Kel-2 Teknik Supervisi Individual
Kel-2 Teknik Supervisi Individual
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
DOSEN PENGAMPU:
ULIL MULTAZAM, M.Pd.
(Kelompok 2)
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Supervisi dalam dunia pendidikan menjadi sangat penting dilaksanakan
karena berpengaruh terhadap kinerja guru sekaligus pada hasil pembelajaran.
Supervisi ini sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan dikarenakan ada
suatu hal yang mendasari seperti perkembangan kurikulum, dengan
berkembangnya kurikulum maka guru-guru dituntut juga ikut berkembang.
Untuk meningkatkan kreativitas guru dan pegawai lainnya maka perlu
diadakannya supervisi pendidikan. Dimana supervisi ini adalah memberikan
bantuan atau binaan kepada guru dan pegawai atau staf lainnya agar dapat
memperbaiki kinerjanya dan bekerja lebih baik lagi. Jika kinerja guru dan
pegawai atau staf lainnya telah baik maka akan berpengaruh terhadap hasil
belajar.
Dengan adanya supervisi akan ada evaluasi dan umpan balik atau tindak
lanjut dari hasil supervisi guna memperluas pengalaman guru, membuat
pembelajaran lebih kreatif dan juga dapat memberikan pengetahuan dan
keterampilan terhadap guru. Dalam pelaksanaannya supervisi pendidikan di
sekolah dilaksanakan oleh kepala sekolah yang disebut supervisior, dimana
supervisior ini bertugas sebagai pengawas dan pengendali terhadap kinerja
guru. Pengawasan dan pengendalian ini dilakukan agar dalam melaksanakan
tugasnya guru tidak melakukan penyimpangan sebagai seorang pengajar atau
pendidik. Guru dituntut untuk dapat meningkatkan kinerja serta kreativitasnya
dalam mengajar.
Untuk dapat melaksanakan tugasnya tersebut pengawas tentu harus
menguasai berbagai prinsip, metode dan teknik supervisi sehingga ia dapat
menentukan strategi, pendekatan atau model supervisi yang cocok untuk
menyelesaikan suatu permasalahan atau program.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari teknik supervisi ?
2. Bagaimana teknik supervisi individual berlangsung?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi teknik supervisi
2. Mengetahui tentang teknik supervisi
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Lantip Diat Prasojo & Sudiyono, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2011),
Cet. I, hlm. 102
3
kelas; 2) observasi kelas; 3) pertemuan individu; 4) kunjungan antar kelas; 5)
menilai diri sendiri. Untuk teknik supervisi individual yang sering digunakan
adalah observasi kelas dan kunjungan kelas.
1. Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh supervisor
dengan mengunjungi kelas tempat guru mengajar untuk mengamati
aktivitas guru dalam mengajar. Teknik ini bertujuan untuk memperoleh
data secara objektif mengenai keadaan proses belajar dan mengajar yang
dilakukan guru sehingga dapat membantu guru dalam mengatasi kesulitan-
kesulitan yang dihadapi di kelas.2 Fungsi kunjungan kelas adalah sebagai
media untuk mendorong guru agar meningkatkan cara mengajar dan
belajar siswa. Kunjungan kelas ini bisa menguatkan mental guru untuk
menumbuhkan kariernya, dan memberikan keperyaan diri dalam
mengajar.3
2
Hendiyat Soetopo & Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: PT
Bina Aksara, 1988), Cet. II, hlm. 46
3
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, (Yogyakarta: Trenlis), hlm.
126
4
Ibid, hlm. 127
4
mengajarnya agar setiap guru mempersiapkan diri. Sedangkan,
kelemahannya adalah biasanya karena adanya kunjungan secara
tiba-tiba daoat mengakibatkan guru menjadi bingun karena
berprasangka bahwa pekerjaannya akan dinilai, juga bagi guru-
guru yang kurang senang dikunjungi akan beranggapan bahwa
supervisor datang untuk mencari kesalahan saja, sehingga
mengakibatkan timbulnya hubungan yang kurang baik antara
guru dan supervisor.
5
kemampuannya dalam proses belajar mengajar. Sebab, dengan
cara seperti ini, para guru dapat belajar untuk bersikap terbuka
guna memperoleh berbagai pengalaman baru dari hubungan kerja
samanya dengan supervisor. Di samping itu, hal ini juga dapat
mendorongnya untuk berupaya mengaktualisasikan
kemampuannya. Sikap dan dorongan seperti ini merupakan suatu
alat baginya untuk mencapai tingkat profesional.5
Kunjungan jenis ini, memiliki sisi positif dan negatif.
Adapun sisi positifnya, bagi seorang supervisor, hal ini dapat
menambah pengalamannya dalam bekerja sama dengan guru
serta belajar dari pengalaman tersebut. Sedangkan bagi guru,
akan lebih mudah baginya untuk memperbaiki dan meningkatkan
kemampuannya, karena motivasi untuk belajar dari pengalaman
dan bimbingan dari supervisor tumbuh dari dalam dirinya sendiri.
Sedangkan sisi negatifnya adalah kemungkinan terjadi
manipulasi dari pihak guru, yaitu suasana kelas yang dibuat-
dibuat sedemikian baiknya yang lazimnya tidak demikian,
sehingga akan menimbulkan kesukaran untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya.
Tiga model kunjungan ini seyogyanya dipraktikkan oleh
supervisor, baik langsung datang tanpa memberi tahu, memberi
tahu dulu, dan menunggu undangan. Pada awalnya, mungkin
supervisor melakukan kunjungan dengan cara memberi tahu dulu,
setelah melihat fakta secara langsung, berdialog dengan banyak
elemen, guru, siswa, wali murid, dan stakeholders lainnya,
kemudian memberikan masukan, arahan, dan bimbingan
berharga kepada guru tentang kurikulum, metode pembelajaran,
dan kompetensi yang harus dikuasai guru. Setelah itu pada
kesempatan lain, supervisor dapat meninjau lagi mengenai
5
Piet A. Sahertian. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan (Dalam rangka Membangun
Sumber Daya Manusia). Cet. II, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 55
6
perkembangan tanpa memberi tahu sebelumnya. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui keseriusan pihak sekolah dalam
melakukan perbaikan. Supervisor harus mempunyai data objektif
setiap melakukan supervisi sehingga bisa melakukan evaluasi
secara rutin. Ketika supervisi sudah aktif dilaksanakan, dan
sekolah mempunyai semangat yang baik untuk melakukan
pengembangan, maka suatu saat supervisor akan meminta
sekolah untuk mengundangnya guna melakukan supervisi
fuungsional. Langkah-langkah sistematis-gradual ini sangat
bermafaat bagi kedua belah pihak.6
6
Opcit. Jamal Ma’mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, hlm. 128
7
dan penutup pembelajaran, perlu juga diamati kesesuaian RPP
yang disajikan guru dengan realitas pelaksanaannya, penggunaan
media, dan pengelolaan kelas.
3. Tahap akhir kunjungan
Pada tahap akhir kunjungan, supervisor bersama guru
mengadakan pertemuan untuk membicarakan hasil-hasil
observasi atau kunjungan. Dalam tahap ini supervisor dapat
menunjukkan data-data yang diambil dengan instrument,
memberikan penguatan tentang hal-hal yang sudah dicapai
sedangkan yang belum diberi bantuan melalui pembinaan, saran,
diskusi, dan contoh.
4. Tahap tindak lanjut
Pada tahap ini, supervisor bersama guru merencanakan tindak
lanjut perbaikan untuk hari selanjutnya. Supervisor merumuskan
langkah-langkah yang akan dilakukan sebagai solusi untuk
permasalahan yang ada. Supervisor juga harus menyiapkan
program yang tepat untuk meningkatkan kompetensi guru.
8
2. Observasi Kelas
Observasi kelas dapat diartikan sebagai pengamatan langsung
terhadap proses belajar mengajar yang sedang berjalan di kelas secara
lengkap dan teliti. Supervisor mengobservasi kelas dengan tujuan untuk
memperoleh data tentang segala sesuatu yang terjadi dalam proses belajar
mengajar. Data ini sebagai dasar bagi supervisor melakukan pembinaan
terhadap guru yang diobservasi. Selama di kelas supervisor melakukan
pengamatan dengan teliti, dan menggunakan instrumen yang ada terhadap
lingkungan kelas yang diciptakan oleh guru selama jam pelajaran tanpa
mengganggu proses belajar mengajar.7
7
Sudadi, dkk., Supervisi Pendidikan – Konsep, Teori, dan Implementasi, (Yogyakarta: Pustaka
Ilmu, 2021), hlm. 111
9
4. Penilaian hasil observasi
5. Tindak lanjut
8
Opcit. Lantip Diat Prasojo & Sudiyono, Sepervisi Pendidikan, hlm. 104
9
Opcit. Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan, hlm. 57
10
Mukhtar & Iskandar. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan.. Cet. I. (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2009), hlm. 67
10
1. Kelengkapan catatan dalam menganalisa apa yang telah terjadi
selama pelajaran berlangsung.
2. Fokus terhadap hal yang akan diamati, misalnya, dalam suatu
pelajaran tertentu adalah baik untuk memfokuskan observasi
tersebut pada reaksi siswa terhadap pertanyaan gurunya.
3. Menyesuaikan observasi pada periode perkembangan mengajar
guru.
4. Mencatat komentar sewaktu guru memberikan komentar ketika
proses pembelajran berlangsung.
5. Pola mengajar, yakni pola tingkah laku mengajar tertentu dari
guru.
11
Piet A. Sahertian & Frans Mataheru. Prinsip & Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1988), hlm. 53
11
2. Activity check list
Activity check list adalah suatu daftar kegiatan yang dijawab oleh
pengamat dengan cara mengecek. Daftar tersebut berisi
pertanyaan-pertanyaan khusus tentang kegiatan yang biasanya
dicek dengan memakai skala “ya” atau “tidak”.
Pada prinsipnya, kedua jenis check list ini sama, hanya saja
evaluative check list pertanyaan-pertanyaan itu bersifat evaluatif,
sedangkan pada activity check list lebih menunjukkan kepada
kegiatan-kegiatan belajar.
12
bawahan terhadap pemimpin seperti halnya supervisor dan guru tidak ada
sama sekali. Sehingga, diskusi dapat berlangsung secara wajar dan mudah
mencari penyelesaian suatu persoalan dengan musyawarah.
12
Sutton, 1989
13
House, 1973
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teknik supervisi individual adalah teknik pelaksanaan kegiatan supervisi
terhadap satu orang guru, tidak ditujukan kepada dua orang guru atau lebih.
Dalam pelaksanaan supervisi, ada beberapa teknik supervisi individual yang
dapat diterapkannya di dalamnya, yaitu antara lain:
1. Kunjungan kelas (classroom visitation)
2. Observasi kelas (classroom observation)
3. Pertemuan/percakapan pribadi (individual conference)
4. Kunjungan antar kelas (intervisitation)
5. Menilai diri sendiri (self evaluation check-list)
B. Saran
Penulis menyadari banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah
ini, maka penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Atas masukan kritikan dan
sarannya, penulis ucapkan terima kasih.
14
DAFTAR PUSTAKA
15