Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PRADIGMA PROMOSI KESEHATAN

Kelompok 1
SHOUT (121070050)
LUKMAN (121070011)
HOERUDIN (121070027)
AHSAN FILLAH (12700001)
LASMANA (1210700037)
DIDIT SETIAWAN (121070012)
HAERUDIN (121070024)
LUTFI DARMA (122070056)
MUHAMMAD SUGANDI (122070057)

UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN


2022/2023
Jl.Raya Industri Jl.Jababeka Raya,Pasirgombong,kec.Cikarang Utara,Bekasi,Jawa Barat,17530
Universitas Medika Suherman
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT


yang telah memberikan limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat
serta salam tak lupa kita curah limpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan
akhirat kepada umat manusia. Makalah ini di susun guna memenuhi
Tugas Mata Kuliah keperawatan Dewasa sistem indrokrin sebagai bahan
penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan
semaksimal mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun
makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca
makalah ini

Bekasi.20.Mei.2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
LATAR BELAKANG........................................................................................................................................4
RUMUS MASALAH.......................................................................................................................................4
TUJUAN PEMBELAJARAN.............................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5
1. DEFINISI...........................................................................................................................................5
2. Etiologi.............................................................................................................................................5
3. Patofisiologi.....................................................................................................................................6
4. Faktor Resiko...................................................................................................................................7
5. PENATALAKSANAKAN......................................................................................................................8
6. PENGKAJIAN..................................................................................................................................10
7. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................................11
BAB III........................................................................................................................................................12
PENUTUP...................................................................................................................................................12
KEIMPULAN.......................................................................................................................................12
2. SARAN............................................................................................................................................12
DAFTAR PUSAKA........................................................................................................................................13

3
BAB I
LATAR BELAKANG
Ginjal merupakan organ tubuh yang berperan penting dalam mempertahankan kestabilan
lingkungan dalam tubuh dan kelangsungan hidup dan fungsi sel secara normal bergantung pada
pemeliharaan konsentrasi garam, asam dan elektrolit lain dilingkungan cairan internal. Apabila
kerusakan ginjal terjadi secara menahun dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis
(Rahayu, 2019).
Prevalensi gagal ginjal kronik di dunia meningkat setiap tahunnya. Menurut Global
Burden of Disease (GBD) (2018) pada tahun 2015, 1,2 juta orang meninggal karena gagal ginjal,
dimana jumlah ini meningkat sebanyak 32% sejak tahun 2005. Pada tahun 2010, diperkirakan
2,3 – 7,7 juta orang dengan penyakit ginjal tahap akhir meninggal tanpa akses ke pelayanan
dialisis kronis. Oleh karena itu, diperkirakan 5-10 juta orang meninggal setiap tahun karena
penyakit ginjal. Angka kejadian gagalginjal kronik di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) (2018) mencapai 0,38% dari jumlah penduduk Indonesia. Provinsi Jawa Barat yang
mengidap gagal ginjal kronik berjumlah 0,48% dan yang menjalani hemodialisis sebesar
19,34%. Menurut data yang didapatkan dari buku rekam medik Ruangan Aster RSUD dr.
Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi diperoleh data prevalensi dalam 3 bulan terakhir dari
bulan Desember 2018 sampai Februari 2019 jumlah pasien yang menderita gagal ginjal kronik
sebanyak 94 dari 712 pasien (13%) dan prevalensi paling tinggi berada pada bulan Januari..

RUMUS MASALAH
Apa definisi dari gagal ginjal kronis ?
Apa etiologi dari gagal ginjal kronis?
Apa patofisiologi dari gagal ginjal kronis?
Apa faktor resiko dari gagal ginjal kronis?
Apa penalataksaaan dari gagal ginjal kronis?

TUJUAN PEMBELAJARAN
Mengetahui definisi dari gagal ginjal kronis
Mengetahui etiologi dari gagal ginjal kronis
Mengetahui patofisiologi dari gagal ginjal kronis
Mengetahui faktor resiko dari gagal ginjal kronis
Mengetahui penalataksaaan dari gagal ginjal kronis

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. DEFINISI
Gagal ginjal kronik merupakan akibat terminal destruksi jaringan dan kehilangan fungsi
ginjal yang berlangsung berangsur-angsur. Keadaan ini dapat pula terjadi karena penyakit yang
progresif cepat disertai awitan mendadak yang menghancurkan nefrondan menyebabkan
kerusakan ginjal yang irreversible (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2017).
Penyakit gagal ginjal kronik merupakan istilah yang digunakan oleh tenaga kesehatan untuk
menggambarkan terjadinya kerusakan pada organ ginjal yang telah berlangsung ≥ 3 bulan dan
bersifat progesif. Kerusakan yang terjadi bisa berupa gangguan bentuk dari ginjal ataupun
gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan penurunan laju penyaringan ginjal dengan nilai <
60 ml/menit yang memberikan implikasi kepada kesehatan (Rasyid, 2017)
Gagal ginjal kronik merupakan perburukan fungsi ginjal yang lambat, progresif dan irreversible
yang menyebabkan ketidakmampuan ginjal untuk membuang produk sisa dan mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit (Onainor, 2019)
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali,
dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme, gagal memelihara keseimbangan cairan
dan elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum (Erma Kasumayanti, 2020)
2. Etiologi
Menurut (Rendi & TH, 2019) penyebab gagal ginjal kronik adalah
a. Infeksi saluran kemih/pielonefritis kronis
b. Penyakit peradangan glumerulonefritis
c. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
d. Gangguan jaringan penyambung (SLE poliarterites nodusa skelrosi sistemik)
e. Penyakit kongenital dan herediter (Penyakit ginjal polikistik asidosis tubulus ginjal)
f. Penyakit metabolik (DM, Gocit, Hiperparatiroirisme)
g. Netropati toksik h. Nefropati Obstruksi (Batu saluran kemih)
Selain itu, menurut (Arif & Kumala, 2014) Adapun kondisi klinis yang mungkin dapat
menyebabkan gagal ginjal kronik adalah dari organ ginjal itu sendiri dan luar organ ginjal.

5
penyebab gagal ginjal kronik :
a. Gagal ginjal kronik dari penyakit ginjal
1) Infeksi kuman
2) Kista dalam ginjal
3) Glomerulonefritis yaitu peradangan pada glomerulus
4) Batu ginjal
5) Keganasan pada organ ginjal
b. Gagal ginjal kronik dari luar ginjal
1) Diabetes melitus
2) Hipertensi
3) Tinggi kolestrol
4) Infeksi di badan antara lain : TBC Paru, Sifilis, Hepatitis, Malaria
5) Preeklamsi
6) SLE
7) Dyslipidemia
8) Tubuh banyak kehilangan cairan yang mendadak contohnya luka bakar

3. Patofisiologi
Patofisiologi gagal ginjal kronik beragam, bergantung pada proses penyakit penyebab.
Tanpa melihat penyebab awal, glomerulosklerosis dan inflamasi interstisial dan fibrosis adalah
ciri khas gagal ginjal kronik dan menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Seluruh unit nefron
secara bertahap hancur. Pada tahap awal, saat nefron hilang nefron fungsional yang masih ada
mengalami hipertrofi. Aliran kapiler glomerulus dan tekanan meningkat dalam nefron ini dan
lebih banyak partikel zat terlarut disaring untuk mengkompensasi massa ginjal yang hilang.
Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR. Stadium gagal ginjal
kronis didasarkan pada tingkat GFR(Glomerular Filtration Rate) yang tersisa dan mencakup :
1. Penurunan cadangan ginjal; Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi
ginjal), tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic. Nefron yang sehat mengkompensasi
nefron yang sudah rusak, dan penurunan kemampuan mengkonsentrasi urin, menyebabkan

6
nocturia dan poliuri. Pemeriksaan CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi penurunan
fungsi

2. Insufisiensi ginjal; Terjadi apabila GFR turun menjadi 20 – 35% dari normal. Nefron-nefron
yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban yang
diterima. Mulai terjadi akumulai sisa metabolic dalam darah karena nefron yang sehat tidak
mampu lagi mengkompensasi. Penurunan respon terhadap diuretic, menyebabkan oliguri,
edema. Derajat 8 8 insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang dan berat, tergantung dari
GFR, sehingga perlu pengobatan medis
3. Gagal ginjal; yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.
4. Penyakit gagal ginjal stadium akhir; Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal.
Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa.
Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubuluS. Akumulasi sisa metabolic dalam
jumlah banyak seperti ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu
mempertahankan homeostatis dan pengobatannya dengan dialisa atau penggantian ginjal

4. Faktor Resiko
Menurut (Rasyid, 2017) Faktor resiko yang dianggap berperan pada kejadian gagal ginjal
kronik dapat dikelompokan atas beberapa faktor resiko yaitu :
a. Faktor yang berpeluang meningkatkan risiko kerusakan ginjal yaitu
 Usia tua
 Ras / suku
 Tingkat pendidikan dan ekonomi
 Kegemukan
 Faktor genetik / Riwayat keluarga
 Berkurangnya massa ginjal
b. Faktor Inisiasi merupakan faktor yang secara langsung menyebabkan kerusakan
ginjal :
 Kencing manis
 Tekanan darah tinggi
 Gangguan kekebalan tubuh
 Infeksi menyeluruh
 Infeksi saluran kencing dan adanya batu/sumbatan
 Efek toksik dari obat
c. Faktor Progresi merupakan faktor yang menyebabkan perburukan kerusakan ginjal
yaitu
 Protein dalam urin yang massif

7
 Tekanan darah yang tidak terkontrol
 Kontrol gula darah yang buruk
 Merokok

5. PENATALAKSANAKAN
Tujuan dari penatalaksanaan ini untuk mempertahankan fungsi ginjal dan keseimbangan
sehingga akan memperpanjang harapan hidup pasien selagi hal tersebut bisa dipulihkan
diidentifikasi dan ditangani.
1. Pasien memerlukan dialisis yang adekuat sehingga dapat menurunkan kadar uremik di dalam
darah akibat dari sampah metabolisme. Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu
melaksanakan proses tersebut tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan
kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. Metode terapi mencakup hemodialisis,
hemofiltrasi dan peritoneal dialysis.
2. CAPD (Countinous Ambulatory Peritoneal Dialisys)
Tekhnik dialysis yang dapat dilakukan sendiri di rumah larutan dialisat dari botol plastik
fleksibel melalui kateter yang disisipkan dikavum abdomen dan difiksasi. Setelah cairan dialisat
diinfuskan ke kavum peritoneal dan di biarkan selama 4-6 jam setelah itu cairan yang ada di
dalam peritoneal dikeluarkan dengan posisi yang lebih rendah agar mengalir ke bawah.
3. Peritoneal dialysis yaitu
Dengan cara permukaaan peritoneum berfungsi sebagai permukaan difusi. Cairan dialisat yang
steril dimasukan ke dalam kavum peritoneal menggunakan kateter abdomen dengan interval lalu
ureum kreatinin dari sisa sampah metabolism mengalir dari atas ke bawah bagian kavum dan
dibersihkan. Waktu terapi 6-8 jam.
4. Intervensi diit yaitu
pembatasan asupan protein karena hasil pemecahan protein karena hasil pemecahan protein akan
menghasilkan urea, asam urat dan asam organik dan hal tersebut apabila tidak dibatasi hasil dari
pemecahan tersebut akan menumpuk di dalam darah dan akan memperberat kerja ginjal danakan
memperburuk kondisi ginjal. Protein yang boleh dikonsumsi harus memiliki nilai biologis tinggi
(susu, telur, daging). Protein mengandung nilai biologis yang tinggi adalah substansi protein
lengkap dan menyuplai asam amino utama yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perbaikan
sel.
5. Diit cairan
cairan yang diperbolehkan masuk adalah 500-600 ml untuk 24 jam, dibatasi karena akan
memperberat ginjal untuk mengekskresikannya karena terjadi penurun fungsi ginjal dan akan

8
mengindarkan pasien dari komplikasi yang lebih parah seperti Gagal jantung kongestif dan
edema pulmoner.
6. Kalori diperoleh dari karbohidrat dan lemak sangat diperlukan untuk sumber energi dan
vitamin perlu diberikan untuk mencegah kelemahan akibat diet rendah protein. Selain itu, pasien
dialisis mungkin kehilangan vitamin larut air melalui darah selama penanganan dialisis.
7. Pembatasan natrium dianjurkan untuk mengurangi tekanan darah karena pasien GGK biasanya
mengalami masalah hipertensi namun ditangani juga dengan berbagai obat antihipertensi.
8. Hiperkalemia biasanya dicegah dengan penaganan dialisis yang adekuat yang sudah
dianjurkan disertai pengambilan kalium dan pemantauan yang cermat terhadap kandungan
kalium pada seluruh pengobatan secara oral maupun intravena. Pasien diharuskan diet rendah
kalium. Kadang-kadang kayexe late perlu diberi secara oral.
9. Gangguan sistem syaraf seperti kedutan, sakit kepala, aktivitas kejang harus segera dilaporkan
dan pasien harus ditindak dengan cara mengurangi resiko jatuh dengan pemilihan tempat tidur
yang mempunyai pengahalang di masing-masing sisi, dan pemberian obat diazepam intravena
(valium) atau fenitoin (dilantin) biasanya diberikan untuk mengendalikan kejang yang
diresepkan oleh dokter.
10. Anemia pada gagal ginjal kronis ditangani dengan epogen (eritropoetin manusia
rekombinan). Epogen diberikan secara intravena atau subkutan tiga kali seminggu. Naiknya
hematokrit memerlukan waktu 2-6 minggu, sehingga epogen tidak diindikasikan untuk pasien
yang memerlukan koreksi anemia dengan segera. Efek samping epogen mencakup hipertensi
(terutama selama tahap awal penanganan), peningkatan bekuan pada tempat akses vaskuler,
kejang dan penipisan cadangan besi tubuh.
11. Pasien dengan gejala gagal ginjal kronis yang meningkat dirujuk ke pusat dialisis dan
transpaltasi sedini mungkin sejak penyakit renal mulai berkembang. Dialisis biasanya dimulai
ketika pasientidak 24 mampu mempertahankan gaya hidup normal dengan penanganan
konservatif (Smeltzer & Bare, 2012)

Penatalaksanaan medis Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) penatalaksanaan medis pada
gagal ginjal kronik adalah:
1. Diet
2. Pemberian obat
3. Transfusi sel darah merah untuk mengatasi anemia

9
4. Dialisis
5. Transplantasi ginjal
6. Perikardiosentesis darurat atau pembedahan darurat untuk penanganan kor tamponade.

6. PENGKAJIAN
Pasien 1 Ny.J dilakukan pada hari Senin, 21 Februari 2022 pada pukul 15.30 WIB di Flamboyan
8 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pengkajian ini meliputi pengkajian identitas, riwayat
kesehatan, genogram, pengkajian pola gordon, dan pemeriksaan fisik.
Pada pengkajian identitas diperoleh data
Nama pasien: Ny.J dengan
No.RM: 015xxx,
Alamat: Ngawi,
Tanggal masuk: 21 Februari 2022 pukul 10.00 WIB.
Pada pengkajian penanggung jawab diperoleh data
Nama:Ny.S,
Alamat:Ngawi,hubungan dengan pasien : anak kandung.
Pada pengkajian riwayat kesehatan, keluhan utama pasien yaitu merasakan sesak napas.
Pengkajian riwayat kesehatan sekarang diperoleh data pada tanggal 19 Februari 2022 pukul
02.00 WIB pasien merasakan sesak napas yang lebih, kemudian langsung dibawa ke RSDM dan
sampai di IGD pukul 04.00 WIB karena pasien mengalami penurunan kesadaran dan sepsis
pasien di pindah ke ruang HCU Anggrek 2 pada pukul 08.00 WIB terpasang NRM 7 lpm.
Pasien dirawat di HCU Anggrek 2 selama dua hari. Pada tanggal 21 Februari 2022 pukul 10.00
WIB pasien dipindah ke ruang Flamboyan 8. Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu, keluarga
pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan
pernapasan tetapi pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan asam lambung. Pasien rutin
dalam minum obat hipertensi. Pada pengkajian riwayat penyakit keluarga, keluarga pasien
mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit pada sistem pernapasan,
riwayat penyakit keturunan seperti diabetes melitus, thalasemia, hemofillia, dan riwayat penyakit
menular seperti HIV/Aids, hepatitis, pneoumonia. Pada pengkajian riwayat alergi, keluarga
pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi apapun baik makanan ataupun
obat-obatan.
Pada pengkajian genogram diperoleh data bahwa pasien anak ke 4 dari 4 bersaudara. Pada
pengkajian pola fungsional gordon diperoleh data pola nutrisi sebelum sakit pasien makan nasi

10
3x sehari dengan porsi sedang, suka 49 makan buah-buahan, pasien minum air putih 3-4 gelas
perhari dan minum teh dipagi hari.
Saat ini pasien terpasang NGT dan mendapat susu 2x sehari sebanyak 100 ml. Balance cairan
+224cc. Pada pola eliminasi, sebelum sakit pasien BAK sehari 6-8x dan BAB 1x sehari dengan
feses lunak. Saat sakit pasien terpasang cateter dengan urin berwarna kuning kecoklatan
sebanyak 200 ml. Pada pola istirahat dan tidur, sebelum sakit pasien mengatakan tidak ada
gangguan pola tidur. Saat sakit pasien mengatakan sering terbangun ketika tidur karena
terkadang dada terasa sesak sehingga kurang nyaman. Pada pola aktivitas dan latihan, sebelum
sakit pasien bisa melakukannya sendiri. Saat sakit pasien dibantu orang lain untuk melakukan
aktivitas dan latihan. Pada pola kognitif, pasien mengatakan tidak mengetahui banyak tentang
penyakit gagal ginjal kronik yang dideritanya selama kurang lebih 4 bulan ini.
Pada pola penanganan masalah dan stres keluarga pasien mengatakan selama sakit pasien mudah
marah. Pada pemeriksaan fisik diperoleh data, keadaan umum pasien sedang, kesadaran pasien
composmentis.
Pada pemeriksaan TTV diperoleh data: TD 130/100 mmHg, suhu 36oC, RR 24x/menit, saturasi
98 %, HR : 115x/mnt. Pada pemeriksaan antropomentri diperoleh data BB pasien 40 kg dan TB
150 cm.
Pada pasien 1 Ny.J terpasang IV line pada ekstermitas atas sinistra, terpasang DC 200 ml, nasal
kanul 5 lpm, terpasang NGT, akral dingin, terdapat pernapasan cuping hidung, tampak retraksi
dada dan pasien tampak gelisah.
Pada pemeriksaan head to toe 50 diperoleh data, mata simetris, tidak tampak lesi. Hidung
simetris, terdapat pernapasan cuping hidung. Mulut simetris, mukosa bibir kering. Leher tidak
tampak pembesaran tiroid, tidak ada nyeri tekan. Integumen kulit kering, gatal, bersisik, turgor
kulit sedang, akral dingin. Dada simetris, tidak ada nyeri tekan. Pada jantung inspeksi ictus
cordis tampak, palpasi ictus cordis teraba di ICS IV MCS, perkusi redup, auskultasi bunyi
jantung S1 dan S2 normal, tidak ada suara tambahan.
Pada paru-paru inspeksi simetris, terdapat retraksi dada, palpasi vocal fremitus teraba sama, tidak
ada nyeri tekan, perkusi suara sonor, auskultasi tidak terdapat suara tambahan. Kekuatan otot
ekstermitas atas bawah sinistra dan dextra adalah 4.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil laboratorium sebagai berikut Hemoglobin 7.2 g/dl,
Hematokrit 22%, Leukosit 22.0 Ribu/uL, Trombosit 49 Ribu/uL, Eritrosit 2.57 Juta/uL,
Kreatinin 3.9 mg/dl dan ureum 83 mg/dl. Terapi obat yang diberikan kepada pasien yaitu
Levofloxacin 750 mg / 24jam, Furosemid 5cc / jam, Clonidine 0,15 mg, Candesartan 16 mg / 24
jam. Pasien diberikan terapi O2 dengan Nasal Kanul 5 lpm.

7. Diagnosa Keperawatan
Pada pasien 1 Ny. J didapatkan data sesak napas, terpasang nasal kanul 5 lpm, terdapat
pernapasan cuping hidung, frekuensi napas takipnea, tampak retraksi dada, pasien tampak

11
gelisah, RR : 24x/menit sehingga ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan penurunan ekspansi paru. Selain itu, didapatkan data pasien mengatakan
sulit tidur, keluarga mengatakan pola tidur pasien berubah, tidak nyenyak dan pasien tampak
gelisah sehingga ditegakkan diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan.

BAB III
PENUTUP
KEIMPULAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil studi kasus penerapan asuhan keperawatan gagal ginjal kronik
dengan kebutuhan oksigenasi pada pasien 1 Ny.J di ruang Flamboyan 8 RS dr. Moewardi
Surakarta penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
 Pengkajian Pengkajian pasien 1 Ny.J didapatkan data mengalami sesak nafas dibuktikan
dengan frekuensi napas Ny.J 24x/menit sedangkan Tn. B 30x/menit. Kedua pasien
mengalami sulit tidur dan tidak nyenyak.
 Diagnosa Keperawatan Pada pasien 1 Ny.J ditegakkan diagnosa keperawatan pola napas
tidak efektif dan gangguan pola tidur.
2. SARAN
Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah ada maka penulis memberi beberapa saran, antara lain
 Bagi Pasien dan Keluarga Pasien Diharapkan keterlibatan dan kerja sama antara pasien
dan keluarga pasien dengan perawat dalam proses keperawatan, sehingga didapatkan
proses keperawatan yang kesinambungan, cepat dan tepat pada pasien.
 Bagi Mahasiswa Untuk mahasiswa yang akan melakukan penelitian studi kasus
selanjutnya lebih memperhatikan masalah utama kesehatan pasien terkait diagnosa medis.
 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan Dalam pengembangan ilmu keperawatan
diharapkan dapat menambah keluasan ilmu keperawatan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik dengan kebutuhan oksigenasi dan juga
memacu pada penulis selanjutnya untuk melakukan studi kasus dengan gangguan
kebutuhan yang lainnya

12
DAFTAR PUSAKA

A., R. F. (2018). ASKEP. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL , 1-17.
ALESIANA, E. (2022). ASKEP. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL ,
23-36.
BANUNAEK, M. H. (2018). ASKEP. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GAGAL GINJAL KRONIK, 20-30.
Panma, R. R. (2017). ASKEP. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GAGAL
GINJAL KRONIS, 6-15.
tiyasto, E. (2017). ASKEP. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL
KRONIK, 7-11.

13
14
15
16
17
18
19

Anda mungkin juga menyukai