Anda di halaman 1dari 15

TINJAUAN RIBA, GHARAR, DAN MASYIR

MAKALAH PENELITIAN
MATA KULIAH PERIKATAN ISLAM

HARWATI
NIM. 21909025

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena telah

melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah

ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulis berharap semoga makalah ini

bisa menambah pengetahuan para pembaca.

Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh

dari kata sempurna, sehingga penulis sangat berharap adanya kritik dan saran

yang bersikap membangun terhadap makalah ini demi terciptanya makalah

selanjutnya yang lebih baik dan penulis akan terbuka terhadap saran dan masukan

dari semua pihak, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Kendari, 2023

Penulis,

Harwati

ii
DAFTAR ISI

Hal.
Sampul Halaman................................................................................................. i
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 2
1.3. Tujuan Makalah.......................................................................... 2
1.4. Manfaat Makalah........................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Riba............................................................................................. 3
2.2. Gharar.......................................................................................... 6
2.3. Maisyir........................................................................................ 8

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan................................................................................. 11
3.2. Saran........................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan Asia pada khususnya serta

resesi dan ketidakseimbangan ekonomi global pada umumnya, adalah suatu

bukti bahwa asumsi di atas salah total, bahkan ada sesuatu yang “tidak beres”

dalam sistem yang kita anut selama ini. Tidak adanya nilai-nilai Illahiyah yang

melandasi operasional Perbankan dan lembaga keuangan lainnya telah

menjadikan lembaga “penyuntik darah” pembangunan ini sebagai “sarang-

sarang perampok berdasi” yang meluluhlantahkan sendi-sendi perekonomian

bangsa.

Dengan latar belakang inilah, maka seluruh praktik perbankan modern,

yang mulai tumbuh dan berkembang sejak abad ke-16, sistem operasionalnya

tidak bisa lepas dari riba. Akibat terlalu lama dan mendalamnya sistem riba

dalam sistem perbankan ini menyebabkan hal tersebut sangat sukar untuk

dipisahkan. Bahkan telah berakar dan berkarat dalam kerangka pikiran para

bankir konvensional bahwa riba adalah darah dan nadi dari seluruh sistem

perbankan.

Sekarang saatnya para Bankir yang masih mengimani Al Qur’an sebagai

pedoman hidupnya dan Hadits sebagai panduan aktivitasnya berperan aktif

dalam memajukan sistem Perbankan Syari’ah.

1
ْ 8َ‫ ْيطَا ِن ف‬8‫الش‬
‫اجتَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم‬8 ٌ ‫اب َواَأل ْزالَ ُم ِر ْج‬
َّ ‫ ِل‬8‫س ِّمنْ َع َم‬ َ ‫ ُر َواَأل‬8‫س‬
ُ 8‫نص‬ ِ ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُو ْا ِإنَّ َما ا ْل َخ ْم ُر َوا ْل َم ْي‬

ِ ‫ ِر هّللا‬8‫ص َّد ُك ْم عَن ِذ ْك‬ َ ‫ش ْيطَانُ َأن يُوقِ َع بَ ْينَ ُك ُم ا ْل َعدَا َوةَ َوا ْلبَ ْغ‬
ِ ‫ضاء فِي ا ْل َخ ْم ِر َوا ْل َم ْي‬
ُ َ‫س ِر َوي‬ َّ ‫ ِإنَّ َما يُ ِري ُد ال‬. َ‫تُ ْفلِ ُحون‬

َ‫صالَ ِة فَ َه ْل َأنتُم ُّمنتَهُون‬


َّ ‫َن ال‬
ِ ‫َوع‬

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, maisir,

(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan

keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar

kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak

menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)

khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan

sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”. (QS.

Al-Ma`idah : 90-91)

1.2. Rumusan Masalah.

1. Apa yang dimaksud Riba

2. Apa yang dimaksud dengan Gharar

3. Apa yang dimaksud dengan Maisyir

1.3. Tujuan Makalah.

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Riba

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Gharar

3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Maisyir

1.4. Manfaat Makalah.

Manfaat penulisan makalah untuk penulis adalah meningkatkan pemikiran

kritis, belajar berpikir sistematis, belajar bertanggung jawab dengan sumber

2
yang dicantumkan, lebih peka terhadap permasalahan di lingkungan sekitar,

serta dapat menambah pengetahuan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Riba

2.1.1. Pengertian Riba

Riba berarti menetapkan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat

pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok,

yang dibebankan kepada peminjam.

Riba secara bahasa bermakna: ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain,

secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar . Sedangkan menurut

istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal

secara bathil.

Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum

terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan

tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara

bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam.

Dalam Islam, memungut riba atau mendapatkan keuntungan berupa riba

pinjaman adalah haram. Ini dipertegas dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah

ayat 275.

2.1.2. Macam Macam Riba

Menurut para fiqih, riba dapat dibagi menjadi 4 macam bagian, yaitu

sebagai berikut :

1. Riba Fadhl, yaitu tukar menukar dua barang yang sama jenisnya dengan

kwalitas berbeda yang disyaratkan oleh orang yang menukarkan.

4
contohnya tukar menukar emas dengan emas,perak dengan perak, beras

dengan beras dan sebagainya.

2. Riba Yad, yaitu berpisah dari tempat sebelum ditimbang dan diterima,

maksudnya : orang yang membeli suatu barang, kemudian sebelum ia

menerima barang tersebut dari si penjual, pembeli menjualnya kepada

orang lain. Jual beli seperti itu tidak boleh, sebab jual beli masih dalam

ikatan dengan pihak pertama.

3. Riba Nasi’ah yaitu riba yang dikenakan kepada orang yang berhutang

disebabkan memperhitungkan waktu yang ditangguhkan. Contoh :

Aminah meminjam cincin 10 Gram pada Ramlan. Oleh Ramlan

disyaratkan membayarnya tahun depan dengan cincin emas sebesar 12

gram, dan apa bila terlambat 1 tahun, maka tambah dua gram lagi,

menjadi 14 gram dan seterusnya. Ketentuan melambatkan pembayaran

satu tahun.

4. Riba Qardh, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan

atau tambahan bagi orang yang meminjami/mempiutangi.

Contoh : Ahmad meminjam uang sebesar Rp. 25.000 kepada Adi. Adi

mengharuskan dan mensyaratkan agar Ahmad mengembalikan hutangnya

kepada Adi sebesar Rp. 30.000 maka tambahan Rp. 5.000 adalah riba Qardh.

2.1.3. Contoh Kasus Riba

Berikut ini Contoh Kasus dari Riba.

5
1. Seseorang menukar uang kertas Rp 10.000 dengan uang receh Rp.9.950

uang Rp.50 tidak ada imbangannya atau tidak tamasul, maka uang receh

Rp.50 adalah riba.

2. Seseoarang meminjamkan uang sebanyak Rp.100.000 dengan syarat

dikembalikan ditambah 10 persen dari pokok pinjaman, maka 10 persen

dari pokok pinjman dalah riba sebab tidak ada imbangannya.

3. Seseorang menukarkan seliter beras ketan dengan dua liter beras dolog,

maka pertukaran tersebut adalah riba, seabab beras harus ditukar dengan

beras yang sejenis dan tidak boleh dilebihkan salah satunya. Jalan

keluarnya ialah beras ketan dijual terlebih dahulu dan uangnya

digunakan untuk membeli beras dolog.

2.2. Gharar

2.2.1. Pengertian Gharar

Gharar adalah transaksi bisnis yang mengandung ketidakjelasan

bagi para pihak, baik dari segi kuantitas, fisik, kualitas, waktu penyerahan,

bahkan objek transaksinya pun bisa jadi masih bersifat spekulatif.

Ketidakpastian ini melanggar prinsip syariah yang idealnya harus

transparan dan memberi keuntungan bagi kedua belah pihak

Dengan demikian, Islam memandang bahwa gharar adalah hal

yang merugikan para pihak, terutama pembeli. Hal ini karena jika

konsumen sudah membayar terlebih dahulu tanpa melihat objek transaksi,

jika ternyata barang tersebut tidak sesuai kehendaknya, tentu akan

menimbulkan sengketa atau kerugian.

6
2.2.2. Macam Macam Gharar

Menurut penjabaran di atas, dapat kita pahami bahwa melakukan

jual-beli dengan unsur gharar artinya sama dengan melakukan transaksi

yang melanggar ajaran Islam. Oleh sebab itu, Anda perlu

mengantisipasinya dengan mengetahui macam-macam gharar berikut.

1. Jual Beli Benda yang Tidak Diserahterimakan

Menurut jenis ini, unsur gharar adalah pada keberadaan objek

transaksi. Meskipun kedua pihak mengetahui wujud benda yang akan

diserahkan, namun pada saat akad dilakukan, penjual tidak sedang

membawa barang tersebut. Selain itu, penjual juga tidak mengetahui

kapan ia bisa menyerahkan objek transaksi kepada pembeli. Contoh

gharar jenis ini adalah jual beli motor yang tidak sedang dikuasai

pemiliknya karena dicuri.

2. Jual Beli Benda yang Belum Ada

Contoh jual beli gharar adalah ketika benda yang dijual belum

tersedia. Misalnya, membeli anak sapi di perut tanpa menginginkan

induknya juga. Contoh lainnya, menjual burung di angkasa,

sedangkan tidak jelas apakah penjual dapat menangkapnya atau tidak.

Dengan demikian, ada ketidakpastian kemampuan penjual untuk

menyerahkan objek transaksi. Namun jika barang sudah pasti dapat

diperoleh, misalnya jual beli ikan di kolam pribadi dan langsung

dilakukan penangkapan, maka tidak termasuk gharar.

3. Jual Beli Benda yang Tidak Jelas Harganya

7
Pada jenis ini, unsur gharar adalah pada nominal harga objek

transaksi. Misalnya, hari ini, sepasang sepatu merek X dijual Rp1.5

juta apabila dibayar lunas. Namun jika Anda membeli besok,

harganya naik menjadi Rp1.7 juta per pasang.

Lain halnya jika Anda membayar dengan sistem angsuran, nominal

totalnya menjadi Rp1.9 juta. Dengan demikian, tidak jelas harga pasti

dari satu pasang sepatu ini karena semuanya tergantung pada cara

pembayaran dan kapan transaksi dilakukan.

4. Jual Beli Benda yang Sifatnya Tidak Jelas

Jenis lain gharar adalah transaksi tanpa kejelasan sifat objek.

Contoh yang dapat Anda jumpai adalah menjual mangga yang masih

berada di pohon dengan klaim bahwa rasa buahnya manis. Padahal,

penjual belum memetik dan mencicipinya.

2.3. Maisyir

2.3.1. Pengertian Maisyir

Maysir adalah jenis transaksi permainan yang di dalamnya terdapat

persyaratan berupa pengambilan sejumlah materi dari pihak yang kalah

oleh pemenangnya. Mudahnya, istilah ini dapat dipahami sebagai judi atau

taruhan. Selain diharamkan, tindakan ini juga termasuk dalam kategori

dosa-dosa besar.

Ciri umum transaksi maysir adalah unsur spekulatif, berupa

pengumpulan harta dari semua pemain dengan kesepakatan bahwa

pemenang akan mengambil seluruh atau sebagian harta milik pihak lain

8
yang berpartisipasi sehingga keuntungan hanya dapat dirasakan satu pihak

saja.

Tindakan ini seringkali menggunakan dua istilah yang berbeda,

yakni maysir dan qimar. Meskipun demikian, keduanya merujuk pada

kesamaan makna, dengan ciri sebagai berikut.

1. Qimar dan maysir adalah judi pada zaman Jahiliyah, disebut pula

sebagai juzur dan siham.

2. Inti dari qimar dan maysir adalah bertaruh sekaligus mengadu nasib

untuk menghasilkan keputusan siapa yang akan menang dan kalah

(game of chance).

3. Keduanya bukan merupakan sebab kepemilikan barang menurut Islam.

Maysir dalam konteks keuangan artinya peluang seseorang untuk

mendapatkan keuntungan finansial berupa sejumlah harta milik pihak

lawan ketika Ia memenangkan suatu suatu prediksi yang didasarkan pada

untung-untungan semata.

2.3.2. Contoh Maisyir

Maysir tak hanya terbatas pada judi atau taruhan, namun juga

meliputi beberapa transaksi yang mengandung unsur-unsur sebagaimana

disebutkan di atas, yakni sebagai berikut,

a. Game online dengan konsep taruhan seperti Higgs Domino.

b. SMS berhadiah dan kuis yang dilakukan melalui telepon, sebagaimana

diatur dalam Fatwa MUI nomor 9 tahun 2008.

9
c. Taruhan dalam bentuk togel dengan skema transaksi pembelian kupon

dan menebak beberapa digit angka.

d. Asuransi konvensional juga seringkali dianggap mengandung maysir

karena terdapat spekulasi atas suatu sebab yang belum tentu terjadi di

masa depan.

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa Maisir, Gharar, Riba merupakan hal-hal yang tidak

diperbolehkan dalam syari’at Islam. Oleh karena itu, merupakan sesuatu

yang baik untuk kita sebagai para pelajar abadi memahaminya dan

mengamalkannya dalam kehidupan yang fana ini.

3.2. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, untuk

kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang

makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak dan lebih rinci

lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA
Rachmat Syafi’i, (2012). Fiqih Mu’amalah, Pustaka Setia, Bandung
Wikipedia. (2010). Riba. (online). Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Riba. [19
November 2014].
Amin Isfandiar, Ali. (2014). Ayat Ekonomi tentang Riba (Riba dan Zakat).
(online). Tersedia: http://iecourse.blogspot.com/2014/02/qs-ar-rum-30-
39.html. [19 November 2014].
Amin Isfandiar, Ali. (2014). Ayat Ekonomi tentang Riba (Riba sebelum Islam).
(online). Tersedia: http://iecourse.blogspot.com/2014/02/qs-nisa-4-
160- 161.html. [19 November 2014].
Amin Isfandiar, Ali. (2014). Ayat Ekonomi tentang Riba (Riba Jahiliyah).
http://iecourse.blogspot.com/2014/02/qs-ali-imran-3-130.html. [19
November 2014].
Anderta, Rio. (2014). Riba : Hukum Riba, Macam-macam Riba dan Bahaya Riba.
(online). Tersedia: http://mata-air-ilmu-pusat
kecemerlangan.blogspot.com/2013/05/riba-hukum- macam-bahaya.html.
[25 November 2014].
Mu’adhom. dkk. (2012). RIBA. (online). Tersedia:
http://albarkasi.blogspot.com/2012/12/riba.html. [25 November 2014].
Yusuf Al Qaradhawi. Haruskah Hidup dengan Riba. Mesir: Darul Ma'arif, 1991,
hml.60.
Prof. DR Muhammad Abu Zahrah. Beberapa Pembahasan Mengenai Riba. Teluk
Betung: Zaid Suhaili.
Chaudhry, Dr.Muhammad Sharif. Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar. Kencana
Prenada Media Group, 2012.

Anda mungkin juga menyukai