Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH RPP KELAS RANGKAP

Mata Kuliah : Pembelajaran Kelas Rangkap

Dosen Pengampu : Afri Mardicko, M.Pd.

Disusun Oleh :

Agil Diah Pebrian 2020406405110

Fricilla Amelia Putri 2020406405104

Luvdiantri Non Tarisa 2020406405106

Umi Lailatul Naja 2020406405113

PROGRAM STUDI PENDIDKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang
"RPP Kelas Rangkap ". Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah
ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari
berbagai pihak. Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam
makalah. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca sebagai sarana untu menambah pengetahuan
dalam membuat RPP kelas rangkap.

ii
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................i

KATA PENGANTAR ............................................................................ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................1


B. Rumusan Masalah .....................................................................2
C. Tujuan Penelitian ......................................................................2

BAB II ISI PEMBAHASAN

A. Penggunaan GBPP dalam pembelajaran Kelas Rangkap ........... 4


B. Merumuskan tujuan belajar Kelas Rangkap................................10
C. Memilih bahan belajar Kelas Rangkap........................................13
D. Menyusun rancangan kegiatan belajar........................................15
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................28
B. Saran ..........................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia pendidikan terus berkembang seiring dengan perkembangan
zaman, perkembangan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan
khususnya di Indonesia.  Perubahan penting yang telah terjadi dalam dunia
pendidikan di Indonesia salah satunya adalah perubahan kurikulum, telah kita
ketahuai bersama perubahan kurikulum juga diikuti perubahan perangkat
pembelajaran salah satunya RPP. Dalam rangka mengimplementasikan
pogram pembelajaran yang sudah dituangkan di dalam silabus, guru harus
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan
pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas,
laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap Kompetensi dasar. Oleh karena
itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkait
dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu
Kompetensi Dasar.
Dalam pembelajaran kelas rangkap yang baik, seorang guru harus
menyusun rencana pembelajaran. Karena pembelajaran akan lebih berhasil
jika guru terlebih dahulu membuat rencana bagaimana supaya diperoleh hasil
yang optimal. Dalam tahap perencanaan ini guru memikirkan kegiatan-
kegiatan apa agar pembelajaran efektif dan efisien. Lebih-lebih jika
pembelajaran kelas rangkap dilaksanakan secara permanen, misal disuatu
sekolah jumlah guru 3 sedang jumlah kelas 6. Hal demikian tentu menuntut
guru untuk secara tetap melaksanakan pembelajaran kelas rangkap, sehingga
harus menyusun rencana pembelajaran. Demikian pula jika sudah diketahui
adanya guru berhalangan mengajar atau sudah minta ijin sehari sebelumnya.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas rangkap sangat membantu guru
dalam mengajar, dan membantu mengarhkan murid dalam belajar.
Namun demikian ada pengecualiannya jika guru tidak masuk secara
tiba-tiba karena tugas mendadak atau keperluan lainnya. Guru teman sejawat
akan merangkap kelas secara spontan, tanpa memiliki kesempatan untuk

1
menyusun rencana pembelajaran kelas rangkap. Pembelajaran merangkap
kelas secara spontan menuntut kemampuan dan keterampilan seorang guru
dalam mengatur strategi pembelajaran. Bagi guru yang sudah berpengalaman
sangat mudah mengatasi situasi yang tiba-tiba tersebut. Tetapi bagi guru yang
baru atau guru muda akan mengalami kesulitan dalam berbagai aspek.
Misalnya, karakter murid yang sulit diatur, malas atau tidak suka belajar, suka
bermain, agresif, tidak memiliki motivasi belajar, ketergantungan pada D
UNIT 6 2 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap guru kelas sehingga guru kelas
lain kurang menarik, dan sebagainya. Dalam hal ini teori-teori, konsep, dan
prinsip-prinsip, dan keterampilan pembelajaran kelas rangkap biasanya
terabaikan. Faktor emosional dan sikap yang kurang positif akan mucul,
sehingga pembelajaran kelas rangkap yang tanpa perencanaan itu akan sia-sia
atau gagal. Artinya pada diri murid tidak terjadi proses belajar secara optimal.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran kelas Rangkap?
2. Bagaimana penggunaan GBPP dalam pembelajaran kelas rangkap ?
3. Bagaimana cara merumuskan tujuan belajar pada pembelajaran kelas
rangkap?
4. Bagaimana memilih bahan belajar pada pembelajaran kelas rangkap?
5. Bagaimana cara Menyusun rancangan kegiatan belajar?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui:
E. Perencanaan pembelajaran kelas Rangkap
F. Penggunaan GBPP dalam pembelajaran kelas rangkap
G. Cara merumuskan tujuan belajar pada pembelajaran kelas rangkap
H. Memilih bahan belajar pada pembelajaran kelas rangkap
I. Cara Menyusun rancangan kegiatan belajar

2
BAB II
PEMBAHASAN

Perencanaan pembelajaran kelas rangkap berbeda dengan kelas tunggal,


berbeda dalam banyak hal. Dalam pembelajaran kelas rangkap seorang guru harus
mengajar atau melayani kelompok murid yang tidak sama karakteristik dari setiap
kelasnya. Bahkan bisa beragam kemampuan, minat, bakat, dan kebutuhan. Karena
dalam pembelajaran kelas rangkap dapat terjadi penggabungan dari jenjang kelas
yang sama atau kelas paralel, dapat pula dari kelas yang jenjangnya berbeda.
Misalnya, penggabungan dari kelas III, kelas IV, dan kelas V, perencanaan
pembelajaran kelas rangkap jika berbeda penggabungan dari kelas IVA, kelas
IVB, dan Kelas IVC. Oleh karena itu setiap bentuk perangkapan kelas yang
berbeda model, berbeda pula perencanaan pembelajaran. Lebih-lebih berbeda lagi
jika dibandingkan dengan Pembelajaran Kelas Tunggal. Dengan kata lain,
keanekaragaman tersebut juga tercermin dari berbedaan dalam tingkat, usia,
kemampuan, hubungan sosial, gaya belajar, dan unjuk kerjanya atau penampilan.\
Dalam pembelajaran kelas rangkap guru dituntut dapat memberikan perla-
kuan atau pelayanan yang juga beraneka ragam atas semua unsur yang mengan-
dung unsur perbedaan. Keanekaragaman yang seperti tersebut tidak lagi menjadi
penghalang atau penghambat bagi guru untuk menciptakan suasana belajar yang
bermakna (berarti dan berguna). Guru yang profesional justru dapat mengelola
keanekaragaman sedemikian rupa sehingga tercipta proses belajar yang efektif
atau tepat guna dan lebih bermakna. Proses belajar yang efektif dan bermakna ini
tidak lain dari proses belajar yang memungkinkan murid dapat belajar secara
optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya menuju pencapaian tujuan
pendidikan yang diinginkan. Proses belajar yang efektif dan bermakna dapat
terjadi atau berlangsung dalam situasi pembelajaran merangkap kelas jika seorang
guru melakukan peren-canaan yang baik.
Dalam perencanaan ini tercakup serangkaian kegiatan yaitu, menggukan
Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), merumuskan tujuan belajar,
memilih bahan belajar, dan menyusun rancangan kegiatan belajar. Masing-masing
dapat diuraikan sebagai berikut :

3
A. Menggunakan GBPP
Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) merupakan berisikan
apa-apa yang harus diajarkan pada murid. Dengan perkataan lain GBPP
apa saja yang harus dikembangkan oleh guru sebagai bahan ajar. Jadi
GBPP memuat garis besar materi yang berupa pokok dan sub pokok
bahasan, juga tujuan tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran umum.
Garis-garis Besar Program Pengajaran merupakan :
1. Dokumen tertulis rencana umum pembelajaran
2. Rujukan tertulis mengenai tujuan, materi, proses pembelajaran, dan
penilaian setiap mata pelajaran
3. Pedoman pembelajaran bagi guru dan acuan belajar siswa
4. Pedoman pengelolaan pendidikan bagi para pengelola atau
administrasi (Kepala Sekolah, Pengawas, Kepala Kantar Depdiknas).
5. Titik tolak dan rambu-rambu penyusunan rencana pembelajaran
jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (tahunan,
semester, dan harian)
6. Pedoman dan rujukan para penulis bahan belajar seperti buku
pelajaran dan lember kerja siswa.

Guru dituntut untuk dapat menjabarkan GBPP dalam bentuk rencana


pembelajaran tahunan, persemester dan dari situ dijabarkan Rencana
Pembelajaran Harian Ada beberapa prinsip dan prosedur dalam pemilihan
topik pembelajaran kelas rangkap dengan mempertimbangkan GBPP.
1. Berorientasi kepada tujuan
Prinsip ini mengandung arti bahwa topik yang dipilih harus bertolak
dari tujuan dan terarah pada tujuan. Dengan demikian pembelajaran
kelas rangkap dengan dua mata pelajaran untuk dua kelas yang
berbeda dan dilakukan dalam satu ruangan, pengintegrasian atau
perpaduan dalam satu topik besar tidaklah merupakan keharusan.
Kecuali bila kedua mata pelajaran tersebut mempunyai inti dan arah
tujuan yang sama. Biasanya hal ini dapat dilakukan bila dua mata

4
pelajaran yang akan ditangani dengan pembelajaran kelas rangkap itu
termasuk ke dalam satu bidang studi, IPS atau IPA. Sekalipun guru
melaksanakan pembelajaran merangkap kelas, tujuan pembelajaran
yang dirumuskan harus memenuhi kriteria perumusan tujuan
pembelajaran pada umumnya.
Kriteria perumusan tujuan pembelajaran khusus atau yang
sekarang disebut indikator antara lain: menggunakan istilah yang
operasional, hanya satu tingkah laku, bisa diukur, mengandung unsur-
unsur A, B, C, dan D (Audien, Behavior, Condition, dan Degrre), dan
sebagainya. Contoh yang benar: Jika diberi waktu 10 menit siswa
dapat menggambar seekor burung lengkap dengan sayapnya. Contoh
yang salah: Jika ditugaskan membaca buku Pembelajaran Kelas
Rangkap 6 - 19 tek siswa dapat menyebutkan dan menjelaskan ciri-
ciri makhluk hidup. Perumusan tujuan merupakan komponen Rencana
Pembelajaran yang sangat esensial, bagi pengembangan komponen-
komponen lainnya. Selain itu tujuan pembelajaran itulah yang akan
dijadikan tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu
dalam pembelajaran kelas rangkap perumusan tujuan merupakan suatu
keharusan, agar kegiatan pembelajaran memiliki arah yang jelas.

2. Disesuikan dengan karakteristik murid (kelas, usia, kemampuan)


Prinsip kedua ini mengandung arti bahwa penetapan topik yang
terpadu atau terpisah selalu mengingat dan memperhatikan keadaan
murid. Bila suatu rencana pembelajaran kelas rangkap mencakup
perangkap kelas I, II, III, atau perangkapan kelas IV, V, VI penetapan
topik yang terpadu dapat dilakukan. Tetapi bila perangkapan kelas itu
akan dilakukan antara kelas I atau kelas II atau kelas III dengan kelas
IV atau kelas V atau kelas VI, penetapan topik yang terpisah kelihatan
lebih dapat dipertanggungjawabkan secara kependidikan. Hal tersebut
berlaku apabila pembelajaran kelas rangkap itu berkenaan dengan dua
mata pelajaran yang berbeda hakekatnya.

5
Bila perangkapan kelas itu terjadi untuk satu mata pelajaran
pertimbangan psikologis dan pedagogis yang seyogyanya
dipertimbangkan adalah mengenai urutan materi pelajaran dan
cakupan sub-sub topik yang tercakup kedalam topik umum yang
terpadu tersebut. Contoh: Untuk kelas dimana siswa memiliki
karakteristik yang pasif dan kurang motivasi belajar, guru dapat
membangkitkan kegairahan belajar yang kreatif dan menyenangkan.
Sehingga murid akan merasa tertarik dengan materi pelajaran dan
bergairah untuk belajar.

3. Disesuaikan dengan kemampuan pengelolaan guru


Prinsip ketiga ini mengandung maksud bahwa guru perlu untuk
menyadari kemampuannya dalam mengelolan pembelajaran kelas
rangkap dengan topik yang telah dipilihnya. Pembelajaran kelas
rangkap dengan satu topik yang terpadu tentu cara berbeda dari
pembelajaran kelas rangkap dengan dua topik yang berbeda. Namun
hal ini tidaklah berarti bahwa penetapan topik itu terserah semaunya
guru.
Kemampuan guru mengelola kelas, mendukung tercapainya tujuan
belajar. Guru dengan segala kemampuan, siswa dengan segala latar
belakang dan sifatsifat individual, kurikulum dengan segala
komponen, materi dengan segala pokok bahasan bertemu dan
berinteraksi dikelola guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Bahkan hasilnya sangat tergantung dengan apa yang terjadi di kelas.
Oleh sebab itu sudah selayaknya kelas dimanej (dikelola) secara baik,
profesional dan terus menerus. 20 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap.

6
4. Layak sarana pendukung
Prinsip ke empat mengingatkan guru akan perlunya memanfaatkan
sarana pendukung belajar murid yang tersedia dan atau dapat
diadakan. Sarana pendukung merupakan unsur penting dalam
pembelajaran kelas rangkap. Sebagai contoh, sekolah yang memiliki
bahan ajar cetak lengkap akan sangat membantu tercapainya tujuan
dari pembelajaran kelas rangkap. Guru dapat meminjamkan untuk
belajar secara mandiri atau untuk mengerjakan tugas saat guru
melaksanakan pembelajaran di kelas lain. Kelengkapan sarana
pendukung belajar juga mempengaruhi perilaku peserta didik maupun
penetapan strategi belajar mengajar. Contoh: sekolah yang memiliki
sarana pendukung laboratorium IPA, perpustakaan, kebun sekolah,
kolam ikan dan sebagainya akan memberi kebebasan guru untuk
kegiatan pembelajaran yang berpengaruh pada perilaku belajar murid.

5. Tidak bersifat dipaksa


Sedangkan prinsip kelima memperingatkan kita sebagai guru tidak
memaksakan diri karena dorongan atau desakan pihak luar hanya
karena sekedar untuk turut ramai-ramai. Seorang guru yang baik akan
melakukan yang kegiatan yang terbaik, dilihat dari sisi
kemampuannya maupun dari sisi kepentingan murid. Sehubungan
dengan cara merencanakan topik umum, ada dua model atau kerangka
pikir yang dapat dipertimbangkan yakni dari pemikiran Fogarty tahun
1979 dan pemikiran Griswold tahun 1987. Model Fogarty dapat
digambarkan sebagai berikut :

7
Dalam model di atas sebuah topik umum IPA direncanakan untuk
diajar-kan pada berbagai kelas yang berbeda. Karena kelasnya berbeda
isi dan bentuk kegiatan belajarnya juga berbeda.

Model Fogarty ini menawarkan kepada kita untuk


mengembangkan topik pembelajaran kelas rangkap yang terpadu
untuk seluruh kelas yang akan kita tangani di bawah cakupan suatu
bidang studi. Misalnya saja pada suatu ketika seorang guru harus
menangani seluruh kelas. Situasi ini sangat mungkin terjadi di SD
yang kecil yang jumlah gurunya paling banyak dua orang dan yang
seorang terpaksa tidak dapat mengajar karena sakit atau alasan lain.
Melihat jalan pikiran pengembangan topik dalam model di atas kini
kita memperoleh suatu contoh pengintegrasian ide dan prosedur
pembelajaran kelas rangkap dengan ide dan prosedur pembelajaran
multi aras (PMA) dan Multi Level Teaching. Kombinasi pembelajaran
kelas rangkap dan pembelajaran multi aras dapat diterapkan pada
situasi dimana suatu topik diturunkan dari konsep dasar suatu bidang
studi.

8
Seperti dalam model di atas topik umum pembelajaran mengambil
konsep dasar makhluk hidup laut. Atau dalam situasi dimana topik
umum diambil dari dari wawasan antar-bidang studi atau
interdisipliner yang berorientasi pemecahan masalah. Misalnya
pemecahan masalah polusi (pence-maran) dengan menggunakan
Pendekatan Ilmu-Teknologi-Masyarakat atau Science-
TecnologySociety Approach dari Dough and Monson tahun 1989.

Model Griswold tahun 1987 dikembangkan oleh Cathy Griswold


seorang guru pembelajaran kelas rangkap di Negara Bagian Oregon
USA dengan maksud memetakan topik-topik yang mencerminkan
integrasi berbagai bidang studi yang berbeda. Proses yang digunakan
disebut “clustering” atau pengklasteran atau penggugusan.
Penggugusan topik adalah penataan topik-topik materi pelajaran
secara terurai unsur-unsur atau bagian dari topik besar GBPP biasanya
diterima oleh para guru debagai patokan dasar materi dan prosedur
pembelajaran yang sudah baku dan harus diikuti sepenuhnya tanpa
perubahan. Dengan kata lain perkataan guru merasakan sebagai hal
yang tabu menyimpang dari GBPP, pendapat seperti ini memang
benar dalam hal bahwa GBPP merupakan patokan dasar
pembelajaran. Tetapi tidak benar bila dianggap tabu adanya
penyimpangan. GBPP yang ada sekarang ini merupakan bahan
konsumsi nasional yang dalam penggunaannya memerlukan cara yang
berbeda-beda. Untuk pembelajaran topik yang berorientasi bidang
studi tunggal atau monodisipliner tentu berbeda dengan topik yang
diangkat secara antardisiplin atau interdisipliner (disiplin antar bidang
ilmu) dalam cara guru menggunakan GBPP tersebut. Demikian pula
perbedaan akan timbul dalam menetapkan topik yang akan dikelola
dengan pendekatan pembelajaran kelas rangkap. Oleh karena itu,
dalam rangka pembelajaran kelas rangkap GBPP harus diterima
sebagai patokan dasar takaran materi. Sedangkan cara penataannya
dalam hal tertentu seperti dalam penggugusan topik dan penetapan

9
aras materi dan kegiatan untuk kepentingan pembelajaran kelas
rangkap merupakan bagian dari tugas profesional (tugas jabatan) guru.

B. Merumuskan Tujuan Belajar


Kurikulum Sekolah Dasar di Indonesia menganut model yang ber-
orientasi kepada tujuan. Mengandung makna bahwa keseluruhan kegiatan
perencanaan, pembelajaran, dan evaluasi harus bertolak dari tujuan dan
tertuju pada pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Karena tujuan
pendidikan memiliki banyak aras (banyak tingkat) mulai dari tingkat
tertinggi tujuan pendidikan nasional sampai ke tujuan pembelajaran khusus
yang terendah, semua tujuan yang lebih rendah harus menunjang
ketercapaian tujuan yang lebih tinggi. Oleh karenanya tujuan yang lebih
rendah harus dijabarkan dari tujuan yang lebih tinggi. Sehingga rumusan
tujuan yang multi aras yang satu sama lain saling memiliki
ketergantungan. Tentu sudah menjadi kesepakatan dan komitmen
keterikatan profesional kita sebagai guru.
Dalam perumusan tujuan pembelajaran didasarkan konsep
penggugusan dari konsep Taksonomi Bloom atau penggugusan tujuan dari
Bloom. Taksono-mi tujuan dari Bloom tersebut memberi rambu-rambu
bagi guru dalam me-ngungkapkan jenis perilaku hasil belajar murid yang
ingin dilihat setelah pembelajaran suatu topik berakhir. Mengenai hasil
pembelajaran yang terkait dengan tujuan ini oleh Bruce Joyce dan Marsha
Weil tahun 1986 disebut dampak pembelajaran. Sedang perilaku hasil
belajar yang terkait tujuan ini sebenarnya masih banyak yang mungkin
muncul pada diri murid walau tidak secara lugas (tegas, jelas) dirumuskan
dalam tujuan. Perilaku hasil belajar seperti itu disebutnya sebagai dampak
pengiring, ini lebih merupakan hasil sertaan dari terciptanya suasana
belajar yang dirangsang oleh kegiatan pembelajaran yang terkait pada
tujuan sekalipun tidak sengaja dirancang oleh guru. Perumusan tujuan
pembelajaran sebagai perwujudan dari keputusan profesional guru secara
mutlak diperlukan, terlepas dari hasil belajar yang berupa dampak
pengiring.

10
Menurut Bloom tujuan pendidikan dapat diguguskan ke dalam tiga
ranah atau gugus kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif
berkenaan dengan kemampuan seorang murid untuk mengetahui dan
mengerti sesuatu Ranah afektif berkenaan dengan penghayatan, nilai dan
sikap. Ranah psikomo-torik berkenaan dengan gerak fisik yang didorong
oleh aspek psikologis. Ketiga ranah ini bukan sesuatu yang terpisah satu
sama lain, akan tetapi merupakan tiga gugus perilaku yang disamping
memiliki keunikan atau kekhususan juga memiliki komonalitas atau
kesamaan yang umum.
Secara konseptual (dalam pikiran) pada setiap ranah terdapat gugus
perilaku yang lebih kecil yang sering disebut sub-ranah. Berbeda dengan
keter-kaitan antar ranah yang satu sama lain setara dan saling tumpang
tindih, keterkaitan antar subranah melukiskan jenjang yang progresif. Aras
progresif ini mengandung makna bahwa sub-ranah pada suatu ranah
melukiskan jenjang yang bertetangga. Dengan kata lain sub-ranah yang
berada pada jenjang yang lebih tinggi secara kualitatif mencakup
karakteristik atau ciri-ciri dari sub-ranah lainnya yang berada di jenjang
yang lebih rendah. Dalam ranah atau domain kognitif terkandung enam
sub-ranah mulai dari yang terndah sampai yang tertinggi dengan urutan
sebagai berikut; ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Sub-ranah atau subdomain yang lebih tinggi mengundang proses
kognitif di bawahnya (yang lebih rendah). Semakin tinggi proses kognitif
semakin kompleks proses tersebut. Dalam ranah afektif terkandung lima
sub-ranah yakni penerimaan, penanggapan, penghargaan,
pengorganisasian, dan karakterisasi.
Sedangkan pada ranah psikomotorik terkandung tujuh sub-ranah yaitu
persepsi, kesiapan, respon terbimbing, gerakan mekanis, respon kompleks,
gerakan adaptasi, dan gerakan mencipta. Pemanfaatan atau penggunaan
taksonomi Bloom sebagai rambu-rambu dalam perumusan tujuan belajar
untuk pembelajaran kelas rangkap. Penjenjangan dapat membantu atau
menuntun dalam penetapan topik-topik secara vertikal atas dasar
perbedaan kelas, sedang penggugusan memandu dalam menggambarkan

11
sebaran topik-topik secara horisontal antar bidang studi. Dalam perumusan
tujuan belajar pada pembelajaran kelas rangkap jenjang dan gugus topik
ini memegang peranan yang sangat penting dalam menetapkan jenjang
tujuam belajar.
Seorang guru pembelajaran kelas rangkap dapat memanfaatkan jenjang
dan gugus topik untuk merumuskan tujuan pembelajaran atau lebih dalam
rangka pencapaian tujuan belajar yang mencerminkan jenjang dan gugus
topik. Variasi kombinasi wawasan wawasan guru mengenai jenjang dan
gugus topik ini akan memungkinakan guru dapat merancang kegiatan
belajar sesuai dengan tujuan belajar dalam bentuk pembelajaran kelas
rangkap yang dipilihnya.
Rumusan tujuan mencerminkan jenjang dan gugus perilaku, oleh karena
itu guru pembelajaran kelas rangkap harus dapat memilih ungkapan
perilaku (dalam bentuk pilihan kata kerja operasional) yang mewadahi
materi yang terkandung dalam topik yang dipilih sesuai dengan jenjang
dan gugusnya. Contoh perumusan tujuan pembelajaran khusus :

Kelas III : Murid dapat memilih contoh lingkungan alam yang baik (IPA).
Kelas IV : Murid dapat menjelaskan akibat banjir (IPS).
Kelas V: Murid dapat menyusun cerita pendek tentang pelestarian
lingkungan alam (Bahasa Indonesia).
Kelas VI : Murid dapat menjelaskan pentingnya pemeliharaan Lingkungan
Hidup.

Rumusan tujuan pembelajaran khusus tersebut mengarah pada topik


umum Lingkungan Hidup yang dilihat secara antar bidang keilmuan yaitu
dari sudut IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan PPKN dan diajarkan kepada
murid kelas III, IV, V, dan kelas VI melalui pendekatan pembelajaran
kelas rangkap. Pada keempat tujuan tersebut tercermin gugus materi,
jenjang/tingkat materi, dan jenang serta gugus perilaku.

12
Tujuan pembelajaran berkaitan dengan arah atau sasaran yang ingin
dicapai dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap. Setiap
pembelajaran perlu merumuskan arah pembalajaran yang harus dituju.
Setelah itu, perlu di identifikasi berbagai materi pelajaran dan kegiatan
bagi pencapaian tujuan. Materi pelajaran di organisasi sedemikian rupa
atau secara sistematis agar kegiatan mengarah pada pencapaian tujuan.
Selanjutnya dalam pembelajaran kelas rangkap juga perlu dilakukan
evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tujuan telah tercapai. Demikian
pentingnya tujuan pembelajaran dalam pengembangan komponen-
komponen lain dari kurikulum.

C. Memilih Bahan Belajar


Bahan belajar adalah rincian materi yang dapat berupa fakta, konsep,
teori, nilai, prosedur dan kegiatan belajar yang dijabarkan dari tujuan dan
topik pembelajaran kelas rangkap yang telah dipilih. Dari wawasan yang
diperoleh dari pemetaan gugus materi, dipilih materi mana yang akan
disampaikan secara lisan, yang harus digali dari bahan tertulis, yang
memerlukan pengamatan, atau yang menuntut percobaan.
Dalam pemilihan materi yang memadai perlu memperhatikan syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Mendukung ketercapaian tujuan belajar,
2. Berkaitan erat dengan materi sebelumnya,
3. Didukung oleh sarana dan sumber belajar yang tersedia atau dapat
disediakan,
4. Sesuai dengan perkembangan mental murid,
5. Menjadi dasar bagi studi lebih lanjut.

Dalam memilih bahan belajar harus sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Hal ini merupakan prinsip dari kurikulum model
tujuan yang kita anut. Tentu saja hal ini tidak mengurangi kemungkinan
diperolehnya bahan lain sebagai dampak pengiring. Bahan belajar harus
berkaitan erat dengan bahan belajar lain yang telah dipelajarinya atau prior

13
learning. Dengan demikian pada diri murid akan terjadi proses belajar
yang bermakna. Bahan belajar juga harus mempertimbangkan sarana
pendukung yang tersedia atau yang dapat disediakan. Misalnya untuk
mengajarkan bahan tentang ikan paus paling tidak harus tersedia sumber
bahan gambar dan uraian tentang ikan paus. Disamping itu bahan belajar
harus sesuai dengan perkembangan mental murid. Untuk ini seharusnya
guru memahami perkembangan berpikir anak sebagaimana yang
dikemukakan oleh Jean Piaget.
Murid SD menurut Piaget berada pada pada taraf berpikir konkret dan
peralihan antara berpikir konkret dengan berpikir abstrak. Pada tahap-
tahap ini anak lebih mudah memahami sesuatu yang dukung oleh bukti
nyata dan selanjutnya membuat kesimpulan yang didukung oleh bukti
nyata. Memilih bahan yang sangat abstrak untuk SD kelas rendah tentu
sangat tidak tepat. Sedangkan untuk SD kelas yang lebih tinggi hal yang
abstrak sudah dapat diajarkan asal dengan dukungan bukti yang nyata.
Yang dimaksud ‘’nyata’’ tidak harus selalu ada bendanya tetapi paling
tidak ada gambarnya. Karena itu salah besar bila guru mengajarkan ikan
paus tapi guru sendiri belum melihat gambarnya sekalipun. Yang terakhir,
bahan belajar harus dapat dijadikan dasar untuk belajar lebih lanjut.
Artinya bahan tersebut harus berkaitan dengan bahan lain yang akan
diajarkan lebih lanjut. Dalam hubungan inilah pemetaan penguraian gugus
topik terasa sangat penting.

14
D. Menyusun Rancangan Kegiatan Belajar
Proses belajar murid merupakan inti dari kegiatan pembelajaran.
Dalam hal ini yang terpenting adalah bagaimana murid belajar, dan
bagaimana guru membelajarkan murid. Pembelajaran harus menghasilkan
terjadinya proses belajar pada diri murid. Jika pada diri murid tidak terjadi
tindak belajar, maka pembelajaran dapat dikatakan gagal atau sia-sia. Oleh
karena itu agar tindak mengajar tidak sia-sia, terlebih dahulu disusun
rancangannya.
Rancangan atau desain dalam kegiatan pembelajaran adalah kerangka
pikir yang melukiskan bentuk penataan interaksi guru-murid-sumber
belajar dalam rangka pencapaian tujuan belajar. Pengaturan interaksi ini
mencakup urutan prosedur atau langkah yang akan dilalui oleh guru dan
murid sert jenis dan bobot isi kegiatan yang akan berlangsung pada setiap
langkah prosedur tersebut. Bruce Joyce dan Marsha Weil tahun 1986
menyebut rancangan ini dengan istilah ‘’model’’. Sebanyak empat
kelompok besar model pembelajaran yakni; Model Pengolahan Informasi,
Model Sosial, Model Personal, dan Model Pengubahan Perilaku
diperkenalkan dalam bukunya. Hampir semua model tersebut dirancang
untuk pembelajaran kelas tunggal, namun dalam banyak hal dapat
disesuaikan untuk pembelajaran kelas rangkap.
Selain model-model tersebut ada model dasar pembelajaran yang
mengaitkan seluruh model yakni model Weil Murphy dan McGreal tahun
1986. Model dasar ini memiliki lima langkah sebagai berikut :
1. Orientasi atau Pendahuluan Guru menetapkan tujuan, langkah, dan
materi
2. Pengembangan Guru menjelaskan konsep atau keterampilan,
mendemonstrasikan model atau langkah, dan mengecek pengertian
murid.
3. Latihan terstruktur Guru memandu kegiatan kelompok murid, dan
memberikan balikan kepada murid, dan murid memberi tanggapan.

15
4. Latihan terbimbing Murid-murid berlatih memahami konsep baru
atau keterampilan, guru memantaunya, dan selanjutnya murid-
murid berlatih lebih lanjut di luar kelas.
5. Latihan bebas atau mandiri Guru memeriksa dan membetulkan
hasil latihan di luar kelas dan murid melanjutkan latihan mandiri.

Kerangka berpikir dari model dasar ini dapat digunakan untuk melihat
le-bih jauh beberapa kemungkinan model yang khas untuk pembelajaran
merangkap kelas. Ada dua gugus model pembelajaran merangkap kelas,
yakni Proses Belajar Arahan Sendiri dan Proses Belajar Melalui Kerja
Sama (Knowles dalam Miller, 1991). Proses Belajar Arahan Sendiri
(PBAS) ditandai oleh kemandirian murid, sumber belajar yang memadai,
berorientasi tugas dan masalah, dan motivasi instrinsik yang berdasarkan
perasaan ingin tahu. Sementara itu menurut Kagan (dalam Miller, 1991)
Proses Belajar Melalui Kerja Sama (PBMKS) ditandai oleh berbagai ide
dan pengalaman melalui pengelolaan suasana keterbukaan, komu-nikasi,
pemecahan masalah secara bersama, pencapaian ide terbaik, salaing
mendorong dan menghargai, dan pembinaan kerjasama kelompok. Kedua
format pembelajaran ini merupakan sarana konseptual yang sangat tepat
untuk digunakan dalam pembelajaran kelas rangkap.

16
Contoh RPP Kelas Rangkap

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PKR MODEL 221

Satuan Pendidikan : SD
Mata Pelajaran : III (dua)/Bahasa Indonesia
IV (tiga)/IPS
Kelas : II dan III
Semester : 1 (satu)
Jumlah Pertemuan : 1 x pertemuan
Waktu : 2 x 40 menit

A. KOMPETENSI INTI
KI 1: Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.
KI 3: Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat,membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di
rumah, sekolah, dan tempat bermain.
KI 4: Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat,
dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.

17
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI

Muatan Pelajaran Kompetensi Dasar Indikator


Pencapaian
Kompetensi

Bahasa Indonesia 3.3 Menggali informasi tentang Mengidentifikasi


perubahan cuaca dan pengaruhnya informasi
terhadap kehidupan manusia yang mengenai keadaan
disajikan dalam bentuk lisan, cuaca.
tulis, visual, dan/atau eksplorasi
lingkungan.

4.3 Menyajikan hasil penggalian Menggunakan


informasi tentang konsep kosakata baku
perubahan cuaca dan pengaruhnya mengenai keadaan
terhadap kehidupan manusia cuaca dalam
dalam bentuk tulis menggunakan kalimat yang
kosakata baku dan kalimat efektif. efektif.

IPS 3.1 Mengidentifikasi karakteristik Mengidentifikasi


ruang dan pemanfaatan sumber daya sumber daya alam
alam untuk kesejahteraan dan
masyarakat dari tingkat kota/ pemanfaatannya.
kabupaten sampai tingkat provinsi.

4.2 Menyajikan hasil identifikasi Menyajikan hasil


karakteristik ruang dan identifikasi
pemanfaatan sumber daya alam sumber daya alam
untuk kesejahteraan masyarakat dan
dari tingkat kota/kabupaten pemanfaatannya
sampai tingkat provinsi. dalam bentuk
tulisan

18
C. TUJUAN
Bahasa Indonesia Kelas III
1. Dengan membaca teks, siswa dapat mengidentifikasi informasi mengenai
keadaan cuaca dengan benar.
2. Dengan menuliskan pokok-pokok informasi dari teks, siswa dapat
menggunakan kosakata baku mengenai keadaan cuaca dalam kalimat yang
efektif
IPS Kelas IV
1. Setelah mengamati teks visual, siswa mampu menuliskan gagasan pokok dari
teks visual yang diamati dengan terperinci.
2. Dengan diskusi dan pemecahan masalah, siswa mampu mengidentifikasi
sumber daya alam dan pemanfaatannya dengan tepat.Dengan diskusi dan
pemecahan masalah, siswa mampu menyajikan hasil identifikasi sumber
daya alam dan pemanfaatannya dalam bentuk tulisan dengan sistematis.

D. MATERI PEMBELAJARAN
Bahasa Indonesia : Membaca cerita tentang keadaan cuaca dan
menuliskan pokok- pokok informasi terkait cerita
menggunakan kosakata baku.
IPS : Mengubah gambar ke dalam bentuk cerita mengenai
sumber daya alam di Indonesia.

E. METODE PEMBELAJARAN
Metode : tanya jawab, diskusi, pengamatan, ceramah, refleksi.
Pendekatan : Scientific

19
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
1. Gambar keadaan cuaca (hujan, berawan, cerah, mendung).

2. Teks cerita tentang keadaan cuaca.

3. Gambar sumber daya alam di Indonesia.

4. Buku Guru dan Buku Siswa Tematik Kelas 3 SD/MI (Revisi 2018).

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Kegiatan Deskripsi Kegiatan A


l
o
k
a
s
i
W
a
k
t
u

Kegiatan Awal ● Guru mengucapkan salam, Siswa menjawab salam. 1


● Menanyakan kondisi siswa dan meminta siswa 0
mengamati teman sekelasnya untuk mengetahui
teman yang tidak hadir. m
● Berdo’a sebelum memulai pelajaran. e
● Guru mengingatkan siswa tentang pelajaran n
sebelumnya dan mengaitkannya dengan pelajaran i
yang akan disampaikan. t
● Menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.

Kegiatan Inti ● Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok. 6

20
● Guru menyampaikan bahwa siswa kelas III
0
membaca teks sesuai kelompok dahulu dan Guru
beralih ke kelas IV untuk menjelaskan mengenai m
e
n
i
t

sumber daya alam di Indonesia


● Guru menugaskan siswa kelas IV untuk mengamati
teks visual yang diberikan oleh guru.
● Guru menanyakan gambar tersebut
● Setiap kelompok kelas IV mendiskusikan pertanyaan
berikut:
- Apa yang diceritakan gambar tersebut?
- Sebutkan peristiwa pada gambar yang
mendukung alasanmu?
● Lalu Guru beralih ke kelas III dan Guru bertanya
jawab dengan siswa tentang teks mengenai keadaan
cuaca hingga siswa mendapat gambaran yang jelas
tentang keadaan cuaca dan siswa dapat mengambil
kesimpulan bahwa cuaca adalah keadaan yang
berubah-ubah dan berlangsung hanya sebentar.
● Guru menunjukkan gambar keadaan cuaca.
● Kemudian, siswa diminta mencari kata-kata yang
tepat untuk gambar keadaan cuaca yang ada. Caranya
dengan mencermati gambar yang ada pada buku
siswa dan menentukan bagaimana keadaan cuaca
pada gambar tersebut.
● Guru menginstruksi siswa melengkapi tabel hasil
pengamatan cuaca selama 5 hari. Siswa diminta
mencatat hasil pengamatannya di tabel yang telah
disediakan. Bagaimana keadaan cuaca pada siang

21
dan malam hari di rumahnya.
● Lalu, setelah data lengkap terkumpul, siswa
mencermati cuaca apa yang dominan terjadi selama
5 hari ini? Apakah hujan, cerah, berawan, mendung,
atau lainnya.
● Tugas lain di bagian Ayo Menulis adalah siswa
menuliskan informasi tentang keadaan cuaca.
Tambahkan informasi yang siswa ketahui tentang
keadaan cuaca.
● Guru beralih ke kelas IV dan menginstruksi setiap
kelompok untuk menyampaikan jawabannya.
● Guru akan membahas satu persatu gambar di depan
kelas.
● Siswa menuliskan gagasan pokok dari gambar yang
telah diamatinya. Siswa akan menukar jawabannya
dengan kelompok yang lain.
● Siswa mendapat apresiasi dari hasil kerja
kelompoknya.

Kegiatan Akhir ● Siswa menyimpulkan materi pelajaran hari 1


ini (melakukan refleksi). 0
● Guru memberi kesimpulan dan penguatan dari
materi pelajaran hari ini. m
● Guru menyampaikan rencana pertemuan berikutnya. e
● Untuk mengakhiri pelajaran guru mengajak semua n
peserta didik untuk berdoa menurut agama dan i
kepercayaan masing-masing. t

I. PENILAIAN PEMBELAJARAN
1. Teknik Penilaian

Indikator Teknik Penilaian Bentuk Penilaian

BAHASA INDONESIA

22
● Menggunakan kosakata
baku mengenai keadaan Pencil dan paper test Test tulis
cuaca dalam kalimat yang
Efektif.
● Mengidentifikasi
Portofolio Tugas
informasi mengenai
keadaan cuaca.

IPS
● Mengidentifikasi dan
menganalisa gambar Pencil dan paper test Test tulis

mengenai sumber daya


alam di Indonesia.
● Menyajikan hasil
identifikasi mengenai Portofolio Tugas
sumber daya alam di
Indonesia dalam bentuk
tulisan yang sistematis

2. Bentuk instrumen penilaian

a. Bahasa Indonesia Kelas III

Tugas siswa menemukan dan menuliskan pokok-pokok informasi terkait


cerita mengenai keadaan cuaca menggunakan kosakata baku, dinilai
menggunakan rubrik.
Beri tanda centang (v) sesuai pencapaian siswa

Kriteria Sangat Ba Cukup Perlu


Baik ik Pendam
pingan

4 3 2 1

Kemamp Siswa mampu Siswa mampu Siswa mampu Siswa


uan menuliskan 5 menuliskan 4 menuliskan 3 mampu

23
menulisk kosakata kosakata dengan kosakata dengan menulisk
an dengan baik dan baik dan benar baik dan benar an kurang
kosakata benar dari 3
terkait kosakata
keadaan dengan
cuaca baik dan
sesuai benar
gambar
yang ada
di buku
siswa

Sikap Bertanggung Cukup Kurang Belum


Tanggun jawab bertanggung bertanggung bertanggun
g Jawab terhadap jawab jawab terhadap g jawab
tugas- terhadap tugas-tugas terhadap
tugas tugas-tugas secara konsisten tugas-tugas
secara secara konsisten secara
konsisten konsisten

b. IPS Kelas IV

Tugas siswa menemukan dan menuliskan informasi tentang karakteristik


bentang alam: pantai, dataran rendah, dan dataran tinggi, dinilai
menggunakan rubrik.
Beri tanda centang (v) sesuai pencapaian siswa

Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Perlu


Pendampinga
n

4 3 2 1

Penyajian hasil Mampu Mampu Mampu Belum

24
menyajikan menyajikan mampu
Identifikasi hasil hasil menyajikan menyajikan
identifikasi identifikasi hasil hasil
sumber daya sumber daya sumber daya identifikasi identifikasi
alam alam sumber sumber
alam dan dan dan daya alam dan daya alam
pemanfaatann pemanfaatann dan
ya ya
Pemanfaatanny dalam bentuk dalam bentuk pemanfaatann pemanfaatan
a tulisan ya nya
dalam bentuk tulisan dengan dengan cukup dalam bentuk dalam
tulisan bentuk
tulisan
tulisan. sistematis sistematis dengan kurang dengan
sistematis
sistematis

Sikap Peduli Peduli Cukup peduli Kurang peduli Belum


terhadap menunjukka
n
keberadaan terhadap terhadap kepedulian
terhadap
sumber daya keberadaan keberadaan sumber daya
alam sumber sumber alam.
Indonesia daya alam daya alam
secara Indonesia Indonesia
konsisten

Sikap Bertanggung Cukup Kurang Belum


Tanggung bertanggung bertanggung bertanggung
Jawab jawab jawab jawab jawab
terhadap terhadap terhadap terhadap
tugas-tugas tugas-tugas tugas-tugas tugas-tugas

25
secara secara secara secara
konsisten konsisten konsisten konsisten

Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Kelas III

Agil Diah Pebrian Luvdiantri Non Tarisa

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan pembelajaran kelas rangkap berbeda dengan kelas tunggal,
berbeda dalam banyak hal. Dalam pembelajaran kelas rangkap seorang guru
harus mengajar atau melayani kelompok murid yang tidak sama karakteristik
dari setiap kelasnya. Bahkan bisa beragam kemampuan, minat, bakat, dan
kebutuhan. Karena dalam pembelajaran kelas rangkap dapat terjadi
penggabungan dari jenjang kelas yang sama atau kelas paralel, dapat pula dari

26
kelas yang jenjangnya berbeda. Misalnya, penggabungan dari kelas III, kelas
IV, dan kelas V, perencanaan pembelajaran kelas rangkap jika berbeda
penggabungan dari kelas IVA, kelas IVB, dan Kelas IVC. Oleh karena itu
setiap bentuk perangkapan kelas yang berbeda model, berbeda pula
perencanaan pembelajaran. Dalam perencanaan ini tercakup serangkaian
kegiatan yaitu, menggukan Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP),
merumuskan tujuan belajar, memilih bahan belajar, dan menyusun rancangan
kegiatan belajar.
B. Saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan. Tulisan
ini dibuat sebagai wadah untuk menambah wawasan tentang RPP
pembelajaran kelas rangkap. Tulisan ini diharapkan menjadi salah satu yang
dapat membantu untuk menanamkan pemahaman tentang pembelajaran kelas
rangkap.
Kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca, khususnya dari
dosen mata kuliah yang telah membimbing kami dan para mahasiswa demi
kesempurnaan makalah ini. Apabila ada kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya

27
DAFTAR PUSTAKA

Sumawan. (). MENYUSUN RENCANA PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP


(RPKR)
Elvira, (2022), rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pembelajaran kelas
rangkap. Universitas Terbuka : Bandung

Anda mungkin juga menyukai