksi, mis: membaca
dan semakin cepat dalam - Kemampuan menjelaskan buku,
waktu 4 bulan terakhir pengetahuan tentang suatu menonton TV, bernyanyi)

22
Data objektif topik: menurun (1) - Edukasi
- pasien tampak cemas dan menjadi meningkat (5) Jelaskan manfaat dan jenis teknik distraksi
gelisah serta tampak - Perilaku sesuai dengan
bertanya-tanya tentang pengetahuan: memburuk
rencana operasinya. (1) menjadi membaik (5)
- pasien direncanakan untuk
operasi namun pasien
masih berpikir-pikir.
- TTV:
BP: 120/80mmHg,
HR: 115x/menit,
RR:24x/menit,
S: 39.20C,
spo2:98%
4 Gangguan mobilitas fisik b/d Setelah dilakukan perawatan  Dukungan mobilisasi (SIKI, 1.05173)
gangguan musculoskeletal 3x24jam, diharapkan: - Observasi
Data Subjektif  Mobilitas fisik (SLKI 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
- Pasien mengeluh kesulitan L.05042) fisik lainnnya
menggerakkan lengan kiri - Pergerakkan ekstremitas: 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan

23
- Pasien mengeluh nyeri menurun menjadi pergerakan
saat menggerakkan lengan meningkat - Terapeutik
kirinya - Rentang gerak: menurun 1. Libatkan keluarga untuk membantu
Data Objektif menjadi meningkat pasien dalam meningkatkan pergerakkan
- Rentang gerak menurun - Nyeri: menurun menjadi - Edukasi
- Pasien dibantu oleh meningkat 1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
keluarga untuk  Toleransi aktivitas (SLKI
menggerakkan lengan L.050047)
kirinya - Kemudahan dalam
- TTV: melakukan aktivitas
BP: 120/80mmHg, sehari-hari: menurun
HR: 115x/menit, menjadi meningkat
RR:24x/menit,
S: 39.20C,
spo2:98%

24
G. Rehabilitasi Terkait kasus

Setelah 3 hari perawatan pasien telah di lakukan Tindakan


keperawatan. Keluhan saat ini masih ada nyeri diarea post operasi
dengan skala 3 NPRS. Keadaan suhu tubuh normal yaitu 37.00C.
pasien sudah terlihat tenang dan nyaman. Pasien di rencanakan rawat
jalan setelah pemberian Antibiotik di selesaikan selama 5 hari
pemberian. Tindakan keperawatn yang di berikan tetap
mempertahankan intervensi sesuai dengan rencana asuhan
keperawatan.

Setelah dilakukan pembedahan, maka pasien disarankan untuk


definitifnya dilakukan pemeriksaan lanjutan yakni immunohistokimia
untuk lebih meyakinkan diagnosis kearah fibrosarcoma. Dimana
Fibrosarcoma dewasa sekarang ini merupakan tumor langka yang
menurut definisi negatif untuk semua penanda garis keturunan,
Namun, subtipe spesifik dari fibrosarcoma positif untuk CD34,
termasuk yang timbul pada dermatofibrosarcoma. Dimana menurut
Augsburger et al., (2017) imunohistokimia diterapkan untuk
mendiagnosis fibrosarcoma karena memiliki reagen spesifik yang
memungkinkan untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya

25
BAB IV

PEMBAHASAN

Fibrosarkoma adalah merupakan tumor ganas langka yang berasal


dari sel – sel masenkim, ditandai dengan fibroblas berbentuk spindle yang
ditransformasikan secara patologis dengan tingkat pembelahan sel yang
sangat tinggi.Pembelahan sel yang tidak terkontrol dapat menyerang
jaringan local serta dapat bermetastase ke bagian tubuh lain Sedangkan
pada anak-anak, yang paling sering adalah infantile fibrosarcoma, dimana
sarcoma jaringan lunak ini muncul pada tahun pertama kehidupan. Tumor
jaringan lunak ini bisa terjadi di seluruh tubuh; Namun, mayoritas (60%)
terjadi pada ekstremitas (Rengkung et al., 2020)
Penyebab pasti dari fibrosarkoma belum diketahui, namun ada
beberapa faktor yang sering berkontribusi seperti faktor radiasi yang
menyebabkanadanya perubahan genetik oleh karena hilangnya alel,
poin mutasi, dan translokasi kromosom. Selain beberapa penyebab
di atas, fraktur tulang, penyakit paget, dan operasi patah tulang
juga dapat menimbulkan fibrosarkoma sekunder. Fibrosarkoma
merupakan keganasan yang sering terjadi terutama akibat paparan
radiasi.
Gejala pada fibrosarkoma pada awal mulanya sering tidak tampak
atau tanpa dirasakan adanya nyeri. Biasanya tumor baru tampak setelah
timbul gejala dan teraba suatu benjolan. Pada lesi yang besar terjadi
peregangan pada kulit dan nampak mengkilat berwarna keunguan. Pada
massa yang sangat besar terjadi pelebaran pembuluh darah vena. Tanda
dan gejala pada fibrosarkoma sulit dibedakan dari tumor lainnya
sehingga diperlukan pemerikasaan jaringan dengan mikroskop
sehingga di dapatkan grade dan staging dari fibrosarkoma (Augsburger et
al., 2017).

26
Salah satu teori keperawatan yang dapat diterapkan untuk
memaksimalkan kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga
membantu individu dalam memnuhi kebutuhan hidup, memelihara
kesehatan, dan mencapai kesejahteraan adalah Teori Keperawatan Defisit
Perawatan Diri yang dikembangkan oleh Dorothea E. Orem. (Alligood,
2014).

Sebagai perawat, memahami dan menerapkan Teori Orem pada


pasien Fibrosarkoma dapat membantu meningkatkan kualitas perawatan
yang diberikan dan memberikan perawatan yang lebih holistik dan
berfokus pada defisit perawatan diri pasien.

27
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Fibrosarcoma adalah jenis kanker langka yang berasal dari jaringan


ikat, terutama pada tulang, otot, dan jaringan lemak. Faktor risiko untuk
mengembangkan fibrosarcoma antara lain usia, paparan radiasi, dan
riwayat keluarga kanker. Gejala yang sering terjadi pada pasien
fibrosarcoma adalah timbulnya benjolan atau bengkak yang tidak
menyakitkan, nyeri atau ketidaknyamanan di area tumor, kesulitan
bergerak atau menggunakan bagian tubuh yang terkena tumor, kelemahan
atau kelelahan, dan demam. Pengobatan fibrosarcoma tergantung pada
ukuran, lokasi, dan tingkat keparahan tumor. Metode pengobatan yang
dapat dilakukan antara lain operasi, radioterapi, dan kemoterapi.
Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien fibrosarcoma
meliputi pemantauan tanda vital dan gejala pasien, observasi dan
pencatatan perubahan ukuran dan konsistensi tumor, memberikan
dukungan emosional dan edukasi pada pasien dan keluarga tentang kondisi
dan pengobatannya, serta evaluasi efektivitas pengobatan dan efek
samping dari pengobatan. Komplikasi yang dapat terjadi akibat
fibrosarcoma antara lain penyebaran tumor ke organ lain dalam tubuh,
keterbatasan gerakan atau fungsi pada bagian tubuh yang terkena tumor,
serta nyeri dan ketidaknyamanan pada area yang terkena tumor.

28
B. REKOMENDASI

Untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien


fibrosarcoma, beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan antara lain:

1. Menjaga komunikasi yang baik antara perawat dan pasien serta keluarga
untuk memberikan dukungan emosional dan edukasi yang memadai
tentang kondisi dan pengobatan.
2. Memantau tanda vital dan gejala pasien secara teratur untuk mendeteksi
perubahan yang dapat menunjukkan adanya komplikasi.
3. Melakukan observasi dan pencatatan perubahan ukuran dan konsistensi
tumor untuk memonitor respons terhadap pengobatan.
4. Memberikan perawatan yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien dan
rencana pengobatan yang telah ditetapkan.
5. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan perawat dalam mengelola
pasien dengan kondisi fibrosarcoma melalui pelatihan dan pendidikan
yang berkaitan dengan pengobatan dan asuhan keperawatan pasien
fibrosarcoma.

29
Lampiran

TERAPI MUSIK

Terapi musik adalah suatu bentuk intervensi keperawatan dengan


menggunakan media musik atau lagu yang diperdengarkan kepada seseorang
dengan maksud untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik, emosi,
kognitif, dan social bagi individu pada semua kalangan usia (Suhartini, 2008).
Menurut Stuart, Gail,( 2016) bahwa mendengarkan musik yang dipilih sendiri
setelah terpapar stressor dapat menyebabkan terjadinya pengurangan kecemasan,
kemarahan, dan akan mengaktifkan system saraf simpatis sehingga relaksasi
meningkat. Menurut Novita, (2012) musik adalah suatu komponen yang
dinamis yang dapat mempengaruhi psikologis dan fisiologi bagi yang
mendengarkanya.

Adapun tujuan dari terapi musik adalah membantu mengekspresikan


perasaan, membantu rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap suasana
hati dan emosi juga membantu mengatasi stress atau kecemasan, mencegah
penyakit, dan menghilangkan rasa sakit. Mengurangi rasa sakit, dengan
Mendengarkan musik akan merangsang system saraf otonom dimana saraf
otonom yang bertanggung jawab terhadap mengontrol tekanan darah, denyut
jantung , fungsi otak , mengontrol perasaan dan emosi ( Djohan, 2006).

30
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. . (2014). PAKAR TEORI KEPERAWATAN dan Karya Mereka (Edisi


9). Elsevier.
Augsburger, D., Nelson, P. J., Kalinski, T., Udelnow, A., Knösel, T., Hofstetter,
M., Qin, J. W., Wang, Y., Gupta, A. Sen, Bonifatius, S., Li, M., Bruns, C. J.,
& Zhao, Y. (2017). Current diagnostics and treatment of fibrosarcoma -
perspectives for future therapeutic targets and strategies. Oncotarget, 8(61),
104638–104653. https://doi.org/10.18632/oncotarget.20136
Choi, Y., Yun, M. S., Lim, S. H., Lee, J., Ahn, J. H., Kim, Y. J., Park, K. H., Park,
Y. S., Lim, H. Y., An, H., Suh, D. C., & Kim, Y. H. (2018). Gemcitabine and
docetaxel combination for advanced soft tissue sarcoma: A nationwide
retrospective study. Cancer Research and Treatment, 50(1), 175–182.
https://doi.org/10.4143/crt.2016.535
Donald D. Davis, Samad J. Shah, S. M. K. (2021). Fibrosarcoma. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing.
Reeves, J. C. E. al. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika
Jakarta, ed 1.
Rengkung, T. G., Munir, M. A., Maelissa, R. D., Program, M. P., Humanities, H.,
Surgery, T., Hospita, U. G., & Hospital, U. G. (2020). The recurrent of
fibrosarcoma in deltoid sinistra of a man 61 year old. 2(3), 212–216.
S.P. Meyers. Stuttgart. (2009). MRI of Bone and Soft Tissue Tumors and
Tumorlike Lesions. Differential Diagnosis and Atlas. American Journal of
Neuroradiology, 30(1), e16 LP-e16. https://doi.org/10.3174/ajnr.A1149
Sung, H., Ferlay, J., Siegel, R. L., Laversanne, M., Soerjomataram, I., Jemal, A.,
& Bray, F. (2021). Global Cancer Statistics 2020: GLOBOCAN Estimates of
Incidence and Mortality Worldwide for 36 Cancers in 185 Countries. CA: A
Cancer Journal for Clinicians, 71(3), 209–249.
https://doi.org/10.3322/caac.21660

31

Anda mungkin juga menyukai