Anda di halaman 1dari 191

Bahasa Indonesia 2014

BAB I
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI

BAHASA INDONESIA

Siti Ansoriyah, M.Pd.

Indikator Pembelajaran

Mahasiswa dapat memahami konsep sejarah, fungsi bahasa,


tujuan dari memahami sejarah, fungsi bahasa serta
hubungannya dengan keterampilan berbahasa lainnya.

A. Sejarah Bahasa Indonesia

Kira-kira 25 abad yang lampau terdapat sebuah


kelompok bangsa yang menempati daratan di tengah-tengah
Benua Asia, diperkirakan di sekitar Taiwan. Mereka merupakan
penutur bahasa Austria. Setelah beberapa waktu, sebagian dari
mereka berpencar pindah menuju selatan sehingga tersebar
menjadi kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok ini pun
mengalami perkembangan terutama dari segi kebudayaannya,
termasuk dalam berbahasa, meskipun kebudayaan asli masih
tetap melekat dalam diri mereka.

Menurut perkembangannya, akhirnya bahasa Austria


pun terpecah menjadi dua kelompok, yakni rumpun bahasa
Austro-Asia dan bahasa Austronesia (Melayu Polenesia).
Bahasa-bahasa yang termasuk rumpun Austro-Asia, yaitu
bahasa Munda, Santali, Mon-Khemer di India, serta bahasa

1
Bahasa Indonesia 2014

Semang dan Sakai di Malaka. Rumpun bahasa Austronesia


yang memiliki batas wilayah barat, yaitu Pulau Madagaskar.
Adapun yang memiliki batas timur, yaitu Pulau Paas, sedangkan
batas utara, yaitu Pulau Formosa; batas selatan, yaitu Pulau
Selandia Baru. Dalam hal ini bahasa Indonesia dipercayai
sebagai bahasa Melayu. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa bahasa Indonesia termasuk dalam rumpun bahasa
Austronesia/Melayu Polenesia.

Dalam Perkembangan perjalanan sejarah bangsa


Indonesia, diungkapkan bahwa bahasa Indonesia telah
mencapai perkembangan yang sangat signifikan, baik dari segi
jumlah pengguna bahasanya, maupun dari segi sistem tata
bahasa dan kosakata serta maknanya. Sekarang ini terlihat
bahwa bahasa Indonesia telah menjadi bahasa besar yang mulai
digunakan dan dipelajari tidak hanya di seluruh Indonesia, tetapi
juga di banyak Negara. Bahkan, keberhasilan Indonesia dalam
mengajarkan bahasa Indonesia kepada generasi muda telah
dicatat sebagai prestasi dari segi peningkatan komunikasi
antarwarga negara Indonesia. Untuk itu, mahasiswa perlu
disadarkan akan kenyataan ini sehingga semakin ditumbuhkan
rasa kebanggaan dan kecintaannya terhadap bahasa nasional.

Mahasiswa diharapkan dapat ditingkatkan atau


ditumbuhkembangkan lagi rasa kesadarannya akan kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan sebagai bahasa
nasional, dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa lingua
franca yang berpotensi untuk mempersatukan seluruh bangsa
dan masyarakat Indonesia.

2
Bahasa Indonesia 2014

Seperti yang telah diketahui bahwa bahasa Indonesia


yang dipakai sekarang ini berasal dari bahasa Melayu, suatu
bahasa yang hidup di daerah Riau dan Johor. Sudah berabad-
abad, bahasa Melayu dipakai sebagai alat perhubungan di
antara penduduk Indonesia yang mempunyai bahasa yang
berbeda. Bangsa asing yang datang ke Indonesia juga memakai
bahasa Melayu untuk berkomunikasi dengan penduduk
setempat. Prasasti yang tertua yang ditulis dalam bahasa
Melayu dengan huruf pallawa berasal dari abad ke-7. Masuknya
Islam ke Indonesia sekitar abad ke-13 atau sebelumnya
membawa pengaruh pada tradisi tulis dalam bahasa Melayu.
Huruf Arab mulai digunakan untuk menulis bahasa Melayu.
Tradisi penulisan bahasa Melayu dengan huruf Arab atau dikenal
dengan tulisan Jawi ini masih berlangsung sampai abad ke-19.

Kehidupan bahasa melayu selain dipakai sebagai lingua


franca di Indonesia ada pula pengaruhnya dari bahasa lain, yaitu
bahasa asing. Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang
sangat banyak memberikan tambahan perbendaharaan bahasa
Melayu. Selain bahasa Arab, bahasa yang banyak memberikan
tambahan kosakata terhadap bahasa Melayu ialah bahasa
Portugis. Bahkan, bahasa Portugis pernah menjadi lingua franca
di daerah Melayu. Bahasa yang juga mempengaruhi dan
memperkaya perbendaharaan kata bahasa Melayu selain
bahasa Arab dan Portugis ialah bahasa Sansekerta, bahasa
Tamil, dan bahasa Cina. Jadi, bahasa Melayu yang ditetapkan
menjadi dasar bahasa Indonesia juga telah diperkaya dengan
bahasa lain. Hal ini dapat terjadi karena bahasa Melayu telah

3
Bahasa Indonesia 2014

dipakai sebagai bahasa perdagangan oleh berbagai pedagang


dari berbagai negara tersebut.

Pedagang-pedagang dari Gujarat dan Cina yang hendak


membeli dan menjual kain arab, sutera cina, kipas tiongkok, dan
sebagainya harus melewati Bandar Malaka di Selat Malaka.
Pada akhirnya, bahasa Melayu menjadi bahasa perdagangan,
bahasa ekonomi di Nusantara. Dengan kata lain, bahasa Melayu
sudah menjadi milik orang di Nusantara, terutama bagi orang-
orang yang berada di kota-kota besar, kota-kota di sepanjang
pantai Nusantara, kota-kota yang terlibat dengan perdagangan
tersebut. Proses tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang
lama dan bersifat alami. Oleh sebab itu, pada saat bangsa
memerlukan sebuah bahasa sebagai bahasa persatuan yang
dapat dijadikan sebagai alat komunikasi secara nasional,
penunjukan bahasa Melayu disetujui secara aklamasi. Bahasa
Jawa, bahasa Sunda, bahasa Minangkabau, atau bahasa Batak
yang jumlah pendukungnya jauh lebih besar daripada jumlah
pendukung bahasa Melayu, dengan rela dan senang hati
menerima keputusan tersebut.

Bahasa Indonesia yang pasca awalnya berfungsi sebagai


bahasa penghubung (lingua frangca) dari waktu ke waktu
mengalami perkembangan sedemikian rupa sehingga bahasa
Indonesia menjadi suatu bahasa persatuan, yang pada akhirnya
berkedudukan sebagai bahasa negara dan bahasa nasional.
Perubahan yang dialami oleh bahasa Indonesia tidak hanya
pada kedudukan dan fungsinya, tetapi juga terjadi pada
perkembangan kosa kata dan istilah yang dialami oleh bahasa

4
Bahasa Indonesia 2014

Indonesia dan merupakan suatu proses perubahan yang amat


pesat. Beratus-ratus tahun bahasa Melayu, sebagai dasar
bahasa Indonesia, yang berfungsi sebagai lingua franca di
Nusantara hidup dengan kosa kata yang berkembang secara
lambat. Proses perkembangan bahasa Melayu, sebelum menjadi
bahasa Indonesia, dalam mencapai sebarannya ke seluruh
Nusantara, merupakan proses alami yang tidak dipaksakan oleh
suatu etnis tertentu.

Berdasarkan berbagai petunjuk, pada zaman Sriwijaya


bahasa Melayu sudah sangat berfungsi. Fungsi tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut.

1. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa resmi kerajaan.


2. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, yaitu
bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan
sastra.
3. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa penghubung
antarsuku bangsa yang berada di bawah kekuasaan
Sriwijaya.
4. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan di
kerajaan tersebut. (Amran Tasai, 2009: 2.3)

Selain rasa kerelaan berbagai bahasa di daerah,


terutama bahasa Jawa, Sunda, Minangkabau, dan Batak, yang
pada waktu itu cukup banyak penggunanya, menerima bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia, ada beberapa kekuatan yang
dimiliki oleh bahasa Melayu, yang tidak dimiliki oleh bahasa lain.
Kekuatan tersebut dapat diuraikan berikut ini.

5
Bahasa Indonesia 2014

1. Bahasa Melayu sudah merupakan Lingua Franca di


Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan.
2. Sistem bahasa Melayu lebih sederhana, mudah dipelajari,
karena dalam bahasa tersebut tidak ada tingkatan
bahasanya atau perbedaan bahasa kasar dan halus seperti
bahasa Jawa dan Sunda.
3. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai
sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu juga


tetap dipakai sebagai bahasa perhubungan yang luas.
Pemerintah Belanda tidak mau menyebarkan pemakaian bahasa
Belanda pada penduduk pribumi. Hanya sekelompok orang kecil
di Indonesia yang dapat berbahasa Belanda. Dengan demikian,
komunikasi di antara pemerintah dan penduduk Indonesia yang
berbeda bahasanya sebagian besar dilakukan dengan bahasa
Melayu. Selama masa penjajahan Belanda, terbit banyak surat
kabar yang ditulis dengan bahasa Melayu.

B. Kedudukan Bahasa Indonesia

Pada 28 Oktober 1928 dalam kongres pemuda yang


dihadiri oleh aktivis dari berbagai daerah di Indonesia, dengan
didorong oleh rasa nasionalisme dan keikhlasan untuk bangsa
dan negara, para pemuda dengan menyerukan satu keinginan
serta tekad bulat bahwa bahasa Melayu diubah namanya
menjadi bahasa Indonesia yang diikrarkan dalam sumpah
pemuda sebagai bahasa persatuan atau bahasa nasional.
Berdasarkan hal-hal yang disebutkan di atas, pada 28 Oktober

6
Bahasa Indonesia 2014

dicetuskanlah kedudukan bahasa Indonesia dalam suatu ikrar


pemuda yang disebut “Sumpah Pemuda”. Isi sumpah pemuda
adalah sebagai berikut:

1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah


yang satu, tanah Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu,
bangsa Indonesia
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.

Butir ketiga dalam Sumpah Pemuda tersebut menjadi


berubahnya bahasa Indonesia sebagai Lingua Franca dan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dapat dikatakan
bahwa secara kronologis bahasa Melayu telah berkembang dari
Lingua franca menjadi bahasa persatuan, dan menjadi bahasa
negara hingga sekarang.

Pengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan


merupakan peristiwa penting dalam perjuangan bangsa
Indonesia. Dengan adanya sebuah bahasa persatuan, rasa
persatuan bangsa semakin kuat. Sebagai wujud perhatian yang
besar terhadap bahasa Indonesia, selanjutnya pada tahun 1938
diselenggarakan kongres bahasa Indonesia pertama di Solo.

Dalam masa pendudukan Jepang, pemerintah Jepang


memberlakukan pelarangan penggunaan bahasa Belanda.
Pelarangan penggunaan bahasa Belanda ini berdampak positif
terhadap bahasa Indonesia karena bahasa Indonesia dipakai
dalam berbagai aspek kehidupan termasuk kehidupan politik dan

7
Bahasa Indonesia 2014

pemerintahan yang sebelumnya lebih banyak dilakukan dengan


bahasa Belanda.

Sehari sesudah proklamasi kemerdekaan, pada 18


Agustus ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945 yang di
dalamnya terdapat pasal, yaitu pasal 36, yang menyatakan
bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Dengan
demikian, di samping berkedudukan sebagai bahasa nasional,
bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara.
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia dipakai dalam semua
urusan yang berkaitan dengan pemerintahan dan negara.

Setelah bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya,


bahasa Indonesia mulai mengalami perkembangan yang pesat.
Setiap tahun jumlah pemakai bahasa Indonesia bertambah.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan
sebagai bahasa negara juga semakin kuat. Perhatian terhadap
bahasa Indonesia, baik dari pemerintah maupun masyarakat
sangat besar. Pemerintah orde lama dan orde baru menaruh
perhatian yang besar terhadap perkembangan bahasa Indonesia
di antaranya melalui pembentukan lembaga yang mengurus
masalah kebahasaan yang dinamakan Pusat Bahasa, sekarang
menjadi Badan Bahasa dan menyelenggarakan kongres bahasa
Indonesia. Perubahan ejaan bahasa Indonesia dari Ejaan van
Ophuiysen ke Ejaan Soewandi hingga Ejaan Yang
Disempurnakan selalu mendapat tanggapan dari masyarakat.
(Depdiknas, 2006: 12)

8
Bahasa Indonesia 2014

Berikut ini merupakan beberapa peristiwa penting yang


berhubungan dengan perkembangan bahasa Indonesia.

1. Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh


Ch. A. Van Ophuiysen dan dimuat dalam kitab logat Melayu.
2. Pada tahun 1908 pemerintah Hindia Belanda mendirikan
Commisie voor de Volkslectuur (Komisi untuk Bacaan
Rakyat) melalui surat ketetapan gubermen tanggal 14
September 1908 yang bertugas: mengumpulkan dan
membukukan cerita rakyat atau dongeng yang tersebar di
kalangan rakyat, serta menerbitkannya dalam bahasa
Melayu setelah diubah dan disempurnakan, menerjemahkan
atau menyadur hasil sastra Eropa, menerima karangan
pengarang muda yang isinya sesuai dengan keadaan hidup
di sekitarnya.
3. Tahun 1917, badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi
nama Commisie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan
Rakyat), diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini
menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah
Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun
memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu
penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
4. Pada 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan
dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada
tanggal itulah para pemuda pilihan memancangkan tonggak
yang kokoh untuk perjalanan bahasa Indonesia.
5. Pada 1933 secara resmi berdiri sebuah angkatan sastrawan
muda yang menamakan dirinya Pujangga baru yang dipimpin

9
Bahasa Indonesia 2014

oleh Sutan Takdir Alisyahbana dan kawan-kawan. Pada


masa Pujangga Baru ini bahasa yang digunakan untuk
menulis karya sastra adalah bahasa Indonesia yang
dipergunakan oleh masyarakat dan tidak lagi dengan
batasan-batasan yang pernah dilakukan oleh Balai Pustaka.
6. Pada 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun
Sumpah Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia I di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini dihadiri oleh
bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu, seperti
Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan
Ki Hajar Dewantara. Dalam kongres tersebut dihasilkan
beberapa keputusan yang sangat besar artinya bagi
pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia.
Keputusan tersebut, antara lain:
a. Mengganti Ejaan Van Ophusyen
b. Mendirikan Institut Bahasa Indonesia
c. Menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar
dalam badan Perwakilan
7. Masa pendudukan Jepang (1942--1945) merupakan suatu
peristiwa penting. Jepang memilih bahasa Indonesia
sebagai alat komunikasi resmi antara pemerintah Jepang
dan rakyat Indonesia karena niat menggunakan bahasa
Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda, tetapi akhirnya
tidak terlaksana. Bahasa Indonesia juga dipakai sebagai
bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan dan untuk
keperluan ilmu pengetahuan. Pada 18 Agustus 1945
ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah

10
Bahasa Indonesia 2014

satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia


sebagai bahasa negara.
8. 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia dinyatakan secara resmi
sebagai bahasa negara sesuai dengan bunyi UUD 1945, Bab
XV pasal 36, bahasa negara adalah bahasa Indonesia.
9. 19 Maret 1947 (SK No. 264/Bhg. A/47) Menteri Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan Mr. Soewandi meresmikan
Ejaan Republik sebagai penyempurnaan atas ejaan
sebelumnya. Ejaan Republik ini juga dikenal dengan sebutan
Ejaan Soewandi.
10. Pada 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di
Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa
Indonesia untuk terus menerus menyempurnakan bahasa
Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan
ditetapkan sebagai bahasa negara.
11. Pada 1972 Menteri Pendidikan dan kebudayaan menetapkan
Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah,
resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (wawasan
nusantara).
12. Pada 25—28 Februari 1975 di Jakarta diselenggarakan
Seminar Politik Bahasa Indonesia.
13. Pada 1978, bulan November, di Jakarta diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia III.
14. Pada 21–26 1983 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia
IV di Jakarta.
15. Pada 27 Oktober–3 November 1988 berlangsung Kongres
Bahasa Indonesia V di Jakarta.

11
Bahasa Indonesia 2014

16. Pada 28 Oktober–2 November 1993 berlangsung Kongres


Bahasa Indonesia VI di Jakarta.

Sebenarnya ada usaha-usaha bersama dari Pemerintah


Republik Indonesia dan Pemerintah Diraja Malaysia untuk
mengadakan satu ejaan dengan mengingat antara bahasa
Indonesia dan bahasa Melayu yang dipergunakan sebagai
bahasa resmi pemerintah Diraja Malaysia masih satu rumpun
atau memiliki kesamaan. Usaha yang telah dilakukan, antara lain
pemufakatan ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Namun, usaha
ini akhirnya kandas karena situasi politik antara Indonesia dan
Malaysia yang sempat memanas pada tahun 1963.

Dalam era globalisasi sekarang ini, bahasa Indonesia


mendapat saingan berat dari bahasa Inggris. Semakin banyak
orang Indonesia yang belajar dan menguasai bahasa Inggris,
yang tentu saja merupakan hal yang positif dalam rangka
perkembangan ilmu dan teknologi. Akan tetapi, ada gejala
semakin mengecilnya perhatian orang terhadap bahasa
Indonesia. Tampaknya orang lebih bangga memakai dan
berbahasa Inggris daripada bahasa Indonesia, karena berasumsi
tidak hanya sebagai bahasa internasional tetapi mempunyai nilai
rasa lebih jika menggunakan bahasa asing. Bahasa Indonesia
yang dipakai juga banyak dicampur dengan bahasa Inggris.
Kurangnya perhatian terhadap perkembangan bahasa Melayu
yang berubah menjadi bahasa Indonesia didasarkan pada segi
politik dan ekonomi. Bahasa yang dapat diangkat atau
diresmikan menjadi bahasa nasional adalah bahasa yang
menjalankan fungsinya di bidang politik dan ekonomi. Bahkan,

12
Bahasa Indonesia 2014

ketentuan tersebut dikuatkan oleh kemampuan bahasa tersebut


mengungkapkan nilai-nilai budaya dan sastra. Bahasa Melayu
memiliki kemampuan itu. Hal itu terlihat dari lahirnya karya sastra
jauh sebelum dicetuskannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober
1928. Novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar terbit pada
1981. Kemudian, Siti Nurbaya karya Marah Rusli terbit 1922.
Bahasa itu pula yang dipakai oleh Balai Pustaka sebagai satu-
satunya penerbit pemerintah pada awal abad ke dua puluh.

Pernyataan Sumpah Pemuda menempatkan bahasa


Indonesia pada kedudukan yang terhormat, yakni sebagai
bahasa nasional yang menjadi landasan idiil, landasan cita-cita
yang dapat memperkukuh keberadaan bahasa Indonesia.
Dengan landasan idiil, hendaknya kita memiliki idealisme untuk
menjadikan bahasa Indonesia bahasa idaman bagi setiap warga
bangsa. Bahasa yang menjadi lambang identitas bangsa dan
lambang kebanggaan bangsa. Bahasa Indonesia menjadi alat
perhubungan antarbudaya yang menautkan berbagai budaya
menjadi budaya nasional yang secara khusus menjadi sarana
ekspresi seni bahasa dalam wujud sastra sehingga dikenallah
sastra Indonesia yang menampung berbagai aspirasi bangsa
dalam menghadapi persoalan masa kini.

Penghargaan terhadap bahasa Indonesia tercermin


dalam perilaku berbahasa sehari-hari. Sudahkah mengikuti
kaidah berbahasa dengan baik? Bersediakah belajar dengan
mengubah kebiasaan berbahasa yang buruk yang melecehkan
bahasa nasional? Bersediakah memperbaiki kesalahan
berbahasa di lingkungan masing-masing? Jika jawabannya “ya,

13
Bahasa Indonesia 2014

bersedia”, berarti telah menunjukkan sikap positif, memiliki


kebanggaan terhadap bahasa nasional.

Apa respons terhadap gejala merebaknya pemakaian


kata dan istilah asing di berbagai perkotaan atau tempat-tempat
umum? Sudah menjadi pemandangan sehari-hari, kalau
membaca di sepanjang jalan atau spanduk-spanduk perumahan
ada kata “De Latinos, Sandiago” di BSD,” Essense Park” di Jati
Cempaka, “Green Lane” di Ciputat, “Pakubuwono Resident” di
Jakarta Selatan. Judul berbagai film pun menggunakan bahasa
asing, misalnya “Hearts, love is Eiffel”, “love in Paris”, tampaknya
menjadi terbiasa bagi generasi muda. Dalam percakapan sehari-
hari pun sering mendengar kata “ok, its a beutiful, on the way,
enjoy, weekend, sharring, win-win solution, no comment, dont
worry, high hells, Get Well Soon,” dll. Pemakaian kata-kata asing
tersebut tampaknya menjadi sesuatu yang amat lazim dan telah
menjadi terkini (tren). Hal tersebut telah meluas tidak hanya di
perkotaan, tetapi sudah merambah sampai ke pelosok
pedesaan. Bukan hanya kata asing yang mereka gandrungi dan
sukai, melainkan tempat yang berasal dari luar negeri pun
mereka sangat mengaguminya. Apakah ini yang dinamakan
snobisme? Bahwa gejala seperti ini menunjukkan memudarnya
fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang jati diri nasional.
Sering kita berpikir di manakah Indonesia? Mungkin kita dapat
menjawab di tempat kumuh, di wilayah yang dihuni oleh
masyarakat yang memang belum menikmati kemerdekaan,
belum tersentuh oleh gaya hidup pencari kenikmatan duniawi
atau instansi pemerintah tertentu.

14
Bahasa Indonesia 2014

Ketika sedang berjalan, banyak di sekitar lingkungan di


Jakarta menggunakan istilah- istilah asing, misalnya di gedung-
gedung, pusat perbelanjaan, taman rekreasi, dan di perumahan.
Kita mungkin bertanya-tanya di Indonesiakah atau di luar
Indonesia? Ternyata dalam konteks tersebut bahasa tidak lagi
menjadi ciri tempat atau untuk tegasnya identitas sesuatu.
Identitas komunitas yang bercampur dengan bahasa asing,
nama berbagai tempat, baik nama jenis maupun nama diri,
seperti BSD Junction, Cibubur Junction, Worid Trade Centre
Cempaka Mas, dan The Plaza Sudirman. Memang masih ada
bagian Indonesianya yang terselip dalam nama tempat, tetapi
sudah tercampur. Dengan contoh kecil tadi menyadarkan bahwa
semakin memudarnya kesadaran akan fungsi bahasa Indonesia
sebagai alat pelambang jati diri nasional. Ketika ke Aceh ingin
membantu warga Aceh yang tertimpa bencana Tsunami, bahasa
Indonesialah yang dipakai, bukan bahasa Aceh, karena bahasa
Indonesialah yang menjadi alat penghubung antara orang dari
dua latar belakang etnik yang berbeda. Jelaslah bahwa fungsi
bahasa Indonesia sebagai alat persatuan bangsa Indonesia.
Tak dapat dibayangkan kalau keberindonesiaan tidak didukung
oleh adanya bahasa persatuan. Akan terjadi banyak kasus lain
karena negara Indonesia merupakan negara yang dibangun
dalam kontruksi multietnik dan multikultural.

Ada baiknya kita renungkan kembali mengapa bahasa


Indonesia memeroleh kedudukan yang sepenting itu. Dengan
melihat sejarah perkembangannya, mungkin Anda dapat
memahami bahwa bahasa Indonesia diangkat dari bahasa

15
Bahasa Indonesia 2014

Melayu yang telah lama dipakai sebagai Lingua Franca, bahasa


perhubungan yang luas, selama berabad-abad sebelumnya di
seluruh kawasan nusantara. Dalam hal ini, bahwa dalam
masyarakat yang multietnik dan multibahasa tidak terjadi
”persaingan bahasa” antara bahasa daerah yang satu dan
bahasa daerah yang lain. Hal ini memungkinkan pemilihan
bahasa Melayu sebagai dasar bahasa Indonesia tidak
mengalami kesukaran.

C. Fungsi Bahasa Indonesia

Untuk dapat memahami fungsi bahasa Indonesia dalam


kedudukannya sebagai bahasa nasional, yaitu:

(1) Fungsi pertama dalam kedudukannya sebagai lambang


kebanggaan nasional. Dalam KBBI makna kebanggaan sebagai
“kebesaran hati, perasaan bangga, kepuasan diri”. Kebanggaan
nasional adalah “sikap kejiwaan yang terwujud, tampak pada
sikap menghargai warisan, hasil karya, dan semua hal lain yang
menjadi milik bangsa sendiri” . Sebagai lambang kebanggaan
nasional bahasa Indonesia tentulah akan mencerminkan nilai-
nilai sosial budaya yang dapat mendasari rasa kebanggaan
warga Indonesia. Rasa kebanggaan tidak mudah dibina dalam
masyarakat yang sudah tercemar oleh pengaruh budaya asing.
Keinginan yang timbul dari lubuk hati yang dalam untuk
melestarikan bahasa nasional merupakan wujud kebanggaan
bahasa nasional, dengan rasa kebanggaan yang tercermin
dalam diri menjadikan bahasa Indonesia akan tetap dipakai
dalam semangat kebangsaan.

16
Bahasa Indonesia 2014

(2) Fungsi kedua dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional


bahwa bahasa Indonesia menjadi lambang identitas nasional.
Lambang identitas yang lainya adalah bendera merah putih. Jika
bendera kita dilecehkan dan diinjak-injak, tentu kita akan marah
dan merasa harga diri bangsa terkoyak-koyak. Begitu pula
dengan bahasa Indonesia sebagai lambang identitas nasional.
Rasa ketersinggungan tersebut menunjukkan bahwa telah
memiliki sikap positif terhadap bahasa nasional tersebut. Kita
merasa tidak senang apabila pengutamaan pemakaian bahasa
Inggris di atas bahasa Indonesia. Kalau rasa tidak senang
tersebut menjadi rasa keprihatinan, kadar sikap positif terhadap
bahasa nasional semakin meningkat. Kalau rasa keprihatinan
semakin mendalam menjadi tindakan dalam bentuk keterlibatan
langsung dalam upaya nyata menertibkan pemakaian bahasa
asing, maka kadar sikap positif tersebut semakin bertambah.

(3) Fungsi bahasa yang ketiga dalam kedudukannya sebagai


bahasa nasional adalah menjadi alat yang memungkinkan
terwujudnya penyatuan berbagai suku bangsa yang memiliki
latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda
dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Bahwa bahasa
Indonesia menjadi alat yang memungkinkan berbagai suku
bangsa mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang
bersatu tanpa perlu meninggalkan identitas kesukuan dan
kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang
bahasa daerah yang bersangkutan.

(4) Fungsi keempat dalam kedudukannya sebagai bahasa


nasional, bahwa bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat

17
Bahasa Indonesia 2014

perhubungan antarbudaya dan antardaerah. Bagaimana


seandainya berbagai suku bangsa yang ada di nusantara ini
tidak mempunyai bahasa Indonesia yang menjembatani
keberagaman bahasa ibu. Dalam hal ini dapat kita katakan
bahwa bahasa Indonesia menjadi jembatan budaya di antara
suku-suku bangsa dengan latar belakang kebangsaan yang
berbeda-beda.

Sebagai jembatan budaya, bahasa Indonesia dapat


memperkenalkan kreasi budaya dari berbagai suku bangsa.
Dengan bahasa Indonesia, seni pertunjukan wayang yang biasa
dinikmati orang Jawa dan Sunda atau Bali, dapat dinikmati pula
oleh kelompok suku bangsa di luar kedua suku tersebut. Fungsi
penghubung antarbudaya yang diampu bahasa Indonesia pada
gilirannya akan memperkaya bahasa Indonesia dengan
kekayaan budaya yang terkandung dalam bahasa daerah.
Dalam hubungannya dengan kreasi budaya asing, salah satunya
adalah Chairil Anwar telah mencoba menjadi penerjemah pikiran
dan konsep barat dengan kerja keras menyadur beberapa sajak
dari sastra Belanda dan Inggris. Alhasil, bahasa Indonesia
semakin berkembang dan semakin modern. Demikian pula yang
telah dilakukan oleh beberapa pengarang yang
mengindonesiakan karya asing, akan turut memodernkan
bahasa Indonesia. Para sastrawan yang telah mengenal dan
menikmati sastra asing turut pula dalam pemodernan bahasa
nasional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi
bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa
nasional, yaitu:

18
Bahasa Indonesia 2014

(1) sebagai lambang kebanggaan nasional;


(2) sebagai lambang jati diri nasional;
(3) sebagai alat pemersatu suku bangsa; dan
(4) sebagai alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah.

Berfungsinya bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai


bahasa nasional sangat tergantung pada sikap positif rakyat
Indonesia terhadap bahasa Indonesia.

Setelah diikrarkannya Proklamasi Kemerdekaan pada 17


Agustus 1945, bahwa bahasa Indonesia mempunyai kedudukan
yang tinggi, yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945,
yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Kekuatan
hukum ini tentunya membawa pengaruh yang positif bagi
perkembangan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia menjadi
bahasa yang teratas di tengah-tengah bahasa daerah. Bahasa
Indonesia mempunyai empat fungsi dalam kedudukannya
sebagai bahasa negara, yaitu:

(1) bahasa resmi kenegaraan;


(2) bahasa pengantar dalam dunia pendidikan;
(3) bahasa perhubungan tingkat nasional; dan
(4) bahasa pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan
teknologi modern.

(1) Bahasa Resmi Kenegaraan

Dalam fungsinya sebagai bahasa resmi kenegaraan,


bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat tinggi.
Kedudukan tinggi tersebut memberikan jalan bagi bahasa

19
Bahasa Indonesia 2014

Indonesia untuk terus berkembang lebih cepat dari


perkembangan bahasa lainnya. Bahasa Indonesia yang
berfungsi sebgai bahasa resmi kenegaraan dipakai dalam
berbagai upacara kenegaraan, peristiwa dan kegiatan
kenegaraan lainnya, baik secara tertulis maupun lisan. Fungsi
tersebut memberikan jalan bagi bahasa Indonesia untuk terus
berkembang.

Melalui bahasa Indonesialah dalam penulisan dokumen,


surat menyurat resmi kenegaraan yang dikeluarkan baik oleh
penyelenggara negara dan badan-badan pemerintahan maupun
dalam lembaga kemasyarakatan, yaitu lembaga DPR dan MPR.
Melalui bahasa Indonesialah pidato resmi pemimpin negara dan
pejabat pemerintahan menggunakannya. Dalam konteks
tertentu, mungkin pidato kenegaraan yang berhubungan dengan
kepentingan internasional dilakukan dengan menggunakan
bahasa Inggris, tetapi jika pidato pemimpin kenegaraan
dilakukan di dalam negeri sendiri (Indonesia) dalam pertemuan
internasional, tetap pemimpin negara menggunakan bahasa
Indonesia. Hal ini menunjukkan sebagai jati diri bangsa dan
sesuai dengan undang-undang. Fungsi bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara berlaku juga dalam semua tataran
pemerintahan, baik pusat maupun daerah.

Jika bahasa resmi kenegaraan telah mempunyai hukum


dan kedudukan yang jelas dan dapat diandalkan, hal lain yang
menjadi persoalan adalah pemakai bahasa negara. Dalam hal ini
diperlukan pembinaan sikap positif dari penyelenggara negara,
baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Dalam hal ini,

20
Bahasa Indonesia 2014

penguasaan bahasa Indonesia telah dijadikan salah satu faktor


yang menentukan di dalam pengembangan ketenagaan, seperti
pengangkatan baik pegawai negeri sipil maupun militer,
kenaikan pangkat bagi pegawai negeri sipil dan militer, serta
pemberian tugas-tugas yang berhubungan dengan kedinasan
baik di dalam maupun di luar negeri. Dalam hal ini dapat
disimpulkan bahwa perwujudan fungsi bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi kenegaraan memerlukan kerja sama yang baik
antarinstansi dan pemerintahan. Penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar memerlukan perhatian dan dukungan
semua pihak yang peduli dengan bahasa Indonesia.

(2) Bahasa Pengantar di dalam Dunia Pendidikan

Fungsi bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam


dunia pendidikan, bahwa bahasa Indonesia dipakai dalam
lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak hingga
perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia
dipakai secara terus menerus dalam proses pembelajaran.
Bahasa Indonesia hidup dan berkembang seiring dengan
perkembangan dan kemajuan pendidikan. Bahasa Indonesia
akan semakin luas pemakaian dan perkembangannya karena
mendapat masukan baik dari berbagai bahasa daerah maupun
dari berbagai bahasa asing. Dapat disimpulkan bahwa dalam
fungsinya sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
turut menentukan keberhasilan fungsi bahasa yang lainnya. Di
dunia pendidikanlah pengajaran bahasa Indonesia berlangsung.
Persoalan pengajaran bahasa menjadi bagian penting dalam

21
Bahasa Indonesia 2014

dunia pendidikan baik yang menyangkut kualitas pemakaian


maupun kualitas sikap pemakai bahasa.

Faktor penunjang lain dalam dunia pendidikan adalah


pendidik, penulis, dan penerbit buku. Penulis dan penerbit buku
mempunyai andil yang besar terhadap berkembang tidaknya
penggunaan bahasa Indonesia. Baik pendidik, penulis maupun
penerbit pada hakikatnya merupakan hasil pendidikan sebagai
proses yang panjang. Dalam proses yang panjang itulah bahasa
Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan.

(3) Bahasa Perhubungan Tingkat Nasional untuk Perencanaan


dan Pelaksanaan Pembangunan Nasional dan Kepentingan
Pemerintahan Pembangunan

Bahasa Indonesia yang salah satu fungsinya sebagai


bahasa pengantar dalam dunia pendidikan sangat berhubungan
erat dengan fungsinya sebagai alat perhubungan pada tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
program-program pemerintah dan penyelenggaraan
pemerintahan. Dalam fungsi tersebut tidak hanya menyangkut
kegiatan komunikasi yang timbal balik antara pemerintah dan
warga masyarakat, tetapi berhubungan dengan kegiatan
komunikasi antardaerah, antarsuku, dan antaretnik. Dengan
demikian, bahasa Indonesia yang dalam fungsinya sebagai alat
perhubungan pada tingkat nasional akan lebih mudah mengatasi
kesenjangan komunikasi antardaerah, antarsuku, dan antaretnik.

22
Bahasa Indonesia 2014

Dengan demikian, bahasa Indonesia akan semakin meluas


penyebaran dan pemakaiannya.

Bahasa Indonesia sebagai alat penyelenggara


pemerintahan, sehingga mengharuskan penyelenggara
pemerintahan untuk menggunakan bahasa Indonesia sesuai
dengan kaidah kebahasaan yang telah dibakukan. Hal ini berarti
bahwa penyelenggara pemerintahan dan penyelenggara negara
wajib memiliki kesadaran untuk menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Sebab itulah diperlukan upaya pembinaan
sikap kebahasaan terhadap penyelenggara pemerintahan dan
penyelenggara negara. Selama penyelenggara pemerintahan
dan penyelenggara negara tidak menunjukkan sikap positif
terhadap bahasa Indonesia, dapat diprediksikan bahwa bahasa
Indonesia belum berkembang dan berfungsi dengan baik.
Selama bahasa Indonesia belum berfungsi dengan baik, selama
itu pula kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
akan terkikis atau tidak berkembang dengan baik. Dalam hal ini,
untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan kebijakan dan
kesadaran yang tinggi dari berbagai elemen dan pejabat negara
untuk mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan
diwajibkan untuk mengikuti tes kemahiran berbahasa Indonesia.

(4) Bahasa Pengembang Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan


Teknologi Modern

Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara salah


satunya adalah sebagai alat pengembang kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi modern. Dalam hal ini bahwa bahasa

23
Bahasa Indonesia 2014

Indonesia merupakan salah satu alat yang memungkinkan


membina dan mengembangkan kebudayaan nasional
sedemikian rupa sehingga memiliki ciri dan jati diri yang dapat
membedakan dari kebudayaan daerah. Bahasa Indonesia
menjadi tonggak utama kebudayaan nasional, dengan
menggunakan dan mengembangkan bahasa dapat
mengembangkan nilai-nilai sosial budaya Indonesia.

Penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi modern


tidak dapat pula mengabaikan bahasa Indonesia. Hal ini
dikarenakan salah satu fungsi bahasa adalah pengembangan
pengetahuan dan teknologi modern yang umumnya
menggunakan bahasa asing. Untuk itulah, bahasa Indonesia
harus memiliki kemampuan untuk menyerap, memadankan kosa
kata yang datang dari negara asing, sehingga diharapkan
pemodernan bahasa Indonesia akan terpakai di masyarakat,
tentu harus mempertimbangkan dampak pemanfaatannya bagi
bangsa dan negara.

Dapat disimpulkan bahwa setelah kemerdekaan


Indonesia, bahasa sangat berperan penting dalam
berkomunikasi antarsuku dan antardaerah, sebagai bahasa
komunikasi, setelah tercetus kesepakatan antara pemuda-
pemuda Indonesia untuk mengikrarkan bahasa yang satu yaitu
bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia diperkuat kedudukannya
dalam undang-undang sebagai bahasa nasional dan bahasa
negara. Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yaitu
bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Negara. Fungsi
ini memberikan peluang kepada bahasa Indonesia untuk

24
Bahasa Indonesia 2014

berkembang sesuai dengan tuntutan perkembangan negara dan


bangsa. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam
lembaga pendidikan, bahwa bahasa Indonesia wajib
dipergunakan dari jenjang pendidikan rendah sampai jenjang
tertinggi, sehingga semakin bertambah berkembang dan meluas
penggunaan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai
bahasa perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional. Bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengembang kebudayaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. hal ini memberikan tantangan
kepada bahasa Indonesia agar menjadi bahasa yang mampu
untuk menyerap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern serta mampu mengembangkan nilai-nilai kebudayaan
baru.

Faktor-Faktor yang Memperkuat Kedudukan dan Fungsi


Bahasa Indonesia

(1) Faktor Idiil

Sumpah pemuda pada 28 oktober 1928 merupakan


faktor idiil yang berkaitan dengan cita-cita kebangsaan
Indonesia. Dengan adanya faktor idiil bahasa Indonesia tidak
tergugat kedudukannya karena secara nyata berkaitan erat
dengan cita-cita mewujudkan kebangsaan Indonesia, karena
bahasa Indonesia sebagai salah satu pilar berdirinya
kebangsaan Indonesia.

Setiap ancaman dan gangguan terhadap kedudukan


bahasa Indonesia dapat dibuktikan dengan adanya sumpah

25
Bahasa Indonesia 2014

pemuda. Pengingkaran terhadap bahasa Indonesia berarti


pengingkaran pula terhadap sumpah pemuda, sumpah suci para
pemuda untuk menyatukan bahasa dalam berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa Indonesia. Faktor pertama dalam
memperkuat bahasa Indonesia adalah faktor idiil. Faktor ini
menyerap cita-cita kebangsaan yang terbentuk terhadap
perlawanan para penjajah. Cita-cita kebangsaan yang
menyebabkan berbagai suku, berbagai latar belakang budaya,
agama bersatu menghadapi berbagai ancaman penjajah dan
kolonialisme, sehingga menjadi senjata ampuh bagi perjuangan
kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan. Dengan memahami
dan menghayati cita-cita kebangsaan, kita yakin betapa
pentingnya bahasa Indonesia tersebut.

Faktor idiil merupakan kekuatan bahasa Indonesia di


antara bahasa-bahasa daerah. Dalam sejarah bahwa setelah
dicetuskannya sumpah pemuda polemik kebudayaan pada awal
1930-an yaitu mempermasalahkan perkembangan kebudayaan
nasional tersebut berlangsung dalam bahasa Indonesia dan
melibatkan berbagai kelompok suku bangsa dengan beragam
orientasi pemikirannya. Polemik kebudayaan tersebut sebagai
ujian bagi bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi
antarbudaya dan antarsuku. Dalam polemik tersebut bahasa
Indonesia sangat berperan penting dalam pengungkap gagasan
yang andal dalam menjembatani pertukaran pikiran yang
berkembang dalam masyarakat. Dapat dikatakan bahwa
kedudukan bahasa Indonesia telah diperkuat kedudukannya
dengan adanya peristiwa sejarah pemikiran bangsa yang

26
Bahasa Indonesia 2014

berlangsung ketika semangat perjuangan memasuki tahap-tahap


yang menentukan.

(2) Faktor Konstitusional

Faktor yang memperkuat fungsi dan kedudukan bahasa


Indonesia ada dalam Undang-Undang Dasar 1945, dengan
dicantumkannya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan
bahasa resmi negara, semakin memperkuat bahasa Indonesia.
Dengan adanya sumber hukum yang kuat tersebut membawa
pengaruh bagi perkembangan bahasa Indonesia. Pencantuman
bahasa Indonesia dalam undang-undang tidak akan tercapai jika
tidak adanya sumpah pemuda.

Faktor konstitusional sangat penting karena memberikan


kemajuan bagi perkembangan bahasa Indonesia. Dengan
adanya faktor konstitusional memberikan keharusan untuk
memelihara dan mengembangkan bahasa Indonesia agar segala
fungsi bahasa Indonesia dapat berkembang dengan baik. Sikap
yang positif dapat diwujudkan dengan mengadakan berbagai
upaya untuk mengembangkan dan membina bahasa Indonesia.

Faktor konstitusional dalam Undang-Undang dasar 1945


memberikan landasan konstitusi bagi kedudukan bahasa
Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa ada landasan yuridis
yang tidak dapat diganggu gugat. Dalam hal ini diharapkan
penyelenggara negara untuk dapat menciptakan kondisi yang
memungkinkan terwujudnya fungsi bahasa Indonesia dengan
baik. Dalam Landasan konstitusional ini diharapkan dapat
terwujud dengan adanya keputusan-keputusan yang lebih

27
Bahasa Indonesia 2014

spesifik yang melandasi kebijaksanaan aparatur negara dalam


membina, mengembangkan, serta melestarikan bahasa
Indonesia dengan baik.

Faktor dengan diperkuatnya undang-undang kebahasaan


tidak akan mempunyai arti kalau aparatur negara dan lembaga
perwakilan rakyat tidak menjalankan fungsinya dengan baik,
sehingga pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia
mungkin mengalami kemunduran.

(3) Faktor Kebahasaan

Faktor kebahasaan merupakan faktor yang terlibat


langsung dengan bahasa. Faktor kebahasaan ini dapat dibagi
menjadi faktor internal kebahasaan dan faktor eksternal
kebahasaan. Keduanya dapat memberikan dasar bagi pemilihan
suatu bahasa untuk menduduki status di atas bahasa lain yang
merupakan lingkungannya.

Dalam karakter demokratis bahasa Melayu, bahwa


bahasa Melayu secara kultural tidak memiliki bahasa “basa-basi
“. Hal ini bukan berarti bahwa bahasa Melayu tidak memiliki
sopan santun dalam berbahasa. Dalam bahasa Melayu pun
sopan santun berbahasa tetap ada. Dalam hal ini bahasa
Melayu tidak ada tingkat tutur dalam berbahasa seperti yang ada
di Jawa, Sunda, Bali, dan Madura. Sistem tata bahasa yang
mudah dipelajari merupakan ciri bahasa Melayu yang berarti
pula ciri bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia tidak mengenal
sistem kala dan jamak yang melekat pada perubahan morfologi
(bahasa refleksi) yang sering memberikan kesulitan dalam

28
Bahasa Indonesia 2014

mempelajarinya. Dalam bahasa Indonesia tidak mengenal


sistem pembedaan jenis kelamin, kalaupun ada mungkin
pengaruh bahasa Arab atau mungkin bahasa Sansekerta.

Plastisitas bahasa Indonesia terhadap kosakata bahasa


asing sudah berlangsung lama, yaitu ketika agama Islam masuk
dan kerajaan-kerajaan Melayu menerima sehingga kemungkinan
pula masuk kosakata bahasa Arab. Negara-negara asing
lainnya, seperti Portugis dan Belanda, turut memengaruhi dan
memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Sebagai bahasa yang
menjadi bahasa perhubungan yang luas, bahasa lokal pun turut
memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Faktor internal
kebahasaan ini memperkuat kekayaan kosa kata bahasa
Indonesia sebagai jalan pemodernan bahasa.

Adanya pengaruh bahasa Melayu dengan bahasa asing,


terutama bahasa Arab melalui penyebaran agama Islam
membawa dampak positif bagi perbendaharaan kosakata
bahasa Indonesia. Adanya kontak pengaruh bahasa Arab
memberikan kekhususan bahasa Indonesia, khususnya dalam
perbendaharaan kosakata. Contoh kosakata yang terpengaruh
bahasa Arab kata ‘musyawarah, mufakat, akbar, kubur, kalbu,
dan kitab’. Hal ini berbeda dengan kontak budaya Melayu
dengan Buddha pada masa Sriwijaya di Palembang, pengaruh
budaya Buddha ini tidak meninggalkan jejak sehingga kurang
daya bertahannya seperti budaya Islam masuk. Bahasa Melayu
dipergunakan secara lebih luas oleh para penulis yang berasal
dari Sumatera dan beberapa orang Jawa, para penulis orang-

29
Bahasa Indonesia 2014

orang Tionghoa peranakan pun turut mempergunakan bahasa


Melayu.

Pada masa pemerintahan pendudukan Jepang, bahasa


Indonesia semakin dipakai dalam aspek kehidupan. Pada masa
pemerintahan Jepang dibentuklah Komisi Istilah untuk
memperkaya kosakata bahasa Indonesia dan melalui sayembara
penulisan dalam bahasa Indonesia. Namun, jika kita
menyingkapinya secara kritis bahwa hal itu merupakan
propaganda Jepang untuk pembentukan negara Asia Timur
Raya. Pada akhirnya, ketika bom dijatuhkan di Hirosima dan
Nagasaki Jepang mengakhiri penjajahannya di Indonesia.
Semakin kuatlah bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa
Indonesia yang baik dan benar.

Dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia berasal dari


bahasa Melayu yang telah menjadi lingua franca selama
berabad-abad sehingga daerah penyebarannya sangat luas.
Sastra Melayu lintas Nusantara tidak dapat dipisahkan dari
peran kesultanan Melayu dalam penyebaran naskah berbahasa
Melayu. Peran kesultanan Melayu sangat berarti sehingga
menjadikan bahasa Melayu sebagai lingua franca yang pada
akhirnya menjadi penentu bahasa Melayu sebagai bahasa
Indonesia. Pemantapan bahasa Melayu untuk menjadi bahasa
Indonesia tidak dapat dipisahkan dari peranan Balai Pustaka,
penulis pribumi, dan penulis sastra Melayu Tionghoa. Bahasa
Indonesia memiliki watak demokratis sehingga lebih mudah
dipelajari dibandingkan dengan bahasa serumpun yang
mempunyai tindak tutur. Sumpah pemuda mempunyai peranan

30
Bahasa Indonesia 2014

yang sangat penting terhadap pembentukan bahasa Indonesia


untuk memperkokoh bahasa nasional dan bahasa negara.
Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV Pasal 36 merupakan faktor
konstitusional yang memperkuat kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.

D. Fungsi dari Bahasa Indonesia

1. Fungsi bahasa Indonesia secara umum, yaitu:

a. Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan

Mampu mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan,


dan perasaan. Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara
terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan pikiran
kita.

b. Sebagai alat komunikasi

Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari


ekspresi diri. Pada saat menggunakan bahasa sebagai
komunikasi, berarti memilki tujuan agar para pembaca atau
pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang. Bahasa
yang dikatakan komunikatif karena bersifat umum. Selaku
makhluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra
berkomunikasi, manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu
verbal dan nonverbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan
menggunakan alat/media bahasa (lisan/ tulisan). Berkomunikasi
secara nonverbal dilakukan menggunakan media berupa aneka
simbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda lalu lintas, sirine,
setelah itu diterjemahkan ke dalam bahasa manusia.

31
Bahasa Indonesia 2014

c. Sebagai alat berinteraksi dan beradaptasi sosial

Pada saat beradaptasi di lingkungan sosial, seseorang


akan memilih bahasa yang digunakan, tergantung situasi dan
kondisi yang dihadapi. Seseorang yang menggunakan bahasa
yang nonstandar pada saat berbicara dengan teman, dan
berbahasa standar pada saat berbicara dengan oarng tua atau
yang dihormati, dengan menguasai bahasa suatu bangsa
memudahkan seseorang untuk berbaur dan menyesuaikan diri
dengan bangsa.

d. Sebagai alat kontrol sosial

Berpengaruh terhadap sikap, tingkah laku, serta tutur


kata seseorang. Kontrol sosial dapat diterapkan pada diri sendiri
dan masyarakat.

2. Fungsi bahasa Indonesia secara khusus, yaitu:

a. Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari

Manusia merupakan makhluk sosial yang tak lepas dari


hubungan komunikasi dengan makhluk lainnya. Komunikasi
dapat menggunakan, baik bahasa formal maupun nonformal.

b. Mewujudkan seni (sastra)

Bahasa yang dapat dipakai untuk mengungkapkan


perasaan melalui media seni, seperti syair, puisi, dan prosa,
terkadang bahasa yang dipergunakan memiliki makna denotasi
atau konotasi. Dalam hal ini diperlukan pemahaman yang
mendalam agar mengetahui makna yang ingin disampaikan.

32
Bahasa Indonesia 2014

c. Mempelajari bahasa kuno

Dengan mempelajari bahasa kuno, akan dapat


mengetahui peristiwa atau kejadian di masa lampau. Dalam
mengantisipasi kejadian yang mungkin atau dapat terjadi
kembali di masa yang akan datang.

d. Mengeksploitasi IPTEK

Jiwa dan sifat keingintahuan yang dimiliki manusia, serta


akal dan pikiran yang telah diberikan, manusia akan selalu
mengembangkan berbagai hal untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan selalu
didokumentasikan supaya manusia lainnya dapat
menggunakannya dan melestarikannya demi kebaikan manusia
itu sendiri.

Referensi

Ahmadi, Muchsin. 1990. Sejarah dan Standardisasi Bahasa


Indonesia. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Alex dan Ahmad HP. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan


Tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Azwar, Nasrul. 2008. Sekilas Tentang Sejarah Bahasa


Indonesia. Bandung: Balai Bahasa.

Halim, Amran. 1985. Membina Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat


Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Kanzunnudin, Muhammad. 2011. Bahasa Indonesia untuk


Perguruan Tinggi. Rembang: Yayasan Adhi Gama.

Moeliono, Anton. 1985. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.


Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

33
Bahasa Indonesia 2014

Tasai, Amran dan Abdul Rozak Zaidan. 2009. Pembinaan dan


Pengembangan Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas
Terbuka.

http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa Indonesia diakses tanggal 25


Februari 2013. Pkl. 19.52.

Soal Latihan

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1. Pada saat Anda melewati suatu tempat, Anda melihat tulisan


besar yang berbunyi ‘Jakarta Islamic School’. Anda bertanya
dalam hati, “Apakah kata-kata atau tulisan itu sudah benar
atau tidak benar?”, Dengan adanya peristiwa yang muncul di
hati Anda, sebenarnya Anda ...
a. sudah membina bahasa Indonesia
b. belum membina bahasa Indonesia
c. tidak membina bahasa Indonesia
d. akan membina bahasa Indonesia
2. Orang yang memilki dan bertanggung jawab pada penulisan
Ratu Plaza adalah orang yang ...
a. sudah tumbuh sikap positif, tetapi tidak bergairah
memakai bahasa Indonesia
b. belum tumbuh sikap positif, tetapi telah bergairah
memakai bahasa Indonesia
c. belum tumbuh sikap positif dan belum bergairah
memakai bahasa Indonesia
d. sudah tumbuh sikap positif dan sudah bergairah
memakai bahasa Indonesia

34
Bahasa Indonesia 2014

3. Dalam rangka menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa


modern dan internasional, usaha pengembangan bahasa
harus dilakukan secara ...
a. bersistem dan tidak pandang bulu
b. berkala dan terpisah-pisah
c. terus menerus dan tertulis
d. manasuka dan tertulis
4. Lembaga yang paling tepat dalam membina bahasa
Indonesia adalah lembaga ...
a. pendidikan formal
b. masyarakat desa
c. panti asuhan
d. keagamaan
5. Perumusan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sangat
penting untuk ...
a. menumbuhkan rasa bangga berbahasa Indonesia
b. menegaskan pentingnya bahasa daerah dan asing
c. mempertebal jati diri bahasa Indonesia
d. menegaskan pembedaan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing
6. Dasar atau landasan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional adalah ...
a. UUD 1945
b. Sumpah Pemuda 1928
c. polemik kebudayaan
d. politik bahasa nasional
7. Bahasa Indonesia sabagai jembatan budaya menunjukan
fungsi ...

35
Bahasa Indonesia 2014

a. lambang kebanggaan nasional


b. lambang jati diri bangsa
c. alat penghubung antarbudaya dan antardaerah
d. alat penghubung antardaerah
8. Kita menjunjung bahasa nasional karena ...
a. setia kepada UUD 1945
b. menghayati Sumpah Pemuda 1928
c. sesuai dengan UUD 1945 dan Pancasila
d. sesuai dengan Pancasila
9. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai ...
a. bahasa pengantar
b. bahasa resmi kedaerahan
c. alat mempersatukan bangsa
d. bahasa penghubung antarnegara
10. Yang harus ditulis dalam bahasa Indonesia sesuai dengan
kedudukannya sebagai bahasa negara adalah ...
a. upacara adat pengantin Minangkabau
b. surat-surat yang dikeluarkan oleh negara
c. surat wasiat untuk keluarga yang ditinggalkan
d. pidato bupati tentang program keluarga berencana untuk
masyarakat pedalaman
11. Bahasa Indonesia boleh tidak dipakai dalam dunia sekolah
pada tingkat ...
a. TK c. SMP
b. SD d. balita

36
Bahasa Indonesia 2014

12. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada setiap


jenjang dan jenis pendidikan menempatkan sekolah sebagai
wahana ...
a. pembinaan dan pengembangan bahasa
b. pembentuk generasi penerus
c. pencetak olahragawan
d. pengaderan ahli politik
13. Walikota Bandung harus memakai bahasa Indonesia pada
saat bertemu dengan presiden. Hal ini dilakukan dalam
hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia sebagai ...
a. bahasa resmi kenegaraan
b. lambang identitas nasional
c. lambang kebanggaan kebangsaan
d. bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
14. Bahasa Indonesia menjadi pilar ketiga yang menopang
kebangsaan Indonesia didasarkan pada ...
a. UUD 1945 c. Pembukaan UUD 1945
b. Pancasila d. Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928
15. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 merupakan faktor idiil
yang memperkuat bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional karena ...
a. terkait dengan cita-cita kebangsaan
b. menyerap cita-cita kebangsaan yang terbentuk dalam
perlawanan terhadap penjajah
c. terkait dengan cita-cita kemerdekaan
d. terkait dengan Proklamsi Kemerdekaan 17 Agustus 1945

37
Bahasa Indonesia 2014

16. Polemik kebudayaan yang berlangsung tahun 1930-an dapat


dianggap sebagai ...
a. landasan kuat pengembangan bahasa Indonesia
b. uji coba bagi bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi
antarbudaya dan antarsuku
c. persiapan bagi bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan
d. persiapan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar
17. Pencantuman bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara di
dalam UUD 1945 ...
a. berdiri sendiri tanpa kaitan sejarah
b. tidak terlepas dari polemik kebudayaan tahun 1930-an
c. tuntutan Jepang agar bahasa Indonesia dijadikan bahasa
negara
d. tidak dapat dilepaskan dari semangat Sumpah Pemuda
28 Oktober 1928
18. Faktor kebahasaan yang memperkukuh kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara
adalah ...
a. diangkatnya bahasa Indonesia dari bahasa Melayu yang
pernah menjadi Lingua Franca selama berabad-abad
b. bahasa Indonesia mempunyai tingkat kehalusan bahasa
c. bahasa Indonesia tercantum dalam Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928
d. bahasa Indonesia dituturkan oleh semua suku bangsa di
Indonesia

38
Bahasa Indonesia 2014

19. Meluasnya wilayah pemakaian bahasa Indonesia ...


a. terbukti adanya Melayu Medan, Melayu Banjar, dan
Melayu betawi
b. karena bahasa Indonesia relatif mudah dipelajari
c. pengaruh pemakaian bahasa asing
d. pemakaian bahasa Indonesia dalam dunia politik
20. Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara ...
a. menjadi tujuan pengembangan bahasa
b. melandasi strategi pengembangan bahasa
c. sama dengan strategi pengembangan bahasa
d. menjadi pumpunan (fokus) pengembangan bahasa

39
Bahasa Indonesia 2014

BAB II

ARTI, FUNGSI, DAN RAGAM BAHASA


Ni Wayan Ayu, M.Pd.

Indikator Pembelajaran

Mahasiswa dapat menjelaskan indikator pembelajaran,


menjelaskan arti bahasa, mengaplikasi berbagai fungsi bahasa,
mengaplikasi kecerdasan berbahasa Indonesia, mengaplikasi
berbagai ragam bahasa sesuai dengan kebutuhan
berkomunikasi, dan mengaplikasi contoh-contoh ragam bahasa
terutama ragam bahasa ilmiah.

A. Arti Bahasa

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat


arbitrer (manasuka), digunakan sebagai sarana pikir, ekspresi,
dan komunikasi, serta digunakan untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Sistem tersebut mencakup
unsur-unsur sebagai berikut:

Sistem Lambang Bunyi / Aksara Bermakna

Arbitrer Konvensional Produktif Unik

Universal Dinamis Bervariasi Manusiawi

40
Bahasa Indonesia 2014

B. Fungsi Bahasa

Bahasa memiliki fungsi yang vital dalam kehidupan


sehari-hari. Tidak ada aktivitas kita yang tidak berkaitan dengan
bahasa, karena salah satu fungsi bahasa sebagai sarana alat
berkomunikasi dengan orang lain. Widjono Hs. dalam buku
“Bahasa Indonesia (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi)” menjelaskan fungsi-fungsi bahasa berikut ini:
1. Bahasa sebagai sarana komunikasi

2. Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi

3. Bahasa sebagai sarana kontrol sosial

4. Bahasa sebagai sarana memahami diri

5. Bahasa sebagai sarana ekspresi diri

6. Bahasa sebagai sarana memahami diri

7. Bahasa sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar

8. Bahasa sebagai sarana berpikir logis

9. Bahasa membangun kecerdasan

10. Bahasa membangun kecerdasan ganda

11. Bahasa membangun karakter

12. Bahasa mengembangkan profesi

13. Bahasa sarana menciptakan kreativitas baru

41
Bahasa Indonesia 2014

C. Ragam Bahasa

1. Ragam Bahasa Berdasarkan Media

Berdasarkan media yang digunakan, ragam bahasa


dibedakan atas ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis.
Ragam bahasa lisan ditandai dengan penggunaan lafal atau
pengucapan, intonasi, kosakata, penggunaan tata bahasa dalam
pembentukan kata, dan penyusunan kalimat. Ragam bahasa
tulis ditandai dengan kecermatan menggunakan ejaan dan tanda
baca, penggunaan tata bahasa dalam pembentukan kata,
penyusunan kalimat, paragraf, dan wacana.
a. Ragam bahasa lisan

1) Lebih menekankan pilihan kata yang tidak baku

Contoh: Arjuna sedang bikin skripsi.

2) Bentuk kata bahasa lisan cenderung tidak menggunakan


imbuhan (awalan, akhiran):

Contoh:

- Arjuna sedang tulis skripsi.

- Dina ngajar Mata Kuliah bahasa Indonesia.

b. Ragam bahasa tulis

1) Lebih menekankan penggunaan ragam bahasa baku,


ejaan (EYD) yang baku, kosa- kata yang baku, bentuk
kata berimbuhan, dan kalimat lengkap secara gramatikal.

42
Bahasa Indonesia 2014

Contoh :
- Arjuna sedang membuat skripsi.
- Dina mengajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia.

2. Ragam Bahasa Berdasarkan Waktu

Berdasarkan waktu terdapat ragam bahasa lama dan


ragam bahasa baru (modern). Ragam bahasa lama lazim
digunakan dalam penulisan naskah-naskah lama (kuno). Ragam
ini perlu dipahami oleh orang yang bermaksud mengkaji
peristiwa-peristiwa masa lalu. Ragam bahasa baru ditandai
dengan penggunaan kata-kata baru, Ejaan Yang
Disempurnakan, dan mengekspresikan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern, seperti internet, jaringan, dan seluler.
Selain ragam bahasa tulis dan lisan serta ragam bahasa
lama dan baru, Asisda dalam bukunya yang berjudul “Bahasa
Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmiah” menggolongkan ragam
bahasa berdasarkan penggunaannya, yaitu:
1. Ragam Bahasa Beku (Frozen atau Sangat Resmi)

Ragam bahasa beku ini merupakan ragam bahasa yang


digunakan dalam acara atau situasi yang bersifat sakral atau
ritual. Ragam bahasa ini bercirikan kalimatnya yang panjang,
tidak boleh digunakan sembarangan, dan hanya orang-orang
tertentu saja yang boleh menggunakannya.

2. Ragam Bahasa Baku (Formal atau Resmi)

Ragam bahasa ini digunakan dalam situasi yang formal


atau resmi. Ragam bahasa ini menuntut penggunaan bahasa

43
Bahasa Indonesia 2014

yang baik dan benar serta menuntut pelakunya untuk


menggunakannya secara tepat. Ragam bahasa ini digunakan,
misalnya dalam lembaga-lembaga pemerintahan, sebagai
bahasa pengantar pendidikan, diskusi, dan seminar. Ragam
resmi ini juga digunakan dalam penulisan karya ilmiah, seperti
skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, laporan keuangan,
artikel ilmiah, dan jurnal.

3. Ragam Bahasa Jabatan atau Konsultatif

Ragam ini digunakan dalam lingkungan kerja atau


komunitas tertentu. Ragam bahasa ini dicirikan dengan adanya
istilah-istilah teknis yang tidak lazim diketahui oleh masyarakat
umum atau orang di luar anggota komunitas atau tempat
kerjanya. Penggunaan istilah itu berkaitan dengan bidang kerja
atau lingkup pergaulan yang membatasi antar anggotanya
dengan orang luar. Contoh: akun, neraca (ekonomi),
renovasi (teknik), amputasi (kedokteran), mentari
(sastra), dan fonologi (bahasa).

4. Ragam Bahasa Informal

Ragam bahasa informal merupakan ragam bahasa yang


selalu digunakan sehari-hari. Ragam bahasa ini tidak
menggunakan kaidah baku seperti dalam aturan tata bahasa.
Tujuan utama penggunaan ragam bahasa ini untuk
keberlangsungan komunikasi.

44
Bahasa Indonesia 2014

Soal Latihan
1. Jelaskan:

a. Arti bahasa

b. Fungsi bahasa

c. Bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah

2. Jelaskan penggunaan ragam bahasa berdasarkan media


penyampaiannya. Hubungkan dengan pengalaman pribadi
Anda.

3. Carilah 10 istilah dalam bidang studi Anda, kemudian


jelaskan arti dan fungsinya.

45
Bahasa Indonesia 2014

BAB III

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN


Rahmi Yulia Ningsih, S.Pd.

Indikator Pembelajaran
Mahasiswa dapat menggunakan huruf kapital, huruf kecil, huruf
miring, dan tanda baca dengan tepat; menulis kata, istilah, kata
serapan, kata gabungan, kata depan, partikel, kata ganti, kata
berimbuhan, kata bilangan, dan akronim dengan tepat;
mengaplikasikan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dalam
penulisan dengan tepat; memperbaiki/mengedit bahasa tulis
berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

A. Pengertian
Menurut Arifin (2010: 164) ejaan adalah keseluruhan
peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan
bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan
dan penggabungannya dalam suatu bahasa). ”Kemampuan
mengaplikasi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan
syarat utama dalam berbahasa tulis. Penulis berbasis ketelitian
EYD, misalnya: proposal, surat dinas, artikel, laporan skripsi, dan
karangan yang didokumentasi. Kesalahan ejaan dapat berakibat
pada penolakan, penilaian yang buruk, kurang profesional, dan
sebagainya. Oleh karena itu, penguasaan ejaan secara
mendalam dan menyeluruh sangat diperlukan. Materi kajian EYD
ini meliputi: (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3)

46
Bahasa Indonesia 2014

penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian


tanda baca.

B. Pemakaian Huruf
Pemakaian huruf dalam Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD) mengkaji hal-hal berikut:
1. Huruf Abjad: Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa
Indonesia terdiri atas huruf: a–z
2. Huruf Vokal: Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa
Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
3. Huruf Konsonan: Huruf yang melambangkan konsonan
dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g,
h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
4. Huruf diftong: Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong
(vokal rangkap) yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
5. Gabungan Huruf Konsonan: Di dalam bahasa Indonesia
terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan
konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.

C. Penulisan Huruf
Penulisan huruf dalam Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD), meliputi: penulisan huruf kapital dan penulisan huruf
miring.
1. Penulisan Huruf Kapital
Huruf kapital atau huruf besar digunakan pada:
a. Huruf pertama pada awal kalimat.
Contoh:

47
Bahasa Indonesia 2014

- Mari kita pikirkanlah lima tahun ke depan dan kita


siapkan sekarang.
- Apa yang kita perlukan lima tahun ke depan?
b. Huruf pertama kata yang berkenan dengan agama, kitab
suci, dan nama Tuhan termasuk kata gantinya.
Contoh:
Allah Tuhan Yang Maha Pemurah
Alquran Tuhan Yang Mahakuasa
Budha Tuhan, Engkaulah pelindungku
Injil Tuhan Yang Maha Esa
Islam Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan
yang lurus
Kristen Tuhan, Yang Mahahidup kekal, tolonglah
kami
c. Huruf pertama petikan (kutipan) langsung.
Contoh:
Mahasiswa bertanya, “Mengapa harus berubah?”
d. Huruf pertama kata yang menyatakan gelar kehormatan,
gelar keagamaan, gelar keturunan, yang diikuti dengan
nama orang.
Contoh:
- Mahaputra Mohamad Yamin
- Sultan Hamengkubuwono X
Huruf kapital tidak dipakai jika tidak diikuti nama orang.
Contoh:
- Ia baru dinobatkan menjadi sultan.
- Ia mempelajari riwayat nabi-nabi.

48
Bahasa Indonesia 2014

e. Huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti


nama orang.
Contoh:
- Dokter Nugroho Iman Santoso
- Jenderal Suharto
- Gubernur Sutyoso
Jika tidak diikuti nama orang huruf besar tidak dipakai.
Contoh:
- Dulu dia sersan sekarang sudah menjadi letnan.
- Hadir juga beberapa menteri kesehatan negara
tetangga.
- Siapa nama gubernur itu?
f. Huruf pertama unsur nama orang.
Contoh:
- Andi Malarangeng
- Wage Rudolf Supratman
- Megawati Sukarno Putri
g. Huruf pertama kata yang menyatakan nama bangsa,
nama suku, atau nama bahasa.
Contoh:
- bahasa Arab
- suku Jawa
- bangsa Inggris
Huruf kapital tidak dipakai jika tidak menunjukkan nama.
Contoh:
- Kata-kata asing itu harus diindonesiakan.
- Naskah ini akan diinggriskan.
- Sikapnya masih kebelanda-belandaan.

49
Bahasa Indonesia 2014

h. Huruf pertama nama tahun, nama bulan, nama hari,


nama hari raya, dan nama peristiwa sejarah.
Contoh:
- tahun Masehi - Idul Fitri, Idul Adha

- bulan Oktober - Perang Paderi

- hari Rabu - Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

i. Huruf pertama kata yang menyatakan nama dalam


geografi.
Contoh:
- Danau Batur - Pelabuhan Tanjung Priuk
- Jalan Jenderal Sudirman - Selat Malaka
- Kali Kapuas - Terusan Suez
Huruf kapital tidak dipakai jika tidak diikuti nama.
Contoh:
- Di provinsi itu ada beberapa buah danau.
- Kami akan mendaki gunung.
- Mereka mandi di sungai.
j. Huruf pertama kata yang menyatakan nama lembaga
atau badan pemerintah, ketatanegaraan, dan nama
dokumen resmi, termasuk juga singkatannya.
Contoh:
- Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)
- Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)
- Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Huruf kapital itu tidak dipakai jika tidak diikuti nama, baik
nama lembaga, nama tempat, maupun nama dokumen.
Contoh:
- Ia bekerja pada sebuah departemen.

50
Bahasa Indonesia 2014

- Ia belajar di universitas negeri.


- Tindakannya sesuai dengan undang-undang yang
berlaku.
k. Huruf pertama nama buku, nama majalah, nama surat
kabar, judul karangan, kecuali partikel (seperti di, ke, dan
dari) yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh:
- Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma karangan
Idrus.
- harian Kompas
- majalah Gatra
l. Huruf pertama istilah kekerabatan (seperti bapak, ibu,
adik, dan saudara) yang dipakai sebagai kata ganti atau
kata sapaan.
Contoh:
- Kata paman kepada kami, ”Benar Paman akan ke
Jepang.”
- Kata ibu itu kepada anaknya, “Ayah akan membelikan
komputer untukmu, Nak!”
- Tanya saya kepada ayah, “Apakah Ayah akan
membelikan saya komputer?”
Huruf kapital tidak dipakai jika istilah kekerabatan itu tidak
dipakai sebagai kata sapaan.
Contoh:
- Dia mempunyai dua orang saudara.
- Kamu harus menghormati ibu dan ayahmu.
m. Huruf pertama singkatan kata yang menyatakan nama
gelar, nama pangkat, dan istilah sapaan.

51
Bahasa Indonesia 2014

Contoh:
- Dr. Doktor - Drs. Doktorandus
- Ny. Nyonya - Ir. Insinyur
- Sdr. Saudara - SE Sarjana Ekonomi
n. Nama kota yang mengikuti produk ditulis dengan huruf
kapital.
Contoh:
- asinan Bogor - gudeg Yogya
- batik Yogyakarta - tape Malang
o. Nama produk (karya) seni.
Contoh:
- ketoprak Mataram - legong Bali
- langgam Jawa - ukiran Jepara

2. Penulisan Huruf Miring


Huruf miring digunakan dalam cetakan. Dalam tulisan tangan
atau ketikan yang dicetak miring, diberi garis bawah tunggal.
Huruf miring digunakan untuk:
a. Menuliskan nama buku, nama majalah, nama surat
kabar, yang dikutip dalam karangan.
Contoh:
- Buku Bahasa Indonesia karangan Widjono Hs. dan
Sintowati.
- Majalah Tempo Mei 2004.
- Surat kabar Kompas 18 Agustus 2003.
Judul karangan yang tidak diterbitkan, misalnya: artikel,
makalah, atau skripsi tidak dicetak dengan huruf miring,
tetapi diapit tanda petik.

52
Bahasa Indonesia 2014

Contoh:
- “Bertekad Menegakkan Hukum,” Media Indonesia,12
Desember 2004.
- “Membentuk Merger mengatasi Persaingan,” Kompas
26 Desember 2004.
- Ridwan Pangestu “Analisis Fungsi Laporan
Keuangan terhadap Kinerja Bisnis,” Universitas Negri
Jakarta: Skripsi, 2004.
b. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
atau kelompok kata.
Contoh:
- Laporan ini tidak memasalahkan dampak psikologis
karyawan.
- Ny. Indira Gandhi bukan terbunuh, melainkan
dibunuh.
- Kekayaan laut Indonesia dapat menghidupi dua ratus
juta orang.
c. Menuliskan istilah ilmiah, atau ungkapan asing, kecuali
yang sudah disesuaikan ejaannya.
Contoh:
- Kata Production Design Centre diganti dengan Pusat
Desain Produksi.
- Kreativitas baru berbahan baku Cassava membanjiri
Eropa.
- Pendidikan mahasiswa berbasis pada Andragogie.

53
Bahasa Indonesia 2014

D. Penulisan Kata
Penulisan kata (Arifin, 2010: 184-195) dalam Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) meliputi: kata dasar, kata turunan atau
kata berimbuhan, kata ulang, gabungan kata, kata depan,
partikel, singkatan dan akronim, angka dan bilangan, serta kata
ganti.
1. Kata Dasar
Kata dasar merupakan kata yang ditulis sebagai satu
kesatuan.
Contoh:
- Buku itu sangat menarik.
- Kantor pajak penuh sesak.
2. Kata Turunan atau Kata Berimbuhan
Kata turunan atau kata berimbuhan:
a. Jika mendapat awalan dan akhiran sekaligus, maka
bentuk kata turunannya itu harus dituliskan serangkai.
Contoh:
Bentuk tidak baku Bentuk baku
pemberi tahuan pemberitahuan
kesimpang siuran kesimpangsiuran
ketidak adilan ketidakadilan
menyebar luaskan menyebarluaskan

b. Jika mendapat awalan atau akhiran saja, maka ditulis


serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
- bertepuk tangan
- bertanggung jawab

54
Bahasa Indonesia 2014

- garis bawahi
- sebar luaskan
c. Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya
adalah kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda
hubung (-).
Contoh:
- non-Indonesia
- pan-Afrikanisme
3. Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan
tanda hubung di antara unsur-unsurnya.

Contoh:
Bentuk tidak baku Bentuk baku
jalan2 jalan-jalan
gerak gerik gerak-gerik
terus menerus terus-menerus

4. Gabungan Kata
a. Gabungan kata termasuk yang lazim disebut kata
majemuk, bagian-bagiannya dituliskan terpisah. Kalau
salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai
suatu kata yang mengandung arti penuh, hanya muncul
dalam kombinasi unsur itu haruslah dituliskan serangkai
dengan unsur-unsur lain.

55
Bahasa Indonesia 2014

Contoh:
Bentuk tidak baku Bentuk baku
tatabahasa tata bahasa
mejatulis meja tulis
rumahsakit umum rumah sakit umum
luarbiasa luar biasa

b. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata


ditulis serangkai.
Contoh:
Bentuk tidak baku Bentuk baku
mana kala manakala
apa bila apabila
pada hal padahal
sekali gus sekaligus

c. Jika salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri


sebagai satu kata yang mengandung arti penuh, hanya
muncul dalam kombinasi, unsur itu harus dituliskan
serangkai dengan unsur lainnya.
Contoh:
Bentuk tidak baku Bentuk baku
a moral amoral
maha siswa mahasiswa
tuna netra tunanetra
non Indonesia non-Indonesia
antar warga antarwarga

56
Bahasa Indonesia 2014

non pribumi nonpribumi


non RRC non-RRC

5. Kata Depan (di, ke, dari)


a. Kata depan di, ke, dari ditulis serangkai apabila kata yang
mengikutinya tergolong dalam jenis kata kerja. di dalam
istilah tata bahasa disebut awalan. Dalam hal ini di tidak
dapat digantikan oleh ke.
Contoh:
- dimakan (tidak dapat diganti dengan kemakan)
- ditulis (tidak dapat diganti dengan ketulis)
b. Kata depan di, ke, dari ditulis terpisah apabila kata yang
mengikutinya tergolong dalam jenis kata benda atau
menunjukkan tempat, di berfungsi sebagai kata depan.
Dalam hal ini di dapat digantikan oleh ke.
Contoh:
- di rumah (dapat diganti dengan ke rumah)
- di atas (dapat diganti dengan ke atas)
- di sana (dapat diganti dengan ke sana)

6. Partikel (lah, kah, tah, pun, per)


a. Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya.
Contoh:
- Apakah yang kaubaca itu?
- Apatah gunanya bersedih hati?
- Bacalah buku itu baik-baik!

57
Bahasa Indonesia 2014

b. Partikel pun ditulis serangkai dengan kata yang


mendahului apabila pun tersebut merupakan satu
kesatuan dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
- biarpun
- kendatipun
- walaupun
c. Partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang
mendahului, apabila pun berfungsi untuk
mengeraskan/penegasan arti.
Contoh:
- Hari ini sepeser pun aku tidak mempunyai uang.
- Sedikit pun saya tidak menyangka bahwa dia sampai
hati berbuat demikian.
d. Partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang
mendahului, apabila pun mempunyai arti juga.
Contoh:
- Jika saya pergi, dia pun pergi.
- Ia sering ke desa ini, tetapi sekali pun ia belum
pernah singgah.
e. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
- Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
- Harga kain itu Rp50.000,00 per helai.
7. Singkatan atau Akronim
a. Singkatan adalah bentuk singkat yang terdiri atas satu
huruf atau lebih.

58
Bahasa Indonesia 2014

Contoh:
- Singkatan nama orang: A.H. Nasution untuk Abdul
Haris Nasution
- Singkatan gelar: S.E. untuk Sarjana Ekonomi
- Singkatan lembaga resmi pemerintahan: DPR untuk
Dewan Perwakilan Rakyat
- Singkatan kata yang merupakan gabungan huruf
diikuti dengan tanda titik: jml. untuk jumlah
No. untuk nomor
b. Akronim adalah singkatan dari dua kata atau lebih yang
diperlakukan sebagai sebuah kata. Akronim nama diri
yang berupa gabungan huruf awal, unsur-unsur nama diri
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Contoh:
- LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
- SIM Surat Izin Mengemudi
c. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa
unsur ditulis dengan huruf awal kapital.
Contoh:
- Bulog Badan Urusan Logistik
- Kowani Kongres Wanita Indonesia
d. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua
kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil.
Contoh:
- pemilu pemilihan umum
- iptek ilmu pengetahuan dan teknologi

59
Bahasa Indonesia 2014

8. Angka dan Lambang Bilangan


a. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau
nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab
atau angka Romawi.
Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C
(100), D
(500), M (1000), V (5.000), M
(1.000.000)
b. Angka digunakan untuk menyatakan:
- ukuran panjang : 0,5 sentimeter
- berat : 5 kilogram
- luas : 4 meter persegi
- isi : 10 liter
- satuan waktu : 1 jam 20 menit
- nilai uang : 50 dolar Amerika
- kuantitas : 27 orang
c. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan,
rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Contoh:
- Jalan Tanah Abang I No. 15
- Hotel Indonesia, Kamar 169
d. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan
dan ayat kitab suci.
Contoh:
- Bab X, Pasal 5, halaman 252
- Surah Yasin: 9

60
Bahasa Indonesia 2014

e. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan


sebagai berikut.
Contoh:
- Bilangan utuh : Dua belas 12
- Bilangan pecahan : Setengah ½
Seperenam belas 1/16
Tiga dua pertiga 3 2/3
Seperseratus 1/100
Satu persen 1%
Satu permil 1‰
Satu dua per sepuluh 1,2
f. Penulisan lambang bilangan tingkat.
Contoh:
Paku Buwono X; pada awal abad XX; dalam kehidupan
abad ke-20 ini; lihat Bab II; Pasal 5; dalam bab ke-2 buku
itu; di daerah tingkat II itu; di tingkat kedua gedung itu; di
tingkat ke-2 itu; kantor di tingkat II itu.
g. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an
Contoh:
- tahun ’50-an atau tahun lima puluhan
- uang 5000-an atau uang lima ribuan
- lima uang 1.000-an atau lima uang seribuan
h. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa
lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti
dalam perincian dan pemaparan.

61
Bahasa Indonesia 2014

Contoh:
- Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
- Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
- Kendaraan yang ditempuh untuk pengangkutan
umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, dan 100 bemo.
i. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan
huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga
bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
- Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
- Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
- 15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
- Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak
Darmo.
j. Angka yang menunjukkan bilangan utuh secara besar
dapat dieja.
Contoh:
- Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250
juta rupiah.
- Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 200 juta
orang.
k. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf
sekaligus dalam teks, kecuali di dalam dokumen resmi
seperti akta dan kuitansi.

62
Bahasa Indonesia 2014

Contoh:
- Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
- Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
- Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang
pegawai.
- Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku
dan majalah.
l. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf,
penulisannya harus tepat.
Contoh:
- Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75
(sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh
puluh lima perseratus rupiah).

9. Kata Ganti
Kata ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya atau serangkai dengan kata
ganti yang mendahuluinya.
Contoh:
- Buku ini boleh kaubaca.
- Rumahnya sedang diperbaiki.
- Diriku, dirimu, dan dirinya berada pada satu cinta.
- KTP-mu dan SIM-nya sudah kukembalikan.

E. Penulisan Unsur Serapan


Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam
bahasa Indonesia dapat dibagi atas 3 golongan besar. Kata

63
Bahasa Indonesia 2014

serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing atau


bahasa daerah. Dilihat dari taraf penyerapannya ada tiga macam
kata serapan, yaitu:
1. Kata asing yang sudah diserap sepenuhnya ke dalam bahasa
Indonesia, misalnya: kab, sirsak, iklan, perlu, hadir, badan,
waktu, kamar, botol, sekolah, dan ember.
2. Kata asing yang dipertahankan karena sifat
keinternasionalannya, penulisan dan pengucapan masih
mengikuti cara asing. Misalnya: shuttle cock, knock out, time
out, check in, dan play.
3. Kata asing yang berfungsi untuk memperkaya peristilahan,
ditulis sesuai dengan EYD. Misalnya: computer (computer),
bisnis (bussines), karakter(character).
Di samping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing
diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti
standardisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh di
samping kata standart, implement, dan objek. Berikut ini
didaftarkan sebagian kata asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia, yang sering digunakan oleh pemakai bahasa.
Kata asing Penyerapan yang Penyerapan yang
salah benar
risk resiko risiko
system sistim sistem
effective epektif efektif
conduit kondite konduite
trotoir trotoir trotoar
frequency frekwensi frekuensi
patient pasen pasien
complek komplek kompleks
aphoteek apotik apotek

64
Bahasa Indonesia 2014

management managemen manajemen


taxi taxi taksi
parfume parfum minyak wangi
accessory aksessoris aksesori

F. Penggunaan Tanda Baca


Pemakaian tanda baca dalam Ejaan bahasa Indonesia
meliputi pemakaian (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik
koma, (4) tanda tanya, (4) tanda seru, (5) tanda kurung, (6)
tanda kurung siku, (7) tanda petik, dan (8) apostrof (penyingkat).
1. Tanda Titik (.)
a. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan gelar
akademik dan nama orang.
Contoh:
- R.M. Purwonagoro
- Harun Alrasyid, S.H.
Tanda titik tidak dipakai pada penulisan singkatan nama
perusahaan dengan huruf kapital. Contoh: AJB, CV, DKI,
DPA, DPR, KTP, NV, PD, RI.
b. Singkatan terdiri dari dua huruf menggunakan titik pada
setiap akhir huruf.
Contoh:
- a.n. (atas nama)
- d.a. (dengan alamat)
c. Singkatan terdiri dari tiga huruf atau lebih, diberi satu titik
pada akhir singkatan.
Contoh:
- dkk. (dan kawan-kawan)
- dll. (dan lain-lain)

65
Bahasa Indonesia 2014

d. Tanda titik digunakan pada angka yang menyatakan


jumlah untuk memisahkan ribuan, jutaan, dan
seterusnya.
Contoh:
- 1.500 orang kepala keluarga
- 3.427 orang mahasiswa
Tanda titik tidak digunakan pada angka yang tidak
menyatakan jumlah.
Contoh:
- Halaman 1250
- NIP 140232751
2. Tanda koma (,)
a. Tanda koma digunakan di antara unsur-unsur dalam
suatu atau pembilangan.
Contoh:
- Air kelapa diberi bumbu lengkuas, daun salam,
bawang putih, dan garam.
- Kini kita memerlukan tenaga kesehatan yang
terampil, disiplin, dan jujur.
b. Tanda koma digunakan untuk kalimat majemuk setara,
baik majemuk setara berlawanan, gabungan, urutan,
maupun pilihan.
Contoh:
- Dosen menerangkan EYD, dan mahasiswa
memperhatikan materi tersebut penuh semangat.
- Mahasiswa itu sesungguhnya berpotensi mendapat
IPK yang tinggi, tetapi ia sering absen karena sakit
sehingga nilainya menurun.

66
Bahasa Indonesia 2014

c. Tanda koma tidak digunakan pada kalimat majemuk


bertingkat yang diawali dengan induk kalimat.
Sebaliknya, kalimat yang diawali dengan anak kalimat
dan diikuti induk kalimat harus dipisahkan oleh koma.
Contoh:
- Ia membatalkan rencana itu karena harus
menyelesaikan tugasnya.
- Karena harus membiayai ketiga anaknya yang kuliah
di perguruan tinggi, ia bekerja giat.
d. Tanda koma digunakan untuk memisahkan kata transisi
penghubung antarkalimat, seperti kata transisi: bahkan,
tetapi, di samping itu, oleh karena itu, kemudian,
sehubungan dengan itu, lagi pula, selain itu, meskipun
begitu, setelah itu, misalnya, walaupun demikian.
Contoh:
- Jagalah staminamu sampai selesai pertandingan. Di
samping itu, kamu juga harus makan makanan
bergizi tinggi.
e. Tanda koma dipakai setelah kata seru (fatis), seperti:
wah, ah, aduh, kasihan, o, dan ya.
Contoh: Wah, bisnis komunikasi 2004 sangat pesat!
f. Tanda koma digunakan untuk memisahkan unsur atau
bagian alamat yang ditulis menyamping. Jika ditulis ke
bawah, unsur tersebut tidak diakhiri koma.
Contoh: Jalan Hang Jebat III, Kebayoran Baru, Jakarta
g. Tanda koma digunakan di antara nama orang dan gelar
akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama keluarga atau marga.

67
Bahasa Indonesia 2014

Contoh: M. Samiaji, S.K.M.


h. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan
tambahan dan keterangan aposisi. Keterangan
tambahan adalah keterangan yang disisikan dalam
kalimat yang sudah lengkap. Bagian ini terletak di luar
bangun kalimat karena dibuang pun tidak akan
mengganggu makna yang dikandung di dalam kalimat
tersebut. Selanjutnya, yang dimaksud dengan keterangan
aposisi adalah keterangan yang sifatnya saling
menggantikan.
Contoh: Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, melantik Kepala
Bapedalda yang baru kemarin.

3. Tanda Titik Dua (:)


a. Tanda titik dua digunakan pada kalimat lengkap yang
diberi rincian berupa kata atau frasa.
Contoh:
- Mahasiswa harus rajin belajar: membaca buku,
berdiskusi, dan mengikuti evaluasi.
b. Titik dua tidak digunakan sebelum rincian yang
merupakan pelengkapan kalimat yang mengakhiri
pernyataan.
Contoh:
- Sifat-sifat sapi yaitu bertulang belakang, berkaki
empat, makan rumput, dan memamah biak.
4. Tanda Hubung (-)
a. Tanda hubung dipakai untuk memperjelas hubungan
bagian-bagian ungkapan.

68
Bahasa Indonesia 2014

Contoh: Tiga puluh dua-pertiga {30 2/3}


b. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur
terikat dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital.
Contoh: ber-KTP
c. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan singkatan
yang berupa huruf kapital dengan huruf kecil.
Contoh: SIM-nya
d. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan ke-
dengan angka.
Contoh: ke-2
e. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan angka
dengan akhiran -an.
Contoh: 1000-an
5. Tanda Pisah (–) / (--)
a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat
yang memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat,
menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh:
- Kemerdekaan bangsa itu – saya yakin akan tercapai
–diperjuang-kan oleh bangsa itu sendiri.
b. Tanda pisah digunakan di antara dua bilangan atau
tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua
nama kota yang berarti ke atau sampai.
Contoh:
- Jurusan Jakarta – Purwokerto.

69
Bahasa Indonesia 2014

6. Tanda Elipsis (…)


a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Contoh: Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam satu kalimat
atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih
lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat,
perlu dipakai empat buah titik; tiga buah titik untuk
menandai penghilangan teks dan/atau untuk menandai
akhir kalimat.
Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan
dengan hati-hati ….
7. Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Contoh: Kapan ia berangkat?
b. Tanda tanya dipakai dalam tanda kurung untuk
menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang
kurang dapat membuktikan kebenarannya.
Contoh: Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
8. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang
berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang
kuat.
Contoh: Alangkah seramnya peristiwa itu!

70
Bahasa Indonesia 2014

9. Tanda Kurung ((…))


a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan.
Contoh: Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun
DIK (Daftar Isian
Kegiatan) kantor itu.
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan
yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Contoh: Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama
yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang
kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh: Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang
memerinci satu urutan keterangan.
Contoh: Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam,
(b) tenaga kerja, dan (c) modal.

10. Tanda Kurung Siku ([…])


a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok
kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau
bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu
memang terdapat di naskah asli.
Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang sudah bertanda kurung.

71
Bahasa Indonesia 2014

Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya


dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-
38] perlu dibentangkan.
11. Tanda Petik (“…”)
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh: “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab
buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh: Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu
Masa Dari Suatu Tempat.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal
atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh: Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja
dikenal dengan nama “cutbrai”.
12. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di
dalam petikan lain.
Contoh: Tanya Basri, “Kaudengar bunyi ‘kring-kring’
tadi?”
b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau
penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh: feed-back ‘balikan’
13. Tanda Garis Miring (/)
a. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor
pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang
terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh: No. 7/PK/1973

72
Bahasa Indonesia 2014

Jalan Kramat III/10


b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau,
tiap.
Contoh: harganya Rp25,00/lembar.
14. Tanda Penyingkat atau Apostrof
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata
atau bagian angka tahun.
Contoh:
- Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
- Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)
- 1 Januari ’88. (’88 = 1988)

Referensi
Arifin, E.Z. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Akademika Presindo.
Hs., Widjono. 2008. Bahasa Indonesia Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta:
PT Grasindo.
Pusat Bahasa. 2000. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Suhertuti, dkk. 2011. Bahasa Indonesia sebagai Sarana
Komunikasi Ilmiah. Bogor: Irham Publishing.

73
Bahasa Indonesia 2014

Soal latihan
Temukan dan perbaikilah kesalahan ejaan dalam tulisan berikut!

Bahasa Indonesia termasuk paling cocok di dunia untuk Twitter


Oleh: Al Amin

Ada pertanyaan, untuk menuliskan pesan dalam seratus empat


puluh karakter di dunia twitter, bahasa apa di dunia yang paling cocok.
Bahasa Indonesia, rupanya masuk jajaran paling cocok untuk
Twitter.Sebuah study terhadap karakter bahasa di Dunia oleh Shuo
Tang, dari University of Indiana menunjukkan bahwa, bahasa paling
efektif untuk Twitter adalah Bahasa China. Peringkat berikutnya bahasa
paling cocok di Twitter adalah Bahasa Arab, Bahasa Urdu, Bahasa
Rusia, baru Bahasa Indonesia.

Ukuran dari pemeringkatan ini adalah, panjang karakter setiap


bahasa dalam menterjemahkan 1000 karakter Bahasa Inggris, termasuk
spasy. Buktinya, bahasa China bisa menyingkat hampir 70 porsen
jumlah karakter. Bahasa Arab meringkas sekitar 17 porsen karakter.
Bahasa Urdu lebih panjang sekitar lima persen karakter sementara
bahasa Indonesia lebih panjang 25 persen karakter.

Bahasa paling boros karakter adalah bahasa Spanyol yang tidak


bisa meringkas 1000 karakter dalam bahasa Inggris. Yang terjadi,
bahasa Spanyol malah 40 persen lebih panjang daripada bahasa
Inggris. Study juga menghasilkan temuan, bahasa Inggris sudah makin
jarang digunakan di Twitter. Penyebabnya karena pengguna Twitter
makin menyebar di seluruh dunia. Kini, pengguna bahasa Inggris di
jagad Twitter hanya sekitar 39 persen dari sebelumnya dua pertiga
pengguna. Sebanyak 140 juta orang di dunia kini aktif menggunakan
Twitter.

Seperti dikutip Economist, Jumat (6/4), Kevin Scannel seorang


profesor di St Louis University menemukan bahwa 500 bahasa di dunia
sudah digunakan di Twitter. Bahasa sebuah suku Australia, Gamilaraay,
paling jarang digunakan di dunia. Bahasa ini hanya dipakai oleh tiga
orang pengguna Twitter.

74
Bahasa Indonesia 2014

BAB IV

DIKSI (PILIHAN KATA)


Venus Khasanah, S.S.

Indikator Pembelajaran

Mahasiswa dapat memilih serta menggunakan kata secara tepat

dan sesuai dalam membuat sebuah kalimat.

A. Pilihan Kata
Pilihan kata (diksi) adalah hasil upaya memilih kata
tertentu untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa. Hal ini baru
dapat dilakukan jika tersedia sejumlah kata yang artinya hampir
sama atau bermiripan. Pilih satu kata yang paling tepat untuk
mengungkapkan suatu pengertian. Pilih kata yang tepat dan
cocok (sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan
maknanya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang diakui oleh
masyarakat pemakainya). (1) Kemahiran memilih kata hanya
dimungkinkan jika seseorang menguasai kosakata yang cukup
luas. (2) Diksi mengandung pengertian upaya atau kemampuan
secara tepat kata-kata yang memiliki nuansa makna serumpun.
(3) Diksi menyangkut kemampuan untuk memilih kata-kata yang
tepat dan cocok untuk situasi tertentu.

75
Bahasa Indonesia 2014

1. Kamus

Untuk memahami kata beda, misalnya, kita dapat


membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbitan Balai
Pustaka (1993: 104–105). Di dalam kamus itu tertulis sebagai
berikut.

beda: /beda/ n. 1. sesuatu yang menjadikan berlainan


(tidak sama) antara benda yang
satu dengan benda yang lain;
ketidaksamaan: Kelakuan anak itu
tidak ada bedanya dengan
kelakuan ayahnya.

2. selisih; pautan: Barang impor dan


barang buatan dalam negeri
bedanya tidak seberapa.

berbeda, v. ada bedanya; berlainan: Mereka


mempunyai potongan rambut yang
berbeda, seorang panjang dan
seorang lagi pendek.

berbeda-beda v. berlain-lain; berlainan: Kepala sama


hitam, pendapat berbeda-beda.

membedakan v. 1. menyatakan ada bedanya: Dia


belum dapat membedakan mana
yang benar dan mana yang salah.

2. memperlakukan secara tidak


berbeda (tidak sama);
memisahkan: Kita harus dapat
membedakan antara urusan
pribadi dan urusan dinas.

membeda-bedakan v. menganggap (memperlakukan)


berbeda (tidak sama); pilih kasih: Kita
jangan membeda-bedakan antara
orang kaya dan yang miskin.

76
Bahasa Indonesia 2014

terbeda-bedakan a. dapat dibeda-bedakan

perbedaan n. 1. beda; selisih: Perpecahan terjadi


karena perbedaan paham.

2. hal-hal yang berbeda; hal-hal yang


membuat berbeda: Perbedaan
perlakuan terhadap tamu
menyalahi aturan rumah
penginapan itu.

memperbedakan v. memperlainkan; menganggap


(memperlakukan) berbeda (tidak
sama) dari yang lain: Kamu jangan
memperbedakan anak itu, dia pun
sama dengan yang lain.

pembeda n. 1. orang yang membedakan

2. alat (hal) yang membedakan

Pembedaan n proses; perbuatan, cara membedakan

Dengan membuka kamus, paling tidak ada lima hal yang


kita peroleh. Pertama, kita mendapat informasi tentang jenis atau
kelas dari kata dasar beda dan kata turunannya (nomina atau
verba). Kedua, kita memperoleh informasi tentang makna kata
beda itu sendiri. Ketiga, kita diberi contoh penggunaan kata beda
dalam kalimat. Keempat, kita mengetahui bahwa dari kata beda
dapat diturunkan kata berbeda, berbeda-beda, perbedaan,
membedakan, membeda-bedakan, terbeda-bedakan,
perbedaan, memperbedakan, pembeda, dan pembedaan.
Kelima, kita memperoleh pula informasi tentang sinonim dari
kata berbeda, yaitu berlainan, berselisih, berpautan, dan masing-
masing berlainan.

77
Bahasa Indonesia 2014

2. Tesaurus

Tesaurus adalah khazanah kata yang disusun menurut


sebuah sistem tertentu, terdiri atas gagasan-gagasan yang
mempunyai pertalian timbal balik sehingga setiap pemakai dapat
memilih istilah atau kata yang ada di dalamnya (Keraf, 1994).

Selain ke-5 informasi yang kita peroleh dari membaca


kamus, juga akan mengetahui asal kata (etimologi), antonimnya,
kata-kata yang berhubungan dengan entri tertentu.

B. Syarat Ketepatan Pemilihan Kata


Syarat pemilihan kata menurut Keraf (1994: 88) ada
enam, yaitu:

1. dapat membedakan antara denotasi dan konotasi

Contoh: (1) Bunga edelwise hanya tumbuh di tempat yang


tinggi (gunung).

(2) Jika bunga bank tinggi, orang enggan


mengambil kredit bank.

2. dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim

Contoh: (1) Siapa pengubah peraturan yang


memberatkan pengusaha? (orang/sesuatu
yang mengubah)

(2) Pembebasan bea masuk untuk jenis barang


tertentu adalah peubah peraturan yang
selama ini memberatkan pengusaha.
(variabel)

78
Bahasa Indonesia 2014

3. dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip ejaannya

Contoh: intensif – insentif

interferensi – inferensi

karton – kartun

preposisi – proposisi

korporasi – koperasi

4. dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak dan


kata-kata konkret

Contoh: keadilan, kebahagiaan, keluhuran

kebajikan, kebijakan, kebijaksanaan

5. dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara


tepat

Contoh: antara … dan …; tidak … tetapi …; baik … maupun


…; bukan … melainkan …

6. dapat membedakan antara kata-kata yang umum dan kata-


kata yang khusus

Contoh: Kata umum: melihat; Kata khusus: melotot,


membelalak, melirik, mengerling, mengintai,
mengintip, memandang, menatap, memperhatikan,
mengamati, mengawasi, menonton, meneropong.

C. Gaya Bahasa dan Idiom


1. Gaya bahasa/langgam bahasa/majas adalah cara penutur
mengungkapkan maksudnya.

79
Bahasa Indonesia 2014

Enam faktor yang memengaruhi tampilan bahasa seseorang


dalam berkomunikasi:

1) cara dan media komunikasi: lisan atau tulis, langsung


atau tidak langsung, media cetak atau media elektronik;

2) bidang ilmu: filsafat, sastra, hukum, teknik, kedokteran,


dan lain-lain;

3) situasi: resmi, tidak resmi, setengah resmi;

4) ruang atau konteks: seminar, kuliah, ceramah, pidato;

5) khalayak: dibedakan berdasarkan umur (anak-anak,


remaja, orang dewasa), jenis kelamin (laki-laki,
perempuan), tingkat pendidikan (rendah, menengah,
tinggi), status sosial;

6) tujuan: membangkitkan emosi, diplomasi, humor,


informasi.

2. Idiom dan Ungkapan Idiomatik

1) Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara


langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya
(Moeliono, 89: 177). Menurut Badudu (89: 47), idiom
adalah bahasa yang teradatkan.

Oleh karena itu, setiap kata yang membentuk idiom


berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan
makna. Contoh: gulung tikar, adu domba, muka tembok.

80
Bahasa Indonesia 2014

2) Ungkapan Idiomatik merupakan pasangan kata yang


selalu muncul bersamaan sebagai frasa (berperilaku
idiom), yaitu: berawal dari, berdasarkan pada,
bergantung pada, berjumpa dengan, berkenaan dengan,
bertalian dengan, dibacakan oleh, diperuntukkan
bagi/oleh, disebabkan oleh, sampai ke, sehubungan
dengan, sejalan dengan, sesuai dengan, terbuat dari,
terdiri atas/dari, tergantung pada.

3. Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata dan Kata

1) Kesalahan pemakaian gabungan kata yang mana, di


mana, daripada

Contoh: - Marilah kita dengarkan sambutan yang mana


akan disampaikan oleh Pak Lurah.

- Demikianlah tadi sambutam Pak Lurah di


mana beliau telah menghimbau kita untuk
lebih tekun bekerja.

- Marilah kita perhatikan kebersihan daripada


lingkungan kita.

• Kata yang mana digunakan dalam kata tanya yang


mengandung pilihan, termasuk dalam pertanyaan
retoris.
• Kata di mana digunakan untuk menanyakan tempat.

81
Bahasa Indonesia 2014

• Kata daripada digunakan untuk membuat


perbandingan atau pengontrasan sesuatu terhadap
yang lainnya.
2) Kesalahan pemakaian kata dengan, di, dan ke

Contoh: - Sampaikan salam saya dengan Dona.

- Dokumen itu ada di kita.

- Setelah tugas selesai, harap segera melapor


ke dosen.

• Kata dengan mengungkapkan arti ‘bersama’, selain


itu dapat difungsikan untuk menyatakan adanya alat
yang digunakan (Saya mengetik dengan komputer.),
beberapa pelaku yang mengambil bagian pada
peristiwa yang sama (Peneliti itu sedang bercakap-
cakap dengan respondennya.), sesuatu yang
menyertai sesuatu yang lain (Ujian akhir semester
berlangsung dengan tertib.), membentuk kata
berpasangan (berbeda dengan, berkenaan dengan,
bersamaan dengan, bertentangan dengan,
bertepatan dengan, sehubungan dengan, sesuai
dengan).
• Kata depan di dan ke harus diikuti oleh tempat, arah,
dan waktu.
• Kata kepada harus diikuti oleh nama/jabatan orang
atau kata ganti orang.

82
Bahasa Indonesia 2014

D. Syarat Memilih Kata yang Benar


Ada 6 syarat memilih kata yang benar, yaitu:

1. dapat membedakan kata-kata yang mirip ejaannya;

2. kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan


secara idiomatik;

3. dapat menggunakan kata/ungkapan penghubung;

4. dapat menggunakan kata tanya;

5. dapat menggunakan bentuk ulang yang menyatakan banyak


dan kata yang bermakna banyak;

6. jangan selalu memilih kata yang panjang jika ada


padanannya yang lebih ringkas

Contoh: mengadakan penelitian ><meneliti

mengajukan saran ><menyarankan

melakukan kunjungan ><berkunjung

meninggalkan kesan yang mendalam


><mengesankan

mengeluarkan pemberitahuan>< memberitahukan

Jika kata benda atau kata kerja sudah dapat menjelaskan


maksud, tidak perlu ditambah pewatas yang sebenarnya
tidak memperjelas keterangan.

Contoh: cukup memuaskan, relatif lebih murah

Sama sekali belum makan

Sedikit banyak mempengaruhi

83
Bahasa Indonesia 2014

Referensi
Finoza, Lamuddin. 2003. Komposisi Bahasa Indonesia untuk
Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan
Mulia.
Hs., Widjono dan Sintowati Rini Utami. 2003. Bahasa Indonesia:
Materi Ajar MPK di PT. Jakarta: FIS UNJ.
Hs., Widjono. 2005. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
Jakarta: Grasindo.
Sugondo, Dendy. 1989. Berbahasa Indonesia dengan Benar.
Jakarta: PT Priastu.
---------. 2004. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Edisi Revisi.
Jakarta: Puspa Swara.
Tasai, Amran. 2000. Cermat Berbahasa Indonesia di Perguruan
Tinggi. Jakarta: MSP.
Tim Penulis Bahasa Indonesia UT-ASMI. 2002. Buku Materi
Pokok Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.

Soal Latihan

Perbaikilah diksi pada kalimat-kalimat berikut.

1. Setiap orang pasti akan mengalami masa remaja, di mana


pada masa itu kita mengalami masa peralihan antara masa
kanak-kanak ke masa dewasa.

84
Bahasa Indonesia 2014

2. Mengingat betapa besar peranan jantung dimainkan dalam


kehidupan Anda, maka sudah selayaknya apabila Anda
memahami cara memeliharanya.

3. Meteorologi maksudnya, yaitu ilmu yang mempelajari tentang


aliran panas, materi, dan momentum dalam keadaan ideal
pada suatu saat tertentu di atmosfer (atau sekurang-
kurangnya sampai batas tropopause).

4. Barang siapa menjual, atau menawarkan, atau menyerahkan


barang makanan, atau minuman, atau obat-obatan yang
diketahui bahwa itu palsu, dan menyembunyikan hal itu
diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun.

5. Aksioma yakni kenyataan yang sudah diterima


kebenarannya dengan tidak perlu dibuktikan atau
diterangkan lagi.

6. Seorang pemimpin perlu berdialog langsung dengan


bawahannya demi untuk pemeliharaan semangat kerja.

7. Salah satu cara pencegahan penyakit demam berdarah yaitu


abatisasi masal.

8. Dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat, kita


memerlukan sarana, ialah tenaga penyuluh kesehatan, balai
pengobatan, obat-obatan yang memadai, dan dana.

9. Di dalam pengembangan sepakbola kita harus


memperhatikan sarana, adalah mencari bibit yang unggul,
pelatih yang berbobot, dan dana yang cukup.

85
Bahasa Indonesia 2014

10. Adalah merupakan tugas kita bersama untuk menjaga


kebersihan dan ketertiban.

11. Sesuai pada peraturan yang berlaku si peminjam harus


menaati persyaratan peminjaman di Bank Indonesia.

12. Mengenai orang yang mengajukan permintaan kredit harus


ada di Jakarta.

13. Baik pemilik industri ataupun masyarakat luas harus


membantu mengatasi pencemaran lingkungan.

14. Di dalam masyarakat timbul kesenjangan antara masyarakat


yang berpenghasilan rendah dengan masyarakat yang
berpenghasilan tinggi.

15. Dalam kesempatan ini kita akan membicarakan tentang


peningkatan produksi dalam negeri.

16. Pengusaha putra Indonesia maupun pengusaha asing harus


membantu usaha pemerintah dalam meningkatkan ekspor
nonmigas.

17. Pengembangan industri yang baik memerlukan sarana,


seperti perencanaan yang matang, tenaga yang terlatih,
dana yang memadai, dan sebagainya.

18. Bank Indonesia tidak menolak permintaan kredit melainkan


menunda permintaan itu sampai keadaan ekonomi membaik.

86
Bahasa Indonesia 2014

19. Rapat pimpinan menyimpulkan kesimpulan bahwa kita harus


memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-
baiknya.

20. Oleh karenanya maka industri pakaian, misalnya, harus


memproduksi pakaian-pakaian yang terjangkau masyarakat
kecil.

87
Bahasa Indonesia 2014

BAB V

KALIMAT EFEKTIF
Asisda Wahyu P., M.Hum.

Indikator Pembelajaran

Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami serta


mengaplikasikan dalam membuat kalimat efektif.

A. Pengertian

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran


atau gagasan penulisnya secara tepat sehingga pembaca dapat
memahaminya dengan jelas dan lengkap tanpa menimbulkan
salah penafsiran atau ambiguitas. Terdapat empat syarat kalimat
efektif, yaitu kesatuan/kepaduan, kesejajaran, kehematan, dan
kelogisan.

B. Ciri Kalimat Efektif

Terdapat empat syarat sebuah kalimat dikatakan efektif.


Keempat syarat tersebut dapat dilihat pada uraian berikut.

1. Kesatuan/kepaduan
Prinsip kesatuan atau kepaduan berkaitan dengan
terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Jadi, sebuah
kalimat hanya menyampaikan satu ide, gagasan, atau
pembahasan. Hal ini berkaitan dengan keselarasan fungsi-fungsi
dalam kalimat, yaitu fungsi S-P-O-K. Dengan demikian, terjadilah

88
Bahasa Indonesia 2014

hubungan yang padu di antara unsur-unsur pembentuk kalimat


dan fungsi-fungsinya. Yang termasuk dalam unsur-unsur
pembentuk kalimat adalah kata, frasa, klausa serta tanda baca.
Perhatikan contoh kalimat berikut:
a. Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas
politik.
b. Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan
memberikan pengarahan kepada pegawai baru.
c. Mereka mendiskusikan tentang keselamatan kerja.
d. Meskipun usahanya baru berdiri, tetapi produksinya banyak
dibutuhkan orang.
Secara sekilas kalimat-kalimat tersebut seperti tidak
memiliki kesalahan. Namun, jika dicermati terdapat kesalahan-
kesalahan mendasar pada kalimat-kalimat tersebut. Pada
kalimat (a) kesalahan terdapat pada bentuk fungsi kalimat yang
tidak tepat. Kata dalam menyebabkan fungsi subjek dalam
kalimat tersebut menjadi hilang. Konjungsi tidak dapat diletakkan
di awal kalimat kecuali berbentuk frasa keterangan. Jadi, kalimat
(a) yang benar menjadi: Pembangunan sangat berkaitan
dengan stabilitas politik.
Kalimat (b) berbeda kasusnya dengan kalimat (a). Coba
Anda perhatikan apa kesalahannya? Ya, jika Anda cermati
dalam kalimat (b) tidak jelas siapa yang akan memberikan
pengarahan. Hal ini berkaitan dengan ketiadaan tanda koma (,)
sebagai jedanya. Jika tanda koma dilengkapi pada kalimat
tersebut, maka terdapat dua alternatif jawaban yang dapat
diberikan sebagai berikut.

89
Bahasa Indonesia 2014

b.1. Berdasarkan agenda, sekretaris manajer personalia akan


memberikan pengarahan kepada pegawai baru.
b.2 Berdasarkan agenda sekretaris, manajer personalia akan
memberikan pengarahan kepada pegawai baru.
Kalimat (c) kesalahan yang terjadi berkaitan dengan
struktur fungsi di dalam kalimat. Jika Anda cermati bentuk
kalimat tersebut merupakan kalimat aktif transitif yang
membutuhkan objek. Sementara salah satu ciri dari objek adalah
tidak boleh didahului oleh konjungsi atau preposisi. Konjungsi
atau preposisi menyebabkan objek berubah bentuk menjadi
pelengkap atau keterangan. Kalimat yang benar: Mereka
mendiskusikan keselamatan kerja.
Bagaimana dengan kalimat (d)? Kesalahan kalimat (d)
terletak pada adanya konjungsi ganda yang menyebabkan
kalimat tersebut tidak jelas mana inti kalimatnya. Kalimat yang
benar adalah:
d.1 Meskipun usahanya baru berdiri, produksinya banyak
dibutuhkan orang.
d.2 Usahanya baru berdiri, tetapi produksinya banyak
dibutuhkan orang.
2. Kesejajaran
Prinsip kesejajaran berkaitan erat dengan terdapatnya
unsur-unsur yang sama derajatnya, baik itu berbentuk pola
susunan kata maupun bentuk kalimat yang dipakai. Contoh:
a. Tahapan pengumpulan data dan membahas data adalah hal
utama dalam penelitian.
b. Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, membuat
katalog, dan buku-buku diberi label.

90
Bahasa Indonesia 2014

Jika mengikuti prinsip keparalelan atau kesejajaran,


ketiga kalimat di atas tidak benar atau salah. Kesalahan yang
terjadi berkaitan dengan ketiadaan pola atau bentuk yang sejajar
di dalam sebuah kalimat. Misalnya, pada kalimat (a) dan (b).
Ketidaktepatan kalimat itu terletak kepada adanya dua imbuhan
berbeda yang digunakan secara bersamaan, yaitu pe- pada
pengumpulan dan me- pada membahas. Kalimat yang benar
dapat berbentuk dua seperti di kalimat berikut ini.
a.1 Tahapan pengumpulan data dan pembahasan data adalah
hal utama dalam penelitian.
a.2 Tahapan mengumpulkan data dan membahas data adalah
hal utama dalam penelitian.
b.1 Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku,
pembuatan katalog, dan pelabelan buku-buku.
b.2 Kegiatan di perpustakaan meliputi membeli buku, membuat
katalog, dan melabeli buku-buku.

3. Kehematan
Prinsip kehematan berkaitan dengan upaya menghindari
penggunaan kata yang mubazir atau tidak perlu pemakaiannya.
Hal ini berkaitan dengan adanya kesamaan makna. Dalam
bentuk yang umum penggunaan kata-kata seperti adalah-
merupakan, agar-supaya, seperti-misalnya, sangat-sekali, demi-
untuk, hanya-saja memiliki makna yang sama, sehingga harus
dipilih salah satu saja dalam pemakaiannya. Kecuali
penggunaan adalah merupakan untuk menyatakan konsep atau
teori terdapat aturan sendiri.

91
Bahasa Indonesia 2014

Prinsip ini juga berkaitan dengan bagaimana kita


mengungkapkan sesuatu menggunakan bentuk yang lebih
singkat daripada bentuk yang panjang. Kata-kata seperti data-
data, memberi peringatan, memberi rekomendasi, mengambil
tindakan, mempunyai hak, diberi hukuman, dan diberi biaya.
Bentuk kata dan frasa tersebut akan lebih baik jika diungkapkan
menjadi data, memperingatkan, merekomendasikan, menindak,
berhak, dihukum, dan dibiayai.
Dalam praktiknya bentuk kehematan ini berhubungan
pula dengan bagaimana menyusun kalimat dengan benar,
seperti menghindari (a) perulangan subjek yang sama, (b)
penggunaan hiponim, dan (c) pemakaian konjungsi yang tidak
tepat. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
a. Penelitian ini terpaksa ditunda setelah kami mengetahui data
yang salah.
b. Warna kuning dan warna hijau adalah warna yang memiliki
kandungan unsur tertentu dalam sebuah partikel.
c. Data dari perusahaan itu berjumlah 52 lembar.
Kalimat a di dalamnya terdapat kesalahan, yaitu
mengulang subjek yang sama. Jika kita cermati kata kami tidak
perlu disebutkan lagi karena menjadikan subjek kalimat tersebut
menjadi ganda. Kalimat b di dalamnya terdapat penggunaan
hiponim. Dalam ilmu bahasa ada kata yang merupakan bawahan
makna kata atau ungkapan yang lebih tinggi. Di dalam makna
kata tersebut telah terkandung makna dasar dari kelompok
makna kata yang bersangkutan. Misalnya, kata warna dalam
kalimat tersebut tidak perlu disebutkan lagi. Kalimat c berkaitan
dengan pemakaian konjungsi yang tidak tepat, baik itu pilihan

92
Bahasa Indonesia 2014

kata maupun maknanya. Kata dari menyatakan makna asal.


Kata dari tidak perlu disebutkan lagi karena maknanya sudah
terdapat di dalam kalimat tersebut. Kalimat yang benar menjadi:
a. Penelitian ini terpaksa ditunda setelah mengetahui data yang
salah.
b. Kuning dan hijau adalah warna yang memiliki kandungan
unsur tertentu dalam sebuah partikel.
c. Data perusahaan itu berjumlah 52 lembar.
4. Kelogisan
Prinsip kelogisan berkaitan dengan makna kalimat yang
logis atau masuk akal. Sebuah kalimat tidak hanya benar secara
struktur, tetapi juga harus jelas secara makna. Kebenaran
struktur dan kejelasan makna adalah inti dari prinsip kelogisan.
Kalimat-kalimat berikut ini bermasalah dengan kelogisan.
Contoh:
a. Kepada Bapak dekan, waktu dan tempat kami persilakan.
b. Buku itu membahas krisis ekonomi global saat ini.
Bentuk-bentuk kalimat tersebut memiliki ketidaklogisan
yang berkaitan dengan makna, subjek atau pelaku, dan urutan.
Kalimat a sering kita temukan dalam kegiatan yang bersifat
formal, misalnya seminar dan diskusi. Pengungkapan yang baik
itu ternyata tidak sesuai dengan penggunaan bahasanya. Waktu
dan tempat tidak dapat dipersilakan. Jadi, penggunaan bentuk
lugas lebih baik untuk digunakan. Kalimat tersebut menjadi:
Kepada Bapak dekan, kami persilakan.
Kalimat b berbeda kasusnya. Dalam kalimat ini terdapat
ketidaklogisan subjek dengan kegiatannya. Sebuah buku tidak
mungkin dapat membahas apa pun. Yang dapat membahas

93
Bahasa Indonesia 2014

pastilah penulisnya. Unsur penulis inilah yang hilang sehingga


menyebabkan kalimat tersebut menjadi tidak logis. Jadi, kalimat
yang benar dapat dinyatakan sebagai berikut.
b.1. Penulis buku itu membahas krisis ekonomi global saat ini.
b.2. Buku itu berisi pembahasan krisi ekonomi global saat ini.

Selain keempat syarat tersebut, sebuah kalimat


dikatakan efektif jika juga memenuhi syarat ke 5dan ke 6 berikut.
5. Kecermatan
Prinsip kecermatan berkaitan dengan ketepatan
menggunakan imbuhan. Perhatikan bagan berikut ini.

PROSES IMBUHAN ME-

Contoh kata
Jenis Bunyi Proses
Kata dasar Hasil
Vokal a,o,u,e, ditambah ambil mengambil
i /ng/ obrol mengobrol
ulang mengulang
eram mengeram(i)
injak menginjak
ditambah bom mengebom
/nge/ cat mengecat
tik mengetik
Konsonan b,f,v ditambah beli membeli
/m/ buat membuat
fitnah memfitnah
veto memveto
p /p/-->/m/ pilih memilih

94
Bahasa Indonesia 2014

potong memotong
mempromosi(kan)
promosi *
d,c,j ditambah /n/ dengar mendengar
didik mendidik
cari mencari
curi mencuri
jual menjual
jaga menjaga
t /t/-->/n/ tari menari
tulis menulis
tradisi mentradisi*
s /s/-->/ny/ simpan menyimpan
suruh menyuruh
sosial mensosial(isasi)*
g,h ditambah gambar menggambar
/ng/ ganggu mengganggu
hapus menghapus
hukum menghukum
k /k/-->/ng/ kirim mengirim
kubur mengubur
m makan memakan
minum meminum
n naik menaik(i)
tidak ada nama menama(i)
perubahan nanti menanti(kan)
ng nganga menganga
ny nyanyi menyanyi
y yakin menyakin(kan)

95
Bahasa Indonesia 2014

l lihat melihat
w warna mewarna(i)
r rasa merasa

6. Penekanan
Penekanan yaitu upaya pemberian penekanan,
pementingan, atau pemusatan perhatian pada salah satu unsur
atau bagian kalimat agar mendapat perhatian dari pendengar
atau pembaca. Cara-cara penekanan:
a. Pemindahan letak topik bahasan
Contoh:
o Ir. Ciputra berpendapat, salah satu indikator yang
menunjukkan tidak majunya perekonomian Indonesia
adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai
negeri dan pengusaha.
o Salah satu indikator yang menunjukkan tidak majunya
perekonomian Indonesia, menurut pendapat Ir. Ciputra
adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai
negeri dan pengusaha.
o Rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai negeri
dan pengusaha adalah salah satu indikator yang
menunjukkan tidak majunya perekonomian Indonesia.
Demikian pendapat Ir. Ciputra.
b. Mengulang kata-kata yang sama
Pengulangan kadang-kadang diperlukan dengan maksud
memberi penegasan pada bagian ujaran yang dianggap
penting.

96
Bahasa Indonesia 2014

Contoh: Dalam pembiayaan harus ada keseimbangan


antara pemerintah dan swasta, keseimbangan
domestik luar negeri, keseimbangan perbankan,
dan keseimbangan lembaga keuangan nonbank.

c. Penegasan dengan partikel


Partikel penegas, antara lain: yang, lah-yang, dan pun-lah.
• Partikel yang ditempatkan di antara S-P adalah yang.
Contoh: Faktor cuaca yang menghambat penelitian ini.
Partikel X itulah yang dicurigai sebagai
penyebab tumor.
• Partikel lah-yang digunakan di antara S-P lebih tegas
maknanya daripada yang.
Contoh: Penelitilah yang menentukkan variabel yang
diteliti.
Hama itulah yang dibasmi.

• Partikel yang, lah-yang, biasanya diikuti kata bukan.


Penelitilah yang menentukan daftar pertanyaan, bukan
responden.
Komponen syaraf x yang rusak, bukan syaraf y.
• Partikel pun-lah. Partikel pun di antara S-P, sedangkan
lah dirangkaikan pada P yang berupa kata kerja transitif.
Contoh: Penjahat itu pun keluarlah dari
persembunyiannya.
Mereka pun berangkatlah dengan segera.
d. Penegasan dengan kata keterangan

97
Bahasa Indonesia 2014

Keterangan penegas yang lazim digunakan untuk memberi


penegasan adalah kata memang. Kata memang dapat
memberi penegasan pada S atau P.
Contoh: Memang hasil penelitian tersebut belum lengkap.
Penelitian ini memang belum terbukti secara
menyeluruh.
Pemberian keterangan penegas ini dapat pula dilakukan
dalam bentuk anak kalimat yang diawali konjungsi, seperti
apalagi, lagipula, bahkan, dan lebih-lebih lagi.
Contoh:
1) Mencari pekerjaan di Jakarta tidak semudah yang
dibayangkan apalagi kalau tidak punya koneksi.
2) Lebih baik uang ini dipakai dulu untuk membeli beras
daripada untuk membayar listrik, lagipula sekarang baru
tanggal sepuluh.
e. Penegasan dengan kontras makna
Penegasan dengan kontras makna dilakukan terhadap KM
Setara. Makna klausa pertama terasa lebih tegas karena
dikontraskan atau dipertentangkan dengan makna pada
klausa kedua.
Contoh: Rata-rata penduduk di Singapura itu kaya raya
padahal wilayah mereka lebih kecil daripada
Indonesia.
f. Penegasan dengan bentuk pasif
Penegasan ini digunakan untuk menegaskan peranan
objeknya.
Contoh: Jurnal dibaca pimpinan. (Pimpinan membaca
jurnal.)

98
Bahasa Indonesia 2014

Bangunan itu dieksekusi pihak pengadilan tadi pagi.


g. Penegasan dengan pemindahan unsur
1) Pemindahan predikat
Jika tekanan sebuah kalimat ingin diberikan pada unsur
predikat, maka unsur predikat harus ditempatkan di awal
kalimat dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Jika predikat berupa kata kerja intransitif.
Contoh: →Keluar mereka dari persembunyiannya.
→Berangkat kami pagi-pagi sekali.
→Muncullah dia dengan tiba-tiba.
b) Jika predikat berupa kata kerja transitif maka P+O
nya harus dipindah sekaligus. Jika ditambah partikel
–lah, maka diletakkan di belakang O nya.
Contoh: Mengirim suratlah dia kepada atasannya.
Minum susulah anak itu dengan lahabnya.
c) Jika P berupa kata sifat atau frasa sifat, maka P
dipindah ke bagian awal.
Contoh: Kecil sekali perusahaan itu.
Sangat senang ia setelah presentasi itu.
d) Jika P berupa kata benda, maka P dapat dipindah ke
posisi awal.
Contoh: Pegawai negeri ayahku.
Dokter bedah orang itu.
e) Jika P berupa kata bilangan atau frasa numeralia, P
dapat dipindah ke posisi awal.
Contoh: Satu juta rupiah utangku.
Lima ekor kambingnya.
Satu miliar rupiah hadiahnya.

99
Bahasa Indonesia 2014

f) Frasa preposisi tidak dapat digunakan di posisi awal.


Contoh: Ke Bandung ayahnya.
Di kantor dia.
Dari luar negeri barang itu.

2) Pemindahan objek
Objek sebuah kalimat aktif transitif dapat dipindahkan ke
posisi awal jika bentuk kalimatnya berupa kalimat pasif.
Contoh: Oleh pers masalah itu terlalu dibesar-besarkan
sehingga timbul keresahan dalam masyarakat.

Oleh perusahaan dia diizinkan untuk


melanjutkan pendidikannya.

3) Pemindahan keterangan
Contoh: Tadi pagi mereka kuliah Bahasa Indonesia.
Dengan sungguh-sungguh ia melaksanakan
tugas itu.

Soal latihan

1. Penelitian ini menggunakan variabel x jika variabel y telah


ditemukan.
2. Perkebunan karet itu disadap setiap empat tahun sekali.
3. Reboisasi adalah merupakan proses penghijauan kembali
lahan gundul.
4. Penelitian ini menelan biaya sangat besar sekali.

100
Bahasa Indonesia 2014

5. Pengambilan data di lapangan harus dilaksanakan agar


supaya hasil yang dicapai dapat maksimal.
6. Menjaga pola makan perlu dilakukan secara konsisten demi
untuk hasil terbaik.
7. Produk ekspor Indonesia yang menguntungkan seperti
misalnya minyak, kelapa sawit, dan rotan.
8. Rata-rata kenaikan ekspor hanya berkisar 3% saja.
9. Data-data itu dikumpulkan selama dua bulan.
10. Dia diberi peringatan untuk segera menyelesaikan laporan.
11. Mahasiswa itu diberi rekomendasi oleh dekan sebagai
penerima beasiswa.
12. Rakyat mempunyai hak untuk hidup berkecukupan.
13. Kepada Bapak dekan, waktu dan tempat kami persilakan
14. Dengan mengucap syukur kepada Tuhan, selesailah
makalah ini tepat waktu.
15. Uang itu terdiri atas pecahan ribuan, ratusan, sepuluh ribuan,
lima puluh ribuan, dua puluh ribuan.
16. Menurut seorang ahli ekonomi mengatakan bahwa Indonesia
akan berubah.
17. Di kampus ini mendasarkan kepada peraturan akademik
yang berlaku.
18. Ia sedang menginventarisir barang-barang itu.
19. Meski masyarakat sudah menyadari bahaya membuang
sampah sembarangan, tetapi pemerintah kota Jakarta tidak
pernah bosan mengingatkannya.
20. Demikian diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Anggito Abimanyu di Jakarta,

101
Bahasa Indonesia 2014

kemarin, menanggapi kritik dan keraguan berbagai kalangan


akan efektifitas sembilan kebijakan fiskal yang baru.
21. Terkait depresiasi nilai tukar rupiah, pemerintah akan
menghapus bea ekspor bahan mineral mentah.
22. Langkah pengembangan areal perkebunan segera
dilakukan, tapi wilayah mana yang akan dikembangkan lebih
dahulu masih dibicarakan.
23. Revisi ini disebabkan perkiraan adanya kenaikan angka
pengangguran dan inflasi.
24. Lonjakan harga bahan pokok tak hanya disebabkan lonjakan
harga minyak mentah dunia, melainkan juga faktor harga
pangan.
25. Saat ini, masing-masing negara berperan sebagai rekanan
dagang terbesar kedua, setelah Amerika Serikat.
26. Sesuai ketentuan adat, jika terjadi perbedaan pendapat
dapat diselesaikan melalui musyawarah.
27. Sejumlah komitmen Indonesia dalam mitigasi a.l. yaitu
gerakan rehabilitasi lahan dan konservasi air.
28. Kenaikan harga BBM berada pada kisaran antara 14,6%
hingga 21,7%.
29. Dampak krisis energi tak hanya melanda Eropa tapi juga
Asia.
30. Kendati bulutangkis menjadi prioritas, bukan berarti cabang
lain diabaikan.
31. KPK menyatakan saat ini kasus tersebut tengah dalam
pemeriksaan awal.
32. Menyimak pernyataan itu, patut dicurigai bahwa pemerintah
akan segera menaikkan harga BBM.

102
Bahasa Indonesia 2014

33. Berpijak dari kemenangan itu, pemerintah bermaksud


mengubah UU penanaman modal asing.
34. Tidak hanya itu, diperkirakan ribuan pengungsi Suriah akan
memasuki Turki hari ini.
35. Kerja sama ini berdasarkan kontrak No.
012/LN/Depkes/RSPAD/AD tertanggal 11 Mei 2011.
36. Mencari peruntungan nasib di Jakarta, berbekal info
lowongan di surat kabar, akhirnya dia diterima bekerja
sebagai staf di kedutaan Pakistan.
37. Rencana pembangunan gedung itu tertunda seiring belum
diperolehnya izin dari pemkot.
38. Pemerintah menghimbau masyarakat beralih menggunakan
pertamax.
39. Bangunan itu disegel setelah perusahaan itu gagal melunasi
tagihan sesuai tenggat batas waktu.
40. Sebuah penelitian tidak boleh bersifat sujektif, namun harus
objektif.

103
Bahasa Indonesia 2014

BAB VI

PARAGRAF
Fitriyanti Wulandari, M.Pd.

Indikator Pembelajaran

Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pengertian


paragraf; mengaplikasikan syarat-syarat paragraf; memahami
pikiran utama dalam kalimat topik; membedakan berbagai jenis
paragraf; menganalisis paragraf; menggunakan konsep-konsep
paragraf secara cepat; membuat dan mengembangkan paragraf;
melatih keterampilan menyelaraskan penalaran dalam paragraf.

A. Pengantar
Perhatikan bahasa tulis berikut ini.

Seorang mahasiswa membuat fotokopi di salah satu kios di jalan


Margonda, Depok. Setelah fotokopi, dia segera pergi. Namun, di
tengah jalan dia baru sadar bahwa lembaran asli yang difotocopi
tidak ada. Maka, dia segera kembali ke tempat fotokopi, dan
bertanya, “Mas, aslinya mana?”
Apakah
Si tukang fotocopi dengan tegas menyahut, “Tegal”

(Abdul Chaer, “Ketawa


Ketiwi Betawi”)
Apakah bahasa tulis tersebut sudah dapat dikatakan sebagai
paragraf? Ataukah hanya kumpulan kalimat yang memiliki topik?

104
Bahasa Indonesia 2014

Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, pelajarilah materi


berikut ini.

B. Paragraf
Apa itu paragraf? Banyak definisi tentang paragraf yang
dikemukakan oleh para ahli bahasa. Widjono (2012: 222)
menjelaskan bahwa paragraf merupakan satuan bahasa tulis
yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara terpadu,
runtut, logis, dan merupakan kesatuan ide yang tersusun secara
lengkap, dan berstruktur. Struktur dalam konteks ini berupa
struktur paragraf, meliputi kalimat topik, kalimat pendukung 1,
kalimat pendukung 2, kalimat pendukung 3, dan kalimat konklusi.
Dalam paragraf, susunan kalimat terdiri dari satuan informasi
yang di dalamnya terdapat pikiran utama sebagai topik dan
pikiran penjelas sebagai pendukung dan pengendali
pengembangan topik, dan diakhiri dengan kalimat konklusi yang
seterusnya dalam pembahasan ini penulis sebut sebagai kalimat
penegas karena terkait fungsinya untuk menegaskan.
Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan
pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan
atau topik tersebut. Sebuah paragraf biasanya terdiri dari
kumpulan kalimat yang yang berisi kalimat topik atau kalimat
utama dan kalimat penjelas. Bagaimana dengan paragraf yang
hanya terdiri dari satu kalimat? Apakah bisa disebut juga sebagai
paragraf?
Paragraf yang terdiri atas satu kalimat berarti tidak
menunjukkan ketuntasan atau kesempurnaan. Sebagai kesatuan
gagasan suatu bentuk ide yang utuh dan lengkap, paragraf

105
Bahasa Indonesia 2014

hendaknya dibangun dengan sekelompok kalimat yang saling


terkait. Namun, sekalipun tidak sempurna, paragraf yang terdiri
atas satu kalimat ini dapat berfungsi sebagai peralihan
antarparagraf. Jadi, sebuah paragraf dapat terdiri dari sebuah
kalimat, dua buah kalimat, atau lebih dari dua buah kalimat.
Paragraf yang berisi dari banyak kalimat, seluruh kalimatnya
merujuk pada satu gagasan yang sama atau masih berkaitan
dengan gagasan utama.

Contoh paragraf 1

Awal mula kemunculan bahasa alay tak lepas dari perkembangan


SMS atau layanan pesan singkat. Namanya pesan singkat, maka
menulisnya jadi serba singkat, agar pesan yang panjang bisa
terkirim hanya dengan sekali SMS. Selain itu juga, agar tidak
terlalu lama mengetik dengan tombol handphone yang terbatas.
Awalnya memang hanya serba menyingkat. Kemudian huruf-huruf
mulai diganti dengan angka, atau diganti dengan huruf lain yang
jika dibaca kurang lebih menghasilkan bunyi yang mirip.
(Hermawan Kartajaya,
Kompas).
Paragraf ini terdiri dari lima kalimat. Seluruh kalimat
tersebut membahas soal bahasa alay. Oleh sebab itu, contoh
paragraf di atas memiliki topik atau gagasan “kemunculan
bahasa alay” karena pokok permasalahannya adalah mengenai
bahasa alay.
Topik paragraf merupakan pikiran utama di dalam
sebuah paragraf. Seluruh pembicaraan dalam paragraf terpusat

106
Bahasa Indonesia 2014

pada pikiran utama. Pikiran utama itulah yang menjadi topik


persoalan atau pokok pembicaraan. Oleh sebab itu, pikiran
utama ini terkadang sering disebut juga sebagai gagasan pokok
di dalam sebuah paragraf. Niknik (2009: 154) menjelaskan
apabila sebuah paragraf bukan paragraf deskriptif atau naratif,
unsur paragraf itu berupa:
1. kalimat topik atau kalimat utama
2. kalimat pengembang atau kalimat penjelas
3. kalimat penegas
4. kalimat, klausa, prosa, dan penghubung.

Widjono (2012: 222) dalam hal ini juga memberikan


beberapa cirri paragraf, di antaranya:
1. Kalimat pertama bertakuk ke dalam lima ketukan spasi untuk
jenis karangan biasa, misalnya surat, dan delapan ketukan
untuk jenis karangan ilmiah formal, misalnya makalah,
skripsi, tesis, dan disertasi. Karangan yang berbentuk lurus
dan tidak bertakuk (Block Style) ditandai dengan jarak spasi
merenggang, satu spasi lebih banyak daripada jarak
antarbaris lainnya.
2. Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang
dinyatakan dalam kalimat topik. Kalimat topik dapat
ditempatkan pada posisi awal, tengah, dan akhir.
3. Paragraf hanya berisi satu kalimat topik. Kalimat topik yang
terdapat pada posisi awal dan akhir itu berisi gagasan yang
sama. Kalimat topik pada akhir paragraf menegaskan
gagasan kalimat topik pada posisi awal. Paragraf dengan

107
Bahasa Indonesia 2014

dua kalimat topik itu dilakukan pada paragraf dengan jumlah


kalimat banyak, misal, 6 s.d. 10 buah kalimat.
Sebuah paragraf dapat ditandai dengan memulai kalimat
pertama agak menjorok ke dalam, kira-kira lima ketukan mesin
tik atau kurang lebih 2 sentimeter. Selain itu, penulis juga dapat
menambahkan jarak agak renggang dari parangraf sebelumnya.
Dengan tanda ini, diharapkan dapat melihat awal paragraf
dengan mudah, sebab awal paragraf ditandai dengan kalimat
awal yang tidak diletakkan sejajar dengan garis margin atau
garis pias kiri (Zaenal dan Amran, 2012: 162).
Dalam sebuah bahasa tulis yang utuh, paragraf juga
memiliki fungsi, yakni:
1. untuk menandai pembukaan atau gagasan baru;
2. mengekspresikan gagasan tertulis ke dalam serangkaian
kalimat yang tersusun secara logis dan terstruktur;
3. menandai peralihan gagasan baru;
4. sebagai pengembang lebih lanjut tentang ide sebelumnya;
5. sebagai penegasan terhadap gagasan yang diungkapkan
terlebih dahulu.

C. Kalimat Topik dalam Paragraf


Kalimat topik merupakan bentuk pengekspresian sebuah
gagasan atau pikiran utama. Dalam sebuah paragraf, pikiran
utama atau gagasan topik berfungsi sebagai pengikat
keseluruhan paragraf. Saat menentukan pikiran utama yang
diekspresikan dalam kalimat utama, penulis akan terikat pada
pikiran tersebut sampai akhir paragraf (Widjono, 2012: 224).
Akan tetapi, tidak semua paragraf menggunakan kalimat topik.

108
Bahasa Indonesia 2014

Paragraf naratif dan deskriptif menggunakan kalimat yang sama


kedudukannya sehingga tidak ada kalimat yang diutamakan.
Oleh sebab itu, kedua paragraf ini dapat disebut sebagai
paragraf tanpa kalimat topik atau paragraf yang seluruh
kalimatnya merupakan kalimat topik.

Perhatikan contoh paragraf narasi berikut.

Rektor suatu perguruan tinggi swasta di Jakarta pada


suatu hari kehilangan tas yang diletakkan di dalam mobil yang
diparkir di pinggir jalan dan ditinggal pergi. Lalu, rektor
meminta tolong salah seorang pembantu rektor (PuRek) untuk
melaporkannya ke polisi.

Sewaktu melapor ke kantor polisi, petugas yang


menerima laporan itu bertanya, “Saudara sendiri siapa?”

“Saya pembantu rektor, “(Dia tidak menyebut Purek)

Kontan petugas itu gusar dan berkata dengan suara


agak tinggi.

“Sebagai pembantu rektor kerja kamu bagaimana sih,


sampai tas Pak rektor bisa hilang?”

(Abdul Chaer, “Ketawa Ketiwi Betawi”)

Paragraf tersebut tidak menunjukkan adanya kalimat topik.


Namun, keberadaan gagasan atau pikiran utama dapat
dirasakan oleh pembaca, yakni mengenai “seseorang yang

109
Bahasa Indonesia 2014

kehilangan tas”. Gagasan atau pikiran utama dalam konteks ini


merupakan ide dari suatu pikiran dan perasaan yang dituangkan
dalam bentuk rangkaian kalimat yang terstruktur.
Mengingat salah satu ciri paragraf, yakni memiliki kalimat
topik atau kalimat utama, paragraf terbagi menjadi empat
berdasarkan letak kalimat topik.

1. Kalimat topik pada awal paragraf


Paragraf yang letak kalimat topiknya berada di awal
disebut paragraf deduktif. Sifat yang ditemukan dalam paragraf
bentuk ini adalah umum-khusus. Perhatikan contoh paragraf
berikut.

Influenza merupakan penyakit infeksi yang menyerang


saluran pernapasan bagian atas. Infeksi tersebut disebabkan
oleh virus parainfluenza yang menyebar melalui udara dan cairan
yang keluar dari hidung dan mulut penderita. Infeksi yang terjadi
dalam tubuh akan menimbulkan gejala dalam waktu 48 jam.
Umumnya gejala itu, antara lain, berupa demam, sakit kepala,
nyeri otot, dan sakit tenggorok.

Kalimat di awal paragraf merupakan kalimat topik yang


bersifat umum. Sifat umum dalam kalimat ini didasarkan pada
proses penalaran untuk menarik kesimpulan yang berupa
prinsip/sikap yang bersifat khusus berdasarkan fakta-fakta yang
bersifat umum.

110
Bahasa Indonesia 2014

2. Kalimat topik pada akhir paragraf

Pada Selasa sore itu di Stadion Gajayana, Malang ribuan


Ngalamania, suporter Persema, terlihat sangat bernafsu ingin
melihat timnya meraih kemenangan. Sementara itu, di tempat yang
sama Aremania, pendukung setia Arema, tampak percaya diri tim
kebanggaannya tidak bakal kalah. Masyarakat Malang pada hari
itu benar-benar terbelah ketika Persema dan Arema harus
saling “membunuh” dalam lanjutan Liga Super Indonesia.

Kalimat topik pada paragraf tersebut terletak di akhir


yang dapat disebut dengan paragraf induktif. Paragraf bentuk ini
memiliki sifat khusus-umum yang didasarkanpada proses
penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip/sikap yang
bersifat umum berdasarkan pada fakta-fakta yang bersifat
khusus.

3. Kalimat topik pada awal dan akhir paragraf


Pada hakikatnya, paragraf hanya memiliki satu kalimat
topik. Penempatan kalimat topik yang kedua berfungsi untuk
menegaskan kembali pikiran utama paragraf tersebut. Namun,
penempatan kalimat topik di awal dan akhir paragraf
berpengaruh pada proses penalaran. Kalimat topik pada awal
paragraf menimbulkan sifat deduktif, sedangkan pada akhir
menjadikan paragraf bersifat induktif, sehingga kalimat topik
yang berada di awal dan akhir paragraf menjadikan paragraf
bersifat deduktif-induktif.

111
Bahasa Indonesia 2014

Contoh paragraf

Untuk menjamin peluang kerja bagi tenaga lokal di negeri


sendiri, penggunaan jasa tenaga asing perlu dibatasi.
Penggunaannya harus dibatasi pada sektor lapangan kerja yang
benar-benar memerlukan keahlian langka. Beberapa sektor
khusus di bidang teknologi, kedokteran, atau pertambangan
mungkin masih memerlukan tenaga ahli asing. Namun, bidang
kerja yang jenis keahliannya dikuasai banyak tenaga lokal jelas
tidak perlu diisi tenaga asing. Sektor umum di bidang pertanian,
manufaktur, atau transportasi tidak perlu menghadirkan tenaga
asing. Pembatasan pemakaian jasa tenaga asing itu perlu
dilakukan agar kesempatan kerja bagi tenaga lokal di tanah
airnya sendiri dapat terlindungi.

Paragraf tersebut diawali dengan kalimat topik dan


diakhiri dengan kalimat topik. Kedua kalimat topik tersebut berisi
pikiran utama yang sama.

Pikiran utama : pembatasan tenaga asing memberikan


peluang kerja bagi tenaga lokal
Pikiran penjelas : 1) keahlian pada tiap sector lapangan kerja
2) perlunya tenaga asing pada beberapa
sektor
3) pengutamaan tenaga lokal dibandingkan
tenaga asing
4) sektor umum dikelola tenaga lokal

112
Bahasa Indonesia 2014

Pikiran utama : peluang kerja tenaga lokal dengan membatasi


tenaga asing
Penalaran : deduktif-induktif

4. Kalimat topik pada pertengahan paragraf


Paragraf dengan kalimat topik berada di tengah, berarti
diawali dengan kalimat penjelas dan diakhiri pula dengan kalimat
penjelas. Penalaran ini menggunakan pola penalaran induktif-
deduktif
Contoh paragraf

Apabila Anda berkunjung ke Kartasura, jangan lupa singgah di


rumah makan Mbah Semar. Di situ Anda akan menemukan
hidangan garang asem yang rasanya “maut”. Garang asem rumah
makan Mbah Semar benar-benar menawarkan rasa yang
sangat khas. Daging ayam kampung yang empuk terendam dalam
kuah santan yang disisipi rasa pedas cabe rawit serta rasa asam
belimbing wuluh dan tomat hijau. Kuah itu terasa sangat gurih
karena sebelum dibungkus daun pisang dan dikukus, garang asem
disiram isi telur ayam. Kuah yang tercampur putih dan kuning telur
menjadi kental dan terasa makin gurih.

Paragraf tersebut disusun dengan urutan kalimat 1 sampai


dengan 3 menuju penalaran induktif (dari khusus ke umum) dan
dari 3 sampai dengan 6 menuju penalaran deduktif (dari umum
ke khusus). Penalaran keseluruhannya induktif-deduktif.
Gagasan yang disajikan dalam paragraf tersebut adalah:

113
Bahasa Indonesia 2014

Pikiran penjelas : 1) berkunjung ke rumah makan mbah Semar


di Kartasura
2) hidangan Garang Asem
Pikiran utama : rasa khas dari hidangan Garang Asem
Pikiran penjelas : 1) unsur makanan yang terdapat pada
hidangan Garang Asem
2) cara penyajian hidangan Garang Asem
3) rasa gurih tercipta dari kuah Garang
Asem
Penalaran : induktif-deduktif

D. Syarat Paragraf yang Baik


1. Kesatuan paragraf
Paragraf yang baik harus memenuhi syarat kesatuan,
kepaduan, dan kelengkapan. Kesatuan yang dimaksud dalam
konteks ini adalah tiap paragraf hanya mengandung satu pikiran
utama yang diwujudkan dalam kalimat topik.
Untuk dapat membuat kalimat topik, terlebih dahulu
kenali ciri-cirinya, yakni kalimat yang dibuat harus mengandung
permasalahan yang berpotensi untuk dapat diuraikan lebih
lanjut. Ciri lainnya yaitu kalimat topik dapat dibuat lengkap dan
berdiri sendiri tanpa memerlukan kata penghubung, baik kata
penghubung antarkalimat maupun kata penghubung intrakalimat.

114
Bahasa Indonesia 2014

Contoh paragraf A

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk


mencegah penyebaran demam berdarah. Salah satu
caranya adalah memberantas tempat berkembang biak
nyamuk demam berdarah. Seperti kita ketahui bersama,
nyamuk demam berdarah biasanya berkembang biak di air
yang menggenang. Oleh karena itu, benda-benda yang dapat
menampung air harus dikubur dalam tanah, bak-bak
penampung air harus ditutup rapat, dan selokan-selokan yang
mampat harus dialirkan. Dengan demikian, nyamuk-nyamuk
itu tidak akan mempunyai sarang untuk berkembang biak.

Paragraf tersebut memiliki satu pikiran utama yang


diwujudkan dalam kalimat topik, yakni ada beberapa cara yang
dapat digunakan untuk mencegah penyebaran demam berdarah.
Kalimat topik dalam paragraf deduktif ini bisa diuraikan lebih
lanjut, yakni apa saja cara yang digunakan untuk dapat
mencegah penyebaran demam berdarah yang dikembangkan
dengan kesatuan pikiran. Seluruh kalimat membahas pikiran
yang sama, yaitu cara mencegah penyebaran nyamuk demam
berdarah [1]. Kalimat [2] sampai dengan [4] membahas langkah
yang dilakukan untuk mencegah demam berdarah. Kalimat [5]
merupakan hasil dari pencegahan tersebut.

115
Bahasa Indonesia 2014

2. Kepaduan paragraf
Selain kesatuan, syarat penulisan paragraf yang baik
adalah kepaduan. Untuk dapat mencapai kepaduan, langkah-
langkah yang harus ditempuh adalah kemampuan merangkai
kalimat sehingga bertalian secara logis dan padu.
Bagaimanakah agar kalimat-kalimat dapat bertahan secara logis
dan padu? Gunakan kata penghubung.
Terdapat dua jenis kata penghubung, yaitu kata
penghubung intrakalimat dan kata penghubung antarkalimat.
Kata penghubung intrakalimat adalah kata yang
menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat, sedangkan
kata penghubung antarkalimat adalah kata yang
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat lainnya
(Niknik, 2009: 154). Mari kita kembali pada paragraf
sebelumnya.

Contoh paragraf B

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah


penyebaran demam berdarah. Salah satu caranya adalah
memberantas tempat berkembang biak nyamuk demam
berdarah karena seperti kita ketahui bersama, nyamuk demam
berdarah biasanya berkembang biak di air yang menggenang.
Oleh karena itu, benda-benda yang dapat menampung air
harus dikubur dalam tanah, bak-bak penampung air harus
ditutup rapat, Bahkan selokan-selokan yang mampat harus
dialirkan. Jadi, nyamuk-nyamuk itu tidak akan mempunyai
sarang untuk berkembang biak.

116
Bahasa Indonesia 2014

Apakah ada perubahan antara paragraf A dan paragraf


B? Jawabannya “ya”. Pada paragraf B, terdapat kata
penghubung, baik kata penghubung intrakalimat maupun kata
penghubung antarkalimat yang merangkai kalimat-kalimat
tersebut dengan baik sehingga tercipta kepaduan. Namun,
sepertinya paragraf tersebut masih belum sempurna, masih ada
ketersesatan. Apakah itu? Penggunaan nama nyamuk demam
berdarah secara berulang kali itulah yang membuat paragraf B
belum padu. Agar paragraf B lebih padu, pergunakan
penggunaan kata ganti untuk nama nyamuk demam berdarah.
nyamuk demam berdarah
nyamuk itu
nyamuk yang mematikan
nyamuk yang mudah berkembang biak

3. Kelengkapan paragraf
Kelengkapan ditandai dengan ketuntasan informasi yang
diperoleh pembaca setelah selesai membaca sebuah paragraf.
Informasi yang disampaikan tidak menggantung.
Sebuah paragraf dikatakan lengkap apabila di dalamnya
terdapat kalimat-kalimat penjelas secara lengkap untuk
menunjuk pokok pikiran atau kalimat topik. Ciri-ciri kalimat
penjelas, yakni berisi penjelasan berupa rincian, keterangan,
contoh, dan lain-lain. Kalimat penjelas juga sering memerlukan
bantuan kata penghubung.

117
Bahasa Indonesia 2014

Contoh:
3a Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah
penyebaran demam berdarah. Salah satu cara adalah
memberantas tempat berkembang biak nyamuk demam
berdarah.
3b Ada beberapa cara yang dapat digunakanuntuk mencegah
penyebaran demam berdarah. Pertama, memberantas
tempat berkembang biak nyamuk demam berdarah.

E. Pengembangan Paragraf
Mengarang itu adalah usaha mengembangkan beberapa
kalimat topik. Dengan demikian, dalam karangan itu kita harus
mengembangkan beberapa paragraf demi paragraf.
Pengembangan paragraf ini tentunya didasarkan pada gagasan
utama atau pikiran utama. Agar gagasan sampai kepada
pembaca, penulis memerlukan strategi menulis paragraf, yaitu
cara dan upaya yang dapat memikat pembaca.
Pengembangan paragraf dapat dilakukan melalui dua
cara, yakni dengan penggunaan ungkapan dan teknik
pemaparan. Paragraf dapat dikembangkan dengan
menggunakan ungkapan terbagi menjadi tujuh, yakni
pertentangan, perbandingan, analogi, contoh, sebab akibat,
definisi, dan klasifikasi. Pengembangan paragraf dengan teknik
pemaparan terbagi menjadi lima, yakni naratif, deskriptif,
argumentatif, ekspositoris, dan persuasif.

118
Bahasa Indonesia 2014

1. Pengembangan paragraf dengan penggunaan ungkapan


a) Pengembangan paragraf dengan cara pertentangan
biasanya menggunakan ungkapan-ungkapan, seperti
berbeda dengan, bertentangan dengan, sedangkan, lain
halnya dengan, akan tetapi, dan bertolak belakang dari.
b) Perbandingan dapat menjadi salah satu cara
mengembangkan paragraf. Ungkapan yang biasa
digunakan, seperti serupa dengan, seperti halnya,
demikian juga, sama dengan, sejalan dengan, akan
tetapi, sedangkan, dan sementara itu.
c) Mengembangkan paragraf dapat juga dengan cara
analogi. Analogi merupakan bentuk pengungkapan suatu
objek yang dijelaskan dengan objek lain yang memiliki
kesamaan atau kemiripan. Biasanya pengembangan
analogi dilakukan dengan bantuan kiasan. Kata-kata
yang digunakan, yaitu ibaratnya, seperti, dan bagaikan.
d) Kata seperti, misalnya, contohnya, dan lain-lain adalah
ungkapan-ungkapan pengembangan dalam
mengembangkan paragraf dengan contoh.
e) Pengembangan paragraf dengan cara sebab akibat
dilakukan jika menerangkan suatu kejadian, baik dari segi
penyebab maupun dari segi akibat. Ungkapan yang
digunakan, yaitu padahal, akibatnya, oleh karena itu, dan
karena.
f) Adalah, yaitu, ialah, merupakan kata-kata yang
digunakan dalam mengembangkan paragraf dengan cara
definisi. Kata adalah biasanya digunakan jika sesuatu
yang akan didefinisikan diawali dengan kata benda. Yaitu

119
Bahasa Indonesia 2014

digunakan jika sesuatu yang akan didefinisikan diawali


dengan kata kerja atau sifat. Jika akan menjelaskan
sinonim suatu hal, kata ialah yang digunakan, dan jika
akan mendefinisikan pengertian rupa atau wujud, kata
merupakan yang dipakai.
g) Cara klasifikasi adalah pengembangan paragraf melalui
pengelompokan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Kata-kata
atau ungkapan yang lazim digunakan, yaitu dibagi
menjadi, digolongkan menjadi, terbagi menjadi, dan
mengklasifikasikan.

2. Pengembangan paragraf menurut teknik pemaparan


a) Naratif. Karangan narasi biasanya dihubung-hubungkan
dengan cerita. Oleh sebab itu, sebuah karangan narasi
atau paragraf narasi banyak ditemukan dalam novel,
cerpen, atau hikayat.
b) Deskriptif. Paragraf ini disebut juga paragraf melukiskan
(lukisan). Paragraf ini melukiskan apa saja yang
tertangkap pancaindra. Jadi, paragraf ini bersifat tata
ruang atau tata letak. Pembicaraannya dapat berurutan
dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan.
c) Argumentatif. Teknik pemaparan paragraf yang satu ini
memiliki sifat persuasi, yakni bersifat membujuk atau
meyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek. Hal
atau objek yang dimaksud biasanya berupa pendapat
atau opini suatu pernyataan atau pemberitaan. Namun,
perbedaannya dengan paragraf persuasif, paragraf ini

120
Bahasa Indonesia 2014

menggunakan perkembangan analisis yang dalam


meyakinkan pembaca dibutuhkan kehadiran fakta-fakta.
d) Ekspositoris. Paragraf dengan teknik pemaparan yang
dilakukan secara bertahap, melalui proses, atau
kronologis dalam mengembangkan paragraf. Paragraf
ekspositoris biasanya dipaparkan secara sistematis atau
berurutan terhadap suatu hal atau objek yang
dikembangkan.
e) Persuasif. Teknik pemaparan ini dilakukan dengan cara
mengajak, mengimbau, atau membujuk pembaca. Tujuan
mengembangkan paragraf dengan teknik persuasif ini
adalah untuk memengaruhi pembaca atau pendengar
agar bersedia melakukan apa yang diminta penulis atau
pembicara dengan menyajikan kelebihan yang dimiliki hal
atau objek yang dibicarakan.

Referensi
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2012. Bahasa Indonesia
sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian.
Tangerang: Pustaka Mandiri.
Chaer, Abdul. 2012. Ketawa Ketiwi Betawi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hs., Widjono. 2012. Bahasa Indonesia (Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi).
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.
Kuntarto, Niknik M.. 2009. Cermat dalam Berbahasa, Teliti dalam
Berpikir. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Majalah Gizone. 2010. Jiaaah, Si Anak Leb4y! (edisi 15).
Surakarta.
Setiawan, Dony. Tanpa Tahun. Struktur Paragraf: Identifikasi
dan Pemanfaatannya. Jakarta: Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa.
http://bisniskeuangan.kompas.com

121
Bahasa Indonesia 2014

Soal Latihan
1. Analisislah paragraf berikut. Apakah sudah memenuhi
persyaratan sebuah paragraf yang baik? Di mana letak
kalimat topik? Dengan cara apa paragraf tersebut
dikembangkan?

Di tempat kami tinggal setiap 1 bulan sekali diadakan


kebersihan lingkungan yang diketuai oleh pak Rt. Setiap akan
diadakan kebersihan. Pak Rt sebelumnya menyebarkan surat
kepada warganya masing-masing untuk pemberitahuan akan
diadakan kebersihan lingkungan/kerja bakti. Kerja bakti akan
diadakan setiap hari Minggu jam 07.00 pg masing masing
warganya dianjurkan berkumpul di tempat yg pak Rt tentukan.
Masing masing warga dianjurkan membawa alat-alat seperti:
sapu lidi, pacul, pengki. Alat-alat itu untuk digunakan
membersihkan sampah-sampah yang ada di halaman rumah
warga setempat dan ada yang di saluran air seperti: sampah
plastik, sampah kaleng, dan kayu-kayu. Setelah membersihkan
saluran air lalu warga membersihkan jalanan di tempat kami
tinggal. Sampah-sampah yang sudah dikumpulkan lalu
dimasukkan ke dalam karung yang sudah disediakan. Lalu
diangkut oleh mobil dinas kebersihan. Setelah diangkut warga
beristirahat lalu pak Rt datang. Pak Rt sungguh senang karena
lingkungan jadi bersih.

122
Bahasa Indonesia 2014

Orang Yunani memiliki tokoh mitologis, Narsisus, yang jatuh


cinta kepada dirinya sendiri. Tiap kali memandang dirinya di
permukaan air, Narsisus kagum akan ketampanan wajahnya.
Novelis humoris dan tangkas memainkan ironi, Paulo Coelho,
dalam kisah pembuka novelnya, The Alchemist, menceritakan
betapa banyak peri hutan merasa iri kepada telaga, tempat tiap
pagi Narsisus mengagumi dirinya. “Enak ya kamu, tiap pagi
memandang wajah tampan dan mata jernih itu,” kata peri hutan.
“Apa dia tampan dan matanya jernih?” jawab telaga. “Lho, kamu
melihatnya tiap pagi bukan?” “Tidak. Aku tak sempat melihatnya
sebab tiap kali ia jongkok di tepiku, aku sibuk memandang
kejernihan wajaku sendiri yang terpantul di wajahnya.” Saya
kagum membaca ketangkasan humor novel ini. Dengan ringkas
dan bagus, ia hendak mengatakan, seperti pada psikolog yang
berurusan dengan “abnormalitas” -bahwa si telaga, mungkin
maksud kita- sering lebih Narsisus daripada Narsisus sendiri.
Sering kita berperilaku tak sehat, narsisme, dan tak menyadari
bahwa kita mengidap gangguan jiwa. (Sobari dalam Niknik,
2009: 161)

2. Buatlah paragraf dan kembangkan dengan cara


a. analogi
b. perbandingan
c. sebab akibat

123
Bahasa Indonesia 2014

BAB VII

PENALARAN KARANGAN

Eti Hayati, M.Hum.

Indikator Pembelajaran

Mahasiswa dapat memahami hakikat penalaran karangan;


menjelaskan jenis-jenis penalaran karangan; menggunakan
penalaran dalam berbahasa; mengaplikasi penalaran dalam
mengorganisasi karangan.

A. Pengertian Penalaran

Menurut Widjono (2012: 272) Penalaran mempunyai


beberapa pengertian, yaitu (1) berpikir logis, sistematis,
terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai
dengan simpulan, (2) menghubung-hubungkan fakta atau data
sampai dengan suatu simpulan, (3) proses menganalisis suatu
topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian,
(4) dalam karangan terdiri dua variabel atau lebih, penalaran
dapat diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan
menghubung-hubungkan variabel yang dikaji sampai
menghasilkan suatu derajat hubungan dan simpulan, (5)
pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu
simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.

Menurut Poespoprodjo (2006:13), penalaran berkaitan


dengan berpikir, dengan kata lain sasaran atau bidang logika,

124
Bahasa Indonesia 2014

yaitu kegiatan pikiran atau akal budi manusia. Dengan berpikir


dimaksudkan kegiatan akal untuk “mengolah” pengetahuan yang
telah kita terima melalui pancaindra, dan ditujukan untuk
mencapai suatu kebenaran. Dengan kata-kata yang lebih
sederhana dapat dikatakan bahwa berpikir adalah “bicara
dengan dirinya sendiri di dalam batin” (Plato, Aristoteles),
mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, membuktikan
sesuatu, menunjukkan alasan-alasan, menarik kesimpulan,
meneliti suatu jalan pikiran, mencari berbagai hal yang
berhubungan satu sama lain, mengapa atau untuk apa sesuatu
terjadi, serta membahas suatu realitas.

Dengan demikian, penalaran adalah suatu proses


berpikir untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada
sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Supaya kesimpulan itu
benar, cara kita menghubung-hubungkan data tidak boleh
sembarangan. Kita harus melakukannya secara cermat dengan
berdasarkan pikiran yang logis. Penalaran yang salah akan
menuntun kita pada kesimpulan atau pendapat yang salah.
Kesalahan membuat kesimpulan tidak hanya ditentukan oleh
kekeliruan dalam cara bernalar, tetapi dapat pula oleh datanya
yang tidak benar. Oleh karena itu, sebelum melakukan
penalaran perlu diketahui benar atau tidaknya data yang akan
disimpulkan itu.

Dalam buku Bahasa Indonesia (Widjono, 272-273), dipaparkan


unsur Penalaran Karangan Ilmiah:

125
Bahasa Indonesia 2014

1. Topik, yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang


spesifik dan berisi sekurang-kurangnya dua variabel.

2. Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam


bentuk proposisi yaitu kalimat pernyataan yang dapat
dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.

a. Proposisi empirik, yaitu proposisi berdasarkan fakta,


misalnya anak cerdas dapat memanfaatkan potensinya.
b. Proposisi mutlak, yaitu pembenaran yang tidak
memerlukan pengujian untuk menyatakan benar atau
salahnya. Misalnya, gadis yaitu wanita muda yang belum
pernah menikah.
c. Proposisi hipotetik, yaitu persyaratan hubungan subjek
dan predikat yang harus dipenuhi. Misalnya: Jika
dijemput, X akan ke rumah Y.
d. Proposisi kategoris, yaitu tidak adanya persyaratan
hubungan subjek dan predikat. Misalnya, X akan
menikah Y.
e. Proposisi positif universal, yaitu pernyataan positif yang
mempunyai kebenaran mutlak, misalnya: Semua hewan
akan mati.
f. Proposisi positif parsial, yaitu pernyataan bahwa
sebagian unsur pernyataan tersebut bersifat positif,
misalnya: Sebagian orang ingin hidup kaya.
g. Proposisi negatif universal, yaitu kebalikan dari proposisi
positif universal, misalnya: Tidak ada gajah tidak
berbelalai.

126
Bahasa Indonesia 2014

h. Proposisi negatif parsial, yaitu kebalikan dari proposisi


parsial. Misalnya: Sebagian orang hidup menderita.
4. Proses berpikir ilmiah, yaitu kegiatan yang dilakukan secara
sadar, teliti, dan terarah menuju suatu kesimpulan.
5. Logika, yaitu metode pengujian ketepatan penalaran,
penggunaan argumen (alasan), argumentasi (pembuktian),
fenomena, dan justifikasi (pembenaran).
6. Sistematika, yaitu seperangkat proses atas bagian-bagian
atau unsur-unsur proses berpikir ke dalam suatu kesatuan.
7. Permasalahan, yaitu pernyataan yang harus dijawab
(dibahas) dalam karangan.
8. Variabel, yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang
akan dianalisis
9. Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan
mengidentifikasi, mencari hubungan (korelasi),
membandingkan, dan lain-lain.
10. Pembuktian (argumentasi), yaitu proses pembenaran bahwa
proposisi itu terbukti kebenarannya atau kesalahannya.
Pembuktian ini harus disertai dukungan yang berupa:
metode analisis baik yang bersifat manual maupun berupa
softwer (misalnya SPSS). Selain itu, pembuktian harus
didukung pula dengan data yang mencukupi, fakta, contoh,
dan hasil analisis yang akurat.
11. Hasil, yaitu akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis
induktif atau deduktif.
12. Kesimpulan (simpulan), yaitu penafsiran atas hasil
pembahasan, dapat berupa implikasi dan inferensi.

127
Bahasa Indonesia 2014

B. Jenis Penalaran
Jenis penalaran merupakan bagian dari cara
mengungkapkan gagasan melalui jenis-jenis cara berpikir
(bernalar) yang berasal dari konsep pola deduktif dan induktif.
Stefanus Supriyanto, dalam buku Filsafat Ilmu (2013: 103)
memaparkan metode deduksi, induksi, dan verifikatif dalam
sebuah konsep segitiga terbalik (Dunia teoriwan, khasanah
gagasan).
TEORI RAMALAN
DeduksI

Induksi Verifikasi

Dengan pengamatan Dengan pengamatan

Terkadang ditambah Selalu dikuatkan dengan


percobaan dan statistik percobaan

FAKTA
Dunia ahli percobaan
khasanah data empiris

Jika pengetahuan diperoleh dengan pengamatan fakta-


fakta di lapangan, maka proses penemuan pengetahuan
tersebut dikenal dengan metode induksi. Dari sebuah

128
Bahasa Indonesia 2014

pengetahuan yang bersifat umum, tanpa melihat mana sumber


dan metode mendapatkannya, kemudian diaplikasikan,
diramalkan pada suatu kejadian atau fakta yang spesifik, sempit,
maka proses penalaran ini dikenal dengan metode deduksi. Agar
peramalan dari hasil proses deduksi benar, maka perlu
dukungan fakta empiris di lapangan. Dukungan fakta lapangan
berfungsi sebagai alat verifikasi untuk kebenaran penalaran
deduksi.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan bahwa


penalaran merupakan alat untuk pengembangan gagasan
melalui konsep jenis-jenis penalaran. Adapun konsepnya
sebagai berikut:

INDUKTIF
POLA JENIS PENALARAN
DEDUKTIF

1. Penalaran Induktif
Proses bernalar pada dasarnya ada dua macam, yaitu
induktif dan deduktif. Penalaran induktif adalah proses berpikir
logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan,
dukungan pembuktian, dan diakhiri kesimpulan umum.
Kesimpulan ini dapat berupa prinsip atau sikap yang berlaku
umum atas fakta yang bersifat khusus.

Alur Penalaran Kuantitatif Induktif adalah sebagai berikut:

129
Bahasa Indonesia 2014

Generalisasi/Induktif Konklusi

(Hasil Pengujian) (Implikasi/Inferensi)


Generalisasi/Induktif Konklusi

(Hasil Pengujian) (Implikasi/inferensi)


Konfirmasi Uji Signifikasi

(penegasan+pengesa (Pengujian Bermakna,


han) Berarti)
Justifikasi Uji Hipotesis

(Pembenaran dasar) (Menggunakan Metode


Standar)
Verifikasi Hipotesis Formulasi

(Perkiraan) (Perumusan Hipotesis)


Estimasi Problem/Masalah
(Perkiraan) (Perumusan Hipotesis)

Observasi Data Primer dan Sekunder


pembuktian kebenaran variabel yang
tertulis dalam hipotesis, topik, atau kalimat
tesis.

(gambar: Widjono,275)

Karangan ilmiah kualitatif induktif dilandasi penalaran (1)


observasi data, (2) menyusun estimasi (perkiraan desain), (3)
verifikasi analisis pembuktian, (4) pembenaran/komparasi
konstan (terus-menerus dan berkelanjutan sampai suatu
simpulan), (5) konfirmasi (penegasan dan pengesahan) melalui
pengujian hipotesis, (6) hasil generalisasi/induksi.

130
Bahasa Indonesia 2014

2. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses berpikir logis yang
diawali dengan penyajian fakta yang bersifat umum, disertai
pembuktian khusus, dan diakhiri simpulan khusus yang berupa
prinsip, sikap, atau fakta yang berlaku khusus. Karangan
deduktif mempunyai bermacam-macam jenis, baik berdasarkan
teknik pengembangannya maupun uraian isinya. Dalam paragraf
sederhana jenis-jenis tersebut dapat dilihat pada contoh berikut
ini.
Dalam karangan (laporan penelitian) deduktif kuantitatif
ditandai dengan penggunaan angka kuantitatif yang bersifat
rasional. Proses penalaran dapat digambarkan dengan diagram
berikut ini:
1) bidang observasi: berdasarkan bidang studi kajian
2) rumusan masalah: pertanyaan yang akan dibahas
3) kerangka teori: berisi pola pembahasan variabel
4) tujuan: tahapan kegiatan yang hendak dicapai
5) rumusan hipotesis dan penjelasannya
6) deskripsi data: diperlukan untuk pengujian hipotesis
7) desain penelitian (metode penelitian): proses pengumpulan
data, pengolahan, hasil analisis data, sampai dengan
simpulan.
8) analisis data
9) hasil analisis
10) simpulan deduktif: interpretasi atas hasil.

131
Bahasa Indonesia 2014

Penalaran Kuantitatif Deduktif

(1) (4) (7)

Bidang Kerangka teori Variabel Pengumpulan Data


Observasi Bebas+Terikat Deskripsi,
Tujuan pembahasan/analisis,
• Definisi variabel Uji hipotesis (kalau
• Identifikasi variabel ada), hasil analisis.
• Deskripsi variabel
• Hubungan dan
• Pengendalian variabel

(3) (6)

Masalah • Desain pembahasan


Rumuskan • Metode
Batasi penelitian/pembahasan
(2) • Desain penulisan laporan.

Data yang
diperlukan (8)
(5)
Deduksi
• Primer
Hipotesis
• Sekunde
Turunan • Jawaban masalah
r
• Simpulan

• Interpretasi
(Gambar: Widjono, 278)

Penalaran deduktif dalam karangan disusun berdasarkan


satu kesatuan konsep, dikembangkan dalam urutan logis,
sistematika, jelas, dan akurat. Urutan dapat disusun berdasarkan
urutan peristiwa, waktu, ruang, penalaran (induksi, deduksi,
sebab-akibat), proses, kepentingan, dan sebagainya. Adapun
yang termasuk dalam isi karangan, meliputi generalisasi dan

132
Bahasa Indonesia 2014

spesifikasi, klasifikasi, dan perbandingan dan pertentangan,


sebab-akibat, analogi, dan perkiraan (ramalan).

C. Isi Karangan

Adapun yang termasuk dalam isi karangan, meliputi


generalisasi dan spesifikasi, klasifikasi, dan perbandingan dan
pertentangan, sebab-akibat, analogi, dan perkiraan (ramalan).
Penalaran induktif pada dasarnya terdiri dari tiga macam, yaitu:
generalisasi, analogi, dan sebab-akibat.

1. Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan


pengamatan atas sejumlah gejala (data) yang bersifat
khusus, serupa atau sejenis yang disusun secara logis dan
diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh 1:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan, semua logam akan memuai.
Sahih-tidaknya sebuah generalisasi, ditentukan oleh hal-hal
berikut.
a. Data atau peristiwa khusus yang akan disimpulkan harus
memadai jumlahnya. Semakin banyak data yang
dikumpulkan, makin sahih kesimpulan yang diperoleh.
b. Data yang ada harus mewakili keseluruhan peristiwa.
c. Pengecualian perlu diperhitungkan karena peristiwa yang
mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan data.

133
Bahasa Indonesia 2014

2. Cara Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek


yang dijelaskan dengan objek lain yang memiliki kesamaan
atau kemiripan. Biasanya, pengembangan analogi dilakukan
dengan bantuan kiasan. Kata-kata yang digunakan yaitu
ibaratnya, seperti, dan bagaikan. Menurut Stefanus
Supriyanto, dalam penyimpulan analogi harus ditemukan 3
unsur pokok, yaitu:
a. peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi
b. persamaan prinsipal (unsur-unsur atau variabel) yang
menjadi pengikatnya.
c. Simpulan peristiwa dari unsur atau variabel atau hal yang
dapat dianalogikan.
3. Cara Sebab dan Akibat dilakukan jika menerangkan suatu
kejadian, baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat.
Ungkapan yang digunakan, yaitu padahal, akibatnya, oleh
karena itu, dan karena.
4. Cara klasifikasi adalah pengembangan paragraf melalui
pengelompokan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Kata-kata atau
ungkapan yang lazim digunakan yaitu dibagi menjadi,
digolongkan menjadi, terbagi menjadi, dan
mengklasifikasikan.
5. Cara perbandingan biasanya menggunakan ungkapan
seperti serupa dengan, seperti halnya, demikian juga, sama
dengan, sejalan dengan, akan tetapi, sedangkan, dan
sementara itu.
6. Cara pertentangan biasanya menggunakan ungkapan-
ungkapan seperti berbeda dengan, bertentangan dengan,

134
Bahasa Indonesia 2014

sedangkan, lain halnya dengan, akan tetapi, dan bertolak


belakang dari.
7. Ramalan dan Perkiraan adalah semacam inferensi yang
berisi pernyataan tentang sesuatu yang terjadi pada waktu
yang akan datang berdasarkan proses dan landasan berpikir.
Cara-cara bernalar dari penjelasan tersebut dapat
diaplikasikan untuk mengungkapkan gagasan-gagasan secara
sistematis, baik itu dalam keterampilan menulis maupun
berbicara.

Referensi
Kuntarto, Niknik M. Cermat dalam Berbahasa-Teliti dalam
Berpikir. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013.
Poespoprodjo. Logika Ilmu Menalar. Bandung: Pustaka Grafika,
2006.
Supriyanto, Stefanus. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Publisher,
2013.
Widjono. Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasino, 2012.

Latihan dan Tugas Mandiri


1. Jelaskan pengertian penalaran karangan!
2. Apa perbedaan antara penalaran induktif dan penalaran
deduktif?
3. Apa syaratnya supaya kesimpulan dalam deduktif dapat
dipercaya?
4. Tulislah sebuah karangan yang memuat penalaran analogi!
5. Jelaskan peranan dari jenis-jenis penalaran dalam
keterampilan menulis!

135
Bahasa Indonesia 2014

6. Buatlah paragraf dengan penalaran sebab-akibat,


kesimpulan induktif, kesimpulan berupa perkiraan (ramalan)!
7. Pemerintah mendirikan sekolah sampai ke pelosok. Pusat
kesehatan masyarakat diperbanyak. Lapangan kerja baru,
diciptakan. Pembangunan rumah ibadah dibantu. Memang
menjadi tugas pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Jenis penalaran apakah yang digunakan paragraf tersebut!
8. Dapat dipercayakah kesimpulan berikut ini? Jelaskan alasan-
alasannya!
a. Semua profesor pandai.
Ayahmu pandai.
Pastilah ayahmu professor.
b. Di semua ibu kota ada gedung pencakar langit.
Di semua kota industri ada gedung pencakar langit.
Jadi, ibu kota adalah kota insdutri.
c. Hasil sawah bertambah jika petani menanam padi
unggul.
Hasil sawah bertambah jika pengairan diatur dengan
baik.
Hasil sawah bertambah jika petani menanam padi unggul
dan pengairan diatur dengan baik.
9. Kesimpulan apa saja yang dapat ditarik dari setiap premis
berikut ini?
a. Motor dua tak menggunakan bensin campur.
b. Mahasiswa yang baik selalu rajin belajar dan
menyelesaikan tugas kuliah tepat pada waktunya.
10. Buatlah paragraf dimulai dengan proposisi berikut ini.

136
Bahasa Indonesia 2014

a. Jika tekad sudah bulat, Indonesia pasti dapat


mengembangkan industri mobil dalam negeri.
b. Setiap orang berakhlak pasti antikorupsi.

137
Bahasa Indonesia 2014

BAB VIII
PERENCANAAN KARANGAN
Ifran Nurtriputra, M.Pd.
Dadang Rahmat, M.Pd.

Indikator Pembelajaran
Mahasiswa dapat membedakan jenis-jenis karangan ilmiah;
merencanakan karangan; membuat topik yang baik; membuat
karangan ilmiah.

Begitu banyak mahasiswa yang masih keliru tentang


penulisan sebuah karangan. Untuk membuat karangan formal,
seperti makalah, skripsi, tesis, dan disertasi, seorang penulis
dituntut memenuhi beberapa persyaratan. Persyaratan tersebut,
antara lain teknik penyajian, isi, dan bahasa. Dengan begitu,
seorang penulis benar-benar siap mengemukakan gagasannya
dalam bahasa tulis secara terorganisasi. Ini mengisyaratkan
bahwa menulis bukan sesuatu yang kebetulan, melainkan
memang sudah direncanakan.
Dalam melakukan sebuah penulisan, tentu dibutuhkan
suatu perencanaan. Perencanaan itu yang akan membantu kita
untuk membuat sebuah tulisan yang terstruktur, terurut, dan
tidak berantakan. Dalam perencanaan penulisan, dibutuhkan
juga sebuah teknik penulisan dan kerangka karangan. Kerangka
karangan ini akan memudahkan kita untuk mengembangkan apa
yang hendak kita tulis. Namun, di balik itu semua yang perlu
diperhatikan adalah hal-hal dalam melakukan perencanaan

138
Bahasa Indonesia 2014

penulisan yang nantinya akan dilanjutkan menjadi sebuah tulisan


yang baik. Berikut ini akan dibahas tentang perencanaan
karangan.

A. Hakikat Perencanaan Karangan


Perencanaan karangan, yaitu semua tahap persiapan
penulisan. Kegiatan menulis bukanlah suatu kegiatan yang
kebetulan, melainkan memang telah direncanakan. Dengan
begitu, penulis benar-benar siap mengungkapkan gagasannya
melalui tulisan.
Secara teoretis, perencanaan karangan terdiri atas tiga
tahapan, yaitu prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan atau
revisi.
1. Tahap Prapenulisan
Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan
menulis yang mencakup beberapa langkah. Kegiatan ini dimulai
dengan menentukan topik/tema, kita harus menemukan hal yang
akan dibahas dalam tulisan. Topik dapat diperoleh dari berbagai
sumber, misalnya pengalaman sendiri, hasil pengamatan
lingkungan, pendapat; sikap; tanggapan; imajinasi sendiri atau
orang lain terhadap sesuatu. Akan tetapi, perlu diingat bahwa
topik tulisan ilmiah harus selalu berhubungan dengan fakta.
Setelah topik ditemukan, kita perlu membatasi topik, yang
berarti mempersempit dan memperkhusus lingkup pembahasan.
Caranya dengan membuat klasifikasi. Secara umum topik yang
telah dibatasi dinyatakan dalam sebuah judul walaupun topik
tidak identik dengan judul. Dengan membatasi topik, berarti kita
telah dapat menentukan tujuan penulisan sebagai pengendali

139
Bahasa Indonesia 2014

tulisan secara menyeluruh, yang berkaitan dengan bahan yang


diperlukan, lingkup pembahasan, organisasi tulisan.
Langkah berikutnya ialah menentukan bahan atau materi
penulisan; jenis materi, luas materi, sumber materi. Bahan
penulisan dapat berupa rincian, sejarah kasus, contoh,
penjelasan, definisi, fakta, hubungan sebab akibat, hasil
pengujian hipotesis, angka-angka, grafis, diagram, gambar, dan
sebagainya. Bahan-bahan ini dapat diperoleh dari berbagai
sumber. Misalnya, pengalaman yaitu keseluruhan pengetahuan
yang diperoleh melalui pancaindera melalui observasi atau
bacaan, dan inferensi yaitu kesimpulan atau nilai-nilai yang
ditarik dari pengalaman. Inferensi bisa menjadi bagian dari
pengalaman yang mungkin dijadikan sumber inferensi baru.
Langkah berikutnya ialah membuat kerangka tulisan,
artinya memecah topik menjadi subtopik-subtopik. Kerangka
dapat berbentuk kerangka topik yaitu butir-butir topik berupa
frasa pendek atau kerangka kalimat yaitu butir-butirnya berupa
kalimat yang lebih rinci. Kerangka harus disusun secara logis,
sistematik, dan konsisten. Setiap butir dibahas. Dengan
demikian, kerangka mulai dikembangkan dengan mengikuti
organisasi yang telah ditentukan, misalnya argumentasi,
eksposisi, dan deskripsi.

2. Tahap Penulisan
Pada tahap ini, kita membahas setiap butir kerangka
dengan menggunakan bahan-bahan yang telah diklasifikasikan
menurut kepentingannya. Dalam pengembangan gagasan
menjadi suatu tulisan yang utuh, diperlukan bahasa. Dengan

140
Bahasa Indonesia 2014

demikian, kita sebagai penulis harus mampu memilih kata yang


tepat sehingga pikiran dapat dipahami pembaca dengan tepat
pula. Kata-kata dirangkaikan dalam kalimat yang efektif.
Selanjutnya, kalimat dirangkaikan dalam bentuk paragraf-
paragraf yang memenuhi syarat. Tulisan juga harus ditulis dalam
ejaan yang benar dan persyaratan penulisan lainnya.

3. Tahap Revisi
Jika buram/draf seluruh tulisan telah selesai, tulisan perlu
dibaca ulang untuk direvisi, diperbaiki, dikurangi, ditambah.
Sebenarnya, revisi dilakukan juga pada tahap penulisan
berlangsung, tetapi revisi ini secara keseluruhan sebelum
menjadi naskah akhir. Revisi dilakukan secara menyeluruh
mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata,
kalimat, paragraf, pengetikan, catatan kaki, dan daftar pustaka.

Pada tahap prapenulisan, seorang penulis dituntut untuk


mempersiapkan bahan-bahan yang akan dijadikan tulisan.
Persiapan ini meliputi penentuan tema, topik, ataupun judul,
tujuan penulisan, masalah yang akan dibahas, teknik
pengumpulan bahan atau teknik penelitian, penentuan buku
rujukan penyusunan kerangka karangan, dan sebagainya. Pada
tahap penulisan, penulis dituntut untuk mengembangkan
kerangka yang sudah dibuat tadi. Dengan kalimat, ungkapan,
frasa, kata-kata, penulis mengembangkan kerangka tersebut
menjadi paragraf subbab, bab, wacana, akhirnya menjadi karya
tulis yang utuh. Adapun pada tahap pascapenulisan, penulis
mengurangi segala kekeliruan dan kekurangan yang mungkin

141
Bahasa Indonesia 2014

timbul. Pada tahap ini, penulis juga dapat menambah referensi


dan merevisi penulisan yang telah diketik sehingga menjadi
tulisan yang sempurna. Tahap ini biasa disebut dengan tahap
revisi.

B. Jenis-Jenis Karangan Ilmiah


Perencanaan karangan ilmiah pada tahap awal, yaitu
menentukan jenis karangan akan ditulis: makalah, skripsi,
proposal, laporan, atau jurnal.
1. Makalah
Makalah membahas sebuah topik yang terkait dengan
perkuliahan atau tema dalam suatu seminar, simposium,
kongres, atau seminar, dan lokakarya. Makalah dapat
diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu makalah biasa dan
makalah posisi. Penulis makalah biasa cenderung lebih bebas,
tidak terikat oleh posisinya sebagai mahasiswa, profesi,
keahlian, atau posisi lain. Makalah posisi, yaitu makalah yang
ditulis berdasarkan posisi penulisnya, misalnya orang diminta
menulis makalah dalam posisinya sebagai gubernur, menteri,
ilmuwan, atau posisi lain. Ada kalanya, jenis makalah posisi ini
disebut makalah karya yang diwajibkan oleh lembaga
penyelenggara pendidikan kedinasan kepada para peserta
didiknya.
Sistematika makalah: judul, abstrak, pendahuluan,
pembahasan/isi, kesimpulan, dan daftar pustaka. Langkah-
langkah penulisan: menentukan dan membatasi topik, membuat
kerangka dan mengumpulkan bahan, membaca buku sumber
(pustaka) dan menentukan bagian yang akan dirujuk, menulis

142
Bahasa Indonesia 2014

draf atau rencana konsep makalah, menyunting sendiri draf yang


ditulisnya, dan menyempurnakan makalah sehingga siap cetak.

2. Artikel Jurnal
Artikel jurnal adalah karangan ilmiah dalam bidang ilmu
tertentu yang diterbitkan dalam sebuah jurnal yang khusus
menerbitkan bidang kajian ilmu tersebut. Artikel jurnal
diklasifikasikan ke dalam dua kategori. Pertama, artikel ilmiah
yang bertujuan untuk membuka forum diskusi, argumentasi,
analisis, dan sintesis sejumlah pendapat dan temuan para ahli
dan pemerhati dalam kajian ilmu tertentu yang sama-sama
ditekuninya. Jenis ini menyajikan kajian hasil analisis suatu topik
tanpa mengaitkan penelitian. Kedua, artikel yang berisi kajian
hasil penelitian. Kesimpulan jenis kedua ini tekait dengan
variabel bebas dan variabel terikat yang diteliti.
Judul artikel: (1) mencerminkan materi bahasan pada
kata atau istilah yang digunakan dalam judul, (2) berdaya tarik
kuat untuk merangsang pembaca, (3) dapat dirumuskan dalam
kalimat berita atau kalimat tanya.
Nama penulis: (1) ditulis lengkap, tanpa gelar akademis
atau gelar profesi untuk mencegah timbulnya kesan senioritas;
(2) boleh mencantumkan gelar kebangsawanan atau
keagamaan; (3) jika ditulis dua orang atau lebih hanya
mencantumkan penulis utama disertai kata dkk.; dan (4) nama
lembaga penulis dapat dituliskan tepat di bawah namanya atau
pada catatan kaki.
Abstrak: (1) penyajian ringkas dari seluruh artikel; (2)
ditulis dalam bahasa Inggris panjang 150-200 kata dalam suatu

143
Bahasa Indonesia 2014

paragraf; (3) diketik dengan spasi tunggal, ditempatkan menjorok


lima ketikan dari margin kiri maupun kanan; dan (4) kata kunci
merujuk bidang ilmu yang dikaji, ditulis di bawah abstrak.
Pendahuluan: (1) menarik perhatian pembaca, mengacu
pada permasalahan yang dibahas, menekankan masalah yang
kontroversional; (2) menyajikan sari artikel terdahulu, menyajikan
makalah yang belum tuntas; (3) diakhiri dengan rumusan
masalah atau tujuan singkat yang akan dibahas.
Bagian inti: (1) berisi pembahasan, analisis, argumentasi,
komparasi, dan pendirian penulis tentang masalah yang ditulis;
(2) pembahasan bersifat argumentatif, analitis, kritis, sistematis,
dan logis; (3) tidak bersifat instruktif dan diusahakan bersifat
komparatif juga bukan enumerasi.
Penutup atau Kesimpulan: (1) menandai akhir artikel
hasil pemikiran; (2) merupakan paduan hasil pemikiran,
pendapat ahli, dan teori yang digunakan; (3) merupakan
jawaban/solusi masalah atau pendirian penulis atas
pembahasan; (4) menyajikan rekomendasi yang ditujukan
kepada seorang atau lembaga.
Daftar pustaka: (1) mencantumkan pustaka yang benar-
benar dirujuk dalam pembahasan artikel; (2) daftar rujukan ditulis
pada halaman terakhir; (3) disusun berdasarkan alfabetik
penulis; dan (4) mengikuti standar internasional.

3. Proposal
Proposal adalah karangan ilmiah yang berisi rancangan
kerja. Proposal mempunyai beberapa jenis: (1) proposal skripsi

144
Bahasa Indonesia 2014

mahasiswa, (2) proposal penelitian, (3) proposal kerja sama


untuk melakukan suatu kegiatan yang didanai oleh sponsor.
Susunan proposal: (1) judul kegiatan; (2) latar belakang;
(3) tujuan penelitian: dirumuskan secara jelas, tegas, dan
sinkron; (4) tinjauan pustaka; (5) landasan teori, berisi:
seperangkat proposisi yang sudah didefinisikan secara
operasional dan saling berhubungan, penjelasan hubungan
antarvariabel; (6) hipotesis (jika ada); (7) metode penelitian
menyebutkan materi penelitian, instrumen pengumpulan data,
proses penelitian, variabel dan data yang dikumpulkan, analisis
hasil; (8) jadwal kegiatan; (9) daftar pustaka.

4. Laporan Ilmiah
Laporan adalah penyampaian informasi yang ditulis
secara lengkap, jelas, sistematis, objektif, dan tepat waktu oleh
seseorang kepada orang lain atau pejabat. Laporan berfungsi
informatif, pertanggungjawaban, pengawasan, atau pengambilan
keputusan. (1) Laporan informatif bersifat memberi informasi
tanpa analisis atau rekomendasi sehingga pembaca laporan
memperoleh gambaran secara menyeluruh dan dapat mengikuti
perkembangan informasi yang sedang berlangsung. (2) Laporan
rekomendasi. (3) Laporan analisis berisi informasi yang disertai
uraian pendapat dan saran pelapor. (4) Laporan kelayakan
(penilaian).

C. Tahap Prapenulisan
Sebelum menulis, penulis terlebih dahulu menentukan
beberapa hal berikut.

145
Bahasa Indonesia 2014

1. Topik Karangan
Topik karangan merupakan ide sentral yang berfungsi
mengikat keseluruhan uraian, deskripsi, penjelasan, dan seluruh
pembuktian. Topik merupakan inti bahasan yang menjiwai
seluruh karangan.
Fungsi topik karangan:
(1) Mengikat keseluruhan isi;
(2) Menjiwai seluruh pembahasan: pendahuluan (latar belakang,
masalah, tujuan, ruang lingkup); bahasan utama (uraian,
ilustrasi, deskripsi, pembuktian, narasi, penjelasan); dan
simpulan;
(3) Mengendalikan variabel
(4) Memudahkan pengembangan ide bagi penulis, bagi pembaca
memudahkan pemahaman.
(5) Memberikan daya tarik pembaca.
a. Topik yang baik
1) Topik yang baik bagi penulis
Topik yang baik berbasis pada kompetensi
penulisnya, sesuai dengan: a) bidang keahlian; b)
bidang studi yang didalami; c) pengalaman penulis; d)
bidang kerja atau profesi; e) karakter penulis (baik,
cerdas, inovatif, kreatif); f) temuan yang pernah
diteliti; g) kualifikasi pengalaman; h) kemampuan
memenuhi tuntutan masyarakat pembacanya; dan i)
temuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi yang diperlukan oleh pembacanya.

146
Bahasa Indonesia 2014

2) Topik yang baik bagi pembaca


Topik yang baik bagi pembaca berarti topik itu dapat
mengembangkan basis kompetensi pembacanya,
yaitu sesuai dengan a) tuntutan pembaca untuk
mendapatkan target informasi yang diharapkan, b)
upaya pembaca untuk meningkatkan kecerdasan,
kompetensi pengembangan akademik dan profesi, c)
ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditekuni
pembacanya, d) pengembangan dan peningkatan
karier dn profesinya, e) upaya mempertajam dan
memperhalus rasa kemanusiaan, g) sesuai dengan
kebutuhan informasi iptek yang diperlukan, dan
sebagainya.
b. Menarik untuk ditulis dan dibaca
Topik yang menarik bagi penulisnya akan
meningkatkan kegairahan dalam mengembangkan
penulisnya, dan bagi pembaca akan mengundang minat
untuk pembacanya.
Topik menarik untuk dibaca dan ditulis jika
menyajikan informasi universal, tetapi pembahasannya
spesifik. a) memberikan solusi masalah, b) inovatif, c)
kreativitas baru yang belum pernah ada sebelumnya, d)
solusi pola kehidupan yang telah usang, e) solusi
mencegah korban gempa, f) mengatasi kesenjangan
kesejahteraan, g) kreativitas baru, h) prestasi yang luar
biasa, dan i) temuan mutakhir dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi tertentu.

147
Bahasa Indonesia 2014

c. Dikuasai dengan baik


Untuk menghasilkan karangan yang baik, penulis
harus menguasai teori-teori (data sekunder) dan data di
lapangan (data primer). Selain itu, penulis juga harus
menguasai waktu, biaya, metode pembahasan, bahasa
yang digunakan, dan bidang ilmu.
Indikator penguasaan topik oleh penulis, yaitu
menguasai: 1) ruang lingkupnya, 2) metode
pembahasannya, 3) landasan teorinya, 4) variabel yang
dibahas, 5) metode penelitiannya, 6) bidang ilmu yang
mendasarinya, 7) waktu yang ditentukan, 8)
pengoperasian sarana teknologi yang diperlukan, 9)
bahasa yang digunakan sebagai sarana penulisannya,
10) data dan pengujian validasinya.
d. Terbatas
Topik harus terbatas. Pembatasan mencakup:
konsep, variabel, data, lokasi (lembaga) pengumpulan
data, dan waktu pengumpulan data.
Topik yang terlalu luas menghasilkan karangan
yang dangkal, tidak mendalam, dan tidak tuntas. Selain
itu, pembahasan menjadi tidak fokus. Akibatnya,
pembahasan menjadi panjang dan tidak berisi. Oleh
karena itu, pembatasan topik harus dilakukan secara
cermat, sesuai dengan kemampuan dana, tenaga, waktu,
tempat, dan kelayakan yang dapat diterima oleh
pembacanya.

148
Bahasa Indonesia 2014

e. Didukung data
Data merupakan bagian dari pembuktian. Oleh
karena itu, data harus relevan dengan pembahasan
masalah. Selain itu, data juga berfungsi untuk
mendukung proses penalaran, terutama dalam menarik
kesimpulan. Data yang diperlukan, yaitu data primer dan
data sekunder.
1) Data Sekunder
Data sekunder ialah bukti teoretik yang diperoleh
melalui studi pustaka. Data ini mendasari kajian
teoretik yang digunakan sebagai landasan kerangka
berpikir. Berdasarkan kajian teoretik ini dapat disusun
hipotesis (kerangka konsep) yang mendasari
keseluruhan karangan. Oleh karena itu, data ini
tergolong penting dalam penulisan ilmiah.
2) Data Primer
Data primer adalah bukti penulisan yang diperoleh di
lapangan yang dilakukan secara langsung oleh
penulisnya. Untuk pembuktian suatu kasus penulisan
ilmiah (laporan), penulis harus mengumpulkan data
atau informasi secara cermat dan tuntas. Selain itu,
data juga harus diuji kebenaran dan keabsahannya.
Data dapat diuji dengan: wawancara, angket,
observasi/penelitian lapangan, atau penelitian
kepustakaan.

149
Bahasa Indonesia 2014

2. Judul Karangan
Topik ialah pokok pembicaraan dalam keseluruhan
karangan yang akan dibahas. TopiK dinyatakan dalam suatu
judul yaitu nama atau titel karangan. Syarat judul yang baik:
a. Sesuai dengan topik, karangan ilmiah formal judul
karangan sama dengan topiknya.
b. Sesuai dengan isi karangan, karangan ilmiah harus
membatasi konsep, lokasi, dan tempat untuk memastikan
data sekunder dan data primer yang diperlukan.
c. Berbentuk frasa (bukan kalimat).
d. Singkat
e. Jelas, topik yang jelas ditandai dengan: 1) menggunakan
kata lugas. 2) fungsi setiap kata dapat diukur secara
operasional. 3) tidak menggunakan kata kias. 4)
hubungan variabel bebas dan terikat menunjukkan arah
yang jelas.
3. Kalimat Tesis
Kalimat tesis adalah rumusan singkat gagasan sentral
sebuah karangan. Kalimat tesis merupakan ide sentral karangan
yang disusun secara teknis. Ciri-ciri tesis yang baik: a. berisi
gabungan rumusan topik dan tujuan; b. penekanan topik sebagai
suatu pengungkapan pikiran; c. pembatasan dan ketepatan
rumusan; d. berupa kalimat lengkap terdapat subjek dan predikat
(objek); e. menggunakan kata khusus dan denotatif (lugas); f.
berupa pernyataan positif; g. dapat mengarahkan,
mengembangkan, dan mengendalikan penulisan; dan h. dapat
diukur dan dibuktikan kebenarannya.

150
Bahasa Indonesia 2014

4. Kerangka karangan
Mengarang adalah mengorganisasi ide.
Pengorganisasian ide diawali dengan menyusun kerangka
karangan. Dengan kerangka karangan, rangkaian ide dapat
disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang
mengandung ketentuan bagaimana kita menyusun karangan itu.
Kerangka karangan juga akan menjamin bahwa penulisan akan
bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, dan bersasaran bagi
target pembacanya. Selain itu, kerangka karangan akan dapat
menghindarkan kemungkinan kesalahan terutama dalam
mengembangkan detail-detailnya.
Fungsi kerangka karangan:
a. Memudahkan pengendalian variabel,
b. Memperlihatkan pokok bahasan, sub-subbahasan karangan,
dan memberi kemungkinan perluasan bahasan tersebut
sehingga memungkinkan penulis menciptakan suasana
kreatif sesuai dengan variasi yang diinginkan,
c. Mencegah pembahasan ke luar dari sasaran yang sudah
dirumuskan dalam topik, judul, masalah, tujuan, dan kalimat
tesis,
d. Memudahkan penulis menyusun karangan secara
menyeluruh,
e. Mencegah ketidaklengkapan bahasan,
f. Mencegah pengulangan pembahasan ide,
g. Memperlihatkan kekurangan atau kelebihan materi
pembahasan.

151
Bahasa Indonesia 2014

D. Bentuk Kerangka Karangan


Kerangka karangan dapat dibedakan atas kerangka
kalimat dan kerangka topik.
1. Kerangka kalimat menggunakan kalimat deklaratif (berita)
yang lengkap untuk merumuskan setiap topik, subtopik
maupun sub-sub topik.
Contoh:
I. Pendahuluan
1. Latar belakang membahas kesenjangan konsep ideal
dan fakta, kajian pustaka, dan penalaran yang
menimbulkan masalah.
2. Masalah merumuskan pertanyaan yang hendak
dibahas.
3. Tujuan berisi upaya yang hendak dicapai.
4. Pembatasan masalah merinci ruang lingkup
pembahasan konsep, tempat penelitian, dan waktu
penelitian.
5. Metode pembahasan menguraikan cara
menganalisis.
II. Deskripsi teori berisi karian teoretik variabel pertama dan
kedua.
1. Deskripsi variabel pertama, teori x berisi definisi dan
deskripsi singkat.
2. Deskripsi variabel kedua, teori y berisi definisi dan
deskripsi singkat.
III. Metode penelitian membahas cara meneliti, cara
mengumpulkan data, dan cara menganalisis sampai
mendapatkan hasil analisis data.

152
Bahasa Indonesia 2014

IV. Deskripsi data menggambarkan data, menganalisis data,


dan hasil analisis.
V. Kesimpulan menafsirkan hasil analisis, dan
menyampaikan saran atau rekomendasi.
2. Kerangka topik, berisi topik dan sub-subtopik yang berupa
frasa, bukan kalimat lengkap. Menyusun kerangka berarti
merinci topik berdasarkan kalimat tesis ke dalam sub-topik
yang lebih kecil. Untuk menyusun kerangka karangan,
perhatikan proses berikut ini.
a. Merumuskan topik menjadi rumusan masalah, tujuan,
dan kalimat tesis,
b. Menyusun rincian kalimat tesis menjadi kerangka kasar/
ragangan yang terdiri atas pendahuluan dan bahasan
utama, masing-masing disertai judul bab,
c. Merinci kerangka kasar (ragangan) menjadi kerangka
sempurna dengan merinci bab menjadi subbab, dan
merinci subbab menjadi sub-subjudul yang lebih kecil,
serta tambahan unsur pembuka dan unsur penutup.
Misalnya, kita akan menulis karangan mengenai kegiatan
sebuah universitas pada periode tertentu. Mula-mula kita
memecahkan merinci kalimat tesis menjadi topik tersebut
ke dalam suatu babakan besar. Perhatikan contoh berikut
ini.
Tesis: Manajemen pemasaran sepatu bata di Asean
sampai dengan pertengahan 2003 belum optimal
sehingga perlu diupayakan peningkatannya
dengan mempertinggi daya saing terhadap
produk lain.

153
Bahasa Indonesia 2014

1. Kerangka kasar menuju kerangka sempurna:


Kerangka kasar (ragangan) Upaya meningkatkan
penjualan sepatu bata di Asean 2004
I. Penjualan yang sedang berlangsung
II. Peningkatan penjualan
III. Prospek penjualan setelah diperoleh kerangka
kasar, penulis memikirkan rincian setiap bab
kasar di atas menjadi sebuah kerangka yang lebih
terinci.
Upaya meningkatkan penjualan sepatu bata di
Asean 2004
I. Upaya yang sedang berlangsung
1.1 Konsep penjualan tradisional
1.2 Kualitas produk
1.3 Promosi
II. Peningkatan penjualan periode 2004
2.1 Strategi penjualan
2.2 Kualitas produk standar internasional
2.3 Promosi multimedia
Kerangka karangan itu dapat dirinci menjadi kerangka topik
sempurna dengan menambahkan detail pada masing-masing
subtopik.
1. Penjualan yang sedang berlangsung
1.1 Penjualan secara tradisional
1.1.1 Menempatkan barang di toko
1.1.2 Jauh dari pusat perdagangan
1.2 Kualitas produk rendah
1.2.1 Tidak terkontrol

154
Bahasa Indonesia 2014

1.2.2 Kalah bersaing


1.3 Tanpa promosi
2. Peningkatan penjualan
2.1 Strategi penjualan
2.2 Kualitas produk standar internasional
2.2.1 Sertifikasi internasioanal standar organization
(ISO)
2.2.2 Memasuki pasar global
2.2.3 Memasuki pasar WTO
3. Promosi multimedia
3.1 Melalui media cetak
3.2 Melalui internet

untuk menyusun kerangka karangan yang baik, penulis


perlu memerhatikan kriteria berikut:
1. Menggunakan bentuk karangan standar,
2. Menggunakan indens atau lurus secara konsisten, dan tidak
mengombinasikan bentuk-bentuk tersebut secara
bersamaaan dalam sebuah kerangka karangan,
3. Menggunakan penomoran secara konsisten (angka desimal,
angka romawi, kombinasi angka romawi),
4. Setiap judul bab diberi nomor secara konsisten,
5. Setiap subbab diberi nomor secara konsisten,
6. Setiap unsur subbab diberi nomor secara konsisten,
7. Setiap detail unsur diberi nomor secara konsisten,
8. Penomoran tidak melebihi empat angka (digit), dan
9. Kerangka karangan tidak sama dengan daftar isi.

155
Bahasa Indonesia 2014

Contoh Kerangka Karangan:


1. Kerangka karangan sistem lekuk, dengan angka romawi,
huruf kapital, dan angka arab
Upaya meningkatkan kreativitas baru mahasiswa dalam
kewirausahaan
I. Pendahuluan
II. Potensi akademik siswa
A. Potensi kecerdasan
B. Keahlian bidang studi
C. Tenaga kerja intelektual
III. Paradigma kewirausahaan
A. Potensi kewirausahaan
B. Sumber kreativitas baru
C. Budaya kewirausahaan
IV. Strategi berwirausaha
A. Strategi awal
!. Konsep
2. Modal
3. Produk
4. Pasar
B. Evaluasi perencanaan dan pengembangan
C. Perencanaan awal
D. Pengembagan semester pertama
E. Evaluasi dan pengembanagan semester kedua
F. Evaluasi, perencanaan, dan pengembangan tahun kedua

156
Bahasa Indonesia 2014

2. Kerangka karangan sistem lekuk dengan angka desimal


Upaya meningkatkan kreativitas baru mahasiswa dalam
kewirausahaan
1. Pendahuluan
2. Potensi akademik mahasiswa
2.1 Potensi kecerdasan
2.2 Keahlian bidang studi
2.3 Tenaga kerja intelektual
3. Paradigma kewirausahaan
3.1 Potensi kewirausahaan
3.2 Sumber kreativitas baru
3.3 Budaya kewirausahaan
4. Strategi berwirausaha
4.1 Strategi awal
4.11 konsep
4.1.2 Modal
4.1.3 Produk
4.1.4 Pasar
4.2 Evaluasi strategi awal,
4.3 Perencanaan dan pengembangan tahun pertama
4.4 Evaluasi, perencanaan, dan pengembanagan tahun
kedua
5. Kesimpulan

3. Kerangka sistem lurus dengan angka romawi dan


desimal
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

157
Bahasa Indonesia 2014

1.2 Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Pembatasan Masalah
1.5 Manfaat Penelitian

BAB II KERANGKA TEORI


2.1 Deskripsi Teori
2.1.1 Deskripsi teoretik variabel pertama (definisi, gambaran
konsep)
2.1.2 Deskripsi teoretik variabel kedua (definisi, gambaran
konsep)
2.2 Kerangka Berpikir
1.3 Rumusan Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian
3.2 Populasi dan Sampel
3.3 Variabel
3.4 Instrumen
3.5 Prosedur pengukuran
3.6 Teknik Analisis

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1 Deskripsi Data
4.2 Pengujian Data
4.3 Hasil Pengujian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

158
Bahasa Indonesia 2014

5.1 Kesimpulan (interpretasi atas hasil penelitian)


5.2 Saran

4. Kerangka karangan dengan romawi lurus model


kerangka penelitian kualitatif
BAB I Pendahuluan
BAB II Teori Acuan
BAB III Metodologi Penelitian
BAB IV Hasil Penelitian
BAB V Pembahasan
BAB VI Kesimpulan, Implikasi (Saran)

6. Kerangka karangan dengan kombinasi romawi desimal


lurus model kerangka penelitian kualitatif, contoh model
kajian teoretik
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

BAB II Kajian Pustaka


2.1 Deskripsi
2.2 Analisis
2.3 Sintesis

BAB III HASIL PENELITIAN


3.1 Interpretasi

159
Bahasa Indonesia 2014

3.2 Implikasi

BAB IV KESIMPULAN
(Tindak lanjut)

6. Pola pemecahan masalah: pernyataan maksud-masalah-


tujuan pembahasan-alternatif (pemecahan masalah)–
pemecahan masalah
I Pernyataan Maksud
II Deskripsi Masalah
III Merumuskan Tujuan
IV Cara Mencapai Tujuan
V Alternatif Pertama
VI Alternatif Kedua
VII Pemecahan Masalah

7. Kerangka karangan dengan romawi lurus model


kerangka penelitian kualitatif, untuk penulisan artikel
Pola penilain: sari tema-kekuatan-kelemahan-integritas
I Sari Tema
II Deskripsi Umum
III Kekuatan/Keunggulan Pertama
IV Kekuatan/Keunggulan Kedua
V Kelemahan Pertama dan Solusi
VI Kelemahan Kedua dan Solusi
VII Integritas (Induktif)

160
Bahasa Indonesia 2014

8. Kerangka karangan dengan romawi dan desimal lurus


model kerangka penelitian kualitatif, untuk penulisan
makalah
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Pentingnya Pembahsan Masalah
1.3 Sudut Pandang dan Pendekatan
1.4 Pembatasan Masalah

II PEMBAHASAN
2.1 Masalah yang Dihadapi
2.2 Cara Pemecahan Masalah
2.3 Dukungan
2.4 Hambatan

III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Contoh Kerangka Karangan Kajian


1. Kajian tindakan
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Bab 2 Desain
2.1 Pengumpulan Data

161
Bahasa Indonesia 2014

2.2 Analisis Data


2.3 Kriteria Penilaian
Bab 3 Hasil Penelitian
3.1 Interpretasi
3.2 Implikasi
Bab 4 Simpulan

2. Kreativitas modal
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.3 Masalah
1.4 Manfaat
Bab 2 Tinjuan pustaka
2.1 Teori-teori
2.2 Analisis
2.3 Sintesis
Bab 3 Hasil penelitian
3.1 Interpretasi
3.2 Implikasi
Bab 4 Aplikasi

3. Studi pustaka (kajian teoretik)


Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

162
Bahasa Indonesia 2014

Bab 2 Tinjuan pustaka


2.1 Analisis
2.2 Sintesis
Bab 3 Hasil penelitian
3.1 Interpretasi
3.2 Implikasi
Bab 4 Simpulan

4. Studi kasus
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Masalah
1.4 Manfaat
1.5 Proporsi (jika ada)
Bab 2 Satuan Analisis
2.1 Definisi
2.2 Hubungan Data dan Proporsi
Bab 3 Analisis Data
3.1 Kriteria
3.2 Analisis
Bab 4 Hasil Penelitian
4.1 Interpretasi
4.2 Implikasi

Bab 5 Simpulan

5. Studi penulisan natural

Bab 1 Pendahuluan
1.1 Fokus

163
Bahasa Indonesia 2014

1.2 Sampel
1.3 Instrumen
1.4 Paradigma

Bab 2 Metode
2.1 Taraf Penelitian
2.2 Analisis Dominan
1.4 Analsis Taksonomi
1.5 Analisis Komponen
1.6 Analisis Tema

Bab 3 Hasil Penelitian


3.1 Hasil Penelitian
3.2 Evaluasi Unit Anggota
3.3 Evaluasi Kolektif
1.4 Validitas Data

Bab 4 Simpulan (tindak lanjut)


4.1 Tema Utama
4.2 Hipotesis Kerja

164
Bahasa Indonesia 2014

BAB IX

TEKNIK NOTASI ILMIAH


Venus Khasanah, S.S.

Indikator Pembelajaran
Mahasiswa dapat menulis kutipan disertai catatan kaki dan

bibliografi.

Pernyataan, teori, ataupun konsep yang kita gunakan


sebagai bahan rujukan dalam penulisan karya ilmiah harus
mencakup beberapa hal. Pertama, kita harus dapat
mengidentifikasi orang yang membuat pernyataan tersebut.
Kedua, kita harus pula dapat mengidentifikasikan media
komunikasi yang memuat hal tersebut. Ketiga, kita harus dapat
mengidentifikasikan lembaga yang menerbitkannya. Jika rujukan
tersebut tidak diterbitkan, tetapi disampaikan dalam bentuk
makalah dalam seminar atau lokakarya, kita harus menyebutkan
tempat, waktu, dan lembaga yang menyelenggarakannya. Begitu
pula jika rujukan berasal dari hasil wawancara, kita harus
menyebutkan tempat, waktu, atau media yang menyiarkannya.

Cara kita mencatumkan ketiga hal tersebut dalam tulisan


ilmiah disebut teknik notasi ilmiah, yang menyangkut masalah
tata cara mengutip, membuat catatan kaki, dan menyusun daftar
pustaka (bibliografi).

165
Bahasa Indonesia 2014

A. Kutipan

Mengutip adalah kegiatan meminjam pendapat


seseorang yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan.
Sumber kutipan tersebut dapat berupa cetakan atau
rekaman/wawancara.

Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan mengapa


kita mengutip, yaitu (1) menghemat waktu karena tidak perlu
mengadakan penelitian lagi; (2) memperkuat argumen atau
pendapat yang kita kemukakan dalam tulisan ilmiah.

Di dalam mengutip (1) kita tidak boleh mengubah


(menambah atau mengurangi) hal yang kita kutip; (2) jangan
memasukkan pendapat pribadi; (3) penulis bertanggung jawab
penuh akan akurasi kutipan, terutama kutipan tidak langsung.
Jika kita menemukan kesalahan pada kutipan langsung
tambahkan tanda kurung siku […] di belakang kata atau bagian
yang salah. Misalnya, pada kutipan tertulis kata naosional yang
seharusnya nasional, tulislah na[o]sional. Begitu pula jika kita
tidak setuju dengan pendapat yang kita kutip, tempatkan tanda
[sic!] di belakang bagian yang tidak kita setujui. Selain itu, tanda
[sic!] juga menandakan bahwa penulis tidak bertanggung jawab
atas kesalahan tersebut, ia sekadar mengutip sesuai dengan
aslinya. Misalnya, “Demikian juga dengan kata yang bermakan
[sic!] ambigu …” Lakukan hal yang sama, jika kita meragukan
kebenaran suatu pernyataan. Misalnya, dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1990: 616) dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan skripsi adalah “Karya ilmiah yang wajib ditulis [sic!] oleh

166
Bahasa Indonesia 2014

mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan


akademisnya”. Tanda [sic!] tersebut selain menunjukkan bahwa
Anda mengutip apa adanya (sesuai dengan aslinya) juga
mengandung arti bahwa Anda tidak setuju karena tidak semua
perguruan tinggi mewajibkan mahasiswa untuk menulis skripsi,
tetapi ada pilihan jalur skripsi dan nonskripsi.

Ada dua macam kutipan, yaitu kutipan langsung dan


kutipan tidak langsung/menyadur.

1. Kutipan langsung

Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan


mengambil secara lengkap atau sama persis dengan
sumbernya.

Contoh:

Skripsi adalah naskah teknis. Pada umumnya skripsi


merupakan pula sebagian syarat untuk memperoleh gelar
(derajat akademis) doktorandus dan/atau yang sederajat,
dengan titik berat sebagai latihan menulis karya ilmiah bagi
calon sarjana. (Brotowidjoyo, 1993: 143).

Kutipan langsung digolongkan menjadi dua, yaitu kutipan


pendek dan kutipan panjang.

a. Kutipan pendek

Kutipan pendek adalah kutipan langsung yang tidak lebih


dari empat baris; isi kutipan ditempatkan menyatu dengan teks;
spasi sama dengan teks; bagian yang dikutip diapit dengan
tanda petik (“…”); setelah kutipan selesai, diberi nomor urut

167
Bahasa Indonesia 2014

(angka Arab) sebagai catatan kaki (footnote) guna menyebutkan


sumber kutipan dan ditulis setengah spasi ke atas (huruf
superscript); nomor kutipan berurutan dalam satu bab.
Pergantian bab diikuti pula dengan penggantian nomor kutipan;
jika bahan yang dikutip disajikan sebagai bahan perbandingan,
harus dibuat kesimpulan perbandingannya.

Contoh:

Pronomina adalah “kata yang dipakai untuk mengacu kepada


nomina lain”.2

b. Kutipan panjang

Kutipan panjang adalah kutipan langsung yang lebih dari


empat baris; isi kutipan ditempatkan pada paragraf baru dan
tersendiri (indensi 5–7 karakter); spasi rapat (satu spasi); kutipan
tidak diapit tanda petik.

Contoh:

Ilmu pengetahuan menuntut persyaratan khusus dalam


pengaturannya. Dua hal penting dalam pengaturan tersebut
adalah sistem dan metode pengetahuan itu sendiri.
Koentjaraningrat (1977: 13–16) memberikan penjelasan
mengenai hal tersebut sebagai berikut:

168
Bahasa Indonesia 2014

Sistem adalah susunan yang berfungsi dan


bergerak, suatu cabang ilmu niscaya mempunyai
objeknya, dan objek yang menjadi sasaran umumnya
dibatasi. Sehubungan dengan hal itu, maka setiap ilmu
lazimnya mulai dengan merumuskan suatu batasan
(definisi) perihal apa yang dibedakan dari sistem. Suatu
hal lain yang dalam dunia keilmuan segera dilekatkan
pada masalah sistem adalah metode. Dalam arti kata
yang sesungguhnya, makna metode (Yunani) adalah
‘cara atau jalan’.3

Jika kita ingin menghilangkan beberapa kata pada awal


atau tengah tulisan, beri tanda elipsis atau (…) pada bagian
yang dihilangkan, sedangkan menghilangkan unsur pada bagian
akhir tulisan beri tanda titik sebanyak empat buah. Berbeda jika
kita hendak menghilangkan satu paragraf atau lebih, kita harus
memberi tanda titik-titik sepanjang satu baris.

Contoh:

… Akan tetapi, komunikasi dalam iklan bersifat khusus.


Iklan pada prinsipnya adalah “komunikasi nonpersonal yang
dibayar oleh sponsor yang menggunakan media massa untuk
membujuk dan mempengaruhi khalayaknya” (Wells, 1992: 10).
… Segi nonpersonal itu membedakan iklan dari promosi dan
publisitas.

…………………………………………………………………………
…………………….. Dari definisi tersebut dapat ditarik empat
kata kunci, yaitu sponsor, pesan, media, dan sasaran.

169
Bahasa Indonesia 2014

2. Kutipan tidak langsung/menyadur

Kutipan tidak langsung/menyadur adalah pinjaman atau


penggunaan ide/pokok pemikiran orang lain yang ditulis kembali
dengan bahasa pengutip sendiri.

Contoh:

Seperti yang dikemukakan Brotowidjoyo (1993: 143) skripsi pada


dasarnya adalah latihan menulis ilmiah bagi calon sarjana.
Naskah teknis ini sekaligus berfungsi sebagai pelengkap
persyaratan akhir untuk memperoleh gelar seseorang.

Cara menyadur ada dua macam, masing-masing


berbeda cara, tujuan, dan manfaatnya.

a. Meringkas

Meringkas adalah penyajian suatu karangan atau bagian


karangan panjang dalam bentuk yang singkat. Tujuan
meringkas, yaitu (1) mengembangkan ekspresi penulisan, (2)
menghemat kata, (3) memudahkan pemahaman naskah asli,
dan (4) memperkuat pembuktian.

Proses meringkas karangan berdasarkan urutan sebagai


berikut: (1) bertolak dari karangan asli dengan membaca secara
cermat naskah asli dari tema sampai dengan kesimpulan, dan
mencatat pikiran-pikiran utama; (2) mereproduksi karya asli
dalam bentuk ringkas dengan menyajikan pikiran-pikiran utama
seluruh karangan dalam hubungan logis; memotong,
memangkas, atau menghilangakn unsur-unsur (a) keindahan

170
Bahasa Indonesia 2014

gaya bahasa, (b) ilustrasi, (c) penjelasan, rincian, dan detail, (d)
kutipan, dan (e) contoh-contoh; (3) menyusun ringkasan dengan
mempertahankan (a) pikiran pengarang dan pendekatan asli, (b)
urutan pikiran, (c) sudut pandang pengarang asli, (d) pengetikan:
spasi, huruf, dan margin sama dengan uraian teks.

b. Ikhtisar

Ikhtisar adalah menyajikan suatu karangan yang panjang


dalam bentuk ringkas. Proses mengikhtisar karangan
berdasarkan urutan sebagai berikut: (1) bertolak dari naskah asli;
(2) tidak mempertahankan urutan; (3) tidak menyajikan
keseluruhan isi; (4) langsung ke inti bahasan yang terkait dengan
masalah yang hendak dipecahkan; (5) memerlukan ilustrasi
untuk menjelaskan inti pesoalan; (6) pengetikan: spasi, huruf,
dan margin sama dengan teks.

B. Catatan Kaki

Catatan kaki atau footnote adalah keterangan mengenai


referensi atau isi yang ditempatkan di kaki tulisan. Catatan ini
diperlukan selain untuk menunjukkan tempat yang kita kutip,
menguatkan pendapat yang kita kemukakan, memberi referensi
silang (cross-references), juga sebagai tempat memberi
komentar atau tanggapan terhadap suatu pendapat.

Sehubungan dengan fungsinya tersebut, catatan kaki


dibedakan atas (1) catatan kaki referensi: berisi tentang catatan
sumber yang dikutip; ditempatkan pada kaki tulisan atau di akhir
keseluruhan tulisan setelah simpulan (disebut catatan akhir atau

171
Bahasa Indonesia 2014

end note) dan (2) catatan kaki isi: berisi penjelasan, komentar
terhadap konsep yang kita kutip atau catatan tambahan yang
sifatnya melengkapi tulisan.

1. Kutipan disertai catatan kaki

Skripsi, tesis, disertasi, dan makalah ilmiah yang lebih


dari sepuluh halaman sebaiknya menggunakan catatan kaki.
Pemikiran yang mendasari penggunaan catatan kaki, yaitu: (1)
menunjukkan bobot ilmiah yang lebih tinggi; (2) menunjukkan
kecermatan yang lebih akurat; (3) memudahkan penilaian
penggunaan sumber data; (4) mencegah pengulangan penulisan
data pustaka; (5) memudahkan pembedaan data pustaka dan
keterangan tambahan; (6) memungkinkan ketelitian sumber data
lebih akurat; (7) meningkatkan estetika penulisan.

Pengetikan catatan kaki isi merupakan salah satu


konvensi penulisan. Adapun tekniknya adalah sebagai berikut.

(1) Catatan kaki harus ditulis pada tempat yang sama dengan
pencantuman nomor catatan kaki.
(2) Nomor harus ditempatkan dengan menggunakan angka Arab
dan berurutan tiap bab.
(3) Pergantian bab diikuti pula dengan pergantian nomor catatan
kaki.
(4) Nomor diletakkan setengah spasi di atas teks (superscript).
(5) Jarak ketik antarbaris satu spasi.
(6) Jarak ketik antarnomor (sumber) dua spasi.
(7) Jenis ataupun ukuran huruf catatan kaki dapat dibuat
berbeda dari jenis dan huruf pada naskah.

172
Bahasa Indonesia 2014

Contoh:

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), halaman
273.
2
Gorys Keraf, Komposisi, (Ende: Nusa Indah, 1980), halaman
229.

Penulisan catatan kaki untuk data publikasi yang sama


atau sumber yang pernah dikutip menggunakan istilah-istilah
berikut.

1. Ibid., singkatan dari ibidem yang berarti ‘sama dengan di


atas’. Istilah ini digunakan untuk catatan kaki yang
sumbernya sama dengan catatan kaki yang tepat di atasnya
dan belum diselingi oleh sumber lain.
2. Op.Cit., singkatan dari opere citato yang berarti ‘dalam karya
yang telah dikutip’. Istilah ini digunakan untuk catatan kaki
lain dari sumber yang pernah dikutip, tetapi telah disisipkan
catatan kaki lain dari sumber lain.
3. Loc.Cit., singkatan dari loco citato yang berarti ‘tempat yang
telah dikutip’. Istilah ini digunakan jika kita mengutip kembali
karya yang terdahulu dengan halaman yang sama.
Contoh:
1Kasali, Manajemen Periklanan, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,
1995), hlm. 19.
2Ibid., hlm. 4.
3Ismiani, “Kreatif: Citra Utuh Sebuah Merek” (http:
www.cakram.com.juni00/kreatifhtm), hlm. 2 (22 November 2000).
4Kasali, Op.Cit., hlm. 67.
5Kasali, Loc.Cit.
173
Bahasa Indonesia 2014

2. Kutipan tanpa catatan kaki

Artikel dan makalah pendek (kurang dari sepuluh


halaman) yang tidak menggunakan catatan kaki dapat
menggunakan data pustaka dalam teks. Pemikiran yang
mendasari, antara lain: (1) artikel lazim dimuat dalam surat kabar
dan majalah populer; (2) ruang untuk menuliskan catatan kaki
dan bibliografi terbatas; (3) penulisan cenderung menggunakan
ragam populer; (4) pembaca artikel bermacam-macam latar
belakang ilmu pengetahuan; (5) pertimbangan akademis bukan
unsur utama karena yang dipentingkan fungsi informasi; (6) surat
kabar dan majalah mengutamakan efektivitas dan efisiensi,
setiap baris/kolom diperhitungkan secara komersial; (7)
pemuatan catatan kaki dan bibliografi dinilai memboroskan
ruang, yang dapat memperkecil nilai komersialnya; (8) penulisan
artikel yang pendek tidak menuntut catatan kaki dan bibliografi
yang banyak.

Data pustaka dalam teks dapat ditempatkan pada awal


kutipan atau pada akhir kutipan. Data pustaka yang dituliskan,
yaitu (1) pencipta ide, (2) penulis buku, (3) nama buku, (4) tahun,
dan (5) halaman.

Contoh:

174
Bahasa Indonesia 2014

a. Data pustaka pada awal kutipan

Howard Gardner dalam Daniel Goleman, Inteligence


Emotional, (2001: 166) mengidentifikasi kecerdasan
antarpribadi berdasarkan keterampilan esensial dalam (1)
mengorganisasi kelompok, (2) mencegah konflik dalam
merundingkan pemahaman, (3) empati dalam menjalin,
mengenali, dan merespons hubungan pribadi, (4)
mengungkapkan perasaan dan keprihatinan secara tepat, (5)
melakukan analisis sosial dalam mendeteksi perasaan orang
lain menuju bentuk terbaik sehingga diperoleh suatu ketajaman
antarpribadi, dan (6) memanfaatkan unsur pembentuk daya
b.tarik, keberhasilan sosial, dan karisma.

b. Data pustaka pada akhir kutipan

Kecerdasan antarpribadi adalah kemampuan untuk


memahami orang lain apa yang memotifasi mereka,
bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahu-
membahu dengan mereka. Sedangkan kecerdasan
intrapribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah
ke dalam diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri sendiri
serta kemampuan menggunakan model untuk menempuh
kehidupan yang efektif. (Howard Gardner, Multiple Inteligence,
dalam Daniel Goleman, Inteligence Emotional, 2001: 52).

175
Bahasa Indonesia 2014

Singkatan-singkatan

Singkatan yang lazim digunakan dalam penulisan catatan


kaki dapat dilihat berikut ini.

a.b. : alih bahasa

[Sic!] : seperti pada aslinya, digunakan untuk


menunjukkan bahwa kesalahan terdapat
pada naskah aslinya

Cf. atau conf. : confer, bandingkan

Chap. : chapter, bab

dkk. : dan kawan-kawan

Ed., ed. : Editor (penyunting), edisi

et seq atau et seqq : et sequens atau et sequentes, dan


halaman berikutnya

et.al. : et alii, dan lain-lain, untuk menggantikan


pengarang yang tidak disebut

Hlm., hlm., atau h. : halaman

Ibid. atau ibid. : ibidem, sama dengan di atasnya

Infra : di bawah, lihat pada artikel atau karangan


yang sama di bawah

Loc.Cit. atau loc.cit. : Loco Citato, pada tempat yang telah


dikutip

176
Bahasa Indonesia 2014

Op.Cit. atau op.cit. : Opere Citato, dalam karya yang telah


dikutip

Passim : tersebar di sana-sini, bahan yang


digunakan berada dalam berbagai sumber

ser. : seri

supra : di atas, sudah disebutkan lebih dulu pada


teks yang sama

terj. : terjemahan

Vol. : volume atau jilid

C. Bibliografi/Daftar Pustaka

Istilah bibliografi atau daftar pustaka berasal dari bahasa


Yunani bibliographie yang berarti ‘menulis buku-buku’. Makna
dari istilah tersebut kemudian berkembang seiring dengan
perkembangan media informasi. Bibliografi tidak hanya tempat
untuk menuliskan sumber rujukan yang berasal dari media cetak
(jurnal, majalah, surat kabar, buletin, skripsi/tesis/disertasi,
makalah, diktat, manuskrip), tetapi juga yang berasal dari media
elektronik (mikrofilm, iklan tv, rekaman naskah siaran
radio/tv/wawancara, dan sumber-sumber yang diambil dari
internet).

Data yang perlu dicatat dari sumber bacaan tersebut di


antaranya adalah sebagai berikut.

177
Bahasa Indonesia 2014

1. Data bibliografis (nama pengarang/penulis)

a. nama pengarang disusun secara alfabetis

b. gelar akademis tidak perlu dicantumkan

c. gelar kebangsawanan, kasta, atau gelar adat yang sudah


menyatu dengan nama seperti Raden Ajeng Kartini, I
Gusti Panji Tisna, Sultan Takdir Alisjahbana tidak perlu
dihilangkan

d. penulisan nama pengarang pertama dimulai dari nama


keluarga (first name) atau dibalik, kecuali untuk nama-
nama yang berasal dari rumpun Cina

e. nama pengarang yang terdiri atas satu kata ditulis tetap,


misalnya: Soekarno

f. nama pengarang yang terdiri atas dua kata ditulis dengan


urutan terbalik, misalnya: Lamuddin Finoza menjadi
Finoza, Lamuddin

g. nama pengarang yang terdiri atas tiga kata, urutannya


menjadi sebagai berikut: kata ketiga menjadi urutan
pertama, kata pertama menjadi urutan kedua, dan kata
kedua menjadi urutan ketiga. Misalnya: Sultan Takdir
Alisjahbana menjadi Alisjahbana, Sultan Takdir

h. nama pengarang yang dimulai dengan Mc.M. atau Mac.


Disusun secara alfabetis sebagai Mac., misalnya: John
London McAdam menjadi McAdam, John London

178
Bahasa Indonesia 2014

i. nama yang dimulai dengan St. atau Ste. Disusun secara


alfabetis sebagai Saint atau Sainte, misalnya: St.
Agustinus menjadi Agustinus, St.

j. nama-nama gabungan tidak ditulis terpisah, misalnya:


Henry Saint-Simon menjadi Saints-Simon, Henry

k. jika sumber ditulis lebih dari satu orang, hanya nama


pengarang pertama saja yang ditulis dengan urutan
terbalik

l. jika sumber ditulis oleh lebih dari tiga nama pengarang,


cukup nama pengarang pertama saja yang dicantumkan
dan tambahkan dkk. atau et. al.

m. jika pada sumber tidak tercantum nama pengarang,


cantumkan nama editor atau penyuntingnya. Jika nama
itu pun tidak ada, cantumkan nama badan, lembaga, atau
instansi yang bertanggung jawab atas publikasi

2. Judul atau nara sumber

a. judul sumber yang berupa buku, kamus, ensiklopedi,


jurnal, majalah, dan surat kabar harus dicetak miring
(italic) atau diberi garis bawah

b. jika sumber berasal dari


artikel/makalah/diktat/skripsi/disertasi, judul harus diapit
oleh tanda petik (“…”)

179
Bahasa Indonesia 2014

c. setiap awal kata dalam judul sumber ditulis dengan huruf


kapital, kecuali kata depan, kata penghubung, atau kata-
kata yang tergolong rumpun kata tugas

3. Nomor atau seri penerbitan (jika ada) ditulis setelah judul

4. Edisi atau cetakan (jika ada) harus dicantumkan

5. Impresum (tempat, nama, dan tahun penerbitan).

6. Teknik pengetikannya adalah:

a. nama pengarang

b. tanpa nomor urut

c. jarak ketik antarbaris dalam satu sumber satu spasi

d. jarak ketik antarsumber dua spasi

e. huruf pertama dari baris pertama masing-masing sumber


diketik tepat pada margin kiri tanpa indensi, sedangkan
untuk baris berikutnya indensi 5–7 karakter.

Contoh:

Cara I:

Buku

Karya satu pengarang

Simanjuntak, Tiur L.H. Dasar-Dasar Telekomunikasi. Bandung:


Alumni, 1993.

180
Bahasa Indonesia 2014

Karya dua pengarang

Manning, Aubrey and Marian Stamo Dawkins. An Introduction to


Animal Behaviour. Ed. 4. New York: Cambridge
University Press, 1993.

Karya tiga pengarang

Brett, P.D., S.W. Johnson, and C.R.T. Bac. Mastering String


Quartets. San Fransisco: Amati Press, 1989.

Karya lebih dari tiga pengarang

Marcus, Charlotte, Jerome Waterman, Thomas Gomez, and


Elizabeth DeLor. Investigation into the phenomenon
of Limited-Field Criticsm. Boston: Broadview Press,
1990.

Atau

Ketchum, Wanda and others. Batering Husbund: Cornered


Wives. Cincinnati: Justice and Daugters, 1990.

Karya tanpa pengarang

The lottery. London: J. Watts, 1732.

Karya badan korporasi (institusi)

Special Libraries Association. Directory of Business Financial


Services. New York: Special Libraries Association,
1963.

181
Bahasa Indonesia 2014

Karya editor (sama seperti karya berpengarang)

Anderson, J.N.D., (ed.). The World’s Religions. London: Inter-


Varsity Fellowship, 1950.

Jenis Dokumen Laporan

Nama pengarang

Postley, John H. Report on Study of Behavioral Factors in


Information Systems. Los Angeles: Hughes
Dynamics, 1960.

Nama ketua panitia

Report of The Committee on Financial Institutions to the


President of the United States. By Walter W. Heller,
Chairman. Washington, D.C.: Government Printing
Office, 1963.

Jenis Dokumen Prosiding

Industrial Relation Research Association. Proceedings of Third


Annual Meeting. Madison, Wis.: n.p., 1951.

Jenis Dokumen Buku Tahunan

Diterbitkan oleh departemen (terbitan pemerintah)

U.S. Department of Agriculture. Yearbook of Agriculture, 1941.


Washington, D.C.: Government Printing Office, 1941.

182
Bahasa Indonesia 2014

Artikel dalam buku tahunan

Wilson, G.M. “A Survey of the Social and Business Use of


Arithmetic”. Second Report of the Committee on
Minimal Essentials in Elementary-School Subjects, in
Sixteenth Yearbook of the National Study of
Education, pt. 1. Bloomington, III: Public School
Publishing Co., 1917.

Jenis Dokumen Jurnal atau Majalah

Artikel dalam jurnal

Swanson, Don. “Dialogue with a Catalogue”. Library Quarterly 34


(December 1963): 113-25.

Artikel dalam majalah

Tuchman, Barbara W. “If Asia Were Clay in the Hands of the


West”. Atlantic. September 1970. Pp.68–84.

Jenis Dokumen Ensiklopedia

Signed artikel

Encyclopaedia Britanica. 11thed. S.v. “Blake, William”’ by W.


Comyns-Carrs.

Unsigned artikel

Encyclopaedia Americana. 1963 ed. S.v. “Sitting Bull”.

183
Bahasa Indonesia 2014

Jenis Dokumen Surat Kabar

“Amazing Amazon Region”. New York Times. 12 January 1969,


sec. 4, p. E11.

Jenis Dokumen Mikroform (repreduksi)

Chu, Godwin C., and Schramm, Wilbur. Learning from


Television: What the Research Says. Bethesda, Md.:
ERIC Document Reproduction Services, Ed. 014900,
1967.

Jenis Dokumen yang tidak dipublikasikan

Koleksi Manuskrip

Washington, D.C. National Archives. Modern Military Records


Division. Record Group 94. Gen. Joseph C. Castner,
“Report to the War Department”, 17 January 1927.

Thesis dan Paper lain

Philips, O.C., Jr. “The Enfluence of Ovid on Lucan’s Bellum


civile”. Ph.D. dissertation, University of Chicago,
1962.

Luhn, H.P. “Keyword-in-Context Index for Technical Literature”.


Paper presented at the 136th meeting of the American
Chemical Society. Atlantic City, N.J., 14 September
1959.

184
Bahasa Indonesia 2014

Jenis Dokumen Hasil Wawancara

Nought, John. Primus Realty Company, San Jose, California.


Interview, 12 May 1962.

Cara II:

Bagus, Lorens. 1991. “Fenomenologi Pengetahuan Bahasa”.


Diktat Mata Kuliah Filsafat Bahasa, Fakultas Filsafat
Pascasarjana Universitas Indonesia.

Finoza, Lamuddin. 2001. Komposisi Bahasa Indonesia. Cet. Ke-


7. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kamus Besar


Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Fokker, A.A. 1970. Pengantar Sintaksis Bahasa Indonesia.


Diindonesiakan oleh Djonhar. Jakarta: Pradnya
Paramita.

Nasution, Andi Hakim. “Dua Jenis Ilmu Dasar”. Kompas, 28


September 2001.

Sari, Mayang. “Mitos Kontemporer Iklan: Suatu Kajian


Semiologis dalam Perspektif Filosofis”. Tesis
Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996.

-----------. 1998. “Parfum Pria Menggoda Wanita: Realita atau


Utopia” dalam Wanita dan Media: Konstruksi Gender
dalam Ruang Publik Orde Baru. Idy Subandi Ibrahim

185
Bahasa Indonesia 2014

dan Hanit Suranto (Ed.). Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Aturan penulisan sumber yang berasal dari media


elektronik adalah (1) nama nara sumber, (2) jenis media, (3)
tanggal pengumpulan data (wawancara, rekaman radio/tv, atau
tanggal mengakses internet).

Contoh:

Auer, Nicole J. Bibliography on Evaluating Internet Resources.


<http://reserver.lib.vt.edu:80/libinst/critthink.htm>.(23
Januari 1997).

http://Cakram.com/juni00/kreatif.htm (20 Juni 2000).

#Kasali, Renald. Radio Trijaya FM. Jakarta, 4 Oktober 2001.

http://www.kompas.com/kompas52/cetak/mellenium/data
2000/baha60.htm(28 Juni 2000).

Referensi

Finoza, Lamuddin. 2003. Komposisi Bahasa Indonesia untuk


Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan
Mulia.
Pusbinbangsa. 2003. Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan.
Jakarta: Balai Pustaka.
Suharmini W., Sri. “Tips untuk Mahasiswa: Penulisan Bibliografi”.
Komunika: Media Komunikasi Civitas Akademika

186
Bahasa Indonesia 2014

Universitas Terbuka. Nomor 29/Tahun IX/2002. Hlm. 58–


59.
Hs., Widjono dan Sintowati Rini Utami. 2003. Bahasa Indonesia:
Materi Ajar MPK di PT. Jakarta: FIS UNJ.
Hs., Widjono. 2005. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
Jakarta: Grasindo.
Pusbinbangsa. 2003. Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan.
Jakarta: Balai Pustaka.
Suharmini W., Sri. “Tips untuk Mahasiswa: Penulisan Bibliografi”.
Komunika: Media Komunikasi Civitas Akademika Universitas
Terbuka. Nomor 29/Tahun IX/2002. Hlm. 58–59.

Soal Latihan

1. Perbaiki penulisan kalimat dan data pustaka berikut ini.


a. Gatot Subrata; 2003; Negara Kesatuan RI; Jakarta;
Gramedia.
b. Keraf, Gorys; 2003; Komposisi; Ende: Nusa Indah; h.
223.
c. Ia membaca belum buku berjudul Dari A sampai Z.
d. Artikel Berburu Harta Karun Bung Karno dimuat dalam
Kompas 9 Juni 2003.
e. Ia belum membaca buku Habis Gelap Terbitlah Terang
sekali pun tetapi ia telah mengetahui isinya.

2. Buatlah contoh kutipan:


a. terdiri atas tiga baris

187
Bahasa Indonesia 2014

b. terdiri atas lima baris


c. saduran
3. Jelaskan perbedaan Ibid., Op.Cit., dan Loc.Cit.
4. Susunlah catatan kaki berdasarkan informasi berikut ini!
a. Buku Conducting Educational Research karangan Bruce
W. Tuckman. Buku ini diterbitkan pada tahun 1978 oleh
Harcourt Brace Javanovich di New York, hlm. 15.
b. Sebuah artikel karangan M. Junus Akbar dengan judul
Sanggar Kegiatan Belajar: Keadaan Sekarang dan
Prospeknya. Dibuat dalam majalah Analisis Pendidikan,
Tahun 1, Nomor 1, 1980, halaman 20.
c. Dr. Singgih Dirgagunasa pada tahun 1978 menulis buku
Pengantar Psikologi. Diterbitkan oleh penerbit Mutiara di
Jakarta, hlm. 73.
d. Dalam majalah Intisari 4 Juni 1981 halaman 119 terdapat
sebuah artikel berjudul Apakah Putra Anda Menderita
Kleptomania? Artikel ini ditulis oleh Dr. Melly Budhian.
e. Strategi Kebudayaan adalah buku terjemahan Dick
Hartoko dengan pengarang asli Prof. Dr. C.A. Van
Peursen. Diterbitkan di Yogyakarta, hlm. 43.
5. Buatlah contoh penggunaan Ibid., Op.Cit., dan Loc.Cit.
berdasarkan data pustaka nomor 4.
6. Buatlah bibliografi berdasarkan data pustaka nomor 4!
7. Salinlah ke dalam penulisan yang baku data catatan kaki dan
bibliografi berikut ini.
a. Prof. Dr. Gorys Keraf. 1995. Komposisi. Flores: Nusa
Indah.

188
Bahasa Indonesia 2014

b. Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai, 1995, Cermat


Berbahasa Indonesia, Akademika Presindo Jakarta.
c. Dornbusch, Rudiger and Stanley Fischer, Macro
Economics, (Sixth Edition, McGraw-Hill, New York,
1984), p. 78.
d. Allen, Edward David, dan Rebecca M. Valette, Classroom
Technique: Foreign Language and English as a Second
Language, New York: Harcourt Javanich, Inc., 1977.
e. Daniel Goleman. 2001. Emotional Inteligence. Jakarta
(Gramedia) h. 17.
f. Dr. Widya Utami. Kewirausahaan. (Jakarta: Grasindo).
2003, h. 10.
g. Karibin Maryono Akhadiah Sabarti. “Pengaruh Materi
Pengajaran Bahasa Indonesia, Lokasi Sekolah dan Jenis
Kelamin terhadap Kemampuan Penalaran Siswa SMP”.
Disertasi IKIP. Jakarta, 1983.
h. Maslow, Abraham H. 1999. Motivasi dan Kepribadian,
Jilid 2. Terjemahan oleh Nurul Iman. Jakarta: Pustaka
Binaman Presindo.
i. Meredith, Geofrey G. 2000. Kewirausahaan: Teori dan
Praktek. Pustaka Binaman Presindo, Jakarta.
j. Werther, William B. Jr.; Keith Davis. 1996. Human
Resources and Personal Manajement. Fifth Edition. New
York: McGraw-Hill, Inc.

189
Bahasa Indonesia 2014

8. Perbaikilah catatan kaki berikut ini.

____________________
1
Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, S.H. 2002. Sosiologi Hukum:
Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah. (Surakarta: 2002)
Muhammadyah University Press. Halaman 116–122.
2
Rahardjo, Op.Cit.
3
Vilhelm Albert, “The Social Function of Legislation”, dalam
Sosiology of Law, (Albert, ed.), 1969: 116.
4
Rahardjo, Ibid.
5
Albert, Loc.Cit.

9. Buatkan contoh bibliografi berdasarkan data pustaka berikut


ini.

No. Judul Pengarang Penerbitan


Buku/Artikel

1. Samudra Pemikiran Kamran As’ad Irsyady Pustaka Sufi;


Al-Gazali (Penerjemah) Yogyakarta

2. “Pembangunan Suara Karya Suara Karya


Perkotaan 22 Juni 1994
Berwawasan
Lingkungan:
Manajemen
Pembangunan
Perkotaan”

3. Emotional Daniel Goleman Jakarta,


Inteligence Gramedia,
2001

4. Sosiologi Hukum Prof. Dr. Satjipto Surakarta,


Rahardjo, S.H. University
Press 2002

190
Bahasa Indonesia 2014

191

Anda mungkin juga menyukai