STUNTING
Disusun oleh :
RIMA INDAH PUSPITA (202110220311045)
ELFIRA DWI KURNIANINGRUM (20210220311067)
Kelas B
DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Stunting 3
2.2 Faktor Penyebab Stunting 3
2.2.1 Ekonomi 3
2.2.2 Pendidikan 4
2.2.3 Pengetahuan Tentang Gizi 5
2.2.4 Asupan Gizi Ibu Hamil 5
2.2.5 Kekurangan Zinc 6
2.3 Dampak Stunting 6
2.4 Kebijakan Pemerintah Terhadap Stunting 7
2.4.1 Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) 7
2.4.2 Stunting Summit 8
2.4.3 Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
(Gerakan 1000 HPK) 8
2.4.4 Program Indonesia Sehat 8
2.4.5 Perundang-undangan 8
BAB III PEMBAHASAN 10
3.1 Lokakarya Pengolahan Makanan Padat Gizi Berbasis Pangan
Lokal 10
3.2 Pelatihan Pengolahan Makanan Padat Gizi Berbasis Pangan
Lokal 10
3.3 Pemberian MPASI Dapat Berupa MPASI Terfortifikasi atau MPASI
Homemade 11
3.4 Intervensi Suplemen Ibu Hamil 12
3.5 Pendampingan dan Penyuluhan 12
1
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 15
DAFTAR PUSTAKA 16
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
pendek) (Riskesdas,2013). Oleh sebab itu, diperlukan analisis agar didapatkan
solusi untuk mengatasi permasalahan gizi stunting.
1.2 Tujuan
Memberikan informasi mengenai stunting yang terdiri dari :
1. Pengertian stunting.
2. Faktor yang menyebabkan terjadinya stunting.
3. Faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting.
4. Dampak Stunting.
5. Penilaian Stunting secara Antropometri.
6. Cara mencegah Stunting.
7. Zat Gizi mikro yang berperan untuk menghindari stunting.
8. Usaha pemerintah dalam masalah stunting.
1.3 Manfaat
diharapkan dapat memberikan manfaat berupa edukasi mengenai pencegahan
stunting pada Ibu, solusi kejadian stunting, dan membantu meminimalisir kejadian
balita stunting
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Stunting
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan
gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting sendiri juga dapat dikatakan sebagai
kegagalan pertumbuhan akibat akumulasi dari ketidakcukupan nutrisi yang
berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai dengan usia 24 bulan (Haskas,
2020). Balita Pendek (Stunting) adalah status gizi yang didasarkan pada indeks
PB/U atau TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak,
hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) < -2 SD sampai
dengan -3 SD (pendek/stunted) dan < -3 SD (sangat pendek/severely stunted)
(Rahmadhita, 2020). Periode 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK)
merupakan simpul kritis sebagai awal terjadinya pertumbuhan Stunting, yang
sebaliknya berdampak jangka panjang hingga berulang dalam siklus kehidupan
(Aryastami, 2017).
2.2 Faktor Penyebab Stunting
2.2.1 Ekonomi
Ekonomi adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan
material dari sumber yang terbatas. Status sosial ekonomi keluarga
mencakup, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga. Pendapatan
3
keluarga adalah jumlah penghasilan yang riil dari seluruh anggota keluarga
yang artinya bahwa mereka yang hidup dalam satu atap dan menjadi
tanggungan kepala keluarga. Sebagian besar anak balita yang mengalami
gangguan pertumbuhan memiliki status ekonomi yang rendah. Status
sosial ekonomi keluarga sangat berpengaruh secara signifikan terhadap
masalah stunting pada anak usia 0-59 bulan. Sebagian besar anak balita
yang mengalami gangguan pertumbuhan memiliki status ekonomi yang
rendah. Penelitian lain menunjukkan bahwa kesehatan anak bergantung
pada status sosial ekonomi keluarga (Sihombing, 2017).
Orang yang dengan tingkat ekonomi rendah biasanya akan
membelanjakan sebagian besar pendapatan untuk makan. Status sosial
ekonomi keluarga merupakan faktor yang menentukan kualitas dan
kuantitas makanan. Pada rumah tangga yang berpendapatan rendah,
sebanyak 60% hingga 80% dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk
membeli makanan. Artinya bahwa dari pendapatan tersebut 70-80% energi
dipenuhi oleh karbohidrat (beras dan penggantinya) dan hanya 20%
dipenuhi sebagai sumber energi protein yang menyebabkan semakin
besarnya total pengeluaran termasuk besarnya pengeluaran untuk pangan
(Aridiyah et al., 2016)
2.2.2 Pendidikan
Kecenderungan kejadian stunting pada balita lebih banyak terjadi
pada ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini dikarenakan di masyarakat
masih berkembang pemikiran bahwa pendidikan tidak penting serta terkait
dukungan dari keluarga untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi
yang masih belum maksimal. Secara tidak langsung tingkat pendidikan ibu
akan mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan ibu mengenai
perawatan kesehatan terutama dalam memahami pengetahuan mengenai
gizi (Aridiyah et al., 2016)
4
2.2.3 Pengetahuan Tentang Gizi
Pengetahuan mengenai gizi merupakan proses awal dalam
perubahan perilaku peningkatan status gizi, sehingga pengetahuan
merupakan faktor internal yang mempengaruhi perubahan perilaku.
Pengetahuan ibu tentang gizi akan menentukan perilaku ibu dalam
menyediakan makanan untuk anaknya. Ibu dengan pengetahuan gizi yang
baik dapat menyediakan makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat
untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak balita.
Rendahnya pemberian ASI eksklusif menjadi salah satu pemicu
terjadinya stunting pada anak balita yang disebabkan oleh kejadian masa
lalu dan akan berdampak terhadap masa depan anak balita, sebaliknya
pemberian ASI yang baik oleh ibu akan membantu menjaga keseimbangan
gizi anak sehingga tercapai pertumbuhan anak yang normal. Hal ini karena
pada usia 0-6 bulan ibu balita yang memberikan ASI eksklusif yang dapat
membentuk imunitas atau kekebalan tubuh anak balita sehingga dapat
terhindar dari penyakit infeksi. Setelah itu pada usia 6 bulan anak balita
diberikan MP-ASI dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga anak
balita terpenuhi kebutuhan zat gizinya yang dapat mengurangi risiko
terjadinya stunting (Aridiyah et al., 2016)
5
memiliki Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5cm. Ibu hamil dengan KEK
berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) yang jika tidak segera
ditangani dengan baik akan berisiko mengalami stunting.Kekurangan
energi kronis (KEK) merupakan kondisi yang disebabkan karena adanya
ketidak seimbangan asupan gizi antara energi dan protein, sehingga zat
gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi (Indonesia, K.K.R., 2018)
6
Dampak jangka pendek dari kasus stunting adalah apatis, mengalami
gangguan bicara, serta gangguan perkembangan lainnya, sedangkan dampak
jangka panjang dari kasus stunting adalah penurunan skor IQ, penurunan
perkembangan kognitif, gangguan pemusatan perhatian, perawakan yang pendek
(Sihombing, 2018), kekebalan tubuh melemah, dan memiliki resiko lebih besar
terhadap penyakit diabetes melitus dan kanker (Kirana et al., 2021). Generasi
yang tumbuh optimal alias tidak stunting memiliki tingkat kecerdasan yang lebih
baik, akan memberikan daya saing yang baik di bidang pembangunan dan
ekonomi (Saputri, 2019)
7
mendorong percepatan penurunan stunting di Indonesia. Stunting Summit
menjadi momentum bagi pemerintah Indonesia untuk mencanangkan
intervensi penurunan stunting terintegrasi di kabupaten/kota prioritas, dan
memperluas lokasi intervensi secara bertahap. Diharapkan atas segala
upaya pencegahan stunting akan ada terus kemajuan untuk menurunnya
angka tersebut dan dibarengi dengan adanya komitmen serius antara
pemerintah dan masyarakat untuk mengentaskan hal ini (Rahmadhita,
2020)
8
e. Hal ini sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang rencana
pembangunan jangka panjang (2005-2025)
f. Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan seperti perbaikan
gizi.
9
BAB III
PEMBAHASAN
10
3.3 Pemberian Mpasi Dapat Berupa Mpasi Terfortifikasi Atau Mpasi
Homemade.
MPASI fortifikasi merupakan bahan MPASI yang sudah diolah oleh pabrik
yang ditunjuk oleh pemerintah dan diawasi dalam pembuatannya sehingga ibu-ibu
rumah tangga tinggal praktis dalam penyajiannya. Sedangkan MPASI homemade
merupakan MPASI yang dibuat oleh ibu rumah tangga sendiri yang disesuaikan
dengan menu yang akan diolah. Keberagaman pangan dapat mencegah kejadian
stunting, balita dengan asupan makanan yang kurang beragam memiliki resiko
terjadi stunting 3,213 kali dibandingkan dengan balita dengan asupan makanan
yang beragam.(Widyaningsih et al.,2018).
Rasa pada pangan lokal untuk bayi dan anak-anak lebih cenderung menyukai
olahan produk lokal yang mempunyai rasa gurih dan manis, sehingga teknik
pengolahan pangan lokal untuk bayi/anak-anak perlu ditingkatkan karena selama
ini masyarakat hanya mengolah bahan lokal singkong diolah dengan metode
dikukus dan direbus (singkong kukus, ubi kukus, jagung rebus) sehingga perlu
divariasi dengan topping (susu kental manis, madu, vla dari putih telur) agar
mempunyai rasa yang lebih variatif. Tekstur dan aroma pada pangan lokal untuk
pencegahan stunting sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa bayi dan
anak-anak menyukai tekstur olahan pangan lokal bertekstur renyah / crispy
dengan aroma yang kuat, hal ini bisa disiasati dengan teknik pengolahan pangan
lokal seperti pembuatan keripik, pastry kering dengan dipadukkan aroma kuat dari
rempah, atau dipadukan dengan selai kacang yang kaya akan zat besi. Sedangkan
ditambah dengan variasi warna, pangan lokal mempunyai jenis ungu dari ubi
ungu, hijau dari pandan, orange dari wortel dan merah dari buat bit, putih dari
tepung sagu, tepung singkong. Preferensi masyarakat tentang pangan lokal untuk
pencegahan stunting biasa aja dan masih dominan dengan pangan praktis pangan
kemasan seperti puding, bubur instan, kerupuk bayi/anak-anak instan. Untuk
Meningkatkan preferensi olahan pangan lokal untuk bayi / anak-anak dapat
divariasikan dengan pengolahan fortifikasi yaitu perpaduan antara pangan lokal
protein hewani seperti lele dengan tepung singkong (Anita dan Sutrisno, 2022
11
3.4 Intervensi Suplemen Ibu Hamil
intervensi lipid based nutrient supplements (SQ-LNSs) (Adu-Afarwuah et al.,
2016), inferensi suplemen zinc (Rohmawa et al., 2021) dan intervensi suplemen
makanan energi protein (Islam Khan, 2013). Suplemen lipid berbasis nutrisi (SQ-
LNSs) untuk ibu hamil,menyusui dan bayi (Arimondetal.,2015). Suplemen SQ-
LNS dirancang untuk mengatasi masalah banyak populasi kandungan energi total
dari kandungan makanan mungkin cukup, zat gizi mikro (Allen, 2003) dan lemak
esensial (EFA) (Michaelsen et al., 2011). efek pemberian ga jenis intervensi
suplemen ibu hamil mencegah stunting adalah ada tujuh artikel yang berefek
positif meningkatkan pertumbuhan dan mencegah bayi berisiko stunting. .Hasil
Penelitiannya dilakukan Adu-Afarwuah et al (2016)melaporkan bahwa pemberian
intervensi suplemen berbasis lipid suplemen nutrisi. SQ-LNSs ibu hamil sampai 6
bulan post partum dan bayi mereka dari usia 6 hingga 18 bulan dapat meningkat
panjang tubuh yang dicapai anak pada usia 18 bulan. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Islam Khan (2013) menunjukan efek suplemen makanan energi
protein selama kehamilan mengurangi terjadinya stunting pada anak laki-laki usia
anak 54 bulan.
12
utama. Selain mengandung vitamin dan mineral, karbohidrat juga
meningkatkan asupan serat serta untuk serta untuk mencegah terjadinya
konstipasi atau sulit buang air besar
b) Protein, tambahan protein diperlukan untuk pertumbuhan janin, uterus,
jaringan payudara, hormon, penambahan cairan darah ibu serta persiapan
laktasi. 2/3 dari protein yang dikonsumsi sebaiknya berasal dari protein
hewani seperti daging, ikan, unggas, telur, kerang yang banyak memiliki
nilai biologi tinggi serta sumber energi nabati banyak terdapat pada
kacang-kacangan. Tambahan protein yang diperlukan selama kehamilan
sebanyak 12 gr/hari
c) Lemak, merupakan sumber energi terbesar dalam tubuh berfungsi sebagai
cadangan energi tubuh bagi ibu saat melahirkan, pelarut vitamin A, D, E,
K dan asam lemak. Asam lemak omega 3 dan 6 juga diperlukan untuk
perkembangan sistim saraf, fungsi penglihatan dan pertumbuhan otak bayi
juga sebagai bantalan lagi organ-organ tertentu seperti biji mata dan ginjal.
Sumber lemak antara lain daging, susu, telur, mentega, dan minyak
tumbuhan
d) Vitamin A, diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan embrio.
Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan kelahiran prematur dan bayi
berat lahir rendah. Sumber makanan yang mengandung vitamin A antara
lain kuning telur, mentega, wortel, tomat dan nangka
e) Vitamin B6, penting untuk pembuatan asam amino yaitu bahan protein di
dalam tubuh. Makanan yang mengandung vitamin B6 antara lain hati sapi,
daging ayam tak berlemak, ikan salmon, beras merah, pisang, tomat dan
lain-lain
f) Vitamin C, jika kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan keracunan
kehamilan, ketuban pecah dini (KPD). Vitamin C berguna untuk
mencegah terjadinya ruptur membran, sebagai bahan semen jaringan ikat
dan pembuluh darah. Sumber vitamin C terdapat dalam beberapa makanan
seperti tomat, jeruk, jambu biji dan brokoli
g) Asam folat, wajib dikonsumsi bagi ibu yang sedang hamil khususnya pada
trimester 1. Asam folat diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
13
dan putih, mencegah anemia. Beberapa bahan olahan yang banyak
mengandung asam folat adalah bayam, brokoli, jus jeruk, pisang dan lain-
lain.
h) Kalsium, sebagian besar digunakan untuk perkembangan tulang dan gigi
janin yang banyak terdapat pada produk susu, keju, udang, teri, ikan,
kacang-kacangan, tahu, tempe dan sayuran berdaun hijau.
i) Zat besi, bagi ibu hamil penting untuk pembentukan dan mempertahankan
sel darah merah. Kebutuhan ini dapat terpenuhi dari makanan yang kaya
akan zat besi, seperti daging berwarna merah, hati, ikan, kuning telur
j) Fosfor, cukup diperoleh dari makanan sehari-hari. Fosfor berhubungan
erat dengan kalsium. Jika jumlahnya tidak seimbang maka akan
menimbulkan gangguan. Sumber makanannya adalah susu, keju dan
daging.
k) Seng, jumlah seng dalam tubuh jumlahnya kecil. Kebutuhan seng
terpenuhi dari makanan sehari-hari. Kekurangan mineral ini dapat
menimbulkan cacat bawaan seperti pembentukan tulang dan selubung
saraf tulang belakang yang tidak normal.
l) Yodium, fungsi utama yodium adalah untuk pembentukan tiroksin
terdapat dalam garam dan diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit.
Berfungsi dalam pertumbuhan. Jika kekurangan terjadi kemudian
pertumbuhan anak akan terhambat. 13. Natrium, peranan penting dalam
metabolisme air dan bersifat mengikat cairan dalam jaringan sehingga
mempengaruhi keseimbangan cairan pada ibu hamil. Sehingga ibu hamil
cenderung menderita oedema
m) Flour, diperoleh dari air putih. Flour diperlukan untuk pembentukan gigi
bayi jika ketika hamil ibu mengalami kekurangan flour, maka bayi tidak
normal pertumbuhan giginya. demikian juga dengan warna serta bangunan
gigi
14
BAB IV
15
DAFTAR PUSTAKA
Adesta, R. O., Ayupir, A., & Clarita, M. C. (2023). Hubungan Asi Eksklusif, Pola
Pemberian Makan dan Status Ekonomi Keluarga Terhadap Kejadian
Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Boganatar. Jurnal Keperawatan
dan Kesehatan Masyarakat, 10(1).
Anita, A., & Sutrisno, E. (2022). Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap
Pengolahan Pangan Lokal untuk Pencegahan Stunting di Jawa Timur.
EDUKATIF: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(1), 456-466.
Ardiana, A., Afandi, A. T., Masaid, A. D., & Rohmawati, N. (2015).
PEMANFATAAN HASIL PERTANIAN UNTUK PENATALAKSANAAN
DAN PENCEGAHAN STUNTING MELALUI PEMBERDAYAAN IBU
KADER KESEHATAN DI KABUPATEN JEMBER.
Aridiyah, F. O., Rohmawati, N., & Ririanty, M. (2015). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan
dan Perkotaan (The Factors Affecting Stunting on Toddlers in Rural and
Urban Areas). Pustaka Kesehatan, 3(1), 163-170.
Aryastami, N. K. (2017). Kajian Kebijakan dan Penanggulangan Masalah Gizi
Stunting di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, 45(4).
https://doi.org/10.22435/bpk.v45i4.7465.233-240
Hannum, I., Hadi, A. J., Ahmad, H., & Nasution, Z. (2023). Review Kejadian
Stunting pada Anak Baduta di Wilayah Kerja Puskesmas Paringgonan
Kabupaten Padang Lawas. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia
(MPPKI), 6(6), 1213-1220.
Isnaini, N., Mariza, A., & Putri, M. A. (2022). Pentingnya gizi pada ibu hamil
sebagai upaya pencegahan stunting di periode 1000 HPK. Jurnal Perak
Malahayati: Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(1).
Kamuri, K. J., Manongga, I. R., Neno, M. S., & Aman, D. K. (2023).
PENGOLAHAN MAKANAN PADAT GIZI BERBASIS PANGAN
LOKAL KEPADA IBU RUMAH TANGGA DENGAN BALITA
STUNTING DI KABUPATEN TTS. E-Amal: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 3(2), 73-80.
16
Mandowa, R., & Erika, K. A. (2022). Intervensi Suplemen Ibu Hamil dalam
Mencegah Stunting: A Systematic Review. Jurnal Kesehatan Komunitas,
8(1), 154-160.
Rahmadhita, K. (2020). Permasalahan stunting dan pencegahannya. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 9(1), 225-229.
Widyaningsih, N. N., Kusnandar, K., & Anantanyu, S. (2018). Keragaman
Pangan, Pola Asuh Makan Dan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59
Bulan. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal Of Nutrition), 7(1),
22–29.
Ulfah, I. F., & Nugroho, A. B. (2020). Menilik Tantangan Pembangunan
Kesehatan di Indonesia: Faktor Penyebab Stunting di Kabupaten Jember.
Sospol: Jurnal Sosial Politik, 6(2), 201-213.
17