Anda di halaman 1dari 23

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DEMENSIA


KASUS PEMICU DEMENSIA

Tn. B usia 75 tahun, tinggal di panti werdha budi luhur sejak 2 tahun yang lalu,
keluarga minitipkan Tn. B di sebabkan karena keluarga sibuk dengan urusan masing-
masing. Tn. B dulunya bekerja di pabrik alumunium, Kondisi fisik Tn. B saat ini
mengalami gangguan memori dan orientasi. Saat wawancara yang dilakukan untuk status
mental dari sepuluh pertanyaan yang diajukan hanya dua jawaban yang benar yakni
tempat dan nama ibu . Selain itu klien tidak mampu melakukan perawatan diri secara
mandiri melainkan membutuhkan bantuan orang. Tn. B sering lupa jalan pulang apabila
sedang berpergian, sulit mandi, berpakaian, dan toileting, Tn. B juga sering tersinggung
dan mudah marah. Sebelumnya klien pernah dibawa berobat ke PKM dan didiagnosa oleh
dokter bahwa Tn. B menderita demensia yang merupakan bagian normal dari proses
penuaan.
Saat pengkajian di dapatkan bahwa TD : 140/80 MmHg, S : 370C, RR: 24 x/menit,
N : 75 x/menit. Kuku klien tampak kotor, badan klien bau, penampilan kurang menarik,
kulit kepala kotor dan bau, mulut klien bau, gigi klien tampak tidak lengkap dan tampak
adanya karies pada gigi klien serta klien tampak binggung. Nafsu makan klien menurun,
klien makan dengan porsi yang sedikit, fungsi mengunyah kurang baik. Jumlah minum
klien 2000 cc/hari dengan air mineral. Kekuatan otot klien menurun sehingga klien
berjalan dengan lambat, klien tampak mengalami kaku sendi, klien tampak menggunakan
tongkat, klien tampak berjalan dengan hati- hati dan kekuatan otot klien 4 ( dapat gerak
dan dapat melawan hambatan yang ringan).
A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

1. Nama : Tn. B
2. Umur                           : 75 tahun

3. Alamat                 : Jambi

4. Pendidikan                 : SMA

5. Jenis Kelamin : Laki - Laki


6. Suku/ Bangsa              : Melayu

7. Agama                      : Islam

8. Status Perkawinan : Duda

9. Tanggal masuk panti werdha : 18 januari 2013

2. Status Kesehatan Saat ini

a. Nutrisi : Makan 3x sehari dengan porsi sedikit

b. Cairan dan elektrolit : Baik

c. Akivitas : Petugas panti werdha mengatakan bahwa Tn. B mengalami


kesulitan dalam melakukan aktivitas seperti mandi,
berpakaian, pergi ke toilet. Tn.B juga sering lupa jalan
pulang apa bila sedang berpergian.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

a. Nutrisi : Makan 3x sehari dan nafsu makan klien baik

b. Cairan dan elektrolit : Baik

c. Akivitas : Menurut petugas panti werdha, keluarga klien pernah


mengatakan bahwa dulunya klien pernah bekerja di
pabrik alumunium. Klien tidak pernah di rawat di RS,
tidak pernah dioperasi, tidak memiliki riwayat alergi
terhadap obat dan makanan tertentu, dan klien juga tidak
mempunyai kebiasaan merokok, alkohol dan juga obat-
obatan.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga klien juga pernah mengatakan bahwa anggota keluarga klien tidak pernah
mengalami hal yang sama seperti klien dan juga tidak pernah menderita penyakit
penyakit lainnya.
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda – tanda vital
 Tekanan darah             : 140/80 mmHg
 Nadi                            : 75 kali/menit
 Suhu                            : 37oC
 Respirasi                      : 24 kali/menit
 Berat badan                 : 45kg

6. Tinjauan Sistem
 Keadaan Umum
Secara umum, klien mengalami keadaan fisiologis yang terjadi dikarenakan proses
penuaan seperti penurunan fungsi indera.

 Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut memutih/ beruban, keadaan rambut rontok,
kulit kepala kotor dan bau.

 Mata
Ketajaman penglihatan klien kabur, sclera putih dan jernih, ukuran isocor, warna
gelap, reaksi terhadap cahaya miosis. Refleks pupil sama besar, dan bereaksi
terhadap cahaya, konjungtiva anemis, lapang pandang kurang jelas.

 Hidung
Bentuk simetris, struktur bagian dalam merah muda, fungsi penciuman klien kurang
baik.

 Telinga
Warna kulit luar telinga bagian luar sawo matang, tidak terdapat lesi, kulit telinga
berkurang elastisitasnya. Fungsi pendengaran kurang baik, tidak ada nyeri, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
 Mulut
Bentuk simetris, kelembaban baik, mukosa mulut merah muda, gigi kurang bersih,
ada karies, gigi tidak lengkap, keadaan gusi kurang baik, tidak ada peradangan.
Fungsi mengunyah kurang baik, fungsi pengecap tidak begitu baik, fungsi bicara
kurang jelas, bau mulut, refleks menelan kurang baik.

 Leher
Saat diraba tidak terdapat pembengkakan kelenjar getah bening, kelenjar tryroid dan
sub mandibularis baik, kaku kuduk tidak ada.

 Sistem Pernapasan
Bentuk dada simetris, frekuensi napas cepat, klien tidak mengalami batuk dan tidak
menggunakan alat bantu pernapasan, suara napas vesikuler.

 Sistem kardiovaskuler
Denyut nadi perifer teraba lemah, bunyi jantung normal (tidak ada bunyi tambahan}

 Sistem Gastrointestinal
Lidah tampak tidak ada lesi dan tidak ada benjolan.

 Sistem urinaria
Tn. B berkemih 4-5 kali sehari, tidak nyeri saat berkemih dan lancar.

 Sistem muskuloskeletal
Kekuatan otot klien menurun sehingga klien berjalan dengan lambat, klien tampak
mengalami kaku sendi, menggunakan tongkat, dan berjalan dengan hati- hati.

 Sistem Integumen
Kulit tampak keriput, warna kulit sawo matang, lesi tidak ada, kuku klien tampak
kotor dan kurang terawat.

 Sistem endokrin
Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar getah bening

7. Pengkajian Psikososial & Spiritual

a. Psikososial
Klien ikhlas menerima keadaanya, walaupun suasana hatinya sedih, klien
sering tersinggung dan mudah marah. Konsep diri klien tampak menurun karena
faktor usia dan merupakan proses penuaan. Orientasi klien kurang baik karena
konsentrasi yang menurun sehingga klien mengalami penurunan daya ingat
menyebabkan klien sulit melakukan aktivitas dan defisit keperawatan diri.
Hubungan klien dengan keluarga / kerabat kurang baik, hubungan klien
dengan penghuni lain kurang baik, hubungan dengan petugas kurang baik dan adat
istiadat yang dianut klien yaitu adat melayu. Dikarenakan klien mengalami
gangguan memori dan orentasi sehingga klien kurang berintraksi sosial dengan
petugas panti dan penghuni panti lainnya.

b. Spiritual
Klien menganut agama islam, klien tampak sering sholat dan sering
berdoa.

c. Pengkajian Fungsional Klien


1. KATZ index

Kegiatan
A Mandiri dalam makan, kontinensia, menggunakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah mandi
B Mandiri semuanya, kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
C Mandiri kecuali mandi dan salah satu lagi fungsi lain
D Mandiri kecuali mandi, berpakaian, dan salah satu lagi fungsi yang lain.
E Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan salah satu lagi fungsi yang lain.
F Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah, dan salah satu lagi fungsi
yang lain.
G Ketergantungan untuk semua fungsi di atas
H Lain – lain
Keterangan :
Klien hanya mandiri pada saat makan dan minum sedangkankegiatan
lainnya klien membutuhkan bantuan

2. Barthel index

No Kriteria Dengan Mandiri Keterangan


Bantuan
1. Makan 10 Frekuensi: 3x sehari
Jumlah: Porsi kecil
Jenis: Nasi, lauk, dan
sayur
2. Minum 10 Frekuensi: 8x sehari
Jumlah: 2000 cc
Jenis: air putih/air
mineral
3. Berpindah dari kursi 5
roda ke tempat tidur,
dan sebaliknya
4. Personal toilet (cuci 0 Frekuensi: 1x sehari
muka, menyisir
rambut, gosok gigi)
5. Keluar masuk toilet 5
(mencuci pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6. Mandi 5 Frekuensi: 1x sehari
7. Jalan di permukaan 0
datar
8. Naik turun tangga 5
9. Mengenakan pakaian 5
10. Kontrol bowl (BAB) 5 Frekuensi: 2x sehari
Konsistensi: Padat
11. Kontrol bladder 5 Frekuensi: 8x sehari
(BAK) Warna: jernih
12. Olahraga/latihan 5 Frekuensi: 1x sehari
Jenis: berjalan-jalan di
sekitar panti
13. Rekreasi/pemanfaatan 5 Frekuensi: 1x seminggu
waktu luang Jenis: Jalan-jalan ke
taman

Skor : 65
Interpretasi Hasil : ketergantungan sebagian

C. Pengkajian Status Mental


1. Short Portable Mental Status Questioner (SPSMQ)

Benar Salah No. Pertanyaan


 1. Tanggal berapa hari ini?
 2. Hari apa sekarang?
 3. Apa nama tempat ini?
 4. Dimana alamat anda?
 5. Berapa umur anda?
 6. Kapan anda lahir?
 7. Siapa ibu pengurus panti werdha?
 8. Siapa ibu pengurus sebelumnya?
 9. Siapa nama ibu anda?
 10. Kurangi 3 dari 20 & tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara berurutan
Jumlah

Total Skor: Salah: 8      Benar: 2


Hasil:

Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh

Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan

Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang

2. Pengkajian Aspek Kognitif Dari Fungsi Mental MMSE

No Tes Nilai Hasil


Normal pemeriksaan
ORIENTASI

1. Sekarang (tahun), (musim), (bulan), ( tanggal), hari apa? 5 2


2. Kita berada dimana (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai 5 2
kamar)
REGISTRASI

3. Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap 3 1


benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda
tadi. Nilai 1 untuk setiap nama benda yang benar. Ulangi
sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat
jumlah pengulangan
ATENSI DAN KAKULASI

4. Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 tiap jawaban yang benar. 5 2


Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja tebalik kata
“WAHYU” (nilai di berikan huruf yang benar sebelum
kesalahan: minsalnya uyahw – 2 nilai
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

5. Pasien di suruh menyebutkan kembali 3 benda diatas 3 1


BAHASA

6. Pasien di suruh menyebut nama benda yang di tunjukkan 2 1


(pensil, buku)
7. Pasien di suruh mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila” 1 1
8. Pasien di suruh melakukan perintah “ambil kertas itu dengan 3 1
tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letaklah dilantai”
9. Pasien di suruh melakukan perintah “pejamkanlah mata anda” 1 1

10. Pasien disuruh menulis dengan spontan 1 1

11. Pasien disuruh menggambarkan bentuk dibawah ini 1 0

TOTAL 30 13

Interpretasi hasil :

24-30 : tidak ada gangguan kognitif

13-23 : gangguan kognitif sedang

0-17 : gangguan kognitif berat

d.Pengkajian Keseimbangan Untuk Klien Lanjut Usia

No. Pengkajian Keseimbangan Skor

Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan

1. Keseimbangan saat bangun ke kursi 1

2. Keseimbangan saat duduk ke kursi 1

3. Menahan dorongan pada sternum (pemeriksaan 1


mendorong sternum perlahan-lahan sebanyak 3
kali)

4. Mata tertutup 0

5. Perputaran leher 0

6. Membungkuk 1

Komponen Gaya Berjalan atau Gerakan

1. Minta klien berjalan ketempat yang ditentukan 1


2. Ketinggian langkah kaki 1

3. Kontinuitas langkah kaki kesimetrisan langkah 1

4. Kesimetrisan langkah 0

5. Penyimpangan jalur pada saat terbalik 1

Jumlah skor 8

Interpestasi hasil :

0-5 : resiko jatuh rendah

6-10 : resiko jatuh sedang

11-15 : resiko jatuh tinggi

B. ANALISA DATA

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1. DS: perubahan Gangguan
        Petugas panti mengatakan klien sering fisiologis orientasi
tersinggung dan mudah marah (degenerasi neuron
        Perawat mengatakan klien sering lupa ireversibel)
jalan pulang bila berpergian demensia

DO:
        Klien tampak mengalami gangguan
memori dan orientasi
        Klien tampak bingung
        Pemeriksaan MMSE: nilai 13
2. DS : kesulitan Risiko cidera
        Petugas panti mengatakan kekuatan otot keseimbangan
klien menurun sehingga klien berjalan dalam beraktifitas
dengan lambat

DO :
        klien tampak sering mengalami kaku
sendi
        klien tampak menggunakan tongkat
        klien tampak berjalan dengan hati- hati
       

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan orientasi b.d perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel)


2. Resiko cidera b.d kesulitan keseimbangan,ditandai dengan

D. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa
Tujuan & KH Intervensi Rasional
O Keperawatan
1 Gangguan Tujuan : Mandiri
. orientasi b.d Setelah 1.      Kembangkan lingkungan 1.      Mengurangi
perubahan diberikan yg mendukung & hubungan kecemasan dan
fisiologis tindakan 3 x klien-perawat yg terapeutik. emosional.
(degenerasi 24 jam
neuron keperawatan 2.      Pertahankan lingkungan 2.      Kebisingan
ireversibel) diharapkan yg menyenangkan dan merupakan sensori
demensia klien mampu tenang. berlebihan yg
mengenali meningkatkan
perubahan gangguan neuron.
dalam berpikir
dengan 3.      Menimbulkan
KH: 3.      Tatap wajah ketika perhatian, terutama
   Mampu berbicara dengan klien. pada klien dg gangguan
memperlihatka perceptual.
n kemampuan
kognitif untuk 4.      Nama adalah
menjalani 4.      Panggil klien dengan bentuk identitas diri &
konsekuensi namanya. menimbulkan
kejadian yang pengenalan terhadap
menegangkan realita & klien.
terhadap emosi
& pikiran 5.      Meningkatkan
tentang dirinya 5.      Gunakan suara yang agak pemahaman. Ucapan
   Mampu rendah dan berbicara dengan tinggi & keras
mengembangk perlahan pada klien. menimbulkan stress yg
an strategi mencetuskan
untuk konfrontasi & respon
mengatasi marah.
anggapan diri
yang negative.
6.      Seiring
6.      Gunakan kata-kata perkembangan
pendek, kalimat, dan instruksi penyakit, pusat
sederhana(tahap demi tahap). komunikasi dlm otak
terganggu sehingga
menghilangkan
kemampuan klien dlm
respons penerimaan
pesan & percakapan
secara keseluruhan.

7.      memotivasi klien


7.      Ciptakan aktivitas dlm cara yang
sederhana, bermanfaat, dan menguatkan
tidak bersifat kompetitif kegunaannya &
sesuai kemampuan klien. kesenangan diri serta
merangsang realita.

8.      Kurang tidur dpt


8.      Evaluasi pola tidur. mengganggu proses
piker & kemampuan
koping klien.

Kolaborasi
Kolaborasi 1.      Untuk mengurangi
1.      Berikan obat sesuai rasa depresi pada klien.
indikasi
2 Resiko cidera Tujuan : Mandiri
. b.d kesulitan Setelah 1.      Kaji derajat gangguan 1.    Mengidentifikasi
keseimbangan dilakukan kemampuan, tingkah laku risiko di lingkungan
tindakan impulsive dan penurunan dan mempertinggi
keperawatan persepsi visual. Bantu kesadaran perawat akan
3x 24 jam keluarga mengidentifikasi bahaya. Klien dengan
diharapkan risiko terjadinya bahaya yang tingkah laku impulsi
Risiko cedera mungkin timbul. berisiko trauma karena
tidak terjadi kurang mampu
dengan mengendalikan
KH : perilaku. Penurunan
 Meningkatkan persepsi visual berisiko
tingkat terjatuh.
aktivitas.
Dapat 2.      Hilangkan sumber 2.    Klien dengan
beradaptasi bahaya lingkungan. gangguan kognitif,
dengan gangguan persepsi
lingkungan adalah awal terjadi
untuk trauma akibat tidak
mengurangi bertanggung jawab
risiko trauma/ terhadap kebutuhan
cedera. keamanan dasar.

3.      Alihkan perhatian saat 3.    Mempertahankan


perilaku teragitasi/ berbahaya, keamanan dengan
memenjat pagar tempat tidur. menghindari
konfrontasi yang
meningkatkan  risiko
terjadinya trauma.

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari 1

Diagnosa Tanggal/ Catatan Keperawatan Tangga Perkembangan Ket


Keperaw jam l/ jam (Evaluasi)
atan
DX I 19 / 01 / 1.      Mengembangkan 19 / S:
2013 lingkungan yg mendukung & 01 /         Klien
08.30 hubungan klien perawat yg 2013 mengatakan senang
terapeutik. 13.30 jika di panggil
Hasil : klien masih mudah dengan namanya
tersinggung         Klien
mengatakan
2.      Mempertahankan memahami
lingkungan yg menyenangkan pembicaraan
dan tenang. menggunakan kata-
Hasil : klien tampak nyaman kata pendek
O:
3.      Menatap wajah ketika         Klien tmapak
berbicara dengan klien. mengalami gangguan
Hasil : klien tidak mau memori dan orientasi
menatap wajah perawat jika         Klien tampak
berbicara bingung
        Pemeriksaan
4.      Memanggil klien dengan MMSE: 13
namanya. A : masalah teratasi
Hasil : klien tampak senang sebagian
jika di panggil dengan P : intervensi 1, 3, 6,
namanya 7, 8, 9 dilanjutkan

5.      Menggunakan suara yang


agak rendah dan berbicara
dengan perlahan pada klien.
Hasil : klien tampak mudah
dalam berkomunikasi

6.      Menggunakan kata-kata


pendek, kalimat, dan instruksi
sederhana(tahap demi tahap).
Hasil : klien tampak mengerti

7.      Menciptakan aktivitas


sederhana, bermanfaat, dan
tidak bersifat kompetitif sesuai
kemampuan klien.
Hasil: klien tampak belum mau
beraktivitas secara sedehana

8.      Mengevaluasi pola tidur.


Hasil : klien tampak tidur
dengan baik

9.      Kolaborasi dengan obat


sesuai indikasi
Hasil : donezepil, citalopram,
dan galantamine.

DX II 19/01/ 1.      Mengkaji derajat gangguan 19/ 01/S : S : klien mengatakan


2013 kemampuan, tingkah laku 2013 ia menggunakan
08.30 impulsive dan penurunan 13.30 tongkat untuk
persepsi visual. berjalan
Hasil : klien tampak O:
mengalami gangguan         klien tampak
memori dan orientasi mengalami kaku
sendi
2.      Menghilangkan sumber         klien tampak
bahaya lingkungan. menggunkan tongkat
Hasil : klien tampak untuk berjalan
mengunakan tongkat         klien tampak
berjalan dengan hati-
3.      Mengalihkan perhatian saat hati
perilaku teragitasi/ berbahaya,         kekuatan otot
memenjat pagar tempat tidur. klien
Hasil : menghindari terjadinya
cedera A : Masalah belum
teratasi

P : intervensi di
lanjutkan

Hari ke 2
Diagnosa Tanggal/ Catatan Keperawatan Tangga Perkembangan Ket
Keperawa jam l/ jam (Evaluasi)
tan
DX I 20 / 01 / 1.      Mengembangkan 20 / S:
2013 lingkungan yg mendukung & 01 /         Klien
08.30 hubungan klien perawat yg 2013 mengatakan senang
terapeutik. 13.30 jika di panggil
Hasil : klien masih mudah dengan namanya
tersinggung         Klien
mengatakan mudah
memahami
2. Mempertahankan pembicaraan dengan
lingkungan yg menyenangkan kata-kata pendek
dan tenang. O:
Hasil : klien tampak         Klien tmapak
nyaman mengalami
gangguan memori
3. Menatap wajah ketika dan orientasi
berbicara dengan klien.         Klien tampak
Hasil : klien tidak mau bingung
menatap wajah perawat jika         Pemeriksaan
berbicara MMSE:13
4. Memanggil klien dengan A : masalah teratasi
namanya. sebagian
Hasil : klien tampak senang
jika di panggil dengan P : intervensi 1, 3,
namanya 4, 5, 6, 7, dilanjutkan

5. Menggunakan suara yang


agak rendah dan berbicara
dengan perlahan pada klien.
Hasil : klien tampak mudah
dalam berkomuikasi

6. Menggunakan kata-kata
pendek, kalimat, dan instruksi
sederhana(tahap demi tahap).
Hasil : klien tampak
mengerti

7.      Menciptakan aktivitas


sederhana, bermanfaat, dan
tidak bersifat kompetitif sesuai
kemampuan klien.

8.      Hasil: klien tampak belum


mau beraktivitas secara
sederhana

9.      Kolaborasi dengan obat


sesuai indikasi
Hasil : donezepil, citalopram,
dan galantamine.

DX II 20/ 01 / 1. Mengkaji derajat gangguan 20 / S:


2013 kemampuan, tingkah laku 01 / -       klien mengatakan
08.30 impulsive dan penurunan 2013 ia menggunakan
persepsi visual. 13.30 tongkat untuk
Hasil : klien tampak berjalan
mengalami gangguan O:
memori dan orientasi         klien tampak
2.    Menghilangkan sumber mengalami kaku
bahaya lingkungan. sendi
Hasil : klien masih tampak         klien tampak
menggunakan tongkat menggunkan tongkat
untuk berjalan
3.    Mengalihkan perhatian saat         klien tampak
perilaku teragitasi/ berbahaya, berjalan dengan hati-
memenjat pagar tempat tidur. hati
Hasil : menghindari terjadinya         kekuatan otot
cedera klien
A : Masalah belum
teratasi
P : intervensi 1, 2, 3,
4, di lanjutkan

Hari ke 3

Diagnosa Tanggal/ Catatan Keperawatan Tangga Perkembangan Ket


Keperawa jam l/ jam (Evaluasi)
tan
DX I 21 / 01/ 1.      Mengembangkan 21 / S:
2013 lingkungan yg mendukung & 01 /         Klien
08.30 hubungan klien perawat yg 2013 mengatakan senang
terapeutik. 13.30 jika di panggil
Hasil : klien masih mudah dengan namanya
tersinggung         Klien
2.      Mempertahankan mengatakan mudah
lingkungan yg menyenangkan memahami
dan tenang. pembicaraan
Hasil : klien tampak nyaman menggunakan kata-
3.      Menatap wajah ketika kata pendek
berbicara dengan klien. O:
Hasil : klien tidak mau         Klien tmapak
menatap wajah perawat jika mengalami
berbicara gangguan memori
4.      Memanggil klien dengan dan orientasi
namanya.         Klien tampak
Hasil : klien tampak senang bingung
jika di panggil dengan         Pemeriksaan
namanya MMSE:11 (berat)
5.      Menggunakan suara yang
agak rendah dan berbicara A : masalah teratasi
dengan perlahan pada klien. sebagian
Hasil : klien tampak mudah
dalam berkomuikasi P : intervensi 1, 3,
6.      Menggunakan kata-kata 4, 6, 7, 8 dilanjutkan
pendek, kalimat, dan instruksi kakak perawat
sederhana(tahap demi tahap).
Hasil : klien tampak mengerti
7.      Menciptakan aktivitas
sederhana, bermanfaat, dan
tidak bersifat kompetitif sesuai
kemampuan klien.
Hasil: klien tampak belum mau
beraktivitas secara sederhana
8.      Kolaborasi dengan obat
sesuai indikasi
Hasil : donezepil, citalopram,
dan galantamine.

DX II 21 / 01 / 1.     Mengidentifikasi kesulitan 21/ 01 / S : klien


2013 dalam berpakaian/ perawatan 2013 mengatakan tidak
08.30 diri, seperti: keterbatasan gerak 13.30 mampu malakukan
fisik, apatis/ depresi, perawatn diri secara
Hasil : klien tidak mampu mandiri
melakukan secara mandiri O:
2.     Mengidentifikasi kebutuhan         Kuku klien tidak
kebersihan diri & berikan kotor lagi
bantuan sesuai kebutuhan dg         Bau badan mulai
perawatan rambut /kuku/kulit, berkurang
bersihkan kaca mata, & gosok         Penampilan
gigi. klien sudah rapi
Hasil : klien belum mampu         Kulit kepala
melakukan secara mandiri sudah agak bersih
3.     Memperhatikan adanya tanda-         Bau mulut klien
tanda nonverbal yg fisiologis. mulai berkurang dan
Hasil : klien masih mampu Tampak masih
menggunkan bahasa yang adanya caries
verbal A : Masalah teratasi
4.     Memberi banyak waktu untuk sebagian
melakukan tugas. P : intervensi 1, 2,
Hasil : klien membutuhkan di lanjutkan oleh
waktu yang cukup untuku kakak perawat
melakukan tugas

DX III 21/01/ 1.    Mengkaji derajat gangguan 21 / S : klien


2013 kemampuan, tingkah laku 01 / mengatakan ia
impulsive dan penurunan 2013 menggunakan
persepsi visual. tongkat untuk
Hasil : klien tampak berjalan
mengalami gangguan O:
memori dan orientasi         klien tampak
mengalami kaku
2.    Menghilangkan sumber sendi
bahaya lingkungan.         klien tampak
Hasil : klien masih tampak menggunkan tongkat
menggunakan tongkat untuk berjalan
3.    Mengalihkan perhatian saat         klien tampak
perilaku teragitasi/ berbahaya, berjalan dengan hati-
memenjat pagar tempat tidur. hati
Hasil : menghindari terjadinya A : Masalah belum
cedera teratasi
P : intervensi 1, 2, 3,
di lanjutkan oleh
kakak perawat

BAB IV
PEMBAHASAN

Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan


fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas sosial
yang normal juga aktivitas kehidupan seharihari (AKS). Demensia biasanya dimulai
secara perlahan dan makin lama makin parah, sehingga keadaan ini pada mulanya tidak
disadari. Penderita akanmengalami penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk
mengingat waktu dan kemampuan untukmengenali orang, tempat dan benda. Penderita
mengalami kesulitan dalam menemukan dan menggunakan katayang tepat dan dalam
pemikiran abstrak(misalnya dalam pemakaian angka). Padaakhirnya penderita tidak
mampu mengikuti aktivitas.
Jenis demensia yang paling lazim ditemui berikutnya adalah demensia vaskuler,
yangsecara kausatif dikaitkan dengan penyakit serebrovaskuler. Hipertensi merupakan
factor predisposisi bagi seseorang untuk menderita demensia. Demensia vaskuler meliputi
15 hingga 30persen dari seluruh kasus demensia. Demensia vaskuler paling sering
ditemui pada seseorangyang berusia antara 60 hingga 70 tahun dan lebih sering pada laki-
laki daripada wanita. Sekitar 10hingga 15 persen pasien menderita kedua jenis demensia
tersebut.
Prevalensi demensia semakin meningkat dengan bertambahnya usia.
Prevalensidemensia sedang hingga berat bervariasi pada tiap kelompok usia. Pada
kelompok usia diatas 65 tahun prevalensi demensia sedang hingga berat mencapai 5
persen, sedangkan pada kelompok usia diatas 85 tahun prevalensinya mencapai 20
hingga 40 persen.
Dari seluruh pasien yang menderita demensia, 50 hingga 60 persen diantaranya
menderita jenis demensia yang paling sering dijumpai, yaitu demensia tipe Alzheimer
(Alzheimer’s diseases). Prevalensi demensia tipe Alzheimer meningkat seiring
bertambahnya usia. Untuk seseorang yang berusia 65 tahun prevalensinya adalah 0,6
persen pada pria dan 0,8 persen pada wanita. Pada usia 90 tahun, prevalensinya
mencapai 21 persen. Pasien dengan demensia tipe Alzheimer membutuhkan lebih dari 50
persen perawatan rumah (nursing home bed).
Di Indonesia sering menganggap bahwa demensia ini merupakan gejala yang normal
pada setiap orang tua. Namun kenyataan bahwa suatu anggapan atau persepsi yang salah
bahwa setiap orang tua mengalami gangguan atau penurunan daya ingat adalah suatu
proses yang normal sajaSedikitnya setengah dari seluruh penghuni panti jompo menderita
demensia. Demensia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menghabiskan
biaya, tetapi tantangan gejala demensia menimbulkan kualitas hidup, stres, pemberi
perawatan, dan pemeliharaan martabat manusia dan mungkin mencerminkan beban
kemanusiaan lebih dari yang dapat diperbaiki perawat. Jika penyakit Demensia sudah
parah maka akan terjadi ketergantungan pada orang lain dalam hal penderita mengalami
sulit makan, tidak kenal anggota keluarga, sulit menahan buang air kecil dan besar, serta
gangguan perilaku yang sangat berat.
Pihak keluarga yang berperan dalam merawat pasien demensia, hendaknya
menghindari perbedaan pendapat, latihlah otak dengan permainan (interaksi sosial,
pengembangan hobi), memantau kesehatan secara berkala, jauhi sikap (mengkritik,
komentar negatif, berdebat, memaksa keinginan). Merawat pasien demensia hendaknya
memiliki sikap tenang dan memaklumi, berilah penghargaan/pujian, perlakukan penderita
demensia sebagai orang dewasa terbatas bukan sebagai anak kecil, berilah kegiatan yang
bersifat rekreatif, humor dan menyenangkan, ciptakan lingkungan yang nyaman (tidak
bising, penerangan cukup, lingkungan yang bersahabat.
Di Indonesia sudah

BAB V
KESIMPULAN

Demensia kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan
mempengaruhi aktivitas sosial juga aktivitas kehidupan sehari – hari.
Penyebab demensia yang paling sering pada individu yang berusia diatas 65
tahun adalah(1) penyakit Alzheimer, (2) demensia vaskuler, dan (3) campuran antara
keduanya. Ada juga penyebab lain yang mencapai kira-kira 10 persen diantaranya adalah
demensia Lewy body, penyakit Pick, demensia frontotemporal, hidrosefalus tekanan
normal, demensiaalkoholik, demensia infeksiosa (misalnya human immunodeficiency
virus (HIV) atau sifilis) dan.penyakit Parkinson.
Demensia yang sering terjadi adalah demensia Alzheimer dan demensia vaskuler. Secara
umum tanda dan gejala demensia adalah sebagai berikut :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa” menjadi
bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,
tempat penderita demensia berada
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita
yang sama berkali-kali
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama
televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan
gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa
perasaan-perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.

Prinsip utama penatalaksanaan penderita adalah sebagai berikut :


1. Optimalkan fungsi dari penderita, dengan :
- Obati penyakit yang mendasarinya
- Hindari pemakaian obat yang memberikan efek samping pada SSP
- Upayakan aktifitas mental dan fisik
- Hindari situasi yang menekan kemampuan mental
- Persiapkan penderita bial akan berpindah tempat
- Perbaikan gizi
2. Kenali dan obati komplikasi
- perilaku merusak
- Depresi
- Agresivitas
- inkontinensia
3. Upayakan pengobatan berkesinambungan
- Reakses keadaan kognitif dan fisik
- Pengobatan gangguan medik
4. Upayakan informasi medis bagi penderita dan keluarga
- Berbagai hal tentang penyakitnya
- Kemungkinan gangguan / kelainan yang bisa terjadi
- prognosis
5. Upayakan informasi pelayanan social yang ada pada penderita dan keluarganya
- Berbagaai pelayanan kesehatan masyarakat
- Nasehat hukum dan atau keuangan
6. Upayakan nasehat keluarga untuk
- Pengenalan dan cara atasi konflik keluarga
- penanganan rasa marah atau rasa bersalah
- pengambilan keputusan untuk perumahan respite atau di institusi
- Kepentingan-kepentingan hukum/masalah etik
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani Yuli Reni.2014.Buku Ajar Keperawatan Gerontik Jilid 2.Jakarta: TIM


Stanley, Mickey.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai