PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Republik Indonesia Pasal 31. Sebagai upaya perwujudan amanat UUD 45
kebudayaan Indonesia.
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri atas daerah-daerah kabupaten dan
kota. Setiap daerah mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah dengan berdasar atas asas tugas
Indonesia, dirasakan masih belum tuntas. Hal tersebut dibuktikan dengan setiap
selalu diikuti dengan bergantinya kurikulum pendidikan. Hingga saat ini, pemerintah
masih belum menemukan bentuk pengelolaan pendidikan yang tepat bagi anak-anak
kategori usia pendidikan dasar dan masih mencari-cari bentuk yang sesuai dengan
teknologi, dan seni. Tak mengherankan bahwa kualitas pendidikan dasar di Indonesia
saat ini masih menempati urutan 72 dari 77 negara dalam membaca, urutan 72 dari 78
negara dalam matematika dan uruutan 70 dari 78 negara dalam sains (Kemdikbud,
peserta didik, utamanya kualitas pendidikan dasar sebagaimana amanat UUD 1945
Pasal 31 ayat (1) yang berbunyi “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”
dan ayat (2) “setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya”. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk
Sekolah Dasar (SD) menjadi satu dalam rangka efisiensi anggaran pendidikan dan
dua unit SD atau lebih menjadi satu kelembagaan atau institusi dan diselenggarakan
Pemerintah, dalam hal ini Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan surat
agar tercapainya efisiensi dan efektifitas sekolah dalam penggunaan anggaran belanja
negara untuk pembiayaan pendidikan. Jumlah sekolah yang melebihi kapasitas yang
ada di Indonesia, terutama sekolah yang tidak produktif akan menyita anggaran untuk
yang tidak produktif akan di alihkan untuk usaha peningkatan mutu pendidikan.
didukung dengan fasilitas yang memadai. Pada tahun 2002 dikeluarkan Keputusan
Sekolah yang antara lain menentukan bahwa (1) pengintegrasian sekolah merupakan
peleburan atau penggabungan dua atau lebih sekolah yang sejenis menjadi satu
sekolah, dan (2) sekolah hasil integrasi merupakan bentuk sekolah baru (pasal 23).
peserta didik dan tenaga kependidikan kepada sekolah hasil integrasi. Sejalan dengan
tentang Pedoman Pendirian, Perubahan, dan Penutupan Satuan Pendidikan Dasar dan
060/U/2002 tentang Pedoman Pendirian Sekolah. Hal ini dilatar belakangi oleh
Perubahan, dan Penutupan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam pasal 4
ayat 2 Permendikbud Nomor 36 Tahun 2014 ditegaskan bahwa Perubahan satuan
pendidikan merupakan: (a). perubahan nama dan/atau bentuk dari nama dan/atau
bentuk satuan pendidikan tertentu menjadi nama dan/atau bentuk satuan pendidikan
yang lain; (b) penggabungan 2 (dua) atau lebih satuan pendidikan menjadi 1 (satu)
satuan pendidikan baru; (c) pemecahan dari 1 (satu) satuan pendidikan menjadi 2
(dua) satuan pendidikan atau lebih; dan (d). perubahan satuan pendidikan yang
pemerintah daerah.
buta ilmu sebagai bekal masa depan keluarga dan bangsa. Sekolah dasar
Fenomena sekolah dasar (SD) tidak mendapatkan jumlah ideal peserta didik
dalam satu kelas telah menjadi perbincangan di berbagai kalangan. Beberapa kota
Sekolah Dasar (SD) mejadi satu dalam rangka efisiensi anggaran pendidikan dan
efektifitas pelaksanaan pembelajaran. Program regrouping yang akan ditetapkan oleh
kekurangan tenaga guru, efisiensi biaya, dan peningkatan mutu lulusan Sekolah
SD negeri di Kota Pematangsiantar ada 116 unit. Berdasarkan kondisi siswa, guru,
sarana dan prasarana, serta kondisi geografis dari 116 SD tersebut, ada sekitar 79-88
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam hal ini dapat diidentifikasi beberapa
lima tahun terahir (2016-2020). Dengan kata lain, jumlah enrolmen peserta didik
2. Oleh karena rombongan belajar (rombel) di SD sedikit maka di satu sisi terjadi
kelebihan guru kelas (GK), dan di sisi lain terjadi pula kekurangan guru Penjas dan
menjadi tidak efisien, dan upaya peningkatan mutu lulusan tidak efektif.
2. Mengatasi kekurangan guru kelas dan guru olahraga serta guru agama PNS
METODE PEMECAHAN
didasarkan pada suatu kebijakan. Kebijakan menurut Dye (Subarsono, 2008:2) adalah
khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan dari negara yang
masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju kepada
dilakukan maupun tidak dilakukan pemerintah dengan tujuan khusus untuk mengatasi
suatu masalah atau urusan tertentu yang hasilnya memiliki dampak terhadap orang
dampak bagi masyarakat, baik dampak besar maupun kecil tergantung pada kebijakan
yang diterapkan, tetapi pada dasarnya, kebijakan yang diterapkan pemerintah
yang dibutuhkan adalah pengaturan yang cakupannya cukup luas dan dapat
dipaksakan. Untuk itu, diperlukan kebijakan dalam dunia pendidikan yang dikenal
Sama halnya dengan sifat kebijakan publik, karena merupakan bagiannya, maka
dijabarkan dari visi, misi pendidikan dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya
tujuan pendidikan dalam masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu.” Sem,entara
publik yang mengatur khusus regulasi berkaitan dengan penyerapan sumber, alokasi,
dan distribusi sumber, serta pengaturan perilaku dalam pendidikan.” Sementara itu,
pembangunan negara-bangsa
secara keseluruhan.”
kegiatan strategis pendidikan yang dapat dijabarkan melalui visi, misi pendidikan
untuk mencapai tujuan pembangunan. Kebijakan yang berlaku tidak serta merta dapat
mutu dalam pendidikan, misalnya sarana gedung yang bagus, guru yang terkemuka,
ujian yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan
melakukan usaha yang terus menerus yang membutuhkan anggaran yang tidak
sedikit. Dalam kondisi seperti ini diperlukan perinsip ekonomi di mana untuk
pertumbuhan perusahaan yang dapat dilakukan dengan cepat. Selain itu, merger
merupakan salah satu alternatif untuk investasi modal dan pertumbuhan modal secara
2002: 47) adalah “a combination of two or more corporations where the dominant
unit absorbs the passive unit, the former continuing operation, usually under the
same name.” Merger adalah kombinasi dari dua atau lebih perusahaan di mana unit
yang dominan menyerap unit pasif, perusahaan yang digabung beroperasi terus-
merupakan penggabungan dua badan usaha atau lebih menjadi satu badan usaha ke
dalam badan usaha yang eksis dengan nama badan usaha yang tetap eksis.
menyeluruh ke dalam badan usaha yang tetap eksis. Hal ini secara kuantitas akan
jumlah sekolah. Jumlah sekolah yang cukup banyak dengan jumlah siswa yang
sekolah adalah proses menyatukan dua atau lebih sekolah guna mencapai pengelolaan
yang lebih efektiv dan efisien guna meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan.
yang akan diimplementasikan dalam bidang pendidikan harus berdasar pada undang-
undang yang ada sehingga memiliki dasar pijakan yang kuat dalam pelaksanaannya.
didukung dengan berbagai peraturan baik peraturan pusat maupun daerah. Kebijakan
regrouping yang selama ini dilaksanakan didukung oleh Keputusan Menteri Dalam
penggabungan sekolah (regrouping) SD yaitu usaha penyatuan dua unit SD atau lebih
salah satu kegiatan pokok dalam mengupayakan pemerataan pendidikan dasar adalah
SD, agar tercapai efisiensi dan efektivitas sekolah yang didukung dengan fasilitas
yang memadai.
dasar adalah:
a. Jumlah siswa sekolah dasar yang akan dihapus kemudian digabung secara
b. Jarak tempat tinggal terjauh dari siswa ke sekolah tujuan penggabungan tidak lebih
c. Jarak tempuh siswa dengan jalan kaki ke sekolah tujuan penggabungan maksimal
20 menit.
d. Jarak antara sekolah yang akan dihapus dan digabung dengan sekolah dasar tujuan
e. Sekolah yang akan dihapus kemudian digabung berada dalam satu desa/kelurahan,
dua desa/kelurahan atau lebih yang berdekatan, dan dalam dua kecamatan yang saling
berbatasan.
f. Sekolah dasar tujuan penggabungan memiliki bangunan dengan kondisi fisik yang
baik, fasilitas pendidikan yang lebih lengkap, dan faktor keselamatan, kesehatan, dan
Menteri Dalam Negeri juga berisi tujuan regrouping SD. Tujuan regrouping tersebut
adalah untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga guru, peningkatan mutu, efisiensi
baiaya bagi perawatan gedung sekolah, dan sekolah yang ditinggalkan dimungkinkan
tujuan regrouping sekolah telah tertera dengan sangat jelas. Landasan hukum sebagai
bercermin pada tujuan yang tertera dalam landasan hukum. Kriteria keberhasilan
regrouping yang
berdasar pada: (a) Pemenuhan jumlah tenaga pendidik/guru, (b) Peningkatan mutu
penyelenggaraan pendidikan,
keperluan lain. Dari sisi efisiensi tujuan penggabungan sangat bagus, misalnya sarana
atau SD kelas jauh. Disamping itu, langkah ini juga sekaligus untuk mensukseskan
program belajar 9 tahun. Efisiensi ini dengan kasat mata dapat dilihat bahwa untuk
mempersiapkan lahan, dan gedung serta fasilitas lainnya untuk sebuah investasi.
Sekolah yang diregroup oleh pemerintah dapat ditawarkan kepada pihak swasta,
menambah jumlah SD, atau pemerintah juga dapat memperoleh pendapatan atas sewa
gedung (SD yang digabung), dan juga efisien dalam membiayai SD kecil/ SD jarak
jauh, sehingga alokasi tersebut dapat dialokasikan untuk keperluan sektor lainnya.
pemerintah baik pusat maupun daerah, orang tua siswa, dan masyarakat.
Biaya rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ke tahun
mengefisiensikan dana yang dimiliki sekolah baik yang diperoleh dari dana
BOS, dana yang dikumpulkan dari orangtua atau sponsor, maupun dana-dana
lain yang diperoleh sekolah. Efisiensi dana tersebut tidak saja untuk
pembiayaan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar tetapi juga untuk
penggabungan sekolah paling tidak dapat mengurangi jumlah dana yang harus
dialokasikan untuk pemeliharaan/penyediaan sarana dan prasarana dan untuk
daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan
daya yang ada untuk memperoleh suatu hasil yang maksimal. Dari definisi
pencapaian tujuan, ketepatan waktu, dan partisipasi aktif dari warga sekolah.
dan pengajar.
secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal. Sekolah tentu
kependidikan.
guru, siswa, dan materi pelajaran atau isi. Interaksi ketiga komponen utama
seperti gedung dan benda yang tidak dapat dipindahkan lainnya. Prasarana
baik itu komponen langsung yang berhubungan dengan proses pembelajaran maupun
sekolah antara lain peserta didik, guru, sarana prasarana, komite sekolah, dan sekolah
terutama tim dari UPT Kota Pematangsiantar sebagai motor penggerak. Implementasi
tindakan penggabungan oleh pemerintah. Proses ini diawali dengan kebijakan Dinas
pemetaan sekolah, terlebih dahulu harus memiliki data tentang kondisi sekolah. Data
yang digunakan sebagai acuan tersebut diperoleh dari pendataan yang dilakukan oleh
b. Perencanaan
Surat keputusan regrouping yang telah diterbitkan oleh Bupati menjadi dasar
Didik Perencanaan awal perlu dilakukan untuk mengkondisikan peserta didik, karena
merupakan subjek dari suatu pendidikan, peserta didik perlu mendapatkan prioritas
kepada orang tua/wali dari siswa untuk memilih sekolah yang dikehendaki. Pendataan
terhadap peserta didik menjadi langkah selanjutnya dan perlu dilakukan untuk
mengetahui jumlah siswa yang pindah ke sekolah induk dan jumlah siswa yang
pindah ke sekolah lain. Proses regrouping terhadap siswa dilakukan dengan jalan
mutasi siswa baik mutasi ke SD induk maupun mutasi ke sekolah pilihan siswa.
Proses mutasi siswa dilengkapi dengan surat rekomendasi dari sekolah lama ke
dilimpahkan. Sarana prasarana ini berupa seluruh aset yang dimiliki sekolah yang
diketahui bahwa proses pelimpahan aset dari sekolah yang diregroup dengan sekolah
Bupati yang diterbitkan bersama dengan SK regrouping. Sekolah induk dipilih oleh
dinas dengan dasar: a) Sekolah terdekat dengan sekolah yang diregroup, b) Sekolah
terdekat dengan jumlah siswa paling sedikit, c) Kualitas sekolah terunggul diantara
Permasalahan ini bersumber dari persepsi sekolah yang merasa lebih berhak menjadi
sekolah induk dari pada sekolah yang digabung. Latar belakang utama dibalik
c. Pengorganisasian
regrouping, tim kecamatan memiliki porsi yang lebih besar terhadap pelaksanaan
pemerintah dan pihak sekolah. Tim regrouping sekolah bertugas dalam lingkup lokasi
sekolah.
pemangku kepentingan.
kepentingan (stakeholders).
pemahaman mendalam tentang manfaat merger bagi semua pihak, terutama bagi
peserta didik. Dalam kegiatan ini, kita dapat menyerap aspirasinya, keberatan-
keberatannya, dan jika perlu apa peran yang dapat di sumbangkan untuk ikut bersama
membangun sekolah yang lebih maju. Inisiatifnya sudah barang tentu harus dari
kepala sekolah. Kalau tidak juga muncul, dapat dari dinas pendidikan tingkat
kecamatan atau bahkan tingkat kabupaten. Sudah harus dipahami bahwa sosialisasi
Jika langkah pertama dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan yang
dengan melibatkan komponen yang terkait. Pembentukan tim atau kepanitiaan ini pun
aspirasinya, dan yang lebih penting adalah agar dapat memberikan peran sertanya
4. Jika program itu telah disepakati, maka langkah berikutnya adalah pelaksanaan
program.
selalu melibatkan semua stakeholder yang sejak awal 11 dilibatkan dalam program
ini. Program ini harus dilaksanakan menurut prinsip manajemen modern, yakni
demokratis, transparan, dan akuntabel. Jika tidak, maka justru akan terjadilah distrust
mutu pendidikan, sebagaimana telah disebutkan dalam tulisan ini, yakni lima dimensi
atau peserta didik, lingkungan, kurikulum atau bahan ajar, proses pendidikan atau
proses pembelajaran, dan hasil pendidikan atau hasil belajar peserta didik. (suparlan.
dan mewujudkan program kerja Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar sesuai Visi
sarana dan prasarana sekolah, budaya lingkungan, dan daya minat siswa; (2)
Studi hasil survei oleh para pakar Tim kerjasama FIP UNIMED; dan (3)
kepada kepala sekolah, guru, orang tua murid, murid sekolah, dan instansi
dirancang.
kelayakan bangunan; dan (3) Pendataan dan menerima data dari instansi terkait
sekolah yang terdampak program; (2) melakukan analisis terhadap data yang
penempatan guru ke sekolah lain dilaksanakan dengan proses: (1) pendataan guru
yang terdampak program; (2) melakukan analisis terhadap data yang diperoleh
dasar dilaksanakan dengan proses: (1) Focus Group Discussion (FGD) terkait
tim atau kepanitiaan ini pun harus dilakukan secara demokratis agar semua
stakeholders dapat terakomodasi aspirasinya, dan yang lebih penting adalah agar
program dan kegiatan dinas pendidikan, untuk disetujui oleh pemerintah dan
konsekuensi anggaran yang mungkin tidak sedikit; (d) Pelaksanaan program dan
maka justru akan terjadi distrust dari masyarakat; (e) Pelaporan dan
pendidikan, sebagaimana telah disebutkan dalam tulisan ini, yakni lima dimensi
outcomes' atau peserta didik, lingkungan, kurikulum atau bahan ajar, proses
pendidikan atau proses pembelajaran, dan hasil pendidikan atau hasil belajar
peserta didik
Saat ini jumlah sekolah dasar negeri di Kota Pematangsiantar berjumlah 116
unit. Data tentang sekolah dasar negeri ini dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Jln. bahkora II
Jln. BahKora II
Jln. Rakuta
Jln. Rakutta
Jln. Rakutta
Jln. Handayani
Jln.
Jln.
Jln.
Jln.
SD NEGERI
akademik dan metode pelaksanaan kajian, maka diperoleh rencana regrouping yakni
NO URUT
NO URUT
SETELAH
SEBELUM NAMA SEKOLAH NPSN ALAMAT
REGROUPIN
REGROUPING
G
1. SD NEGERI 122349 10211937 Jln. Bola Kaki
1
2. SD NEGERI 122370 10211951 Jln. Bolakaki
46.
20 SD NEGERI 125540 10211746 Jln. Sentosa
47. SD NEGERI 122379 10211907 Jln. Sentosa
70.
29 SD NEGERI 122376 10211927 Jln. Siak
Data yang ditampilkan pada tabel 5.1 merupakan penetapan kelompok sekolah
dasar berdasakan kajian yang terdiri dari jumlah siswa, domisili sekolah, sarana dan
di Kota Pematangsiantar.
negeri Kota Pematangsiantar adalah guru (PNS, Non PNS, petugas sekolah, aset
sekolah.
BAB IV
A. Kesimpulan
yakni kekurangan tenaga guru, efisiensi biaya, dan peningkatan mutu lulusan Sekolah
dasar dengan optimal dan selaras dengan visi pendidikan Kota Pematangsiantar
Masyarakat yang Berkualitas, Berbudaya dan Berdaya Saing”. Tercapainya visi Dinas
bentuk revitalisasi pendidikan dasar masa depan sehingga efisiensi dan efektivitas
sekolah telah ditentukan berdasarkan jumlah peserta didik, tenaga pendidik, sarana
prasarana, jarak antar sekolah, dan aspirasi masyarakat peduli pendidikan. Hasil
penggabungan dari dua, tiga, empat dan lima SD dalam satu sistem manajemen
kelas paralel.
B. Rekomendasi
sebagai berikut:
1. Dalam rangka penggabungan sekolah dasar negeri, maka perlu ditetapkan nomor
2. Perlu dilakukan penetapan jumlah rombel sesuai jumlah siswa untuk masing-
3. Perlu dilakukan seleksi terhadap seluruh kepala sekolah yang ada di Kota
penggabungan.
4. Selain diseleksi untuk menjadi Kepala Sekolah sangat penting ditambah jumlah
Pengawas SD.
5. Perlu dihitung kembali kebutuhan guru kelas, jumlah guru PJOK, dan guru
6. Perlu dikelola secara seksama semua sarana prasarana atau aset sekolah lama agar
7. Jika terjadi kelebihan guru honorer akibat penggabungan SD ini, maka perlu