Anda di halaman 1dari 26

Tafsir Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Proses Penciptaan Manusia

(QS. Al-An’am: 2, QS. Al-Hajj: 5 dan QS. Ali Imran: 59)


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Ayat Psikologi
Dosen Pengampu: Ina Izatul Muna, M.Ag.

Disusun Oleh :

1. Ana Wijiyani (43040180181)


2. Firda Qurota A’yun (43040180185)
3. Muhamad Romli (43040200122)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA NEGERI ISLAM SALATIGA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tentang Tafsir Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Proses Penciptaan Manusia (Q.S. Al-An’am: 2,
Q.S. Al-Hajj: 5 dan Q.S. Ali Imran: 59).
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal mungkin dengan bantuan beberapa
media untuk referensi makalah ini. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Karena keterbasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami harap
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Wassalamualaikum wr. wb.

Salatiga, Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................4
C. Tujuan................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. Q.S. AL-AN’AM AYAT 2...............................................................................................6
1. Ayat Dan Terjemahan Q.S. Al-An’am Ayat 2...............................................................6
2. Asbabun Nuzul Qs. Al-An’am.......................................................................................6
3. Pendapat Mufassir Mengenai Q.S. Al-An’am Ayat 2....................................................8
4. Munasabah Q.S. Al-An’am Ayat 2..............................................................................10
B. Q.S AL-HAJJ AYAT 5...................................................................................................12
1. Ayat Dan Terjemahan Q.S. Al-Hajj Ayat 5.................................................................12
2. Asbabun Nuzul Q.S. Al-Hajj Ayat 5............................................................................12
3. Pendapat Mufassir Mengenai Q.S. Al-Hajj Ayat 5......................................................13
4. Munasabah Q.S. Al-Hajj Ayat 5..................................................................................14
C. Q.S. AL- IMRON AYAT 59...........................................................................................14
1. Ayat Dan Terjemahan Q.S Al-Imron Ayat 59.............................................................14
2. Asbabun Nuzul Qs.Al-Imron Ayat 59.........................................................................15
3. Pendapat Beberapa Mufassir Mengenai QS. Surat Al-Imran Ayat 59.........................17
4. Munasabah/Korelasi Dari QS. Surat Al-Imran Ayat 59..............................................19
D. Makna Isi Kandungan.....................................................................................................21
E. Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dan korelasinya dengan ilmu psikologi..............22
BAB III PENUTUP..................................................................................................................24
A. Kesimpulan......................................................................................................................24
B. Saran................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara sunnatullah setiap organisme tak terkecuali manusia pasti mengalami
perkembangan yang mencakup seluruh bagian yang dimiliki organisme tersebut baik
yang bersifat jasmani maupun yang bersifat ruhani. Secara sederhana perkembangan
dapat diartikan dengan proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju.
Dapat dikatakan bahwa perkembangan merupakan istilah yang menunjukkan pada
pertumbuhan yang lebih maju aspek jasad dan ruhani yang dalam pandangan Islam
merupakan karunia Allah. Dalam hal ini, fase hidup manusia berjalan mengalami
perubahan pada dua besaran gerak tersebut. Begitu pentingnya pengetahuan akan
fase-fase perkembangan manusia yang kemudian disebut “daur kehidupan manusia”,
Al-Qur’an berulang kali mengungkapkannya dengan beragam redaksi, yang pada
intinya bahwa perkembangan itu terjadi sejak pembuahan sel ovum oleh sel sperma
hingga manusia dibangkitkan kembali ke alam keabadian.1
Berdasarkan paparan diatas maka pemakalah ingin memberikan pembahasan
mengenai ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan proses terjadinya atau
terciptanya manusia berdasarkan tafsir ayat-ayat Al-Qur’an yang akan dipaparkan
oleh pemakalah. Banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas mengenai proses
penciptaan manusia, maka dari itu pemakalah hanya membahasa berdasarkan QS. Al-
An’am ayat 2, QS. Al-Hajj ayat 5 dan QS. Al-Imran ayat 59.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembahasan mengenai QS. Al-An’am ayat 2?
2. Bagaimana pembahasan mengenai QS. Al-Hajj ayat 5?
3. Bagaimana pembahasan mengenai QS. Al-Imran ayat 59?
4. Apa isi kandungan ayat-ayat tersebut?
5. Bagaimana aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dan korelasinya dengan ilmu
psikologi?

1
Nurwadjah Ahmad dan Roni Nugraha, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Bandung: Penerbit Marja, 2018),
hal. 9-10

4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pembahasan mengenai QS. Al-An’am ayat 2
2. Untuk mengetahui pembahasan mengenai QS. Al-Hajj ayat 5
3. Untuk mengetahui pembahasan mengenai QS. Al-Imran ayat 59
4. Untuk mengetahui isi kandungan ayat-ayat tersebut
5. Untuk mengetahui aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dan korelasinya dengan
ilmu psikologi

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Q.S. AL-AN’AM AYAT 2


1. Ayat Dan Terjemahan Q.S. Al-An’am Ayat 2

َ ‫ض ٰ ٓى َأ َجاًل ۖ َوَأ َج ٌل م َُّس ًّمى عِ ندَ هُۥ ۖ ُث َّم َأن ُت ْم َتمْ َتر‬
‫ُون‬ َ ‫ين ُث َّم َق‬
ٍ ِ‫ه َُو ٱلَّذِى َخلَ َق ُكم مِّن ط‬
Artinya:
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menteapkan ajal
(kematianmu), dan batas waktu tertentu yang hanya diketahui oleh-Nya.
Namun demikian kamu masih meragukannya.” (QS. 6:2)

2. Asbabun Nuzul Qs. Al-An’am


Surah Al-An’am (bahasa Arab:‫االنعام‬, al-An’ām, “Binatang Ternak”) adalah
surah ke-6 dalam Alquran. Dinamakan Al-An’am (hewan ternak) karena di
dalamnya disebut kata An’am dalam hubungan dengan adat-istiadat kaum
musyrik, yang menurut mereka binatang-binatang ternak itu dapat dipergunakan
untuk mendekatkan diri kepada tuhan mereka. Dalam surah ini juga dikemukakan
hukum berkenaan dengan hewan ternak tersebut. Dalam surah al-An’am ini,
terdapat do’a Iftitah yang disunnahkan untuk membacanya dengan tidak bersuara.
Doa ini dibaca pada saat setelah takbir dan sebelum bacaan surah Al-Fatihah.
Sebagian ayat-ayat yang dibaca adalah ayat 79 dan 163.2
Surah Al-An'am adalah salah satu surah yang terdapat dalam Al-Qu'ran,
dimana surah tersebut diturunkan oleh Allah sesudah turunnya surah Al-Hijir.
Surah Al-An'am diturunkan oleh Allah dengan 165 ayat yang diturunkan di
Mekah. Namun dari 165 ayat tersebut ada beberapa ayat yang diurunkan di
Madinah diantaranya ayat 20, 23, 91 , 93 , 114 , 141 , 151 , 152 , 153. Adapun
sebab diturunkannya surah tersebut adalah sebagai berikut.
Para ulama mengemukakan tentang Asbabun Nuzul surah surah Al-An'am ini
diantaranya :
a. AlAufi,Ikrimah, dan Ata telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa
surat Al-An'am diturunkan di Mekah. Imam Tabrani mengatakan, telah

2
Motivasee, “QS. Al-An’am (Hewan Ternak)- surah 6 ayat 2 (QS. 6:2)”
https://risalahmuslim.id/quran/al-an-aam/6-2/ (diakses pada tanggal 6 Maret 2021, pukul 19.30 WIB)

6
menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan
kepada kami Hajjaj ibnu Minhal, telah menceritakan kepada kami Hamma
d ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Mahran, dari Ibnu
Abbas yang mengatakan bahwasurat Al-An'am diturunkan di Mekah di
malam hari sekaligus, di sekelilingnya terdapat tujuh puluh ribu malaikat,
semuanya mengumandangkan tasbih di sekitarnya.
b. Sufyan AsSauri telah me r iwaya tkan dari Lais, dari Syahr ibnu Hausyab,
dari Asma binti Yazid yang mengatakan, "Surat Al An'am diturunkan
kepada Nabi Saw. sekaligus, sedangkan saat itu aku memegang tali
kendali untanya. Sesungguhnya hampir saja surat ini mematahkan
tulangtulang unta yang dinaikinya karena beratnya surat Al-An'am yang
sedang diturunkan." 
c. Syarik telah meriwayatkan dari Lais, dari Syahr, dari Asma yang
mengatakan bahwa "surat Al An'am diturunkan kepada Rasulullah Saw.
ketika beliau sedang dalam perjalanannya dengan diiringi oleh sejumlah
besar malaikat; jumlah mereka menutupi semua yang ada di antara langit
dan bumi" . 
d. Imam Hakim di dalam kitab Mustadraknya mengatakan bahwa telah
menceritakan kepada kami Abu Abdullah Muhammad ibnu Ya 'qub Al-
Hafiz dan Abui Fadl, yaitu Al-Hasan ibnu Ya'qub Al-Adi; keduanya
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul
Wahhab Al-Abdi, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Aun,
telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abdur Rahman AsSaddi,
telah menceritakan  kepada kami Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir
yang mengatakan bahwa ketika surat Al An'am diturunkan, Rasulullah
Saw. membaca tasbih, kemudian bersabda: Sesungguhnya surat ini
diiringi oleh para malaikat (yang jumlahnya) menutupi cakrawala langit.
Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini sahih dengan syarat Imam
Muslim. Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami
Ibrahim ibnu Durustuwaih AlFarisi, telah menceritakan kepada kami Abu
Bakar ibnu Ahmad ibnu Mu h amma d ibnu Salim, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Abu Fudaik, telah menceritakan kepadaku Umar ibnu
Talhah ArRaqqasyi, dari Nafi’ ibnu Malik ibnu Abu Suhail, dari Anas ibnu
7
Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Surat A-
lAn'am diturunkan dengan diiringi oleh sejumlah malaikat yang
banyaknya menutupi semua yang ada di cakrawala timur dan barat.
Suara gemuruh tasbih mereka terdengar, dan bumi bergetar karenanya.
Sedangkan Rasulullah Saw. sendiri mengucapkan: Mahasuci Allah Yang
Mahaagung, Mahasuci Allah Yang Mahaagung.
e. Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari Imam Tabrani, dari Ibrahim ibnu
Nailah, dari Ismail ibnu Uma r , dari Yusuf ibnu Atiyyah, dari Ibnu Aun,
dari Nafi', dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda: Surat Al-An’am diturunkan kepadaku sekaligus, dan diiringi
oleh tujuh puluh ribu malaikat, dari mereka terdengar suara
gemuruh karena bacaan tasbih dan tahmid.3

3. Pendapat Mufassir Mengenai Q.S. Al-An’am Ayat 2


Ada beberapa pendapat mengenai QS. Al-An’am ayat 2, adapun beberapa
mufassir diantaranya sebagai berikut:
a. Tafsir Al-Mishbah oleh Muhammad Quraish Shihab
Dialah yang mula-mula menciptakan kalian dari tanah, lalu
menetapkan bagi kehidupan tiap orang di antara kalian suatu umur
tertentu. Hanya wewenang Dia juga penentuan waktu pembangkitan dari
kubur. Kemudian kalian, orang-orang kafir memperdebatkan kemampuan
Allah dalam pembangkitan, dan keberhakan-Nya untuk disembah. Maksud
ayat ini bisa dipahami bahwa penciptaan Adam as. bapak manusia, adalah
dari tanah seperti yang tersebut dalam ayat-ayat lain, juga bahwa badan
manusia terdiri atas semua unsur yang dipunyai oleh tanah. Tetapi berkat
kekuasaan-Nya dari unsur-unsur itu Allah menciptakan suatu kehidupan
sehingga terwujudlah manusia yang sempurna.
b. Tafsir Muyassar oleh tim Mujamma’ Raja Fahd arahan Syaikh al-Allamah
Dr. Shalih bin Muhammad Alu asy-Syaikh
Allah yang menciptakan bapak kalian Adam dari tanah sedangkan
kalian adalah anak keturunannya. Kemudian Allah menulis ajal waktu
keberadaan kalian di kehidupan dunia ini. Dia juga menulis ajal yang lain
3
Anonymous, “Asbabun Nuzul Surah Al-An’am Menurut Para Ulama Ahli Tafsir”
https://www.ilmusaudara.com/2017/04/asbabun-nuzul-surah-al-anam-menurut.html (diakses pada tanggal 6
Maret 2021, pukul 19.40 WIB)

8
yang tertentu namun hanya Dia yang mengetahuinya, yaitu ajal hari
kiamat. Kemudian setelah ini kalian meragukan kekuasaan Allah dalam
membangkitkan setelah kematian.
c. Tafsir Jalalain oleh Jalaluddin al-Mahalli & Jalaluddin as-Suyuthi
(Dialah Yang menciptakanmu dari tanah) dengan diciptakan-Nya ayah
kamu Adam dari tanah. (sesudah itu ditentukan-Nya ajal) bagi kamu,
setelah sampai pada ajal itu kamu akan mati. (dan ajal lain yang
ditentukan) ditetapkan (di sisi-Nya) untuk membangkitkan kamu dari
keatian (kemudian kamu) hai orang-orang kagir (masih tidak percaya
tentang berbangkit itu) kamu masih meragukan tentang adanya hari
berbangkit padahal sebelumnya kamu telah mengetahui, bahwa Dialah
yang mulai menciptakanmu. Dan siapa yang mampy menciptakan berarti
Dia lebih mampu untuk mengembalikan ke asalnya.
d. Tafsir Kemenag oleh Kementrian Agama Republik Indonesia
Pada ayat ini Allah lebih merinci dalam penciptaan-Nya pada makhluk
yang banyak memiliki kekuasaan dalam hidupnya di muka bumi ini, yaitu
manusia. Allah telah menciptakan nenek moyang manusia,
yaitu Adam dari bahan yang sederhana yaitu tanah. Manusia yang
sekarang ini menjadi besar dan dewasa juga dari saripati tanah, dan
berbagai zat makanan yang ditumbuhkan dari tanah.
Kemudian Allah menetapkan waktu hidupnya di dunia sampai datang
waktu ajal dan kematiannya, dan selanjutnya Allah juga menetapkan
perjalanan sesudah kematian, yaitu waktu dibangkitkan dari kubur pada
hari kebangkitan, meskipun banyak di antara manusia yang masih ragu-
ragu. Manusia yang ragu tentang dibangkitkannya nanti pada hari Kiamat
adalah didasarkan pada jalan pikirannya yang pendek dan sederhana, yaitu
bagaimana mungkin manusia yang sudah mati dan tubuhnya hancur
menjadi satu dengan tanah, atau bahkan menjadi zat bagi tumbuh-
tumbuhan dan buah-buahan kemudian dimakan menusia generasi
berikutnya dan menjadi daging ataupun kekuatan bagi manusia lain,
bagaimana ini semua dapat dibangkitkan seperti sediakala ketika seseorang
itu masih hidup dengan tubuh yang segar dan sehat.
Mestinya apabila kemampuan pikirannya tidak dapat mencapai atau
tidak dapat memahami kekuasaan Allah dalam membangkitkan manusia
9
yang sudah mati, seharusnya menyadari bahwa ilmu dan kemampuan
pikirannya memang terbatas.4

4. Munasabah Q.S. Al-An’am Ayat 2


Munasabah atau korelasi al-An’am ayat 2 sebagai berikut:
Firman Allah Swt.:
}‫{ ُه َو الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِمنْ ِطي ٍن‬
Dialah yang menciptakan kalian dari tanah (Al-An'am: 2)
Yakni bapak mereka semua, yaitu Nabi Adam; dialah asal mereka, dan
darinya mereka keluar, lalu menyebar ke timur dan barat.
Firman Allah Swt.:
َ ‫ضى َأ َجال َوَأ َج ٌل ُم‬
}ُ‫س ّمًى ِع ْن َده‬ َ َ‫{ثُ َّم ق‬
Sesudah itu ditentukan-Nya ajal, dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan yang
ada pada sisi-Nya. (Al-An'am: 2)
Sa’id ibnu Jubair telah mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa yang
dimaksud dengan ajal pertama adalah mati, sedangkan yang kedua
dimaksudkan ialah ketentuan untuk berbangkit di akhirat.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair,
Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak, Zaid ibnu Aslam, Atiyyah, As-Saddi, dan
Muqatil ibnu Hayyan serta lain-lainnya.
Menurut pendapat Al-Hasan Al-Basri dalam suatu riwayat yang
bersumber darinya sehubungan dengan makna firman-Nya: sesudah itu
ditentukan-Nya ajal  (Al-An'am: 2) Bahwa yang dimaksud ialah 'masa antara
sejak ia diciptakan sampai meninggal dunia'. Sedangkan firman-Nya: dan ada
lagi suatu ajal yang ditentukan yang ada pada sisi-Nya.  (Al-An'am: 2) Yakni
antara dia meninggal dunia sampai ia dibangkitkan.
Pendapat ini sama dengan pendapat sebelumnya. Penentuan ajal yang
pertama bersifat khusus, yakni menyangkut usia setiap manusia; sedangkan
penentuan ajal kedua bersifat umum, yakni menyangkut usia dunia
seluruhnya; kemudian habislah usia dunia, lalu lenyap dan kembali ke alam
akhirat.

4
Motivasee, “QS. Al-An’am (Hewan Ternak)- surah 6 ayat 2 (QS. 6:2)”
https://risalahmuslim.id/quran/al-an-aam/6-2/ (diakses pada tanggal 5 Maret 2021, pukul 20.30 WIB)

10
Dari Ibnu Abbas dan Mujahid disebutkan sehubungan dengan firman-
Nya: sesudah itu ditentukan-Nya ajal. (Al-An’am: 2) Yakni usia dunia. dan
ada lagi suatu ajal yang ditentukan yang ada di sisi-Nya. (Al-An'am: 2)
Yakni usia seseorang sampai saat kematiannya.
Seakan-akan takwil ini berpangkal kepada pengertian yang terkandung
pada ayat berikutnya yang menyebutkan:
‫َو ُه َو الَّ ِذي يَتَ َوفَّا ُك ْم ِباللَّ ْي ِل َويَ ْعلَ ُم َما َج َر ْحتُ ْم بِالنَّ َها ِر‬
Dan Dialah yang menidurkan kalian di malam hari. Dan Dia mengetahui apa
yang kalian kerjakan pada siang hari. (Al-An'am: 60), hingga akhir ayat.
Atiyyah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: sesudah itu ditentukan-Nya ajal. (Al-An'am: 2) Yakni tidur. Di
dalam tidur roh seseorang dimatikan, kemudian kembali lagi kepadanya saat ia
terbangun dari tidurnya. dan ada lagi suatu ajal yang ketentuannya ada di
sisi-Nya. (Al-An'am: 2) Yakni batas usia seorang manusia. Tetapi pendapat ini
berpredikat garib.
Makna firman-Nya:
}ُ‫{ ِع ْن َده‬
ada di sisi-Nya. (Al-An'am: 2)
Dengan kata lain, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya kecuali Allah.
Perihalnya sama dengan makna dalam firman-Nya:
}‫{ِإنَّ َما ِع ْل ُم َها ِع ْن َد َربِّي اَل يُ َجلِّي َها لِ َو ْقتِ َها ِإال ُه َو‬
Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku;
tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain
Dia.  (Al-A'raf: 187)
Sama pula dengan pengertian yang terdapat di dalam ayat lainnya:
}‫ساهَا فِي َم َأ ْنتَ ِمنْ ِذ ْك َراهَا ِإلَى َربِّ َك ُم ْنتَ َهاهَا‬
َ ‫سا َع ِة َأيَّانَ ُم ْر‬
َّ ‫سَألُونَ َك ع َِن ال‬
ْ َ ‫{ي‬
Mereka (orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari
berbangkit, kapankah terjadinya? Siapakah kamu (maka) dapat
menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan
kesudahannya (ketentuan waktunya). (An-Nazi'at: 4244)

Mengenai firman Allah Swt.:


} َ‫{ثُ َّم َأ ْنتُ ْم تَ ْمتَرُون‬
11
Kemudian kalian masih ragu-ragu.  (Al-An'am: 2)
Menurut As-Saddi dan lain-lainnya, makna yang dimaksud ialah 'kemudian
kalian meragukan tentang hari kiamat'.5

B. Q.S AL-HAJJ AYAT 5


1. Ayat Dan Terjemahan Q.S. Al-Hajj Ayat 5

‫طفَ ٍة ثُ َّم ِم ْن َعلَقَ ٍة‬ ْ ُ‫ب ثُ َّم ِم ْن ن‬ ِ ‫ب ِمنَ ْالبَ ْع‬


ٍ ‫ث فَِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن تُ َرا‬ ٍ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ ِإ ْن ُك ْنتُ ْم فِي َر ْي‬
‫ثُ َّم ِم ْن ُمضْ َغ ٍة ُم َخلَّقَ ٍة َو َغي ِْر ُم َخلَّقَ ٍة لِنُبَيِّنَ لَ ُك ْم َونُقِرُّ فِي األرْ َح ِ‚ام َما نَ َشا ُء ِإلَى َأ َج ٍل ُم َس ّمًى ثُ َّم‬
‫نُ ْخ ِر ُج ُك ْم ِط ْفال ثُ َّم لِتَ ْبلُ ُغوا َأ ُش َّد ُك ْم َو ِم ْن ُك ْم َم ْن يُتَ َوفَّى‚ َو ِم ْن ُك ْم َم ْن ي َُر ُّد ِإلَى َأرْ َذ ِل ْال ُع ُم ِر لِ َكيْال‬
‫َت‬ ْ ‫ت َوَأ ْنبَت‬ ْ َ‫ت َو َرب‬ ْ ‫نزلنَا َعلَ ْيهَا ْال َما َء ا ْهتَ َّز‬
ْ ‫ض هَا ِم َدةً فَِإ َذا َأ‬ َ ْ‫يَ ْعلَ َم ِم ْن بَ ْع ِد ِع ْل ٍم َش ْيًئا َوتَ َرى األر‬
‫يج‬
ٍ ‫ج بَ ِه‬ ٍ ْ‫ِم ْن ُك ِّل َزو‬
Artinya:
Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka
sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes
mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada
kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu
yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di
antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang
dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui
lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering,
kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi
itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan
(tetumbuhan) yang indah.

2. Asbabun Nuzul Q.S. Al-Hajj Ayat 5


Berpangkal dari firman Allah dalam QS. al-Hajj/22: 5, “ya ayyuhan nas”
(wahai sekalian manusia), beliau berusaha menjelaskan bahwa hal ini merupakan
seruan bagi seluruh umat manusia – tanpa terkecuali – mengenai dua hal yang
amat tentang penting dasar-dasar berfikir yang akan menjadi pegangan hidup,
yaitu percaya akan adanya Allah, dan percaya tentang adanya kebangkitan
kembali sesudah mati.
Semua itu disebabkan oleh karena adanya kenyataan bahwa banyak di antara
umat manusia yang tidak percaya akan kekuasaan Allah dan meragukan akan
kebenaran wahyu Ilahi. Mereka menganggap bahwa apa yang telah berubah dari
5
Anonymous, “Tafsir Surat Al-An’am, Ayat 1-3” http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-
surat-al-anam-ayat-1-3.html (diakses pada tanggal 6 Maret 2021, pukul 19.56 WIB)

12
bentuk aslinya seperti proses kematian manusia, dari dikubutrkan beratus-ratus
tahun lamayna hingga menjadi tulang-belulang yang berserakan, atau menjadi abu
setelah dibakar tidak akan dapat kembali seperti semula. Menurutnya bagaimana
mungkin hal itu akan terjadi?
Secara logika, memang hal itu mustahil akan terjadi. Hal yang demikianlah
yang akan menjadikan seseorang meragukan akan wahyu Ilahi. Bahkan keraguan
itu akan bertambah manakala fikiran selalu bertumpu pada kesanggupan yang
terbatas. Oleh karena itu, dalam beberapa ayat al-Qur’an kita disuruh untuk
merenungkan hal yang selalu kita hadapi, bahkan tentang diri kita masing-
masing.6

3. Pendapat Mufassir Mengenai Q.S. Al-Hajj Ayat 5


Menurut Jamaluddin Al-Ghaznawi dalam kitab Ushul Ad–Din, mengutarakan
bahwa surat al-Hajj termasuk di antara surat-surat yang ajaib. Di dalamnya berisi
ayat-ayat yang diturunkan di Mekah dan Madinah. Berisi pembahasan tentang
peperangan dan perdamaian.
Di dalam kitab tafsir Al Jawahir Fi Tafsir Al-Qur’an Al Karim karya Tanthawi
Jauhari, disebutkan bahwa di dalam ayat ini diberikan kiasan bahwa manusia
berasal dari tanah. Sebagaimana juga hewan dan tumbuh-tumbuhan. Unsur air pun
menjadi penyebab tumbuhnya makhluk yang lainnya. Setelah hadirnya proses
keajaiban manusia di dalam rahim seorang ibu, Tanthawi pun menegaskan terkait
pentingnya ilmu al–Ajnah atau embriologi manusia.
Di dalam kitab Tafsir Al–Misbah karya Muhammad Quraish Shihab,
disebutkan bahwa di dalam ayat ini mengilustrasikan peristiwa kebangkitan
manusia dari kematian. Akan hadirnya hari kebangkitan manusia yang harus
diimani. Hal itu berhubungan erat dengan tujuan penciptaan manusia, yakni
sebagai bukti kekuasaan dan kebesaran Allah Swt.
Kemudian, di dalam kitab tafsir Fath Al–Qadir karya Asy-Syaukani, ia
menjelaskan bahwa ia menemukan diksi “al–Bahjah” yang direpresentasikan
dalam lafadz “bahiij” pada ayat ini.  Ia berpendapat bahwa “bahiij” diartikan
sebagai sesuatu yang baik, lalu menarik bagi yang melihatnya. Seperti halnya
Allah Swt. pun menumbuhkan beragam tumbuhan dalam bentuk yang indah dan
menarik.
6
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983)

13
Ibnu Katsir di dalam karyanya kitab tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, menjelaskan
bahwa bukti kekuasaan Allah SWT pada ayat ini terdapat pada kalimat “wataral
ardha haamidatan”. Seperti halnya Allah SWT menurunkan hujan agar tanah di
muka bumi menjadi subur hingga melahirkan pundi-pundi keberkahan bagi umat
manusia.7

4. Munasabah Q.S. Al-Hajj Ayat 5

‫طفَةً فِى‬ ْ ُ‫ ثُ َّم َج َع ْل ٰنَهُ ن‬,‫ين‬ ‚ٍ ‫طفَةً فِى قَ َر‬


ٍ ‫ار َّم ِك‬ ْ ُ‫َولَقَ ْد خَ لَ ْقنَا ٱِإْل ن ٰ َسنَ ِمن ُس ٰلَلَ ٍة ِّمن ِطي ٍن *ثُ َّم َج َع ْل ٰنَهُ ن‬
‫طفَةَ َعلَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْٱل َعلَقَةَ ُمضْ َغةً فَ َخلَ ْقنَا ْٱل ُمضْ َغةَ ِع ٰظَ ًما فَ َك َسوْ نَا ْٱل ِع ٰظَ َم‬ ْ ُّ‫ ثُ َّم خَ لَ ْقنَا ٱلن‬,‫ار َّم ِكي ٍن‬
ٍ ‫قَ َر‬
َ‫لَحْ ًما ثُ َّم َأن َشْأ ٰنَهُ خَ ْلقًا َءاخ ََر ۚ فَتَبَا َركَ ٱهَّلل ُ َأحْ َسنُ ْٱل ٰ َخلِقِين‬.

Artinya :
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah.Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang
Paling Baik.( Q.S Al-Mu'minun ayat 12)8

C. Q.S. AL- IMRON AYAT 59


1. Ayat Dan Terjemahan Q.S Al-Imron Ayat 59

ٖ ‫ِإ َّن َمثَ َل ِعي َس ٰى ِعن َد ٱهَّلل ِ َك َمثَ ِل َءا َد ۖ َم َخلَقَ ۥهُ ِمن تُ َر‬
٥٩ ُ‫اب ثُ َّم قَا َل لَ ۥهُ ُكن فَيَ ُكون‬

Artinya:

7
Muhamad Yoga Firdaus, “Tafsir Surat Al-Hajj Ayat 5: Penciptaan Manusia” https://tanwir.id/tafsir-
surat-al-hajj-ayat-5-penciptaan-manusia/ (diakses pada tanggal 6 Maret 2021, pukul 20.16 WIB)

8
Bachrul Ilmi, 𝘗𝘦𝘯𝘥𝘪𝘥𝘪𝘬𝘢𝘯 A𝘨𝘢𝘮𝘢 𝘐𝘴𝘭𝘢𝘮, (Bandung : PT Grafindo Media Pratama, 2018) hal. 5

14
Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah, seperti (penciptaan)
Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya,
“Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.

2. Asbabun Nuzul Qs.Al-Imron Ayat 59


Disebutkan bahwa asbabun nuzulnya ayat ini dan sebelum-sebelumnya
tersebut bahwa berkenaan dengan delegasi Najran. Dikatakan kaum Nasrani pada
suatu waktu saat tiba, mereka mengemukakan hujjahnya mengenai Isa, dan
mereka menduga bahwa Isa adalah anak dan tuhan. Maka Allah menurunkan awal
dari surat Ali Imran ini untuk membantah mereka, seperti yang disebut oleh Imam
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar dan lain-lainnya.
Ibnu Ishaq mengatakan dalam kitabnya bahwa delegasi orang-orang Nasrani
Najran datang kepada Rasulullah SAW. Yang terdiri dari 60 orang dengan
berkendara. Di antara mereka ada empat belas orang laki-laki dari kalangan orang-
orang terhormat di kalangan mereka yang merupakan dewan penasihat mereka
dalam segala urusan. Mereka adalah Al-Aqib yang nama julukannya adalah Abdul
Masih, As-Sayyid (yakni Al-Aiham), Abu Harisah ibnu Alqamah (saudara Bakr
ibnu Wail), Uwais ibnul Haris, Zaid, Qais, Yazid dan kedua anaknya, Khuwalid,
Amr, Khalid dan Abdullah, serta Muhsin. Dewan tertinggi di antara mereka ada
tiga orang, yaitu Al-Aqib yang menjabat sebagai amir mereka dan pemutus
perkara serta ahli musyawarah; tiada suatu pendapat pun yang timbul melainkan
dari dia. Orang yang kedua adalah Sayyid. Dia orang yang paling alim di antara
mereka, pemilik kendaraan mereka, dan yang mempersatukan mereka. Sedangkan
orang yang ketiga ialah Abu Harisah ibnu Alqamah; dia adalah uskup mereka dan
pemimpin yang mengajari mereka kitab Injil. Abu Harisah ibnu Alqamah ini
aslinya adalah orang Arab, dari kalangan Bani Bakr ibnu Wail. Namun, ia masuk
ke agama Nasrani walaupun sudah tahu perihal Rasulullah SAW dan sifat-sifatnya
serta keadaaannya melalui kitab-kitab terdahulu, dengan berpengang teguh kepada
agama Nasrani karena sayang dengan kedudukan dan penghormatan yang ia
peroleh dari kalangan pemeluk Nasrani.
Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Ja'far
ibnuz Zubair, bahwa mereka tiba di Madinah untuk bersua dengan Rasulullah
Saw. Mereka masuk menemuinya di masjid ketika ia sedang salat Asar. Mereka
datang memakai pakaian ciri khas mereka sebagai pemeluk Nasrani dengan
15
penampilan paling baik dari kalangan kaum lelaki Bani Haris ibnu Ka'b. Seorang
dari kalangan sahabat mengatakan, “kami belum pernahmelihat delegasi seperti
mereka sesudah mereka.” Kemudianwaktu shalat mereka telah tiba dan Rasulullah
SAW bersabda, “biarkanlah mereka.” Lalu mereka sholat dengan menghadap
kearah timur. Beberapa dari mereka menjadi wakil untuk berbicara kepada
Rasulullah, yang terdiri atas: Abu Harisah ibnu Alqamah, Al-Aqib Abdul Masih,
dan As-Sayyid Al-Aiham. Orang-orang Nasrani berselisih pendapat di antara
sesama mereka. Sebagian mereka mengatakan bahwa Isa adalah tuhan, sebagian
yang lain mengatakan anak tuhan, dan sebagian yang lainnya lagi mengatakan
tuhan yang ketiga.
Mereka mengatakan bahwa dia adalah tuhan dengan alasan karena dia dapat
menghidupkan orang yang mati, menyembuhkan orang yang buta, penyakit
belang dan berbagai penyakit lainnya, memberitakan masalah-masalah gaib,
membuat bentuk burung dari tanah liat, lalu ia meniupnya sehingga menjadi
burung sungguhan; padahal semuanya itu dengan seizin Allah, dan Allah
menjadikannya demikian sebagai bukti untuk manusia. Orang-orang Nasrani
berhujah sehubungan dengan ucapan mereka yang mengatakan bahwa Isa adalah
putra tuhan, mereka mengatakan bahwa dia tidak punya ayah yang diketahui dan
dapat berbicara dalam buaian dengan pembicaraan yang belum pernah dilakukan
oleh seorang manusia pun sebelumnya. Sedangkan mereka yang berhujah bahwa
Isa adalah tuhan yang ketiga mengatakan bahwa perkataan Isa sama dengan
perkataan tuhan, yaitu kami lakukan, kami perintahkan, kami ciptakan, dan kami
putuskan. Mereka berkata, "Seandainya dia hanya seorang, niscaya dia tidak
mengatakan kecuali aku lakukan, aku perintahkan, dan aku putuskan serta aku
ciptakan.
Maka hal ini menunjukkan tuhan, Isa dan Maryam." Untuk menjawab dari
pendapat-pendapat tersebut, diturunkanlah Al-Qur’an. Ketika dua pendeta
berbicara kepada Rasulullah Saw., maka beliau bersabda kepada keduanya,
"Masuk Islamlah kamu." Keduanya menjawab, "Kami telah Islam." Nabi Saw.
bersabda, "Kamu belum masuk Islam, maka masuk Islamlah." Keduanya
menjawab, "Tidak, kami telah Islam." Nabi Saw. bersabda, "Kamu berdua dusta,
kamu bukan orang Islam karena pengakuanmu bahwa Allah beranak, menyembah
salib, dan makan daging babi." Keduanya bertanya, "Siapakah bapaknya, hai
Muhammad?" Rasulullah Saw diam, tidak menjawab keduanya. Dengan hal itu
16
Allah menurunkan penjelasan mengenai perkataan mereka, yaitu pada awal surat
Al-Imran sampai dengan 80 ayat lebih darinya.9

3. Pendapat Beberapa Mufassir Mengenai QS. Surat Al-Imran Ayat 59


Ada beberapa pendapat mengenai QS. Surat Al-Imran ayat 59 dari beberapa
mufassir, diantaranya adalah:
a. Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Sesungguhnya penciptaan Allah kepada Isa tanpa bapak,
perumpamaannya seperti penciptaan adam tanpa bapak dan tanpa ibu,
ketika Allah menciptakannya dari tanah bumi, kemudian Dia berkata
kepadanya “jadilah manusia” maka jadilah. Maka adapun pengakuan
ketuhanan Isa karena dia diciptakan tanpa bapak merupakan pengakuan
yang batil. Maka Adam diciptakan tanpa bapak dan tanpa ibu, dan semua
bersepakat bahwa dia adalah sorang hamba dari hamba-hamba Allah.
b. Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan
Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)
59. Perumpaman Isa yang diciptakan tanpa seorang ayah seperti
penciptaan Adam dari tanah kemudian Allah membuatnya ada dengan
firman-Nya ‘jadilah’.
c. Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di
bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor
fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah
59. ‫ ( ۖ ِإ َّن َمثَ َل ِعي َس ٰى ِعن َد هللاِ َك َمثَ ِل َءا َد َم‬Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di
sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam) Yakni dalam hal bahwa ia
diciptakan tanpa adanya bapak sebagaimana Adam, bahkan Adam lebih
menakjubkan lagi karena ia diciptakan tanpa adanya bapak dan ibu. ‫خَ لَقَ ۥهُ ِمن‬
‫ب‬ َ ُ‫(ت‬Allah menciptakan Adam dari tanah ) Lalu mengapa kalian
ٍ ‫‚‚‚را‬
menjadikan Isa sebagai Tuhan? Padahal kalian mengakui bahwa Adam
adalah manusia yang diciptakan dan bukan Tuhan. Maka seperti itulah Isa,
bahkan Isa lebih utama untuk kalian jadikan makhluk. ‫ثُ َّم قَ‚‚‚ا َل لَ ۥهُ ُكن‬
ُ‫ (فَيَ ُكون‬kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah dia)
Yakni jadilah manusia, maka jadilah ia sebagai manusia.
9
Anonymous, “Tafsir Surat Ali Imran, ayat 59-63” http://www.ibnukatsironline.com/2015/04/tafsir-
surat-ali-imran-ayat-59-63.html (diakses pada tanggal 5 Maret 2021, pukul 13.27)

17
d. Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan
tafsir negeri Suriah
59. Sesungguhnya perbandingan 'Isa di sisi Allah adalah seperti adam;
la jadikan dia dari tanah, kemudian la berkata kepadanya: "Jadilah" lalu
jadilah la.
e. Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad
14 H
Adam 'alaihis salam diciptakan tanpa bapak dan ibu. Oleh karena itu,
dakwaan bahwa Nabi Isa adalah tuhan karena diciptakan tanpa bapak
merupakan dakwaan yang batil. Nabi Adam 'alaihis salam diciptakan tanpa
bapak dan ibu, dan semua sepakat bahwa dia adalah hamba Allah.
f. Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al
Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
59 Sesungguhnya permisalan penciptaan Isa di sisi Allah, adalah
seperti penciptaan Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian
Allah berfirman kepadanya: “Jadilah seorang manusia! Maka jadilah dia.
Namun kondisi penciptaan Adam adalah lebih tidak seperti biasanya sebab
dia ada tanpa ayah dan ibu, yang diciptakan dari tanah. Seorang dari dua
tukang kayu berkata kepada Nabi: Apa gerangan engkau menyumpahi
teman kami? Nabi menjawab: Apa yang aku katakan? Mereka menjawab:
Kamu berkata bahwa dia adalah seorang hamba. Nabi berkata: Ya, dia
adalah hamba Allah, rasul Allah dan kalimat Allah yang diciptakan kepada
adzra’ dan batul. Kemudian mereka marah dan berkata: Apakah engkau
mengetahui manusia yang lahir tanpa peran ayah? Jika kamu memang
benar maka tunjukkan kami permisalah seperti itu. Maka Allah
menurunkan ayat ini.10
Dan masih banyak lagi beberapa pendapat lainnya mengenai tafsir dari
QS. Surat Al-Imran Ayat 59 ini.

4. Munasabah/Korelasi Dari QS. Surat Al-Imran Ayat 59

10
Anonymous, “Tafsir Qur’an Surat Ali ‘Imran Ayat 59” https://tafsirweb.com/1191-quran-surat-ali-
imran-ayat-59.html (dikases pada tanggal 5 Maret 2021, pukul 14.20 WIB)

18
Korelasi dari ayat 59 ini terdapat pada ayat selanjutnya pada surat yang sama
pula yaitu pada ayat 60-63. Ayat ini masih berhubungan/ penjelasan lanjutan dari
ayat 59.
٦٠ َ‫ك فَاَل تَ ُكن ِّمنَ ۡٱل ُممۡ ت َِرين‬ ُّ ‫ۡٱل َح‬
َ ِّ‫ق ِمن َّرب‬
Artinya:
(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari
Rabb-mu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu. (60)
Tafsir dari ayat tersebut juga menjelaskan bahwa: (Itulah yang benar yang
datang dari Tuhanmu) menjadi khabar bagi mubtada yang dibuang berbunyi,
'Peristiwa Isa.' (Maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu!)
atau menyangsikannya.

ُ ‫ك ِمنَ ۡٱل ِع ۡل ِم فَقُ ۡل تَ َعالَ ۡو ْا ن َۡد‬


ۡ‫ع َأ ۡبنَٓا َءنَا َوَأ ۡبنَٓا َء ُكۡ‚م َونِ َسٓا َءنَا َونِ َسٓا َء ُكم‬ َ ‫فَ َم ۡن َحٓا َّج‬
َ ‫ك فِي ِه ِم ۢن بَ ۡع ِد َما َجٓا َء‬
٦١ َ‫َوَأنفُ َسنَا َوَأنفُ َس ُكمۡ ثُ َّم ن َۡبتَ ِه ۡل فَن َۡج َعل لَّ ۡعنَتَ ٱهَّلل ِ َعلَى ۡٱل ٰ َك ِذبِين‬
Artinya:
Siapa yang membantahmu tentang kisah ‘Isa sesudah datang ilmu (yang
meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): ‘Marilah kita memanggil
anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri
kami dan din kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan
kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.
(61)
Tafsir dari ayat tersebut yaitu: (Siapa yang membantahmu) mendebatmu
dari golongan Nasrani (tentang hal itu setelah datang kepadamu ilmu) dengan
perintah-Nya (maka katakanlah) kepada mereka (Marilah kita panggil anak-
anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri-diri
kami dan diri-diri kamu) lalu kita kumpulkan mereka (kemudian mari kita
bermubahalah) artinya berdoa dengan khusyuk dan dengan merendahkan diri
(sambil memohon supaya kutukan Allah ditimpakan-Nya kepada orang-orang
yang dusta) yaitu dengan mengatakan, "Ya Allah, kutukilah orang yang dusta
tentang peristiwa Isa." Nabi saw. telah mengajak utusan Najran untuk itu,
yakni tatkala mereka membantahnya dalam hal tersebut. Jawab mereka, "Kami
akan memikirkannya dulu, kemudian akan datang kepada anda." Kata salah
seorang yang berpikiran sehat di antara mereka, "Tuan-tuan telah mengetahui

19
kenabiannya, dan tidak suatu pun kaum yang mengadakan mubahalah dengan
seorang nabi kecuali mereka akan celaka." Ditinggalkannyalah orang tadi, lalu
mereka berpaling. Mereka datang lagi menemui Nabi saw. yang ketika itu
sudah keluar siap bermubahalah bersama Hasan, Husein, Fatimah dan Ali.
Nabi saw. berkata kepada orang-orang Nasrani Najran, "Jika saya berdoa,
aminkanlah." Tetapi ternyata pihak lawan tidak bersedia berkutuk-kutukan itu
hanya minta berdamai dengan membayar upeti. Riwayat Abu Na`im dan
diterima dari Ibnu Abbas, katanya, "Seandainya orang-orang Nasrani Najran
itu bersedia meneruskan mubahalah niscaya mereka akan kembali ke
negerinya sedangkan harta dan keluarganya tiada lagi." Diriwayatkan pula
bahwa sekiranya mereka bermubahalah niscaya akan terbakar.

ُّ ۚ ‫صصُ ۡٱل َح‬


٦٢ ‫ق َو َما ِم ۡن ِإ ٰلَ ٍه ِإاَّل ٱهَّلل ۚ ُ َوِإ َّن ٱهَّلل َ لَه َُو ۡٱل َع ِزي ُ‚ز ۡٱل َح ِكي ُم‬ َ َ‫ِإ َّن ٰهَ َذا لَهُ َو ۡٱلق‬
Artinya:
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Ilah (yang berhaq
disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dia-lah yang Mahaperkasa
lagi Maha bijaksana. (62)
Tafsir ayat tersebut yaitu: (Sesungguhnya ini) yakni yang telah disebutkan
tadi (merupakan kisah berita yang benar) yang tidak diragukan lagi. (Tiada)
min merupakan tambahan (Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Allah
Maha Tangguh) dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Bijaksana) dalam perbuatan-
Nya.

٦٣ َ‫فَِإن ت ََولَّ ۡو ْا فَِإ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ۢ ُم بِ ۡٱل ُم ۡف ِس ِدين‬

Artinya:
Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesungguhnya Allah
Mahamengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.” (63)
Tafsir ayat tersebut yaitu: (Jika mereka berpaling) tidak mau beriman
(maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang berbuat
kerusakan) mereka akan diberi-Nya balasan. Di sini kata-kata lahir
ditempatkan pada kata-kata mudhmar.11 Dilihat dari surat tersebut terbukti
11
Anonymous, “Surat Ali ‘Imran Ayat 61-63 dengan Tafsir dan Terjemahannya”
https://ibnothman.com/quran/surat-ali-imran-dengan-terjemahan-dan-tafsir/1 (diakses pada tanggal 5 Maret
2021, pukul 15.16 WIB)

20
bahwa dari surat 60-63 adalah penjelasan lanjutan mengenai QS. Surat Al-
Imran Ayat 59. Dapat dikatakan bahwa QS. Surat Al-Imran Ayat 60-63
dengan QS. Surat Al-Imran Ayat 59 sangat berhubungan.

D. Makna Isi Kandungan


Dalam penjelasan diatas ayat-ayat tersebut memiliki makna tersendiri di setiap
ayat. Dalam QS. Al-An’am terdapat kandungan isi yang dapat dipetik bahwa kita
tidak akan bisa berjalan di atas kehendak sendiri. Karena itu memulai kehidupan atau
mengakhirinya bukan di tangan manusia. Dengan dasar ini meragukan hari
kebangkitan merupakan hal yang tidak mungkin. Sebagaimana kita hidup di dunia,
Allah telah menciptakan undang-undang alam yang kokoh, rapi dan sempurna,
dimana akhir setiap kehidupan makhluk-Nya berdasarkan ketentuan undang-undang
tersebut.12
Kandungan Surah Al-Hajj ayat 5 yaitu Allah Swt. menantang orang-orang yang
tidak percaya akan adanya hari kiamat hari bangkit. dalam ayat ini Allah Swt.
mengemukakan bukti-bukti adanya hari berbangkit dengan mengemukakan dua dalil
yaitu yang pertama ialah dalil-dalil yang berhubungan dengan proses kejadian
manusia dan yang kedua dalil-dalil yang berhubungan dengan proses kehidupan dan
pertumbuhan tumbuh-tumbuhan. Kesimpulan dari Surah Al-Hajj ayat 5 bahwa
manusia tidak percaya adanya hari berbangkit, kemudian Allah Swt. menerangkan
adanya hari berbangkit melalui ayat-ayat Al-Qur'an salah satunya surah Al-Hajj.13
Kandungan Surah Al-Imran ayat 59 yang dapat dipetik yaitu Mukjizat yang
terjadi dalam penciptaan para nabi atau dilakukan oleh mereka menunjukkan
kekuasaan Tuhan, bukannya mereka itu Tuhan. Hakikat dan kebenaran hanya dapat
dijumpai dalam peraturan Tuhan. Jika kita mencari kebenaran, maka hendaklah kita
mengikuti peraturan Tuhan.14

12
Anonymous, “Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anam Ayat 1-3”
http://www.hajij.com/id/the-noble-quran/item/936-tafsir-al-quran-surat-al-anam-ayat-1-3- (diakses pada tanggal
6 Maret 2021, pukul 21.00 WIB)
13
Ahmad Mas’ud Nurur Rohmat, “PAI: Kandungan Surah Al-Hajj Ayat 5”
https://memoribelajarku.blogspot.com/2018/09/pai-kandungan-surah-al-hajj-ayat-5.html (diakses pada tanggal 6
Maret 2021, pukul 21.35 WIB)
14
Anonymous, “Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 59-64” http://www.hajij.com/id/the-noble-
quran/item/586-tafsir-al-quran-surat-ali-imran-ayat-59-64- (diakses pada tanggal 6 Maret 2021, pukul 21.45
WIB)

21
E. Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dan korelasinya dengan ilmu psikologi
Pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali yang dapat diterapkan,
ada beberapa yaitu sebagai berikut: pertama, salah satu cara yang dipergunakan oleh
al-Qur'ân dalam mengantarkan manusia untuk menghayati petunjuk-petunjuk Allah
adalah dengan cara memperkenakan jati diri manusia itu sendiri, bagaimana asal
kejadiannya dan darimana datangnya. Hal ini sangat perlu diingatkan oleh manusia
melalui proses pendidikan, sebab gelombang hidup dan kehidupan seringkali
menyebabkan manusia lupa diri.
Kedua, ayat-ayat yang proses kejadian manusia tersebut secara implisit
mengungkapkan pula kehebatan, kebesaran dan keagungan Allah swt. dalam
menciptakan manusia, sebagaimana di tunjukan pula oleh Allah pada ayat-ayat lain
tentang kebesaran dan kehebatan-Nya dalam menciptakan alam semesta ini.
Pendidikan dalam Islam antara lain di arahkan kepada peningkatan iman,
pengembangan wawasan atau pemahaman serta penghayatan secara mendalam
terhadap tanda-tanda keagunan dan kebesaran-Nya sebagai sang Maha Pencipta.
Ketiga, proses kejadian manusia menurut al-Qur'ân pada dasarnya melalui dua
proses dan enam tahap yaitu proses fisik/materi/jasad (dengan lima tahap),dan proses
non-fisik/immateiri (dengan satu tahap tersendiri) Secara fisik manusia berproses dari
nuthfah, kemudian ‘alaqah, mudlghah. ‘idham dan lahm yang membungkus ‘idham
yang mengikuti bentuk rangka yang menggambarkan bentuk manusia. Sedangkan
secara non-fisik atau immateri, yaitu merupakan tahap penghembusan/peniupan roh
pada diri manusia, sehingga ia berbeda dengan makhluk lainnya. Pada saat itu
manusia memiliki beberapa potensi, fitrah dan hikmah yang hebat dan unik, baik lahir
maupun batin, bahkan pada setiap anggota tubuhnya, yang dapat di kembangkan
menuju kemajuan peradaban manusia.
Keempat, proses kejadian manusia yang tertuang dalam al-Qur'ân tersebut
ternyata semakin diperkuat oleh penemuan-penemuan ilmiah, sehingga lebih
memperkuat keyakinan manusia dan kebenaran al-Qur'an sebagai wahyu dari Allah
swt., bukan bikinan atau ciptaan Muhammad saw.15
Seluruh para ahli psikologi sepakat bahwa perbedaan manusia dengan hewan
karena manusia terdiri dari dua unsur dimensi yang saling berkaitan satu dengan yang

15
Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Jilid XVII (Mesir: Mustafa al-Bab al-Halabi wa Auladuh, 1965), hal.
19.

22
lain, yaitu dimensi Jasmani (tubuh) dan dimensi rohani (psikis) walaupun berbeda
pada cara pandang keduanya. Mengenai persoalan tubuh manusia tidak ada
pembahasan yang yang krusial, namun memasuki wilayah rohani (psikis) yang
immaterial menimbulkan banyak perbedaan, tetapi keduanya dalam satu hubungan
yang harmonis dan saling kait mengkait sehingga ketiadaan salah satu akan
menghilangkan wujud yang lainnya.
Secara psikis, manusia memiliki aspek-aspek dan dimensi-dimensi psikis yang
membentuk suatu struktur atau komposisi totalitas psikis manusia. Totalitas diri
manusia memiliki tiga aspek dan lima dimensi. Ketiga aspek tersebut adalah, aspek
jismiah, nafsiyah, dan ruhaniah. Sedangkan kelima dimensi psikis manusia adalah al-
nafs, al`aql, al-qalb, al-ruh, dan alfithrah. Dimensi al-nafs, al-`aql dan al-qalb berada
pada aspek nafsiyah, sedangkan dimensi al-ruh dan al-fithrah berada pada aspek
ruhaniyah. Itulah aspek dan dimensi manusia yang membentuk struktur dan
komposisi psikis manusia.16

16
Zaenal Arifin, “Psikologi dan Kepribadian Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an” Hikmah, Vol. 12
No. 2, 2016, hal 342-346

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa salah satu cara yang dipergunakan oleh al-Qur'ân dalam
mengantarkan manusia untuk menghayati petunjuk-petunjuk Allah adalah dengan
cara memperkenakan jati diri manusia itu sendiri, bagaimana asal kejadiannya dan
darimana datangnya. Hal ini sangat perlu diingatkan oleh manusia melalui proses
pendidikan, sebab gelombang hidup dan kehidupan seringkali menyebabkan manusia
lupa diri. Ayat-ayat yang proses kejadian manusia tersebut secara implisit
mengungkapkan pula kehebatan, kebesaran dan keagungan Allah swt. dalam
menciptakan manusia, sebagaimana di tunjukan pula oleh Allah pada ayat-ayat lain
tentang kebesaran dan kehebatan-Nya dalam menciptakan alam semesta ini.
Pendidikan dalam Islam antara lain di arahkan kepada peningkatan iman,
pengembangan wawasan atau pemahaman serta penghayatan secara mendalam
terhadap tanda-tanda keagunan dan kebesaran-Nya sebagai sang Maha Pencipta.
Mengenai persoalan tubuh manusia tidak ada pembahasan yang yang krusial, namun
memasuki wilayah rohani (psikis) yang immaterial menimbulkan banyak perbedaan,
tetapi keduanya dalam satu hubungan yang harmonis dan saling kait mengkait
sehingga ketiadaan salah satu akan menghilangkan wujud yang lainnya.

B. Saran
Dari makalah kami yang sangat singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi
kita semua umumnya kami pribadi. Dan kami sadar bahwa makalah kami ini jauh dari
kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harapkan saran
dan kritiknya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah
selanjutnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi. (1965). Tafsir al-Maraghi, Jilid XVII. Mesir: Mustafa al-Bab al-Halabi wa
Auladuh.

Anonymous. (2015, Mei 7). Tafsir Surat Al-An’am, Ayat 1-3. Retrieved from Tafsir Ibnu
Katsir: http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-surat-al-anam-ayat-1-3.html

Anonymous. (n.d.). Asbabun Nuzul Surah Al-An’am Menurut Para Ulama Ahli Tafsir.
Retrieved from Gudang Ilmu: https://www.ilmusaudara.com/2017/04/asbabun-nuzul-
surah-al-anam-menurut.html

Anonymous. (n.d.). Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anam Ayat 1-3. Retrieved from Hajij:
http://www.hajij.com/id/the-noble-quran/item/936-tafsir-al-quran-surat-al-anam-ayat-
1-3-

Anonymous. (n.d.). Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 59-64. Retrieved from Hajij:
http://www.hajij.com/id/the-noble-quran/item/586-tafsir-al-quran-surat-ali-imran-
ayat-59-64-

Arifin, Z. (2016). Psikologi dan Kepribadian Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an. Hikmah
Vol. 12 No. 2, 342-346.

Firdaus, M. Y. (2021, Januari 2). Tafsir Surat Al-Hajj Ayat 5: Penciptaan Manusia. Retrieved
from Tanwir.id: https://tanwir.id/tafsir-surat-al-hajj-ayat-5-penciptaan-manusia/

Hamka. (1983). Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Ilmi, B. (2018). Pendidikan Agama Islam. Bandung : PT Grafindo Media Pratama.

katsir, t. i. (2015, april 29). asbabun nuzul al-imran ayat 5. Retrieved from Tafsir Surat Ali
Imran, ayat 59-63: http://www.ibnukatsironline.com/2015/04/tafsir-surat-ali-imran-
ayat-59-63.html

Motivasee. (n.d.). QS. Al-An’am (Hewan Ternak)- surah 6 ayat 2 (QS. 6:2). Retrieved from
Risalah Muslim: https://risalahmuslim.id/quran/al-an-aam/6-2/

Nugraha, N. A. (2018). Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Bandung: Penerbit Marja.

othman, i. (n.d.). Surat Ali 'Imran Ayat 61 - 70 dengan Tafsir dan Terjemahannya. Retrieved
from Surat Ali 'Imran Ayat 61 - 70 dengan Tafsir dan Terjemahannya:

25
https://ibnothman.com/quran/surat-ali-imran-dengan-terjemahan-dan-tafsir/1

Rohmat, A. M. (2018, September 11). PAI: Kandungan Surah Al-Hajj Ayat 5. Retrieved from
Memori Belajar Ku: https://memoribelajarku.blogspot.com/2018/09/pai-kandungan-
surah-al-hajj-ayat-5.html

tafsirweb. (n.d.). surat al-imran ayat 59. Retrieved from qur'an surat ali'imran ayat 59:
https://tafsirweb.com/1191-quran-surat-ali-imran-ayat-59.html

26

Anda mungkin juga menyukai