Disusun Oleh :
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang
"RPP Kelas Rangkap ". Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah
ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari
berbagai pihak. Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam
makalah. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca sebagai sarana untu menambah pengetahuan
dalam membuat RPP kelas rangkap.
ii
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ...............................................................................28
B. Saran ..........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan terus berkembang seiring dengan perkembangan
zaman, perkembangan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan
khususnya di Indonesia. Perubahan penting yang telah terjadi dalam dunia
pendidikan di Indonesia salah satunya adalah perubahan kurikulum, telah kita
ketahuai bersama perubahan kurikulum juga diikuti perubahan perangkat
pembelajaran salah satunya RPP. Dalam rangka mengimplementasikan
pogram pembelajaran yang sudah dituangkan di dalam silabus, guru harus
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan
pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas,
laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap Kompetensi dasar. Oleh karena
itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkait
dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu
Kompetensi Dasar.
Dalam pembelajaran kelas rangkap yang baik, seorang guru harus
menyusun rencana pembelajaran. Karena pembelajaran akan lebih berhasil
jika guru terlebih dahulu membuat rencana bagaimana supaya diperoleh hasil
yang optimal. Dalam tahap perencanaan ini guru memikirkan kegiatan-
kegiatan apa agar pembelajaran efektif dan efisien. Lebih-lebih jika
pembelajaran kelas rangkap dilaksanakan secara permanen, misal disuatu
sekolah jumlah guru 3 sedang jumlah kelas 6. Hal demikian tentu menuntut
guru untuk secara tetap melaksanakan pembelajaran kelas rangkap, sehingga
harus menyusun rencana pembelajaran. Demikian pula jika sudah diketahui
adanya guru berhalangan mengajar atau sudah minta ijin sehari sebelumnya.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas rangkap sangat membantu guru
dalam mengajar, dan membantu mengarhkan murid dalam belajar.
Namun demikian ada pengecualiannya jika guru tidak masuk secara
tiba-tiba karena tugas mendadak atau keperluan lainnya. Guru teman sejawat
akan merangkap kelas secara spontan, tanpa memiliki kesempatan untuk
1
menyusun rencana pembelajaran kelas rangkap. Pembelajaran merangkap
kelas secara spontan menuntut kemampuan dan keterampilan seorang guru
dalam mengatur strategi pembelajaran. Bagi guru yang sudah berpengalaman
sangat mudah mengatasi situasi yang tiba-tiba tersebut. Tetapi bagi guru yang
baru atau guru muda akan mengalami kesulitan dalam berbagai aspek.
Misalnya, karakter murid yang sulit diatur, malas atau tidak suka belajar, suka
bermain, agresif, tidak memiliki motivasi belajar, ketergantungan pada D
UNIT 6 2 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap guru kelas sehingga guru kelas
lain kurang menarik, dan sebagainya. Dalam hal ini teori-teori, konsep, dan
prinsip-prinsip, dan keterampilan pembelajaran kelas rangkap biasanya
terabaikan. Faktor emosional dan sikap yang kurang positif akan mucul,
sehingga pembelajaran kelas rangkap yang tanpa perencanaan itu akan sia-sia
atau gagal. Artinya pada diri murid tidak terjadi proses belajar secara optimal.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran kelas Rangkap?
2. Bagaimana penggunaan GBPP dalam pembelajaran kelas rangkap ?
3. Bagaimana cara merumuskan tujuan belajar pada pembelajaran kelas
rangkap?
4. Bagaimana memilih bahan belajar pada pembelajaran kelas rangkap?
5. Bagaimana cara Menyusun rancangan kegiatan belajar?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
A. Menggunakan GBPP
Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) merupakan berisikan
apa-apa yang harus diajarkan pada murid. Dengan perkataan lain GBPP
apa saja yang harus dikembangkan oleh guru sebagai bahan ajar. Jadi
GBPP memuat garis besar materi yang berupa pokok dan sub pokok
bahasan, juga tujuan tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran umum.
Garis-garis Besar Program Pengajaran merupakan :
1. Dokumen tertulis rencana umum pembelajaran
2. Rujukan tertulis mengenai tujuan, materi, proses pembelajaran, dan
penilaian setiap mata pelajaran
3. Pedoman pembelajaran bagi guru dan acuan belajar siswa
4. Pedoman pengelolaan pendidikan bagi para pengelola atau
administrasi (Kepala Sekolah, Pengawas, Kepala Kantar Depdiknas).
5. Titik tolak dan rambu-rambu penyusunan rencana pembelajaran
jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (tahunan,
semester, dan harian)
6. Pedoman dan rujukan para penulis bahan belajar seperti buku
pelajaran dan lember kerja siswa.
4
pelajaran yang akan ditangani dengan pembelajaran kelas rangkap itu
termasuk ke dalam satu bidang studi, IPS atau IPA. Sekalipun guru
melaksanakan pembelajaran merangkap kelas, tujuan pembelajaran
yang dirumuskan harus memenuhi kriteria perumusan tujuan
pembelajaran pada umumnya.
Kriteria perumusan tujuan pembelajaran khusus atau yang
sekarang disebut indikator antara lain: menggunakan istilah yang
operasional, hanya satu tingkah laku, bisa diukur, mengandung unsur-
unsur A, B, C, dan D (Audien, Behavior, Condition, dan Degrre), dan
sebagainya. Contoh yang benar: Jika diberi waktu 10 menit siswa
dapat menggambar seekor burung lengkap dengan sayapnya. Contoh
yang salah: Jika ditugaskan membaca buku Pembelajaran Kelas
Rangkap 6 - 19 tek siswa dapat menyebutkan dan menjelaskan ciri-
ciri makhluk hidup. Perumusan tujuan merupakan komponen Rencana
Pembelajaran yang sangat esensial, bagi pengembangan komponen-
komponen lainnya. Selain itu tujuan pembelajaran itulah yang akan
dijadikan tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu
dalam pembelajaran kelas rangkap perumusan tujuan merupakan suatu
keharusan, agar kegiatan pembelajaran memiliki arah yang jelas.
5
Bila perangkapan kelas itu terjadi untuk satu mata pelajaran
pertimbangan psikologis dan pedagogis yang seyogyanya
dipertimbangkan adalah mengenai urutan materi pelajaran dan
cakupan sub-sub topik yang tercakup kedalam topik umum yang
terpadu tersebut. Contoh: Untuk kelas dimana siswa memiliki
karakteristik yang pasif dan kurang motivasi belajar, guru dapat
membangkitkan kegairahan belajar yang kreatif dan menyenangkan.
Sehingga murid akan merasa tertarik dengan materi pelajaran dan
bergairah untuk belajar.
6
4. Layak sarana pendukung
Prinsip ke empat mengingatkan guru akan perlunya memanfaatkan
sarana pendukung belajar murid yang tersedia dan atau dapat
diadakan. Sarana pendukung merupakan unsur penting dalam
pembelajaran kelas rangkap. Sebagai contoh, sekolah yang memiliki
bahan ajar cetak lengkap akan sangat membantu tercapainya tujuan
dari pembelajaran kelas rangkap. Guru dapat meminjamkan untuk
belajar secara mandiri atau untuk mengerjakan tugas saat guru
melaksanakan pembelajaran di kelas lain. Kelengkapan sarana
pendukung belajar juga mempengaruhi perilaku peserta didik maupun
penetapan strategi belajar mengajar. Contoh: sekolah yang memiliki
sarana pendukung laboratorium IPA, perpustakaan, kebun sekolah,
kolam ikan dan sebagainya akan memberi kebebasan guru untuk
kegiatan pembelajaran yang berpengaruh pada perilaku belajar murid.
7
Dalam model di atas sebuah topik umum IPA direncanakan untuk
diajar-kan pada berbagai kelas yang berbeda. Karena kelasnya berbeda
isi dan bentuk kegiatan belajarnya juga berbeda.
8
Seperti dalam model di atas topik umum pembelajaran mengambil
konsep dasar makhluk hidup laut. Atau dalam situasi dimana topik
umum diambil dari dari wawasan antar-bidang studi atau
interdisipliner yang berorientasi pemecahan masalah. Misalnya
pemecahan masalah polusi (pence-maran) dengan menggunakan
Pendekatan Ilmu-Teknologi-Masyarakat atau Science-
TecnologySociety Approach dari Dough and Monson tahun 1989.
9
aras materi dan kegiatan untuk kepentingan pembelajaran kelas
rangkap merupakan bagian dari tugas profesional (tugas jabatan) guru.
10
Menurut Bloom tujuan pendidikan dapat diguguskan ke dalam tiga
ranah atau gugus kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif
berkenaan dengan kemampuan seorang murid untuk mengetahui dan
mengerti sesuatu Ranah afektif berkenaan dengan penghayatan, nilai dan
sikap. Ranah psikomo-torik berkenaan dengan gerak fisik yang didorong
oleh aspek psikologis. Ketiga ranah ini bukan sesuatu yang terpisah satu
sama lain, akan tetapi merupakan tiga gugus perilaku yang disamping
memiliki keunikan atau kekhususan juga memiliki komonalitas atau
kesamaan yang umum.
Secara konseptual (dalam pikiran) pada setiap ranah terdapat gugus
perilaku yang lebih kecil yang sering disebut sub-ranah. Berbeda dengan
keter-kaitan antar ranah yang satu sama lain setara dan saling tumpang
tindih, keterkaitan antar subranah melukiskan jenjang yang progresif. Aras
progresif ini mengandung makna bahwa sub-ranah pada suatu ranah
melukiskan jenjang yang bertetangga. Dengan kata lain sub-ranah yang
berada pada jenjang yang lebih tinggi secara kualitatif mencakup
karakteristik atau ciri-ciri dari sub-ranah lainnya yang berada di jenjang
yang lebih rendah. Dalam ranah atau domain kognitif terkandung enam
sub-ranah mulai dari yang terndah sampai yang tertinggi dengan urutan
sebagai berikut; ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Sub-ranah atau subdomain yang lebih tinggi mengundang proses
kognitif di bawahnya (yang lebih rendah). Semakin tinggi proses kognitif
semakin kompleks proses tersebut. Dalam ranah afektif terkandung lima
sub-ranah yakni penerimaan, penanggapan, penghargaan,
pengorganisasian, dan karakterisasi.
Sedangkan pada ranah psikomotorik terkandung tujuh sub-ranah yaitu
persepsi, kesiapan, respon terbimbing, gerakan mekanis, respon kompleks,
gerakan adaptasi, dan gerakan mencipta. Pemanfaatan atau penggunaan
taksonomi Bloom sebagai rambu-rambu dalam perumusan tujuan belajar
untuk pembelajaran kelas rangkap. Penjenjangan dapat membantu atau
menuntun dalam penetapan topik-topik secara vertikal atas dasar
perbedaan kelas, sedang penggugusan memandu dalam menggambarkan
11
sebaran topik-topik secara horisontal antar bidang studi. Dalam perumusan
tujuan belajar pada pembelajaran kelas rangkap jenjang dan gugus topik
ini memegang peranan yang sangat penting dalam menetapkan jenjang
tujuam belajar.
Seorang guru pembelajaran kelas rangkap dapat memanfaatkan jenjang
dan gugus topik untuk merumuskan tujuan pembelajaran atau lebih dalam
rangka pencapaian tujuan belajar yang mencerminkan jenjang dan gugus
topik. Variasi kombinasi wawasan wawasan guru mengenai jenjang dan
gugus topik ini akan memungkinakan guru dapat merancang kegiatan
belajar sesuai dengan tujuan belajar dalam bentuk pembelajaran kelas
rangkap yang dipilihnya.
Rumusan tujuan mencerminkan jenjang dan gugus perilaku, oleh karena
itu guru pembelajaran kelas rangkap harus dapat memilih ungkapan
perilaku (dalam bentuk pilihan kata kerja operasional) yang mewadahi
materi yang terkandung dalam topik yang dipilih sesuai dengan jenjang
dan gugusnya. Contoh perumusan tujuan pembelajaran khusus :
Kelas III : Murid dapat memilih contoh lingkungan alam yang baik (IPA).
Kelas IV : Murid dapat menjelaskan akibat banjir (IPS).
Kelas V: Murid dapat menyusun cerita pendek tentang pelestarian
lingkungan alam (Bahasa Indonesia).
Kelas VI : Murid dapat menjelaskan pentingnya pemeliharaan Lingkungan
Hidup.
12
Tujuan pembelajaran berkaitan dengan arah atau sasaran yang ingin
dicapai dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap. Setiap
pembelajaran perlu merumuskan arah pembalajaran yang harus dituju.
Setelah itu, perlu di identifikasi berbagai materi pelajaran dan kegiatan
bagi pencapaian tujuan. Materi pelajaran di organisasi sedemikian rupa
atau secara sistematis agar kegiatan mengarah pada pencapaian tujuan.
Selanjutnya dalam pembelajaran kelas rangkap juga perlu dilakukan
evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tujuan telah tercapai. Demikian
pentingnya tujuan pembelajaran dalam pengembangan komponen-
komponen lain dari kurikulum.
Dalam memilih bahan belajar harus sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Hal ini merupakan prinsip dari kurikulum model
tujuan yang kita anut. Tentu saja hal ini tidak mengurangi kemungkinan
diperolehnya bahan lain sebagai dampak pengiring. Bahan belajar harus
berkaitan erat dengan bahan belajar lain yang telah dipelajarinya atau prior
13
learning. Dengan demikian pada diri murid akan terjadi proses belajar
yang bermakna. Bahan belajar juga harus mempertimbangkan sarana
pendukung yang tersedia atau yang dapat disediakan. Misalnya untuk
mengajarkan bahan tentang ikan paus paling tidak harus tersedia sumber
bahan gambar dan uraian tentang ikan paus. Disamping itu bahan belajar
harus sesuai dengan perkembangan mental murid. Untuk ini seharusnya
guru memahami perkembangan berpikir anak sebagaimana yang
dikemukakan oleh Jean Piaget.
Murid SD menurut Piaget berada pada pada taraf berpikir konkret dan
peralihan antara berpikir konkret dengan berpikir abstrak. Pada tahap-
tahap ini anak lebih mudah memahami sesuatu yang dukung oleh bukti
nyata dan selanjutnya membuat kesimpulan yang didukung oleh bukti
nyata. Memilih bahan yang sangat abstrak untuk SD kelas rendah tentu
sangat tidak tepat. Sedangkan untuk SD kelas yang lebih tinggi hal yang
abstrak sudah dapat diajarkan asal dengan dukungan bukti yang nyata.
Yang dimaksud ‘’nyata’’ tidak harus selalu ada bendanya tetapi paling
tidak ada gambarnya. Karena itu salah besar bila guru mengajarkan ikan
paus tapi guru sendiri belum melihat gambarnya sekalipun. Yang terakhir,
bahan belajar harus dapat dijadikan dasar untuk belajar lebih lanjut.
Artinya bahan tersebut harus berkaitan dengan bahan lain yang akan
diajarkan lebih lanjut. Dalam hubungan inilah pemetaan penguraian gugus
topik terasa sangat penting.
14
D. Menyusun Rancangan Kegiatan Belajar
Proses belajar murid merupakan inti dari kegiatan pembelajaran.
Dalam hal ini yang terpenting adalah bagaimana murid belajar, dan
bagaimana guru membelajarkan murid. Pembelajaran harus menghasilkan
terjadinya proses belajar pada diri murid. Jika pada diri murid tidak terjadi
tindak belajar, maka pembelajaran dapat dikatakan gagal atau sia-sia. Oleh
karena itu agar tindak mengajar tidak sia-sia, terlebih dahulu disusun
rancangannya.
Rancangan atau desain dalam kegiatan pembelajaran adalah kerangka
pikir yang melukiskan bentuk penataan interaksi guru-murid-sumber
belajar dalam rangka pencapaian tujuan belajar. Pengaturan interaksi ini
mencakup urutan prosedur atau langkah yang akan dilalui oleh guru dan
murid sert jenis dan bobot isi kegiatan yang akan berlangsung pada setiap
langkah prosedur tersebut. Bruce Joyce dan Marsha Weil tahun 1986
menyebut rancangan ini dengan istilah ‘’model’’. Sebanyak empat
kelompok besar model pembelajaran yakni; Model Pengolahan Informasi,
Model Sosial, Model Personal, dan Model Pengubahan Perilaku
diperkenalkan dalam bukunya. Hampir semua model tersebut dirancang
untuk pembelajaran kelas tunggal, namun dalam banyak hal dapat
disesuaikan untuk pembelajaran kelas rangkap.
Selain model-model tersebut ada model dasar pembelajaran yang
mengaitkan seluruh model yakni model Weil Murphy dan McGreal tahun
1986. Model dasar ini memiliki lima langkah sebagai berikut :
1. Orientasi atau Pendahuluan Guru menetapkan tujuan, langkah, dan
materi
2. Pengembangan Guru menjelaskan konsep atau keterampilan,
mendemonstrasikan model atau langkah, dan mengecek pengertian
murid.
3. Latihan terstruktur Guru memandu kegiatan kelompok murid, dan
memberikan balikan kepada murid, dan murid memberi tanggapan.
15
4. Latihan terbimbing Murid-murid berlatih memahami konsep baru
atau keterampilan, guru memantaunya, dan selanjutnya murid-
murid berlatih lebih lanjut di luar kelas.
5. Latihan bebas atau mandiri Guru memeriksa dan membetulkan
hasil latihan di luar kelas dan murid melanjutkan latihan mandiri.
Kerangka berpikir dari model dasar ini dapat digunakan untuk melihat
le-bih jauh beberapa kemungkinan model yang khas untuk pembelajaran
merangkap kelas. Ada dua gugus model pembelajaran merangkap kelas,
yakni Proses Belajar Arahan Sendiri dan Proses Belajar Melalui Kerja
Sama (Knowles dalam Miller, 1991). Proses Belajar Arahan Sendiri
(PBAS) ditandai oleh kemandirian murid, sumber belajar yang memadai,
berorientasi tugas dan masalah, dan motivasi instrinsik yang berdasarkan
perasaan ingin tahu. Sementara itu menurut Kagan (dalam Miller, 1991)
Proses Belajar Melalui Kerja Sama (PBMKS) ditandai oleh berbagai ide
dan pengalaman melalui pengelolaan suasana keterbukaan, komu-nikasi,
pemecahan masalah secara bersama, pencapaian ide terbaik, salaing
mendorong dan menghargai, dan pembinaan kerjasama kelompok. Kedua
format pembelajaran ini merupakan sarana konseptual yang sangat tepat
untuk digunakan dalam pembelajaran kelas rangkap.
16
Contoh RPP Kelas Rangkap
Satuan Pendidikan : SD
Mata Pelajaran : III (dua)/Bahasa Indonesia
IV (tiga)/IPS
Kelas : II dan III
Semester : 1 (satu)
Jumlah Pertemuan : 1 x pertemuan
Waktu : 2 x 40 menit
A. KOMPETENSI INTI
KI 1: Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.
KI 3: Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat,membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di
rumah, sekolah, dan tempat bermain.
KI 4: Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat,
dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.
17
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI
18
C. TUJUAN
Bahasa Indonesia Kelas III
1. Dengan membaca teks, siswa dapat mengidentifikasi informasi mengenai
keadaan cuaca dengan benar.
2. Dengan menuliskan pokok-pokok informasi dari teks, siswa dapat
menggunakan kosakata baku mengenai keadaan cuaca dalam kalimat yang
efektif
IPS Kelas IV
1. Setelah mengamati teks visual, siswa mampu menuliskan gagasan pokok dari
teks visual yang diamati dengan terperinci.
2. Dengan diskusi dan pemecahan masalah, siswa mampu mengidentifikasi
sumber daya alam dan pemanfaatannya dengan tepat.Dengan diskusi dan
pemecahan masalah, siswa mampu menyajikan hasil identifikasi sumber
daya alam dan pemanfaatannya dalam bentuk tulisan dengan sistematis.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Bahasa Indonesia : Membaca cerita tentang keadaan cuaca dan
menuliskan pokok- pokok informasi terkait cerita
menggunakan kosakata baku.
IPS : Mengubah gambar ke dalam bentuk cerita mengenai
sumber daya alam di Indonesia.
E. METODE PEMBELAJARAN
Metode : tanya jawab, diskusi, pengamatan, ceramah, refleksi.
Pendekatan : Scientific
19
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
1. Gambar keadaan cuaca (hujan, berawan, cerah, mendung).
4. Buku Guru dan Buku Siswa Tematik Kelas 3 SD/MI (Revisi 2018).
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
20
● Guru menyampaikan bahwa siswa kelas III
0
membaca teks sesuai kelompok dahulu dan Guru
beralih ke kelas IV untuk menjelaskan mengenai m
e
n
i
t
21
dan malam hari di rumahnya.
● Lalu, setelah data lengkap terkumpul, siswa
mencermati cuaca apa yang dominan terjadi selama
5 hari ini? Apakah hujan, cerah, berawan, mendung,
atau lainnya.
● Tugas lain di bagian Ayo Menulis adalah siswa
menuliskan informasi tentang keadaan cuaca.
Tambahkan informasi yang siswa ketahui tentang
keadaan cuaca.
● Guru beralih ke kelas IV dan menginstruksi setiap
kelompok untuk menyampaikan jawabannya.
● Guru akan membahas satu persatu gambar di depan
kelas.
● Siswa menuliskan gagasan pokok dari gambar yang
telah diamatinya. Siswa akan menukar jawabannya
dengan kelompok yang lain.
● Siswa mendapat apresiasi dari hasil kerja
kelompoknya.
I. PENILAIAN PEMBELAJARAN
1. Teknik Penilaian
BAHASA INDONESIA
22
● Menggunakan kosakata
baku mengenai keadaan Pencil dan paper test Test tulis
cuaca dalam kalimat yang
Efektif.
● Mengidentifikasi
Portofolio Tugas
informasi mengenai
keadaan cuaca.
IPS
● Mengidentifikasi dan
menganalisa gambar Pencil dan paper test Test tulis
4 3 2 1
23
menulisk kosakata kosakata dengan kosakata dengan menulisk
an dengan baik dan baik dan benar baik dan benar an kurang
kosakata benar dari 3
terkait kosakata
keadaan dengan
cuaca baik dan
sesuai benar
gambar
yang ada
di buku
siswa
b. IPS Kelas IV
4 3 2 1
24
menyajikan menyajikan mampu
Identifikasi hasil hasil menyajikan menyajikan
identifikasi identifikasi hasil hasil
sumber daya sumber daya sumber daya identifikasi identifikasi
alam alam sumber sumber
alam dan dan dan daya alam dan daya alam
pemanfaatann pemanfaatann dan
ya ya
Pemanfaatanny dalam bentuk dalam bentuk pemanfaatann pemanfaatan
a tulisan ya nya
dalam bentuk tulisan dengan dengan cukup dalam bentuk dalam
tulisan bentuk
tulisan
tulisan. sistematis sistematis dengan kurang dengan
sistematis
sistematis
25
secara secara secara secara
konsisten konsisten konsisten konsisten
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Kelas III
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan pembelajaran kelas rangkap berbeda dengan kelas tunggal,
berbeda dalam banyak hal. Dalam pembelajaran kelas rangkap seorang guru
harus mengajar atau melayani kelompok murid yang tidak sama karakteristik
dari setiap kelasnya. Bahkan bisa beragam kemampuan, minat, bakat, dan
kebutuhan. Karena dalam pembelajaran kelas rangkap dapat terjadi
penggabungan dari jenjang kelas yang sama atau kelas paralel, dapat pula dari
26
kelas yang jenjangnya berbeda. Misalnya, penggabungan dari kelas III, kelas
IV, dan kelas V, perencanaan pembelajaran kelas rangkap jika berbeda
penggabungan dari kelas IVA, kelas IVB, dan Kelas IVC. Oleh karena itu
setiap bentuk perangkapan kelas yang berbeda model, berbeda pula
perencanaan pembelajaran. Dalam perencanaan ini tercakup serangkaian
kegiatan yaitu, menggukan Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP),
merumuskan tujuan belajar, memilih bahan belajar, dan menyusun rancangan
kegiatan belajar.
B. Saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan. Tulisan
ini dibuat sebagai wadah untuk menambah wawasan tentang RPP
pembelajaran kelas rangkap. Tulisan ini diharapkan menjadi salah satu yang
dapat membantu untuk menanamkan pemahaman tentang pembelajaran kelas
rangkap.
Kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca, khususnya dari
dosen mata kuliah yang telah membimbing kami dan para mahasiswa demi
kesempurnaan makalah ini. Apabila ada kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya
27
DAFTAR PUSTAKA