Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

“DERIVATIF DAN MANAJEMEN RESIKO”

OLEH :

ANGGIT TRI HAPSARI (216601349)


SRI RAHMADANI M. (216601396)
AINI ZALINDRY (216601363)
MUH. DAFFA GYMNASTIAR (216601424)

JURUSAN MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM ENAM

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,

hidayah, dan karunia-Nya yang tiada henti mengalir kepada kami. Shalawat serta

salam juga kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi teladan

bagi umat manusia dalam segala aspek kehidupan.

Dalam kesempatan ini, dengan rendah hati dan penuh rasa syukur, kami

mempersembahkan makalah ini tentang derivatif dan manajemen risiko. Makalah ini

merupakan hasil dari penelitian dan kajian yang kami lakukan dalam upaya

memahami konsep dan aplikasi derivatif dalam konteks manajemen risiko.

Tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman yang

komprehensif tentang derivatif dan bagaimana mereka dapat digunakan sebagai alat

dalam manajemen risiko keuangan. Derivatif memiliki peran yang sangat penting

dalam mengelola risiko harga, suku bunga, mata uang, dan komoditas yang dihadapi

oleh perusahaan dan individu dalam kegiatan ekonomi.

Dalam penulisan makalah ini, kami berusaha menggali berbagai literatur dan

sumber informasi yang relevan. Kami juga menggunakan pengalaman dan

pemahaman kami dalam bidang keuangan dan manajemen risiko untuk menghasilkan

makalah yang sejelas dan sekomprehensif mungkin.

Makalah ini terdiri dari beberapa bagian, dimulai dengan pendahuluan yang

menjelaskan latar belakang dan pentingnya topik ini dalam dunia keuangan.

Kemudian, kami membahas konsep dasar derivatif, termasuk jenis-jenis utama seperti

opsi,

ii
futures, dan swap. Selanjutnya, kami menjelaskan peran derivatif dalam manajemen

risiko, termasuk lindung nilai (hedging), spekulasi, dan arbitrase.

Selanjutnya, kami membahas strategi dan teknik implementasi derivatif dalam

manajemen risiko, termasuk analisis risiko, pemilihan instrumen derivatif yang tepat,

dan pengelolaan posisi dan portofolio derivatif. Kami juga membahas aspek hukum

dan regulasi yang perlu diperhatikan dalam penggunaan derivatif.

Makalah ini juga dilengkapi dengan beberapa contoh studi kasus dan contoh

nyata penggunaan derivatif dalam manajemen risiko di berbagai sektor dan industri.

Semoga contoh-contoh ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang

bagaimana derivatif dapat digunakan dengan efektif dalam mengelola risiko.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki keterbatasan dan terdapat ruang

untuk pengembangan lebih lanjut. Namun, kami berharap bahwa makalah ini dapat

menjadi sumber pengetahuan yang berguna bagi pembaca dalam memahami konsep

derivatif dan manajemen risiko.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah

ini bermanfaat bagi semua pembaca dan dapat menjadi sumbangsih kami dalam

memperluas pemahaman tentang derivatif dan manajemen risiko.

Wassalamu'alaikum wr. wb.

Kendari, 6 Juni 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................5
A. Latar Belakang....................................................................................................5
B. Rumusan Masalah...............................................................................................7
C. Manfaat...............................................................................................................7
BAB II KAJIAN TEORI...............................................................................................8
A. Manajemen Resiko.............................................................................................8
B. Derivatif............................................................................................................11
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................13
A. Defenisi Derivatif.............................................................................................13
B. Jenis-Jenis Derivatif.........................................................................................17
C. Tujuan Derivatif...............................................................................................18
D. Definisi dan konsep dasar manajemen risiko...................................................19
E. Komponen-komponen manajemen risiko.........................................................21
F. Peran derivatif dalam manajemen risiko..........................................................24
G. Keuntungan dan Risiko Penggunaan Derivatif dalam Manajemen Risiko......25
H. Contoh penggunaan derivatif dalam manajemen risiko pada perusahaan X....26
BAB IV PENUTUP....................................................................................................29
A. Kesimpulan.......................................................................................................29
B. Saran.................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................32

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasar keuangan dan bisnis saat ini dihadapkan pada tingkat kompleksitas yang

tinggi, di mana risiko-risiko yang timbul dari fluktuasi harga, suku bunga, atau

kejadian tak terduga dapat berdampak signifikan terhadap kesehatan finansial suatu

perusahaan. Untuk menghadapi tantangan ini, derivatif dan manajemen risiko telah

menjadi alat yang penting dalam mengelola risiko-risiko tersebut.

Dalam lingkungan bisnis yang kompleks dan dinamis, perusahaan dan

lembaga keuangan sering dihadapkan pada berbagai risiko yang dapat mempengaruhi

kinerja dan keberlanjutan operasional mereka. Risiko-risiko ini dapat berasal dari

fluktuasi harga, perubahan suku bunga, ketidakstabilan pasar, atau bahkan perubahan

regulasi.

Derivatif adalah instrumen keuangan yang nilainya terkait dengan aset yang

mendasarinya, seperti saham, obligasi, komoditas, atau mata uang. Dengan

menggunakan derivatif, para pelaku pasar dapat melindungi diri mereka dari fluktuasi

harga, mengurangi risiko yang terkait dengan perubahan suku bunga, atau bahkan

berspekulasi terhadap pergerakan pasar.

Di sisi lain, manajemen risiko adalah pendekatan sistematis untuk

mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko-risiko yang dihadapi oleh suatu

entitas.Tujuannya adalah untuk mengurangi dampak negatif dari risiko-risiko tersebut

dan meningkatkan potensi keuntungan.

5
6

Dalam konteks ini, derivatif memiliki peran yang signifikan dalam

manajemen risiko. Penggunaan derivatif dapat membantu entitas bisnis dalam

melindungi nilai aset, mengurangi risiko, dan meningkatkan efisiensi operasional.

Namun, penggunaan derivatif juga melibatkan risiko tersendiri, seperti risiko kredit,

risiko likuiditas, dan risiko pasar.

Untuk menghadapi risiko-risiko ini, diperlukan pendekatan yang efektif dalam

manajemen risiko. Salah satu alat yang digunakan dalam manajemen risiko adalah

derivatif. Derivatif adalah instrumen keuangan yang nilainya terkait dengan aset yang

mendasarinya, seperti saham, obligasi, komoditas, atau indeks.

Penggunaan derivatif dalam manajemen risiko telah menjadi praktik umum di

berbagai sektor ekonomi. Derivatif dapat digunakan untuk melindungi perusahaan

dari fluktuasi harga yang merugikan, meningkatkan likuiditas pasar, serta

memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan risiko. Selain itu, derivatif juga dapat

digunakan untuk tujuan spekulasi dan arbitrase.

Namun, penggunaan derivatif juga melibatkan risiko tersendiri. Risiko kredit,

risiko likuiditas, dan risiko pasar adalah beberapa contoh risiko yang terkait dengan

penggunaan derivatif. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang derivatif dan

manajemen risiko diperlukan untuk meminimalkan risiko-risiko tersebut dan

memaksimalkan keuntungan potensial.

Oleh karena itu, melalui makalah ini, akan dijelaskan secara lebih rinci

tentang derivatif dan manajemen risiko, termasuk definisi, jenis-jenis, tujuan

penggunaan, metode manajemen risiko, serta keuntungan dan risiko yang terkait

dengan penggunaan
7

derivatif dalam manajemen risiko. Selain itu, sebuah studi kasus juga akan diberikan

untuk memberikan gambaran konkret tentang penggunaan derivatif dalam mengelola

risiko di suatu perusahaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu defenisi dari Derivatif?

2. Apa saja jenis-jenis Derivatif?

3. Apa saja tujuan Derivatif?

4. Apa itu manajemen resiko?

5. Komponen-komonen apa saja dalam manajemen resiko?

6. Bagaimana Peran derivatif dalam manajemen resiko?

7. Apa saja kenuntungan dan Resiko derivatif?

8. Sebutkan satu contoh kasus derivatif manajemen resiko?

C. Manfaat
1. Mengetahui defenisi dari Derivatif.

2. Mengetahui jenis-jenis Derivatif.

3. Mengetahui tujuan Derivatif.

4. Mengetahui konsep dasar manajemen resiko.

5. Komponen-komonen dalam manajemen resiko.

6. Mengetahui Peran derivatif dalam manajemen resiko.

7. Mengetahui kenuntungan dan Resiko derivatif.

8. Menjelaskan satu contoh kasus derivatif manajemen resiko.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Manajemen Resiko
Kata manajemen bersal dari bahasa latin, yaitu dari asal kata mantis yang

berarti tangan dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata

kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa

inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan

manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya management

diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan

(Brantas,2009).

Manajemen risiko dapat di fahami sgbagai segala sesuatu risiko yang terjadi

di dalam masayarakat (kerugian harta, jiwa, keuangan, usaha dan lain-lain) baik itu di

lihat dari sisi perseorangan dalam komunitas masyarakat maupun suatu perusahaan.

Dalam prakteknya manajemen risiko dapat berhubungan erat dengan fungsi, fungsi

perusahaan (fungsi keuangan, fungsi akuntansi, fungsi pemasaran, fungsi produksi,

personalia dan fungsi teknik dan pemeliharaan), oleh karena fungsi-fungsi tersebut

mengandungbanyak risiko dalam pengelolaan perusahaan (Suparmin, 2018).

Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam

identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan

monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktifitas atau proses.

8
9

Menurut Ahmad Rodoni dan Herni Ali (2010), terdapat beberapa makna

mengenai risiko (risk), yaitu (a) sebagai kondisi yang tidak pasti (uncertainty) dimasa

yang akan datang, (b) perubahan dari variabilitas return yang diharapkan atau sesuatu

nilai yang tidak sesuai dengan harapan. Menurut Klimczak (2008), risiko adalah

prospek suatu hasil yang tidak disukai (operasional sebagai deviasi standar). Risiko

diidentifikasi berdasarkan faktor penyebabnya, yaitu risiko karena pergerakan harga

pasar (misalnya, harga saham, nilai tukar atau suku bunga) dikategorikan sebagai

risiko pasar. Risiko karena mitra transaksi gagal bayar (default) disebut risiko kredit

(default). Sementara itu, risiko karena kesalahan atau kegagalan orang atau sistem,

proses atau faktor eksternal disebut risiko operasional (Sunaryo, 2009).

Forex Exposure (FE) dapat diartikan sebagai suatu risiko yang akan dihadapi

oleh perusahaan sebagai akibat perubahan atau fluktuasi kurs valas atau eksposur

valuta asing. Eksposur valuta asing adalah kepekaan perubahan dalam nilai riil aset,

kewajiban atau pendapatan operasi yang dinyatakan dalam mata uang domestik

terhadap perubahan kurs yang tidak terantisipasi (Levi, 2001). Eksposur valuta asing

akan dialami oleh perusahaan yang melakukan dan/atau menerima pendapatan dalam

valuta asing (Spano, 2007). Suatu perusahaan MNC atau perusahaan yang melakukan

transaksi internasional (ekspor dan impor) tentu arus kasnya (cash flow-nya) akan

terpengaruh secara langsung oleh fluktuasi kurs valas (Hamdy Hady, 2012). Menurut

Sprcic dan Sevic (2012), Secara umum pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap

perusahaan dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu:


10

Transaction exposure atau eksposur transaksi diartikan sebagai risiko

pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap future transaction. Eksposur tansaksi

mengukur perubahan pada nilai transaksi karena terdapat perbedaan antara kurs

valuta asing pada saat transaksi disepakati dan saat transaksi diselesaikan atau

dipenuhi. Jadi eksposur ini berhubungan dengan transaksi-transaksi yang sudah ada,

tetapi belum jatuh tempo (Spano, 2007)..Eksposur transaksi dapat dilakukan dengan

melakukan kontrak hedging valuta asing atau menempuh strategi operasi tertentu

(Madura, 2006).

Economic exposure diartikan sebagai suatu pengaruh dari fluktuasi forex rate

atau kurs valas terhadap present value dari future cash flow suatu perusahaan. Dalam

hal ini dapat dikatakan bahwa transaction exposure merupakan bagian dari economic

exposure. Translation atau accounting exposure diartikan sebagai risiko perubahan/

fluktuasi kurs valas terhadap consolidated financial statement perusahaan. Besar atau

kecilnya pengaruh translation atau accounting exposure terhadap perusahaan

internasional atau MNC tergantung dari beberapa faktor sebagai berikut:

tingkat/kadar pengaruh subsidiary luar negeri, lokasi foreign Subsidiary berada, dan

metode akuntansi yang digunakan. Eksposur transaksi mengukur perubahan pada

nilai transaksi karena terdapat perbedaan antara kurs valuta asing pada saat transaksi

disepakati dan saat transaksi diselesaikan atau dipenuhi. Jadi eksposur ini

berhubungan dengan transaksitransaksi yang sudah ada, tetapi belum jatuh tempo.
11

B. Derivatif
Keinginan investor untuk melindungi dirinya dari adanya risiko investasi di

pasar modal dapat diakomodasikan dengan adanya sekuritas derivatif, seperti

futures/forwards dan options. Instrumen derivatif ini sebagai inovasi baru di pasar

modal yang perannya sangat diperhatikan terutama dalam hal strategi hedging

(lindung nilai) atas transaksi-transaksi keuangan tertentu yang bersifat kontinjen

(Utomo,2000). Instrumen derivatif adalah suatu instrumen keuangan yang merupakan

turunan (derivative asset) dari instrumen utamanya (underlying asset) baik yang

bersifat penyertaan maupun hutang. Instrumen ini relatif belum banyak

diperdagangkan di Indonesia. Walaupun, tidak sepopuler investasi lainnya, tapi

sebenarnya instrumen ini sangat potensial dan mempunyai prospek bagus untuk

investasi masa depan. Instrumen derivatif mempunyai beberapa manfaat, antara lain

seperti sebagai suatu upaya untuk meminimalisir risiko yaitu dalam bentuk

pemanfaatan instrumen derivatif untuk hedging atau lindung nilai valuta asing. Selain

itu instrumen derivatif juga bisa memperbesar keuntungan, mengamankan investasi,

serta melindungi dari fluktuasi tingkat harga. Jika dibandingkan dengan instrumen

keuangan lainnya, Instrumen derivatif juga memiliki keunggulan-keunggulan, antara

lain yaitu (1). Biaya transaksi lebih murah, (2). Proses transaksi lebih mudah dan

lebih cepat, serta (3). Risiko lebih

kecil dan Likuiditas lebih tinggi (Sayyid, 2014).

Derivatif merupakan suatu kontrak atau perjanjian pembayaran yang nilainya

merupakan turunan dari nilai instrumen yang mendasari seperti suku bunga, nilai

tukar,
12

komoditi, ekuiti dan indeks baik yang diikuti dengan pergerakan atau tanpa

pergerakan dana atau instrumen, namun tidak termasuk transaksi derivatif kredit

(Buchori, 2009).

Dalam pengertian yang lebih khusus, derivatif merupakan kontrak finansial

antara dua atau lebih pihak-pihak guna memenuhi janji untuk membeli atau menjual

assets/commodities yang dijadikan sebagai obyek yang diperdagangkan pada waktu

dan harga yang merupakan kesepakatan bersama antara pihak penjual dan pihak

pembeli. Adapun nilai di masa mendatang dari obyek yang diperdagangkan tersebut

sangat dipengaruhi oleh instrumen induknya yang ada di spot market (Buchori, 2009).
13

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Defenisi Derivatif
Derivatif adalah kontrak perjanjian yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih

dengan tujuan untuk menjual atau membeli aset maupun komoditas. Nantinya,

kontrak tersebut akan berfungsi sebagai objek perdagangan. Harga nilai kontrak ini

harus disetujui oleh kedua belah pihak. Hal itu juga turut dipengaruhi oleh harga nilai

aset atau komoditas induk.

Derivatif adalah instrumen investasi yang terdiri atas beberapa produk

keuangan dan telah diawasi oleh BEI. Berbagai produk keuangan tersebut seperti

saham, mata uang, obligasi, tingkat suku bunga, indeks saham, indeks obligasi, dan

lain sebagainya.

Dalam pengertian yang lebih khusus, derivatif merupakan kontrak finansial

antara dua atau lebih pihak-pihak guna memenuhi janji untuk membeli atau menjual

assets/commodities yang dijadikan sebagai obyek yang diperdagangkan pada waktu

dan harga yang merupakan kesepakatan bersama antara pihak penjual dan pihak

pembeli. Adapun nilai di masa mendatang dari obyek yang diperdagangkan tersebut

sangat dipengaruhi oleh instrumen induknya yang ada di spot market.

Di sisi lain, jika produk derivatif adalah komoditas, maka pengawasannya

dilakukan oleh BAPPEBTI (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi).

Jadi sederhananya, cara kerja derivatif adalah produk investasi berbasis kontrak

perjanjian

13
14

perdagangan. Derivatif juga termasuk sebagai investasi yang memiliki risiko tinggi

karena lebih memanfaatkan perkiraan harga di masa depan dengan potensi imbal hasil

besar.

Transaksi atau perjanjian derivatif adalah kegiatan investasi yang telah

dilandasi dasar hukum sehingga keamanannya terjamin. Berikut beberapa dasar

hukum terkait pelaksanaan derivatif adalah:

 Peraturan Pemerintah No.45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di

Bidang Pasar Modal.

 UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

 SE Ketua Bapepam tanggal 25 Februari 2002 No. SE-01/PM/2002 tentang

Kontrak Berjangka Indeks Efek dalam Pelaporan MKBD Perusahaan

Efek.

 SK Bapepam tanggal 20 Februari 2003 No. Kep.07/PM/2003 tentang

Penetapan Kontrak Berjangka atas Indeks Efek sebagai Efek.

 Peraturan Bapepam tanggal 31 Oktober 2003 No. III. E. 1 tentang Kontrak

Berjangka dan Opsi atas Efek atau Indeks Efek.

 Persetujuan tertulis Bapepam tanggal 18 Februari 2004 No. S-356/PM/2004

tentang Persetujuan KBIE-LN (DJIA & DJ Japan Titans 100)

Situs resmi BAPEPAM, merilis adanya jenis transaksi derivatif yang terjadi pada

Pasar Modal yaitu:


15

1. Kontrak Opsi Saham (KOS)

Option adalah kontrak resmi yang memberikan hak (tanpa adanya kewajiban)

untuk membeli atau menjual sebuah asset pada harga tertentu dalam jangka waktu

tertentu. Option pertama kali secara resmi diperdagangkan melalui Chicago Board

Exchange (CBOE) pada tahun 1973. KOS (Kontrak Opsi Saham) adalah Efek yang

memuat hak beli (call option) atau hak jual (put option) atas Underlying Stock (saham

perusahaan tercatat, yang menjadi dasar perdagangan seri KOS) dalam jumlah dan

Strike Price (harga yang ditetapkan oleh Bursa untuk setiap seri KOS sebagai acuan

dalam Exercise) tertentu, serta berlaku dalam periode tertentu. Call Option

memberikan hak (bukan kewajiban) kepada pemegang opsi (taker) untuk membeli

sejumlah tertentu dari sebuah instrumen yang menjadi dasar kontrak tersebut.

Sebaliknya, Put Option memberikan hak (bukan kewajiban) kepada pemegang opsi

(taker) untuk menjual sejumlah tertentu dari sebuah instrumen yang menjadi dasar

kontrak tersebut.

2. Kontrak Berjangka Indeks (LQ 45 Futures)

Kontrak Berjangka atau Futures adalah kontrak untuk membeli atau menjual

suatu underlying (dapat berupa indeks, saham, obligasi, dll) di masa mendatang.

Kontrak indeks merupakan kontrak berjangka yang menggunakan underlying berupa

indeks saham.

LQ Futures menggunakan underlying indeks LQ45, LQ45 telah dikenal

sebagai benchmark saham-saham di Pasar Modal Indonesia. Di tengah

perkembangan yang
16

cepat di pasar modal Indonesia, indeks LQ45 dapat menjadi alat yang cukup efektif

dalam rangka melakukan tracking secara keseluruhan dari pasar saham di Indonesia.

3. Mini LQ Futures

Mini LQ Futures adalah kontrak yang menggunakan underlying yang sama

dengan LQ Futures yaitu indeks LQ45, hanya saja Mini LQ Futures memiliki

multiplier yang lebih kecil (Rp 100 ribu / poin indeks atau 1/5 dari LQ Futures)

sehingga nilai transaksi, kebutuhan marjin awal, dan fee transaksinya juga lebih kecil.

Produk Mini LQ Futures ditujukan bagi investor pemula dan investor retail

yang ingin melakukan transaksi LQ dengan persyaratan yang lebih kecil. Dengan

demikian Mini LQ dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran investor retail yang

baru akan mulai melakukan transaksi di indeks LQ.

4. LQ45 Futures Periodik

Kontrak yang diterbitkan pada Hari Bursa tertentu dan jatuh tempo dalam

periode Hari Bursa tertentu. Tedapat beberapa tipe kontrak, yaitu :

Periodik 2 Mingguan, yakni kontrak yang jatuh tempo pada Hari Bursa terakhir

minggu kedua sejak penerbitan kontrak. Periodik Mingguan (5 Hari Bursa), yakni

kontrak yang jatuh tempo pada Hari Bursa kelima sejak penerbitan kontrak.Periodik

Harian (2 Hari Bursa), yakni kontrak yang jatuh tempo pada Hari Bursa kedua sejak

penerbitan kontrak.

5. Japan (JP) Futures

Produk ini memberikan peluang kepada investor untuk melakukan investasi

secara global sekaligus memperluas rangkaian dan jangkauan produk derivatif BEI ke
17

produk yang menjadi benchmark dunia. Dengan JP Futures memungkinkan investor

menarik manfaat dari pergerakan pasar jepang sebagai pasar saham paling aktif

setelah pasar AS.

B. Jenis-Jenis Derivatif
Produk derivatif pada dasarnya dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

1. Derivatif berdasarkan atas forward (forward based derivative)

Derivatif berdasarkan atas forward yaitu kontrak pembayaran (atau

penerimaan bayaran). Pinjaman yang telah disetujui (atau deposito) dalam periode

tertentu yang akan dimulai di masa depan.11 Dalam kontrak forward tersebut kedua

belah pihak sama-sama wajib dan berhak untuk menjual atau membeli pada saat jatuh

tempo dengan harga tertentu yang telah disepakati bersama dalam kontrak.12

Transaksi forward merupakan suatu sarana sebagai usaha untuk menghindarkan atau

mengurangi risiko kerugian-kerugian dalam transaksi valuta asing, seperti untuk

pelunasan tagihantagihan/pembayaran dalam valuta yang berbeda. Transaksi seperti

ini dapat dilakukan oleh Bank Indonesia dengan Bank Devisa, antara Bank Devisa

dan antara pihak lainnya seperti nasabah.

2. Derivatif berdasarkan atas opsi (Option Based Derivative)

Derivatif berdasarkan atas opsi (terjemahan dari kata option) adalah suatu

kontrak yang memberikan hak dan bukan kewajiban kepada pemiliknya untuk

membeli atau menjual sesuatu instrumen pada tingkat harga tertentu yang ditetapkan

sekarang guna penyerahan pada waktu tertentu di masa yang akan datang.
18

Dalam dunia pasar modal, opsi didefinisikan sebagai hak untuk (membeli/call

atau menjual/put) saham. Sebagai suatu hak, pelaksanaannya sangat bergantung pada

kehendak pemodal atau manajer keuangan. Biasanya, opsi diterbitkan dalam bentuk

surat oleh seseorang atau badan usaha yang ingin mencari dana segar, ataupun untuk

menghindar dari resiko perubahan harga saham di bursa.

3. Derivatif berdasarkan atas swap (Swap Based Derivative)

Derivatif berdasarkan atas swap merupakan suatu kontrak untuk

mempertukarkan serangkaian aliran kas yang dihitung berdasarkan referensi terhadap

tingkat harga atau indeks yang telah ditetapkan di muka atau referensi terhadap harga

atau indeks tertentu yang telah diketahui.

C. Tujuan Derivatif
Aturan dasar dari investasi adalah pengembalian yang lebih tinggi

berhubungan dengan resiko yang lebih tinggi. Fungsi derivatif adalah sebagai alat

manajemen resiko. Tegasnya derivatif dapat membawa nasabah ke resiko lebih

rendah atau lebih tinggi, tergantung bagaimana nasabah menggunakannya.

Tujuan dilakukannya suatu transaksi derivatif adalah sebagai berikut:

1. Sebagai model investasi

Dalam hal ini transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai salah satu model

berinvestasi, tetapi pada umumnya investasi jangka pendek (yield enhancement).

2. Informasi harga
Dalam hal ini transaksi derivatif dapat berfungsi untuk sekedar
mencari/memberi informasi tentang harga barang komoditi tertentu di kemudian hari
19

(price discovery). Sebagai contoh, harga dari suatu barang komoditi di kemudian hari,
misal harga mas enam bulan mendatang, dapat tercermin dari harga emas di pasar
berjangka tersebut.
3. Fungsi spekulatif

Perdagangan derivatif sering juga digunakan sebagai salah satu cara

berspekulasi bagi mereka yang senang dengan hal-hal yang bersifat untung-untungan

atau spekulasi.

4. Sebagai cara lindung nilai

Dalam praktek sangat banyak juga dilakukan suatu transaksi derivatif dengan

tujuan dan motif sebagai salah satu cara untuk menghilangkan resiko dengan jalan

lindung nilai (hedging).

D. Definisi dan konsep dasar manajemen risiko


Risiko dapat dikatakan merupakan akibat atau penyimpangan realisasi dan

rencana yang mungkin terjadi secara tak terduga. Walaupun suatu kegiatan telah

direncanakan sebaik mungkin, namun tetap mengandung ketidakpastian bahwa nanti

akan berjalan sepenuhnya sesuai dengan rencana itu. Orang sering mengatakan bahwa

setiap kegiatan mengandung risiko atau lebih umum lagi dikatakan bahwa hidup kita

ini penuh dengan risiko. Jadi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang, kita

tidak dapat mengetahui secara pasti. Walaupun demikian, orang harus dapat

mengantisipasi segala kemungkinan itu dengan menyediakan beberapa tindakan

alernatif untuk menghadapi ketidakpastian itu. Dengan kata lain, risiko harus

dimanajemen dengan sebaik mungkin, agar efektivitas perusahaan tidak terganggu.


20

Manajemen risiko (management risk) adalah pendekatan terstruktur atau

metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman,

rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian risiko, pengembangan strategi untuk

mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau

pengelolaan sumber daya.

Secara umum ada 6 (enam) tujuan risk management dalam perusahaan,

diantaranya adalah:

1. Melindungi Perusahaan

Memberikan perlindungan terhadap perusahaan dari tingkat risiko signifikan

yang bisa menghambat proses pencapaian tujuan perusahaan.

2. Membantu Pembuatan Kerangka Kerja

Membantu dalam proses pembuatan kerangka kerja manajemen risiko yang

konsisten atas ririko yang ada pada proses bisnis dan fungsi-fungsi di dalam sebuah

perusahaan.

3. Mendorong Manajemen Agar Proaktif

Mendorong manajemen agar bertindak proaktif dalam mengurangi potensi

risiko, dan menjadikan manajemen risiko sebagai sumber keunggulan bersaing dan

kinerja perusahaan.

4. Sebagai Peringatan untuk Berhati-Hati

Mendorong semua individu dalam perusahaan agar bertindak hati-hati dalam

menghadapi risiko perusahaan demi tercapainya tujuan yang diinginkan bersama.


21

5. Meningkatkan Kinerja Perusahaan

Membantu meningkatkan kinerja perusahaan dengan menyediakan informasi

tingkat risiko yang disebutkan dalam peta risiko (risk map). Hal ini juga berguna

dalam pengembangan strategi dan perbaikan proses manajemen risiko secara

berkesinambungan.

6. Sosialisasi Manajemen Risiko

Membangun kemampuan individu maupun manajemen untuk

mensosialisasikan pemahaman tentang risiko dan pentingnya manajemen risiko.

E. Komponen-komponen manajemen risiko


Proses manajemen risiko perusahaan memiliki beberapa komponen atau

tahapan, di antaranya:

1. Sasaran Analisis Risiko

Komponen pertama proses manajemen risiko adalah sasaran atau tujuan

penilaian risiko dilakukan. Sebelum sumber risiko diriset, Anda perlu menentukan

tujuan objektif tentang penilaian yang dilakukan. Beberapa contoh sasarannya

misalnya mencegah penipuan, melindungi perusahaan dari piutang tak tertagih, dan

sebagainya.

2. Lingkungan yang Berpotensi Memunculkan Risiko

Komponen berikutnya dari proses manajemen risiko adalah risiko risiko yang

muncul. Setiap divisi dalam bisnis Anda memiliki jenis risiko yang berbeda-beda,
22

sehingga Anda juga perlu menyiapkan strategi manajemen risiko perusahaan yang

beragam pula.

3. Identifikasi Penyebab Risiko

Setelah menentukan lingkungan sumber risiko, komponen manajemen risiko

perusahaan berikutnya adalah identifikasi penyebab risiko tersebut terjadi. Contoh

manajemen risiko dalam tahap ini misalnya risk assessment di area produksi.

Menemukan peristiwa penyebab risiko di area produksi misalnya kecelakaan kerja,

kesalahan pengolahan bahan baku, dan sebagainya.

4. Penilaian Jenis Risiko

Tahapan keempat risiko adalah menentukan penilaian atau leveling dari setiap

jenis risiko yang ada. Penilaian ini dapat Anda putuskan berdasarkan dua hal, yaitu

frekuensi terjadinya dan tingkat kerugian. Berdasarkan frekuensi, jenis risiko adalah

sebagai berikut:

 Kemungkinan sering terjadi (paling mungkin)

 Kemungkinan terjadi (kemungkinan)

 terkadang terjadi (adil)

 Kemungkinan kecil terjadi (ringan)

 diharapkan tidak terjadi (mustahil)

Sementara itu, berdasarkan tingkat kerugian atau keparahannya, jenis risikonya

adalah:

 Bencana (bencana)

 Kerugian tinggi (kerugian tinggi)


23

 Kerugian sedang (medium loss)

 Kerugian Rendah (low loss)

 Dapat diabaikan (diabaikan)

5. Pengambilan Keputusan Atas Risiko

Komponen kelima manajemen risiko adalah proses pengambilan keputusan.

Setelah jenis risiko dan penilaiannya ditemukan, perusahaan dapat membuat

kebijakan atau mengambil tindakan sesuai jenis risiko tersebut. Beberapa keputusan

yang dapat diambil dari proses manajemen risiko perusahaan misalnya mengawasi,

memindahkan, atau langsung melenyapkan sumber risiko.

6. Dokumentasi Proses Manajemen Risiko

Meski saat ini sudah ditangani, ada kemungkinan risiko mengalami

kekambuhan atau terjadi lagi di masa depan. Oleh karena itu, perusahaan perlu

membuat dokumentasi untuk setiap penanganan risiko yang dilakukan.

7. Menginformasikan Risiko Pada Pemangku Kepentingan

Proses manajemen risiko perusahaan perlu diketahui setiap pemangku

kepentingan bisnis Anda, pemangku kepentingan minimal yang berkaitan langsung

dengan risiko. Penginformasian risiko ini dapat dilakukan melalui koordinasi atau

penanganan risiko pada pemangku kepentingan terkait.


24

F. Peran derivatif dalam manajemen risiko


Kegunaan utama dari derivatif ini adalah untuk mengalihkan risiko ataupun

mengambil suatu risiko tergantung apakah posisinya sebagai hedger (pelaku lindung

nilai) atau spekulator.

1. Asuransi dan lindung nilai

Salah satu kegunaan derivatif adalah sebagai suatu alat untuk mengalihkan

risiko. Contohnya, petani dapat menjual kontrak berjangka atas hasil panenan kepada

spekulator sebelum panen dilakukan. Si petani melakukan lindung nilai atas risiko

naik atau turunnya harga panenan dan si spekulator menerima pengalihan risiko ini

dengan harapan imbalan yang besar. Sipetani mengetahui secara pasti nilai jual hasil

panen yang akan diperolehnya kelak dan si spekulator akan memperoleh keuntungan

apabila harga jual mengalami kenaikan namun apabila harga jual mengalami

penurunan maka ia akan mengalami kerugian.

2. Spekulasi dan arbitrasi

Arbitrasi atau juga dikenal dengan istilah asing "arbitrage" ini bisa diartikan

sebagai suatu tindakan mengambil keuntungan dengan memanfaatkan perbedaan

antara satu aset acuan dan aset acuan lainnya misalnya dengan memanfaatkan

perbedaan antara nilai Indeks LQ-45 (ILQ-45) di Bursa Efek Jakarta ( spot market )

dan nilai ILQ-45 pada KBIE di Bursa Efek Surabaya ( futures market ), jadi selain

mengambil posisi di BES, juga harus mengambil posisi di BEJ sehingga secara

simultan mengambil posisi yang berlawanan antara di BEJ dan BES.


25

Spekulator dapat bertransaksi dengan spekulator lainnya juga dengan orang

yang membutuhkan lindung nilai (hedger). Pada umumnya transaksi pasar pasar

derivatif lebih didominasi oleh perdagangan spekulatif daripada perdagangan lindung

nilai dalam artian yang sesungguhnya.

G. Keuntungan dan Risiko Penggunaan Derivatif dalam Manajemen Risiko


1. Keuntugan Derivatif

a. Dapat Melindungi Harga Komoditas

Instrumen investasi ini menjadi salah satu instrumen yang mampu menjaga

harga dan nilai komoditas stabil. Dengan begitu, banyak pihak yang cenderung

memilih instrumen ini untuk melindungi asetnya melalui derivatif.

b. Meminimalkan Kerugian

Sebagai instrumen investasi, derivatif adalah salah satu aset yang mampu

meminimalisir kerugian dari risiko investasi. Dalam hal ini, seorang hedger ataupihak

konsumen dan produsen dapat mengurangi risiko kerugian atau risiko investasi di

pasar berjangka.

2. Risiko penggunaan derivatif

a. Risiko tinggi terlibat

Karena volatilitas yang signifikan dari harga sekuritas yang mendasarinya,

kontrak derivatif berisiko tinggi tunduk pada tingkat risiko yang tinggi. Karena

derivatif biasanya dijual di pasar terbuka, harga sekuritas dasar ini, seperti saham atau

logam, terus berfluktuasi. Ini membawa sejumlah besar bahaya.


26

b. Alternatif Mahal

Karena dibuat dari sekuritas lain, derivatif sulit untuk dievaluasi. Selain itu,

jumlah "pemain" di pasar derivatif tidak sebanyak di pasar saham. Akibatnya, ada

penawaran yang jauh lebih tinggi, yang menaikkan harga.

c. Kompleksitas

Mayoritas individu tidak menyadari betapa rumitnya pasar derivatif.

Akibatnya, ini mendorong penipu untuk memanfaatkan sepenuhnya kelemahan ini

dan menggunakan derivatif untuk membuat skema menarik yang menargetkan

investor non-profesional dan profesional.

H. Contoh penggunaan derivatif dalam manajemen risiko pada perusahaan X


Jika si pemodal memiliki posisi beli pada saham perusahaan A, saat

perusahaan A mengumumkan adanya pembagian keuntungan/dividen maka investor

akan mendapatkan hak untuk diberikan persentase keuntungan dari hasil

pengumuman dividen tersebut. Konsep derivatif turut menberikan andil dalam

menyusun sebuah rencana transaksi dan memperhitungkan manajemen risiko atas

transaksi jual beli pada saham perusahaan tertentu.

Alangkah lebih bijak dan strategis jika seorang pemodal untuk selalu

memperhitungkan faktor risiko diatas/terlebih dahulu sebelum berharap untuk

mendapatkan keuntungan dari hasil transaksi jual beli sahamnya. Untuk

mengilustrasikan hubungan antara derivative dengan manajemen risiko pada investasi

saham maka bisa digambarkan dengan contoh situasi seperti ini.


27

Contohnya pada situasi atau kondisi investor, pelaku pasar atau pemodal

membeli 100 lembar saham perusahaan A pada tanggal 3 Desember 2015 senilai atau

seharga Rp. 100.000 per lembar saham (saham fisik). Saat investor tersebut memiliki

dan menyimpan saham perusahaan A selama lebih dari lima tahun dan pada saat

mulai mengkhawatirkan perusahaan A tidak bisa mencapai dan memenuhi

pendapatan per saham (EPS) dan target pendapatannya menjelang rilis laporan

penghasilan tanggal 30 Desember 2020 maka investor tersebu bisa beralih ke pasar

saham dengan kontrak derivatif.

Harga saham perusahaan A diperdagangkan pada harga pembukaan senilai Rp

250.000 per lembar saham pada tanggal 3 Desember 2020. Investor memiliki rencana

untuk menahan penurunan saham perusahaan pada target harga Rp 200.000 dari

keuntungan per lembar saham dari investasinya. Aksi lindung nilai atau hedging

untuk posisi dari fluktuasi harga yang dapat merugikannya, maka investor bisa

melakukan aksi jual diharga Rp 250.000 per lembar saham dari perusahaan A agar

jika harga saham perusahaan A turun ke Rp 200.000 per lembar saham maka aksi jual

pada kontrak derivatif tersebut sudah termasuk manajemen risiko yang digunakan

dengan sistem derivative.

Saat perusahaan A mengumumkan atau merilis hasil pendapatannya pada

tanggal 30 Desember 2020 dan hasil laporannya dibawah ekspektasi penghasilan dan

berdampak pada penurunan nilai harga saham perusahaan A ke level harga Rp

200.000, sang investor pun berhasil mengunci keuntungan yang didapat dari nilai

harga saham pada level Rp 250.000. Selisih Rp 50.000 akan menjadi keuntungan

yang masuk
28

kedalam rekening transaksi pada investasi saham derivatif yang berbeda dengan

investasi saham fisik yang dimilikinya.

Investor bisa mengantisipasi penurunan harga setiap jelang rilis data

penghasilan perusahaan yang akan dipublikasikan pada periode tertentu (triwulan).

Derivatif inilah yang menjadi peluru utama untuk melindungi nilai saham fisik

sekaligus untuk keperluan spekulatif dari fluktuasi harga saham di bursa efek.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Derivatif adalah instrumen keuangan yang digunakan untuk mengelola risiko

dalam berbagai aspek keuangan seperti harga, suku bunga, mata uang, dan

komoditas. Jenis derivatif utama meliputi opsi, futures, dan swap.

2. Derivatif dapat digunakan untuk lindung nilai (hedging), spekulasi, dan arbitrase.

Lindung nilai bertujuan melindungi nilai aset dari fluktuasi harga yang tidak

diinginkan, sementara spekulasi bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari

perubahan harga aset, dan arbitrase melibatkan pemanfaatan perbedaan harga di

pasar yang berbeda.

3. Implementasi derivatif dalam manajemen risiko melibatkan analisis risiko yang

mendalam, pemilihan instrumen derivatif yang tepat, dan pengelolaan posisi dan

portofolio derivatif secara efisien.

4. Dalam mengelola risiko dengan derivatif, penting untuk memperhatikan aspek-

aspek seperti diversifikasi portofolio, pengawasan dan pengendalian risiko, serta

kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku.

B. Saran
Berikut adalah beberapa saran untuk mengembangkan makalah tentang derivatif dan

manajemen risiko:

29
30

1. Pendahuluan yang Jelas: Mulailah makalah dengan memberikan gambaran umum

tentang derivatif dan manajemen risiko. Jelaskan mengapa kedua konsep ini

penting dalam konteks keuangan dan bagaimana mereka saling terkait.

2. Konsep Dasar Derivatif: Berikan definisi yang jelas tentang derivatif danjelaskan

jenis-jenis utamanya, seperti opsi, futures, dan swap. Berikan contoh sederhana

untuk membantu pembaca memahami bagaimana derivatif bekerja.

3. Manajemen Risiko: Jelaskan konsep dasar manajemen risiko dan mengapa itu

penting dalam keuangan. Diskusikan berbagai jenis risiko yang dapat dihadapi

perusahaan, seperti risiko harga, risiko suku bunga, risiko mata uang, dan risiko

komoditas.

4. Peran Derivatif dalam Manajemen Risiko: Jelaskan bagaimana derivatif dapat

digunakan untuk mengelola risiko. Diskusikan konsep lindung nilai (hedging),

spekulasi, dan arbitrase, dan jelaskan bagaimana derivatif dapat digunakan dalam

masing-masing strategi ini.

5. Keuntungan dan Risiko: Bahas manfaat dan risiko penggunaan derivatif dalam

manajemen risiko. Jelaskan keuntungan potensial seperti melindungi nilai aset,

meningkatkan likuiditas, dan memperluas peluang investasi, tetapi juga beri

perhatian pada risiko yang terkait, seperti risiko keuangan dan risiko operasional.

6. Strategi Implementasi: Jelaskan strategi dan teknik yang dapat digunakan dalam

implementasi derivatif dalam manajemen risiko. Diskusikan analisis risiko,

pemilihan instrumen derivatif yang tepat, pengelolaan posisi dan portofolio, serta

pengawasan dan pengendalian risiko.


31

7. Studi Kasus: Sertakan contoh nyata penggunaan derivatif dalam manajemen

risiko di industri atau perusahaan tertentu. Ini dapat memberikan ilustrasi konkret

tentang bagaimana derivatif digunakan dalam situasi dunia nyata.

8. Regulasi dan Aspek Hukum: Bahas peraturan dan regulasi yang mengatur

penggunaan derivatif dalam manajemen risiko. Jelaskan pentingnya kepatuhan

terhadap regulasi tersebut dan bagaimana perusahaan harus memastikan bahwa

mereka mematuhi aturan yang berlaku.

9. Kesimpulan: Sampaikan kesimpulan yang menggambarkan temuan utama Anda

tentang derivatif dan manajemen risiko. Jelaskan bagaimana derivatif dapat

menjadi alat yang efektif dalam mengelola risiko, tetapi juga penting untuk

memahami dan mengelola risiko yang terkait dengan penggunaannya.

10. Daftar Pustaka: Sertakan daftar pustaka yang mencantumkan referensi yang

digunakan dalam makalah. Pastikan mengutip sumber dengan benar dan

menggunakan referensi yang tepercaya.


DAFTAR PUSTAKA
Brantas, Dasar-dasar Manajemen. Alfabeta. 2009.

Suparmin, A., 2018, MANAJEMEN RESIKO DALAM PERSPEKTIF ISLAM, El-

Arbah: Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Perbankkan Syariah, Vol.2 No. 2.

Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. “Manajemen Keuangan”. Edisi pertama. Penerbit

Mitra Wacana Media: Jakarta, 2010.

Klimczak, Karol Marek. 2008. Corporate Hedging and Risk Management Theory.

The Journal of Risk Finance. Vol 9 No 1 (20-39).

Sunaryo, T. Manajemen Risiko Financial. Jakarta: Salemba Empat 2009.

Hamdy Hady, Manajemen Keuangan Internasional. 2012.

Spano. “Determinants of hedging and its effects on investment and debt”. Journal of

Corporate Finance, 2004, vol. 10, issue 1, pages 175-197, 2004.

Levi, Maurice D. “Keuangan Internasional”. Diterjemahkan Handoyo Prasetyo.

Yogyakarta: Andi, 2000.

Sprcic, D.M. and Sevic, Z. “Determinants of corporate hedging decision: evidence

from Croatian and Slovenian companies”. Research in International Business

and Finance, Vol. 26, pp. 1-25, 2012.

Madura, Jeff, International Corporate Finance. 2006.

Utomo, Linawati L., 2000, INSTRUMEN DERIVATIF: PENGENALAN DALAM

STRATEGI MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN, Jurnal Akuntansi &

Keuangan Vol. 2, No. 1, Mei 2000: 53 – 68

32
33

Sayid, A., 2014, INVESTASI SEKURITAS DERIVATIF DI PASAR MODAL

INDONESIA, At-Taradhi: Jurnal Studi Ekonomi, Vol. 5 No.2.

Buchori, I., 2009, Transaksi Derivatif dalam Perspektif Hukum Islam, Al-Qanun,

Vol.2 No.2.

https://www.pelatihan-sdm.net/konsep-dasar-manajemen-

risiko/#:~:text=Manajemen%20risiko%20(management%20risk)%20adalah,pe

mberdayaan%20atau%20pengelolaan%20sumber%20daya.

https://lmsspada.kemdikbud.go.id/mod/forum/discuss.php?d=8247

https://id.wikipedia.org/wiki/Derivatif#:~:text=Kegunaan%20utama%20dari%20deri

vatif%20ini,pelaku%20lindung%20nilai)%20atau%20spekulator.

https://www.javatpoint.com/advantages-and-disadvantages-of-derivatives

https://www.universalbroker.co.id/pengertian-derivatif-untuk-manajemen-risiko-

investasi-saham/

Anda mungkin juga menyukai