S
DENGAN FRAKTUR COLLUM FEMUR DI RUANG RAWAT INAP GATOT KACA
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
Disusun oleh :
1. Kusryan Resmonicasari (220300896)
Disusun oleh :
1. Kusryan Resmonicasari (220300896)
( ) ( )
A. PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertaidengan
luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah,
dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya,terjadinya fraktur jika
tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yangdapat diabsorbsinya
(Smeltzer, 2001). raktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.
Kebanyakanfraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan
pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat &
Jong,2005).
B. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris, dst).
2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur
a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang ataumelalui kedua
korteks tulang)
b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang
tulang)
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah
a. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
b. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
c. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak padatulang
yang sama
4. Berdasarkan posisi fragmen
a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi keduafragmen
tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
b. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang jugadisebut
lokasi fragmen.
5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)
a. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmentulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masihutuh) tanpa
komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiriyang berdasarkan
keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
1) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak
sekitarnya
2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
4) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyatad dan
ancaman sindroma kompartement
b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antarahubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit. Fraktur
terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu:
1) Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
2) Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
3) Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak
ekstensif
6. Berdasarkan posisi frakur
a. 1/3 proksimal
b. 1/3 medial
c. 1/3 distal
7. Fraktur Kelelahan : Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang
8. Fraktur Patologis : Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang
C. ETIOLOGI
1. Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa
(misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur
pada pegelangan tangan.
3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/
ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini disebut dengan fraktur
patologis.
4. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,dan
penarikan.
D. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegasuntuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yangdapat diserap
tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkanrusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf
dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yangmembungkus tulang rusak. Perdarahan
terjadi karena kerusakan tersebut danterbentuklah hematoma di rongga medula tulang.
Jaringan tulang segera berdekatanke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami
nekrosis ini menstimulasiterjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi,
eksudasi plasma danleukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang
merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.
E. PATHWAY
Defisit
perawatan diri
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yangdijelaskan secara
rinci sebagai berikut:
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi.Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah
yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan
tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa
diketahui dengan membandingkannya dengan ektremitas normal.Ekstremitas tidak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otottergantung pada integritasnya
tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi
otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling
melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus
dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam
atau hari setelah cedera.
G. KOMPLIKASI
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi
pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan
b. Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di
otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan
hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada
otot. Gejala-gejalanya mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka,
rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen,
rasa sakit dengan perenggangan pasif padaotot yang terlibat, dan paresthesia.
Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang
hasta (radius atau ulna).
c. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal ini
terjadi ketika gelembung- gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan
mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi
dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh-pembuluh darah pulmonary yang
menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup
dyspnea, perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah,marah, bingung, stupor),
tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
traumaorthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
vaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang
kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur(yaitu
kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi
danmenghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang
terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan
gejalanya sampai dia keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien
merupakan hal yang penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya melaporkan
nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saa tmenahan beban.
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada
fraktur.
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu
yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan
supai darah ke tulang.
b. Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa. Kadang-kadang
dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan
lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan fraktur yang bersifat
patologis.
c. Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan
deformitas, angulasi atau pergeseran.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. X-Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera
2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler
4. CCT kalau banyak kerusakan otot
5. Pemeriksaan Darah Lengkap
I. PENATALAKSANAAN
Empat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah
1. Untuk menghilangkan rasa nyeri
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun karena terluka
jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat
diberikan obat penghilang rasa nyeri dan juga dengan teknik imobilisasi (tidak
menggerakkan daerah yang fraktur). Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara
pemasangan bidai atau gips.
2. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama.Untuk itu
diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi
eksternal, atau fiksasi internal tergantung dari jenis frakturnya sendiri. Selain itu,
dapat juga dilakukan fiksasi interna atau fiksasi eksterna.
3. Agar terjadi penyatuan tulang kembali
Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan
menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang terdapat gangguan
dalam penyatuan tulang, sehingga dibutuhkan graft tulang.
4. Untuk mengembalikan fungsi seperti semula
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya sendi.
Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin
J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Assessmen awal
Identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
terdahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat psikososial, pola fungsi kesehatan
(pola persepsi dan tata laksana hidup sehat, pola nutrisi dan metabolisme, pola
eliminasi, pola aktivitas, pola hubungan dan peran, pola persepsi dan konsep diri,
pola sensori dan kognitif, pola reproduksi seksual, pola koping, pola nilai
keyakinan).
b. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan keadaan umum
2) Pemeriksaan tanda vital
a) Tekanan darah : Mengetahui adanya gangguan saraf otonom pada pasien
seperti hipertensi dan hipotensi.
b) Nadi : Mengetahui adanya gangguan saraf otonom seperti takikardi yang
diselingi bradikardi.
c) Respirasi : Adanya sesak napas menyebabkan tachypnea.
d) Suhu.
e) Saturasi oksigen.
3) Kepala
4) Mata
5) Telinga
6) Hidung
7) Mulut dan tenggorokan
8) Leher
9) Dada: lakukan inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
10) Abdomen: lakukan inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi pada abdomen.
11) Extremitas
12) Genetalia
13) Anus dan rektum
14) Nervus I-XII
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Gangguan mobilitas fisik
c. Defisit perawatan diri
d. Gangguan integritas kulit
e. Syok hipovolemik
f. Gangguan perfusi jaringan
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Luaran Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)
selama 3x6 jam diharapkan Observasi
masalah Nyeri akut dapat • Identifikasi lokasi,
teratasi dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil: frekuensi, kualitas,
Tingkat nyeri (L.08066) intensitas nyeri
• Kemampuan • Identifikasi skala nyeri
menuntaskan aktivitas • Idenfitikasi respon nyeri
• Keluhan nyeri non verbal
• Meringis • Identifikasi faktor yang
• Sikap protektif memperberat dan
• Gelisah memperingan nyeri
• Kesulitan tidur • Identifikasi pengetahuan
• Menarik diri dan keyakinan tentang
• Berfokus pada diri nyeri
sendiri • Identifikasi pengaruh
• Diaforesis budaya terhadap respon
• Perasaan depresi nyeri
(tertekan) • Identifikasi pengaruh
• Perasaan takut nyeri pada kualitas hidup
mengalami cedera • Monitor keberhasilan
berulang terapi komplementer
• Anoreksia yang sudah diberikan
• Perineum terasa • Monitor efek samping
tertekan penggunaan analgetik
• Uterus terasa membulat Terapeutik
• Ketegangan otot • Berikan Teknik
• Pupil dilatasi nonfarmakologis untuk
• Muntah mengurangi nyeri (mis:
• Mual TENS, hypnosis,
• Frekuensi nadi akupresur, terapi music,
• Pola napas biofeedback, terapi pijat,
• Tekanan darah aromaterapi, Teknik
• Proses berpikir imajinasi terbimbing,
• Fokus kompres hangat/dingin,
• Fungsi berkemih terapi bermain)
• Perilaku • Kontrol lingkungan yang
• Nafsu makan memperberat rasa nyeri
• Pola tidur (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
• Fasilitasi istirahat dan
tidur
• Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
• Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
• Jelaskan strategi
meredakan nyeri
• Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
• Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
• Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi
mobilitas fisik selama 3x6 jam diharapkan (I.05173)
masalah Gangguan Observasi
mobilitas fisik dapat • Identifikasi adanya nyeri
teratasi dengan kriteria atau keluhan fisik lainnya
hasil: • Identifikasi toleransi fisik
Mobilitas fisik (L.05042) melakukan pergerakan
• Pergerakan ekstremitas • Monitor frekuensi
• Kekuatan otot jantung dan tekanan
• Rentang gerak (ROM) darah sebelum memulai
• Nyeri mobilisasi
• Kecemasan • Monitor kondisi umum
• Kaku sendi selama melakukan
• Gerakan tidak mobilisasi
terkoordinasi Terapeutik
• Gerakan terbatas • Fasilitasi aktivitas
• Kelemahan fisik mobilisasi dengan alat
bantu (mis: pagar tempat
tidur)
• Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
• Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
• Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
• Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis: duduk di
tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke
kursi)
3 Defisit Setelah dilakukan tindakan Dukungan Perawatan Diri
perawatan diri selama 3x6 jam diharapkan (I.11348)
masalah Defisit perawatan Observasi
diri dapat teratasi dengan • Identifikasi kebiasaan
kriteria hasil: aktivitas perawatan diri
Perawatan diri (L.11103) sesuai usia
• Kemampuan mandi • Monitor tingkat
meningkat kemandirian
• Kemampuan • Identifikasi kebutuhan
mengenakan pakaian alat bantu kebersihan
meningkat diri, berpakaian, berhias,
• Kemampuan makan dan makan
meningkat Terapeutik
• Kemampuan ke toilet • Sediakan lingkungan
(BAB/BAK) meningkat yang terapeutik (mis:
• Verbalisasi keinginan suasana hangat, rileks,
melakukan perawatan privasi)
diri meningkat • Siapkan keperluan
• Minat melakukan pribadi (mis: parfum
perawatan diri sikat gigi, dan sabun
meningkat mandi)
• Dampingi dalam
melakukan perawatan
diri sampai mandiri
• Fasilitasi untuk
menerima keadaan
ketergantungan
• Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan
diri
• Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi
• Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
4 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Perawatan Luka (I.14564)
integritas kulit selama 3x6 jam diharapkan Observasi
masalah Gangguan • Monitor karakteristik
integritas kulit dapat luka (mis: drainase,
teratasi dengan kriteria warna, ukuran , bau)
hasil: • Monitor tanda-tanda
Integritas Kulit dan infeksi
Jaringan (L.14125) Terapeutik
• Elastisitas • Lepaskan balutan dan
• Hidrasi plester secara perlahan
• Perfusi jaringan • Cukur rambut disekitar
• Kerusakan jaringan daerah luka, jika perlu
• Kerusakan lapisan kulit • Bersihkan dengan cairan
• Nyeri NaCl atau pembersih
• Perdarahan nontoksik, sesuai
• Kemerahan
kebutuhan
• Hematoma
• Pigmentasi abnormal • Bersihkan jaringan
• Jaringan parut nekrotik
• Nekrosis • Berikan salep yang
• Abrasi kornea sesuai ke kulit/lesi, jika
• Suhu kulit perlu
• Sensasi • Pasang balutan sesuai
• Tekstur jenis luka
• Pertumbuhan rambut • Pertahankan Teknik steril
saat melakukan
perawatan luka
• Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
• Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
• Berikan diet dengan
kalori 30 – 35
kkal/kgBB/hari dan
protein 1,25 – 1,5
g/kgBB/hari
• Berikan suplemen
vitamin dan mineral
(mis: vitamin A, vitamin
C, Zinc, asam amino),
sesuai indikasi
• Berikan terapi TENS
(stimulasi saraf
transcutaneous), jika
perlu
Edukasi
• Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
• Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
• Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
• Kolaborasi prosedur
debridement (mis:
enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik), jika
perlu
• Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta.
Carpenito, LJ. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6. EGC: Jakarta.
Doengoes, M.E., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC, Jakarta.
Machfoedz, I. 2007. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau di Perjalanan.
Yogyakarta: Fitramaya.
Johnson, M.,et all.2000.Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. NewJersey:
Upper Saddle River.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
McCloskey, C.J.,et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River.
Smeltzer, S.C., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC, Jakarta.
Lukman & Nurna Ningsih. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Defnisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Defnisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Defnisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
OGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAK
awijaya No.99, Tamantirto, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55183 Tlp. (0274)434 2288, 434 2277. Fax. (0274)4342269. Web:
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Tanggal Lahir : 31 Desember 1957
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pekerjaan : Petani
Sumber Informasi : Pasien, keluarga pasien, rekam medis
B. Keluhan Utama
Nyeri pada paha kanan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan.
C. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada mengatakan hari Sabtu tanggal 4 Maret 2023, pasien jalan kaki hendak ke sawah
lalu terpeleset karena jalanan licin. Pasien terjatuh dengan posisi miring. Setelah itu,
pasien masih bisa jalan, tetapi kaki rasanya sakit jegrak-jegrak untuk jalan. Kemudian tadi
malam sebelum masuk rumah sakit, pasien terjatuh lagi di rumah saat mau ke kamar
mandi sehingga pasien dibawa oleh keluarganya ke RSUD Panembahan Senopati dan
masuk ke IGD. Di IGD pasien mendapat tindakan pemasangan traksi, pemasangan DC,
dan mendapatkan paracetamol infus untuk meredakan rasa sakit.
D. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki riwayat DM atau hipertensi.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan.
F. Genogram
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: laki-laki meninggal
: perempuan meninggal
: pasien
L. Analisa Data
No Hari/Tgl/Jam Data Problem Etiologi TTD
1 Senin, 06 DS: Nyeri akut Kondisi Reca
Maret 2023 • Pasien mengatakan nyeri Pembedahan Sylvi
08.00 WIB seperti ditusuk pada paha Shinta
kanan
• Pasien berteriak “aduh
sakit”
• P: nyeri bertambah jika
digerakkan
Q: seperti ditusuk-tusuk,
panas
R: paha kanan
S: skala 3
T: hilang timbul
DO:
• Pasien meringis menahan
sakit
• TTV:
TD 122/73 mmHg
RR 20 x/mnt
Nadi 80 x/menit
Suhu 36,5°C
SpO₂ 99%
2 Senin, 06 DS: Gangguan Fraktur Reca
Maret 2023 • Pasien mengeluh tidak mobilitas Sylvi
08.00 WIB bisa menggerakan kaki fisik Shinta
kanannya
DO:
• Pasien terpasang traksi di
kaki kanan dengan beban
2 kg
• Pasien terpasang infus di
tangan kanan
• TTV:
TD 122/73 mmHg
RR 20 x/mnt
Nadi 80 x/menit
Suhu 36,5°C
SpO₂ 99%
3 Senin, 06 DS: - Defisit Gangguan Reca
Maret 2023 DO: perawatan muskuloskeletal Sylvi
08.00 WIB • Pasien imobilisasi diri Shinta
• Pasien terpasang DC
• TTV:
TD 122/73 mmHg
RR 20 x/mnt
Nadi 80 x/menit
Suhu 36,5°C
SpO₂ 99%
M. Prioritas Masalah
1. Nyeri akut b.d kondisi pembedahan
2. Defisit perawatan diri b.d gangguan muskuloskeletal
3. Gangguan mobilitas fisik b.d fraktur
N. Rencana Keperawatan
Hari/ Perencanaan
Dx
No Tgl/ TTD
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
Jam
1 Senin, Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Nyeri (I.08238) Reca
06/03/ kondisi 3x6 jam diharapkan nyeri akut b.d kondisi Observasi Sylvi
• Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
2023 pembedahan pembedahan dapat teratasi dengan kriteria hasil: Shinta
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
08.00 Tingkat nyeri (L.08066) • Identifikasi skala nyeri
WIB • Idenfitikasi respon nyeri non verbal
Outcome
No Indikator • Identifikasi faktor yang memperberat
Awal Akhir dan memperingan nyeri
1 Keluhan nyeri 3 5 Terapeutik
• Berikan teknik nonfarmakologis untuk
2 Meringis 3 5
mengurangi nyeri
Keterangan:
Kolaborasi
1 = Meningkat • Kolaborasi pemberian analgetik, jika
2 = Cukup meningkat perlu
3 = Sedang
4 = Cukup menurun
5 = Menurun
2 Senin, Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Dukungan Perawatan Diri (I.11348) Reca
06/03/ perawatan diri 3x6 jam diharapkan defisit perawatan diri b.d Observasi Sylvi
b.d gangguan • Monitor tingkat kemandirian
2023 gangguan muskuloskeletal dapat teratasi dengan Shinta
muskuloskelet • Identifikasi kebutuhan alat bantu
08.00 al kriteria hasil: kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan
WIB Perawatan diri (L.11103) makan
Terapeutik
Outcome • Sediakan lingkungan yang terapeutik
No Indikator
Awal Akhir • Siapkan keperluan pribadi
• Dampingi dalam melakukan perawatan
Kemampuan
diri sampai mandiri
1 mengenakan 2 4
pakaian
Kemampuan ke
2 toilet 1 3
(BAB/BAK)
Keterangan:
1 = Menurun
2 = Cukup menurun
3 = Sedang
4 = Cukup meningkat
5 = Meningkat
3 Senin, Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Dukungan Mobilisasi (I.05173) Reca
06/03/ mobilitas fisik 3x6 jam diharapkan gangguan mobilitas fisik b.d Observasi Sylvi
b.d fraktur fraktur dapat teratasi dengan kriteria hasil: • Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
2023 Shinta
Mobilitas fisik (L.05042) fisik lainnya
08.00 • Identifikasi toleransi fisik melakukan
Outcome
WIB No Indikator pergerakan
Awal Akhir
Pergerakan • Monitor frekuensi jantung dan tekanan
1 1 3 darah sebelum memulai mobilisasi
ekstremitas
2 Kelemahan fisik 2 4 • Monitor kondisi umum
Keterangan: Terapeutik
1 = Menurun • Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
alat bantu (mis: pagar tempat tidur)
2 = Cukup menurun
3 = Sedang
4 = Cukup meningkat
5 = Meningkat
O. Implementasi dan Evaluasi
No Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi TTD
1 Senin, 08.10 • Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, Senin, 06/03/2023, 13.00 WIB Reca
06/03/2023 durasi, frekuensi, kualitas dan S: Shinta
intensitas nyeri • Pasien mengatakan masih nyeri tapi sudah Sylvi
• Mengidentifikasi skala nyeri sedikit berkurang
• Mengidentifikasi respon nyeri non • P: nyeri bertambah jika digerakan
verbal Q: Seperti ditusuk-tusuk panas
• Mengidentifikasi factor yang R: Paha kanan
memperberat dan memperingan nyeri S: Skala 3
08.30 • Mengajarkan teknik napas dalam T : Hilang timbul
untuk mengurangi nyeri O:
09.30 • Memberikan PCT 500 mg • Pasien tampak sesekali meringis
10.30 • Mengidentifikasi skala nyeri • TD : 131/80 mmHg
RR : 20 x/mnt
Nadi : 80 x/mnt
Suhu : 36,7 oC
SpO2 : 99 %
A: Masalah nyeri akut b.d kondisi pembedahan belum
teratasi
No Indikator Outcome
Awal Capaian Akhir
Keluhan
1 3 4 5
nyeri
2 Meringis 3 4 5
P: Lanjutkan intervensi
• Manajemen nyeri
2 Senin, 10.00 • Memonitor tingkat kemandirian Senin, 06/03/2023, 13.00 WIB Reca
06/03/2023 pasien dalam perawatan diri S: Shinta
• Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu • Pasien berterimakasih karena sudah Sylvi
kebersihan diri, berpakaian dibantu mengganti pakaian
• Menyediakan lingkungan yang • Pasien mengatakan lebih nyaman setelah ganti
terapeutik baju
• Menyiapkan keperluan pribadi pasien O:
seperti pakaian ganti • Pasien tampak lebih rapi
• Mendampingi pasien dalam • Pasien imobilisasi
melakukan perawatan diri • Pasien terpasang DC
• TD : 131/80 mmHg
RR : 20 x/mnt
Nadi : 80 x/mnt
Suhu : 36,7 oC
SpO2 : 99 %
A: Masalah defisit perawatan diri b.d gangguan
muskuloskeletal belum teratasi
Outcome
No Indikator
Awal Capaian Akhir
Kemampuan
1 mengenakan 2 2 4
pakaian
Kemampuan
2 ke toilet 1 1 3
(BAB/BAK)
P: Lanjutkan intervensi
• Dukungan perawatan diri
3 Senin, 09.50 • Mengukur TTV Senin, 06/03/2023, 13.00 WIB Reca
06/03/2023 10.00 • Mengidentifikasi adanya nyeri atau S: Shinta
keluhan lainnya • Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan post Sylvi
• Mengidentifikasi toleransi fisik jatuh
melakukan pergerakan • Pasien mengeluh tidak bisa menggerakan kaki
10.25 • Memasang side rails pada bed pasien kanannya
O:
• Pasien terpasang traksi di kaki kanan dengan
beban 2 kg
• Pasien terpasang Infus di tangan kanan
• TD : 131/80 mmHg
RR : 20 x/mnt
Nadi : 80 x/mnt
Suhu : 36,7 oC
SpO2 : 99 %
A: Masalah gangguan mobilitas fisik b.d fraktur belum
teratasi
Outcome
No Indikator
Awal Capaian Akhir
Pergerakan
1 1 1 3
ekstermitas
2 Kelemahan fisik 2 2 4
P: Lanjutkan intervensi
• Dukungan mobilisasi
Implementasi dan Evaluasi
No Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi TTD
1 Selasa, 14.20 • Memberikan PCT 500 mg Selasa, 07/03/2023, 24.00 WIB Reca
07/03/2023 • Menganjurkan teknik napas dalam S: Shinta
untuk mengurangi nyeri • Pasien mengatakan masih nyeri tapi sudah Sylvi
16.00 • Mengidentifikasi skala nyeri sedikit berkurang
• Mengidentifikasi respon nyeri non • P: nyeri bertambah jika digerakan
verbal Q: Seperti ditusuk-tusuk panas
R: Paha kanan
S: Skala 3
T : Hilang timbul
O:
• Pasien tampak sesekali meringis
• TD : 109/68 mmHg
RR : 20 x/mnt
Nadi : 75 x/mnt
Suhu : 36,5 oC
SpO2 : 99 %
A: Masalah nyeri akut b.d kondisi pembedahan belum
teratasi
No Indikator Outcome
Awal Capaian Akhir
Keluhan
1 3 4 5
nyeri
2 Meringis 3 4 5
P: Lanjutkan intervensi
• Manajemen nyeri
2 Selasa, 16.30 • Mengajarkan cara membuang urine Selasa, 07/03/2023, 24.00 WIB Reca
07/03/2023 pada urine bag kepada keluarga S: Shinta
pasien • Keluarga pasien mengatakan sudah paham Sylvi
• Membantu membuang urine pada dengan yang diajarkan
urine bag pasien O:
• Urine output ±750 cc
• Pasien imobilisasi
• Pasien terpasang DC
• TD : 109/68 mmHg
RR : 20 x/mnt
Nadi : 75 x/mnt
Suhu : 36,5 oC
SpO2 : 99 %
A: Masalah defisit perawatan diri b.d gangguan
muskuloskeletal belum teratasi
Outcome
No Indikator
Awal Capaian Akhir
Kemampuan
1 mengenakan 2 2 4
pakaian
Kemampuan
2 ke toilet 1 1 3
(BAB/BAK)
P: Lanjutkan intervensi
• Dukungan perawatan diri
3 Selasa, 17.00 • Mengukur TTV Selasa, 07/03/2023, 24.00 WIB Reca
07/03/2023 • Mengidentifikasi adanya nyeri atau S: Shinta
keluhan lainnya • Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan post Sylvi
• Mengidentifikasi toleransi fisik jatuh
melakukan pergerakan • Pasien mengeluh tidak bisa menggerakan kaki
• Memasang side rails pada bed pasien kanannya
O:
• Pasien terpasang traksi di kaki kanan dengan
beban 2 kg
• Pasien terpasang infus di tangan kanan
• TD : 109/68 mmHg
RR : 20 x/mnt
Nadi : 75 x/mnt
Suhu : 36,5 oC
SpO2 : 99 %
A: Masalah gangguan mobilitas fisik b.d fraktur belum
teratasi
Outcome
No Indikator
Awal Capaian Akhir
Pergerakan
1 1 1 3
ekstermitas
2 Kelemahan fisik 2 2 4
P: Lanjutkan intervensi
Dukungan mobilisasi
Implementasi dan Evaluasi
No Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi TTD
1 Rabu, 02.00 • Mengidentifikasi respon nyeri non Rabu, 08/03/2023, 13.00 WIB Reca
08/03/2023 verbal S: Shinta
• Memberikan PCT 500 mg • Pasien mengatakan masih nyeri Sylvi
• Menganjurkan teknik napas dalam • P: nyeri bertambah jika digerakan
untuk mengurangi nyeri Q: Seperti ditusuk-tusuk panas
06.00 • Mengidentifikasi skala nyeri R: Paha kanan
S: Skala 4
T : Hilang timbul
O:
• Pasien menangis kesakitan
11.30 • Memberikan PCT 500 mg S:
• Mengelola fentanyl 2cc/jam dengan • Pasien mengatakan nyeri dibagian post operasi
syring pump • P: nyeri bertambah jika digerakan
• Menganjurkan teknik napas dalam Q: Seperti ditusuk-tusuk, panas, perih
untuk mengurangi nyeri R: Paha kanan
12.30 • Mengidentifikasi skala nyeri S: Skala 2
• Mengidentifikasi respon nyeri non T : Hilang timbul
verbal O:
• Pasien tampak tenang
• TD : 124/77 mmHg
RR : 20 x/mnt
Nadi : 82 x/mnt
Suhu : 36,3 oC
SpO2 : 99 %
A: Masalah nyeri akut b.d kondisi pembedahan belum
teratasi
Outcome
No Indikator
Awal Capaian Akhir
Keluhan
1 3 4 5
nyeri
2 Meringis 3 4 5
P: Lanjutkan intervensi
• Manajemen nyeri
2 Rabu, 09.05 • Membantu membuang urine pasien Rabu, 08/03/2023, 13.00 WIB Reca
08/03/2023 09.15 • Membantu pasien mengganti pakaian S: Shinta
• Membantu pasien mengenakan • Pasien berterimakasih karena sudah Sylvi
penutup kepala/cap dibantu mengganti pakaian
• Memberikan selimut untuk pasien O:
• Urine output ±150 cc
• Pasien imobilisasi
• Pasien terpasang DC
• TD : 124/77 mmHg
RR : 20 x/mnt
Nadi : 82 x/mnt
Suhu : 36,3 oC
SpO2 : 99 %
A: Masalah defisit perawatan diri b.d gangguan
muskuloskeletal belum teratasi
Outcome
No Indikator
Awal Capaian Akhir
Kemampuan
1 mengenakan 2 2 4
pakaian
Kemampuan
2 ke toilet 1 1 3
(BAB/BAK)
P: Lanjutkan intervensi
• Dukungan perawatan diri
3 Rabu, 06.00 • Mengukur TTV Rabu, 08/03/2023, 13.00 WIB Reca
08/03/2023 • Mengidentifikasi adanya nyeri atau S: Shinta
keluhan lainnya • Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan post Sylvi
jatuh
• Pasien mengeluh tidak bisa menggerakan kaki
kanannya
O:
• Pasien terpasang traksi di kaki kanan dengan
beban 2 kg
• Pasien terpasang infus di tangan kanan
• TD : 119/78 mmHg
RR : 20 x/mnt
Nadi : 79 x/mnt
Suhu : 36,5 oC
SpO2 : 99 %
09.00 • Mengukur TTV S: -
• Mengantar pasien ke ruang IBS O:
• Membantu pasien pindah ke bed yang • Pasien terpasang traksi di kaki kanan dengan
telah disiapkan beban 2 kg
• Memasang side rails pada bed pasien • Pasien terpasang infus di tangan kanan
• TD : 127/88 mmHg
RR : 20 x/mnt
Nadi : 89 x/mnt
Suhu : 36,5 oC
SpO2 : 99 %
11.15 • Menjemput pasien di ruang IBS dan S:
• Membantu pasien pindah ke bed yang • Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi
telah disiapkan di paha kanan
• Memasang side rails pada bed pasien O:
• Mengantar kembali ke kamar ruang • Pasien lemah
rawat Gatotkaca • Terpasang elastis bandage di paha kanan
11.20 • Mengukur TTV • Pasien terpasang infus di tangan kanan
• Mengidentifikasi adanya nyeri atau • TD : 124/77 mmHg
keluhan lainnya RR : 20 x/mnt
Nadi : 82 x/mnt
Suhu : 36,3 oC
SpO2 : 99 %
A: Masalah gangguan mobilitas fisik b.d fraktur belum
teratasi
Outcome
No Indikator
Awal Capaian Akhir
Pergerakan
1 1 1 3
ekstermitas
2 Kelemahan fisik 2 2 4
P: Lanjutkan intervensi
• Dukungan mobilisasi