Anda di halaman 1dari 58

PENGOLAHAN PAKAN SECARA MEKANIK

PELLETING
Komponen pakan adalah campuran dari produk berbasis
hewani maupun nabati, fresh or preserved, atau produk-
produk hasil proses industrial; substansi organik
maupun anorganik, mengandung zat aditif/tidak;
diperuntukkan sebagai makanan dalam bentuk pakan
lengkap(complete feed).

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 1


3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 2
• Chunks; bentuk massa yang padat dari sejumlah besar atau sepotong
massa pendek, tebal dari bahan pakan apa saja; disatukan tanpa pandang
bulu; kelompok atau chunk bersama

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 3


3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 4
PELLETING
• Pembuatan pelet terdiri dari proses pencetakan,
pendinginan dan pengeringan. Perlakuan akhir
terdiri dari proses sortasi, pengepakan dan
pergudangan.
• Proses penting pembuatan peleta:
1.Pencampuran (mixing)
2.Pengaliran uap (conditioning)
3.Pencetakan (extruding), dan
4.Pendinginan(cooling)
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 5
PELLETING: CONDITIONING
• Proses pemanasan bahan (umumnya dengan
penguapan)
• Tujuan:
1. Pati sebagai perekat –gelatinisasi agar terjadi perekatan
antar partikel bahan penyusun~ mempermudah
pencetakan penampakan pelet menjadi kompak,
durasinya mantap, tekstur dan kekerasannya bagus
2. Pakan menjadi steril, terbebas dari kuman atau bibit
penyakit
3. Pakan menjadi lebih lunak – mudah dicerna
4. Mengkondisikan aroma pakan - rangsang nafsu makan

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 6


PELLETING: CONDITIONING
• Selama proses kondisioning terjadi penurunan
kandungan bahan kering sampai 20% akibat
peningkatan kadar air bahan dan menguapnya
sebagian bahan organik.
Walker (1984)
• Proses kondisioning akan optimal bila kadar
air bahan berkisar 15 –18%.
• Kadar air yang lebih dari 20% akan
menurunkan kekentalan larutan gel hasil
gelatinisasi.
Winarno (1997)
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 7
PELLETING: CONDITIONING
Gelatinasi merupakan sumber perekat alami
pada proses “pelleting”. Pencetakan
merupakan tahap pemadatan bentuk melalui
alat extruder.
Temperatur bahan sebelum masuk ke dalam
mesin pencetak sekitar 80°C dengan
kelembaban 12–15%.
Efek lain dari proses kondisioning:
• Menguapnya asam lemak rantai pendek
• Denaturasi protein
• Kerusakan vitamin
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 8
PELLETING: CONDITIONING
• Kelemahan sistem ini adalah diperlukannya
tambahan air sebanyak 10 –20% ke dalam
campuran pakan, sehingga diperlukan
pengeringan setelah proses pencetakan.
• Penambahan air untuk membuat campuran
atau adonan pakan menjadi lunak, sehingga
bisa keluar melalui cetakan. Jika dipaksakan
tanpa menambahkan air ke dalam campuran,
mesin akan macet dan pelet yang keluar dari
mesin pencetak biasanya kurang padat.
(Pujaningsih, 2006).
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 9
PELLETING: PENDINGINAN (COOLING)
• Selama proses kondisioning terjadi peningkatan
suhu dan kadar air dalam bahan sehingga perlu
dilakukan pendinginan dan pengeringan (Walker,
1984).
• Proses pendinginan (cooling) merupakan proses
penurunan temperatur pelet dengan
menggunakan aliran udara sehingga pelet
menjadi lebih kering dan keras.
• Proses ini meliputi pendinginan butiran-butiran
pelet yang sudah terbentuk, agar kuat dan tidak
mudah pecah.
• Pengeringan dan pendinginan dilakukan untuk
menghindarkan pelet itu dari serangan jamur
selama penyimpanan
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 10
PELLETING: PENDINGINAN (COOLING)
Proses pengeringan bisa dilakukan dengan
penjemuran dibawah terik sinar matahari atau
menggunakan mesin.
Penjemuran secara alami
• Sangat tergantung kepada cuaca,
• Higienitas atau kebersihan pakanharus dijaga
dengan baik; jangan sampai tercemar debu atau
kotoran dan gangguan hewan atau unggas yang
dikhawatirkan akan membawa penyakit.
• Penjemuran menggunakan alat/ mesin pengering
–biaya investasi dan biaya operasional cukup
tinggi

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 11


• PELLETING MACHINE

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 12


PELLETING

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 13


PELLETING
• Keuntungan pakan bentuk pelet:
1.meningkatkan konsumsi dan efisiensi pakan
2.meningkatkan kadar energi metabolis pakan
3.membunuh bakteri patogen
4.menurunkan jumlah pakan yang tercecer
5.memperpanjang lama penyimpanan
6.menjamin keseimbangan zat-zat nutrisi pakan
7.mencegah oksidasi vitamin.

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 14


PELLETING
• Keuntungan pakan bentuk pelet:
1) meningkatkan densitas pakan sehingga
mengurangi tempat penyimpanan, menekan
biaya transportasi, memudahkan penanganan
dan penyajian pakan;
2) densitas yang tinggi akan meningkatkan
konsumsi pakan dan mengurangi pakan yang
tercecer;
3) mencegah “de-mixing” yaitu peruraian kembali
komponen penyusun pelet sehingga konsumsi
pakan sesuai dengan kebutuhan standar.
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 15
EXTRUDED FEED/PAKAN YANG DIEKTRUSI
EXTRUSI (EXTRUTION): proses pengolahan bahan
pakan (pembuatan pakan) melalui kombinasi
proses mekanik, pemberian tekanan dan uap
panas untuk mendenaturasi protein dan
gelatinisasi pati dalam bahan baku pakan.
• Gelatinisasi pati penting dan krusial dalam
pembuatan pellet karena mempengaruhi
digestibility, expansion, dan pellet water stability.
• Jumlah pati yang tergelatinisasi bergantung
kepada tipe pati, ukuran partikel, dan kondisi
pengolahan.

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 16


EXTRUDED FEED
• Proses ekstrusi bermanfaat dalam:
1. Meningkatkan feed digestibility dan
palatability
2. Inaktifasi anti-nutritional factors
3. Menghancurkan mikroorganisme patogen
dalam pakan

• Improve quality of feed products

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 17


Feed extruder machine

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 18


WAFER SEBAGAI ALTERNATIF PAKAN TERNAK SAPI
• I. Latar Belakang
Kendala utama dari pemanfaatan rumput /limbah
pertanian: pengangkutan, umumnya
membutuhkan tempat yang luas untuk setiap
satuan beratnya.
• Dengan penerapan teknologi pengolahan pakan
seperti pencacahan diolah menjadi Roti Sapi
(Wafer) dapat meningkatkan kualitas dan
palatabilitas serta mempermudah pengangkutan.
• Roti Sapi (Wafer) merupakan salah satu teknologi
pengolahan pakan yang efektif dan diharapkan
dapat menjaga kontinuitas ketersediaan pakan,
terutama pada musim kemarau.
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 19
II. Bahan-bahan
• Hijauan dan atau limbah pertanian : 40 %
• Leguminosa : 10%
• Konsentrat : 40%
• Bahan perekat : 10%.
Keterangan :
Salah satu contoh konsentrat yang dapat dipakai terdiri dari :
• Dedak padi (bekatul) : 27,50%
• Jagung giling halus : 52,50%
• Bungkil Kelapa : 18,75%
• Garam dapur : 1,25%
III. Peralatan yang diperlukan
• Pemotong rumput : sabit, chooper
• Alat Pengepres
• Alat pemanas
• Cetakan dengan ukuran (35x35x1,5) cm
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 20
IV. Cara Pembuatan Roti sapi (wafer)
• Rumput dan limbah pertanian dicacah, ukuran 3-5 cm.
Tujuan; mempercepat proses pengeringan, memudahkan
pencampuran dengan bahan perekat.
• Rumput dan limbah pertanian yang sudah dicacah dan
leguminosa dikeringkan dibawah sinar matahari (± 24 jam).
• Leguminosa yang sudah kering kemudian digiling.
• Rumput dan atau limbah pertanian yang sudah kering
dicampur dengan bahan perekat sampai rata, kemudian
ditambahkan leguminosa yang telah digiling dan konsentrat
diaduk sampai homogen.
• Campuran yang sudah homogen dimasukkan kedalam
cetakan (mall) yang telah dipanaskan untuk dipadatkan.
• Kemudian dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan selama +
24 jam pada suhu kamar.

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 21


V. Kualitas roti sapi (Wafer) tergantung dari bentuk fisik,
tekstur, warna, aroma dan kerapatan :
• Bentuk fisik
Roti sapi (Wafer) yang terbentuk padat dan kompak sangat
menguntungkan, karena mempermudah dalaam
penyimpanan dan penanganan
• Tekstur
Tekstur menentukan mudah tidaknya menjadi lunak dan
mempertahankan bentuk fisik serta kerenyahan
• Warna
Hasil reaksi karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan
gugus amino primer menyebabkan roti sapi berwarna coklat.
• Aroma
Hasil reaksi maillard mengeluarkan bau dan aroma khas
karamel
• Kerapatan
Semakin tinggi kerapatan nya rotui sapi akan semakin baik,
karena pertambahan airnya semakin rendah.
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 22
WAFER
Cara Pembuatan Wafer
• Semua bahan baku sumber serat (rumput lapang,
ampas dan pucuk tebu) dicacah dengan ukuran 2-5
cm, kemudian dijemur kering udara di bawah sinar
matahari selama 7 hari.
• Semua bahan baku konsentrat digiling
menggunakan hammer mill hingga berukuran mash
(tepung).
• Sumber hijauan (100 g) kemudian dicampur dengan
bahan perekat molasses (30 g) sampai rata, setelah
rata dicampur dengan konsentrat (504,2 g) hingga
menjadi ransum komplit.
• Pencampuran bahan-bahan dilakukan secara
manual.
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 23
• Ransum komplit dimasukkan ke dalam cetakan
berbentuk persegi berukuran20x20x1 cm.
• Setelah itu dilakukan pengempaan panas pada
suhu 150 oC dengan tekanan 200-300 kg/cm2
selama 20 menit.
• Pendinginan lembaran wafer dilakukan
dengan menempatkan wafer di udara terbuka
selama minimal 24 jam sampai kadar air dan
bobotnya konstan, kemudian dimasukkan ke
dalam karung.

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 24


Pengujian Wafer
• Wafer yang telah dibuat dipotong-potong dengan
ukuran 5x5x1 cm selanjutnya diambil contoh untuk
analisis proksimat (protein, seratkasar dan TDN), uji
sifat fisik (kadar air, kerapatan dan aktivitas air),
setelah itu disimpan selama 0, 2, 4, dan 6 minggu.
• Tiap kelompok penyimpanan wafer dimasukkan ke
dalam karung yang berbeda.
• Selama penyimpanan berlangsung dicatat suhu dan
kelembabannya pada pukul 06.00, 12.00, 18.00, dan
00.00
• WIB. Selain itu diambil pula sampel untuk uji
palatabilitas sistem cafetaria feeding pada empat ekor
pedet yang berumur 3-4 bulan guna mengetahui
ransum yang lebih banyak dikonsumsi. Masing-masing
sapi mendapat 4 macam ransum sebanyak 3 % BB.
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 25
Tabel 2. Komposisi nutrien ransum berdasarkan BK(100%)
Kandunga Ransum perlakuan Rataan Standar
n nutrien deviasi
R0 R1 R2 R3

Bahan 85,01 85,33 85,55 87,00 85,72 0,88


kering
Abu 5,33 4,20 4,70 5,13 4,84 0,50

Protein 16,63 16,03 16,84 17,26 16,62 0,54


kasar
Lemak 4,62 5,66 4,08 4,07 4,61 0,75
kasar
Serat 15,33 13,08 14,19 14,39 14,25 0,92
kasar
Beta-N 58,36 61,03 60,19 59,15 59,68 1,17
TDN
3/31/2021
72,72 74,14
TPP 2012 RUDY SUTRISNA
73,72 74,39 1,8226
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 27
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 28
WAFER UTK DOMBA DARI LIMBAH PASAR PASAR
“SAYUR”
• Kontribusi produksi domba bagi konsumsi daging
nasional, termasuk di kota DKI Jakarta, masih
sangat kecil. Menurut Statistik Peternakan, total
populasi domba di Indonesia hanya mencapai
sekitar 8,6 juta ekor, sedangkan populasi domba
di DKI Jakarta hanya mencapai sekitar 1.500 ekor
pada 2006.
• Potensi domba dikelola dengan baik dan
profesional, terutama dalam hal pakan, maka
sektor peternakan ini akan memberikan
kontribusi peningkatan kesejahteraan peternak,
khususnya peternak domba di DKI Jakarta.
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 29
• Banyaknya pasar-pasar tradisional di
Jakarta/bandar Lampung memungkinkan
ketersediaan limbah sayuran yang kontinyu.
• Limbah sayuran pasar sebagai bahan baku
pakan memiliki beberapa keuntungan yaitu
memiliki nilai ekonomis, menghasilkan
berbagai produk yang berguna, harganya
murah, mudah diperoleh, dan tidak bersaing
dengan kebutuhan manusia. Selain itu juga
dapat mengurangi masalah pencemaran
lingkungan akibat sampah.
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 30
• Yuli Retnani (2010)peneliti Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor (FAPET-
IPB), mengemukakan hal itu sebagai hasil
penelitiannya.
• Hanya saja menurut (Yuli, 2010) limbah
sayuran juga memiliki kelemahan- kelemahan,
diantaranya mudah busuk, volumious (bulky)
dan ketersediaannya berfluktuasi, sehingga
perlu teknologi pengolahan pakan untuk
membuat bahan menjadi awet, mudah
disimpan dan mudah diberikan pada ternak.
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 31
• Pasokan sayuran di Pasar Induk Kramat Jati
DKI Jakarta misalnya, tersedia 19 jenis
sayuran, dengan potensi menjadi limbah
sayuran cukup tinggi.
• Jenis sayuran tersebut antara lain: kol bulat,
kembang kol, nangka muda, bawang merah,
bawang putih, cabe, sawi, buncis, wortel,
tomat, kentang, daun bawang, daun seledsri,
kelapa, kacang panjang, jagung, tauge, dan
jahe.

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 32


• Banyaknya potensi limbah sayuran yang jika
tidak dimanfaatkan, hanya akan mengeluarkan
bau tidak sedap dan menambah volume tempat
pembuangan akhir (TPA).
• Memanfaatkan limbah sayuran pasar tersebut
sebagai pakan ternak dalam bentuk wafer.
Wafer hasil penelitian (Yuli, 2010) menggunakan
kelobot jagung, limbah tauge kacang hijau, dan
daun kembang kol. Menurut hasil penelitiannya,
kandungan nutrisi ketiga limbah sayuran ini
cukup tinggi dibanding limbah sayuran lainnya.
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 33
• Wafer dibuat dengan menggunakan teknologi
proses pengolahan yang mudah dan murah.
Semua limbah sayuran terlebih dulu dirajang
halus, kemudian dikeringkan dan digiling.
Terakhir, masuk pengepresan dengan mesin
kempa, sehingga menjadi produk yang memiliki
bentuk yang kompak dan siap diberikan pada
ternak.
• Yuli (2010) membuat tiga formula wafer. Wafer A
terbuat dari rumput lapang dan konsentrat, wafer
B terbuat dari 50 persen rumput lapang dan
limbah sayuran pasar, ditambah konsentrat.
Wafer C terbuat dari 100 persen limbah sayuran
pasar, ditambah konsentrat.
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 34
• Yuli, 2010, melakukan uji palatabilitas untuk
mendapatkan wafer limbah sayuran terbaik.
• Kandungan protein kasar ransum berdasarkan
hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi
Pakan, Fapet IPB: wafer A (10,47 persen),
wafer B (15,03 persen), dan wafer C (15,58
persen).
• Protein sangat penting untuk meningkatkan
berat badan atau daging domba.
• Wafer ini telah diujikan pada ternak domba
yang ada di Peternakan Mitra Tani Farm (MT
Farm) Ciampea, Kabupaten Bogor.
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 35
• Limbah sayur

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 36


• Limbah sayur/sampah pasar

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 37


• Limbah sayur

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 38


• Produk wafer darti limbah sayur

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 39


• Diketahui, konsumsi wafer B lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan lain disebabkan karena kandungan
nutrisi (protein kasar) ransum wafer B lebih mendekati
dengan kebutuhan protein domba yang sedang
tumbuh.
• Menurut National Research Council (NRC - 1985)
bahwa kebutuhan protein domba yang sedang
tumbuh sebesar 14%.
• Lebih lanjut Dr. Yuli menjelaskan, kualitas nutrisi limbah
sayuran pasar induk yang terbaik adalah daun kembang
kol dan limbah kecambah kacang hijau.
• Kualitas fisik terbaik wafer limbah sayuran didapatkan
pada wafer limbah kelobot jagung 100 persen.
Sedangkan kualitas nutrisi wafer limbah sayuran
terbaik didapatkan pada 25 persen kelobot jagung, 50
persen limbah kecambah kacang hijau dan 25 persen
daun kembang kol.
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 40
• “Palatabilitas wafer yang mengandung 25 persen
kelobot jagung tambah 50 persen limbah kecambah
kacang hijau tambah 25 persen daun kembang kol lebih
disukai ternak domba, jika dibandingkan dengan
perlakuan lainnya,” (Yuli, 2010).
• Pertambahan bobot badan domba yang diberi wafer
rumput lapang dan wafer limbah sayuran tidak
berbeda nyata. Namun pertambahan bobot badan
tertinggi dicapai pada domba yang mendapatkan
pemberian wafer pakan limbah sayuran pasar 50
persen dan rumput lapang 50 persen.
• Hanya saja teknologi ini belum bisa diadopsi secara
instan. Pasalnya wafer-wafer ini baru sebatas skala
penelitian, belum melangkah ke industri. “Perlu
dukungan untuk diproduksi secara massal,” (Yuli, 2010)
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 41
• Limbah sayur bahan baku pakan

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 42


• Wafer limbah sayur

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 43


3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 44
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 45
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 46
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 47
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 48
3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 49
CACING TAMBELO

• Cacing tambelo, berbentuk seperti cacing tapi kulitnya putih,


punya taring, lembek dan berlendir. Konon, banyak khasiatnya
untuk tubuh.

Cacing tambelo memang bukan cacing biasa. Cacing ini sejenis


moluska dan tidak berada di dalam tanah, melainkan hidup di
batang pohon yang sudah busuk

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 50


Tambelo

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 51


3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 52
• Rendemen (Hustiany, 2005)
• Tambelo dikeluarkan dari freezer, dicairkan kemudian
ditimbang, selanjutnya dikeringkan dengan
menggunakan freezer dryi. Daging Tambelo yg sdh
kering ditimbang utk mengetahui penurunan berat
setelah dikeringkan.
• Rendemen merupakan persentase perbandingan
antara bagian yang digunakan dengan berat utuh
tambelo segar, dengan rumus

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 53


3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 54
• Udara jenuh dengan kelembaban 100% jika di
dalam 1 M3 udara pada temperatur 300C
mengandung 30 gram uap air.
• Sedangkan pada suhu 200C mengandung 17
gram uap air.
• Satuan kelembaban yang umum digunakan
adalah RH, yaitu Relative Humidity
atau kelembaban relatif.

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 55


Daftar Pertanyaan Mahasiswa

3/31/2021 TPP 2012 RUDY SUTRISNA 56


mekanik
mekanik dan biologissilase

Anda mungkin juga menyukai