Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PRAKTIKUM

PROSES MANUFAKTUR I

(STM4230)

Disusun Oleh:

Nama :
NIM :
Kelompok :

Dosen Pembimbing :

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2023
Praktik Proses Manufaktur I (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

LEMBAR KONSULTASI
PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I

NAMA : Muhammad Fahri Sya’bani


NIM : 2110816210030
KELOMPOK : 8 (Delapan)
No Tanggal Materi Konsultasi Tanda Tangan

Nilai:…A / A- / B+ / B / B- / C+ / C

Banjarbaru, 2023
Dosen Pembimbing

Hery irawansyah, S.T,M.Eng.


NIP. 199002212018031001

Teknik Mesin ULM


Praktik Proses Manufaktur I (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..……………………………………………………..…………….i
HALAMAN PENGESAHAN..………………………………………………..…….….ii
LEMBAR KONSULTASI...……………………………………………………………iii
KATA PENGANTAR...………………………………………………………..………iv
DAFTAR ISI .………………………………………………………………….………..v
PERCOBAAN PENGECORAN
BAB I PENDAHULUAN..…………………………………………………………1
1.1 Latar belakang ...……………………………….…………………………1
1.2 Tujuan Praktikum ...…….……………………….………………………..2
BAB II DASAR TEORI ..…………………………………..……………………..3
2.1 Pengecoran Logam............................................................................3
2.2 Tungku Peleburan Dan Perhitungan Muatan....................................11
2.3 Perhitungan Muatan..........................................................................17
2.4 Cacat Pengecoran.............................................................................21
BAB III METODE PRAKTIKUM..……………………………………………….24
3.1 Waktu dan Tempat ………………………………………………………24
3.2 Bahan Spesimen ………………………………………………………..24
3.3 Prosedur Percobaan ……………..…………………………………….25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………….....26
4.1 Hasil …............................................……………………………………26
4.2 Pembahasan...........…………………………………………………..…28
BAB V PENUTUP…………………….………………………………………….34
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………………34
5.2 Saran ……………………………………………………………………..34
DAFTAR PUSTAKA
PERCOBAAN KERJA BANGKU
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………...37
1.1 Latar belakang …………………………………………………………..37
1.2 Tujuan…………………………………………………………………….38
BAB II DASAR TEORI…………………………………………………………..39
2.1 Pengertian Kerja Bangku..................................................................39
2.2 Peralatan Utama Kerja Bangku........................................................39
2.3 Peralatan Pendukung dan Alat Ukur pada Kerja Bangku................49
BAB III METODE PRAKTIKUM……………………………………………… .52

Teknik Mesin ULM


Praktik Proses Manufaktur I (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

3.1 Waktu dan Tempat ……………………………………………………..52


3.2 Bahan Spesimen ……………………………………………………..52
3.3 Prosedur Percobaan ……………..…………………………..……...52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………...……..54
4.1 Data Hasil Praktikum dan Pembahasan …………………………..54
4.2 Pembahasan ………………………………………………………….54
BAB V PENUTUP …………………….………………………………………56
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………56
5.2 Saran ...………………………………………………………… ……..56
DAFTAR PUSTAKA

Teknik Mesin ULM


Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengecoran merupakan proses manufaktur dengan merubah

bentuk logam dengan cara mencairkannya terlebih dahulu, kemudian

setelah berubah menjadi logam cair, logam tersebut dituangkan dan

ditekan ke dalam suatu cetakan yang telah dibuat sebelumnya, lalu

dibiarkan membeku, kemudian dikeluarkan dari cetakan. Industri

mempunyai peranan yang sangat besar dalam menunjang

pembangunan yang sedang berjalan saat ini di Indonesia. Pemerintah

pusat, dalam hal ini Departemen Perindustrian mulai melaksanakan

program pembangunan di bidang ekonomi dan titik berat peningkatan

pembangunan di sektor industri. Di Indonesia banyak industri-industri

kecil dan menengah yang di antaranya tumbuh adalah industri logam.

Industri-industri kecil dan menengah dibidang logam cukup banyak

jumlahnya, tetapi cara pengelolaan industri ini pada umumnya masih

dikerjakan secara tradisional dengan keterbatasan kemampuan di

bidang teknik pengecoran logam.(Damanik,dkk,2015)

Dalam proses pengecoran logam terdapat beberapa cetakan

yaitu Cetakan permanen(Permanent Mold) yaitu cetakan yang dapat

digunakan berulang-ulang dan biasanya dibuat dari logam.Cetakan

permanen yang digunakan adalah cetakan logam yang biasanya

digunakan pada pengecoran logam dengan suhu cair rendah. Coran

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

yang dihasilkan mempunyai bentuk yang tepat dengan permukaan

licin sehingga pekerjaan pemesinan bekurang .(utomo,Patna,2017)

1.2 Tujuan

1. Dapat membuat pola dan cetakan pasir untuk membuat produk coran

logam.

2. Menentukan dan merencanakan sistem saluran dalam suatu pembuatan

produk coran logam.

3. Mengetahui beberapa proses atau teknik dalam pembuatan cetakan.

4. Mengetahui besaran-besaran atau parameter proses yang terlibat dan

berpengaruh terhadap cetakan yang dibuat.

5. Merencanakan dan membuat barang jadi melalui teknik pengecoran

logam.

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengecoran Logam

Pengecoran logam merupakan proses manufaktur tertua dan ekonomis

untuk produk massal. Teknologi pengecoran logam menggunakan proses

peleburan sederhana, pengecoran umumnya juga dapat menggunakan

berbagai cetakan seperti cetakan pasir dan cetakan permanen. Proses

pembentukan bahan baku atau bahan benda kerja adalah dengan cara

melebur logam didalam tungku peleburan yang kemudian hasil peleburan

dimasukkan kedalam cetakan atau pattern. Prinsip pembuatan pengecoran

melibatkan pembuatan rongga didalam cetakan pasir dan kemudian

menuangkan logam cair langsung ke rongga cetakan dan membiarkan logam

membeku. (Wahyu Suprapto, 2017).

Pasir adalah media untuk membuat cetakan, sebenarnya banyak media

lain nuntuk membuat sebuah cetakan. Namun dalam hal ini tidak semua

pasir bisa digunakan untuk membuat cetakan, hanya pasir yang mempunyai

kriteria kriteria tertentu saja yang dapat digunakan untuk membuat cetakan.

Beberapa kriteria pasir yang baik yaitu mempunyai sifat mampu bentuk

sehingga mudah dalam pembuatan cetakan dengan kekuatan yang cocok

sehigga tidak mudah rusak jika dipindahkan, selain itu pasir juga harus

permabilitas atau bisa dialiri oleh gas, pasir juga darus tahan terhadap

temperatur logam cair selama proses penuangan, dan yang terakhir adalah

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

kemampuan hancur yang baik, maksudnya yaitu saat pembongkaran

cetakan lebih mudah pasir tersebut hancur agar mempermudah proses

selanjutnya.

Pemilihan cetakan pasir yang akan digunakan pada proses pengecoran

logam dipengaruhi oleh beberapa faktor teknis dan pertimbangan

ekonomisnya. Ada beberapa jenis cetakan pasir yang biasa dipergunakan,

yaitu antara lain cetakan pasir basah, cetakan pasir kering, cetakan pasir

CO2 proses, cetakan pasir kulit, dan cetakan pasir yang mengeras sendiri

lainnya.

Proses pengecoran dengan cetakan pasir dilakukan dengan

menggunakan gaya gravitasi secara natural agar logam cair dapat mengisi

rongga cetakan dengan baik, oleh karena itu desain sistem saluran akan

sangat menentukan kualitas produk cor. Setiap tahap yang dilakukan harus

menyesuaikan dengan diagram alir proses pengecoran yangmerupakan

urutan dari tahapan proses pengecoran untuk menghasilkan produk cor yang

baik dengan produktivitas yang tinggi. Berikut adalah contoh gambar diagram

alir.

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Gambar 2.1 Skema diagram alir pengecoran


(Sumber : http://kedepankanpena.blogspot.com/2016/01/proses-

pengecoran-logam.html)

2.1.1 Pola

Pola dalam pembuatan coran adalah suatu gambaran atau contoh

untuk pembuatan cetakan benda coran yang diinginkan. Bahan dari pola

untuk suatu pengecoran biasanya digunakan dari kayu, logam, plastik,

maupun foam (gabus).(Santika,2022)

Oleh sebab itu ada beberapa faktor diatas yang harus diperhatikan

pada saat perencanaan pola yaitu:

a. Bidang Pisah (Parting line)

Fungsi dari bidang pisah ini adalah memisahkan atau membuat

partisi dari bagian pola bagian atas (cope) dan dengan pola bagian

bawah (drag). Untuk itu bagian pola atas dan bawah harus memiliki

acuan agar tidak mengalami kesalahan dimensi.

b. Penyusutan Pola

Pada setiap pola yang akan harus diketahui dahulu material apa

yang akan digunakan untuk pembuatan produk. Ukuran pola harus

ditambahkan dengan ukuran penyusutannya, setiap logam memiliki nilai

penyusutan berbeda, antara lain besi cor memiliki nilai penyusutan

(shringkage) sebesar 1%, aluminium 1.5 % dan baja 2%.

c. Kemiringan Pola

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Setiap pola yang akan dibuat harus memiliki kemiringan tertentu

yaitu dengan tujuan agar pada waktu pencabutan model dari

cetakannya, pola tersebut tidak mengalami kerusakan dan

memudahkan pada saat proses pencabutan pola dari cetakannya.

Kemiringan setiap pola tergantung pada tinggi rendahnya ukuran pola

tersebut jika ukuran dari suatu pola

tinggi maka kemiringannya kecil, dan sebaliknya.

d. Bahan dan Jenis Pola

Bahan-bahan yang dipakai untuk pola yaitu kayu, resin, atau logam.

Dalam proses pengecoran tertentu atau khusus digunakan pola plaster

atau lilin. Adapun keunggulan dan kekurangan dari masing masing pola

di atas yaitu sebagai berikut :

1) Pola Kayu

Kelebihan bahan pola dari kayu yaitu:

a) Digunakan untuk pola yang bentuk dan ukurannya rumit.

b) Mudah didapat

c) Mudah dikerjakan (proses pengerjaannya mudah)

d) Harganya murah.

Kekurangan bahan pola dari kayu yaitu:

a) Tidak bisa mengerjakan produksi massal.

b) Sering terjadi penyusutan.

2) Pola Logam

Kelebihan bahan pola dari logam yaitu:

a) Bisa digunakan untuk produksi massal

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

b) Mudah didapat.

Kekurangan dari bahan pola logam yaitu:

a) Tingkat kesulitan perjakan

b) Tidak bisa mengerjakan pola yang rumit bentuk

maupunukurannya.

3) Resin sintetis

Kelebihan bahan pola dari resin sintetis yaitu:

a) Dapat digunakan untuk bentuk dan ukuran yang rumit.

b) Biasanya untuk produksi missal

Kekurangan bahan pola dari resin sintetis yaitu:

a) Harganya relatif mahal

b) Material sulit didapat

e. Peralatan Pembuatan Pola

Salah satu proses pengecoran adalah dengan menggunakan sand

casting. Yaitu penggunaan pasir cetak dalam membuat produk.

Kebanyakan pasir yang digunakan dalam pengecoran adalah pasir

silika (SiO2). Pasir merupakan produk dari hancurnya batu-batuan

dalam jangka waktu lama. Alasan pemakaian pasir sebagai bahan

cetakan adalah karena murah dan ketahanannya terhadap temperature

tinggi. Tahapan pengecoran logam dengan cetakan pasir:Pembuatan

pola, sesuai dengan bentuk coran yang akan dibuat; Persiapan pasir

cetak; Pembuatan cetakan; Pembuatan inti (bila diperlukan); Peleburan

logam; Penuangan logam cair ke dalam cetakan; Pendinginan dan

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

pembekuan; Pembongkaran cetakan pasir; Pembersihan dan

pemeriksaan hasil coran; Proses pengecoran selesai.

Gambar 2.2 Pembuatan Pola Menggunakan Kayu


(Sumber : http://muhammadrizkyfauzan.blogspot.com/)

2.1.2 Inti

Inti adalah suatu bentuk dari pasir yang dipasang pada rongga

cetakan untuk mencegah pengisian logam pada bagian yang seharusnya

berbentuk lubang atau berbentuk rongga dalam suatu coran. Pada

dasarnya inti dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu inti pasir basah

dan inti pasir kering. Inti pasir basah merupakan bagian dari pola dan

terbuat dari bahan yang sama dengan cetakan. Inti pasir kering dibuat

secara terpisah dan dipasang setelah pola dikeluarkan, sebelum cetakan

dirakit. Dalam kasus ini inti dibuat dari pasir kuarsa yang di campur

dengan air kaca (water glass/ natrium silikat), dari campuran pasir tersebut

dimasukan kedalam kotak inti kemudian direaksikan dengan gas CO2

sehingga menjadi padat dan keras. Inti diseting pada cetakan, kemudian

cetakan di assembling dan diklem.

2.1.3 Sistim Saluran (Gatting System)

Saluran tuang merupakan suatu bagian untuk mengalirnya logam

cair mengisi rongga cetakan. Bagian-bagiannya meliputi cawan tuang,

saluran turun, saluran pengalir, dan saluran masuk. Untuk lebih

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

memahami bisa dilihat pada gambar berikut ini tentang bentuk saluran

secara singkat.

Gambar 2.3 Gambar saluran pada pengecoran


(Sumber :http://www.dpy.my.id)

Sistem saluran yang ideal harus memenuhi kriteria seperti;

mengurangi cacat, menghindari penyusutan dan dapat mengurangi

biaya produksi. Sistim saluran terdiri atas :

a. Saluran Turun/Tuang (Sprue)

Sprue atau saluran tuang adalah suatu saluran vertikal tempat

penuangan atau pouring logam cair yang berada pada daerah diatas

parting line yang akan meneruskan logam cair kedalam gate, riser dan

produk cor. bentuk saluran masuk ada beberapa tipe diantaranya

adalah sprue seperti terompet dan pouring basin(bush) yang

berbentuk seperti kotak makanan.

Desain sprue/down sprue merupakan bagian yang penting saat

logam cair dituangkan. Aliran logam yang turbulen akan menyebabkan

meningkatkan daerah yang terkena udara sehingga sehingga oksidasi

mudah terjadi. Oksida yang terbentuk akan naik ke permukaan logam

cair sehingga menyebabkan coran menjadi kasar permukaannya atau

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

oksida akan terjebak di dalam coran dan menyebabkan cacat.

Umumnya bentuk sprue mengecil kebawah dengan kemiringan 2-7 o.

b. Saluran Pengalir (Runners)

saluran pengalir adalah saluran yang membawa logam cair dari

saluran turun ke bagian bagianyang cocok pada cetakan. Pengalir

biasanya mempunyai irisan seperti trapesium atau setengah lingkaran

sebab irisan demikian mudah dibuat pada permukaan pisah, lagi pula

pengalir mempunyai luas permukaan yang terkecil untuk satu luas

irisan tertentu, sehingga lebih efektif untuk pendinginan yang lambat.

Pengalir lebih baik sebesar mungkin untuk melambatkan pendinginan

logam cair. Tetapi kalaupun terlalu besar itu tidak akan ekonomis

untuk sebuah produksi.

c. Saluran Masuk (Gate)

Saluran masuk adalah saluran yang mengisikan logam cair dari

pengalir kedalam rongga cetakan. Saluran masuk di buat dengan

irisan lebih kecil dari pada irisan pengalir, agar dapar mencegah

kotoran masuk kedalam rongga cetakan. Bentuk irisan saluran masuk

biasanya berupa bujur sangkar, segitiga, atau setengah lingkaran,

yang membesar daerah rongga cetakan untuk mencegah terkikisnya

cetakan.

d. Saluran Penambah (Riser)

Riser didesain dekat ke bagian yang tebal dan berfungsi sebagai

umpan logam cair selama pembekuan. Riser mempunyai ukuran dan

konstruksi agar dapat membeku paling akhir. Riser juga menyalurkan

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

gas atau udara dari rongga cetakan sehingga cacat tuangan dapat

terhindari.

2.1.4 Gating Ratio

Didefinisikan sebagai perbandingan antara luas penampang melintang

sprue : total luas penampang runner : total luas penampang gate.

Umumnya untuk besi cor dan baja, rasio ini menurun, menurut banyak

peneliti, gating ratio yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:

1. Quick pouring =1:2:4

2. Ordinary pouring = 1 :0,9 : 0,8

3. Slow pouring = 1 : 0,7 : 0,5

Perbedaan rasio untuk top gating dan bottom gating yaitu:

1. Top gating = 1 :0,9 : 0,8

2. Bottom gating = 1 :1,1 : 1,2

2.1.5 Cetakan

Cetakan adalah suatu alat pada proses pengecoran yang terbuat dari

suatu material tahan temperatur tinggi (refractory) dan memiliki suatu

rongga dengan bentuk geometri tertentu untuk di cor dan menghasilkan

suatu produk cor yang sesuai dengan bentuk geometri rogga tersebut.

Untuk membuat suatu cetakan pasir maka akan dibutuhkan bahan lain

yang akan di mixing dengan pasir agar sifat-sifat yang diinginkan seperti

mampu bentuk, mampu tekan, mampu retak, refractoriness, permeabilitas

dan sifat yang diinginkan lainnya dapat dicapai. Beberapa bahan lain yang

ditambahkan kedalam pasir cetak antara lain:

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

a. Bentonit, adalah suatu bahan pengikat atau binder yang dicampurkan

kedalam pasir cetak dengan tujuan meningkatkan mampu bentuk dari

pasir cetak.

b. Coal dust, adalah suatu bahan tambahan pada pasir cetak yang

bertujuan agar pasir lebih terbuka ketika logam cair dituangkan hingga

permeabilitas pasir tetap baik dan juga berfungsi untuk membentuk

film gas CO2 agar antara pasir dan logam cair terpisah dan melindungi

butir pasir supaya tidak terjadi overheat dan fusi terhadap permukaan

logam.

c. Air dan gula tetes, adalah bahan tambahan untuk membantu

meningkatkan mampu tekan dan kekuatan dari pasir cetak.

d. Bahan tambahan lain untuk pasir cetak seperti: dextrine, diethyl glicol,

soda ash, tepung maizena, tepung tapioka dan bahan tambahan

lainya.

Cetakan pasir basah adalah campuran antara pasir, bahan pengikat

bentonit (sejenis tanah liat), air dan bahan penolong. Cetakan setelah

selesai langsung diisi logam cair. Keuntungan : pembuatan cepat, murah

dan dapat dipakai berulang kali.

Cetakan pasir kering adalah campuran antara pasir, tanah liat, gula

tetes, melase dan air. Setelah cetakan selesai kemudian dikeringkan

dalam dapur pengering suhu (200-350) oC. Keuntungan : Pengendalian

dimensi lebih baik tetapi biaya mahal dan waktu produksi lama (waktu

pengeringan).

2.2 Tungku Peleburan Dan Perhitungan Muatan

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

2.2.1 Klasifikasi Tungku

Penggunaan jenis tungku dengan gangguan pada permukaan logam

cair seminimum mungkin akan sangat disukai, oleh karena itu jenis tungku

dengan terjadinya kontak langsung hasil pembakaran dan logam cairnya

harus dihindari. Disamping itu, jenis tungku yang dilengkapi dengan sistim

kontrol temperature juga penting, karena dengan semakin tingginya

temperatur logam cair, maka kelarutan gas dan reaksi oksidasi akan

semakin besar yang akan berpengaruh terhadap terbentuknya cacat-cacat

coran.

Tungku adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk mencairkan

logam pada proses pengecoran atau untuk memanaskan bahan dalam

proses perlakuan panas, karena gas buang dari bahan bakar berkontak

langsung dengan bahan baku, maka jenis bahan bakar yang dipilih

menjadi penting. Idealnya tungku harus memanaskan bahan sebanyak

mungkin sampai mencapai suhu yang seragam dengan bahan bakar dan

tenaga kerja sesedikit mungkin. Kunci dari operasi tungku yang efisien

terletak pada pembakaran bahan bakar yang sempurna dengan udara

berlebih yang minimum. Tungku beroperasi dengan efisiensi yang relatif

rendah (dibawah 70%) dibandingkan dengan peralatan pembakaran

lainnya seperti boiler (dengan efisiensi lebih dari 90%). Hal ini disebabkan

oleh suhu operasi yang tinggi didalam tungku. Sebagai contoh, sebuah

tungku yang memanaskan bahan sampai suhu 1200 o


C akan

mengemisikan gas buang pada suhu 1200 oC atau lebih yang

mengakibatkan kehilangan panas yang cukup signifikan.

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Tungku yang paling umum digunakan yaitu seperti pada table

berikut.

Tabel 2.1 Klasifikasi Tungku

Metode Klasifikasi Jenis Dan Contoh

Dibakar Dengan Minyak

Dibakar Dengan Gas


Jenis bahan bakar yang

digunakan Dibakar Dengan Batubara

Berselang (intermittent) atau batch

Berkala

Penempaan

Pengerolan Ulang/ re-rolling batch/ pusher

Pot

Cara Pengisian Bahan Kontinue

Pusher

Balok Berjalan

Perapian Berjalan

Tuingku Bogie dengan Sirkulasi Ulang Kontinue

Tungku Perapian Berputar/ rotari heart furnance

Radiasi (tempat perapian terbuka)


Cara Perpindahan Panas
Konveksi (pemanasan melalui media)

Cara Pemanfaatan Rekuferatif


Kembali Limbah Panas
Regeneratif
(Sumber: Modul Praktikum Kerja Bangku 2017)

2.2.2 Tungku Krusibel

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Tungku krusible merupakan salah satu jenis tungku dengan sistim

pemanasan tidak langsung (indirect fuel fired furnace). Fungsi utamanya

adalah untuk melebur logam tembaga, aluminium dan sejenisnya.

Peleburan muatan dilakukan dengan menggunakan krusibel yang

dipanaskan bagian luarnya secara konduksi melalui dinding krusibel

dengan sumber panas dari pembakaran minyak, gas, kokas, arang atau

pemanasan dari filamen listrik. Berdasarkan cara pencairan logamnya,

tungku krusibel diklasifikasikan dalam 3 jenis yaitu:

1. Tungku jenis lift-out

Krusibel yang dipergunakan harus selalu menggunakan jenis refraktori

dengan kapasitas maksimum 50 kg. Kerugian dari jenis tungku ini adalah

keterbatasan dalam menghasilkan produktivitas dalam jumlah yang tinggi,

memerlukan jumlah tenaga kerja yang banyak, dan buruknya kondisi

kerja, tetapi keperluan biaya perlengkapannya paling murah.

2. Tungku jenis stationary

Tungku jenis stationary adalah jenis tungku dengan krusibel yang

ditempatkan secara permanen, kapasitas peleburannya berkisar antara

150–450 kg aluminium dan jenis krusibel refraktori maupun besi cor dapat

digunakan dalam tungku jenis ini, tetapi krusibel jenis besi cor perlu selalu

dilapis ulang dengan bahan refraktori secara periodik. Keuntungan dari

jenis tungku ini adalah terletak pada kecocokkannya untuk beralih dari

peleburan satu jenis paduan ke jenis paduan lainnya dan tungku jenis

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

stationari ini sangat baik untuk pemurnian aluminium serta biaya instalasi

yang diperlukan relatif tinggi.

3. Tungku jenis tilting

Tungku krusibel jenis tilting, digunakan untuk peleburan dalam jumlah

yang besar berkisar sampai 450 kg aluminium, dan penuangan logam

cairnya dengan cara dimiringkan, logam cair akan mengalir melalui

saluran yang ada pada dinding tungku atau pada bagian atas bibir tungku.

Keuntungan dari jenis tungku ini adalah dapat melebur dengan jumlah

muatan yang besar, logam cair dapat dituangkan dengan mudah dan

cepat, tetapi memerlukan biaya instalasi yang relatif cukup tinggi.

Gambar 2.4. Beberapa jenis tungku krusibel; a. lift-out crucibel,


b.Stationary pot, dan c.tilting-pot.
(Sumber :http://iantscienties.blogspot.com)

2.2.3 Perhitungan Muatan

Perhitungan muatan (material balance) pada proses peleburan

aluminium, umumnya mengandung 30-70 material (bahan baku) utama

yang meliputi ingot aluminium dan silikon, serta unsur paduan lain yang

secara langsung ditambahkan pada logam cair seperti; Mg, Zn, dan logam

lain yang memiliki titik cair yang rendah lainnya. Namun adanya unsur

logam paduan juga akan mempengaruhi proses peleburan dan pencairan

logam aluminium.

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Dalam perhitungan muatan ini perlu diperhitungkan juga adanya

kehilangan unsur karena proses peleburan (melting loss) yang nilainya

sangat tergantung pada tipe tungku yang digunakan dalam proses

peleburan, teknik peleburan, kondisi muatan, dan lain-lain.

Tabel. 2.2. Pengaruh Unsur Paduan Pada Peleburan Aluminium

Pengaruh
Unsur Baik Buruk Berasal dari

-menurunkan
keuletan -master
Menaikan kekuatan -meningkatkan cacat alloys(FeSi)
Fe<1%
tarik keropos -Ladie
-menimbulkan bintik -Geram
(keras) di permukaan

-memperbaiki
kekerasan dan -skrap
-menurunkan
Cu:2-4% kekuatan -master
ketahanan korosi
-mempermudah alloys
permesinan
-memperbaiki
kekuatan
-meningkatkan
-menurunkan
mampu alir
ketangguhan -skrap
-mengurangi
Si:5-7% -menyebabkan rapuh -master
pemuaian
(jika kandungannya alloys
-meningkatkan
terlalu tinggi)
ketahanan korosi
-meningkatkan
mampu mesin
-menurunkan
kekuatan
-menurunkan
-skrap
Zn<1% -meningkatkan mamp ketahanan korosi
-master
alir -menimbulkan cacat
alloys
rongga (jika
kandungan terlalu
tinggi)

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

-meningkatkan
kekuatan dan daya
-menurunkan mampu
tahan terhadap
Mn<0,5 air -skrap
temperatur tinggi
-menghasilkan bintik -master
% -mengurangi
(keras) dipermukaan alloys
pengaruh besi
-mengkasarkan butir
Meningkatkan
ketahanan korosi
-menurunkan
-meningkatkan ketangguhan
mampu mesin -menimbulkan bintik -skrap
Mg<0,5 -menghaluskan butir permukaan -master
-meningkatkan -meningkatkan alloys
ketahanan korosi kecenderungan
cacat rongga udara
-meningkatkan
-menurunkan -skrap
Ni<0,3% kekuatan
fluiditas atau mampu -master
-meningkatkan
air alloys
ketahanan korosi

-menyebabkan
segregasi -skrap
-memperbaiki mampu
Pb<0,1% -menyebabkan cacat -master
mesin
hot shortness (rapuh alloys
panas)
-menimbulkan hot
-skrap
-meningkatkan crack (retak panas)
-master
Sn<0,1% kemampuan mesin -menimbulkan
alloys
-memperbaiki struktur presipitasi

-menurunkan
timbulnya korosi Menghasilkan -skrap
Cr<0,3% tegangan senyawa antar logam -master
-memperbaiki yang tidak diinginkan alloys
ketangguhan
(Sumber: Modul Praktikum Kerja Bangku 2017)
Tabel 2.3. Pengaruh jenis muatan dan tungku terhadap besarnya
kehilangan unsur peleburan (melting loss)
Oxidised And
Virgin Charge
Contaminated Charge
Metal
Electric Reverbratory Electric Reverbratory

And Fumaces And Fumaces

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Crucible Crucible
Fumaces Fumaces
Mg 2–3 3–5 3–5 3 – 10
Be 2–3 3–5 3–5 5 – 10
Al 1 – 1.5 1–2 1–2 2–3
Na 2–3 3–5 3–5 5 – 10
Zn 1–3 2–4 2–3 3–5
Mn 0.5 – 1 1–2 1–2 2–3
Sn 0.5 – 1 1 – 1.5 1 – 1.5 1.5 – 2
Fe 0.5 – 1 0.5 – 1 0.5 – 1 0.5 – 1
Ni 0.5 – 1 0.5 – 1 0.5 – 1 0.5 – 1
Si 0.5 – 1 1 – 1.5 1 – 1.5 1.5 – 2
Cu 0.5 – 1 1–2 1–2 2–3

Pb 0.5 – 2 1 –2 - -

(Sumber: Modul Praktikum Kerja Bangku 2017)

2.3 Peleburan & Pemaduan Logam

2.3.1Prinsip Pencairan Muatan pada Tungku Krusibel

Prinsip kerja pencairan muatan pada tungku jenis krusibel dengan

sumber panas dari bahan bakar minyak (cair) atau arang/kokas (padat)

adalah dengan cara bahan bakar dimasukkan kedalam ruang reaksi

(burner) sehingga akan menimbulkan panas dialirkan secara radiasi ke

dinding krusibel. Selanjutnya energi panas ini dipindahkan secara

konduksi ke dalam muatan melalui dinding krusibel. Reaksi pembakaran

antara bahan bakar dengan oksigen (O 2) dalam udara menghasilkan gas

CO2 dan H2O serta energi panas. Energi panas tersebut yang diperlukan

untuk mencairkan muatan dalam krusibel hingga mencair.

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Proses pencampuran antara bahan bakar dan oksigen dalam udara,

berlangsung sangat pendek. Pemanasan bahan bakar dan dara dilakukan

sangat cepat, karena pemanasan cepat inilah senyawa-senyawa

hidrokarbon tersebut terurai menjadi senyawa-senyawa yang lebih ringan

dengan unsur dasar karbon dan hidrogen. Sebagai hasil dekomposisi

thermal ini, sebagian besar pembakaran terjadi antara hidrogen dan

karbon elemental. Unsur hidrogen terbakar denan nyala api yang tidak

terlihat (luminous flame), sementara unsur karbon terbakar dengan nyala

api kuning yang khas (yellow flame).

Gambar 2.5 Tungku peleburan logam


(Sumber : https://indonesian.alibaba.com/)

2.3.2 Peleburan Aluminium dan Paduannya

Aluminium murni dan paduan aluminium dapat dicairkan dengan

berbagai cara seeperti tungku coreless,channel induction, crusible, open-

heart reveratory furnaces yang memakai sumber panas dari gas atau

bahan bakar minyak, dan tungku electric resistance serta electric radiation

adalah jenis-jenis tungku yang biasa digunakan. Salah satu jenis tungku

peleburan logam yang banyak digunakan yaitu, Sealed crusible furnace.


Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil
49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Dengan kerangka yang terbuat dari baja yang dilas, bagian atas ditutup

lembaran baja yang dilapisi dengan bata tahan api, bagian lining terbuat

dari bata tahan api setebal 3-4 in. Tungku crucible biasanya digunakan

untuk peleburan logam non ferrous, seperti aluminium, seng, tembaga dan

timah. Pada tungku peleburan ini.

Crusible yang terbuat dari besi cor atau baja digunakan dengan

tujuan untuk menyediakan panas yang cukup bagi logam sehingga

temperatur logam cair konstan. Crusible jenis ini mempunyai konduktivitas

panas dan kekuatan mekanik yang baik. Tetapi crusible yang terbuat dari

besi cor atau baja mempunyai kelemahan, yaitu unsur Fe dapat larut ke

dalam logam aluminium cair. Peleburan aluminium paduan memiliki

tingkat temperature baik peleburannya sendiri maupun tempratur

penuangan yang berbeda beda tergantung dari seperti apa paduannya,

berikut adalah tablel Titik cair

Tabel 2.4. Titik cair dan temperatur penuangan dari paduan aluminium
TEMP.

TEMP. MULAI TEMP. AKHIR PENUANGAN

CAIR (° C) CAIR (° C) CAIR (° C)


PANDUAN DAN KOMPOSISI

Al – 4.5Cu 521 644 700 – 780

Al – 4Cu - 3Si 521 627 700 – 780

Al – 4.5Cu – 5Si 521 613 700 – 780

Al – 12Si 574 582 670 – 750

Al – 9.5Si – 0.5Mg 557 596 670 – 740

Al – 3.5Cu – 8.5Si 538 593 700 – 780

Al – 7Si – 0.3Mg 557 613 700 – 780

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Al – 4Cu – 1.5Mg – 2Ni 532 635 700 – 760

Al – 3.8Mg 599 641 700 – 760

Al – 10Mg 499 604 700 – 760

Al – 12Si – 0.8Cu – 1.7Mg – 2.5Ni 538 566 670 – 740

Al – 9 – Si – 3.5Cu – 0.8Mg – 0.8Ni 520 582 670 – 740

(Sumber: Modul Praktikum Kerja Bangku 2017)

2.3.3 Kelarutan Gas pada Cairan Aluminium dan Paduan

Secara umum telah diketahui bahwa atom dalam bentuk gas akan

bersatu atau masuk kedalam logam cair, ketika dua atom bersatu

membentuk suatu molekul, molekul gas tersebut akan keluar, tapi bisa

juga gas tersebut terperangkap didalam logam cair membentuk

gelembung. Didalam peleburan aluminium, hanya sedikit hidrogen yang

diserap dari atmosfer. Sumber utama hidrogen didalam Al adalah uap air,

uap panas, atau hasil dari reaksi kimia sebagai berikut :

3H2O + 2Al = 6H + Al2O3

(uap air) (aluminium (Hidrogen) (aluminium oksida)

Keterangan:

Temperatur logam cair juga menentukan jumlah hidrogen yang

diserap. Ketika temperatur naik volume hidrogen yang larut kedalam

logam cair akan semakin besar. Gambar di bawah ini memperlihatkan

betapa cepatnya kandungan hidrogen naik ketika temperatur aluminium

cair naik. Paduan yang mengandung hidrogen ± 0,01cm 3/100 gram relatif

bebas dari porositas.

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Gambar 2.6. Pengaruh temperatur terhadap daya larut hidrogen dalam


aluminium.
(Sumber: Modul Praktikum Kerja Bangku 2017)

Ketika temperatur logam cair turun, gas hidrogen akan terdesak

keluar dengan cepat dan ini menyebabkan terjadinya pinhole atau

porositas. Dalam Gambar 2.6 tersebut ditunjukkan kelarutan ditunjukkan

kelarutan gas Hidrogen pada logam paduan Alumunium seri 319 yang

ditunjukkan dalam kurva, dimana diasumsikan bahwa tidak terjadi

perubahan kelarutan dalam kondisi padat, hal mana suatu paduan akan

menahan kelarutan gas hidrogen lebih kecil dari pada alumunium murni

tetapi perlu diingat dengan penambahan unsur paduan berarti akan

menurunkan titik beku logamnya. Sehingga garis tegak pada Gambar

tersebut akan bergeser ke kiri.

Kelarutan gas hidrogen pada coran logam paduan aluminium antara

0,6-1,0 ml/100 gram aluminium. Hal ini tergantung dari persentase unsur

paduan dan temperatur. Sebagai contoh pada ingot aluminium umumnya

mengandung kelarutan gas hidrogen antara 0,2 ml/100 gram aluminium.

2.4 Cacat Pengecoran

pengecoran logam, cacat merupakan hal yang dapat menurunkan

produktifitas dan efektifitas produsi dari suatu produk.Pada proses


Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil
49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

pengecoran logam terjadinya cacat pada hasil coran sangat dihindari.

Karena dengan terjadinya cacat maka akan merugikan kualitas dari

hasil coran tersebut serta menurunkan efektifitas dari proses produksi.

Cacat pada pengecoran tentunya akan bisa diminimalisir dengan

mempelajari hal hal apa saja yang memungkinkan suatu produk coran

mengalami kecacatan.(Sudiyanto,2022)

2.4.1 Faktor faktor yang mempengaruhi cacat pada coran

a. Mekanisme Gas Pada Waktu Pembekuan

Ketika logam cair dituangkan ke dalam cetakan maka akan

mengalami pendinginan dengan cepat. Logam cair kemudian tidak dapat

menahan lebih lama gas-gas yang larut dikarenakan batas kelarutan

yang berkurang berdasarkan turunnya temperatur dan akibatnya

kemudian akan terbentuk gelembung-gelembung gas. Ketika logam cair

mulai membeku, gelembung gas terbentuk pada daerah yang

berdekatan dengan kulit yang padat karena temperaturnya turun. Ini

berlanjut ketika proses pembekuan berlangsung terus. Gelembung gas

tidak dapat keluar karena puncak riser membeku. Kepala riser meletus

keluar karena tekanan yang besar dilepaskan oleh hirogen ketika gas

tersebut mengalami tekanan dari logam.

b. Rongga Udara

Rongga udara dapat muncul sebagai lubang pada permukaan atau di

dalam coran. Rongga-rongga gas yang kecil disebut pinhole yang

akhirnya dikenal sebagai gas porosity sedangkan rongga-rongga yang

besar disebut blow hole atau gas hole. Porositas (pinhole) adalah lubang

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

didalam permukaan yang biasanya berbentuk bola dan halus. Cacat ini

timbul apabila gas-gas terutama hydrogen terbawa dalam logam cair

terkurung dalam logam yang disebabkan tekanan logam selama

pembekuan.

c. Dros

Logam cair dari paduan aluminium mudah teroksidasi. Oksida dalam

logam cair atau berasal dari kotoran pada muatan dan hasil reaksi

oksidasi pada saat peleburan terkumpul sebagai dros pada permukaan

atau bagian dalam coran.

d. Gas dan porositas

Porositas pada logam coran merupakan salah satu cacat coran, yang

disebatkan oleh gas hidrogen dan menyebatkan coran itu tidak terpakai.

Hal ini akan dibahas hubungan konsentrasi gas hidogen dan

pengaruhnya terhadap sifat coran.

Gambar 2.7 Macam macam porositas pada logam coran


(Sumber : http://suprapto-5315077624.blogspot.com/2010/)

Secara makroskopik terbentuknya coran selalu ada penyusutan,

hal ini disebabkan karena pengisisaan yang kurang. Lubang pori-pori

(rongga) yang besar mencakup banyak struktur dendrit yang terbentuk,

Penyusutan lubang pori-pori yang lebih besar pada coran, biasanya

berbentuk penyusutan pipa, porositas dapat pula terjadi pada daerah


Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil
49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

permukaan coran (Pinhole porositity). Pada umumnya micro porositas

yang ditemukan dalam coran adalah kombinasi gas dan penyusutan

jenis rongga yang terjadi di antara struktur dendrit, merupakan bagian

dari struktur padat.

2.4.2 Macam macam cacat coran

Komisi pengecoran internasional telah membuat penggolongan

cacat cacat coran dan dibagi menjadi 9 macam, yaitu :

1. Ekor tikus tak menentu atau kekasaran yang meluas

2. Lubang-lubang

3. Retakan

4. Permukaan kasar

5. Salah alir

6. Kesalahan pengukuran

7. Inklusi dan struktur tak seragam

8. Deformasi

9. Cacat cacat tak Nampak.

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Praktikum pengecoran dilakukan pada Minggu, 07 Mei 2023 yang

dilaksanakan di Labolaturium Pengecoran Prodi Teknik Mesin Universitas

Lambung Mangkurat Fakultas Teknik Banjarbaru.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu:

1. Tungku

2. Cawan tuang

3. Blower

4. Thermometer Gun

5. Ladel

6. Palu

7. Sarung tangan anti panas

8. Timbangan

9. Jangka sorong

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :

1. Aluminium

2. Arang (bahan bakar)

3. Pasir Cetak Kering (coklat)

4. Sterofoam

3.3 Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaannya adalah sebagai berikut :

1. Pembuatan pola (sterofoam)

2. Membuat cetakan pasir dengan pola yang sudah dibuat.

3. Meriksa kesiapan tungku dan peralatannya

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

4. Menyalakan tungku peleburan

5. Material charging (masukkan muatan dalam krusibel)

6. Liquid metal treatment

7. Mengecek temperatur pouring/penuangan

8. Menuangan logam cair pada cetakan

9. Mengambil hasil pengecoran

10. Mengukur hasil pengecoran dengan pola awal

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Kesimpulan yang didapat pada praktikum kali ini sebagai berikut:

1. Pola yang dibuat berbahan sterofoam, serta pembuatan cetakan

memakai cetakan pasir untuk membuat produk coran logam.

2. Sistim saluran pada cetakan pasir terdiri dari saluran tuang, saluran

masuk dan saluran keluarnya udara dalam suatu pembuatan produk

coran logam.

3. Beberapa proses atau teknik dalam pembuatan cetakan, seperti halnya

cetakan pasir basah dan cetakan pasir kering.

4. Besaran-besaran atau parameter proses yang terlibat berupa komposisi

pasir basah maupun pasir kering yang berpengaruh terhadap cetakan

yang dibuat.

5. Perencanaan dan pembuatan barang jadi dari hasil pengecoran berupa

gear.

5.2 Saran

Pada saat praktikum praktikan sebaiknya berhati-hati dalam meletakkan

pola maupun melepaskan pola dari cetakan. Praktikan juga harus berhati-

hati dalam menuangkan coran kedalam cetakan,karena apabila praktikan

tidak berhati-hati dalam menuangkan coran kedalam cetakan akan

mengakibatkan tumbukan atau pun tubulensi coran didalam cetakan yang

membuat pasir cetakan runtuh dan mengurangi dimensi dari pola

sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Utomo, C., & Patna Partono, S. T. (2017). Perencanaan dan pembuatan dies


permanent mold pengecoran logam dengan material besi cor ductile
(FCD) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Siswanto Rudi. 2017. Modul Praktikum Proses Kerja Bangku. Universitas


Lambung Mangkurat: Banjarbaru.

Surdia, T. dan Chijiwa, K., 2006, Teknik Pengecoran Logam, P.T.Pradnya


Paramita, Jakarta.

Cacat coran dan Pencegahannya. (Online)


https://logamceper.com
Diakses pada 10 April 2021

Proses Pengecoran. (online)


http://nandachoirul.blogspot.com
Diakses pada 10 April 2021

Damanik, L. H., Husodo, A. H., Gunawan, T., & Hadi, P. (2015). Model

Pengendalian Kesehatan Tenaga Kerja Pada Kegiatan Pengecoran

Logam Tradisional Studi Kasus Di Kawasan Industri Batur Klaten-Jawa

Tengah. Jurnal Teknosains, 4(2).

Santika, D. (2022). Uji Eksperimental Kekerasan Dan Struktur Mikro Pada

Produk Foot Step Berbahan Limbah Alumunium Hasil Pengecoran

Cetakan Pasir Silika Berpengikat Bentonit (Doctoral dissertation).

Suprapto, W. (2017). Teknologi Pengecoran Logam. Malang: UB Press

Sudiyanto, A., & Shiddiq, N. A. (2022). PROSES PENGECORAN LOGAM

DAN ANALISA CACAT. Journal of Metallurgical Engineering and

Processing Technology, 1(1), 11-16.

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknik kerja bangku merupakan teknik dasar yang harus dikuasai

oleh seseorang dalam mengerjakan benda kerja dan sebagai dasar

untuk materi teknik permesinan pada tingkat selanjutnya. Pekerjaan

kerja bangku meliputi berbagai jenis kontruksi geometris yang sesuai

dengan perintah kerja. Persyaratan kualitas terletak kepada

pemahaman seseorang dalam praktek kerja bangku dan

pelaksanaannya di tempat kerja yang meliputi tingkat keterampilan

dasar penguasaaan alat tangan, tingkat kesulitan produk yang dibuat

dan tingkat kepresisian hasil kerja. Kerja bangku tidak hanya

menitikberatkan pada pencapaian hasil kerja, tetapi juga pada

prosesnya. Di mana pada proses tersebut lebih menitikberatkan pada

etos kerja yang meliputi ketekunan, disiplin, ketahanan, serta teknik

sebagai dasar sebelum melanjutkan ke pengerjaan yang

menggunakan mesin-mesin produksi.

Pekerjaan kerja bangku meliputi mengikir, mengebor, mengetap.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini

mengalami kemajuan yang sangat pesat. Mahasiswa dituntut selalu

mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya guna

membentuk keterampilan yang berkualitas, professional dan

berwawasan luas. (Siahaan,dkk,2023)

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Adapun alat pelindung diri yang harus digunakan pada saat

praktikum kerja bangku yaitu, Sarung tangan untuk melindungi tangan

dari benda tajam pada saat bekerja, Masker untuk penyaring udara

yang dihirup pada saat bekerja, Kacamata untuk melindungi mata dari

debu atau material kecil pada saat bekerja, baju wearpack melindungi

badan pada saat bekerja. Oleh karena itu, praktikum ini dilaksanakan

untuk memperoleh pengetahuan teoritis tapi juga secara praktikal.

Pada dasarnya, praktikum kerja bangku merupakan kerja yang

dilakukan secara manual. Macam-macam pekerjaan tersebut meliputi

mengikir, mengebor, menggergaji, menyenai, menetap,

menyetemping, dan sebagainya.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum kerja bangku adalah:

1. Untuk mengetahui peralatan kerja bangku dan fungsinya.

2. Untuk melatih mahasiswa agar mampu menggunakan alat kerja yang

sesuai dengan fungsinya

3. Mampu menghasilkan benda kerja sesuai dengan gambar kerja yang

ditentukan

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kerja Bangku

Kerja bangku merupakan proses pembentukan benda kerja secara

manual atau menggunakan keterampilan tangan, baik dalam proses

pengikiran, pemotongan dan sebagainya. Tujuan utama praktikum kerja

bangku pada dasarnya untuk melatih keterampilan tangan dan kejelian mata

seorang praktikan. Hal tersebut juga merupakan langkah awal proses

manufacturer dalam mengenal dunia manufaktur agar tidak terkejut saat

memasuki dunia industri yang sesungguhnya. Praktek kerja bangku melatih

mahasiswa agar mampu menggunakan alat kerja yang baik dan benar serta

mampu menghasilkan benda kerja yang memiliki standar tertentu sesuai

dengan lembar kerja yang ditentukan Dalam praktikum ini ada beberapa

kompetensi keahlian yang akan diajarkan, kompetensi-kompetensi tersebut

adalah mengikir, menggambar diatas permukaan benda kerja (logam),

menggergaji, mengebor, sney dan tap serta penggunaan jangka sorong.

2.2 Peralatan Utama Kerja Bangku

2.2.1 Ragum / Vice

Ragum adalah alat yang digunakan dalam kerja bangku yang

berfungsi untuk menjepit benda kerja pada pekerjaan yang meliputi


Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil
49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

mengikir, menggergaji, memahat dll. Ragum biasanya terpasang pada

meja kerja dan terbuat dari besi tuang atau besi tempa. Ada beberapa

jenis ragum yang digunakan dalam kerja bangku. Agar benda kerja

tidak mengalami kerusakan atau luka pada mulut ragum dilengkapi

dengan vice klem.

Pemasangan ragum pada meja kerja harus disesuaikan dengan

tinggi pekerja yang akan bekerja. Sebagai patokan adalah apabila ragum

dipasang pada meja kerja maka tinggi mulut ragum harus sebatas siku dari

pekerja pada posisi berdiri sempurna. Hal ini bertujuan agar memudahkan

dan mempertimbangkan keamanan pekerja saat memakai ragum.

Gambar 2.1. Ragum/Vice


(Sumber: https://www.limakilo.id/)

Ada beberapa jenis ragum yang bias digunakan dalam praktikum

kerja bangku namun kali ini yang akan dibahas adalah ragum penjepit

belakang dan ragum penjepit depan.

a. Ragum Penjepit Belakang

Jenis ragum ini digunakan pada pekerjaan permesinan dan

petukangan kayu. Pergerakan penjepitnya dilakukan oleh poros berulir

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

yang menggerakan bagian belakang ragum. Pelapis rahang ragum dapat

diganti dan dikeraskan.

b. Ragum Penjepit Depan

Ragum ini banyak digunakan untuk menjepit benda kerja yang

panjang pada posisi tegak. Apabila rahang digerakkan kedepan,

permukaan bawah akan bebas didepan meja kerja sehingga dapat

menjepit benda kerja panjang pada posisi menghadap kebawah.

2.2.2 Kikir/File

Kikir banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan akhir seperti

menghilangkan bagian-bagian tajam dari sisa-sisa pengerjaan mesin atau

pada proses perapraktikann.

Gambar 2.2 Kikir


Sumber: (http:// muhammadmuzakii.blogspot.co.id)
A. Jenis Kikir

a. Berdasarkan Bentuk

1. Kikir rata (plat), tebal kikir seluruhnya sama, lebar kikir kearah

ujungnya menirus kikir. Fungsinya untuk meratakan dan membuat

bidang sejajar dan tegak lurus.

2. Kikir blok lebar, kikir seluruhnya sama, lebar kikir bagian ujungnya

berkurang. Fungsinya membuat rata, sejajar dan menyiku antara

bidang satu dengan bidang lainnya.

3. Kikir segi empat (square), fungsinya membuat rata dan menyiku


Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil
49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

antara bidang satu dengan bidang lainnya.

4. Kikir segitiga (triangle) bentuknya segi tiga, segitiga kikir pada

bagian ujungnya mengecil. Fungsinya untuk meratakan dan

menghaluskan bidang berbentuk sudut 60 atau lebih besar.

5. Kikir pisau (knife) bentuknya mirip pisau, fungsinya untuk

meratakan dan menghaluskan bidang berbentuk sudut 60 atau

lebih kecil.

6. Kikir setengah bulat (half round), fungsinya untuk menghaluskan,

meratakan dan membuat bidang cekung.

7. Kikir silang (crossing) fungsinya untuk menghaluskan bidang

cekung dan membuat bidang cekung.

8. Kikir bulat (round) bentuk bulatnya pada ujungnya makin

mengecil, fungsinya untuk menghaluskan dan menambah

diameter bidang bulat.

b. Berdasarkan Proses Pembuatan

1. Gigi Pahatan

Gigi kikir ini dibuat dengan cara dipahat sehingga menghasilkan

sudut tatal negatif dan sudut potong lebih besar dari 90°. Kikir ini

digunakan untuk mengerjakan benda yang bahan dasarnya keras.

2. Gigi Yang Diprais

Gigi kikir yang diprais menghasilkan sudut tatal yang positif

dengan sudut pemotong lebih kecil dari 90°. Disebabkan karena

sudut tatal yang positif itu maka kikir ini hanya digunakan untuk

mengerjakan bahan yang lunak.

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

c. Berdasarkan Jumlah Gigi

1. Kikir Gigi Tunggal

Kikir gigi tunggal menunjukan kedudukan gigi kikir tunggal yang

menyudut 54° terhadap garis sumbu. Bram-bram tidak mudah dan

gigi itu akan terhalang.Saat ini gigi tipe ini hampir tidak digunakan

lagi.

2. Kikir Gigi Ganda

Pada kikir ganda pahatan bagian dalam dibuat lebih dalam

dibandingkan pahatan pada bagian yang membentuk sudut 70°

terhadap garis sumbu. Dengan demikian tidak akan terjadi alur-alur

bekas pengikiran pada benda pekerjaan.

d. Dimensi Kikir

Dimensi kikir ini terdiri dari panjang kikir dan jumlah gigit tiap cm atau

tiapInch. Kikir dibuat dari baja karbon tinggi yang ditempa dan

disesuaikan dengan ukuran panjang, bentuk, jenis dan gigi

pemotongnya. Derajad kekasatan kikir adalah kasar setengah ,kasar,

dan sangat halus..

Gambar 2.3 Dimensi Kikir


(Sumber: Modul Praktikum Kerja Bangku)

Tabel 2.1 Contoh Ukuran Kikir

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

( Sumber : Modul Praktikum Kerja Bangku, 2017


Keterangan Mutu :
00 : Kasar. 2 : Sedang. 5 :Setengahlembut.

0 : SetengahKasar 3 :SetengahHalus. 6 : Lembut.

1 : AgakKasar. 4 : Halus. 8 :Lembutsekali.

2.2.3 Gergaji

Gergaji adalah alat perkakas yang biasa digunakan untuk memotong

dan mengurangi ketebalan benda kerja sebelum dilakukan pengikiran

terhadap benda.

A. Bagian dari bentuk gergaji

1. Bingkai

Terbuat dari pipa baja kuat dankaku agar mudah mengarahkan

daun gergaji.

2. Tangkai

Terbuat dari logam lunak dan harus nyaman dipegang.

3. Pasak

Bagian untuk memegang daun gergaji.

4. Nut kupu-kupu

Pengatur kekencangan daun gergaji.

B. Daun Gergaji

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Beberapa faktor yang harus diketahui untuk memilih daun gergaji.

1. Material daun gergaji terbuat dari baja karbon atau dari HSS (high

speed steel).

2. Daun gergaji ini dikeraskan pada bagian mata potongnya saja

atau secara keseluruhan tergantung dari kebutuhan.

3. Daun gergaji untuk memotong material yang keras mempunyai

sudut buang 0°, sedangkan untuk memotong material yang lunak

sudut buangnya 5°-20°.

Gambar 2.5 Daun Gergaji


(Sumber: Modul Praktikum Kerja Bangku)

e. Ukuran Daun Gergaji.

A= Jarak antar lubang

B= Lebar daun gergaji

C= Tebal daun gergaji

Ukuran daun gergaji yang biasa dipakai untuk gergaji tangan adalah:

Tabel 2.2 Ukuran Daun Gergaji

A=300 B=13 mm C=0.65 mm


B=1/2“ C=0.025"
mm
A=12"

Gambar 2.6 Ukuran Daun Gergaji

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

(Sumber: Modul Praktikum Kerja Bangku)

2.2.4 Palu

Palu dipergunakan untuk memukul benda kerja pada pekerjaan

memahat, mengeling, membengkok dan sebagainya. Adapun macam-

macam jenis palu dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

Gambar 2.7 Palu


(Sumber: Modul Praktikum Kerja Bangku)

Palu juga terdiri dari palu keras dan palu lunak, Palu keras dibuat

dari bahan baja yang kedua ujungnya dikeraskan, palu lunak dibuat dari

bahan kayu, plastik, karet, tembaga, dan kuningan.

2.2.4 Mesin Bor

Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat

pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin

tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan pengeboran adalah

operasi yang dapat membuat atau menghasilkan lubang berbentuk bulat

dalam lembaran-kerja dengan menggunakan pemotong berputar yang

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

disebut bor dan memiliki fungsi untuk membuat lubang, membuat lubang

bertingkat, membesarkan lubang, chamfer.

Gambar 2.8 Mesin Bor


( Sumber : Modul Praktikum Kerja Bangku)

A. Jenis-Jenis Mesin Bor

1. Mesin Bor Meja

Mesin bor meja adalah mesin bor yang diletakkan diatas meja.

Mesin ini digunakan untuk membuat lobang benda kerja dengan

diameter kecil (terbatas sampai dengan diameter 16 mm). Prinsip

kerja mesin bor meja adalah putaran motor listrik diteruskan ke poros

mesin sehingga poros berputar. Selanjutnya poros berputar yang

sekaligus sebagai pemegang mata bor dapat digerakkan naik turun

dengan bantuan roda gigi lurus dan gigi rack yang dapat mengatur

tekanan pemakanan saat pengeboran.

2. Mesin Bor Lantai

Mesin bor lantai adalah mesin bor yang dipasang pada lantai.

Mesin bor lantai disebut juga mesin bor kolom. Jenis lain mesin bor

lantai ini adalah mesin bor yang mejanya disangga dengan batang

pendukung. Mesin bor jenis ini biasanya dirancang untuk pengeboran

benda-benda kerja yang besar dan berat.

3. Mesin Bor Radial


Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil
49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Mesin bor radial khusus dirancang untuk pengeboran benda-benda

kerja yang besar dan berat. Mesin ini langsung dipasang pada lantai,

sedangkan meja mesin telah terpasang secara permanen pada

landasan atau alas mesin.

4. Mesin Bor Koordinat

Mesin bor koordinat pada dasarnya sama prinsipnya dengan mesin

bor sebelumnya. Perbedaannya terdapat pada sistem pengaturan

posisi pengeboran. Mesin bor koordinat digunakan untuk membuat

lobang dengan jarak titik pusat dan diameter lobang antara masing-

masingnya memiliki ukuran dan ketelitian yang tinggi. Untuk

mendapatkan ukuran ketelitian yang tinggi tersebut digunakan meja

kombinasi yang dapat diatur dalam arah memanjang dan arah

melintang dengan bantuan sistem optik.

B. Bagian-Bagian Mesin Bor

1. Cekam Bor

Cekam bor digunakan untuk memegang mata bor bertangkai

silindris. Biasanya cekam ini mempunyai 2 atau 3 rahang penjepit.

Ukuran cekam bor yang ditunjukkan oleh diameter terbesar dari mata

bor yang dapat dijepit.

2. Sarung Pengurung/Sarung Tirus

Mata bor yang bertangkai tirus dapat dipegang oleh sarung

pengurung yang berlobang tirus. Oleh karena tangkai dan sarung

berbentuk tirus, maka pada saat mata bor ditekania akan saling

mengunci.

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

C. Pemegang dan Penjepit Benda Kerja

1. Ragum Tangan

Ragum tangan dapat dibuka dan dikunci dengan kekuatan tangan.

Benda kerja yang dapat dijepit oleh ragum tangan harus berukuran

kecil dan terbatas sampai pada diameter ± 6 mm.

2. Ragum Mesin

Benda kerja yang besar tidak dapat dipegang oleh tangan karena

gaya pemotongannya semakin besar, maka digunakan ragum

mesin.

3. Meja Mesin

Penjepitan benda kerja pada meja mesin umumnya dilakukan

apabila benda kerja tidak mungkin di jepit oleh ragum.

4.Tangan

Pemegangan benda kerja dengan tangan dapat dilakukan untuk

benda kerja yang kecil dan penjang serta lobang dibuat tidak dalam.

2.2.5 Tap dan Snei

a. Tap (Membuat Ulir Dalam)

Alat yang dipakai untuk membuat ulir dalam dengan tangan

disebut tap tangan untuk membedakan penggunaannya dengan yang

dipakai mesin.

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Gambar 2.9 Tap dan Pemegang Tap


(Sumber: Modul Praktikum Kerja Bangku)

b. Snei (Membuat Ulir luar)

Alat yang dipakai untuk membuat ulir luar disebut snei . Sama

halnya dengan tap, Snei juga terbuat dari baja HSS. Peralatan ini

biasanya terbuat dari baja karbon tinggui sehingga memiliki tingkat

kualitas yam baik.

Gambar 2.10 Snei


(Sumber: Modul Praktikum Kerja Bangku)

2.3 Peralatan Pendukung dan Alat Ukur pada Kerja Bangku

Berikut ini beberapa macam alat pendukung benda kerja yang

umum digunakan dalam kerja bangku:

2.3.1 Mistar baja

Mistar baja (Gambar 2.11) mempunyai panjang 30 cm sampai

dengan 100 cm dalam skala satuan mm dan inchi, digunakan untuk

mengukur panjang dan alat bantu menggores serta sebagai acuan ukuran.

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

Gambar 2.11 Mistar Baja


(Sumber: Modul Praktikum Kerja Bangku)

2.3.2 Busur derajat (Bevel protractor)

Merupakan alat yang biasa digunakan untuk mengukur dan

membentuk sudut. Protractor sederhana biasanya berupa cakram separuh

dan alat ini sudah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu dalam ilmu

geometri. Busur derajat pada umumnya terbuat dari bahan stainless teel

dengan tujuan agar supaya tahan terhadap karat.

Gambar 2.12 Busur Derajat


(Sumber: www.inpertek.com)

2.3.3 Penggores

Penggores (scriber) adalah alat untuk menggores benda kerja

(logam) sebagai gantinya pensil apabila hendak menggambar diatas

kertas. Ada 3 jenis penggores yang sering digunakan yaitu penggores

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

teknik, penggores saku dan penggores mekanik, seperti ditunjukkan

pemakaiannya pada :

Gambar 2.13 Penggores


(Sumber: Modul Praktikum Kerja Bangku)

2.3.4 Siku-siku

Siku-siku adalah siku-siku yang digunakan untuk menyiku benda

kerja. Siku-siku geser digunakan untuk mengetahui kesikuan atau

pembanding kesikuan sudut yang tidak membentuk 90, sedangkan siku

siku standar dipergunakan untuk mengetahuisudut yang dibentuk adalah

tepat 90.

Gambar 2.14 Siku siku standar


(Sumber : modul praktikum kerja bangku)

2.3.5 Penitik pusat

Penitik pusat (Center-punch) terbuat dari baja perkakas yang bagian

badanya dikartel agar tidak licin sewaktu dipegang, ujungnya lancip

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

dengan sudut 90. Penitik digunakan untuk menandai titik pusat lubang

yang akan dibor.

Gambar 2.15 Penitik


(Sumber : www.infopemesinan.blogspot.com)

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum kerja bangku dilakukan pada Minggu, 07 Mei 2023 yang

dilaksanakan di Laboraturium Pengecoran Prodi Teknik Mesin Universitas

Lambung Mangkurat Fakultas Teknik Banjarbaru.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat yang digunakan

1. Ragum.

2. Kikir.

3. Waterpass.

4. Meteran/mistar/Jangka Sorong.

5. Amplas

6. Gergaji Besi

3.2.2 Bahan yang digunakan

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

1. Gear dari hasil coran

3.3 Pelaksanaan Praktikum

1. Menggunakan alat keselamatan kerja (safety).

2. Menentuan bagian mana saja pada benda kerja yang akan dibentuk.

3. Menyiapkan alat yang akan digunakan, ikuti selalu seluruh instruksi.

4. Mengukur dan benda kerja sesuai dengan kebutuhan.

5. Meletakkan benda kerja di ragum.

6. Melakukan proses finishing menggunakan kikir dan amplas hingga

benda kerja sesuai dengan lembar kerja.

7. Senter benda kerja dengan menggunakan waterpass. Apabila

permukaan benda kerja tidak rata,

8. Merapihkan kembali alat-alat dan bahan yang telah digunakan.

9. Selesai

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum kerja bangku pembuatan gear dapat diambil kesimpulan,

yaitu sebagai berikut:

1. Peralatan kerja bangku dalam pembuatan Gear yaitu meliputi kikir,

amplas, ragum, dan gergaji besi.

2. Penggunaan peralatan harus digunakan sesuai fungsinya, seperti:

gergaji besi digunakan untuk memotong benda kerja yang berlebihan,

ragum yang digunakan untuk menahan benda kerja, waterpass

digunakan untuk mengukur kerataan benda kerja, serta kikir dan

amplas yang digunakan untuk memperhalus permukaan benda kerja

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

3. Benda kerja dilakukan kerja bangku sehingga sesuai standar dan

sesuai lembar kerja yang diinginkan

5.2 Saran

Dalam melakukan praktikum kerja bangku diharapkan memperhatikan

keselamatan kerja sesuai standar K3 yang berlaku. Sebelum praktikum

dimulai siapkan benda kerja dan lakukan pengecekan alat kerja, sehingga

ketika pelaksanaan praktikum berjalan dengan lancar dan tidak terganggu

karena alat yang tidak layak pakai atau rusak, jangan lupa selalu

membersihkan peralatan setelah dipakai. Sebaiknya alat-alat yang sudah

tidak layak pakai dalam praktikum kerja bangku harus segera diganti.

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Tekad, Anthonius LSH. 2006. Bahan ajar teknik kerja bangku
dan pelat. Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Siahaan, J. P., Yaqin, R. I., Priharanto, Y. E., Abrori, M. Z. L., & Demeianto,
B. (2023). KERJA BANGKU, BUBUT DAN LAS (Pengetahuan
Peralatan, Bahan dan K3 dalam Melakukan Kerja Bengkel).

Siswanto Rudi. 2017. Modul Praktikum Proses Kerja Bangku. Universitas


Lambung Mangkurat: Banjarbaru.

Makalah teknik kerja bangku (online)


https://slideshare.net
Diakses pada 20 Mei 2023

Ragum adalah suatu alat. (Online).


http://infopemesinan.blogspot.com
Diakses pada 20 Mei 2023

Teknik mesin manufaktur, (online)

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja Bangku)

http://teknikmesinmanufaktur.blogspot.com
Diakses pada 20 Mei 2023

Zuliadin, Ilham. 2018. Pengertian Kerja Bangku dan Peralatan Kerja Bangku.
(online)
https://tugasmahasiswateknik99.blogspot.com
Diakses pada 10 April 2021

Angel,2023. Pengertian Ragum Adalah


https://www.pengadaan.web.id/2021/09/apa-itu-ragum-fungsi-jenis-
komponen.html

Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Muhammad Ihsan Salsabil


49

Anda mungkin juga menyukai