Anda di halaman 1dari 11

NAMA : ALAM SYAH HAKIM

NIM : 2018200125
KELAS : E
MATKUL : HUKUM KEGIATAN EKONOMI

TUGAS RESUME
HUKUM DALAM EKONOMI BAB 5
ASPEK HUKUM DALAM BISNIS BAB 5
HUKUM KEGIATAN EKONOMI BAB 4

 SURAT-SURAT BERHARGA BUKU HUKUM DALAM EKONOMI (BAB V)


Surat berharga adalah surat bernilai uang yang dapat diperjualbelikan atau digunakan
sebagai agunan saham dan / atau bukti penyertaan modal. Sesuatu surat dapat dikatakan surat
berharga jika surat – surat tersebut mempunyai nilai, seperti uang tunai dan dapat ditukarkan
dengan uang tunai.
Surat berharga adalah surat yang sengaja diterbitkan sebagai pemenuhan suatu prestasi
berupa pembayaran sejumlah uang tetapi tidak dilakukan dengan mata uang, melainkan dengan
alat pembayaran lain.

 Jenis – Jenis Surat Berharga


1. Wesel
Wesel adalah surat yang didalamnya, ditanggali dan ditandatangani di suatu tempat, dimana
penerbitnya memberi perintah tidak bersyarat kepada tersangkut untuk membayar sejumlah
utang pada hari bayar kepada orang yang ditunjuk oleh penerbit atau penggantinya di suatu
tempat tertentu.
2. Surat Cek
Surat cek adalah warkat yang berisi perintah tidak bersyarat kepada bank–bank yang memelihara
rekening nasabah untuk membayarkan suatu jumlah uang tertentu kepada orang tertentu atau
yang ditunjuk olehnya atau pembawanya.
Ada beberapa jenis cek yaitu :

 Cek Atas Unjuk / Pembawa (Aan Toonder).


Cek atas unjuk merupakan cek di mana bank akan membayarkan kepada siapa saja dengan tidak
tertulis nama seseorang atau badan hukum tertentu, yang datang untuk menguangkan cek
tersebut kepada pembawanya.

 Cek Atas Nama (Aan Order).


Cek atas nama merupakan cek di mana bank akan membayar kepada orang yang namanya
tercantum di dalam cek yang bersangkutan.
 Cek Atas Pembawa.
Cek atas pembawa merupakan cek di mana bank akan memperlakukan cek semacam ini sebagai
cek atas unjuk, akan tetapi hal ini berbeda apabila sebutan pembawa dicoret maka cek tersebut
berlaku sebagai cek atas nama.
 Cek Mundur (Postdated Cheque).
Cek mundur merupakan cek yang oleh penariknya diberi tanggal akan datang, dengan
demikian cek yang bersangkutan hanya dapat diuangkan pada tanggal yang telah dicantumkan
dalam cek yang bersangkutan.

 Cek Silang (Crossed Cheque).


Cek silang merupakan cek yang diberikan tanda silang/garis miring yang sejajar pada bagian
muka.Tanda silang tersebut memberikan petunjuk kepada bank pembayar bahwa cek tersebut
hanya dapat dibayarkan kepada suatu bank yang disebut di antara kedua garis silang
sejajar.Dengan demikian, cek silang hanyalah untuk disetorkan ke dalam rekening saja, sehingga
cek yang bersangkutan hanya dapat dikliringkan pada bank tersebut.
Sementara itu, dalam Pasal 214 Ayat 2 KUH Dagang ditentukan jenis cek silang, seperti berikut:
a.secara umum, diberi tanda dua garis sejajar dan di antaranya tidak terdapat/tidak termuat
sesuatu petunjuk/nama suatu bank maka cek tersebut hanya dapat dibayar oleh bank pembayar
kepada setiap bank yang menyerahkannya/kepada nasabah bank pembayar yang menyerahkan
cek itu;
b.secara khusus, antara dua garis sejajar terdapat nama suatu bank.
Jadi, tujuan pemberian tanda silang pada cek, agar membatasi pihak-pihak yang dapat
mencairkan dana atas cek yang disilang tersebut.
Dengan demikian, pemberian tanda silang dapat dilakukan oleh penarik maupun pemegang pada
suatu cek. Dalam Pasal 214 Ayat 5 KUH Dagang, cek yang telah diberi tanda silang, tidak dapat
dihapus. Oleh karena itu, setiap pencoretan atas tanda silang/pencoretan atas nama bank yang
terdapat dalam kedua garis sejajar dianggap sebagai tidak tertulis/tidak ada pencoretan.
 Cek Kosong.
Cek kosong adalah cek yang pada saat diajukan kepada bank tertarik untuk diuangkan, tidak
tersedia dana yang cukup pada rekening nasabah penarik cek tersebut. Apabila nasabah
(pemegang rekening) tersebut melakukan penarikan cek kosong selama tiga kali berturut-turut
dalam jangka waktu 6 bulan maka rekening harus segera ditutup dan penutupan harus dilaporkan
kepada Bank Indonesia.Artinya, pemegang rekening tersebut tidak boleh berhubungan dengan
bank-bank yang ada baik di Indonesia maupun di luar negeri.
Setiap pemegang hak atas cek mempunyai hak regres apabila tidak berhasil
menguangkan cek yang diunjukkan kepada bank, karena bank menolak untuk
membayarnya.Dengan undang-undang telah diberikan hak untuk menuntut para penghutang
(penerbit, endosan, avail) cek untuk melakukan pembayaran asalkan cek yang dimaksud belum
kedaluwarsa.\
 Bilyet Giro
Bilyet giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahkan
sejumlah dana dari rekening yang bersangkutankepada rekening pemegang yang disebutkan
namanya.

 Surat Sanggup
Surat sanggup adalah surat yang dibuat oleh seorang yang berisikan suatu kesanggupan untuk
membayar sejumlah uang pada waktu tertentu.
Perbedaan pokok antara surat sanggup dengan wesel adalah bahwa wesel merupakan surat
perintah membayar, sedangkan surat sanggup adalah surat janji / kesanggupan untuk membayar.

 Commercial Paper
Commercial paper adalah surat sanggup tanpa jaminan berjangka waktu pendek yang diterbitkan
oleh perusahaan bukan bank dan diperdagangkan melalui bank atau perusahaan efek dengan
sistem diskonto.

 Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)


Surat Berharga Pasar Uang adalah surat berharga jangka pendek dalam rupiah yang dapat
diperjual belikan di pasar uang.

 Surat Jaminan Bank (Bank Garansi)


Surat jaminan bank (bank garansi) adalah surat jaminan untuk membayar seseorang berdasarkan
undang-undang tertentu yang berfungsi sebagai alat pembayaran.
Garansi adalah garansi dalam bentuk warakat yang diterbitkan oleh bank yang mengakibatkan
kawajiban membayar terhadap pihak yang menerima garansi apabila pihak yang dijamin cidera
janji.Garansi yang diterbitkan oleh bank berbentuk stanby L/C. bank garansi dapat diberikan
dalam bentuk rupiah atau valuta asing.
 Pihak – Pihak dalam Letter Of Credit
a. Pembeli
b. Penjual
c. Bank Pembuka
d. Bank Penerus
e. Bank Pembayar
f. Confirming Bank
g. Negotiating Bank
h. Remmiting Bank
i. Reimbursing Bank

 LEMBAGA-LEMBAGA PEMBIAYAAN BUKU ASPEK HUKUM DALAM


BISNIS
BAB V
Dengan semakin maraknya dunia bisnis, tidak bisa dielakkan lagi adanya kebutuhan dana yang
diperlukan baik oleh kalangan usahawan perseorangan maupun usahawan yang tergabung dalam
suatu badan hukum di dalam mengembangkan usahanya maupun didalam meningkatkan
mutunya. Karena kebutuhan dana tersebut, banyak sekali orang yang coba mendirikan lembaga
pembiayaan sebagai bisnis.
Awal mula dibutuhkannya lembaga pembiayaan, pertama kali disebutkan di dalam Keputusan
Presiden Nomor 61 Tahun1988 tanggal 20 Desember 1988, dan dijabarkan lebih lanjut melalui
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.
Adapun bidang-bidang usaha yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan lain meliputi
bidangbidang sebagai berikut:
 Sewa guna usaha (Leasing Company)
Adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal
baik secara finance lease maupun operating lease, untuk digunakan oleh penyewa guna usaha
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Kata leasing sebenarnya berasal dari kata to lease (bahasa inggris) yang berarti menyewakan.
Status perusahaan leasing di Indonesia diakui sebagai suatu lembaga keuangan nonbank. Fungsi
leasing sebenarnya setingkat dengan bank, yaitu sebagai sumber pembiayaan jangka menengah
(dari satu sampai lima tahun). Namun saat ini belum ada undang-undang khusus yang mengatur
mengenai leasing di negara Indonesia, tapi dalam prakteknya leasing telah berkembang dengan
cepat, dan untuk mengantisipasi kebutuhan aspek hukum maka tahun 1971 dikeluarkanlah Surat
Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan dan
Koperasi Nomor: Kep-122/MK/IV/1/1974; No. 32/M/SK/2/1974; dan No.30/Kpb/I/1974,
tertanggal 7 Februari 1974.
Finance Lease artinya kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa guna usaha pada akhir masa
kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang
disepakati bersama. Sedangkan operating lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana
penyewa guna usaha tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha tersebut.
Dalam usaha leasing ini ada beberapa pihak yang terlibat, yaitu:
 Pihak yang disebut lessor, yaitu pihak yang menyewakan barang, dapat juga terdiri dari
beberapa perusahaan.
 Pihak yang disebut leese, yaitu pihak yang menikmati barang tersebut dengan membayar
sewa guna yang mempunyai hak opsi.
 Pihak kreditur atau lender atau juga debt-holder, atas loan participants dalam transaksi
leasing. Mereka umumnya terdiri dari bank, insurance company, trusts, yayasan.
 Pihak supplier, yaitu penjual dan pemilik barang yang disewakan. Supplier ini dapat
terdiri dari perusahaan yang berada di dalam negeri atau yang mempunyai kantor pusat di
luar negeri.
Mekanisme Leasing
- Lesse bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan, mengadakan
penawaran harga dan menunjuk supplier peralatan dimaksud.
- Setelah lesse mengisi formulir permohonan lesse, mengirimkan kepada lessor disertai
dokumen pelengkap.
- Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan fasilitas lesse
dengan syarat dan kondisi yang disetujui lesse (lama kontrak pembayaran sewa lesse),
maka kontrak lease dapat ditandatangani.
- Pada saat yang sama, lesse dapat menandatangani kontrak asuransi untuk peralatan yang
dilease dengan perusahaan asuransi yang disetujui lessor, seperti tercantum pada kontrak
lease. Antara lessor dan perusahaan asuransi terjalin perjanjian kontrak utama.
- Kontrak pembelian peralatan akan ditandatangani lessor dengan supplier peralatan
tersebut.
- Supplier dapat mengirim peralatan yang dilease ke lokasi lesse.
- Lease menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkannya kepada supplier.
- Supplier menyerahkan surat tanda terima (yang diterima dari lessor), bukti pemilikan dan
pemindahan pemilikan kepada lessor.
- Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier.
- Lesse membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah
ditentukan kontrak lease.
Keunggulan leasing dibandingkan lembaga perbankan, yaitu:
- Proses pengadaan modal relatif lebih cepat dan tidak memerlukan jaminan kebendaan,
prosedurnya sederhana dan tidak ada keharusan melakukan studi kelayakan yang
memakan waktu lama.
- Pengadaan kebutuhan modal alat-alat berat dan mahal dengan teknologi tinggi amat
meringankan terhadap kebutuhan cash flow–nya mengingat sistem pembayaran cicilan
berjangka panjang.
- Posisi cash flow perusahaan akan lebih baik dan biaya-biaya modal menjadi lebih murah
dan menarik.
- Perencanaan keuangan perusahaan lebih mudah dan sederhana.

 Modal Ventura (venture capital)


Adalah suatu badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan
modal ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha (invester company) untuk jangka waktu
tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan perusahaan pasangan usaha (PPU) adalah suatu
perusahaan yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal dari perusahaan
modal ventura (PMV).
Surat resmi, lembaga modal ventura baru ada di indonesia sejak adanya Keppres No. 61 Tahun
1998 tentang Lembaga Pembiayaan, yang diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Lembaga
Pembiayaan
Jenis pembiayaan modal ventura dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu:
Conventional loan. Pinjaman jenis ini bisa diberikan tanpa jaminan dan bisa pula disertai dengan
jaminan.
Conditional loan. Dalam model ini, modal ventura turut menikmati laba, bila proyek yang
dibiayai mendapatkan keuntungan dan sebaliknya jika proyek yang dibiayainya mengalami
kerugian.
Equity Investment. Yaitu modal ventura yang menyertakan saham untuk mendukung kegiatan
perusahaan yang baru didirikan dan antara modal ventura dengan perusahaan yang dibiayai
terjalin kerja sama di bidang manajemen.
Pemerintah tampaknya terus mengupayakan berkembangnya lembaga modal ventura ini, dan
berusaha agar d setiap propinsi di Indonesia terdapat lembaga modal ventura yang dapat
membantu para pengusaha kecil dan menengah.

 Perdagangan Surat berharga (securities company)


Adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk perdagangan surat
berharga.
 Anjak Piutang (factoring)
Adalah lembaga pembiayaan yang dalam melakukan usaha pembiayaannya dilakukan dalam
bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek
suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.

 Mekanisme Kerja Factoring


Adapun mekanisme perdagangan domestik dengan factoring adalah sebagai berikut:
pertama, penjual (klien) menyerahkan barang kepada pembeli (costumer). Lantas pembeli
menyerahkan invoice kepada penjual. Kemudian klien menyerahkan foto kopi invoice kepada
perusahaan factoring. Perusahaan factoring segera membayar sampai 80% dari nilai kepada
pembeli, lalu pembeli membayar tagihan tadi kepada perusahaan factor, dan perusahaan factor
mengembalikan sisa pembayaran (refund) kepada penjual sebesar 20% dari nilai invoice yang
dikurangi fee yang telah disepakati bersama dalam kontrak factoring.
1. Setelah barang dan invoice diserahkan (angka 1 dan 2), pabrik menyerahkan pula invoice
kepada perusahaan faktor (angka 3).
2. Berdasarkan copy invoice tersebut dan sesuai dengan perjanjian factoring yang telah
disetujui bersama, perusahaan factor wajib membayar (initial payment) sampai dengan 80% dari
jumlah nilai invoice (angka 4).
3. Perusahaan faktor selanjutnya aktif melakukan penagihan sesuai syarat pembayaran yang
ditetapkan antara pabrik dengan departemen store Departemen store membayar kepada
perusahaan factor sesuai kontraknya dengan pabrik (angka 5).
4. Setelah seluruh pembayaran selesai, perusahaan faktor mengembalikan sisa pembayaran
(refund) kepada pabrik sebesar 20% dari nilai invoice dikurangi biaya factoring yang telah
disepakati dalam factoring agreement (angka 6).

 Usaha Kartu Kredit


Adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan untuk membeli barang dan jasa dengan
menggunakan kartu kredit.
Pada kartu kredit, setiap transaksi atau pencairan yang dilakukan pemegang kartu kreditnya
untuk dicatat dan diperiksa kebenarannya. sedangkan kartu kreditnya tetap dikembalikan kepada
pemegangnya, dan sama sekali tidak dapat dipindah-pindahkan kepada orang lain.

 Pembiayaan Konsumen
Adalah badan usaha yang melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen
dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala. Sejak tahun 1988 melalui SK Menteri
Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 yang secara formal mengangkat kegiatan usaha
pembayaran ke permukaan, sebagai bagian resmi sektor jasa keuangan.
 HUKUM KEGIATAN EKONOMI BAB 4
ASPEK HUKUM DALAM TRANSPARANSI PENGELOLAAN PERUSAHAAN
BUMN/BUMD
 SEBAGAI UPAYA MEMBERANTAS KKN
Sampai sekarang ini, pembicaraan good corporate governance, khususnya peningkatan
transparansi dalam etos kerja pengelolaan perusahaan masih mampu untuk menarik perhatian
banyak orang. Mengapa pembicaraan itu menarik ? tidak lain, oleh karena adanya pendapat,
rupa-rupanya penerapan prinsip transparansi perusahaan sampai sekarang belum seluruhnya
memuaskan. Berita-berita tentang inefficiency, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme sebagai hidden
enemy masih menghiasi berbagai media massa. Cina, Rusia, dan Indonesia merupakan negara
yang paling buram.
Apabila penerapan prinsip transparansi yang terdapat dalam strategi good corporate governance
dikaitkan dengan upaya memberantas KKN, maka penekanan pelaksanaan prinsip keterbukaan
menjadi penting. Sebab penerapan transparansi akan dapat meminimalisasi KKN tersebut. Pasal
20 ayat 2 Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa tindak pidana korupsi dilakukan oleh
korporasi apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan
kerja maupun berdasarkan hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik
sendiri maupun bersama-sama. Dalam Pasal 20 ayat 3 Undang-Undang tersebut juga ditentukan
bahwa dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi, maka korporasi tersebut
diwakili oleh pengurus.
Secara spesifik, penerapan prinsip transparansi itu berfungsi untuk mendukung jalannya Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang kemudian diperbaiki dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001, dimana dalam konsideran peraturan perundang-undangan tersebut ditegaskan
bahwa korupsi sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dan menghambat
pembangunan nasional yang membutuhkan efisiensi tinggi.
Holly J. Gregory dan Marshal E. Simms menguraikan istilah pengelolaan perusahaan dari Ira
M. Millstein, «The Evolution of Corporate Governance in the United States,» yang dibacakan di
depan Forum Ekonomi Dunia, di Davos, Swiss pada tanggal 2 Februari 1998, dimana dikatakan
bahwa istilah «pengelolaan perusahaan» memiliki banyak definisi. Istilah tersebut dapat
mencakup segala hubungan perusahaan, yaitu hubungan antara modal, produk, jasa dan penyedia
sumber daya manusia, pelanggan dan bahkan masyarakat luas.
Istilah pengelolaan perusahaan juga dapat mencakup segala aturan hukum yang ditujukan untuk
memungkinkan suatu perusahaan untuk dapat dipertanggungjawabkan di depan para pemegang
saham perusahaan publik, seperti juga audit juga kerja dari pasar untuk mengkontrol perusahaan.
Secara singkat istilah pengelolaan perusahaan tersebut oleh Gregory dan Simms diuraikan
dengan pandangan definisi luas dan terbatas. Secara terbatas, istilah tersebut berkenaan dengan
hubungan antara manajer, direktur dan pemegang saham perusahaan. Istilah tadi juga dapat
mencakup hubungan antara perusahaan itu sendiri dengan pembeli saham dan masyarakat.
Sedangkan, secara luas istilah pengelolaan perusahaan dapat meliputi kombinasi hukum,
peraturan, aturan pendaftaran dan praktik pribadi yang memungkinkan perusahaan menarik
modal masuk, berkinerja secara efesien, menghasilkan keuntungan dan memenuhi harapan
masyarakat secara umum dan sekaligus kewajiban hukum.
Salah satu bidang diantara tiga bidang lainnya adalah bidang transparansi. Tiga bagian lainnya
ialah, pertama, pemastian adanya perlindungan atas hak–hak pemilik saham minoritas dan asing,
dan pemastian diberlakukannya kontrak yang adil dengan penyedia sumber daya/bahan. Kedua,
pengklarifikasian peran dan tangung jawab pengelolaan serta usaha-usaha yang dapat membantu
memastikan kepentingan pengelolaan dan kepentingan pemilik saham untuk diawasi oleh dewan
direksi. Ketiga, pemastian bahwa perusahaan memenuhi kewajiban hukum dan peraturan lainnya
yang menggambarkan penilaian masyarakat adalah bidang transparansi, yang sekaligus menjadi
salah satu prinsip OECD dalam pengelolaan perusahaan.
Prinsip transparansi tersebut menyatakan, bahwa «kerangka pengelolaan perusahaan harus dapat
memastikan bahwa pengungkapan informasi yang akurat atau tepat dilaksanakan berkaitan
dengan materi yang menyangkut perusahaan, termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan
dan kepemimpinan dari suatu perusahaan.

 Fungsi Transparasi
Fungsi prinsip keterbukaan untuk mencegah penipuan tersebut adalah pendapat yang paling tua.
Dengan demikian prinsip keterbukaan menjadi isu utama yang harus dikaji. Prinsip keterbukaan
sekarang ini bukan merupakan hal baru, tetapi sudah merupakan sejarah yang panjang dalam
kegiatan perusahaan atau dunia pasar modal. Untuk lebih memahami pembenaran prinsip
keterbukaan tersebut, dapat diikuti pengamatan Coffee tentang perlunya sistem keterbukaan
wajib , dimana dengan teori yang lebih sederhana ia dapat menjelaskan bagaimana sistem
keterbukaan difokuskan.
Jr mengatakan, bahwa ada dasar substansial untuk dipercaya bahwa ketidakefisienan yang lebih
besar akan terjadi tanpa sistem keterbukaan wajib, karena biaya sosial yang berlebih akan
dikeluarkan investor untuk mengejar laba perusahaan. 14 Dengan perkataan lain, tujuan yang
ingin dicapai ketentuan penerapan keterbukaan itu adalah untuk menghasilkan dokumen yang
menceritakan kepada investor atau stakeholders, mengenai berbagai hal yang seharusnya
diketahui oleh mereka. Sebaliknya, informasi itu juga sangat berfungsi karena berisi fakta
materiel, yang dapat dibuat sebagai bahan untuk memberantas KKN dalam BUMN/BUMD.

 Standar Pemeriksaan Keuangan Perushaan Publik


Di Indonesia, standar pemeriksaan keuangan perusahaan di pasar modal sebagai dasar penerapan
pertanggungjawaban akuntan yang melakukan pemeriksaan keuangan perusahaan masih belum
cukup. Sedangkan permasalahan berkenaan dengan standar akuntansi tersebut paling perlu untuk
mendapat perhatian. Penekanan terhadap permasalahan standar akuntansi itu sesuai dengan
adanya pertanyaan yang berkembang pada sekitar pemberlakuan standar akuntansi bagi
perusahaan yang akan go public.

 Dalam Pembaharuan Undang-Undang Perseroan Terbatas Dan Undang-Undang


Pasar Modal
Diusulkan pula agar Pemegang Saham Non Pengendali ini dapat mengadakan RUPS tersendiri
untuk hal-hal tertentu dan keputusannya dapat mengikat seluruh pemegang saham.
Tugas Komisaris Independen antara lain :
Menelaah kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting dan praktik yang dilakukan oleh
perseroan sebagaimana tertuang dalam laporan keuangan.
Melakukan pembahasan dengan pemeriksa independen sehubungan dengan permasalahan hasil
audit.
Melakukan pengawasan keuangan internal perseroan.
Melakukan pembahasan atau penelaahan atas efektifitas pengendalian internal perseroan.
Dalam hal tertentu dapat menetapkan ruang lingkup dan jangka waktu pekerjaan pemeriksa
independen.
Menelaah organisasi dan independensi pemeriksa internal.
Menelaah tingkat kepatuhan perseroan terhadap pemenuhan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Begitu juga ada yang mengusulkan Tugas dan Wewenang Direksi Independen untuk hal-hal
tertentu. Umpamanya, perbuatan-perbuatan dibawah ini hanya dapat dilakukan oleh Direksi
dengan persetujuan tertulis dari Direktur Independen :
• Melepaskan atau menjaminkan aktiva tetap (fixed asset) dan aktiva lancar (current asset)
perseroan.
• Mengambil bagian baik sebagian atau seluruhnya atau ikut serta dalam perseroan atau
badan-badan lain atau menyelenggarakan perusahaan baru.
• Melepaskan sebagian atau seluruhnya penyertaan perseroan dalam perseroan atau badan-
badan lain.
• Menerima atau memberikan pinjaman jangka pendek, menengah, panjang baik yang
bersifat operasional maupun tidak operasional yang melebihi jumlah tertentu yang ditetapkan
oleh anggaran dasar.
• Mengadakan perjanjian atau kerjasama lisensi, manajemen atau perjanjian sejenisnya
dengan badan usaha atau pihak lain.
• Mengadakan kerjasama dengan pihak ketiga yang membawa konsekuensi keuangan
perseroan secara material pada Perseroan.
• Mengikat perseroan sebagai penjamin (borg atau avalist) yang mempunyai akibat
keuangan secara material pada Perseroan.
• Untuk tidak menagih lagi dan menghapuskan dari pembukuan piutang.
• Penghapusan persediaan barang yang melebihi jumlah tertentu yang mempunyai akibat
keuangan secara material pada Perseroan.
• Mengeluarkan jumlah uang melebihi suatu jumlah tertentu yang ditentukan dalam
anggaran dasar.
• Mengembangkan proyek baru yang mempunyai akibat keuangan secara material pada
Perseroan.
• Melakukan pengeluaran-pengeluaran non rutin dan Perseroan.
• Mengangkat staf manajemen dua tingkat dibawah Direksi.
• Menentukan gaji staf manajemen dua tingkat dibawah Direksi.
• Menunjuk konsultan hukum, akuntan dan penilai independen.
• Menentukan jumlah bonus bagi karyawan.
Pemegang saham independen adalah pemegang saham yang tidak mempunyai benturan
kepentingan sehubungan dengan suatu transaksi tertentu serta bukan merupakan Pihak
Terafiliasi dari direktur, komisaris atau pemegang saham utama. Benturan kepentingan adalah
perbedaan antara kepentingan ekonomis atau kepentingan lainnya dari perusahaan dengan
kepentingan ekonomis atau kepentingan lainnya dari pribadi direktur, komisaris, atau pemegang
saham utama perusahaan.
Usul-usul pencantuman pasal-pasal baru dalam Undang-Undang Pasar Modal tersebut diatas,
dapat mendorong terlaksananya pengelolaan perusahaan dengan baik (good corporate
governance), dengan adanya partisipasi komisaris dan direksi yang mewakili pemegang saham
minoritas bukan pengendali. Partisipasi tersebut dalam bentuk persetujuan mereka terlebih dulu
manakala perusahaan bermaksud mengambil keputusan-keputusan yang penting sebagaimana
diuraikan diatas.

Anda mungkin juga menyukai