Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

T
DENGAN POST OP HERNIA INGUINALIS SINISTRA
DI RUANG HCU BEDAH RSUP FATMAWATI JAKARTA

Disusun Oleh :
Kelompok 9/3B
1. Deby Syntia (20016)
2. Haniyah Safitri (20039)
3. Nala Yona Ramadhani (20058)
4. Shinta Aprillia Dita Putri (20087)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FATMAWATI
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmatNya, sehingga kami kelompok 9 dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Medical Bedah II (KMB II) dengan judul “Asuhan keperawatan
pada Tn. T dengan Post Op Hernia Inguinalis Sinistra.” Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Klinik Medical
Bedah II. Kelompok menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik
tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait. Atas dukungan moral dan materil
yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kelompok mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ns. DWS Suarse Dewi, M.Kep.,Sp.Kep.MB, selaku Direktur STIKes Fatmawati
Jakarta.
2. Ns. Hinin Wasilah, M.S selaku Wali Kelas Angkatan XXIII STIKes Fatmawati
Jakarta.
3. Ns. Hinin Wasilah, M.S selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah KMB II STIes
Fatmawati Jakarta dan dosen pembimbing praktik klinik keperawatan Medikal
Bedah II.
4. Orang tua tercinta yang telah membantu dalam segi materil dan memberikan
motivasi selama dalam penyusunan makalah ini.
5. Serta rekan-rekan kelompok yang membantu selesainya pembuatan makalah.
Kelompok menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
kelompok menerima saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, Mei 2023

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang...................................................................................................1
B.Tujuan................................................................................................................3
C.Metode Penulisan...............................................................................................2
D.Sistematika Penulisan........................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................
A.Pengertian..........................................................................................................4
B.Etiologi...............................................................................................................4
C.Patofisiologi.......................................................................................................6
D.Penatalaksanaan Medis......................................................................................7
E.Pengkajian Keperawatan....................................................................................9
F.Diagnosa Keperawatan.......................................................................................10
G.Perencanaan Keperawatan.................................................................................18
H.Pelaksanaan Keperawatan ................................................................................19
I.Evaluasi Keperawatan.........................................................................................19
BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................
A.Pengkajian Keperawatan...................................................................................21
B.Diagnosa Keperawatan......................................................................................34
C.Perencanaan Keperawatan.................................................................................35
D.Pelaksanaan Keperawatan.................................................................................39
E.Evaluasi Keperawatan........................................................................................41
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................47
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan........................................................................................................49
B.Saran..................................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................50

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah terbanyak setelah appendisitis. Sampai
saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status kesehatan
masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam penanganan dan
hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan angka rekurensi. Pasien
dengan kriteria hernia terbanyak sering kali terjadi di daerah inguinalis terutama
pada laki-laki. Hernia yang dialami laki-laki terdapat sebanyak 97% di daerah
inguinalis, lalu 2% pada daerah femoralis, dan 1% pada daerah umbilikus.
Sedangkan pada perempuan komposisinya berbeda. 50% dialami di daerah
inguinalis, 34% dari daerah kanalis femoralis, dan 16% pada daerah umbilikus.

Penyebab terjadinya hernia inguinalis karena sering mengejan saat buang air
besar, dikarenakan tekanan didalam rongga abdomen dapat mengalami kenaikan
ketika mengejan, membawa benda berat, dan batuk kronis. Perbaikan hernia
dapat dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara langsung diatas area
yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan ke rongga perineal, kantung
hernia dibuang dan otot ditutup dengan kencang diatas area tersebut. Hernia di
region inguinal saat ini dilakukan sebagai prosedur rawat jalan.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik ingin mengetahui pelaksanaan


proses Asuhan Keperawatan yang dilakukan peneliti pada kasus pasien dengan
post op hernia inguinalis sinistra yang di rawat di ruang HCU Bedah RSUP
Fatmawati Jakarta.

1
Saran penulisan untuk latar belakang
Paragraf 1  kalimat pembuka dan definisi hernia inguinalis secara singkat
Paragraf 2  Prevalensi hernia inguinalis baik di dunia maupun di Indonesia
Paragraf 3  masalah keperawatan utama pada pasien dengan hernia inguinalis
Paragraf 4  pentingnya membahas asuhan keperawatan pd pasien dengan
hernia inguinalis

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan laporan ini adalah agar mengetahui penerapan asuhan
keperawatan pada klien yang menderita penyakit Hernia Inguinalis Hernia.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui konsep penyakit Hernia Inguinalis
b. Mengetahui pelaksanaan pengkajian pada klien dengan Hernia Inguinalis
c. Mengetahui analisa data dan penetapan diagnosis keperawatan pada klien
dengan Hernia Inguinalis
d. Mengetahui rencana intervensi keperawatan pada klien Hernia Inguinalis
e. Mengetahui pelaksanaan implementasi dan evaluasi keperawatan pada
klien dengan Hernia Inguinalis.

C. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggukan metode studi kepustakaan yaitu
menggunakan berbagai sumber liatur yang sesuai dengan makalah “Asuhan
Keperawatan pada Tn. S dengan Hernia Inguinalis Sinistra” adapun teknik
pengumpulan data dalam penulisan makalah ini adalah menganalisis berbagai
sumber referensi baik dari buku, jurnal dan internet yang berkaitan dengan Hernia.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penyusun makalah ini terdiri dari 5 bab yaitu yaitu BAB I
PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORI yang terdiri
2
dari konsep hernia dan konsep asuhan keperawatan pada pasien Hernia Inguinalis.
BAB III TINJAUAN KASUS yang terdiri dari deskripsi kasus dan asuhan
keperawatan. BAB IV PEMBAHASAN, SERTA BAB V PENUTUP yang
terdiri dari kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA.

3
BAB II
TINJUAN TEORI

A. Konsep Hernia
1. Pengertian
Hernia adalah penonjolan abnormal isi rongga perut melalui bagian lemah dari
dinding yang rusak. Pada hernia abdomen isi perut menonjol melalui cacat atau
kelemahan lapisan otot-aponeurotik dinding perut. Hernia diklasifikasikan
menurut asalnya menjadi hernia kongenital dan hernia akuisita atau didapatkan
karena lokasinya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatomisnya,
misalnya hernia diafragma, umbilikal, dan hernia femoral oleh sebagian besar
hernia terjadi di lipatan paha (Sjamsuhidajat, 2010).

Hernia Inguinalis yaitu kondisi penonjolan abnormal organ atau kelemahan


struktur organ intestinal yang masuk ke rongga melalui defek atau bagian
dinding yang tepis atau lemah dari cicin inguinalis. Materi yang masuk lebih
sering adalah usus halus, tetapi bisa juga merupakan suatu jaringan lemak atau
omentum. (Nianingsih, 2019).

Menurut data yang didapatkan dari World Health Organization (WHO),


prevalensi kasus hernia pada tahun 2016 sebesar 350 per 1000 populasi
penduduk (WHO, 2017). Kasus hernia terbanyak ditemukan yaitu di negara
berkembang. Diantaranya yaitu negara-negara Afrika dan Asia Tenggara
termasuk Indonesia (Romaito, 2020). Kasus penderita hernia Indonesia
berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan
1.243 orang menderita penyakit hernia antara Januari 2010 hingga Februari
2018 (DepKes RI, 2018). Kemudian, data dari Dinas Kesehatan Jateng, di
provinsi Jawa Tengah diperkirakan yang menderita hernia sebanyak 425 orang.
Kenaikan tersebut dinilai dari 500 yang menderita hernia (Pangestu, Astuti, &
Puspasari, 2018).

4
2. Jenis-jenis hernia
Hernia menurut (Meliani & Dytho, 2017), dapat dibedakan berdasarkan jenis
dan letak munculnya antara lain:
a. Hernia inguinalis

Inguinalis terjadi saat ada sebagian usus atau jaringan lemak dirongga
perut yang mencuat ke seleangkangan. Jenis ini merupakan jenis paling
sering terjadi oleh pria dan memiliki resiko lebih tinggi untuk
mengalaminya.
b. Hernia femoralis

Femoralis terjadi terjadi saat ada jaringan lemak atau sebagian usus yang
mencuat ke bagian atas paha bagian dalam. Resiko wanita untuk terkena
penyakit ini lebih tinggi dari pada pria.
c. Hernia umbilikus

5
Umbilikus terjadi saat ada jaringan lemak atau sebagian usus mendorong
dan menonjol di dinding abdomen, dekat pusar. Jenis hernia ini bisa
dialami oleh bayi akibat lubang besar tali pusat yang tidak tertutup dengan
sempurna setelah bayi lahir. Sedangkan pada orang dewasa, pemicunya
adalah adanya tekanan berlebihan pada abdomen.
d. Hernia incision

 Insisi terjadi saat ada jaringan yang mencuat lewat luka operasi yang
belum sembuh pada abdomen. Jenis ini termasuk salah satu risiko
komplikasi pada operasi bagian perut.
e. Hernia hiatus

Hiatus terjadi saat ada bagian lambung yang masuk lewat celah pada
diafragma dan mencuat ke rongga dada. Meski terkadang tanpa gejala,
nyeri ulu hati merupakan indikasi yang mungkin terjadi jika mengalami
jenis ini.
f. Hernia diafragma

6
Diafragma terjadi saat ada organ perut yang berpindah ke rongga dada
melalui celah pada diafragma. Sama seperti Hernia Umbilikus, jenis ini
juga bisa dialami oleh bayi akibat pembentukan diafragma yang kurang
sempurna.
g. Hernia epigestik

Epigastrik terjadi saat ada jaringan lemak yang mencuat keluar dan
menonjol pada dinding abdomen, di antara pusar dan tulang dada bagian
bawah.
h. Hernia otot

Otot terjadi saat ada sebagian otot yang mencuat pada abdomen. Jenis ini
juga dapat terjadi pada otot kaki akibat cedera berolahraga.

3. Tanda dan gejala

7
Gejala dan tanda bervariasi tergantung pada jenis hernia. Gejala mungkin atau
mungkin tidak ada pada beberapa hernia inguinalis . Dalam kasus hernia yang
dapat yaitu seperti:
a. Tonjolan di selangkangan atau di daerah perut lainnya
b. Terasa nyeri diselangkangan saat berdiri dan beraktifitas
c. Dan pada pria terkadang ada rasa sakit dan bengkak di skrotum di sekitar
area testis (Oberg S, et.al. 2017).

4. Penyebab hernia
Penyebab hernia berbeda-beda tergantung masing-masing individu. Di
antaranya adalah penyebab mekanis yang meliputi :
a. angkat beban berat yang tidak tepat
b. serangan batuk keras
c. pukulan tajam ke perut
d. postur yang salah
e. otot melemah karena nutrisi yang buruk
f. merokok
g. aktivitas berlebihan

oleh karena itu hernia lebih mungkin terjadi dikarenakan aliran pemikiran
fisiologis berpendapat bahwa dalam kasus hernia inguinalis, yang disebutkan
di atas hanya merupakan gejala anatomi dari penyebab fisiologis yang
mendasarinya . Mereka berpendapat bahwa risiko hernia disebabkan oleh
perbedaan fisiologis antara pasien yang menderita hernia dan yang tidak, yaitu
adanya perluasan aponeurotik dari arkus aponeurosis transversus abdominis
(Jones R. 2013).

Terdapat dua faktor yang meningkatkan risiko hernia adalah otot perut yang
lemah dan jaringan ikat yang lemah. Beberapa orang dilahirkan dengan
jaringan ikat yang lemah, sedangkan yang lain menjadi lebih lemah di usia
yang lebih tua. Penyakit atau pembedahan juga dapat melemahkan jaringan
dan otot. Peningkatan tekanan di perut dapat juga menyebabkan hernia.

8
Peningkatan tekanan di perut bisa disebabkan kelebihan berat badan, tumor
atau penumpukan cairan di perut, mengangkat benda berat, batuk dan
mengejan (IQWiG, 2020).

5. Pathway

6. Patofisiologi

9
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik
perineum ke daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis peritonei, pada bayi yang baru lahir
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali
kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya
yang kanan juga terbuka dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan
menutup pada usia 2 bulan.

Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul
hernia inguinalis lateralis congenital pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup namun karena merupakan lokus minoris persistence, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat, kanalis
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateral akuisita
keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal adalah
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada
saat defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate.

Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian
hernia masuk ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,
menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan
akan sampai ke scrotum yang disebut juga hernia scrotalis (Mansjoer, 2000, hal
314; Sjamsuhidajat, Jong, 1997, hal 704).

Kelemahan dinding abdominalis memperparah terjadinya penipisan dinding


abdominalis sehingga fungsi otot organ abdominalis berkurang. ketika adanya
penahanan maka usus akan memasuki atau menembus dinding abdominalis
yang tipis, sehingga usus dapat bertempat bukan pada tempatnya dan bergeser
kebawah atau keatas sesuai celah kelemahan dingding abdominalis. Usus yang

10
menembus dinding akan terjepit sehingga menimbulkan asam laktat meningkat
yang membuat penderita merasakan mual dan muntah dan sakit di daerah
perut.

7. Komplikasi
Akibat dari hernia dapat menimbulkan beberapa komplikasi antara lain :
1. Terjadi pelengketan berupa isi hernia hal ini disebut hernia inguinalis
lateralis ireponsibilis.
2. Terjadi tekanan pada cincin hernia maka akan terjadi banyaknya usus yang
masuk. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya isi usus diikuti dengan
gangguan vascular. Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata
(Mansjoer, 2012).

8. Pemeriksa Penunjang dan Diagnosis


a. Sinar X menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus / obstruksi usus
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi
1) ( peningkatan hematokrit ), peningkatan sel darah putih
(10000-18000/ul ) dan
2) ketidakseimbangan elektrolit
c. Laparoskopi : Untuk menentukan adanya hernia inguinal lateralis apakah
ada sisi yang berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia berulang
atau tidak.
d. EKG: terjadi peningkatan nadi akibat adanya nyeri
e. USG abdomen : untuk menentukan isi hernia
f. Radiografi : terdapat banyangan udara pada thoraks

9. Penatalaksanaan
Penanganan hernia ada dua macam :
a. Konservatif

11
1) Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan
secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat
penyokong.
2) Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres
hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
3) Celana penyangga
4) Istirahat baring
5) Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak
tinja untuk mencegah sembelit.
6) Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian
makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat
sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat,
cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.

b. Pembedahan (Operatif) :
1) Hernioplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang.
2) Herniotomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
3) Hernioraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen
dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan
transversus internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke
ligamen inguinal.

Suatu tindakan pembedahan dengan cara memotong kantong hernia, menutup


defek dan menjahit pintu hernia. Benjolan di daerah inguinal dan dinding
depan abdomen yang masih bisa dimasukan kedalam cavum abdomen.
Kadang benjolan tidak bisa dimasukkan ke cavum abdomen disertai tanda-
tanda obstruksi seperti muntah, tidak bisa BAB, serta nyeri

12
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 2000) adalah meliputi :
a. Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit
vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan
trombus).
b. Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis, faktor-faktor stress
multiple misalnya: financial, hubungan, gaya hidup. Tanda : tidak
dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang, stimulasi
simpatis.
c. Makanan / cairan
Gejala: insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis), malnutrisi (termasuk obesitas), membrane
mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra
operasi)
d. Aktivitas atau istirahat
Tanda : mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu
lama, membutuhkan papan matras untuk tidur, penurunan rentang
gerak, tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasa, atrofi otot,
gangguan dalam berjalan.
e. Neurosensori
Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan tangan atau kaki,
penurunan reflek tendon dalam, nyeri tekan atau nyeri abdomen.
f. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
g. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan.
Tanda:munculnya proses infeksi yang melelahkan, demam.
h. Kenyamanan

13
Gejala : nyeri seperti ditusuk-tusuk, fleksi pada kaki, keterbatasan
mobilisasi

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon actual
atau potensial pasien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai
izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon actual dan potensial
pasien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang
berkaitan, catatan medis pasien masa lalu, dan konsultasi dengan
professional lain. Adapun diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien
dengan post Herniotomy menurut Doengoes E. Marilynn 2000, adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan luka insisi dan distensi abdominal, ditandai
dengan adanya rasa nyeri,
b. Resiko infeksi berhubungan dengan inkontinuitas jaringan sekunder
terhadap tindakan invasive (insisi bedah).
c. Perubahan pola eliminasi konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltic usus sekunder terhadap efek anesthesi yang ditandai dengan
feses keras, berbentuk, defekasi terjadi kurang dari 3 kali seminggu,
bising usus menurun, melaporkan adanya perasaan penuh pada rectum.
d. Imobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak
(Carpenito,2000).

3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian kelinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018). Intervensi keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan buku
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia sebagai berikut:
a. Nyeri berhubungan dengan luka insisi
1) Tujuan

14
Klien melaporkan nyeri berkurang dengan kriteria menunjukkan
perilaku/ketrampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik, tampak
rileks, tidur dan istirahat dengan tepat.
2) Intervensi
a) Observasi nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1-10).
b) Latih klien menggunakan metode distraksi.
c) Ubah posisi yang nyaman, misalnya posisi semifowler dengan
bagian lutut ditopang dengan bantal.
d) Pantau tanda vital tiap 4 jam.
e) Berikan tindakan kenyamanan (sentuhan terapeutik,
pengubahan posisi, pijatan punggung).
f) Kolaborasi pemberian analgetic sesuai indikasi.

b. Resiko infeksi berhubungan dengan inkontiunitas jaringan sekunder


terhadap tindakan invasive/ insisi pembedahan.
1) Tujuan Klien terbebas dari infeksi selama proses penyembuhan
dengan kriteria tidak ada tanda infeksi.
2) Intervensi
a) Observasi adanya tanda-tanda infeksi.
b) Pantau tanda vital, perhatikan demam ringan menggigil, nadi
dan pernafasan cepat, gelisah, peka, disorientasi.
c) Ganti balutan secara sering dengan tehnik steril.
d) Anjurkan klien untuk makan TKTP.
e) Kolaborasi pemberian antibiotik.

c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus sekunder


terhadap efek anesthesia.
1) Tujuan Klien mempunyai pola eliminasi fekal yang normal
dengan kriteria mampu buang air besar dan bising usus normal.
2) Intervensi
a) Observasi adanya distensi, nyeri, dan pembatasan pasien dalam
melakukan mobilisasi.

15
b) Sarankan klien untuk melakukan mobilisasi secara dini.
c) Sarankan untuk makan makanan tinggi serat segera setelah
peristaltic aktif kembali.
d) Sarankan klien minum banyak sesuai anjuran dokter.

d. Imobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak


1) Tujuan
Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman dengan kriteria hasil
menunjukkan mobilitas yang aman, meningkatkan kekuatan dan
fungsi bagian tubuh yang sakit.
2) Intervensi
a) Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien.
b) Anjurkan pasien untuk beraktivitas sehari-hari dalam
keterbatasan pasien.
c) Anjurkan keluarga dalam melakukan meningkatkan
kemandirian pasien.
d) Kolaborasi dalam pemberian obat

4. Perencanaan Keperawatan
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan di mana perawat
memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap
klien (Perry, 2009). Implementasi merupakan tahap keempat dari proses
keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan
intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk
melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana
perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan
efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas
perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau
dan mencatat respons pasien terhadap 61 setiap intervensi dan
mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan
lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan

16
merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya
(Wilkinson.M.J, 2012).

5. Evaluasi Keperawatan
Menurut setiadi (2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan
keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan
klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan terbagi
menjadi dua yaitu
a) Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi formatif harus
dilaksanakan segra setelah perencanaan keperawatan telah
diimplementasikan untuk membantu menilai efektivitas intervensi
tersebut. Evaluasi formatif harus dilaksanakan terus menerus hingga
tujuan yang telah ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam
evaluasi formatif terdiri atas analisis rencana asuhan keperawatan,
pertemuan kelompok, wawancara, observasi klien, dan menggunakan
from evaluasi. Ditulis dalam catatan perawatan.
b) Evaluasi Sumatif (hasil)
Evaluasi sumatif adalah rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan
perkembangan. Fokus evaluasi sumatif adalah perubahan prilaku atau
setatus kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan. Evaluasi ini
dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara paripurna. Hasil
dari evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah tujuan tercapai/masalah
teratasi: jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan, tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian:
jika klien menunjukan perubahan sebagian dari standar dan kriteria
yang telah ditetapkan, dan tujuan tidak tercapai/ masalah tidak teratasi :
jika klien tidak menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali dan

17
bahkan timbul masalah baru. Penentuan masalah teratasi, teratasi
sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara
SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.Perumusan
evaluasi sumatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis data dan perencanaan.
1) S (subjektif) Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada
klien yang afasia
2) O (objektif) Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh
perawat.
3) A (analisis) Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang
dianalisis atau dikaji dari data subjektif dan data objektif.
4) P (perencanaan) Perencanaan kembali tentang pengembangan
tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan
datang dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan pasien

18
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Pasien datang ke RSUP Fatmawati pada tanggal 18 Maret 2022. Dilakukan
pengkajian pada tanggal 04 April 2023 di ruang Hight Care Unit (HCU) Gd.
Bougenville Lt. 2 dengan diagosa Post OP VAS 2-3 Hernia Inguinalis Sinistra.
Pasien dengan nama Tn.T berusia 82 tahun mengeluh perut panas sejak seminggu,
lemas, mual dan muntah. Pasien mengatakan ada riwayat disentri dan pernah
dirawat 5 hari. Keluarga mengatakan saat dirumah pasien mengeluh paha kiri
terasa nyeri sampai ke bawah kaki. Pasien mengatakan ada benjolan di pubis
kanan 1 tahun tetapi sudah dioperasi. Pasien juga mengatakan punya riwayat
hipertensi sudah 1 tahun dan mengkonsumsi obat amlodiphine tab 10 mg namun tidak
rutin. Di RS sudah dilakukan operasi VAS 2-3 sudah 4 hari yang lalu, kondisi saat ini
hemodinamik pasien belum stabil, pasien mengatakan nyeri pada bagian selangkangan
kiri, timbul mendadak selama 2 menit skala nyeri 3/10. Pasien masih tirah baring, posisi
semi fowler dan terapi farmakologi serta terapi cairan Nacl 0,9%/24 jam. Pola nutrisi di
RS, pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan, makan habis ½ porsi dan tambahan
roti, diit TKTP, makan oral, diberikan obat sebelum makan Ceftriaxone 1 gr. Pola
eliminasi BAK tidak ada keluhan, warna kuning keruh, frekuensi tidak tentu, memakai
diapers, BAB kuning coklat, konsistensi cair, diare 1 hari yang lalu. Tidak dapa
beraktivitas, ADL dibantu perawat dan keluarga. Kekuatan otot 5555/3333, tonus otot
baik. Hemodinamik TD: 148/83 mmHg, N: 90x/m, RR: 16 x/m, BB sebelum
sakit: 60kg, BB sesudah: 55kg, TB: 165cm, K/U: sedang, Kes: komposmentis,
konjungtiva anemis, fungsi penglihatan kabur, fungsi pendengaran kurang baik,
GCS: E : 4,M : 5,V : 4. Balance cairan: intake 1800 ml; output 1969 ml.
Pemeriksaan diagnostik yang menunjang masalah : Lab 30/03/2023: hemoglobin
12.8 g/dL, hematokrit 36.6%, leukosit 6.9 ribu/uL, trombosit 409 ribu/uL, eritrosit
4.1 juta/uL, ureum darah 22.6 mg/dl, kreatinin darah 0.72 mg/dl, albumin 3.59
g/dL, natrium 14.3 mmol/L, klorida 105 mmol/L, kalium 4.5 mmol/L. Mendapat
therapi pengobatan: omeprazole 3x 40 mg (IV bolus), ketorolak 2 x 30 mg (IV
Bolus), ceftriaxone 2 x 1 g (IV Bolus). Obat oral, amlodipine Tab 1 x 10 mg,
ramipril Tab 1 x 5 mg, methylprednisolone Tab 3 x 4 mg
19
4. Data Fokus
Data Subyektif Data Obyektif
1. Pasien mengatakan nyeri di paha dan 1. Kesadaran pasien Composmentis
diselangkangan 2. GCS : 17 , E4 M5 V4
P: pasien mengatakan nyeri setelah 3. Pasien post operasi, tampak balutan
operasi hernia diselangkangan tertutup kassa
Q: pasien mengatakan nyeri seperti 4. Kekuatan otot ekstremitas atas 55555/
kram dan panas 55555
R: pasien mengatakan nyeri 5. Kekuatan otot ekstremitas bawah
diselangkangan lalu menjalar ke paha 3333/3333
dan perut 6. Wajah pasien pucat
S: pasien mengatakan skala nyeri 3/10 7. Pasien tampak meringis
T: pasien mengatakan nyeri 3 hari 8. Ranjang pasien terpasang penghalang dan
setelah operasi, nyeri hilang timbul tanda fall risk
selama 2 menit 9. ADL dibantu perawat seperti mandi,
2. Pasien mengatakan cemas takut makan, dan BAB BAK
lukanya tidak sembuh 10. TD: 148/83 mmHg
3. Pasien mengatakan nyeri berkurang N: 90 x/m
jika istirahat R: 16 x/m
4. Pasien mengatakan tidak bisa S: 36,7 C
melakukan apa-apa dan semua 11. Tanda tanda infeksi dolor, ada nyeri di
kebutuhan dibantu bekas operasi
5. Pasien mengatakan saat nyeri timbul 12. Terpasang infus NaCl 500 cc/8 jam
jadi tidak bisa tidur 13. Hasil Lab:30/03/2023
6. Pasien mengatakan tidak bisa berjalan HB: 12.8 g/dL
dan menggunakan alat bantu berjalan HT: 36.6 g/dL
yaitu kursi roda LK: 6.9 ribu/uL
TB: 409 ribu/L
Eritrosit: 4.1
14. Pasien menggunakan alat bantu kursi roda
15. Pasien diberikan obat

20
- Ceftriaxone 2x1 g
- Methylprednisolone Tab 3x1
5. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
1. DS :
Pasien mengatakan nyeri di Nyeri Akut Agen Pencedera Fisik
paha dan diselangkangan (prosedur operasi
P: pasien mengatakan
nyeri setelah operasi
hernia
Q: pasien mengatakan
nyeri seperti kram dan
panas
R: pasien mengatakan
nyeri diselangkangan
lalu menjalar ke paha
dan perut
S: pasien mengatakan
skala nyeri 3/10
T: pasien mengatakan
nyeri 3 hari setelah
operasi, nyeri hilang
timbul selama 2 menit
DO :
1. Kesadaran pasien
Composmentis
2. GCS E4 M5 V4
3. Wajah pasien pucat
4. Pasien tampak meringis
5. Pasien tampak lemas
6. Pasien terpasang infus
NaCl 500 cc

21
7. Diberikan obat katarolak
2. DS : Risiko Jatuh Penggunaan alat bantu
1. Pasien mengatakan tidak berjalan
bisa melakukan apa-apa dan
semua kebutuhan dibantu
2. Pasien mengatakan tidak
bisa berjalan dan
menggunakan alat bantu
berjalan yaitu kursi roda

DO :
1. Kekuatan otot
ekstermitas atas
5555/5555
2. Kekuatan otot
ekstermitas bawah
3333/3333
3. Penggunaan alat bantu
kursi roda
4. Terpasang penghalang
tempat tidur dan tanda
fall risk
3. DS : Risiko Infeksi Efek Prosedur Invasif
1. Pasien mengatakan cemas
takut lukanya tidak sembuh
2. Pasien mengatakan saat
nyeri timbul jadi tidak bisa
tidur
DO :
1. Terdapat dolor dan
kemerahan di sekitar luka
akibat perban

22
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai Prioritas)
Tanggal Tanggal Nama
no. Diagnosa Keperawatan (P&E)
Ditemukan Teratasi Jelas
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik 26/12/2023 - KEL 9
2. Risiko infeksi b.d efek prosedur 26/12/2023 -
invasive -
3. Risiko jatuh b.d penggunaan alat bantu 26/12/2023

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Paraf &
Tujuan dan
Tgl. No. Keperawata Rencana Tindakan nama
Kriteria Hasil
n (PES) jelas
04/04 1 Nyeri Akut Setelah dilakukan 1. identifikasi lokasi, Kel 9
/23 asuhan karakteristik, durasu,
keperawatan 2x24 frekuensi, kualitas,
jam diharapkan intensitas nyeri
tingkat nyeri r/ mengetahui tingkat
menurun dengan keparahan nyeri
Kriteria hasil : 2. identifikasi skala
1. Keluhan nyeri nyeri
menurun r/ mengetahui
2. Skala nyeri penurunan nyeri
berkurang menjadi skala 0/10
menjadi 0/10 3. berikan Teknik non
farmakologis untuk
mengatasi rasa nyeri
(mis. Relaksasi nafas
dalam)
R/ mengurangi rasa

23
nyeri
4. kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
r/ pencahayaan redup
dapat mengurangi rasa
nyeri
5. kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
r/ pemberian obat
sesuai anjuran dokter
dapat mengurangi nyeri
04/04 2 Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. monitor tanda dan kel 9
/23 asuhan gejala infeksi
keperawatan 2 x r/ untuk mengatahui
24 jam lokasi nyeri dengan
diharapkan mudah
tingkat infeksi 2. pertahankan Teknik
menurun aseptik
Kriteria hasil : r/ untuk mengurangi
1. kebersihan risiko terpapar bakteri
tangan meningkat atau kuman
2. kemerahan 3. anjurkan cara cuci
menurun tangan dengan benar
3. nyeri menurun r/ untuk meningkatkan
menurun pengetahuan pasien
tentang pentingnya
menjaga kebersihan
tangan
4. anjurkan
meningkatkan asupan
njutrisi

24
r/ untuk mempercepat
kesembuhan luka

04/04 3 Risiko jatuh Setelah dilakukan 1. identifikasi kel 9


/23 asuhan karakteristik
keperawatan 2x24 lingkungan yang dapat
jam diharapkan menyebabkan potensi
tingkat jatuh jatuh
menurun dengan r/ mengidentifikasi
Kriteria hasil lingkungan yang
1. jatuh dari berisiko memperberat
tempat tidur 2. atur kebutuhan
menurun pasien didekatnya agar
2. kekuatan otot mudah dijangkau
meningkat r/ mempermudah pasien
Atas 5555/5555 menjangkau benda yang
Bawah 4444/4444 dibutuhkan
3. gerakan
terbatas
meningkat
4. jatuh saat
dipindahkan
menurun

D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN ( CATATAN KEPERAWATAN )


Tgl./ No. Paraf dan
Tindakan Keperawatan dan Hasil
Waktu DK. Nama Jelas
05/04/2 1 mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasu, frekuensi,
3 kualitas, intensitas nyeri kel 9
20.08 RS : pasien mengatakan nyeri diselangkangan menjalar
ke paha, nyeri muncul tiba-tiba selama 2 menit dan
rasanya kram dan panas

25
RO: wajah pasien sesekali tampak meringis, pucat dan
20.15 1 gelisah, tidak mau bergerak
kel 39
Mengidentidikasi skala nyeri
RS: pasien mengatakan ini hari ke tiga setelah operasi,
20.40 1 pasien mengatakan skala nyeri 3/10
RO: pasien tampak meringis dan takut bergerak kel 9

Memberikan Teknik non farmakologis untuk mengatasi


rasa nyeri (mis. Relaksasi nafas dalam)
21.00 1 RS: pasien mengatakan sudah pernah melakukan kel 9
relaksasi nafas dalam yang telah diajarkan oleh perawat
RO: pasien melakukan relaksasi nafas dalam sebanyak 3
kali selama nyeri muncul
21.10 3
Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
RS: pasien mengatakan lebih suka suasana gelap dan sepi
agar nyaman saat tidur
RO: pasien tampak tenang saat pencahayaan diredupkan
dan pintu kamar ditutup
21.20 3
Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat
meningkatkan risiko jatuh
RS: pasien mengatakan kasur datar saja jangan setengah
duduk agar nyaman tidak takut kepalanya terbentur
penghalang tempat tidur
RO: pasien tampat nyaman, penghalang kasur dipasang
dan tanda fall risk digantung

Mengatur kebutuhan pasien didekatnya agar mudah


dijangkau
RS: pasien mengatakan nakas didektakan saja ke Kasur

26
agar mudah mengambil makanan saat lapar
RO: benda-benda yang diperlukan didekatkan ke pasien
agar mudah di raih

Tgl./ No. Paraf dan


Tindakan Keperawatan dan Hasil
Waktu DK. Nama Jelas
07/04/2 1 Berkolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3 RS: pasien mengatakan jika nyeri biasanya diberikan obat kel 9
08.00 oleh dokter
RO: diberikan obat katarolak sesuai anjuran dokter
melalu IV Bolus, pasien tampak tenang dan tidak
11.00 meringis lagi

Monitoring tanda dan gejala infeksi


RS: pasien mengeluh takut lukanya basah
11.18 RO: pasien tampak cemas dan tegang, terdapat
kemerahan disekitar luka karena perban

Mempertahankan Teknik aseptic


RS: pasien mengatakan biasa dianjurkan sebeluh dan
11.31 sesudah memegang area luka mencuci tangan dengan
handrap
RO: pasien menjaga kebersihan tangan dan menghindari
memegang area luka jika tangan kotor

12.00 Menganjurkan cuci tangan yang benar


RS: pasien mengatakan sudah diajarkan oleh perawat
Teknik cuci tangan yang benar tetapi masih suka lupa
RO: pasien melakukan cuci tangan dengan handrup yang
terletak di dekat Kasur pasien

Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi

27
RS: pasien mengatakan diberikan edukasi untuk
meningkatkan nutrisi agar proses luka kering cepat
dengan perbanyak makan sayuran hijau dan telur rebus
RO: diberikan edukasi tentang asupan nutrisi untuk
perawatan luka operasi

E. EVALUASI ( CATATAN PERKEMBANGAN )


No. Hari/Tgl./ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan
DK. Jam (Mengacu pada tujuan) Nama Jelas
1 Selasa S: kel 3
05/04/23 Pasien mengatakan masih suka nyeri, tetapi saat
nyeri timbul akan selalu melakukan Teknik
relaksasi napas dalam agar nyeri berkurang
O:
Kesadaran komposmentis, GCS 17, hemodinamik
pasien stabil, TD : 107/60 mmHg , N : 87x/m , s :
36, RR : 19x/m . balance cairan +835 cc
A:
Nyeri b.d Agen pencedera fisik teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
a. Kolaborasi pemberian obat analgetik, jika
perlu
3 Selasa, S:
05/04/23 Pasien sudah lebih mudah menjangkau benda-benda
dan makanan disekitarnya, tidak kesulitan kel 9
O:
Pasien tampak mudah menjangkau meja makan,
penghalang tempat tidur terpasang, fall risk
terpasang dan pemantauan pasien melalui kaca
nurse station
A:

28
Risiko jatuh b.d penggunaan alat bantu teratasi
P : intervensi dihentikan

No. Hari/Tgl./ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan


DK. Jam (Mengacu pada tujuan) Nama Jelas
1 Kamis S: kel 3
07/04/23 Pasien mengatakan sudah lebih baik, nyeri
berkurang
O:
Kesadaran komposmentis, GCS 19, hemodinamik
pasien stabil, TD : 124/89 mmHg , N : 72x/m , RR :
17x/m . balance cairan +1320 cc

A : nyeri akut b.d agen pencedera fisik teratasi


P : intevensi dihentikan
a. Pasien rencana pindah ke ruang rawat inap
2 kamis S:
27/12/23 Pasien mengatakan jadi lebih tenang jika sudah tau
tentang pencegahan dengan cara menjaga kel 9
kebersihan, selalu mencuci tangan dan menjaga
pola makan
O:
Pasien tampak tenang, hemodinamik stabil, rencana
rawat inap oleh dokter
A : risiko infeksi b.d prosedur infvasif teratasi
P : intervensi dihentikan

29

Anda mungkin juga menyukai