Anda di halaman 1dari 7

A.

Materi Penyuluhan : Keluarga sakinah


B. Oleh Penyuluh Pai Non PNS : Oktoralisari, S.Sos.I
C. Metode Penyampaian : Ceramah,Tanya Jawab, dan Diskusi
D. Waktu :
E. Tempat :

Kata Sakinah berasal dari kata sakana yang berarti diam, atau tenang setelah terguncang dan sibuk. Demikian Dr. Hj.
Riadi Jannah Siregar, M.A menjelaskan arti kata sakinah dalam buku berjudul, Pernikahan Sakinah Mencegah
Perceraian.
Sementara menurut Al-Jurjani, salah seorang ahli bahasa, sakinah adalah adanya ketentraman dalam hati pada saat
datangnya sesuatu yang tidak terduga. Dari dua arti di atas disebutkan bahwa maksud dari keluarga Sakinah adalah
keluarga yang tenang, tentram, penuh kebahagiaan, dan sejahtera baik secara lahir atau batin, serta tidak gentar ketika
menghadapi ujian yang ada dalam rumah tangga.

Hal ini juga tercantum dalam firman Allah QS Ar-Rum ayat 21:

ٍ َ‫ل َءا ٰي‬


َ‫ت لِ ّ َق ْو ٍم يَ َت َفك َُّرون‬ َ ِ‫م ًة ۚ ِإنَّ فِى ٰ َذل‬
َ ‫ك‬ ْ ‫ل بَ ْي َنكُم َّم َو َّد ًة َو َر‬
َ ‫ح‬ َ ‫سك ُُن ٓو ۟ا ِإلَ ْي َها َو‬
َ ‫ج َع‬ ً ‫ُم َأ ْز ٰ َو‬
ْ ‫جا لِ ّ َت‬ ِ ‫ِن َأن ُف‬
ْ ‫سك‬ ْ ‫ق لَكُم ّم‬ َ ْ‫ه َأن‬
َ َ‫خل‬ ‫ِن َءا ٰيَتِ ِٓۦ‬
ْ ‫َوم‬

Artinya: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."

Tujuan Terbentuknya Keluarga Sakinah


Berdasarkan buku Modernisasi Hukum Keluarga Islam dalam Menggagas Keluarga Sakinah oleh Asman, S.Ag.
Upaya untuk menggagas keluarga sakinah dalam hukum Islam tercantum pada pasal 77 dan Undang-Undang
Perkawinan Nomor 1 tahun 1974, pasal 30-34.

Quraish Shihab juga menjelaskan bahwa setiap suami istri, seharusnya mempunyai prinsip dalam rumah tangganya.
Prinsip itulah yang bisa mempertahankan keutuhan keluarga, salah satunya adalah prinsip saling setia dan
membahagiakan.

Dijelaskan juga dalam buku tersebut, bahwa tujuan membangun rumah tangga adalah bagaimana membina rumah
tangga yang damai dan harmonis tanpa adanya paksaan. Hal ini bisa ditiru dari bagaimana Rasulullah SAW
membangun rumah tangga yang harmonis, beliau memberikan contoh yang baik dalam keluarganya. Mengutip Fuadi,
untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, perlu adanya ikhtiar, konsisten, dan adanya kesinambungan antara suami
dan istri.

Adapun berdasarkan buku Dr. Hj. Riadi, salah satu tujuan dari keluarga sakinah, adalah diharapkan agar setiap
anggota dapat merasakan tentram, damai, Bahagia, dan juga sejahtera lahir dan batin. Sejahtera yang dimaksud adalah
terbebas dari kemiskinan harta ataupun tekanan jasmani. Adapun sejahtera batin maksudnya adalah terbebas dari
kemiskinan iman serta mampu mengimplementasikan nilai kehidupan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat

Mengetahui,
Kepala Kantor Urusan Agama Penyuluh Agama Non PNS
Kec Muara Kuang

Drs. Aziz Hidayat, M.Si Oktoralisari, S.Sos.I


NIP.196801062005011005 NIPA.1161001100002
A. Materi Penyuluhan : Ciri-ciri Keluarga sakinah
B. Oleh Penyuluh Pai Non PNS : Oktoralisari, S.Sos.I
C. Metode Penyampaian : Ceramah,Tanya Jawab, dan Diskusi
D. Waktu :
E. Tempat :

1. Kriteria dan Ciri Keluarga Sakinah


Untuk membangun keluarga yang sakinah dalam buku karya Asman, M.Ag, ada beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan, diantaranya yaitu:

1. Memiliki niat yang dalam membina rumah tangga yang baik

2. Memegang prinsip pernikahan

3. Menjalankan hak dan kewajiban dari setiap pasangan

4. Selalu mengingatkan untuk beribadah kepada Allah

5. Menjadikan tempat tinggal yang nyaman, tentram, dan harmonis

Adapun ciri dari keluarga sakinah, menurut buku Dr. Hj. Riadi, adalah seperti yang tercantum dalam QS Ar-
Rum ayat 21. Dalam ayat tersebut tersirat penjelasan mengenai tanda keluarga Sakinah, yaitu diantaranya taat
beragama, memiliki akhlak yang baik dan terpuji, serta harmonis dalam kehidupan keluarga dan juga dalam
kehidupan bermasyarakat.

Bagaimana Membangun Keluarga yang Sakinah?


Melansir buku Dr. Hj. Riadi juga, berikut ini adalah beberapa strategi yang dilakukan untuk membangun
keluarga sakinah, yaitu:

1. Menanamkan nilai-nilai akidah dalam keluarga, agar senantiasa taat dalam memahami agama.

2. Memberikan contoh tentang akhlak yang terpuji, khususnya dari orang tua ke anak-anak mereka. Bagi
keluarga sakinah, akhlak terpuji ini merupakan dasar penting untuk menjadi contoh bagi keluarga yang lain.

3. Memberikan kesadaran mengenai kedudukan, hak, dan kewajiban, bagi suami dan istri. Hal ini agar
pasangan suami istri mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan adil.

4. Menanamkan keharmonisan dalam hubungan suami istri, agar mereka senantiasa hidup rukun dan mesra.

5. Menanamkan pola hidup hemat dan sederhana, dengan membuat perencanaan penggunaan uang yang
teratur.

Mengetahui,
Kepala Kantor Urusan Agama Penyuluh Agama Non PNS
Kec Muara Kuang

Drs. Aziz Hidayat, M.Si Oktoralisari, S.Sos.I


NIP.196801062005011005 NIPA.1161001100002
A. Materi Penyuluhan : Piqih ibadah
B. Oleh Penyuluh Pai Non PNS : Oktoralisari, S.Sos.I
C. Metode Penyampaian : Ceramah,Tanya Jawab, dan Diskusi
D. Waktu :
E. Tempat :
Pengertian Fiqih Ibadah
Secara bahasa kata fiqih dapat diartikan al-Ilm, artinya ilmu, dan al-fahm, artinya pemahaman. Jadi fiqih dapat
diartikan ilmu yang mendalam.
Secara istilah fiqih adalah ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syar’i yang berkaitan dengan perbuatan-
perbuatan para mukalaf yang dikeluarkan dari dalil-dalilnya yang terperinci. Mukalaf adalah orang yang layak
dibebani dengan kewajiban. Seorang dianggap mukalaf setidaknya ada dua ukuran; pertama, aqil, maksudnya berakal.
Cirinya adalah seseorang sudah dapat membedakan antara baik dan buruk, dan antara benar dan salah.  Kedua, baligh,
maksudnya sudah sampai pada ukuran-ukuran biologis. Untuk laki-laki sudah pernah ikhtilam (mimpi basah),
sedangkan perempuan sudah haid.

Sementara itu ibadah secara bahasa ada tiga makna; (1) ta’at (‫( ;)الطاعة‬2) tunduk (‫( ;)الخضوع‬3) hina (‫ل‬
ّ ‫ ;)الذ‬dan (
‫)التنسك‬
ّ pengabdian. Jadi ibadah itu merupakan bentuk ketaatan, ketundukan, dan pengabdian kepada Allah.

Adapun pendapat lain mengenai ibadah adalah:

‫التقرب ألى هللا بامتثال أوامره واجتنا ب نواهيه والعمل بما أذن به الشا رع وهي عامة وخاصة‬
Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-
larangan-Nya. Juga yang dikatakan ibadah adalah beramal dengan yang diizinkan oleh Syari’ Allah Swt.; karena itu
ibadah itu mengandung arti umum dan arti khusus.

Ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan orang Islam yang halal yang dilaksanakan dengan niat ibadah.
Sedangkan ibadah dalam arti yang khusus adalah perbuatan ibadah yang dilaksanakan dengan tata cara yang telah
ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Ibadah dalam arti yang khusus ini meliputi Thaharah, Shalat, Zakat, Shaum, Hajji,
Kurban, Aqiqah Nadzar dan Kifarat.

Dari dua pengertian tersebut jika digabungkan, maka Fiqih Ibadah adalah ilmu yang menerangkan tentang dasar-dasar
hukum-hukum syar’i khususnya dalam ibadah khas seperti meliputi thaharah, shalat, zakat, shaum, hajji, kurban,
aqiqah dan sebagainya yang kesemuanya itu ditujukan sebagai rasa bentuk ketundukan dan harapan untuk mecapai
ridla Allah.
B.     Pengertian Syari’at
Pengertian lain yang mirip dengan fiqih adalah syari’at. Secara bahasa syari’ah artinya jalan (thariqah). Secara istilah
adalah segala bentuk hukum baik perintah dan larangan yang terdapat dalam Islam, yang tujuannya untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Jadi, secara praktis antara fiqih dan syari’at tidak jauh berbeda. Perbedaannya fiqih
jauh lebih teoritik, sementara syariat lebih praktis.

Tujuan diciptakannya syari’at di dalam Islam adalah untuk;


1. Memelihara agama (hifzud din)
2. Meliharaan jiwa (hifzun nufus)
3. Memelihara akal (hifzul aql)
4. Memelihara keturunan (hifzun nasl)
5. Memelihara harta (hifzul mal)
6. Memelihara kehormatan (hifzul irdh)
7. Mmelihara lingkungan (hifzul bi’ah)

Tujuh kriteria tersebut dapat dijadikan ukuran apakah syariat (hukum) yang diterapkan itu benar atau tidak. Jika
hukum yang dikerjakan ternyata menabrak dari salah satu kriteria tersebut, maka keberadaan hukum tersebut perlu
ditinjau kembali.

Mengetahui,
Kepala Kantor Urusan Agama Penyuluh Agama Non PNS
Kec Muara Kuang

Drs. Aziz Hidayat, M.Si Oktoralisari, S.Sos.I


NIP.196801062005011005 NIPA.1161001100002
A. Materi Penyuluhan : Piqih ibadah
B. Oleh Penyuluh Pai Non PNS : Oktoralisari, S.Sos.I
C. Metode Penyampaian : Ceramah,Tanya Jawab, dan Diskusi

 Dasar Fiqih Ibadah


Dasar ilmu Fiqih Ibadah adalah yakni al-Qur’an dan as-Sunnah al-Maqbulah. As-Sunnah Al-Maqbulah artinya sunnah
yang dapat diterima. Dalam kajian hadis sunnah al-Maqbulah dibagi menjadi dua, Hadis Shahih dan Hadis Hasan. Hal
ini disandarkan pada hadis berikut;
‫َاب هَّللا ِ َو ُسنَّةَ نَبِيِّ ِه‬ ِ ‫ت فِي ُك ْم َأ ْم َري ِْن لَ ْن ت‬
َ ‫َضلُّوا َما تَ َم َّس ْكتُ ْم بِ ِه َما ِكت‬ ُ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل تَ َر ْك‬ َ ‫َأ َّن َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Aku meninggalkan untukmu dua perkara, kamu tidak akan tersesat jika
berpegang pada keduanya, yakni: Kitab Allah (al-Qur’an) dan Sunah Nabi.
 D.    Prinsip Ibadah
Adapun prinsip melaksanakan Ibadah sebagai berikut:
Niat lillahi ta’ala (Al-Fatihah/1:5)
)٥( ُ‫ك نَ ْستَ ِعين‬
َ ‫ك نَ ْعبُ ُد َوِإيَّا‬ َ ‫) ِإيَّا‬٤( ‫ك يَوْ ِم الدِّي ِن‬ ِ ِ‫) َمال‬٣( ‫) الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم‬٢( َ‫) ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬١( ‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم‬
1. dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 2. segala puji[2] bagi Allah, Tuhan
semesta alam. 3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 4. yang menguasai di hari Pembalasan. 5. hanya Engkaulah
yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.
Ikhlas (Al-Bayinah/98:5)

ِ ِ‫َو َما ُأ ِمرُوا ِإال لِيَ ْعبُدُوا هَّللا َ ُم ْخل‬


‫صينَ لَهُ ال ِّدينَ ُحنَفَا َء َويُقِي ُموا الصَّالةَ َويُْؤ تُوا ال َّزكَاةَ َو َذلِكَ ِدينُ ْالقَيِّ َم ِة‬
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan (ikhlas) ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus.
Tidak menggunakan perantara (washilah) (Al-Baqarah/2: 186)

َ‫َان فَ ْليَ ْست َِجيبُوا لِي َو ْليُْؤ ِمنُوا بِي لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ُش ُدون‬ ‫ُأ‬
ِ ‫َوِإ َذا َسَألَكَ ِعبَا ِدي َعنِّي فَِإنِّي قَ ِريبٌ ِجيبُ َد ْع َوةَ ال َّد‬
ِ ‫اع ِإ َذا َدع‬
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat.
aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran.
Dilakukan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan sunnah
Seimbang antara dunia akherat (Al-Qashash/28:77)

َ‫ض ِإ َّن هَّللا َ ال يُ ِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِدين‬


ِ ْ‫َصيبَكَ ِمنَ ال ُّد ْنيَا َوَأحْ ِس ْن َك َما َأحْ سَنَ هَّللا ُ ِإلَ ْيكَ َوال تَب ِْغ ْالفَ َسا َد فِي األر‬ َ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما آتَاكَ هَّللا ُ ال َّد‬
َ ‫ار اآل ِخ َرةَ َوال تَ ْن‬
ِ ‫سن‬
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.
6.      Tidak berlebih-lebihan (Al-A’raf/7:31)

ِ ‫ْرفُوا ِإنَّهُ ال ي ُِحبُّ ْال ُمس‬


َ‫ْرفِين‬ ِ ‫يَا بَنِي آ َد َم ُخ ُذوا ِزينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُك ِّل َمس ِْج ٍد َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َوال تُس‬
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid[534], Makan dan minumlah, dan
janganlah berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
7.      Mudah (bukan meremehkan) dan Meringankan Bukan Mempersulit (Al-Baqarah/2:286)

ْ ‫ا ِإ‬£َ‫لْ َعلَ ْين‬£‫ا َوال تَحْ ِم‬£َ‫اخ ْذنَا ِإ ْن ن َِسينَا َأوْ َأ ْخطَْأنَا َربَّن‬
‫ا‬£َ‫هُ َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِن‬£َ‫ا َح َم ْلت‬£‫رًا َك َم‬£‫ص‬ ِ ‫ت َربَّنَا ال تَُؤ‬ ْ َ‫ال يُ َكلِّفُ هَّللا ُ نَ ْفسًا ِإال ُو ْس َعهَا لَهَا َما َك َسب‬
ْ َ‫ت َو َعلَ ْيهَا َما ا ْكتَ َسب‬
َ‫َربَّنَا َوال تُ َح ِّم ْلنَا َما ال طَاقَةَ لَنَا بِ ِه َواعْفُ َعنَّا َوا ْغفِرْ لَنَا َوارْ َح ْمنَا َأ ْنتَ َموْ النَا فَا ْنصُرْ نَا َعلَى ْالقَوْ ِم ْالكَافِ ِرين‬
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan)
yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): “Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan
kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma’aflah kami; ampunilah
kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir.”
Mengetahui,
Kepala Kantor Urusan Agama Penyuluh Agama Non PNS
Kec Muara Kuang

Drs. Aziz Hidayat, M.Si Oktoralisari, S.Sos.I


NIP.196801062005011005 NIPA.1161001100002
A. Materi Penyuluhan : Wakaf
B. Oleh Penyuluh Pai Non PNS : Oktoralisari, S.Sos.I
C. Metode Penyampaian : Ceramah,Tanya Jawab, dan Diskusi
Pengertian Wakaf
Wakaf adalah kata dari bahasa Arab “Waqf” berarti menahan diri. Sedangkan menurut fiqih Islam, wakaf
merupakan hak pribadi dipindah menjadi kepemilikan secara umum atau lembaga agar manfaatnya mampu
dinikmati masyarakat.
Jadi pengertian wakaf adalah pemberian suatu harta dari milik pribadi menjadi kepentingan bersama,
sehingga kegunaannya mampu dirasakan oleh masyarakat luas tanpa mengurangi nilai harta tersebut.
Tujuan dari wakaf adalah sama seperti bersedekah, yakni mencari pahala sebanyak-banyaknya. Namun
bedanya dengan sedekah, manfaat wakaf dirasakan oleh banyak orang sehingga pahalanya senantiasa
mengalir, meskipun pemberi wakaf (wakif) telah meninggal. Contoh wakaf yang sering dijumpai seperti
wakaf masjid, wakaf properti, dan lain sebagainya.
Dasar Hukum Wakaf di Indonesia
Daftar hukum wakaf di Indonesia merujuk pada dasar Al-Quran dalam QS. Al-Hajj: 77 dan QS. Ali Imran:
92. Kemudian dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2006 terkait Pelaksanaan UU No. 41
tahun 2004 secara hukum positif wakaf.
Dalam UU perwakafan membentuk Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang bertugas sebagai lembaga negara
independen dalam mengurus, mengelola, dan memajukan wakaf di Indonesia.

Manfaat Wakaf
Hikmah wakaf tak hanya mengenai aspek spiritual saja, tetapi aspek lainnya juga berpengaruh. Selain itu,
manfaat wakaf tidak hanya dirasakan oleh pemberinya saja, namun juga masyarakat luas. Selengkapnya
tentang manfaat wakaf adalah sebagai berikut.
1. Mendapat Manfaat Secara Religius
Memperoleh manfaat dari sisi spiritual merupakan manfaat wakaf yang didapatkan pemberi atau wakif.
Faktanya, manfaat dari aset atau harta wakaf bersifat kekal, apalagi jika obyeknya terus digunakan oleh
khalayak umum. Sehingga pahala pemberi wakaf mengalir deras dan terus menerus, meskipun sang wakif
telah meninggal.
2. Meningkatkan Hubungan Persaudaraan
Dari sisi pemberi dan penerimanya, manfaat wakaf adalah mampu meningkatkan hubungan persaudaraan.
Pemberi wakaf bisa membantu banyak orang melalui harta yang diwakafkan, sedangkan masyarakat merasa
diuntungkan dengan adanya bantuan tersebut.
Akhirnya, hikmah wakaf bukan hanya dirasakan masing-masing individu penerima/pemberi saja, melainkan
juga hubungan kemasyarakatan secara menyeluruh.
3. Membantu Pihak-Pihak Kurang Beruntung
Manfaat wakaf berikutnya adalah membantu pihak-pihak kurang beruntung daripada kita, baik bentuknya
wakaf produktif atau konsumtif. Wakaf konsumtif dapat membantu masyarakat miskin memenuhi
kebutuhan sehari-harinya, sedangkan wakaf produktif dapat membantu meningkatkan taraf kesejahteraan
hidup.
4. Sarana Membangun Kepedulian Sosial
Terakhir, manfaat wakaf adalah sebagai sarana membangun kepedulian sosial. Sebagai seorang makhluk
sosial, manusia memerlukan kepedulian agar bisa berfungsi secara maksimal dalam masyarakat. Konsistensi
dalam memberikan wakaf akan membantu Anda membentuk kepedulian lebih tinggi, baik secara sosial
maupun spiritual.

Mengetahui,
Kepala Kantor Urusan Agama Penyuluh Agama Non PNS
Kec Muara Kuang

Drs. Aziz Hidayat, M.Si Oktoralisari, S.Sos.I


NIP.196801062005011005 NIPA.1161001100002
A. Materi Penyuluhan : Wakaf
B. Oleh Penyuluh Pai Non PNS : Oktoralisari, S.Sos.I
C. Metode Penyampaian : Ceramah,Tanya Jawab, dan Diskusi

Jenis Jenis Wakaf


Wakaf sendiri terdapat beragam sekali bentuknya. Selengkapnya tentang jenis wakaf adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan Obyeknya
Jenis jenis wakaf pertama yakni berdasarkan obyek tujuan pemberian wakaf. Secara garis besar, wakaf
berdasarkan obyek dibagi dua, yaitu wakaf ahli dan khairi. Wakaf ahli merupakan wakaf untuk keluarga
atau saudara sendiri. Sehingga pemanfaatannya tidak dapat dirasakan oleh masyarakat umum. Contoh wakaf
ahli yaitu nafkah sehari-hari, membiayai pendidikan adik, dan sebagainya.
Sebaliknya, wakaf khairi adalah jenis jenis wakaf diperuntukkan kepentingan masyarakat luas. Contoh
wakaf khairi seperti pemberian tanah, bangunan, dan sejenisnya.
2. Berdasarkan Jenis yang Diwakafkan
Klasifikasi kedua wakaf adalah berdasarkan jenis wakafnya, yang terbagi menjadi golongan pertama, kedua,
dan ketiga. Golongan pertama yakni wakaf berupa benda tidak bergerak dimana bentuknya sulit
dipindahkan. Contoh wakaf tidak bergerak seperti masjid, bangunan, pondok pesantren, dan sebagainya.
Golongan kedua yaitu wakaf bergerak berbentuk barang. Dalam hal ini termasuk seluruh pemberian mudah
dipindahkan selain uang. Contoh wakaf bergerak seperti bibit tanaman, surat berharga, air, peralatan
tertentu, dan lainnya. Sementara itu, golongan terakhir yakni benda bergerak berupa uang, baik tunai atau
non-tunai.
3. Berdasarkan Waktu
Jenis jenis wakaf berdasarkan waktunya terbagi menjadi dua, meliputi Muabbad dan Mu’aqqot. Waktu
Muabbad merupakan wakaf yang diberikan tanpa batasan waktu sehingga pemberian tersebut digunakan
selamanya oleh masyarakat. Contoh wakaf adalah masjid, fasilitas umum, dan sebagainya.
Sementara itu, waqaf mu'aqqot adalah wakaf dengan pemberian hak guna terbatas. Contoh wakaf mu’aqqot
misalnya bantuan pasokan makanan, uang konsumsi, dan sebagainya. Wakaf mu’aqqot umumnya bersifat
konsumtif, bukan wakaf produktif.

4. Berdasarkan Pemanfaatannya
Jenis terakhir wakaf adalah berdasarkan pemanfaatannya, yang terbagi menjadi wakaf tunai dan produktif.
Wakaf tunai merupakan wakaf yang manfaatnya mampu dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Contoh
wakaf tunai seperti masjid, uang, kendaraan, pondok pesantren, dan sebagainya.
Sedangkan, wakaf produktif ialah jenis jenis wakaf dengan wujud tidak secara langsung mampu dinikmati
masyarakat, melainkan dikelola terlebih dahulu dalam aktivitas produktif.. Contoh wakaf produktif seperti
modal dalam kegiatan produksi sociopreneurship, beasiswa aktivis sosial, dan semacamnya.

Syarat dan Rukun Wakaf


Sebelum Anda menerapkannya, ketahui terlebih dahulu syarat dan rukun wakaf menurut hukum wakaf.
Selengkapnya tentang syarat dan rukun wakaf adalah sebagai berikut.

Syarat Wakaf
Syarat wakaf adalah hal-hal yang dipenuhi sebelum melakukan wakaf. Berikut merupakan syarat wakaf
antara lain:
1. Adanya wakif
Wakif adalah pemberi wakaf. Seorang wakif harus berakal sehat, mempunyai harta, tidak berada di bawah
pengampuan hukum dan merdeka.
2. Harta Mauquf
Berikutnya, syarat wakaf adalah harta mauquf dimana aset yang diberikan sebagai wakaf wajib mengandung
nilai, benda halal, berwujud nyata dan sebelumnya dimiliki oleh wakif (sebelum dipindahtangankan).
3. Mauquf ‘Alaih
Mauquf ‘Alaih adalah penerima harta wakaf baik perorangan atau badan tertentu. Penerima wakaf harus
secara tegas mengikrarkan wakaf, dipergunakan untuk kepentingan umum dan ibadah, dan mampu
menjelaskan rencana penggunaan harta mauquf.
4. Shighat
Syarat wakaf terakhir yakni shighat, yaitu akad yang diikrarkan baik berupa tulisan maupun lisan dari wakif
secara saat itu juga, tidak terbatas waktu, tidak diikuti syarat bathil, dan tidak dapat dibatalkan.

Rukun Wakaf
Rukun wakaf adalah tata cara menjalankan wakaf secara berurutan, bila terdapat salah satu yang tidak
dilaksanakan, maka pelaksanaan wakaf tidak sah. Adapun rukun wakaf adalah berikut ini.
 Pemberi wakaf menyerahkan benda yang diwakafkan setelah disyaratkan memenuhi aturan.
 Wakaf diterima oleh penerima baik perorangan atau lembaga yang jelas.
 Harta yang diwakafkan berwujud nyata dan tersedia saat akad dilaksanakan.
 Wakif mengikrarkan akad secara jelas dan lengkap sesuai keinginan wakafnya.
 Harta wakaf mutlak menjadi milik masyarakat umum, dan tidak dapat diklaim lagi sebagai milik pemberi
wakaf.

Mengetahui,
Kepala Kantor Urusan Agama Penyuluh Agama Non PNS
Kec Muara Kuang

Drs. Aziz Hidayat, M.Si Oktoralisari, S.Sos.I


NIP.196801062005011005 NIPA.1161001100002

Anda mungkin juga menyukai