Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dari Mata Kuliah
Manajemen Pengembangan Kurikulum Program Studi

Manajemen Pendidikan Islam Semester 4

Oleh :

Nurul Ainun
862312021045
Mita Sabrina
862312021051
Muh Nasruddin
862312021056
Dosen Pengampu :

Hasbullah, M.Pd.

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah ini.
Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.
Atas bimbingan dari Dosen serta kekompakan dan saran dari teman-teman
maka disusunlah makalah ini, semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna
bagi kami semua dalam memenuhi tugas pada mata kuliah MANAJEMEN
PENGEMBANGAN KURIKULUM dan semoga segala yang tertuang dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka
membangun khasanah keilmuan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang
bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah
selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT. kita kembalikan semua, karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. semata.

Watampone, 27 Mei 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 4

A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penulisan 5

BAB II PEMBAHASAN 6
A. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah 6
B. Sistem Manajemen Mutu 9
C. Kepemimpinan dalam Manajemen Mutu Terpadu 13

BAB III PENUTUP 17

A. Kesimpulan 17
B. Saran 17

DAFTARPUSTAKA 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Mutu merupakan sesuatu yang dianggap salah satu bagian penting, karena mutu
pada dasarnya menunjukkan keunggulan suatu produk jika dibandingkan dengan
produk lainnya. Peningkatan mutu merupakan usaha dari setiap lembaga-lembaga
penghasil produk barang tetapi juga produk jasa. Demikian halnya dalam pendidikan
mutu merupakan bagian penting untuk diperhatikan.
Sallis (2005: 1) mengungkapkan “quality is at the top of most agendas and
improving quality is probably the most important task facing any institution.
However, despite its importance, many people find quality an enigmatic concept. It is
perplexing to define and often difficult to measure”. Kualitas adalah bagian penting
dari seluruh agenda dalam organisasi dan meningkatkan kualitas mungkin adalah
tugas yang paling penting yang dihadapi institusi manapun. Namun, meskipun
penting, banyak terjadi perbedaan pendapat tentang konsep dai kualitas yang baik.
Upaya dalam peningkatan mutu pendidikan merupakan isu yang terus menerus
akan menjadi perbincangan dalam pengelolan/ manajemen pendidikan. Peningkatan
mutu pendidikan merupakan usaha yang harus diupayakan dengan terus menerus agar
harapan untuk pendidikan yang berkualitas dan relevan dapat tercapai.
Pendidikan yang berkualitas merupakan harapan dan tuntutan seluruh
stakeholder pendidikan. Semua orang tentunya akan lebih suka menntut ilmu pada
lembaga yang memiliki mutu yang baik. Atas dasar ini maka sekolah/ lembaga
pendidikan harus dapat memberikan pelayanan dan mutu yang baik agar tidak
ditinggalkan dan mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya.

4
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah?
2. Bagaimana sistem manajemen guru?
3. Bagaimana kepemimpinan dalam manajemen mutu terpadu?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.
2. Untutk mengetahui sistem manajemen guru.
3. Untuk mengetahui kepemimpinan dalam manajemen mutu terpadu.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah


Manajemen menurut Terry adalah pelaksanaan penyusunan dan pencapaian
hasil yang diinginkan melalui usaha sekelompok orang yang memiliki sumber
daya dan talenta.1 Harsey dan Blanchard menyatakan bahwa aktivitas manajemen
adalah suatu proses kerjasama antara individu dan kelompok serta sumber daya
lainnya dalam mencapai tujuan organisasi.2 Dengan kata lain proses manajemen di
sebuah lembaga pendidikan dilakukan dengan cara atau aktivitas tertentu sehingga
seluruh personil yang ada didalamnya bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama dengan efektif dan efisien.
Istilah mutu atau kualitas adalah ide yang dinamis dan tidak mutlak. Mutu
bukanlah atribut, produk atau jasa. Kualitas diidentikkan pada suatu barang atau
jasa yang mempunyai standar spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya atau
memenuhi tujuan pembuatannya (fit their purpose). Menurut Sudrajat kualitas
mempunyai dua aspek pengukuran yaitu berdasarkan kualifikasi yang ditetapkan
sebelumnya dan berdasarkan pemenuhan kebutuhan dan tuntutan pelanggan.3
Untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam sebuah lembaga, para ahli
manajemen banyak merujuk pada konsep TQM (total quality management)
sebagai konsep yang tepat. Konsep yang dipopulerkan oleh Edward Demiung ini
sesungguhnya adalah konsep manajemen perusahaan yang diadopsi dalam dunia
pendidikan untuk mengatasi persoalan mutu pendidikan.4
Tujuan utama pelaksanaan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah
(MPMBS) adalah dalam rangka tercapainya tujuan pendidikan nasional seperti
1
George R. Terry, The Principles of Management, (Illinois, 1973), h. 4
2
Paul Hersey dan Blanchard, Management of Organizational Behavior, (New Jersey: Englewood
Cliffs, 1988), h. 4
3
Hari Sudrajat, “Manajemen Berbasis Sekolah dengan Pendekatan Kulitas Total,” makalah Pelatihan
Pengelolaan Madrasah Aliyah untuk Pengurus Pesantren (Pusdiklat Depdiknas Sawangan :2001), h. 4
4
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: UIN Pers, 2004), h. 332

6
yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, misi abadi pendidikan nasional,
yaitu "mencerdaskan kehidupan bangsa" yang ditempuh melalui pembelajaran dan
pembudayaan bangsa dan masyarakat agar setiap insan Indonesia berpendidikan,
berbudaya, cerdas, berakar kuat pada moral dan budaya dan berkeadilan sosial.
Secara khusus pelaksanaan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah
(MPMBS) bertujuan untuk:
a. meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia
b. meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama
c. meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat,
pemerintah tentang mutu sekolahnya
d. meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang perbaikan mutu
pendidikan yang akan dicapai.5

Selain tujuan utama, manajemen peningkatan mutu juga memiliki


karakteristik yang melibutkan input, proses, dan output yang menjadi karakter
sebuah sistem.
1. Input Pendidikan
a. Memiliki kebijakan visi, misi, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas
b. Sumber daya yang tersedia dan siap
c. Sarana dan prasarana (fasilitas)
d. Dana
e. Kurikulum
f. Memiliki harapan prestasi yang tinggi
g. Fokus pada pelanggan (khususnya siswa)

2. Proses Pendidikan
5
Depdiknas, op.cit., h. 2

7
a. Proses belajar mengajar yang efektivitasnya tinggi
Dalam proses belajar mengajar harus ada penekanan pada pemberdayaan
peserta didik. Dalam memberdayakan siswa dibutuhkan adanya guru
efektif, bimbingan dan penyuluhan, serta pembinaan melalui kegiatan
ekstrakurikuler.
b. Kepemimpinan sekolah yang kuat
Kepemimpinan kepala sekolah sangat berpengaruh pada perwujudan visi,
misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-program yang
dilaksanakan secara terencana dan bertahap.
c. Lingkungan sekolah yang kondusif
Lingkungan individu yang belajar terdiri dari: (1) lingkungan fisik (2)
lingkungan sosial (3) lingkungan kultural (4) lingkungan keagamaan (5)
lingkungan sekolah yang sering disebut iklim sekolah (fisik dan non fisik)
yang kondusif-akademik merupakan prasyarat bagi terselenggaranya
proses belajar dan mengajar yang efektif.
d. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif
Pemberdayaan guru dan staf menurut Mulyasa harus dilakukan dengan
strategi khusus yang terkait dengan (1) peningkatan kesejahteraan tenaga
kependidikan baik oleh pemerintah, masyarakat, dunia usaha dan orang
tua, (2) pendidikan prajabatan calon tenaga kependidikan dengan
melakukan reorientasi program pendidikan atau memberikan pendidikan
bagi tenaga kependidikan, (3) rekrutmen dan penempatan calon tenaga
pendidikan dengan seleksi yang mengutamakan mutu, (4) pembinaan
mutu tenaga pendidikan dengan pendidikan formal atau pelatihan agar
dapat melaksanakan tugas secara efektif dan efisien, dan (5)
pengembangan karier tenaga pendidikan melalui seleksi dan kontrol serta
pengawasan yang ketat.6

6
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004) h.128-
130

8
e. Sekolah memiliki budaya mutu
Elemen yang harus terpenuhi dalam menciptakan budaya mutu adalah
sebagai berikut; 1) informasi kualitas tertentu dijadikan alat untuk
perbaikan, 2) kewenangan dimaknai tanggung jawab, 3) hasil diikuti
penghargaan atau hukuman, 4) adanya kerjasama, 5) merasa aman dengan
pekerjaan dan 6) sama-sama merasa memiliki sekolah. 22

B. Sistem Manajemen Mutu


Pengertian mutu atau quality dapat ditinjau dari dua perspektif konsep.
Pertama konsep mutu bersifat absolut atau mutlak, kedua konsep mutu bersifat
relative menurut Sallis (dalam Ali, 2009: 334). Dalam konsep mutu absolut mutu
merujuk pada sifat yang menggambarkan derajat baik nya suatu barang atau jasa
yang diproduksi atau di pasok oleh suatu lembaga tertentu. Pada konsep mutu
absolut derajat baiknya produk, barang atau jasa yang mencerminkan tingginya
harga barang atau jasa itu, dan tinggi nya standart penilaian lembaga yang
memproduksi atau pemasok terhadap barang itu. Sedangkan konsep mutu yang
bersifat relative, derajat mutu itu bergantung pada penilaian pelanggan.
Mutu (kualitas) didefinisikan sebagai ciri dan karakter menyeluruh dari suatu
produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk
memuaskan kebutuhan tertentu. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat
mengidentifikasikan ciri dan karkter produk yang berhubungan dengan mutu dan
kemudian membuat suatu dasar tolok ukur dan cara pengendaliannya.
Manajemen Mutu merupakan aspek-aspek dari fungsi manajemen
keseluruhan yang menetapkan dan menjalankan kebijakan mutu suatu
perusahaan/organisasi. Dalam rangka mencukupkan kebutuhan pelanggan dan
ketepatan waktu dengan anggaran yang hemat dan ekonomis, seorang manager
proyek harus memasukkan dan mengadakan pelatihan management kualitas.
Sistem Manajemen Mutu (SMM) adalah sebuah sistem yang bertujuan untuk
meningkatkan kepuasaan pelanggan dan memungkinkan perbaikan yang

9
berkelanjutan. SMM juga adalah kemampuan suatu organisasi dalam menjaga
kualitas mutu dari jasa atau barang yang dilayankan. Salah satu jenis SMM yang
sangat populer dan mungkin paling banyak diterapkan di seluruh dunia adalah
SMM yang dikeluarkan oleh Organisasi Standar Internasional (International
Standard Organization, ISO).

Ruang lingkup dari sistem peningkatan mutu


1) Organisasi yang menginginkan keunggulan melalui implementasi suatu
sistem manajemen mutu.
2) Organisasi yang menginginkan keyakinan dari pemasoknya bahwa
persyaratan produk mereka akan dipenuhi.
3) Pemakai produk.
4) Mereka yang berkepentingan dengan saling pengertian dari istilah yang
dipakai dalam manajemen mutu.
5) Mereka yang didalam atau diluar organisasi yang mengakses sistem
manajemen mutu atau mengauditnya untuk kesesuaian pada persyaratan.
6) Mereka yang didalam atau diluar organisasi yang memberi saran atau
pelatihan tentang sistem manajemen mutu yang sesuai bagi organisasi itu.
7) Pengembang standar terkait.7
Prinsip-prinsip sistem manajemen mutu
1) Fokus pelanggan (Customer focus)
Prinsip ini merupakan fokus utama dari manajemen mutu, dimana setiap
organisasi harus dapat memenuhi persyaratan pelanggan. Bahkan,
sebaiknya organisasi dapat memberikan produk atau jasa yang melebihi
harapan mereka. Hal ini dikarenakan setiap organisasi pasti tergantung pada
para pelanggannya, sehingga organisasi harus memahami kebutuhan
pelanggan saat ini dan masa depan.

7
Syafaruddin. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan Konsep Strategi dan Aplikasi. (Jakarta :
PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002) h.27

10
2) Kepemimpinan (Leadership)
Kaitannya dengan manajemen mutu, prinsip kepemimpinan menjelaskan
bahwa pemimpin di semua level organisasi harus mempunyai kesatuan
tujuan dan arah, serta menciptakan kondisi dimana setiap pegawai terlibat
dalam mencapai sasaran mutu organisasi. Pentingnya setiap pemimpin
menciptakan kesatuan tujuan, arah dan keterlibatan pegawai adalah untuk
menyelaraskan strategi, kebijakan, proses, dan sumber daya dengan tujuan
organisasi.8
3) Keterlibatan orang (Engagement of people)
Keterlibatan staf adalah prinsip fundamental lainnya. Prinsip ketiga ini
menjelaskan bahwa dalam suatu organisasi setiap pegawai merupakan
pegawai kompeten, dapat diberdayakan, dan dapat dilibatkan dalam
menjalankan proses bisnisnya. Dengan kata lain, tidak ada pegawai yang
pekerjaannya dianggap tidak penting oleh organisasi.
4) Pendekatan Proses (Process Approach)
Prinsip pendekatan proses mempercayai bahwa suatu hasil dapat menjadi
lebih efektif dan efisien, ketika kegiatan-kegiatan yang dikelola menjadi
suatu proses yang saling terkait dan berfungsi sebagai sistem yang koheren.
Esensi pentingnya prinsip ini adalah sistem manajemen mutu dibangun atas
dasar adanya hubungan proses yang saling terkait dan bersama-sama
mengarah pada pencapain tujuan organisasi yang merefleksikan kepuasan
dari pihak-pihak yang berkepentingan.
5) Pendekatan sistem pada manajemen
Sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari berbagai bagian/ komponen
yang satu sama lain saling berhubungan dan saling tergantung untuk
menuju tujuan. Pendekatan sistem memandang suatu organisasi secara
keseluruhan daripada bagian-bagian, yang diekspresikan sebagai holistic.

8
Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan Konsep Strategi dan Aplikasi, (Jakarta :
PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), h. 92.

11
6) Perbaikan (Improvement)
Prinsip perbaikan dalam manajemen mutu menekankan pentingnya
organisasi untuk memberikan pelatihan kepada pegawainya terkait dengan
metode dan alat perbaikan dalam organisasi, dan membuat peningkatan
produk, proses, dan sistem yang objektif untuk setiap individu dalam
organisasi.
7) Pengambilan Keputusan Berbasis Bukti
Prinsip ini menjelaskan bahwa setiap organisasi dalam mengambil
keputusan harus berdasarkan hasil dari analisis dan evaluasi data dan
informasi. Hal ini dikarenakan kadangkala organisasi sering menghadapi
situasi yang kompleks dalam pengambilan keputusan, dan sering
menghadapi beberapa ketidakpastian.9 Bukti dapat dikumpulkan dengan
melakukan observasi, pengukuran, tes, atau dengan menggunakan metode
lain yang sesuai.
8) Manajemen Relasional (Relationship Management)
Prinsip manajemen relasional menekankan pentingnya organisasi untuk
melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, sehingga tidak ada
pihak yang dirugikan, menetapkan pengembangan dan perbaikan kegiatan
bersama, menginspirasi, mendorong,dan mengakui prestasi yang dicapai
pemasok.

C. Kepemimpinan dalam Manajemen Mutu Terpadu


Kepemimpinan adalah suatu aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang
lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Rosmiati dan
Kurniady (2010: 125) memberikan gambaran bahwa secara umum defenisi

9
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung : Alfabeta,
2009), h. 102.

12
Kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang
untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan,
mengarahkan dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima
pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu
tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Adair (2004: 120) menambahakan bahwa seorang pemimpin adalah orang
yang memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memimpin sebuah kelompok
dalam rangka mencapai tujuan akhir dari sebuah organisasi.
Dalam kepemimpinan mutu pendidikan, setiap orang merupakan pemimpin.
Untuk mencapai visi pendidikan, pemimpin sekolah harus dapat memberdayakan
para guru dan memberi mereka wewenang seluas-luasnya untuk meningkatkan
pembelajaran. Mereka diberi keleluasaan dan otonomi dalam bertindak. Guru
harus mengajak siswanya untuk memandang dirinya sebagai pemilik visi,
mendengarkan dan bertindak berdasarkan gagasan, inovasi dan kreatifitas siswa
guna mencapai visi tersebut. Sebagai pemimpin mutu, semua orang bertanggung
jawab menghilangkan kendala pencapaian kinerja tinggi. Visi sebagai pemberi
arah bagi setiap orang untuk diikuti, dan setelah arahan diketahui, selanjutnya
adalah menghilangkan rintangan yang menghalangi dirinya untuk menjadi
seseorang yang berkinerja tinggi (Arcaro, 2005; 20).
Joseph M. Juran dalam Fandy Tciptono & Anastasia Diana, (2001;160)
menyatakan bahwa kepemimpinan yang mengarah kepada kualitas meliputi tiga
fungsi manajerial, yaitu :
[1] Perencanaan kualitas; fungsi ini meliputi langkah-langkah: identifikasi
pelanggan, identifikasi kebutuhan pelanggan, mengembangkan produk
berdasarkan kebutuhan pelanggan, mengembangkan metode dan proses kerja
untuk menghasilakan produk yang memenuhi atau melampaui harapan pelanggan,
dan mengubah hasil perencanaan ke dalam tindakan nyata.

13
[2] Pengendalian kualitas; langkah-langkah dalam fungsi ini adalah: evaluasi
kinerja aktual, membandingkan kinerja aktual dengan tujuan, dan melakukan
tindakan perbaikan untuk mengatasi perbedaan kinerja yang ada.
[3] Perbaikan kualitas; langkah-langkahnya: membenruk infrastruktur untuk
perbaikan kualitas secara berkesinambungan, identifikasi proses atau metode yang
membutuhkan perbaikan, membentuk tim yang bertanggung jawab atas proyek
perbaikan tertentu, dan menyediakan sumber daya dan pelatihan yang dibutuhkan
tim perbaikan tersebut agar dapat mendiagnosis masalah dan mengidentifikasi
penyebabnya, menemukan pemecahannya, dan melakukan perbaikan terhadap
masalah tersebut.10
Kepemimpinan pendidikan mutu dalam memiliki peran yang sangat penting
dalam kaitannya dengan pemberdayaan guru dan para staff untuk bekerja sama
dalam satu tim yang solid. Dengan demikian seorang pemimpin pendidikan mutu
harus memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Melibatkan para guru dan seluruh staff dalam aktivitas penyelesaian masalah,
dengan menggunakan metode ilmiah, prinsip-prinsip mutu dan kontrol
proses.
2. Meminta pendapat mereka tentang berbagai hal dan tentang bagaimana
menjalankan tugas dan tidak sekedar menyampaikan bagaimana seharusnya
bersikap.
3. Menyampaikan sebanyak mungkin informasi manajemen untuk membantu
pengembangan dan meningkatkan komitmen mereka.
4. Menanyakan pendapat Staff tentang sistem dan prosedur mana saja yang
menghalangi mereka dalam menyampaikan mutu kepada pelanggan (pelajar,
orang tua maupun partner kerja).
5. Memahami bahwa keinginan untuk meningkatkan mutu tidak sesuai dengan
manajemen dari atas ke bawah (top-down).

10
Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu, (Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 2005) H.79

14
6. Memindahkan tanggung jawab dan kontrol pengembangan tenaga profesional
langsung pada guru dan pekerja teknis.
7. mengimplementasikan komunikasi yang sistematis dan kontinyu diantara
setiap orang yang terlibat dalam sekolah.
8. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah serta negoisasi dalam
rangka menyelesaikan konflik.
9. Memiliki sikap membantu tanpa harus mengetahui semua jawaban bagi
setiap masalah dan tanpa merasa rendah diri.
10. Menyediakan materi pembelajaran konsep mutu. Seperti membangun tim,
manajemen proses, layanan pelanggan, komunikasi serta kepemimpinan.
11. Memberikan teladan yang baik.
12. Memberikan otonomi dan berani mengambil resiko.
13. Memberikan perhatian yang berimbang dalam menyediakan mutu bagi
pelanggan internal dan eksternal.

Komitmen terhadap mutu harus menjadi peran utama bagi pemimpin


pendidikan mutu. Menurut peters dan Austin sebagaimana dikutip Sallis
(2008;170), pemimpin pendidikan mutu harus memiliki perspektif dibawah ini:
1. Kepala sekolah harus mengkomunikasikan nilai-nilai institusi kepada para
staf,pelajar dan komunitas yang lebih luas. Manajer harus memberi arahan,
visi dan inspirasi. Mentalitas yang menganggap dirinya bos harus dirubah
menjadi pendukung dan pemimpin staf.
2. Dekat dan untuk pelanggan pendidikan, yakni pelajar. Hal ini mencerminkan
bahwa institusi memiliki focus yang jelas terhada pelanggan utamanya.
3. Pemimpin harus melakukan inovasi diantara stafnya dan bersiap
mengantisipasi kegagalan yang merintangi inovasi tersebut.
4. Menciptakan rasa kekeluargaan

15
5. Memiliki sifat-sifat personal yang dibutuhkan, yaitu ketulusan, kesabaran,
semangat, intensitas, dan antusiasme.11

Pemimpin pendidikan mutu memiliki fungsi utama dalam manajemen mutu


di sekolah, diantara fungsi utama tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penjaga visi mutu terpadu bagi institusi.
2. Motivator bagi seluruh struktur organisasi disekolah untuk berkomitmen
terhadap proses peningkatan mutu. Komitmen memerlukan antusiasme dan
tak henti terhadap pemberdayaan mutu, selalu menghendaki kemajuan
dengan metode dan cara yang baru (Sallis, 2008:175).
3. Mengkomunikasikan pesan mutu.
4. Memastikan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan praktek
intitusi.
5. Mengarahkan perkembangan karyawan.
6. Memimpin inovasi dalam institusi.
7. Mampu memastikan bahwa struktur organisasi secara jelas telah
mendefinisikan tanggung jawab dan mampu memersiapkan delegasi yang
tepat.
8. Memiliki komitmen untuk menghilangkan rintangan, baik organisasional
maupun Kultural.
9. Membangun tim yang efektif.
10. Mengembangkan mekanisme yang tepat untuk mengawali dan mengevaluasi
kesuksesan (Sallis, 2008:173-174).

BAB III

11
Danim, Sudarwan, Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik,
(PT.Bumi Aksara; Jakarta. 2008)

16
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa makin baik


komponenkomponen manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang
diimplementasikan oleh seluruh stakeholders dalam pelaksanaannya di sekolah,
diyakini akan makin berkualitas/bermutu siswa lulusan dan sekolah tersebut. Oleh
sebab itu, seberapa besar pelaksanaan komponen-komponen program manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah ini, untuk mewujudkan peningkatan mutu atau
kualitas sekolah bisa diamati dan dipelajari.

Salah satu prinsip manajemen peningkatan mutu adalah adanya perbaikan yang
berkelanjutan dan hubungan yang berkesinambungan antar sistem. Perbaikan yang
berkesinambungan dapat diperoleh jika sekolah responsif terhadap informasi yang
berkembang di luar dan antisipatif terhadap masalah yang mungkin muncul.

Penting bagi sekolah untuk selalu membaca perkembangan lingkungan dan


menanggapinya secara cepat dan tepat. Cepatnya perkembangan informasi dan
kebudayaan menuntut sekolah agar mampu menyesuaikan dan mengikuti
perubahan/tuntutan, dan juga mampu mengantisipasi hal-hal yang mungkin bakal
terjadi.

B. Saran
Demikian penulisan makalah kami semoga mampu menambah wawasan para
pembaca terkait dengan manajemen pendidikan. Kami sadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kami mengharapkan
kritik yang bersifat membangun.

DAFTAR PUSTAKA

17
George R. Terry, The Principles of Management, (Illinois, 1973).
Paul Hersey dan Blanchard, Management of Organizational Behavior, (New Jersey:
Englewood Cliffs, 1988).
Hari Sudrajat, “Manajemen Berbasis Sekolah dengan Pendekatan Kulitas Total,”
makalah Pelatihan Pengelolaan Madrasah Aliyah untuk Pengurus Pesantren
(Pusdiklat Depdiknas Sawangan :2001).
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: UIN Pers, 2004).
Departemen Pendidikan Nasional. Konsep Dasar MPMBS. (Jakarta, 2003).
Syafaruddin. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan Konsep Strategi dan
Aplikasi. (Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002).
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,
(Bandung: Alfabeta, 2009).
Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu, (Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 2005).
Danim, Sudarwan, Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akademik, (PT. Bumi Aksara; Jakarta. 2008)
Dale Timpe, A. Kepemimpinan (Leadership), Seri Manajemen Sumber Daya
Manusia. (PT. Elex Media Komputindo: Jakarta, 2002).
Salis, Edward. Total Quality Management in Education, Alih Bahasa oleh Ahmad Ali
Riyadi dan Fahrurrozi. (Ircisod: Yogyakarta, 2008).
Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan
Permasalahan, (PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2002).

18

Anda mungkin juga menyukai