Anda di halaman 1dari 4

Mata Kuliah : Filsafat Ilmu Islami

Dosen Pengajar : Dr. Andi Aladin, MT

RASIONALISME

Oleh :
RESA WIRA NATA
0025.02.52.2020
MH-2

MAGISTER HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020
PEMBAHASAN

Rasionalisme adalah paham filsafat  yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat
terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Jika empirisme
mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami objek empiris, maka
rasionalisme mangajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir. Alat dalam
berpikir itu ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika. Rasionalisme juga
merupakan aliran pemikiran yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi
dan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal). Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui
akallah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan yang perlu mutlak, yaitu
syarat yang dipakai untuk semua pengetahuan ilmiah.
Kalau dalam empirisme sumber utama untuk memperoleh pengetahuan adalah data
empiris yang diperoleh dari panca indra.  Akal tidak berfungsi banyak, kalau ada, itu pun
sebatas idea yang kabur. Lain halnya dengan rasionalisme, bahwasannya rasionalisme
berpendirian sumber pengetahuan terletak pada akal. Betul, hal ini akal berhajat pada bantuan
panca indera untuk memperoleh data dari alam nyata, tetapi akallah yang menghubungkan
data ini satu sama lainnya, sehingga terdapatlah apa yang dinamakan pengetahuan. Dalam
penyusunan ini akal mempergunakan konsep-konsep rasional atau idea-idea universal.
Konsep tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata dan bersifat universal, yang dimaksud
dengan prinsip-prinsip universal adalah abstraksi dari benda-benda konkrit, seperti hukum
kausalitas atau gambaran umum tentang kursi. Sebaliknya, bagi empirisme hukum tersebut
tidak diakui.
Maka dari itu Aliran ini merupakan bantahan kuat atas aliran empirisme, yang
menekankan pencerahan indrawi sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Bagi seorang
rasionalis, pada hakikatnya berkata bahwa rasa (sense) itu sendiri tidak dapat memberikan
kepada kita suatu pertimbangan yang koheren dan benar secara universal. Pengetahuan yang
paling tinggi terdiri atas pertimbangan-pertimbangan yang benar, yang bersifat konsisten satu
dengan lainnya. Rasa (sense) dan pengalaman yang kita peroleh dari indera penglihatan,
pendengaran, suara, sentuhan, rasa dan bau hanya merupakan bahan baku untuk pengetahuan.
Rasa tadi harus disusun oleh akal sehingga menjadi sistem, sebelum menjadi pengetahuan.
Bagi seorang rasionalis, pengetahuan hanya terdapat dalam konsep, prinsip dan hukum, dan
tidak dalam rasa.
Rasionalisme ada dua macam: dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam
bidang agama rasionalisme adalah lawan dari otoritas; dalam bidang filsafat rasionalisme
adalah lawan empirisme. Rasionalisme dalam bidang agama biasanya digunakan untuk
mengkritik ajaran agama, rasionalisme dalam bidang filsafat terutama berguna sebagai teori
pengetahuan. Sebagai lawan empirisme, rasionalisme berpendapat bahwa sebagian dan
bagian penting pengetahuan datang dari penemuan akal. Contoh yang paling jelas ialah
pemahaman kita tentang logika dan matematika.

Ciri-ciri filsafat Rasional secara singkat juga dijelaskan oleh Mustansyir dan Misnal
Munir, sebagai berikut:

1)      Adanya pendirian bahwa kebenaran-kebenaran yang hakiki itu secara langsung dapat
diperoleh dengan menggunakan akal sebagai sarananya.
2)      Adanya suatu penjabaran secara logik atau deduksi yang dimaksud untuk memberikan
pengertian seketat mungkin mengenai segi-segi lain dari seluruh bidang pengetahuan
berdasarkan atas apa yang dianggap sebagai kebenaran-kebenaran hakiki.
Secara ringkas dapatlah dikemukakan beberapa hal pokok yang merupakan ciri dari
filsafat rasionalisme yang diungapkan oleh Franz Magnis dan Suseno adalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan terhadap kekuatan akal budi
Segala sesuatu dapat dan harus dimengerti secara rasional. Suatu pernyataan hanya
boleh diterima  sebagai benar, dan sebuah claim hanya dapat dianggap sah, apabila dapat
dipertanggujawabkan secara rasional. ’Rasional’ itu mempunyai komponen negatif
dalam arti: berdasarkan tuntutan rasionalitas itu ditolak, pendasaran-pendasaran,
pernyataan dan claim-claim yang dianggap tidak dapat dipertanggungjawabkan secara
rasional.
Dasar-dasar yang tidak rasional yang dimaksud adalah tradisi, wewenang
tradisional, otoritas dan dogma. Jadi rasionalisme merupakan semacam pemberontakan
terhadap otoritas-otoritas tradisional. Tidak cukup untuk mendasarkan sebuah tuntutan
atas wewenang pihak yang menuntut, melainkan isi tuntutan itu sendiri harus dapat
dipertanggungjawabkan, diperlihatkan sebagai hal yang masuk akal. Rasional secara
hakiki bersifat anti tradisional.
2. Penolakan terhadap Tradisi, Dogma dan Otoritas
 Dalam Bidang Sosial Politik : rasionalisme menuntut kepemimpinan rasional.
 Dalam Bidang Agama
 Bidang Ilmu Pengetahuan
 Rasionalisme mengembangkan metode baru bagi ilmu pengetahuan yang jelas
menunjukkan ciri-ciri kemoderenan.
 Sekularisasi : adalah suatu pandangan dasar  dan sikap hidup yang dengan tajam
membedakan antara Tuhan dan dunia dan menganggap dunia sebagai sesuatu yang
duniawi saja.

Anda mungkin juga menyukai