Anda di halaman 1dari 49

DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar ...........................................................................................................


2. Daftar Isi.....................................................................................................................
3. BAB I Pendahuluan.....................................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Identifikasi Masalah .............................................................................................
C. Tujuan Proyek Perubahan.....................................................................................
20
D. Area dan Ruang Lingkup Proyek Perubahan ........................................................
E. Kriteria Keberhasilan ...........................................................................................
4. BAB II Deskripsi Dan Analisis Pelaksanaan Proyek Perubahan ................................
a. Deskripsi Pelaksanaan Proyek Perubahan ............................................................
27
b. Millestone Pelaksanaan Proyek Perubahan ..........................................................
b.1 Analisis Pelaksanaan Milestone 1...........................................................
52
b.2 Analisis Pelaksanaan Milestone 2...........................................................
70
b.3 Analisis Pelaksanaan Milestone 3...........................................................
80
b.4 Analisis Pelaksanaan Milestone 4 ..........................................................
145
b.5 Analisis Pelaksanaan Milestone 5 ..........................................................
236
b.6 Analisis Pelaksanaan Milestone 6 ..........................................................

BAB III Penutup 269


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hak setiap warga negara dan pemerintah wajib

menyelenggarakan pendidikan. Pernyataan ini dijamin dalam Undang Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Pasal 31. Sebagai upaya perwujudan amanat UUD 45

pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional membuat enam pilar

kebijakan pokok pembangunan pendidikan yakni: meningkatkan ketersediaan layanan

pendidikan dan kebudayaan; memperluas keterjangkauan layanan pendidikan;

meningkatkan kualitas layanan pendidikan dan kebudayaan, mewujudkan kesetaraan

dalam memperoleh layanan pendidikan; menjamin kepastian/keterjaminan

memperoleh layanan pendidikan; mewujudkan kelestarian dan memperkukuh

kebudayaan Indonesia.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas

daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri atas daerah-daerah kabupaten dan

kota. Setiap daerah mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam Undang-

undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa

Pemerintah Kabupaten/Kota mengelola pendidikan dasar dan satuan pendidikan yang


berbasis keunggulan local. Hal ini diperkuat lagi dengan Undang Undang No. 23

tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014,

kewenangan pemerintahan daerah meliputi: (1). menyelenggarakan urusan

pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi

seluas-luasnya sesuai dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia; (2).

melaksanakan urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan oleh pemerintah pusat

menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah dengan berdasar atas asas tugas

pembantuan; dan (3). melaksanakan urusan pemerintahan umum yang menjadi

kewenangan Presiden dan pelaksanaannya dilimpahkan kepada gubernur dan

bupati/wali kota, dibiayai oleh APBN.

Upaya pemerintah untuk menangani permasalahan pendidikan dasar di

Indonesia, dirasakan masih belum tuntas. Hal tersebut dibuktikan dengan setiap

bergantinya rezim pemerintahan, utamanya dengan bergantinya menteri pendidikan,

selalu diikuti dengan bergantinya kurikulum pendidikan. Hingga saat ini, pemerintah

masih belum menemukan bentuk pengelolaan pendidikan yang tepat bagi anak-anak

kategori usia pendidikan dasar dan masih mencari-cari bentuk yang sesuai dengan

kondisi masyarakat Indonesia sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni. Tak mengherankan bahwa kualitas pendidikan dasar di Indonesia

saat ini masih menempati urutan 72 dari 77 negara dalam membaca, urutan 72 dari 78

negara dalam matematika dan uruutan 70 dari 78 negara dalam sains (Kemdikbud,

2020). Peran pemerintah sangat dibutuhkan guna meningkatkan kualitas pendidikan

peserta didik, utamanya kualitas pendidikan dasar sebagaimana amanat UUD 1945
Pasal 31 ayat (1) yang berbunyi “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”

dan ayat (2) “setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah

wajib membiayainya”. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk

meningkatkan kualitas pendidikan dasar tersebut adalah melaksanakan program

penggabungan sekolah (regrouping). Regrouping merupakan penggabungan beberapa

Sekolah Dasar (SD) menjadi satu dalam rangka efisiensi anggaran pendidikan dan

efektifitasnya untuk peningkatkan mutu pendidikan, atau merupakan usaha penyatuan

dua unit SD atau lebih menjadi satu kelembagaan atau institusi dan diselenggarakan

dalam satu pengelolaan (Susanto, 2010:1).

Pemerintah, dalam hal ini Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan surat

Nomor 421.2/2501/Bangda/1998 tentang Pedoman Pelaksanaan Penggabungan

(Regrouping) Sekolah Dasar. Tujuan dari kebijakan penggabungan sekolah adalah

agar tercapainya efisiensi dan efektifitas sekolah dalam penggunaan anggaran belanja

negara untuk pembiayaan pendidikan. Jumlah sekolah yang melebihi kapasitas yang

ada di Indonesia, terutama sekolah yang tidak produktif akan menyita anggaran untuk

operasional. Dengan adanya kebijakan penggabungan sekolah, anggaran bagi sekolah

yang tidak produktif akan di alihkan untuk usaha peningkatan mutu pendidikan.

Dalam perkembangannnya telah lahir berbagai kebijakan yang mengatur regrouping

sekolah di negeri ini. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program

Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000-2004 misalnya, antara lain

menentukan bahwa salah satu kegiatan pokok dalam mengupayakan pemerataan

pendidikan dasar adalah melaksanakan revitalisasi serta penggabungan (regrouping)


sekolah-sekolah terutama SD, agar tercapai efisiensi dan efektivitas sekolah yang

didukung dengan fasilitas yang memadai. Pada tahun 2002 dikeluarkan Keputusan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 060/U/2002 tentang Pedoman Pendirian

Sekolah yang antara lain menentukan bahwa (1) pengintegrasian sekolah merupakan

peleburan atau penggabungan dua atau lebih sekolah yang sejenis menjadi satu

sekolah, dan (2) sekolah hasil integrasi merupakan bentuk sekolah baru (pasal 23).

Sekolah yang diintegrasikan mengalihkan tanggung jawab edukatif dan administratif

peserta didik dan tenaga kependidikan kepada sekolah hasil integrasi. Sejalan dengan

berlakunya kebijakan desentralisasi bidang pendidikan di tingkat Propinsi dan

Kabupaten/ Kota – sebagaimana terakhir diatur melalui Undang Undang Nomor 23

tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah maka setiap daerah seyogiuanya

menetapkan Peraturan Daerah yang mengatur soal regrouping sekolah.

Selanjutnya, pemerintah mengeluarkan Permendikbud Nomor 36 Tahun 2014

tentang Pedoman Pendirian, Perubahan, dan Penutupan Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah dan sekaligus mencabut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

060/U/2002 tentang Pedoman Pendirian Sekolah. Hal ini dilatar belakangi oleh

adanya Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan. Oleh karena perlunya pengaturan lebih lanjut

mengenai syarat-syarat pendirian satuan pendidikan formal, maka perlu menetapkan

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pedoman Pendirian,

Perubahan, dan Penutupan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam pasal 4
ayat 2 Permendikbud Nomor 36 Tahun 2014 ditegaskan bahwa Perubahan satuan

pendidikan merupakan: (a). perubahan nama dan/atau bentuk dari nama dan/atau

bentuk satuan pendidikan tertentu menjadi nama dan/atau bentuk satuan pendidikan

yang lain; (b) penggabungan 2 (dua) atau lebih satuan pendidikan menjadi 1 (satu)

satuan pendidikan baru; (c) pemecahan dari 1 (satu) satuan pendidikan menjadi 2

(dua) satuan pendidikan atau lebih; dan (d). perubahan satuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh masyarakat menjadi diselenggarakan oleh Pemerintah atau

pemerintah daerah.

Pendidikan dasar di Kota Pematangsiantar memiliki peranan penting dalam

upaya mencerdaskan masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup melalui perbaikan

buta ilmu sebagai bekal masa depan keluarga dan bangsa. Sekolah dasar

diselenggarakan berdasarkan kebijakan otonomi daerah yakni Dinas Pendidikan Kota

Pematangsiantar melalui kebijakan-kebijakan sesuai dengan keadaan yang

dibutuhkan. Penetapan kebijakan Dinas Pendidikan memiliki tujuan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan dasar dengan harapan terjadi pula pemerataan

kualitas dan pemberdayaan sumber daya pendidikan.

Fenomena sekolah dasar (SD) tidak mendapatkan jumlah ideal peserta didik

dalam satu kelas telah menjadi perbincangan di berbagai kalangan. Beberapa kota

lain di Indonesia juga telah memberlakukan kebijakan regrouping untuk mengatasi

permasalahan tersebut. Kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan salah

satunya adalah melalui Regrouping Sekolah Dasar, yakni penggabungan beberapa

Sekolah Dasar (SD) mejadi satu dalam rangka efisiensi anggaran pendidikan dan
efektifitas pelaksanaan pembelajaran. Program regrouping yang akan ditetapkan oleh

Pemerintah Kota Pematangsiantar untuk mengatasi masalah: (1) manajemen,

kekurangan tenaga guru, efisiensi biaya, dan peningkatan mutu lulusan Sekolah

Dasar; (2) upaya meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme sumber daya

aparatur bagi pemangku kepentingan di bidang pendidikan terkait penggabungan

(regrouping) Sekolah Dasar di Kota Pematangsiantar.

Berdasarkan data dari Dinas pendidikan Kota Pematangsiantar (2020), jumlah

SD negeri di Kota Pematangsiantar ada 116 unit. Berdasarkan kondisi siswa, guru,

sarana dan prasarana, serta kondisi geografis dari 116 SD tersebut, ada sekitar 79-88

SD Negeri yang perlu dimasukkan dalam regrouping, atau diprioritaskan untuk

digabungkan. Pelaksanaan regrouping SD ini perlu dilakukan dengan hati-hati,

seksama, dan dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam hal ini dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan yang muncul:

1. Terjadi kecenderungan menurunnya jumlah peserta didik pada 58 SD Negeri dalam

lima tahun terahir (2016-2020). Dengan kata lain, jumlah enrolmen peserta didik

dalam lima tahun terakhir tidak mencapai 20 orang per kelas.

2. Oleh karena rombongan belajar (rombel) di SD sedikit maka di satu sisi terjadi

kelebihan guru kelas (GK), dan di sisi lain terjadi pula kekurangan guru Penjas dan

Olahraga, guru Agama, guru muatan lokal, dan petugas sekolah.


3. Dalam hal manajemen sekolah, diketahui bahwa biaya operasional SD Negeri

menjadi tidak efisien, dan upaya peningkatan mutu lulusan tidak efektif.

4. Pemerintah Kota Pematangsiantar belum memiliki Peraturan Daerah/Peraturan

Walikota untuk mengatur dan menetapkan penggabungan Sekolah Dasar Negeri

sesuai dengan situasi dan kondisi daerah.

C. Tujuan Penggabungan Sekolah Dasar Negeri

Tujuan Penggabungan Sekolah Dasar Negeri di Kota Pematangsiantar adalah:

1. Optimalisasi penggunaan sarana dan prasarana;

2. Mengatasi kekurangan guru kelas dan guru olahraga serta guru agama PNS

sekolah dasar negeri;

3. Efisiensi dan efektifitas penggunaan dan bantuan operasional sekolah;


BAB 2

METODE PEMECAHAN

A. Kebijakan Penggabungan (Regrouping) Sekolah

1. Pengertian Kebijakan Regrouping

Dalam melaksanakan pendidikan nasional dan pendidikan di daerah selalu

didasarkan pada suatu kebijakan. Kebijakan menurut Dye (Subarsono, 2008:2) adalah

“public policy is whatever goverments choose to do or not to do.” Apapun pilihan

pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan. Sedangkan Tilaar (2008:184),

mendefinisikan kebijakan publik sebagai “keputusan yang dibuat oleh negara,

khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan dari negara yang

bersangkutan.” Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada

masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju kepada

masyarakat yang dicita-citakan. Dari pengertian-pengertian kebijakan tersebut dapat

disimpulkan bahwa kebijakan merupakan rangkaian keputusan atau tindakan yang

dilakukan maupun tidak dilakukan pemerintah dengan tujuan khusus untuk mengatasi

suatu masalah atau urusan tertentu yang hasilnya memiliki dampak terhadap orang

banyak. Pengertian-pengertian kebijakan tersebut menunjukkan adanya kekuasaan

pemerintah yang absolut dalam kebijakan, sehingga seluruh aktivitas kebijakan

merupakan pilihan kebutuhan pemerintah. Pilihan kebutuhan pemerintah memberikan

dampak bagi masyarakat, baik dampak besar maupun kecil tergantung pada kebijakan
yang diterapkan, tetapi pada dasarnya, kebijakan yang diterapkan pemerintah

ditujukan untuk mengatur kehidupan masyarakat.

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatur kehidupan masyarakat

adalah satunya melalui pendidikan. Pendidikan sebagai fungsi sosial membutuhkan

pengaturan agar dalam prosesnya dapat menciptakan tertib berkehidupan. Pengaturan

yang dibutuhkan adalah pengaturan yang cakupannya cukup luas dan dapat

dipaksakan. Untuk itu, diperlukan kebijakan dalam dunia pendidikan yang dikenal

dengan kebijakan pendidikan. Di dalam kebijakan pendidikan terdapat istilah

kebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik dan kebijakan pendidikan sebagai

bagian kebijakan publik (Tilaar, 2008:264). Pada dasarnya, kebijakan pendidikan

adalah kebijakan publik dibidang pendidikan. Sebagai bagian kebijakan publik,

kebijakan pendidikan memiliki kedudukan secara resmi untuk mengatur pendidikan.

Sama halnya dengan sifat kebijakan publik, karena merupakan bagiannya, maka

kebijakan pendidikan juga bersifat mengikat.

Tilaar (2008:140) mengungkapkan bahwa, “kebijakan pendidikan merupakan

keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah strategis pendidikan yang

dijabarkan dari visi, misi pendidikan dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya

tujuan pendidikan dalam masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu.” Sem,entara

itu, menurut Arif Rohman (2009:108), “kebijakan pendidikan merupakan kebijakan

publik yang mengatur khusus regulasi berkaitan dengan penyerapan sumber, alokasi,

dan distribusi sumber, serta pengaturan perilaku dalam pendidikan.” Sementara itu,

Riant Nugroho (2008:37) menjabarkan bahwa “kebijakan pendidikan difahami


sebagai kebijakan di bidang pendidikan, untuk mencapai tujuan pembangunan

negara-bangsa dibidang pendidikan, sebagai salah satu bagian dari tujuan

pembangunan negara-bangsa

secara keseluruhan.”

Dari pengertian-pengertian kebijakan pendidikan tersebut dapat disimpulkan

bahwa kebijakan pendidikan merupakan kebijakan publik yang mengatur keseluruhan

kegiatan strategis pendidikan yang dapat dijabarkan melalui visi, misi pendidikan

untuk mencapai tujuan pembangunan. Kebijakan yang berlaku tidak serta merta dapat

diimplementasikan seterusnya, sebab kebijakan pendidikan merupakan kebijakan

yang memiliki jangka waktu tertentu.

Olsen, Codd, & O’Neil (Tilaar, 2008:267) mengemukakan, “sebagai upaya

pencapaian tujuan pembangunan, kebijakan pendidikan merupakan kunci bagi

keunggulan, bahkan eksistensi, bagi negara-bangsa dalam persaingan global,

sehingga kebijakan pendidikan perlu mendapatkan prioritas utama dalam era

globalisasi. Prioritas negara tersebut dapat diperoleh dengan mengupayakan

pendidikan bermutu bagi warga negaranya. Mutu di dunia pendidikan beragam

jenisnya. Sallis (2010: 30-31) mengemukakan, Sesungguhnya ada banyak sumber

mutu dalam pendidikan, misalnya sarana gedung yang bagus, guru yang terkemuka,

nilai moral yang tinggi, hasil

ujian yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan

komunitas lokal, sumber daya yang melimpah, aplikasi teknologi mutakhir,


kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pelajar dan anak didik,

kurikulum yang memadai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut.

Prioritas pada mutu memberikan konsekuensi kepada pemerintah untuk

melakukan usaha yang terus menerus yang membutuhkan anggaran yang tidak

sedikit. Dalam kondisi seperti ini diperlukan perinsip ekonomi di mana untuk

memperoleh hasil yang maksimal diperlukan pengorbanan tertentu, karena pada

hakikatnya, Goertz (Tilaar, 2008: 268) mengemukakan bahwa “kebijakan pendidikan

berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas anggaran pendidikan”. Dalam upaya

peningkatan mutu pendidikan yang berlandaskan pada efisiensi dan efektivitas

anggaran pendidikan, pemerintah mencanangkan kebijakan regrouping terutama

untuk sekolah dasar. Kata regrouping merupakan kata lain dari

merger/penggabungan. Kata merger lebih dikenal di dalam dunia bisnis. Merger

sangat lekat dengan badan usaha terutama badan usaha profit.

Merger pada awalnya merupakan salah satu usaha pengembangan dan

pertumbuhan perusahaan yang dapat dilakukan dengan cepat. Selain itu, merger

merupakan salah satu alternatif untuk investasi modal dan pertumbuhan modal secara

internal atau organisasi. Merger dilakukan dengan menggabungkan dan membagi

sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan bersama.

Merger menurut Encyclopedia of Banking and Finance (Gunawan Widjaja,

2002: 47) adalah “a combination of two or more corporations where the dominant

unit absorbs the passive unit, the former continuing operation, usually under the

same name.” Merger adalah kombinasi dari dua atau lebih perusahaan di mana unit
yang dominan menyerap unit pasif, perusahaan yang digabung beroperasi terus-

menerus, biasanya dengan nama yang sama.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa merger

merupakan penggabungan dua badan usaha atau lebih menjadi satu badan usaha ke

dalam badan usaha yang eksis dengan nama badan usaha yang tetap eksis.

Penggabungan badan usaha ini mengharuskan adanya peleburan aset secara

menyeluruh ke dalam badan usaha yang tetap eksis. Hal ini secara kuantitas akan

memberikan tambahan modal bagi badan usaha yang eksis tersebut.

Merger/penggabungan badan usaha dapat diterapkan di dalam dunia pendidikan.

Merger/penggabungan dalam dunia pendidikan lebih berkaitan dengan perampingan

jumlah sekolah. Jumlah sekolah yang cukup banyak dengan jumlah siswa yang

kurang memadai berdasarkan standar nasional mengakibatkan pemborosan

pembiayaan pendidikan. Untuk itu, pemerintah mengupayakan alternatif perampingan

sekolah dengan regrouping. Penggabungan sekolah dasar menurut Wibawa (2009:

47), “penggabungan sekolah dasar merupakan satu cara pengembangan sekolah

dengan memberdayakan dan mengembangkan berbagai sumber daya pendidikan

untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan dan efektivitas sekolah.”

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penggabungan

sekolah adalah proses menyatukan dua atau lebih sekolah guna mencapai pengelolaan

yang lebih efektiv dan efisien guna meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan.

Sama halnya seperti penggabungan badan usaha, di dalam penggabungan sekolah


terdapat peleburan aset yang diharapkan aset tersebut mampu memenuhi standar

pelayanan minimal bagi sekolah yang bersangkutan.

2. Kebijakan Regrouping Sekolah

Pembangunan bidang pendidikan di Indonesia memiliki kerangka hukum

(legal framework) yang kuat dengan adanya perundang-undangan. Setiap kebijakan

yang akan diimplementasikan dalam bidang pendidikan harus berdasar pada undang-

undang yang ada sehingga memiliki dasar pijakan yang kuat dalam pelaksanaannya.

Konsep dasar penggabungan sekolah (regrouping) yang dilaksanakan di negara kita

didukung dengan berbagai peraturan baik peraturan pusat maupun daerah. Kebijakan

regrouping yang selama ini dilaksanakan didukung oleh Keputusan Menteri Dalam

Negeri Nomor 421.2/2501/Bangda/1998 tentang pedoman pelaksanaan

penggabungan sekolah (regrouping) SD yaitu usaha penyatuan dua unit SD atau lebih

menjadi satu kelembagaan/institusi SD dan diselenggarakan dalam satu pengelolaan.

Kemudian dasar hukum regrouping diperkuat dengan adanya Undang-undang Nomor

25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional yang menjelaskan bahwa

salah satu kegiatan pokok dalam mengupayakan pemerataan pendidikan dasar adalah

melaksanakan revitalisasi serta penggabungan (regrouping) sekolah-sekolah terutama

SD, agar tercapai efisiensi dan efektivitas sekolah yang didukung dengan fasilitas

yang memadai.

Kepmendiknas Nomor 060/U/2002 tentang Pedoman Pendirian Sekolah ,

dalam ayat 1 pasal 23 dinyatakan bahwa pengintegrasian sekolah merupakan


peleburan atau penggabungan dua atau lebih sekolah sejenis menjadi satu sekolah.

Adapun pertimbangan/kriteria yang harus dipenuhi dalam penggabungan sekolah

dasar adalah:

a. Jumlah siswa sekolah dasar yang akan dihapus kemudian digabung secara

keseluruhan kurang dari 120 siswa.

b. Jarak tempat tinggal terjauh dari siswa ke sekolah tujuan penggabungan tidak lebih

dari 1.500 meter.

c. Jarak tempuh siswa dengan jalan kaki ke sekolah tujuan penggabungan maksimal

20 menit.

d. Jarak antara sekolah yang akan dihapus dan digabung dengan sekolah dasar tujuan

penggabungan maksimal 2.000 meter.

e. Sekolah yang akan dihapus kemudian digabung berada dalam satu desa/kelurahan,

dua desa/kelurahan atau lebih yang berdekatan, dan dalam dua kecamatan yang saling

berbatasan.

f. Sekolah dasar tujuan penggabungan memiliki bangunan dengan kondisi fisik yang

baik, fasilitas pendidikan yang lebih lengkap, dan faktor keselamatan, kesehatan, dan

kenyamanan yang lebih mendukung bagi penyelenggaraan proses belajar mengajar.

Meskipun terdapat kriteria yang harus dipenuhi, dalam pelaksanaan

regrouping masih dapat mempertimbangkan pertimbangan khusus pejabat yang

berwenang. Hal ini didasarkan pada kondisi geografis. Pelaksanaan regrouping

diharapkan tidak menimbulkan kesulitan baik bagi pejabat/dinas terkait maupun

pihak sekolah itu sendiri.


3. Tujuan Penggabungan/Regrouping Sekolah

Dalam surat Nomor 421.2/2501/Bangda/1998 tentang Pedoman Pelaksanaan

Penggabungan Sekolah Dasar yang telah dikeluarkan oleh pemerintah melalui

Menteri Dalam Negeri juga berisi tujuan regrouping SD. Tujuan regrouping tersebut

adalah untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga guru, peningkatan mutu, efisiensi

baiaya bagi perawatan gedung sekolah, dan sekolah yang ditinggalkan dimungkinkan

penggunaannya untuk keperluan lain. Berdasarkaan dasar hukum yang digunakan,

tujuan regrouping sekolah telah tertera dengan sangat jelas. Landasan hukum sebagai

dasar pijakan pelaksanaan regrouping harus dilaksanakan, terutama upaya pencapaian

tujuannya. Tujuan regrouping tersebut dapat dilihat keberhasilannya dengan

bercermin pada tujuan yang tertera dalam landasan hukum. Kriteria keberhasilan

regrouping yang

berdasar pada: (a) Pemenuhan jumlah tenaga pendidik/guru, (b) Peningkatan mutu

pendidikan, (c) Peningkatan efisiensi biaya pendidikan, dan (d) Efektivitas

penyelenggaraan pendidikan,

Penggabungan sekolah (Regrouping) dilaksanakan sesuai dengan Surat

Nomor 421.2/2501/Bangda/1998 tentang pedoman pelaksanaan penggabungan

(Regrouping) Sekolah Dasar. Tujuan penggabungan tersebut adalah untuk mengatasi


masalah kekurangan tenaga guru, peningkatan mutu, efisiensi biaya bagi perawatan

gedung sekolah dan sekolah yang ditinggalkan dimungkinkan penggunaannya untuk

keperluan lain. Dari sisi efisiensi tujuan penggabungan sangat bagus, misalnya sarana

atau gedung yang ditinggalkandapat dimanfaatkan untuk penyelenggaraan SD kecil

atau SD kelas jauh. Disamping itu, langkah ini juga sekaligus untuk mensukseskan

program belajar 9 tahun. Efisiensi ini dengan kasat mata dapat dilihat bahwa untuk

penyelenggaraan SD sebagaimana dimaksud, pemerintah atau masyarakat tidak perlu

mempersiapkan lahan, dan gedung serta fasilitas lainnya untuk sebuah investasi.

Sekolah yang diregroup oleh pemerintah dapat ditawarkan kepada pihak swasta,

sehingga dapat memperoleh pemasukan tambahan dari hasil regrouping tersebut.

Secara teoretik melalui kebijakan penggabungan (regrouping) pemerintah dapat

menambah jumlah SD, atau pemerintah juga dapat memperoleh pendapatan atas sewa

gedung (SD yang digabung), dan juga efisien dalam membiayai SD kecil/ SD jarak

jauh, sehingga alokasi tersebut dapat dialokasikan untuk keperluan sektor lainnya.

B. Sasaran yang Akan Diwujudkan

Kebijakan regrouping ditetapkan pada Sekolah Dasar Negeri yang

berada di Kota Pematangsiantar. Penggabungan sekolah ini diharapkan dapat

meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dasar di

kota Pematangsiantar. Adapun efisiensi dan efektivitas yang dimaksud dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Efisiensi regrouping sekolah


Dana memegang peranan penting untuk pengembangan sekolah yang

berkualitas. Komponen dana dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan

komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan proses belajar

mengajar di sekolah bersama dengan komponen lainnya. Setiap kegiatan

sekolah yang dilakukan memerlukan biaya. Sumber keuangan dan

pembiayaan pada suatu sekolah dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu

pemerintah baik pusat maupun daerah, orang tua siswa, dan masyarakat.

Pemanfaatan atau pengalokasian sumber dana sekolah tersebut meliputi biaya

rutin dan biaya pembangunan.

Biaya rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ke tahun

seperti gaji pegawai, biaya operasional, biaya pemeliharaan gedung, fasilitas,

dan alat-alat pengajaran. Biaya pembangunan merupakan biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk pengembangan tanah dan pembangunan gedung. Efisiensi

dimaksudkan berkaitan dengan ketepatan penggunaan sumber-sumber daya

yang dimiliki sekolah. Penggunaan sumbersumber daya yang tepat

mengurangi terjadinya pemborosan. Penggabungan sekolah dapat

mengefisiensikan dana yang dimiliki sekolah baik yang diperoleh dari dana

BOS, dana yang dikumpulkan dari orangtua atau sponsor, maupun dana-dana

lain yang diperoleh sekolah. Efisiensi dana tersebut tidak saja untuk

pembiayaan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar tetapi juga untuk

pembiayaan-pembiayaan lainnya seperti pemeliharaan dan gaji. Kebijakan

penggabungan sekolah paling tidak dapat mengurangi jumlah dana yang harus
dialokasikan untuk pemeliharaan/penyediaan sarana dan prasarana dan untuk

pengeluaran gaji guru sekolah dasar.

b. Efektivitas regrouping sekolah

Efektivitas atau keefektifan berasal dari kata effectiveness yang artinya

berhasil guna. Abdurahmat (2003:92) Efektivitas adalah pemanfaatan sumber

daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan

sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.

efektivitas sebagai kemampuan untuk memilih sasaran yang tepat. Pemilihan

sasaran yang tepat berkaitan dengan pemanfaatan atau pengalokasian sumber

daya yang ada untuk memperoleh suatu hasil yang maksimal. Dari definisi

tersebut dapat disimpulkan bahwa keefektifan menunjukkan keberhasilan

organisasi sekolah memanfaatkan sumber daya dalam upaya mewujudkan

tujuan operasionalnya. Efektivitas berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok,

pencapaian tujuan, ketepatan waktu, dan partisipasi aktif dari warga sekolah.

Efektivitas sekolah dengan adanya penggabungan sekolah ini berkaitan

dengan beberapa hal diantaranya:

1. Pengoptimalan sumber daya manusia : Tenaga didik atau guru memegang

peranan penting dalam memajukan sekolah. Pembinaan sumber daya

manusia dilakukan sebagai upaya agar tenaga kependidikan dapat

melaksanakan tugas profesionalnya dengan baik dalam rangka mencapai

tujuan sekolah secara terarah dan terus menerus. Pembinaan tenaga

kependidikan dilakukan untuk meningkatkan tiga hal yaitu: (1) kemampuan


akademis; (2) karier; dan (3) kesejahteraan. Kemampuan akademis tenaga

kependidikan berkaitan dengan penguaaan materi pelajaran, keterampilan

dalam mengelola kegiatan belajar-mengajar, dan sikap sebagai pendidik

dan pengajar.

2. Meningkatkan disiplin dan komitmen dalam menjalankan tugas:

Pembinaan karier tenaga kependidikan berkaitan dengan jabatan fungsional

dan struktural atas dasar prestasi kerja. Pembinaan karier tenaga

kependidikan dapat dilakukan dengan menciptakan situasi yang

mendukung sehingga memungkinkan tenaga kependidikan dapat mencapai

jenjang karier tepat waktu sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3. Pengembangan tenaga kependidikan tidak hanya memberikan pembinaan

saja tetapi juga pemberdayaan atau pendayagunaan : Pendayagunaan

tenaga kependidikan dilakukan sebagai upaya untuk memanfaatkan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap tenaga kependidikan di sekolah dan

masyarakat secara optimal guna mencapai tujuan

4. Memberikan tugas tambahan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan

sesuai dengan kemampuan tenaga kependidikan : Pengembangan tenaga

kependidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan

secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal. Sekolah tentu

menginginkan tenaga kependidikan yang ada mampu melaksanakan tugas

secara optimal dan menyumbangkan segenap kemampuannya untuk

kepentingan sekolah. Oleh sebab itu, fungsi pembinaan dan pengembangan


tenaga kependidikan diperlukan dalam rangka pengembangan sekolah

untuk memperbaiki, menjaga, dan meningkatkan kinerja tenaga

kependidikan.

5. Meningkatkan kualitas belajar mengajar: Proses belajar mengajar berkaitan

erat dengan pembelajaran. Proses belajar mengajar merupakan pelaksanaan

pembelajaran pendidikan. Proses belajar mengajar merupakan keseluruhan

usaha untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Proses ini

merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah yang didalamnya

terjadi interaksi antara berbagai komponen pengajaran. Komponen-

komponen pengajaran dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu

guru, siswa, dan materi pelajaran atau isi. Interaksi ketiga komponen utama

dalam pembelajaran melibatkan sarana dan prasarana yakni metode, media,

dan penataan lingkungan tempat belajar. Interaksi tersebut dapat

menciptakan situasi belajar sesuai dengan perencanaan.

6. Mengefektifkan pemanfaatan sarana dan prasarana. : Sarana dan prasarana

memegang peranan penting dalam memajukan sebuah sekolah.

Pengembangan sarana dan prasarana merupakan kegiatan pengadaan,

pemeliharaan dan penghapusan alat yang digunakan untuk menunjang

pencapaian tujuan yang ditetapkan. Prasarana pendidikan dimaksudkan

sebagai fasilitas yang mendukung terlaksananya kegiatan pendidikan

seperti gedung dan benda yang tidak dapat dipindahkan lainnya. Prasarana

pendidikan dapat dikembangkan dengan cara menetapkan kebutuhan dan


prioritasnya, memasukkan ke dalam RAPBS, dan mencatat prasarana

sekolah secara tertib dan akurat.

7. Meningkatkan standar kompetensi minimal: Penggabungan sekolah

merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sekolah. Dengan

penggabungan sekolah, diharapkan proses belajar mengajar menjadi lebih

baik. Adanya penggabungan sekolah ini dapat membuat guru lebih

berkonsentrasi atau terfokus dalam menjalankan pekerjaannya sebagai

tenaga didik. Hal ini akan mempengaruhi kualitas sekolah. Kualitas

sekolah dapat diukur dari prestasi siswa.

C. Arah dan Jangkauan Pengaturan

Implementasi kebijakan regrouping merupakan tindak lanjut dari peraturan

penghapusan dan penggabungn sekolah dasar. Implementasi kebijakan regrouping ini

akan mempengaruhi komponen-komponen pendidikan yang ada di dalam sekolah,

baik itu komponen langsung yang berhubungan dengan proses pembelajaran maupun

komponen pendukung. Komponen yang sangat terpengaruh akibat regrouping

sekolah antara lain peserta didik, guru, sarana prasarana, komite sekolah, dan sekolah

yang menjadi induk dari pelimpahan sekolah yang diregrouping. Implementasi

kebijakan turut serta melibatkan tim penghapusan dan penggabungan sekolah

terutama tim dari UPT Kota Pematangsiantar sebagai motor penggerak. Implementasi

kebijakan memerlukan pengaturan di dalam pelaksanaannya, sehingga proses

manajemen menjadi kunci utama keberhasilan implementasi.


a. Penentuan Sekolah Sasaran

Sekolah sasaran regrouping merupakan sekolah-sekolah yang akan diberi

tindakan penggabungan oleh pemerintah. Proses ini diawali dengan kebijakan Dinas

Pendidikan Kota Pematangsiantar yang menentukan sekolah-sekolah yang masuk ke

dalam daftar calon sasaran regrouping berdasarkan pemetaan. Sebelum melakukan

pemetaan sekolah, terlebih dahulu harus memiliki data tentang kondisi sekolah. Data

yang digunakan sebagai acuan tersebut diperoleh dari pendataan yang dilakukan oleh

Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar berdasarkan perintah kepala dinas.

b. Perencanaan

Surat keputusan regrouping yang telah diterbitkan oleh Bupati menjadi dasar

pelaksanaan regrouping di sekolah-sekolah yang tercantum dalam SK. Pelaksanaan

regrouping tidak serta merta langsung memindahkan komponen pendidikan ke

sekolah induk. Proses pemindahan ini membutuhkan perencanaan agar dalam

pelaksanaannya tidak ada kendala berarti yang menyertainya. 1) Perencanaan Peserta

Didik Perencanaan awal perlu dilakukan untuk mengkondisikan peserta didik, karena

merupakan subjek dari suatu pendidikan, peserta didik perlu mendapatkan prioritas

utama dalam perencanaan. Peserta didik di dalam perencanaannya dikembalikan

kepada orang tua/wali siswa. Pihak sekolah selanjutnya memberikan kebebasan

kepada orang tua/wali dari siswa untuk memilih sekolah yang dikehendaki. Pendataan

terhadap peserta didik menjadi langkah selanjutnya dan perlu dilakukan untuk

mengetahui jumlah siswa yang pindah ke sekolah induk dan jumlah siswa yang

pindah ke sekolah lain. Proses regrouping terhadap siswa dilakukan dengan jalan
mutasi siswa baik mutasi ke SD induk maupun mutasi ke sekolah pilihan siswa.

Proses mutasi siswa dilengkapi dengan surat rekomendasi dari sekolah lama ke

sekolah yang dituju untuk lebih memudahkan proses pemindahan.

Perencanaan Sarana Prasarana Sarana prasarana pembelajaran merupakan alat

pendukung terselenggaranya proses pendidikan. Sarana prasarna dari sekolah yang

diregroup menurut peraturan, secara otomatis mengikuti ke mana regrouping

dilimpahkan. Sarana prasarana ini berupa seluruh aset yang dimiliki sekolah yang

mengalami regrouping seperti: gedung, meubeler, buku, alat peraga, administrasi,

dan sebagainya. Berdasarkan analisis dokumentasi yang diperoleh di lapangan,

diketahui bahwa proses pelimpahan aset dari sekolah yang diregroup dengan sekolah

induk penerima dilakukan dengan menggunakan berita acara penyerahan sarana

prasarana yang diketahui Kepala Dinas Pendidikan Kota Pematang Siantar.

Perencanaan sekolah induk merupakan sekolah yang mendapat pelimpahan

dari sekolah yang mengalami regrouping. Sekolah ini ditetapkan berdasarkan SK

Bupati yang diterbitkan bersama dengan SK regrouping. Sekolah induk dipilih oleh

dinas dengan dasar: a) Sekolah terdekat dengan sekolah yang diregroup, b) Sekolah

terdekat dengan jumlah siswa paling sedikit, c) Kualitas sekolah terunggul diantara

sekolah terdekat. Penetapan sekolah sebagai sekolah induk dalam program

regrouping sekolah dasar terkadang menimbulkan polemik bagi kedua sekolah.

Permasalahan ini bersumber dari persepsi sekolah yang merasa lebih berhak menjadi

sekolah induk dari pada sekolah yang digabung. Latar belakang utama dibalik

permasalahan ini adalah jumlah siswa masing-masing sekolah. Sekolah dengan


jumlah siswa hampir sebanding untuk sekolah yang akan mengalami regrouping

dapat menimbulkan tarik menarik antara sekolah yang akan diinduki.

c. Pengorganisasian

Organisasi merupakan sekumpulan orang yang melakukan kegiatan atas dasar

tujuan yang akan dicapai bersama. Sedangkan pengorganisasian merupakan upaya

pengalokasian pekerjaan pada individu serta menetapkan tanggung jawab masing-

masing untuk mempercepat pencapaian tujuan. Pengorganisasianpekerjaan dari

program regrouping sekolah melahirkan adanya tim di dalam organisasi.

Tugas tim penghapusan dan penggabungan hampir sama di setiap jenjangnya

yakni menyukseskan program regrouping dengan melakukan komunikasi ke sekolah

sasaran, yang membedakan hanya porsi pelaksanaan komunikasi. Dinas Pendidikan

Kota Pematangsiantar bertugas mengkomunikasikan tentang dasar hukum program

regrouping, tim kecamatan memiliki porsi yang lebih besar terhadap pelaksanaan

komunikasi. Secara langsung pihak Dinas Pendidikan berhubungan dengan sekolah

sasaran dan posisinya menjadi sangat utama untuk menjembatani kepentingan

pemerintah dan pihak sekolah. Tim regrouping sekolah bertugas dalam lingkup lokasi

sekolahnya saja dengan mengkomunikasikan program regrouping kepada warga

sekolah.

d. Pelaksanaan Penggabungan Sekolah

Pelaksanaan Penggabungan Sekolah merupakan tahap pelaksanaan atas

rencana-rencana yang telah dibuat. Tahapan ini dilakukan dengan menghilangkan

sekolah yang diregroup. Menghilangkan di sini bukan menghilangkan gedung tetapi


menghilangkan seluruh aktivitas pembelajaran yang ada di sekolah tersebut. Proses

penghilangan sekolah dalam implementasi program regrouping di Kota

Pematangsiantar dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pihak sekolah dengan

pemangku kepentingan.

D. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup regrouping Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kota

Pemantangsiantar dilakukan berdasarkan langkah-langkah regrouping atau merger

Sekolah antara lain sebagai berikut:

1. Mengadakan sosialisasi kebijakan merger sekolah kepada semua pemangku

kepentingan (stakeholders).

Langkah pertama ini dilakukan agar para pemangku kepentingan memiliki

pemahaman mendalam tentang manfaat merger bagi semua pihak, terutama bagi

peserta didik. Dalam kegiatan ini, kita dapat menyerap aspirasinya, keberatan-

keberatannya, dan jika perlu apa peran yang dapat di sumbangkan untuk ikut bersama

membangun sekolah yang lebih maju. Inisiatifnya sudah barang tentu harus dari

kepala sekolah. Kalau tidak juga muncul, dapat dari dinas pendidikan tingkat

kecamatan atau bahkan tingkat kabupaten. Sudah harus dipahami bahwa sosialisasi

bukanlah instruksi, bukan pula pemaksaan terselubung. Benar-benar untuk

meningkatkan pemahaman secara kritis tentang manfaat kebijakan merger sekolah

sebagai strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan.


2. Jika langkah pertama terdapat respon yang masih negatif, maka strategi lain dapat

dilakukan, misalnya mengadakan pendekatan dengan para tokoh masyarakat atau

tokoh agama, atau tokoh pendidikan yang ada di daerah tersebut.

Jika langkah pertama dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan yang

diharapkan, maka langkah berikutnya adalah membentuk tim atau kepanitiaan,

dengan melibatkan komponen yang terkait. Pembentukan tim atau kepanitiaan ini pun

harus dilakukan secara demokratis agar semua stakeholders dapat terakomodasi

aspirasinya, dan yang lebih penting adalah agar dapat memberikan peran sertanya

secara maksimal dalam penyelenggaraan pendidikan.

3. Mengajukan atau memasukkan program merger sekolah ke dalam program dan

kegiatan dinas pendidikan, untuk disetujui oleh pemerintah dan legislatif.

Langkah ini penting, karena program merger akan memerlukan konsekuensi

anggaran yang mungkin tidak sedikit.

4. Jika program itu telah disepakati, maka langkah berikutnya adalah pelaksanaan

program.

Fase pelaksanaan program dan monitoring pelaksanaan program juga harus

selalu melibatkan semua stakeholder yang sejak awal 11 dilibatkan dalam program

ini. Program ini harus dilaksanakan menurut prinsip manajemen modern, yakni

demokratis, transparan, dan akuntabel. Jika tidak, maka justru akan terjadilah distrust

dari masyarakat, yang untuk membangunnya tidaklah mudah.

5. Pelaporan dan pertanggungjawaban jika program itu telah dapat diselesaikan.


Di samping itu, kegiatan pasca pelaksanaan program perlu dilakukan,

misalnya monitoring dampak pelaksanaan program tersebut terhadap peningkatan

mutu pendidikan, sebagaimana telah disebutkan dalam tulisan ini, yakni lima dimensi

mutu pendidikan: yakni 'learners, environments, content, processes, dan outcomes'

atau peserta didik, lingkungan, kurikulum atau bahan ajar, proses pendidikan atau

proses pembelajaran, dan hasil pendidikan atau hasil belajar peserta didik. (suparlan.

2006 : artikel Merger Sekolah Dasar, Begitu Perlukah )

E. Proses Pelaksanaan Regrouping

Penyelengara teknik kegiatan kajian akademik penggabungan (regrouping)

sekolah dasar di Kota Pematangsiantar adalah Tim Kerjasama Fakultas Ilmu

Pendidikan (FIP) UNIMED dengan upaya mengatasi permasalahan yang ditemukan

dan mewujudkan program kerja Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar sesuai Visi

“Mewujudkan Pendidikan Kota Pematangsiantar Mantap, Maju, dan Jaya. Menuju

Masyarakat yang Berkualitas, Berbudaya dan Berdaya Saing”.

Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan sebagai pelaksanaan regoruping

adalah sebagai berikut:

1) Melaksanakan kajian akademik penggabungan (regrouping) Sekolah Dasar di

Kota Pematangsiantar dengan menganalisa peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan pendirian dan penggabungan (regrouping) sekolah. Kajian

didasari pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 36 Tahun 2014 tentang Pedoman Pendirian, Perubahan, dan Penutupan

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Penetapan regoruping sebagai solusi


permasalahan dilakukan dengan 2 (dua) kegiatan diantaranya adalah (1)

melakukan telaah terhadap peraturan perundang-undangan dan kajian teoritis

terhadap rencana penggabungan sekolah; (2) Focus Group Discussion (FGD)

hasil kajian oleh pakar pendidikan terkait penetapan kebijakan penggabungan.

2) Membuat peta penggabungan sekolah berdasarkan pertimbangan situasi dan

kondisi. Penerapan peta konsep penggabungan dilakukan dengan rangkaian

kegiatan diantaranya adalah (1) Survei analisis kebutuhan meliputi fasilitas

sarana dan prasarana sekolah, budaya lingkungan, dan daya minat siswa; (2)

Studi hasil survei oleh para pakar Tim kerjasama FIP UNIMED; dan (3)

Pedoman konsep peta penggabungan sekolah berdasarkan hasil kajian tahap

kegiatan 1 dan tahap kegiatan 2.

3) Melakukan sosialisasi rencana penggabungan (regrouping) Sekolah Dasar

kepada kepala sekolah, guru, orang tua murid, murid sekolah, dan instansi

terkait. Kegiatan sosialisasi rencana penggabungan (regrouping) Sekolah Dasar

dilaksanakan dengan 2 (dua) kegiatan sebagai berikut : (1) penyebaran undangan

peserta kegiatan sebagai bentuk persiapan kegiatan sosialisasi; (2) pelaksanaan

sosialisasi dan penjelasan pedoman penggabungan (regrouping) yang telah

dirancang.

4) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait (Camat, Lurah, Dinas Pekerjaan

Umum) untuk menilai kelayakan bangunan. Kegiatan koordinasi dengan instansi

terkait rencana penggabungan (regrouping) Sekolah Dasar dilaksanakan dengan

melalui rancangan kegiatan : (1) melakukan konsolidasi tentang rencana program


penggabungan (regrouping) sekolah dasar pada instansi terkait (Camat, Lurah,

Dinas Pekerjaan Umum); (2) melakukan pendampingan pemeriksaan menilai

kelayakan bangunan; dan (3) Pendataan dan menerima data dari instansi terkait

(Camat, Lurah, Dinas Pekerjaan Umum) tentang penilaian kelayakan bangunan.

5) Merencanakan karier kepala sekolah yang kehilangan posisinya sebagai kepala

sekolah. Kegiatan merencanakan karier kepala sekolah yang kehilangan

posisinya sebagai kepala sekolah dilaksanakan melalui: (1) pendataan kepala

sekolah yang terdampak program; (2) melakukan analisis terhadap data yang

diperoleh untuk menemukan rencana penggantian karir kepala sekolah.

6) Merencanakan penempatan guru ke sekolah lain. Kegiatan merencanakan

penempatan guru ke sekolah lain dilaksanakan dengan proses: (1) pendataan guru

yang terdampak program; (2) melakukan analisis terhadap data yang diperoleh

untuk menetapkan pengganti sekolah tempat mengajar.

7) Penyusunan Draf Peraturan Walikota tentang Penggabungan Sekolah Dasar.

Kegiatan penyusunan draf peraturan walikota tentang penggabungan sekolah

dasar dilaksanakan dengan proses: (1) Focus Group Discussion (FGD) terkait

hasil pelaksanaan kegiatan; (2) menyusun rancangan draf peraturan walikota

tentang penggabungan sekolah dasar.

8) Sedangkan langkah-langkah regrouping sekolah yang ideal menurut Suparlan

(2006) antara lain mencakup: (a) Mengadakan sosialisasi kebijakan merger

sekolah kepada semua pemangku kepentingan (stakeholders). Langkah pertama

ini dilakukan agar para pemangku kepentingan memiliki pemahaman mendalam


tentang manfaat merger bagi semua pihak, terutama bagi peserta didik.

Sosialisasi bukanlah instruksi, bukan pula pemaksaan terselubung. Benar-benar

untuk meningkatkan pemahaman secara kritis tentang manfaat kebijakan merger

sekolah sebagai strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan; (b) Membentuk

tim atau kepanitiaan, dengan melibatkan komponen yang terkait. Pembentukan

tim atau kepanitiaan ini pun harus dilakukan secara demokratis agar semua

stakeholders dapat terakomodasi aspirasinya, dan yang lebih penting adalah agar

dapat memberikan peran sertanya secara maksimal dalam penyelenggaraan

pendidikan; (c) Mengajukan atau memasukkan program merger sekolah ke dalam

program dan kegiatan dinas pendidikan, untuk disetujui oleh pemerintah dan

legislatif. Langkah ini penting, karena program merger akan memerlukan

konsekuensi anggaran yang mungkin tidak sedikit; (d) Pelaksanaan program dan

monitoring pelaksanaan program melibatkan semua stakeholder yang sejak awal

dilibatkan dalam program ini. Program ini dilaksanakan menurut prinsip

manajemen modern, yakni demokratis, transparan, dan akuntabel. Jika tidak,

maka justru akan terjadi distrust dari masyarakat; (e) Pelaporan dan

pertanggungjawaban jika program itu telah dapat diselesaikan.

Di samping itu, kegiatan pasca pelaksanaan program perlu dilakukan, misalnya

monitoring dampak pelaksanaan program tersebut terhadap peningkatan mutu

pendidikan, sebagaimana telah disebutkan dalam tulisan ini, yakni lima dimensi

mutu pendidikan: yakni 'learners, environments, content, processes, dan

outcomes' atau peserta didik, lingkungan, kurikulum atau bahan ajar, proses
pendidikan atau proses pembelajaran, dan hasil pendidikan atau hasil belajar

peserta didik

F. Data Sekolah Dasar

Saat ini jumlah sekolah dasar negeri di Kota Pematangsiantar berjumlah 116

unit. Data tentang sekolah dasar negeri ini dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Nama-nama SD negeri di Kota Pematang Siantar

NO NAMA SEKOLAH NPSN ALAMAT

1 SD NEGERI 122349 10211937 Jln. Bola Kaki

2 SD NEGERI 122370 10211951 Jln. Bolakaki

3 SD NEGERI 122338 10211840 Jln. H. Adam Malik

4 SD NEGERI 122337 10211841 Jln. H. Adam Malik

5 SD NEGERI 124399 10211727 Jln. Rajawali

6 SD NEGERI 122397 10211909 Jln. Rajawali

7 SD NEGERI 122398 10211910 Jln. Rajawali

8 SD NEGERI 124406 10211720 Jln. Seram

9 SD NEGERI 124405 10211721 Jln. Seram

10 SD NEGERI 122340 10211821 Jln. Sipirok

11 SD NEGERI 122341 10211892 Jln. Sipirok


12 SD NEGERI 122335 10211842 Jln. Sudirman

13 SD NEGERI 122334 10211843 Jln. Sudirman

14 SD NEGERI 122333 10211844 Jln. Sudirman

15 SD NEGERI 122332 10211845 Jln. Sudirman No.34

Jln. bahkora II

16 SD NEGERI 121248 10211849 Bawah

Jln. BahKora II

17 SD NEGERI 121247 10211850 Bawah

18 SD NEGERI 121243 10211852 Jln. Parapat Km.4,5

19 SD NEGERI 121241 10211853 Jln. Parapat Km.4,5

20 SD NEGERI 125542 10211744 Jln. Medan Km. 6

21 SD NEGERI 122382 10211904 Jln. Medan Km. 6

Jln. Rakuta

22 SD NEGERI 122378 10211908 Sembiring

Jln. Rakutta

23 SD NEGERI 127970 10211715 Sembiring

Jln. Rakutta

24 SD NEGERI 122377 10211926 Sembiring

25 SD NEGERI 127971 10211714 Jln. Tanjung pinggir

26 SD NEGERI 121313 10211846 Tanjung Pinggir

27 SD NEGERI 125538 10211732 Jln. Bendungan


Jln. Bendungan Rt /

28 SD NEGERI 124389 10211915 Rw 16/06 No. 100

29 SD NEGERI 125546 10211740 Jln. Binjai

30 SD NEGERI 125545 10211741 Jln. Binjai

31 SD NEGERI 124402 10211724 Jln. Dahlia

32 SD NEGERI 124401 10211725 Jln. Dahlia

33 SD NEGERI 125539 10211747 Jln. Handayani No. 3

Jln. Handayani

34 SD NEGERI 121308 10211848 P.siantar

35 SD NEGERI 122401 10211923 Jln. Merpati

36 SD NEGERI 125537 10211731 Jln. Merpati Ujung

Jln. Kertas Koran

37 SD NEGERI 122339 10211839 No.2

Jln. kertas Sampul

38 SD NEGERI 122351 10211935 No.4

39 SD NEGERI 122374 10211947 Jln. Kesatria

40 SD NEGERI 122372 10211949 Jln. KESATRIA

41 SD NEGERI 122371 10211950 Jln. Kesatria

42 SD NEGERI 127696 10211734 Jln. Kol No.36

43 SD NEGERI 122387 10211900 Jln. Kol No.36

44 SD NEGERI 122386 10211901 Jln. Kol No.36


45 SD NEGERI 122384 10211902 Jln. Kol No.36

46 SD NEGERI 125540 10211746 Jln. Sentosa

47 SD NEGERI 122379 10211907 Jln. Sentosa

48 SD NEGERI 122344 10211942 Jln. Thamrin

49 SD NEGERI 122345 10211941 Jln. Thamrin

Jln. Ade Irma

50 SD NEGERI 122369 10211952 Suryani

Jln. Ade Irma

51 SD NEGERI 122367 10211954 Suryani

Jln. Ade Irma

52 SD NEGERI 122365 10211960 Suryani

53 SD NEGERI 122359 10211945 Jln. Bah Bolon No.2a

54 SD NEGERI 122355 10211931 Jln. Bah Bolon No.2b

55 SD NEGERI 124400 10211726 Jln. Bah Tongguran

56 SD NEGERI 125547 10211739 Jln. Bah Tongguran

57 SD NEGERI 124390 10211914 Jln. Jati

58 SD NEGERI 122363 10211958 Jln. Jati

59 SD NEGERI 122364 10211959 Jln. Jati

60 SD NEGERI 122357 10211929 Jln. Jati

61 SD NEGERI 122361 10211956 Jln. Jati

62 SD NEGERI 125541 10211745 Jln. Kain Suji No. 20


63 SD NEGERI 122380 10211906 Jln. Kain Suji No. 20

64 SD NEGERI 124396 10211730 Jln. Nagur

65 SD NEGERI 124395 10211748 Jln. Nagur No.45 Blk

66 SD NEGERI 124403 10211723 Jln. Ragi Pane

67 SD NEGERI 122381 10211905 Jln. Ragi Pane

68 SD NEGERI 125549 10211738 Jln. Siak

69 SD NEGERI 122376 10211927 Jln. Siak

70 SD NEGERI 122375 10211946 Jln. Siak

Jln.

71 SD NEGERI 127956 10211733 Sisingamangaraja

Jln.

72 SD NEGERI 122353 10211933 Sisingamangaraja

Jln.

73 SD NEGERI 122360 10211955 Sisingamangaraja

Jln.

74 SD NEGERI 122362 10211957 Sisingamangaraja

75 SD NEGERI 122390 10211899 Jln. Laguboti

76 SD NEGERI 125536 10211716 Jln. Laguboti

77 SD NEGERI 121142 10211838

78 SD NEGERI 121246 10211851

79 SD NEGERI 121309 10211847


80 SD NEGERI 122346 10211940

81 SD NEGERI 122347 10211939

82 SD NEGERI 122348 10211938

83 SD NEGERI 122350 10211936

84 SD NEGERI 122352 10211934

85 SD NEGERI 122354 10211932

86 SD NEGERI 122356 10211930

87 SD NEGERI 122358 10211944

88 SD NEGERI 122366 10211961

89 SD NEGERI 122373 10211948

90 SD NEGERI 122383 10211903

91 SD NEGERI 122391 10211898

92 SD NEGERI 122394 10211896

93 SD NEGERI 122368 10211953

94 SD NEGERI 122395 10211895

95 SD NEGERI 122399 10211925

96 SD NEGERI 122400 10211924

97 SD NEGERI 124158 10211921

98 SD NEGERI 124384 10211920

99 SD NEGERI 124385 10211919

100 SD NEGERI 124387 10211917


101 SD NEGERI 124388 10211916

102 SD NEGERI 124391 10211913

103 SD NEGERI 124392 10211912

104 SD NEGERI 124394 10211893

105 SD NEGERI 124397 10211729

106 SD NEGERI 124398 10211728

107 SD NEGERI 124404 10211722

108 SD NEGERI 124407 10211719

109 SD NEGERI 125138 10211717

110 SD NEGERI 125543 10211743

111 SD NEGERI 125554 10211737

112 SD NEGERI 125558 10211736

113 SD NEGERI 126784 10211735

114 SD NEGERI 128077 10211695

115 SD NEGERI 124386 10211918

SD NEGERI

116 PERCONTOHAN 10212655

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar, 2020

Sekolah yang terdapat dalam program regrouping adalah berjumlah 79

Sekolah Dasar yang beralamat di Kota Pematangsiantar, berdasarkan hasil kajian

akademik dan metode pelaksanaan kajian, maka diperoleh rencana regrouping yakni

menjadi 32 Sekolah Dasar. Berikut data sekolah yang telah di tetapkan :


Tabel 5.2. Regoruping Sekolah Dasar Kota Pematang Siantar

NO URUT
NO URUT
SETELAH
SEBELUM NAMA SEKOLAH NPSN ALAMAT
REGROUPIN
REGROUPING
G
1. SD NEGERI 122349 10211937 Jln. Bola Kaki
1
2. SD NEGERI 122370 10211951 Jln. Bolakaki

3. SD NEGERI 122338 10211840 Jln. H. Adam Malik


2
4. SD NEGERI 122337 10211841 Jln. H. Adam Malik

5. SD NEGERI 124399 10211727 Jln. Rajawali

6. 3 SD NEGERI 122397 10211909 Jln. Rajawali

7. SD NEGERI 122398 10211910 Jln. Rajawali

8. SD NEGERI 124406 10211720 Jln. Seram


4
9. SD NEGERI 124405 10211721 Jln. Seram

10. SD NEGERI 122340 10211821 Jln. Sipirok


5
11. SD NEGERI 122341 10211892 Jln. Sipirok

12. SD NEGERI 122335 10211842 Jln. Sudirman

13. SD NEGERI 122334 10211843 Jln. Sudirman


6
14. SD NEGERI 122333 10211844 Jln. Sudirman

15. SD NEGERI 122332 10211845 Jln. Sudirman No.34

16. SD NEGERI 121248 10211849 Jln. bahkora II Bawah


7
17. SD NEGERI 121247 10211850 Jln. BahKora II Bawah

18. SD NEGERI 121243 10211852 Jln. Parapat Km.4,5


8
19. SD NEGERI 121241 10211853 Jln. Parapat Km.4,5

20. SD NEGERI 125542 10211744 Jln. Medan Km. 6


9
21. SD NEGERI 122382 10211904 Jln. Medan Km. 6
22. SD NEGERI 122378 10211908 Jln. Rakuta Sembiring

23. 10 SD NEGERI 127970 10211715 Jln. Rakutta Sembiring

24. SD NEGERI 122377 10211926 Jln. Rakutta Sembiring

25. SD NEGERI 127971 10211714 Jln. Tanjung pinggir


11
26. SD NEGERI 121313 10211846 Tanjung Pinggir

27. SD NEGERI 125538 10211732 Jln. Bendungan


12
28. SD NEGERI 124389 10211915 Jln. Bendungan

29. SD NEGERI 125546 10211740 Jln. Binjai


13
30. SD NEGERI 125545 10211741 Jln. Binjai

31. SD NEGERI 124402 10211724 Jln. Dahlia


14
32. SD NEGERI 124401 10211725 Jln. Dahlia

33. SD NEGERI 125539 10211747 Jln. Handayani No. 3


15
34. SD NEGERI 121308 10211848 Jln. Handayani P.siantar

35. SD NEGERI 122401 10211923 Jln. Merpati


16
36. SD NEGERI 125537 10211731 Jln. Merpati Ujung

37. SD NEGERI 122339 10211839 Jln. Kertas Koran No.2


17
38. SD NEGERI 122351 10211935 Jln. kertas Sampul No.4

39. SD NEGERI 122374 10211947 Jln. Kesatria

40. 18 SD NEGERI 122372 10211949 Jln. KESATRIA

41. SD NEGERI 122371 10211950 Jln. Kesatria

42. SD NEGERI 127696 10211734 Jln. Kol No.36

43. SD NEGERI 122387 10211900 Jln. Kol No.36


19
44. SD NEGERI 122386 10211901 Jln. Kol No.36

45. SD NEGERI 122384 10211902 Jln. Kol No.36

46.
20 SD NEGERI 125540 10211746 Jln. Sentosa
47. SD NEGERI 122379 10211907 Jln. Sentosa

48. SD NEGERI 122344 10211942 Jln. Thamrin


21
49. SD NEGERI 122345 10211941 Jln. Thamrin

50. SD NEGERI 122369 10211952 Jln. Ade Irma Suryani

51. 22 SD NEGERI 122367 10211954 Jln. Ade Irma Suryani

52. SD NEGERI 122365 10211960 Jln. Ade Irma Suryani

53. SD NEGERI 122359 10211945 Jln. Bah Bolon No.2a


23
54. SD NEGERI 122355 10211931 Jln. Bah Bolon No.2b

55. SD NEGERI 124400 10211726 Jln. Bah Tongguran

56. 24 SD NEGERI 125547 10211739 Jln. Bah Tongguran

57 SD NEGERI 122356 10211930 Jln. Bah Tongguran

58. SD NEGERI 124390 10211914 Jln. Jati

59. SD NEGERI 122363 10211958 Jln. Jati

60. 25 SD NEGERI 122364 10211959 Jln. Jati

61. SD NEGERI 122357 10211929 Jln. Jati

62. SD NEGERI 122361 10211956 Jln. Jati

63. SD NEGERI 125541 10211745 Jln. Kain Suji No. 20


26
64. SD NEGERI 122380 10211906 Jln. Kain Suji No. 20

65. SD NEGERI 124396 10211730 Jln. Nagur


27
66. SD NEGERI 124395 10211748 Jln. Nagur No.45 Blk

67. SD NEGERI 124403 10211723 Jln. Ragi Pane


28
68. SD NEGERI 122381 10211905 Jln. Ragi Pane

69. SD NEGERI 125549 10211738 Jln. Siak

70.
29 SD NEGERI 122376 10211927 Jln. Siak

71. SD NEGERI 122375 10211946 Jln. Siak


72. SD NEGERI 127956 10211733 Jln. Sisingamangaraja

73. SD NEGERI 122353 10211933 Jln. Sisingamangaraja


30
74. SD NEGERI 122360 10211955 Jln. Sisingamangaraja

75 SD NEGERI 122362 10211957 Jln. Sisingamangaraja

76 SD NEGERI 122390 10211899 Laguboti


31
77 SD NEGERI 125536 10211716 Laguboti

78 SD NEGERI 124384 10211920 Jl.Pisang


32
79 SD NEGERI 124386 10211918 Jl.Pisang

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar, 2020

Data yang ditampilkan pada tabel 5.1 merupakan penetapan kelompok sekolah

dasar berdasakan kajian yang terdiri dari jumlah siswa, domisili sekolah, sarana dan

prasarana sekolah, tenaga pendidikan, dan kebutuhan yang dipetakan berdasarkan

analisis yang dilakukan. Pengelompokan sekolah dasar ini kemudian akan

direkomendasikan dalam bentuk Peraturan Wali Kota Pematangsiantar. Setelah itu

akan segera dilakukan pendampingan secara sistematis guna memastikan tercapainya

tujuan utama regrouping yakni sebagai solusi penanganan permasalahan pendidikan

di Kota Pematangsiantar.

Hal yang perlu ditunskan sehubungan dengan penggabungan Sekolah Dasar

negeri Kota Pematangsiantar adalah guru (PNS, Non PNS, petugas sekolah, aset

sekolah.
BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Proses penyelenggaraan program penggabungan (regrouping) sekolah dasar

yang ditetapkan dapat menjawab permasalahan yang terjadi di Kota Pematangsiantar

yakni kekurangan tenaga guru, efisiensi biaya, dan peningkatan mutu lulusan Sekolah

Dasar. Keberlanjutan program yang dilaksanakan dapat meningkatkan peran sekolah

dasar dengan optimal dan selaras dengan visi pendidikan Kota Pematangsiantar

“Mewujudkan Pendidikan Kota Pematangsiantar Mantap, Maju, dan Jaya. Menuju

Masyarakat yang Berkualitas, Berbudaya dan Berdaya Saing”. Tercapainya visi Dinas

Pendidikan Kota Pematangsiantar menciptakan suasana akademik baru sebagai

bentuk revitalisasi pendidikan dasar masa depan sehingga efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan pendidikan dapat dicapai.

Penetapan regoruping Sekolah Dasat di Kota Pematangsiantar ditetapkan

penggabungan dari 79 sekolah menjadi 32 sekolah yang mana masing-masing

sekolah telah ditentukan berdasarkan jumlah peserta didik, tenaga pendidik, sarana
prasarana, jarak antar sekolah, dan aspirasi masyarakat peduli pendidikan. Hasil

penggabungan dari dua, tiga, empat dan lima SD dalam satu sistem manajemen

terpadu akan memudahkan pengelompokan aktivitas belajar siswa dalam beberapa

kelas paralel.

Dengan adanya hasil regrouping Sekolah Dasar Negeri di Kota

pematangsiantar maka tugas Dinas Pendidikan selanjutnya adalah meningkatkan

kulitas pembelajaran, termasuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran,

meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan teknologi pembelajaran.

Masing-masing guru dapat menggunakan strategi pembelajaran yang dapat

mendorong peningkatan keterampilan, sikap dan pengetahuan yang diperlukan

peserta didik di masa yang akan datang.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka direkomendasikan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Dalam rangka penggabungan sekolah dasar negeri, maka perlu ditetapkan nomor

sekolah dasar yang baru (nomenklatur baru).

2. Perlu dilakukan penetapan jumlah rombel sesuai jumlah siswa untuk masing-

masing SD hasil penggabungan

3. Perlu dilakukan seleksi terhadap seluruh kepala sekolah yang ada di Kota

Pematangsiantar sebelum mereka ditetapkan menjadi kepala sekolah di SD hasil

penggabungan.
4. Selain diseleksi untuk menjadi Kepala Sekolah sangat penting ditambah jumlah

Pengawas Sekolah Dasar karena jumlah Pengawas Sekolah di Kota

Pematangsiantar sangat sedikit, hanya lima orang, padahal dibutuhkan 12 orang

Pengawas SD.

5. Perlu dihitung kembali kebutuhan guru kelas, jumlah guru PJOK, dan guru

Pendidikan Agama di SD hasil penggabungan. Ada kemungkinan sebagian guru

akan dirotasi ke SD yang membutuhkan.

6. Perlu dikelola secara seksama semua sarana prasarana atau aset sekolah lama agar

terhindar dari penyalahgunaan.

7. Jika terjadi kelebihan guru honorer akibat penggabungan SD ini, maka perlu

ditetapkan mekanisme pemberdayaan mereka sebagai guru di SD.

8. Perlu dilakukan evaluasi tentang efektivitas dan efisiensi manajemen Sekolah

Dasar dalam 6 bulan atau setahun setelah penggabungan SD ini dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA

Bataviase. 2010. Regrouping Mulai, Ratusan Kepala Sekolah Terancam


http://bataviase.co.id/node/108919 Diakses pada tanggal 19 Desember 2010.
Kepmendagri. Nomor 421.2/2501/bangda. 1998. Pedoman Pelaksanaan
Penggabungan (Regrouping) Sekolah Dasar. Jakarta, 16 Nopember 1998.
Nasional, K. P. (2010). Rencana Strategi "Enam pilar kebijakan pokok pembangunan
pendidikan". Jakarta.
Susanto, D. B. (2010). Pengaruh Penggabungan (regrouping) Sekolah Dasar
Terhadap Tingkat Efektifitas dan Efisiensi Penyelenggaraan Pendidikan se-
Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan. SKRIPSI Jurusan Administrasi
Pendidikan - Fakultas Ilmu Pendidikan UM, 1.
Tilaar, H.A.R & Riant Nugroho. (2008). Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
LAMPIRAN:
DAFTAR SEKOLAH DASAR NEGERI YANG DIGABUNG DI KOTA
PEMATANGSIANTAR
NO NAMA SD LAMA ALAMAT NAMA SD BARU

1 SD NEGERI 122349 Jln. Bola Kaki SD NEGERI 01


SD NEGERI 122370 Jln. Bola Kaki
2 SD NEGERI 122338 Jln. H. Adam Malik SD NEGERI 02
SD NEGERI 122337 Jln. H. Adam Malik
3 SD NEGERI 124399 Jln. Rajawali SD NEGERI 03
SD NEGERI 122397 Jln. Rajawali
SD NEGERI 122398 Jln. Rajawali
4 SD NEGERI 124406 Jln. Seram SD NEGERI 04
SD NEGERI 124405 Jln. Seram
5 SD NEGERI 122340 Jln. Sipirok SD NEGERI 05
SD NEGERI 122341 Jln. Sipirok
6 SD NEGERI 122335 Jln. Sudirman SD NEGERI 06
SD NEGERI 122334 Jln. Sudirman
SD NEGERI 122333 Jln. Sudirman
SD NEGERI 122332 Jln. Sudirman
7 SD NEGERI 121248 Jln. Bahkora II Bawah SD NEGERI 07
SD NEGERI 121247 Jln. BahKora II Bawah
8 SD NEGERI 121243 Jln. Parapat Km.4,5 SD NEGERI 08
SD NEGERI 121241 Jln. Parapat Km.4,5
9 SD NEGERI 125542 Jln. Medan Km. 6 SD NEGERI 09
SD NEGERI 122382 Jln. Medan Km. 6
10 SD NEGERI 122378 Jln. Rakuta Sembiring SD NEGERI 10
SD NEGERI 127970 Jln. Rakutta Sembiring
SD NEGERI 122377 Jln. Rakutta Sembiring
11 SD NEGERI 127971 Jln. Tanjung pinggir SD NEGERI 11
SD NEGERI 121313 Jln. Tanjung Pinggir
12 SD NEGERI 125538 Jln. Bendungan SD NEGERI 12
SD NEGERI 124389 Jln. Bendungan
13 SD NEGERI 125546 Jln. Binjai SD NEGERI 13
SD NEGERI 125545 Jln. Binjai
14 SD NEGERI 124402 Jln. Dahlia SD NEGERI 14
SD NEGERI 124401 Jln. Dahlia
15 SD NEGERI 125539 Jln. Handayani SD NEGERI 15
SD NEGERI 121308 Jln. Handayani
16 SD NEGERI 122401 Jln. Merpati SD NEGERI 16
SD NEGERI 125537 Jln. Merpati Ujung
17 SD NEGERI 122339 Jln. Kertas Koran No.2 SD NEGERI 17
SD NEGERI 122351 Jln. Kertas Sampul
No.4
18 SD NEGERI 122374 Jln. Kesatria SD NEGERI 18
SD NEGERI 122372 Jln. Kesatria
SD NEGERI 122371 Jln. Kesatria
19 SD NEGERI 127696 Jln. Kol No.36 SD NEGERI 19
SD NEGERI 122387 Jln. Kol No.36
SD NEGERI 122386 Jln. Kol No.36
SD NEGERI 122384 Jln. Kol No.36
20 SD NEGERI 125540 Jln. Sentosa SD NEGERI 20
SD NEGERI 122379 Jln. Sentosa
21 SD NEGERI 122344 Jln. Thamrin SD NEGERI 21
SD NEGERI 122345 Jln. Thamrin
22 SD NEGERI 122369 Jln. Ade Irma Suryani SD NEGERI 22
SD NEGERI 122367 Jln. Ade Irma Suryani
SD NEGERI 122365 Jln. Ade Irma Suryani
23 SD NEGERI 122359 Jln. Bah Bolon No.2a SD NEGERI 23
SD NEGERI 122355 Jln. Bah Bolon No.2b
24 SD NEGERI 124400 Jln. Bah Tongguran SD NEGERI 24
SD NEGERI 125547 Jln. Bah Tongguran
SD NEGERI 122356 Jln. Bah Tongguran
25 SD NEGERI 124390 Jln. Jati SD NEGERI 25
SD NEGERI 122363 Jln. Jati
SD NEGERI 122364 Jln. Jati
SD NEGERI 122357 Jln. Jati
SD NEGERI 122361 Jln. Jati
26 SD NEGERI 125541 Jln. Kain Suji No. 20 SD NEGERI 26
SD NEGERI 122380 Jln. Kain Suji No. 20
27 SD NEGERI 124396 Jln. Nagur SD NEGERI 27
SD NEGERI 124395 Jln. Nagur No.45 Blk
28 SD NEGERI 124403 Jln. Ragi Pane SD NEGERI 28
SD NEGERI 122381 Jln. Ragi Pane
29 SD NEGERI 125549 Jln. Siak SD NEGERI 29
SD NEGERI 122376 Jln. Siak
SD NEGERI 122375 Jln. Siak
30 SD NEGERI 127956 Jln. Sisingamangaraja SD NEGERI 30
SD NEGERI 122353 Jln. Sisingamangaraja
SD NEGERI 122360 Jln. Sisingamangaraja
SD NEGERI 122362 Jln. Sisingamangaraja
31 SD NEGERI 122390 Jln. Laguboti SD NEGERI 31
SD NEGERI 125536 Jln. Laguboti
32 SD NEGERI 124384 Jln. Pisang SD NEGERI 32
SD NEGERI 124386 Jln. Pisang

Anda mungkin juga menyukai