Anda di halaman 1dari 7

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : MAKANAN, MINUMAN, DAN PENYEMBELIHAN


Kegiatan Belajar : AKIKAH (KB 4)

B. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


1 Konsep (Beberapa istilah "Setiap anak yang lahir tergadai akikahnya yang disembelih
dan definisi) di KB pada hari ketujuh, dan pada hari itu ia diberi nama dan
digunduli rambutnya." . Yang dimaksud dengan tergadai ialah
sebagaimana jaminan yang harus ditebus dengan membayar
utang, begitu juga si anak ditebus dengan akikah.

"Disyariatkan akikah lebih merupakan perwujudan dari rasa


syukur akan kehadiran seorang anak. " Sejauh ini dapat
ditelusuri, bahwa yang pertama dilaksanakan akikah adalah
dua orang saudara kembar, cucu Nabi Muhammad saw. Kalau
kita telusuri lebih jauh ternyata akikah ini juga disyariatkan
pada umat-umat terdahulu.

Menurut mazhab Hanafi, akikah hukumnya mubah tidak


sampai mustahab. Namun mayoritas ulama mengatakan
hukum akikah adalah sunah. Jadi, ulama menjelaskan bahwa
akikah itu hukumnya sunah muakkad, yaitu sunah yang harus
diutamakan. Sedangkan untuk orang yang tidak mampu maka
akikah boleh ditinggalkan.

Di antara dalil yang menunjukkan diperintahkannya akikah


adalah hadis dari Amru bin Syuaib.

Diriwayatkan bahwa

"Berkata, "Yang disunahkan pada kelahiran bayi laki-laki


adalah menyembelih dua ekor domba yang sama
kualitasnya, sementara pada bayi perempuan satu
ekor. "Disebutkan bahwa Imam Ahmad dalam sebuah riwayat
dari beliau-berpendapat tentang bolehnya menjual kulit dan
kepala hewan akikah lantas menyedekahkan uang yang
diperoleh. " Selanjutnya, dianjurkan memberi bagian dari
daging akikah itu kepada orang yang membantu
kelahiran . Disunahkan menyembelih hewan akikah pada hari
ketujuh dari hari kelahiran.
Adapun jumlah hewan untuk akikah, menurut mazhab

Maliki jumlah hewan akikah itu satu ekor, baik yang lahir itu
anak laki-laki maupun anak perempuan.

"Tanggung Jawab dan Hikmah Akikah a. " Pihak yang


berkewajiban melakukan akikah menurut jumhur ulama adalah
disunahkan bagi seorang ayah mengakikahkan anaknya yang
baru lahir dari harta yang dimiliki.

Suatu kasus, ada sebuah keluarga yang sudah mempunyai


banyak anak laki-laki tanpa anak perempuan. Dalam praktek
pelaksanaan aqiqah, saking bahagianya dia mengundang
banyak orang, sehingga daging kambing yang disediakan lebih
banyak dari aqiqah yang dilakukan untuk anak laki-laki
sebelumnya.

Akikah merupakan sebuah tradisi dalam agama Islam yang


dilakukan untuk merayakan kelahiran seorang anak. Berikut
adalah pengertian dan dasar hukum akikah menurut Al-Qur'an,
hadis, para ahli, dan mazhab-mazhab dalam Islam:

1. Pengertian Akikah:
Akikah adalah upacara yang dilakukan untuk menyambut
kelahiran seorang anak dengan menyembelih hewan kurban
dan membagikan dagingnya kepada keluarga, teman, dan
orang-orang yang membutuhkan. Tujuan utama akikah adalah
untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas
anugerah kelahiran anak.

2. Dasar Hukum Akikah:


a. Al-Qur'an: Tidak terdapat ayat Al-Qur'an yang secara
khusus menyebutkan akikah sebagai ibadah yang diwajibkan.
Namun, beberapa ayat yang mengajarkan untuk bersyukur dan
berbagi dapat menjadi dasar pemahaman atas praktik akikah,
seperti dalam ayat:

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu


dustakan?" (Q.S. Ar-Rahman: 13)

b. Hadis: Praktik akikah didasarkan pada beberapa hadis


yang melibatkan Nabi Muhammad SAW dan sahabat-
sahabatnya. Salah satu hadis terkait akikah adalah sebagai
berikut:

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata: "Nabi


Muhammad SAW melakukan akikah untuk dirinya sendiri
setelah diutus sebagai rasul."
(HR. Abu Dawud)

3. Pendapat Para Ahli dan Mazhab-Mazhab:


a. Imam Malik dan Imam Syafi'i berpendapat bahwa akikah
adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan)
dan tidak diwajibkan. Mereka berpegang pada hadis dan
praktik yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan
sahabat-sahabatnya.

b. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa akikah adalah


wajib. Pendapat ini didasarkan pada penafsiran beliau
terhadap beberapa hadis yang menunjukkan kewajiban akikah.

c. Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa akikah tidak


diwajibkan, tetapi sangat dianjurkan (sunnah muakkadah).

Pendapat para ahli dan mazhab-mazhab ini berbeda-beda


dalam memahami hukum akikah. Namun, mayoritas ulama
menganggap akikah sebagai sunnah muakkadah yang sangat
dianjurkan. Oleh karena itu, pelaksanaan akikah menjadi
pilihan individu dan keluarga yang dapat dilakukan sebagai
bentuk rasa syukur atas kelahiran anak dan sebagai ibadah
yang membawa berkah.

Hukum Akikah dalam Islam adalah sunnah muakkadah


(sunnah yang sangat dianjurkan). Berikut adalah dalil-dalil dan
beberapa tafsir yang mengacu pada hukum akikah dan
mengonsumsi daging akikah:

1. Dalil tentang Hukum Akikah:


- Hadis dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata:
"Rasulullah SAW melakukan akikah untuk dirinya sendiri
setelah diutus sebagai rasul."
(HR. Abu Dawud)

- Hadis dari Abdullah bin Jafar radhiyallahu 'anhu, ia berkata:


"Rasulullah SAW melakukan akikah untuk Hasan dan Husain,
lalu memotong dan membagi-bagikan dagingnya."
(HR. Tirmidzi)

2. Tafsir tentang Hukum Akikah:


- Para ulama menyebutkan bahwa akikah adalah sunnah
yang dianjurkan untuk dilakukan sebagai ungkapan rasa
syukur atas kelahiran anak. Hal ini didasarkan pada contoh
yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW sendiri ketika
melakukan akikah untuk dirinya sendiri dan untuk cucunya,
Hasan dan Husain.

- Beberapa tafsir menyebutkan bahwa akikah adalah bentuk


ibadah yang dapat mendatangkan berkah dan perlindungan
bagi anak yang baru lahir.

3. Dalil tentang Mengonsumsi Daging Akikah:


- Ayat Al-Qur'an:
"Makanlah sebahagian dari makanan yang halal dan baik
yang telah Kami rezekikan kepadamu."
(Q.S. Al-Mu'minun: 51)
- Hadis dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata:
"Rasulullah SAW mengonsumsi daging dari binatang kurban,
baik yang dikurbankan karena akikah maupun yang
dikurbankan karena kurban."
(HR. Muslim)

4. Tafsir tentang Mengonsumsi Daging Akikah:


- Para ulama menyebutkan bahwa daging akikah adalah
makanan yang halal dan baik, dan boleh dikonsumsi oleh
keluarga, tetangga, dan orang-orang yang membutuhkan.

- Mengonsumsi daging akikah juga menjadi sarana untuk


berbagi kebahagiaan dan mempererat hubungan sosial dalam
masyarakat.

Berdasarkan dalil-dalil tersebut dan beberapa tafsir, dapat


disimpulkan bahwa akikah adalah sunnah muakkadah yang
sangat dianjurkan. Selain itu, mengonsumsi daging akikah
yang halal dan baik adalah diperbolehkan dan dapat menjadi
sarana untuk berbagi dan mempererat hubungan sosial dalam
masyarakat.

Waktu pelaksanaan Akikah dapat dilakukan pada hari ketujuh


setelah kelahiran anak, atau pada hari keempatbelas atau
kedua puluh satu. Adapun jumlah hewan untuk Akikah,
umumnya dianjurkan satu ekor kambing atau domba untuk
bayi perempuan, dan dua ekor kambing atau domba untuk bayi
laki-laki. Berikut dalil-dalil yang berkaitan dengan waktu
pelaksanaan Akikah dan jumlah hewan untuk Akikah:

1. Waktu Pelaksanaan Akikah:


- Hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata:
"Nabi Muhammad SAW melakukan akikah untuk Hasan dan
Husain pada hari yang ketujuh."
(HR. Abu Dawud)

- Hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata:


"Rasulullah SAW melakukan akikah untuk Hasan dan Husain
pada hari yang ketujuh setelah kelahiran mereka."
(HR. Ahmad)

- Hadis dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata:


"Rasulullah SAW melakukan akikah untuk dirinya sendiri
setelah diutus sebagai rasul."
(HR. Abu Dawud)

2. Jumlah Hewan untuk Akikah:


- Hadis dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata:
"Rasulullah SAW melakukan akikah untuk Hasan dan Husain,
lalu memotong dan membagi-bagikan dagingnya."
(HR. Tirmidzi)

- Hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata:


"Rasulullah SAW memerintahkan Ummu Karaz Al-
Khattabiyyah untuk melakukan akikah dua ekor kambing atas
nama anaknya yang baru lahir."
(HR. Abu Dawud)

Dalil-dalil tersebut menunjukkan bahwa waktu pelaksanaan


Akikah dapat dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran
anak. Namun, ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa
pelaksanaan Akikah dapat dilakukan pada hari keempatbelas
atau kedua puluh satu. Adapun jumlah hewan untuk Akikah,
umumnya disarankan satu ekor kambing atau domba untuk
bayi perempuan, dan dua ekor kambing atau domba untuk bayi
laki-laki. Namun, jika seseorang ingin berkurban lebih dari
jumlah tersebut, hal itu juga diperbolehkan.

Perlu dicatat bahwa meskipun terdapat dalil-dalil yang


disebutkan di atas, pelaksanaan Akikah sebaiknya dilakukan
dengan memperhatikan kebiasaan dan tradisi yang berlaku di
masyarakat setempat, dengan tetap mematuhi prinsip-prinsip
Islam yang mendasari pelaksanaan Akikah.

Tanggung Jawab Akikah:


1. Tanggung Jawab terhadap Anak:
Dengan melakukan Akikah, orang tua bertanggung jawab
untuk merayakan kelahiran anak dengan mengadakan upacara
yang sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW. Hal ini
juga merupakan wujud syukur kepada Allah SWT atas
anugerah kelahiran anak.

2. Tanggung Jawab terhadap Masyarakat:


Daging hasil dari Akikah sebaiknya dibagikan kepada
keluarga, tetangga, dan orang-orang yang membutuhkan.
Dengan berbagi daging, kita dapat mempererat tali silaturahmi,
meningkatkan solidaritas sosial, dan memberikan manfaat
kepada sesama.

3. Tanggung Jawab terhadap Masyarakat Muslim yang


Membutuhkan:
Salah satu hikmah Akikah adalah memberikan kesempatan
kepada orang-orang yang mungkin tidak mampu untuk
melaksanakan Akikah bagi anak mereka. Dengan membagikan
daging Akikah kepada mereka, kita dapat membantu
memenuhi kebutuhan makanan dan memberikan kebahagiaan
kepada mereka.

Hikmah Akikah:
1. Rasa Syukur kepada Allah SWT:
Dengan melaksanakan Akikah, orang tua mengekspresikan
rasa syukur kepada Allah atas anugerah kelahiran anak.
Upacara Akikah mengingatkan kita untuk mensyukuri nikmat
Allah yang telah diberikan kepada kita.

2. Memberikan Nama kepada Anak:


Upacara Akikah juga menjadi kesempatan untuk memberikan
nama kepada anak. Nama yang dipilih harus memiliki makna
yang baik dan mengandung harapan serta doa orang tua untuk
anak tersebut.

3. Memberikan Berkah dan Perlindungan:


Akikah diyakini dapat memberikan berkah dan perlindungan
kepada anak. Dengan melakukan Akikah, kita berharap agar
anak diberkahi oleh Allah SWT dan dilindungi dari bahaya.

4. Meningkatkan Silaturahmi dan Hubungan Sosial:


Upacara Akikah dapat menjadi ajang untuk mempererat tali
silaturahmi antara keluarga, sahabat, dan tetangga. Hal ini
dapat memperkuat hubungan sosial dalam masyarakat dan
menciptakan keharmonisan.

5. Menjadi Bentuk Ibadah yang Diperlukan:


Akikah juga dianggap sebagai bentuk ibadah yang diperlukan
bagi orang tua untuk merayakan kelahiran anak. Dengan
melakukan ibadah ini dengan niat yang ikhlas, kita dapat
mendapatkan pahala dari Allah SWT.

Dalam menjalankan Akikah, penting bagi orang tua untuk


memperhatikan nilai-nilai Islam, adab, dan etika dalam
melaksanakannya. Dengan memahami tanggung jawab dan
hikmah Akikah, kita dapat menjalankan ibadah ini dengan
penuh kesadaran dan keberkahan.

Kontekstualisasi nilai-nilai moderasi beragama dalam materi


Akikah dapat dilakukan dengan memahami prinsip-prinsip
Islam yang mendorong keseimbangan, tengah-tengah, dan
moderat dalam menjalankan ibadah tersebut. Beberapa nilai-
nilai moderasi beragama yang dapat diterapkan dalam konteks
Akikah adalah sebagai berikut:

1. Keseimbangan dalam Pengeluaran:


Akikah mengajarkan nilai keseimbangan dalam pengeluaran.
Orang tua diajak untuk melaksanakan Akikah sesuai
kemampuan finansial mereka tanpa terlalu berlebihan atau
terlalu minim. Akikah bukanlah ajang untuk berfoya-foya atau
memperlihatkan kekayaan, tetapi lebih kepada rasa syukur dan
kecukupan.

2. Tengah-tengah dalam Pemilihan Hewan Kurban:


Dalam konteks Akikah, penting untuk memilih hewan kurban
dengan proporsi yang sesuai. Sesuai dengan ajaran moderat,
tidak perlu memilih hewan kurban yang terlalu besar atau
mahal, tetapi juga tidak boleh memilih yang terlalu kecil atau
tidak layak. Pemilihan hewan kurban sebaiknya berada pada
tengah-tengah yang wajar dan sesuai dengan kemampuan
finansial.

3. Kesederhanaan dalam Pelaksanaan Upacara:


Moderasi beragama mengajarkan nilai kesederhanaan dalam
pelaksanaan upacara Akikah. Upacara tidak perlu dibuat
menjadi acara yang mewah dan berlebihan, tetapi lebih kepada
suasana yang sederhana, khidmat, dan penuh keberkahan.
Fokusnya adalah pada rasa syukur dan perayaan kelahiran
anak, bukan pada aspek yang bersifat material atau status
sosial.

4. Menghargai Keberagaman dalam Distribusi Daging:


Moderasi beragama juga mendorong untuk menghargai
keberagaman dalam distribusi daging Akikah. Daging Akikah
sebaiknya dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan
masyarakat yang membutuhkan tanpa memandang perbedaan
suku, agama, atau status sosial. Hal ini mencerminkan sikap
inklusif dan toleransi dalam beragama.

5. Menghidupkan Nilai-nilai Kemanusiaan:


Materi Akikah dapat dikontekstualisasikan dengan nilai-nilai
kemanusiaan yang moderat. Misalnya, melibatkan anak-anak
dalam kegiatan sosial seperti memberikan daging Akikah
kepada anak-anak yatim atau kaum miskin. Hal ini membantu
mengajarkan mereka tentang kepedulian sosial, berbagi, dan
keadilan.

Dalam mengajarkan materi Akikah, penting untuk menekankan


pada nilai-nilai moderasi beragama yang mampu membentuk
karakter yang seimbang, adil, dan menghargai keberagaman.
Mengajarkan nilai-nilai tersebut memberikan pemahaman yang
lebih holistik tentang makna Akikah dalam konteks kehidupan
sehari-hari.

Daftar materi pada KB


2 -
yang sulit dipahami

Daftar materi yang sering


3 mengalami miskonsepsi -
dalam pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai