Anda di halaman 1dari 3

Nama: Salsabila Septia Fauziah

Kelas: XI MIPA 2

No. Absen: 30

Pelangi

Aku pelangi Andrea Hirata, aku biasa dipanggil pelangi. Katanya sih,hidupku akan secerah pelangi,namun
aku rasa tidak.

Hari ini, hari pengumuman hasil nilai ulangan harian kemarin,aku belajar dengan sangat keras kemarin,
karna katanya usaha tak akan pernah mengkhianati hasil. Yang Remedi Hari ini adalah, Reno,Fika, Aroya
Lestari, Mahendra Yunata dan terakhir"ucap guruku membuatku menggigit kukuku, berharap bukan aku
yang remedi. Pelangi Andrea"tambah Guruku membuatku ingin merosot seketika. Percuma rasanya aku
belajar, begitu keras saat itu, namun hasilnya selalu nihil. Aku menghela nafas panjang, inilah aku,
sibodoh yang punya harapan besar,

Setelah pulang sekolah, dengan suasana hati yang kurang menyenangkan, aku berjalan menuju Halte
bus, namun tiba tiba rintik hujan mulai berjatuhan. Seketika aku tersenyum, bukankah tuhan baik?
Tuhan tau aku suka hujan, dan ketika kecewa menghampiriku, hujan selalu datang menemaniku.

Alih alih, berteduh dihalte, aku memilih berjalan menuju rumahku, dengan tetesan air yang menerpa
wajahku begitu saja. Banyak orang yang heran melihatku, bahkan tak banyak dari mereka yang
menyuruhku berteduh dihalte, namun aku menolak, Setelah perjalanan singkat, aku melanjutkan
langkahku dengan berlari, diiringi oleh Teriakanku dan menari ditengah hujan dan berputar putar begitu
menyenangkannya.

Akh!! Kenapa aku Remedi?! Padahal aku sudah belajar dengan keras!! Tuhan tidakah kau adil?!"teriakku
seraya mengeluarkan unek unekku. Tampa sadar, aku telah sampai didepan rumah, rumah yang
sederhana, dan terlihat sangat hidup,aku tersenyum saat itu, namun bersamaan dengan air mataku yang
luruh.

Apa aku semengecewakan ini?

Memantapkan hatiku, aku mulai masuk kedalam rumah,aku menghapus derai air mataku dan mulai
membuka pintu. Kulihat seseorang wanita berumur renta, menghampiriku dengan wajah yang khawatir.
Dia nenekku, yang sedang tergopoh menghampiriku, dengan ribuan kekhawatiran yang tercetak jelas
diwajahnya.

Tanpa permisi, aku langsung memeluknya, aku berkata lirih dalam hati. "Nenek aku gagal lagi, lagi
setelah ribuan kali"namun itu hanya kuucap dalam batinku "Pelangi kenapa kehujanan?"tanya nenek
dengan khawatir. "Tidak apa apa nek, sudah terlanjur basah tadi, jadi aku langsung lari aja"jawabku
menenangkan nenek. "Ya sudah, kamu naik saja diatas, ganti baju, lalu mandi"ucap nenek dan aku
menganggukinya.

Aku tak langsung naik kekamarku diatas, karna aku sadar bahwa nenekku kedatangan tamu, aku sedikit
penasaran, lalu aku mengintip sedikit diujung pintu. "Oh ternyata yang datang adalah omku“. Saudara
ibu. Aku melanjutkan kembali langkahku, namun aku seketika berhenti kala mendengar ucapan samar
dari omku.

"Ngapain sih bu,maksa diri buat ngurusin Pelangi? Diakan punya ibu sama ayah, suruh aja dia ikut sama
ayah dan ibunya"ucap omku membuat air mataku seketika luruh. Aku berlari naik ke kamarku, Inilah hal
yang paling kubenci dari semuanya, aku memang memiliki ayah dan ibu, namun mereka sama sekali tak
peduli denganku. Hanya nenek yang kupunya didunia ini. Hanya dia, satu satunya manusia, yang punya
hati baik untuk merawatku

Esok harinya.

Aku berangkat menuju sekolah, namun baru satu langkah keluar dari rumah. Aku mendengar suara jatuh
dari dalam. Aku langsung panik,

Nenek!

Aku masuk kedalam rumah, dan kulihat neneku yang sedang berbaring tak berdaya diruang tamu. Air
mataku kembali luruh, aku panik, aku segera menelfon omku dan memanggil tetangga untuk
membantuku.

Nenekku dilarikan kerumah sakit, dan aku selalu setia menggenggam tangannya. Tangan yang sudah
keriput dan sangat tipis. Aku merasa kehilangan banyak waktu dengan sia sia. Aku tak marah ketika
omku menyalahkanku atas apa yang dialami nenek. Aku sadar bahwa aku terlahir hanya untuk menjadi
pengacau. Aku berlalu menuju masjid rumah sakit, aku sholat dengan sangat khusyuk. Sesekali air
mataku jatuh saat aku bersujud diatas sajadah. Aku berdoa, dan memohon kepada tuhan, untuk
memberikan nenekku kesembuhan. Berharap tuhan memberiku banyak waktu, agar aku bisa
membahagiakan nenek disisa hidupnya. Aku sangat takut, nenek kenapa napa. Karna aku merasa tidak
layak hidup jika aku hanya terus mengecewakan nenek. Aku kembali keruang rawat nenek. Aku kembali
menggenggap tangannya. Dan berucap lirih, "nenek harus ikut pelangi pulang".

Aku menghapus air mataku kala mendengar suara dering ponselku. "Halo?"

"Ini siapa?"tanyaku heran karna aku memang tak mengenal siapa orang yang menelfon saat ini. "Saya,
Admin Gramedia pustaka Raya,saya ingin meminta persetujuan anda untuk menerbitkan buku anda
yang berjudul "The world Life" ucap seseorang dari seberang telfon. Tentu saja aku kaget
mendengarnya. Oh iya aku memang hobi menulis sejak SMA. Tapi aku tak pernah berfikir bahwa
Novelku akan dilirik oleh Penerbit. Tanpa menunggu lama,aku langsung menyetujui penerbit itu, kalau
hal ini yang akan jadi jalanku menuju kesuksesan, maka aku akan mengikutinya.

Anda mungkin juga menyukai