Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“PROTOZOA”
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi dan Parasitologi)

Dosen Pengampu : SISKA MULYANI, SST., MBiomed

Oleh :

1. Melisa (22601079)
2. Wirda (22601105)
3. Syafira Oriska (22601099)
4. Riza Octiana Athaya (22601092)
5. Nur Azizah (22601086)
6. Rizki Auliyah (22601111)

PRODI S1 KEBIDANAN
STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat


sehat dan nikmat iman sehingga penulis dapat mengerjakan tugas ini dengan tepat
waktu. Tugas ini dibuat guna memenuhi salah satu nilai dari mata kuliah
Mikrobiologi dan Parasitologi. Penulis menyadari bahwasanya dalam
penyelesaian penulisan tugas ini tidak terlepas dari do’a dan restu dari orang tua
dan tentunya bimbingan dari Ibu Siska Mulyani, SST., MBiomed, selaku dosen
pengampu mata kuliah ini.
Penulis juga menyadari bahwasanya dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan yang disebabkan kedangkalan ilmu yang penulis miliki. Maka
dari itu, penulis mohon bimbingan dan masukan baik dalam bentuk saran bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak guna perbaikan pada penulisan
makalah selanjutnya.

Pekanbaru, 29 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................5
A. Pengertian Protozoa...............................................................................5
B. Karakteristik Protozoa...........................................................................5
C. Ukuran Protozoa....................................................................................8
D. Reproduksi Protozoa..............................................................................9
E. Habitat Protozoa..................................................................................10
F. Fisiologi Protozoa................................................................................11
G. Morfologi Protozoa..............................................................................13
H. Sistem Pencernaan Protozoa................................................................15
I. Sistem Eksresi Protozoa......................................................................17
BAB III PENUTUP......................................................................................19
A. Kesimpulan..........................................................................................19
B. Saran....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Protozoa secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa adalah berasal
dari bahasa Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan.
Jadi, Protozoa adalah hewan pertama. Protozoa merupakan kelompok lain
protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas
perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop.
Beberapa organisme mempunyai sifat antara algae dan protozoa. Sebagai
contoh algae hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel
tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan
kemampuan untuk berfotosintesa. Semua spesies Euglenophyta yang mampu
hidup pada nutrien komplek tanpa adanya cahaya, beberapa ilmuwan
memasukkannya ke dalam filum protozoa. Contohnya strain mutan algae
genus Chlamydomonas yang tidak berklorofil, dapat dimasukkan ke dalam
kelas Protozoa genus Polytoma. Hal ini merupakan contoh bagaimana sulitnya
membedakan dengan tegas antara algae dan protozoa.
Protozoa dibedakan dari prokariot karena ukurannya yang lebih besar,
dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan dari algae karena tidak berklorofil,
dibedakan dari jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel,
serta dibedakan dari jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah.
Protozoa adalah organisme uniseluler, hidup di bebas atau parasit, beberapa
diantaranya sudah bersimbiosis dengan makhluk hidup lainnya. Pencernaan
secara intraseluler di dalam vakuola makanan. Alat gerak berupa
pseudopodium, ciliate atau flagella. Pengambilan makanan secara holozoik,
saprofit, saprozoik dan holophitik. Umumnya berkembang biak melalui
pembelahan sel dan konjugasi.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat diambil beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan protozoa?
2. Bagaimana karakteristik protozoa?
3. Bagaimana ukuran protozoa?
4. Bagaimana system reproduksi protozoa?
5. Bagaimana habitat protozoa?
6. Bagaimana fisiologi protozoa?
7. Bagaimana morfologi protozoa?
8. Bagaimana system pencernaan protozoa?
9. Bagaimna system eksresi protozoa?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah dapat disimpulkan beberapa tujuan penulisan
yaitu:
1. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan protozoa.
2. Untuk menjelaskan bagaimana karakteristik protozoa.
3. Untuk menjelaskan bagaimana ukuran protozoa.
4. Untuk menjelaskan bagaimana system reproduksi protozoa.
5. Untuk menjelaskan bagaimana habitat protozoa.
6. Untuk menjelaskan bagaimana fisiologi protozoa.
7. Untuk menjelaskan bagaimana morfologi protozoa.
8. Untuk menjelaskan bagaimana system pencernaan protozoa.
9. Untuk menjelaskan bagaimana system eksresi protozoa.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Protozoa
Protozoa secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa adalah berasal
dari bahasa Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi,
Protozoa adalah hewan pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista
eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas
perbedaannya. Protozoa termasuk kelompok protista yang mirip hewan.
Protozoa dibedakan dari prokariot karena ukurannya yang lebih besar, dan
selnya eukariotik. Protozoa dibedakan dari algae karena tidak berklorofil,
dibedakan dari jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta
dibedakan dari jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah
(Budirahayu, 2014).
Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang
antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan Protozoa
hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme mempunyai sifat
antara algae dan protozoa. Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta, selnya
berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami
kehilangan klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesis (Heryahyadi, 2013).

B. Karakteristik Protozoa
Protozoa termasuk microorganisme (micros = kecil, organisme = makhluk
hidup), besarnya antara 3 mikron sampai 100mikron. Protozoa merupakan
penghuni tempat berair/ tempat basah, bila keadaan jadi kering, akan membuat
ciste (Kristal). Kegiatan hidup di lakukan oleh sel itu sendiri. Didalam sel
terdapat alat-alat yang melakukan kegiatan hidup. Alat-alat itu misalnya: inti
(nucleus) butir inti (nucleolus), Rongga (vakuola), mitokondria.
Pada umumnya protozoa bersel satu, tetapi ada beberapa spesis yang
membentuk koloni. Umumnya didalam satu sel terdapat satu inti, tetapi dari
beberapa spesis secara generative berkonjugasi karena individu jantan dan

5
betina belum jelas perbedaannya. Sesuai dengan sifat sel binatang, umumnya
protozoa berdinding selaput plasma tipis. Bentuknya bermacam-macam, ada
yang tidak tetap dan ada yang tetap. Yang terakhir disebabkan telah memiliki
pelliculus (kulit) dan beberapa mempunyai cangkang kapur, berflagella,
bersilia, dan berspora.
Sitoplasma protozoa sebagian besar tidak berwarna, tetapi beberapa
spesies kecil, misalnya stentor coerelus berwarna biru , dan bleprusma lateria
berwarna merah, atau merah muda. Dua bagian sitoplasma biasanya di bedakan
atas bagian pinggiran yang disebut Ectoplasma dan bagian sentral yang lebih
padat dan bergranula Endoplasma. Nukleus protozoa umumnya hanya sebuah,
tetapi ada juga yang lebih,stuktur nucleus pada prinsipnya ada yang vasikular
dan granular. Pada nucleus vesicular khromatin terkonsentrasi dalam massa
atau butir (Arcella), sedang yang granular berkhromatin tersebar secara merata
dalam butir melalui seluruh nucleus (Amoeba). Vakuola yang terdapat dalam
protozoa dapat di bedakan atas vakuola kontraktil, vakuola makanan, dan
vakuola stasionari.vakuola yang terakhir itu mengandung cairan yang terdapat
dalam tubuh protozoa.
Sebagai aturan umum vakuola makanan dan vakuola kontraktil terdapat
pada protozoa air tawar,tetapi tidak terdapat pada sebagian besar protozoa yang
hidup parasit dan hidup dalam air laut. Fungsi vakuola kontraktil kecuali
sebagai alat ekskresi juga berfungsi sebagai pengatur osmosis tubuh.
Mitokondria terdapat dalam protozoa pada bagian yang melakukan pernafasan
secara airobik. Pada sebagian besar mitokondria mempunyai tubulus pada
bagian dalamnya. Mitokondria erat hubungannya dengan penggunaan energy
untuk alat gerak ,vakuola kontraktil. Alat gerak pada protozoa bermacam-
macam dari yang sederhana berupa pseudopodia sampai flagella dan cilia.
Flagella dan cilia merupakan cirri dari Mastigophora dan ciliata mempunyai
kemiripan dalam ultrastuktur. Keduanya merupakan benang bergetar
(Budirahayu, 2014). Karakteristik Protozoa:
1) Protozoa adalah eukariotik (inti dilindungi membrane inti) sehingga
substansi genetik/ kromosom terpisah dengan sitoplasma karena ada

6
pembatas membran inti ( caryotheca).
2) Selnya tidak memiliki dinding sel, namun jika lingkungan kurang baik
dapat membentuk lapisan pelindung yang tebal disebut kista atau cysta
setelah lingkungan baik kista pecah.
3) Bentuk sel umumnya tetap kecuali Rhizopoda.
4) Bersifat heterotrof artinya makanannya tergantung pada organisme lain
(mencari makanan dengan phagositosis atau pinositosis).
5) Dalam rantai makanan sebagai zooplankton.
6) Beberapa jenis bersifat parasit dan menyebabkan penyakit pada manusia
dan hewan ternak
7) Memiliki bentuk tubuh yang berbeda pada tiap fase dalam siklus
hidupnya.
8) Beberapa protozoa memiliki fase vegetative yang bersifat aktif yang
disebut tropozoit dan fase dorman dalam bentuk sista. Tropozoit akan aktif
mencari makan dan berproduksi selama kondisi lingkungan
memungkinkan. Jika kondisi tidak memungkinkan kehidupan tropozoit
maka protozoa akan membentuk cysta.
9) Cysta merupakan bentuk sel protozoa yang terdehidrasi dan berdinding
tebal mirip dengan endospora yang terjadi pada bakteri. Pada saat sista
protozoa mampu bertahan hidup dalam lingkungan kering maupun basah.
10) Umumnya berkembang biak dengan membelah diri, ada juga yang secara
konjugasi
11) Protozoa memiliki alat gerak yaitu ada yang berupa kaki semu, bulu getar
(cillia) dan bulu cambak (flagel) atau dengan sel itu sendiri.

Gambar 1. Silia, Pseudopod, Flagel

12) Pengambilan nutrisi yaitu dengan holozoik (memakan organisme hidup


lain), saprozoik (memakan organisme yang telah mati), holofitik atau

7
autotrof (dapat membentuk makanan sendiri melalui fotosintesis),
saprofitik (menyerap zat yang terlarut di sekitarnya).

C. Ukuran Protozoa
Protozoa merupakan hewan bersel tunggal, berinti sejati (eukariotik) dan
tidak memiliki dinding sel. Ukurannya antara 3 – 1000 mikron dan merupakan
organisme mikroskopis bersifat heterotrof. Bentuk dan ukuran protozoa sangat
beragam. Beberapa berbentuk lonjong atau membola, ada yang memanjang,
ada pula yang polimorfik (mempunyai berbagai bentuk morfologi pada tingkat
tingkat yang berbeda dalam daur hidupnya). Beberapa protozoa berdiameter
sekecil 1 nanometer; yang lain, seperti Amoeba proteus berukuran 600
nanometer atau lebih. Beberapa siliata yang umum mencapai ukuran 2.000
nanometer atau 2 mm, jadi dapat dilihat dengan mudah tanpa perbesaran.
Dengan memakai mikroskop dapat dilihat bahwa sitoplasma terdiri dari
dua bagian. Bagian paling luar tampak homogen dan jernih (hyalin) yang
disebut ektoplasma, dan bagian dalamnya disebut endoplasma. Di dalam
endoplasma terlihat benda – benda semacam butir – butir dan serabut benang
halus yang ternyata merupakan materi yang mengandung protein, karbohidrat,
lemak, garam mineral, serta organel.
Protozoa juga termasuk mikroorganisme, yang memiliki ukuran atau
besarnya antara 3 mikron sampai 100 mikron. Protozoa hidup sebagai
penghuni di tempat berair atau basah, jika keadaan kering akan berubah atau
membuat cyste (kristal).Contoh tempat hidup protozoa yaitu hidup di dalam air
tawar, dalam air laut, tanah yang lembab atau di dalam tubuh hewan. Contoh
protozoa yaitu Ciliata Sprirostomum sp yang berukuran 3 mm, dan sporozoa
gigantea yang berukuran 16 mm.
Pada umumnya protozoa bersel satu, tetapi ada beberapa spesies yang
membentuk koloni. Kebanyakan di dalam satu sel mempunyai satu inti, tetapi
dari beberapa spesies secara generatif berkonjugasi karena individu jantan dan
betina tidak jelas perbedaannya. Bentuk tubuh protozoa ada yang selalu
berubah – ubah ada juga yang tetap bentuknya seperti bentuk bola atau bentuk

8
bulat panjang dengan atau tidak dengan menggunakan suatu flagel atau silia.
Protozoa tidak memiliki organ sejati seperti alat pencernaan dan alat reproduksi
sebagaimana layaknya metazoa. Tetapi sangat mengherankan bahwa protozoa
yang memiliki ukuran mikroskopis dan terdiri dari satu sel mampu melakukan
kegiatan biologis seperti bergerak, makan, bernafas, dan reproduksi. Proses –
proses tersebut dilakukan di dalam sel, yaitu organel seperti vakuola kontraktil.

Gambar 2. Struktur Protozoa

D. Reproduksi Protozoa
Protozoa memiliki 2 cara dalam berkembang biak, yaitu dilakukan secara
aseksual maupun seksual. Reproduksi secara Aseksual dilakukan dengan cara
membelah diri menjadi dua atau banyak, dan pertunasan (budding), eksternal
atau internal. Pembelahan menjadi dua dapat terjadi secara melintang atau
membujur, sedangkan pembelahan menjadi banyak biasanya dimulai dari inti
sel, kemudian diikuti pembelahan individu. Protozoa air tawar yang hidup
secara bebas sebagian besar memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri
terhadap kondisi lingkungan yang buruk dan ekstrim, salah satu caranya yaitu
dengan membentuk siste (cyst) yang tahan terhadap kekeringan, dingin atau
panas. Sebagian spesies protozoa air tawar dilindungi oleh selubung sebagai

9
rumah atau cangkang yang terbuat dari selulosa atau fosfoprotein, misalnya
pada Arcella.

Gambar 3. Reproduksi Protozoa


Reproduksi Protozoa secara aseksual (ameba dan flagelata penginfeksi
manusia. Reproduksi aseksual umum adalah pembelahan biner). Sebagian
lagi Protozoa melakukan reproduksi seksual dengan penyatuan sel generatif
(sel gamet) atau dengan penyatuan inti sel vegetatif. Reproduksi seksual
dengan penyatuan inti vegetatif disebut konjugasi. Pembelahan longitudinal
dan transversal masing-masing terjadi pada flagelata dan ciliata. Endodiogeni
adalah pembelahan aseksual dan terjadi di dalam sel dan terlepas
menghasilkan dua anakan.
a. Endodiogeni terjadi pada Toxoplasma. Pada apicomplexa pembelahan
aseksual disebut schizogoni. Schizogoni adalah pembelahan nukleus
menjadi beberapa anakan diikuti pembelahan sitoplasma, sehingga
menghasikanmerozit bernukleus tunggal kecil. Pada Palsmodium,
Toxoplasma dan apicompexa lainnya siklus seksual meliputi produksi
gamet, fertilisasi gamet menghasilkan zigot, kistasisasi zigot menjadi
oosit, dan pembentukan sporozoit dalam oosit.
b. Beberapa protozoa memiliki siklus hidup kompleks dan memerlukan 2
inang berbeda, beberapa protozoa hanya melibatkan 1 inang untuk
menyelesaikan siklus hidupnya.

10
E. Habitat Protozoa
Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka
umumnya hidup bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau
daratan. Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organismeinang.
Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti
algae, sampai vertebrata yang kompleks, termasuk manusia.
Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan
tumbuh- tumbuhan. Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi
pada habitat apapun. Beberapa jenis protozoa laut merupakan bagian dari
zooplankton. Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut. Spesies yang hidup
di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam, atau genangan air. Ada pula
protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau di
dalam rumen hewan ruminansia.
Beberapa protozoa berbahaya bagi manusia karena mereka dapat
menyebabkan penyakit serius. Protozoa yang lain membantu karena mereka
memakan bakteri berbahaya dan menjadi makanan untuk ikan dan hewan
lainnya. Protozoa hidup secara soliter atau bentuk koloni. Didalam ekosistem
air protozoa merupakan zooplankton. Permukan tubuh Protozoa dibayangi
oleh membran sel yang tipis, elastis, permeable, yang tersusun dari bahan
lipoprotein, sehingga bentuknya mudah berubah- ubah.
Beberapa jenis protozoa memiliki rangka luar (cangkok) dari zat kersik
dan kapur. Apabila kondisi lingkungan tempat tinggal tiba-tiba menjadi jelek,
Protozoa membentuk kista. Dan menjadi aktif lagi. Organel yang terdapat di
dalam sel antara lain nucleus, badangolgi, mikrokondria, plastida, dan
vakluola. Nutrisi protozoa bermacam-macam. Ada yang holozoik(heterotrof),
yaitu makanannya berupa organisme lainnya,
Ada pula yang holofilik (autotrof), yaitu dapat mensintesis makanannya
sendiri dari zat organic dengan bantuan klorofit dan cahaya. Selain itu ada
yang bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan organic dari
organisme yang telah mati ada pula yang bersifat parasitik. Apabila protozoa
dibandingkan dengan tumbuhan unisel, terdapat banyak perbedaan tetapi ada

11
persamaannya. Hal ini mungkin protozoa merupakan bentuk peralihan dari
bentuk sel tumbuhan ke bentuk sel hewan dalam perjalanan evolusinya.

F. Fisiologi Protozoa

Gambar 4. Fisiologi Protozoa

Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa


protozoa dapat hidup pada lingkung anaerobik misalnya pada saluran
pencernaan manusia atau hewan ruminansia. Protozoa aerobik mempunyai
mitokondria yang mengandung enzim untuk metabolisme aerobik, dan untuk
menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dan atom hidrogen ke
oksigen. Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa
organisme lain (bakteri) atau partikel organik, baik secara fagositosis maupun
pinositosis.
Protozoa yang hidup di lingkungan air, maka oksigen dan air maupun
molekul- molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel. Senyawa
makromolekul yang tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk sel
secara pinositosis. Tetesan cairan masuk melalui saluran pada membran sel,
saat saluran penuh kemudian masuk ke dalam membrane yang berikatan
denga vakuola. Vakuola kecil terbentuk, kemudian dibawa ke bagian dalam
sel, selanjutnya molekul dalam vakuola dipindahkan ke sitoplasma. Partikel
makanan yang lebih besar dimakan secara fagositosis oleh sel yang bersifat

12
amoeboid dan anggota lain dari kelompok Sarcodina. Partikel dikelilingi oleh
bagian membran sel yang fleksibel untuk ditangkap kemudian dimasukkan ke
dalam sel oleh vakuola besar (vakuola makanan). Ukuran vakuola mengecil
kemudian mengalami pengasaman. Lisosom memberikan enzim ke dalam
vakuola makanan tersebut untuk mencernakan makanan, kemudian vakuola
membesar kembali.
Hasil pencernaan makanan didispersikan ke dalam sitoplasma secara
pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna dikeluarkan dari sel. Cara inilah yang
digunakan protozoa untuk memangsa bakteri. Pada kelompok Ciliata, ada
organ mirip mulut di permukaan sel yang disebut sitosom. Sitosom dapat
digunakan menangkap makanan dengan dibantu silia. Setelah makanan masuk
ke dalam vakuola makanan kemudian dicernakan, sisanya dikeluarkan dari sel
melalui sitopig yang terletak disamping sitosom. Pada umumnya Protozoa
membutuhkan suhu optimum untuk tumbuh antara 16-25°C, dengan suhu
maksimumnya antara 36-40°C. Adapun pH (derajat keasaman optimum)
untuk proses metabolismenya adalah antara pH 6-8.

G. Morfologi Protozoa
Stuktur tubuh pada protozoa yang hanya bersel satu ini, bentuknya
bermacam-macam, ada yang tidak tetap dan ada yang tetap. Sedangkan
bentuk tetap ini di sebabkan telah memiliki pciliculas (kulit) dan beberapa
mempunyai cangkang kapur (Jasin, 1984).
Sitoplasma sebagaian pada ptotozoa tidak berwarna, tetapi beberapa
spesies yang kecil, misalanya padsa Stentor cocreleus bewarna biru, dan
Blepharisma laterilia berwarna merah atau merah muda. Dua bagian
sitoplasma biasanya di bedakan atas bagian pinggiran yang di sebut
Ecloplasma dan bagian sentral yang lebih padat dan bergranula di sebut
Endoplasma (Steven, 2002).
Nukleus protozoa umummya hanya satu, tetapi ada juga yang lebih,
misalnya Arcella vulgaris. Ciliata secara umum mempunyai dua tipe nuklei
dan ciri nukleus umumnya bulat, akan tetapijuga oval. Adapula yang seperti

13
ginjal yang terdapat pada Balantidium coli, sedang kan bentuknya menasbih.
Stuktur nukleus pada prinsipnya ada yang vasikilar dan granula. Pada nukleus
vesikular, khomatin terkonsentrasi dalam sebuah massa butir, sedangkan yang
bergranula berkromaun tersebar secara merat dalam Dutir melalui seluruh
nukleus (Loveless, 1987).
Vakuola yang terdapat dalam protozoa dapat di bedakan menjadi atas :
1. Vakuola kontraktil, yang terdapat pada protozoa air tawar. Dimana
vakuola ini tidak terdapat pada sebagian bear Protozoa yang parasit
dan hidup di dalam air laut Vakuola makanan, Sama halnya dengan
vakuola kontraktil.
2. Vakuola stasionari, dimana vakuola ini mengandung cairan yang
berisi kristal-kristal, butiran-bitiran minyak dan materi lainya, yang
terdapat pada tubuh protozoa.
Menurut pendapat Loveless (1987) terdapat pada bagian yang
melakukan pernafasan secara aerobik. Mitokondria pada umunya memilki
tubulus pada bagian dalammya, yang mana rat hubungannya dengan alat
gerak untuk penggunaan energi dan vakuola kontraktil.
Umumnya Protozoa paling sedikit terbungkus ole membran yang
mempunyai sedikit granula seluas permukaannya. Membran memegang
peranan penting dalam sistem pengangkutan enzim, sehingga menimbulkan
metabolism yang efisien (Loveless, 1987).
Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat
berperan sebagai pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau
untuk mengatur tekanan osmosis. Jumlah dan letak vakuola kontraktil berbeda
pada setiap spesies. Protozoa dapat berada dalam bentuk vegetatif
(trophozoite), atau bentuk istirahat yang disebut kista. Protozoa pada keadaan
yang tidak menguntungkan dapat membentuk kista untuk mempertahankan
hidupnya. Saat kista berada pada keadaan yang menguntungkan, maka akan
berkecambah menjadi sel vegetatifnya. Protozoa tidak mempunyai dinding
sel, dan tidak mengandung selulosa atau khitin seperti pada jamur dan algae.
Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk spesifik, yang ditandai

14
denganfleksibilitas ektoplasma yang ada dalam membran sel. Beberapa jenis
protozoa seperti Foraminifera mempunyai kerangka luar sangat keras yang
tersusun dari Si dan Ca. Beberapa protozoa seperti Difflugia, dapat mengikat
partikel mineral untuk membentuk kerangka luar yang keras. Radiolarian dan
Heliozoan dapat menghasilkan skeleton. Kerangka luar yang keras ini sering
ditemukan dalam bentuk fosil. Kerangka luarForaminifera tersusun dari CaO2
sehingga koloninya dalam waktu jutaan tahun dapat membentuk batuan
kapur. Protozoa merupakan sel tunggal, yang dapat bergerak secara khas
menggunakan pseudopodia (kaki semu), flagela atau silia, namun ada yang
tidak dapat bergerak aktif. Berdasarkan alat gerak yang dipunyai dan
mekanisme gerakan inilah protozoa dikelompokkan ke dalam 4 kelas.

H. Sistem Pencernaan Protozoa


Semua protozoa merupakan heterotrof, mendapat nutrien dari organisme
lain, baik itu dengan menelannya secara utuh ataupun mengkonsumsi sisa
organik dan produk limbahnya. Beberapa protozoa mengambil makanan
melalui fagositosis, menelan partikel organik dengan pseudopodia (seperti
yang dilakukan amoeba), atau mengambil makanan melalui lubang seperti
mulut khusus yang disebut sitostoma. Yang lain mengambil makanan dengan
osmotrofik, menyerap nutrien terlarut melalui membran sel mereka.
Protozoa parasit menggunakan berbagai macam strategi makan, dan
beberapa mungkin mengubah metode makan dalam fase yang berbeda dalam
siklus hidupnya. Misalnya, parasit malaria Plasmodium makan dengan
pinositosis selama tahap trofozoit belum matang (fase cincin), tetapi
mengembangkan organel makan khusus (sitostoma) saat matang dalam sel
darah merah inang
Protozoa juga dapat hidup sebagai mixotrof, melengkapi diet
heterotrofik dengan beberapa bentuk autotrof. Beberapa protozoa membentuk
asosiasi dengan alga fotosintetik simbiosis, yang hidup dan tumbuh di dalam
membran sel yang lebih besar dan memberikan nutrisi kepada inang. Yang
lain melakukan kleptoplasti, mencuri kloroplas dari organisme mangsa dan

15
memeliharanya di dalam tubuh sel mereka sendiri saat mereka terus
menghasilkan nutrisi melalui fotosintesis.
Siliata Mesodinium rubrum mempertahankan plastida yang berfungsi
dari alga kriptofit tempat ia makan, menggunakannya untuk memberi makan
diri mereka sendiri dengan autotrofi. Ini dapat diteruskan ke dinoflagellata
dari genus Dinophysis, yang memangsa Mesodinium rubrum namun plastida
tersebut tetap disimpan. Dalam Dinophysis, plastida ini dapat terus berfungsi
selama berbulan-bulan.
Hewan tingkat rendah memperoleh makanan dengan cara yang
bervariasi tergantung bagaimana susunan dan kemampuan alat-alat
pencernaan makanan yang mereka miliki. Protozoa belum mempunyai alat
pencernaan makanan, protozoa memperoleh makanan melalui proses
penyerapan atau pinositosis.
Apabila ada makanan maka protozoa (dalam hal ini adalah amoeba)
akan bergerak mendekati makanan tersebut kemudian mengelilingi makanan
tersebut menggunakan kaki semunya dan akan terbentuk vakuola makanan.
Di dalam vakuola makanan akan terjadi proses pencernaan makanan. Sari-sari
makanan akan diedarkan ke seluruh tubuh oleh sitoplasma sedangkan sisa
makanan yang tidak diserap oleh sel akan dikeluarkan melalui membran
plasma.
Protozoa mempunyai mulut yang berguna untuk memasukkan makanan
kemudian makanan bergerak menuju kerongkongan melalui sitofaring yang
berakhir pada vakuola non kontraktil (vakuola makanan), Sedangkan protozoa
yang tidak mempunyai mulut akan langsung menelan makanan atau
mangsanya secara utuh melalui permukaan selnya. Sisa-sisa makanan yang
tidak diserap oleh tubuh akan dikeluarkan melalui lubang ektoplasma.
Proses sistem pencernaan makanan pada protozoa berlangsung di dalam
vakuola makanan. Pada awalnya lisosom akan mengeluarkan enzim
pencernaan ke dalam vakuola kontraktil (vakuola makanan). Enzim
pencernaan tersebut menyebabkan vakuola kontraktil menjadi asam sehingga
makanan menjadi mudah dicerna. Kemudian terjadi proses pemisahan

16
berbagai garam kalsium sehingga menyebabkan suasana lingkungan
mempunyai PH yang seimbang dengan tujuan agar enzim pencernaan bekerja
maksimal.
Dengan keadaan PH yang seimbang menyebabkan bahan makanan
menjadi lebih sederhana dan mudah diserap oleh sitoplasma. Apabila vakuola
makanan menjadi netral dengan lingkungannya menandakan proses
pencernaan makanan sudah selesai. Sari-sari makanan yang tidak diserap oleh
sel tubuh akan dikeluarkan melalui eksositosis.
Pada paramaecium proses pencernaan makanan berlangsung di dalam
vakuola kontraktil. Vakuola kontraktil dijumpai pada protozoa yang hidup di
air tawar. Vakuola kontraktil merupakan vakuola yang dapat membesar
maupun mengecil. Selain berfungsi sebagai alat pencernaan dan alat ekskresi
vakuola kontraktil juga berfungsi sebagai pengatur tekanan osmosis. Sehingga
vakuola kontraktil juga disebut sebagai osmoregulator.
Protozoa yang bersifat parasit memperoleh makanan dengan cara
menyerap cairan makanan dari tubuh inangnya melalui permukaan di seluruh
tubuhnya. Protozoa juga memangsa organisme lain yang berukuran lebih kecil
dari tubuhnya seperti bakteri, alga disebut holozoik. Protozoa juga ada yang
dapat menghasilkan makanan sendiri melalui proses fotosintesis seperti pada
tumbuhan hijau sehingga protozoa bersifat haloptik. Jika makanan Protozoa
berasal dari sisa tumbuhan dan bahan organik lainnya maka protozoa
dikatakan bersifat saprofitik.

I. Sistem Eksresi Protozoa


Sistem ekskresi adalah system organ pada makhluk hidup yang
berfungsiuntuk mengeluarkan ekskrit. Ekskrit adalah sisa metabolisme yang
tidaklagi digunakan dan harus dibuang dari dalam tubuh. Sesuai dengan
jenismakhluk hidupnya, system ekskresinya sangat bervariasi dalam fungsi
dankompleksitass. Semakin tinggi tingkatan suatu makhluk, umumnya
makinkompleks system ekskresinya.
System ekskresi invetebrata berbeda dengan system ekskresi

17
padavertebrata. Invetebrata belum memiliki ginjal yang berstruktur
sempurnaseperti pada vertebrata. Pada umumnya, invetebrata memilki
systemekskresi yang sangat sederhana.
Pada system ekskresi pada hewan berselsatu seperti protozoa,
protozoa tidakmemiliki organ pengeluaran khusssehingga zat sisa
metabolismenya dikeluarkan melalui rongga berdenyutyang disebut vakuola
kontraktil atau melalui kulit secara difusi melaluidinding sel dan osmosis
contohnya pada amoeba dan paramaecium.
System ekskresi protozoa, misalnya paramaecium dilakukan oleh
vakuolakontraktil. Vakuola ini biasanya ditemukan pada protozoa yang hidup
diair tawar. Desebut vakuola kontraktil karena vakuola ini bisa membesardan
mengecil. Selalin untuk ekskresi, vakuola kontraktil juga berfungsi sebagai
pengatur tekanan osmosis. Itu sebabnya sering disebut sebagai
osmoregulator yaitu untuk mengatur kadar air didalam sel.
Meskipun protozoa tidak mempunyai organ ekskresi terspesialisasi, zat
sisa dikeluarkan melalui membran seluler. Eliminasi zat sisa melalui
membran dilakukan dengan mekanisme osmosis, difusi, dan yang lainnya.
Pada sejumlah spesies, vakuola kontraktil berperan sebagai organela ekskresi.

Gambar 5. Vakuola Kontraktil


Fungsi vakuola kontraktil pada Paramecium telah dipelajari dengan baik.
Vakuola adalah vesikula terhubung dengan membran yang terbentuk
sementara, yang mengumpulkan kelebihan jumlah air dan pembuangan pada
permukaan organisme. Hanya protozoa air tawar yang memiliki mekanisme
vakuola untuk regulasi zat sisa.

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Protozoa termasuk kedalam kingdom protista. Filum
protozoa dikategorikan sebagai mikroorganisme pertama yang
besarnya 3 mikron-100 mikron. Protozoa berhabitat di tempat
berair atau tempat basah. Protozoa merupakan mahluk uniseluler
yang bentuknya seperti bola, bulat panjang, berubah-ubah dan
dilengkapi dengan alat gerak. Berdasarkan alat geraknya protozoa dibagi
menjadi 4 kelas yaitu Rhizopoda, Flagellata, Ciliata, Sporozoa. Manfaat
protozoa biasanya sering digunakan untuk indikator kebersihan air.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan dapat
disarankan bahwa agar pembaca dapat mendapatkan seputar informasi
mengenai protozoa. Beberapa jenis protozoa dapat menyebabkan
berbagai jenis penyakit, oleh karena itu diharapkan kita semua dapat
menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar agar terhindar dari
penyakit yang dapat mengganggu kesehatan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bokashi Berkelanjutan. Jurnal Tanah Trop, 13(1), 225-231. Protozoa dan Alga
Dominan pada Air Genangan Tanah Padi Sawah.
Budirahayu, Ni Luh Eka. 2014. Makalah Zoologi Invertebrata Filum
Protozoa. www.e-jurnal.com.

Juli, Ahmad. (tanpa tahun). Reproduksi Protozoa. www.academia.edu.

Mardiastuti, Wiwik Endang.2010. Mengenal Hewan


Invertebrata.Bekasi:Penerbit MitraUtama.

Niswati, Amnin, Dermivati, dan Mas Achmad Svamsul Arit. 2008. Perubahan
Populasi.

Nurhadi.2018. Buku Ajar Taksonomi Invertebrata. Jakarta: Penerbit Deepublish.


Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito.1990. Zoologi Dasar. Jakarta:
Erlangga.

Pezlar, J.C, dan Chan E.C.S. 1996. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Ul Press : Jakarta.
Purnomo,Bambang.2005. Pengenalan Sifat-sifat Umum
Mikroorganisme
Rusyana, Adun. 2014. Zoologi Invertebrata. Bandung: Alfabeta Suwignyo,
Sugiarti. 2005. Avetebrata Air Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya
Wasetiawan.2010.Protozoa.http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/files/2010/01/
protozoa /pdf.

Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi. UMM Press : Malang

20

Anda mungkin juga menyukai