Mareri 2992022tu
Mareri 2992022tu
Kata Sakinah berasal dari kata sakana yang berarti diam, atau tenang setelah terguncang dan sibuk. Demikian Dr. Hj.
Riadi Jannah Siregar, M.A menjelaskan arti kata sakinah dalam buku berjudul, Pernikahan Sakinah Mencegah
Perceraian.
Sementara menurut Al-Jurjani, salah seorang ahli bahasa, sakinah adalah adanya ketentraman dalam hati pada saat
datangnya sesuatu yang tidak terduga. Dari dua arti di atas disebutkan bahwa maksud dari keluarga Sakinah adalah
keluarga yang tenang, tentram, penuh kebahagiaan, dan sejahtera baik secara lahir atau batin, serta tidak gentar ketika
menghadapi ujian yang ada dalam rumah tangga.
Hal ini juga tercantum dalam firman Allah QS Ar-Rum ayat 21:
Artinya: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."
Quraish Shihab juga menjelaskan bahwa setiap suami istri, seharusnya mempunyai prinsip dalam rumah tangganya.
Prinsip itulah yang bisa mempertahankan keutuhan keluarga, salah satunya adalah prinsip saling setia dan
membahagiakan.
Dijelaskan juga dalam buku tersebut, bahwa tujuan membangun rumah tangga adalah bagaimana membina rumah
tangga yang damai dan harmonis tanpa adanya paksaan. Hal ini bisa ditiru dari bagaimana Rasulullah SAW
membangun rumah tangga yang harmonis, beliau memberikan contoh yang baik dalam keluarganya. Mengutip Fuadi,
untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, perlu adanya ikhtiar, konsisten, dan adanya kesinambungan antara suami
dan istri.
Adapun berdasarkan buku Dr. Hj. Riadi, salah satu tujuan dari keluarga sakinah, adalah diharapkan agar setiap
anggota dapat merasakan tentram, damai, Bahagia, dan juga sejahtera lahir dan batin. Sejahtera yang dimaksud adalah
terbebas dari kemiskinan harta ataupun tekanan jasmani. Adapun sejahtera batin maksudnya adalah terbebas dari
kemiskinan iman serta mampu mengimplementasikan nilai kehidupan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
Mengetahui,
Kepala Kantor Urusan Agama Penyuluh Agama Non PNS
Kec Muara Kuang
Adapun ciri dari keluarga sakinah, menurut buku Dr. Hj. Riadi, adalah seperti yang tercantum dalam QS Ar-
Rum ayat 21. Dalam ayat tersebut tersirat penjelasan mengenai tanda keluarga Sakinah, yaitu diantaranya taat
beragama, memiliki akhlak yang baik dan terpuji, serta harmonis dalam kehidupan keluarga dan juga dalam
kehidupan bermasyarakat.
1. Menanamkan nilai-nilai akidah dalam keluarga, agar senantiasa taat dalam memahami agama.
2. Memberikan contoh tentang akhlak yang terpuji, khususnya dari orang tua ke anak-anak mereka. Bagi
keluarga sakinah, akhlak terpuji ini merupakan dasar penting untuk menjadi contoh bagi keluarga yang lain.
3. Memberikan kesadaran mengenai kedudukan, hak, dan kewajiban, bagi suami dan istri. Hal ini agar
pasangan suami istri mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan adil.
4. Menanamkan keharmonisan dalam hubungan suami istri, agar mereka senantiasa hidup rukun dan mesra.
5. Menanamkan pola hidup hemat dan sederhana, dengan membuat perencanaan penggunaan uang yang
teratur.
Mengetahui,
Kepala Kantor Urusan Agama Penyuluh Agama Non PNS
Kec Muara Kuang
Sementara itu ibadah secara bahasa ada tiga makna; (1) ta’at (( ;)الطاعة2) tunduk (( ;)الخضوع3) hina (ل
ّ ;)الذdan (
)التنسك
ّ pengabdian. Jadi ibadah itu merupakan bentuk ketaatan, ketundukan, dan pengabdian kepada Allah.
التقرب ألى هللا بامتثال أوامره واجتنا ب نواهيه والعمل بما أذن به الشا رع وهي عامة وخاصة
Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-
larangan-Nya. Juga yang dikatakan ibadah adalah beramal dengan yang diizinkan oleh Syari’ Allah Swt.; karena itu
ibadah itu mengandung arti umum dan arti khusus.
Ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan orang Islam yang halal yang dilaksanakan dengan niat ibadah.
Sedangkan ibadah dalam arti yang khusus adalah perbuatan ibadah yang dilaksanakan dengan tata cara yang telah
ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Ibadah dalam arti yang khusus ini meliputi Thaharah, Shalat, Zakat, Shaum, Hajji,
Kurban, Aqiqah Nadzar dan Kifarat.
Dari dua pengertian tersebut jika digabungkan, maka Fiqih Ibadah adalah ilmu yang menerangkan tentang dasar-dasar
hukum-hukum syar’i khususnya dalam ibadah khas seperti meliputi thaharah, shalat, zakat, shaum, hajji, kurban,
aqiqah dan sebagainya yang kesemuanya itu ditujukan sebagai rasa bentuk ketundukan dan harapan untuk mecapai
ridla Allah.
B. Pengertian Syari’at
Pengertian lain yang mirip dengan fiqih adalah syari’at. Secara bahasa syari’ah artinya jalan (thariqah). Secara istilah
adalah segala bentuk hukum baik perintah dan larangan yang terdapat dalam Islam, yang tujuannya untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Jadi, secara praktis antara fiqih dan syari’at tidak jauh berbeda. Perbedaannya fiqih
jauh lebih teoritik, sementara syariat lebih praktis.
Tujuh kriteria tersebut dapat dijadikan ukuran apakah syariat (hukum) yang diterapkan itu benar atau tidak. Jika
hukum yang dikerjakan ternyata menabrak dari salah satu kriteria tersebut, maka keberadaan hukum tersebut perlu
ditinjau kembali.
Mengetahui,
Kepala Kantor Urusan Agama Penyuluh Agama Non PNS
Kec Muara Kuang
ََان فَ ْليَ ْست َِجيبُوا لِي َو ْليُْؤ ِمنُوا بِي لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ُش ُدون ُأ
ِ َوِإ َذا َسَألَكَ ِعبَا ِدي َعنِّي فَِإنِّي قَ ِريبٌ ِجيبُ َد ْع َوةَ ال َّد
ِ اع ِإ َذا َدع
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat.
aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran.
Dilakukan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan sunnah
Seimbang antara dunia akherat (Al-Qashash/28:77)
ْ ا ِإ£َلْ َعلَ ْين£ا َوال تَحْ ِم£َاخ ْذنَا ِإ ْن ن َِسينَا َأوْ َأ ْخطَْأنَا َربَّن
ا£َهُ َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِن£َا َح َم ْلت£رًا َك َم£ص ِ ت َربَّنَا ال تَُؤ ْ َال يُ َكلِّفُ هَّللا ُ نَ ْفسًا ِإال ُو ْس َعهَا لَهَا َما َك َسب
ْ َت َو َعلَ ْيهَا َما ا ْكتَ َسب
ََربَّنَا َوال تُ َح ِّم ْلنَا َما ال طَاقَةَ لَنَا بِ ِه َواعْفُ َعنَّا َوا ْغفِرْ لَنَا َوارْ َح ْمنَا َأ ْنتَ َموْ النَا فَا ْنصُرْ نَا َعلَى ْالقَوْ ِم ْالكَافِ ِرين
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan)
yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): “Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan
kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma’aflah kami; ampunilah
kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir.”
Mengetahui,
Kepala Kantor Urusan Agama Penyuluh Agama Non PNS
Kec Muara Kuang
Manfaat Wakaf
Hikmah wakaf tak hanya mengenai aspek spiritual saja, tetapi aspek lainnya juga berpengaruh. Selain itu,
manfaat wakaf tidak hanya dirasakan oleh pemberinya saja, namun juga masyarakat luas. Selengkapnya
tentang manfaat wakaf adalah sebagai berikut.
1. Mendapat Manfaat Secara Religius
Memperoleh manfaat dari sisi spiritual merupakan manfaat wakaf yang didapatkan pemberi atau wakif.
Faktanya, manfaat dari aset atau harta wakaf bersifat kekal, apalagi jika obyeknya terus digunakan oleh
khalayak umum. Sehingga pahala pemberi wakaf mengalir deras dan terus menerus, meskipun sang wakif
telah meninggal.
2. Meningkatkan Hubungan Persaudaraan
Dari sisi pemberi dan penerimanya, manfaat wakaf adalah mampu meningkatkan hubungan persaudaraan.
Pemberi wakaf bisa membantu banyak orang melalui harta yang diwakafkan, sedangkan masyarakat merasa
diuntungkan dengan adanya bantuan tersebut.
Akhirnya, hikmah wakaf bukan hanya dirasakan masing-masing individu penerima/pemberi saja, melainkan
juga hubungan kemasyarakatan secara menyeluruh.
3. Membantu Pihak-Pihak Kurang Beruntung
Manfaat wakaf berikutnya adalah membantu pihak-pihak kurang beruntung daripada kita, baik bentuknya
wakaf produktif atau konsumtif. Wakaf konsumtif dapat membantu masyarakat miskin memenuhi
kebutuhan sehari-harinya, sedangkan wakaf produktif dapat membantu meningkatkan taraf kesejahteraan
hidup.
4. Sarana Membangun Kepedulian Sosial
Terakhir, manfaat wakaf adalah sebagai sarana membangun kepedulian sosial. Sebagai seorang makhluk
sosial, manusia memerlukan kepedulian agar bisa berfungsi secara maksimal dalam masyarakat. Konsistensi
dalam memberikan wakaf akan membantu Anda membentuk kepedulian lebih tinggi, baik secara sosial
maupun spiritual.
Mengetahui,
Kepala Kantor Urusan Agama Penyuluh Agama Non PNS
Kec Muara Kuang
4. Berdasarkan Pemanfaatannya
Jenis terakhir wakaf adalah berdasarkan pemanfaatannya, yang terbagi menjadi wakaf tunai dan produktif.
Wakaf tunai merupakan wakaf yang manfaatnya mampu dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Contoh
wakaf tunai seperti masjid, uang, kendaraan, pondok pesantren, dan sebagainya.
Sedangkan, wakaf produktif ialah jenis jenis wakaf dengan wujud tidak secara langsung mampu dinikmati
masyarakat, melainkan dikelola terlebih dahulu dalam aktivitas produktif.. Contoh wakaf produktif seperti
modal dalam kegiatan produksi sociopreneurship, beasiswa aktivis sosial, dan semacamnya.
Syarat Wakaf
Syarat wakaf adalah hal-hal yang dipenuhi sebelum melakukan wakaf. Berikut merupakan syarat wakaf
antara lain:
1. Adanya wakif
Wakif adalah pemberi wakaf. Seorang wakif harus berakal sehat, mempunyai harta, tidak berada di bawah
pengampuan hukum dan merdeka.
2. Harta Mauquf
Berikutnya, syarat wakaf adalah harta mauquf dimana aset yang diberikan sebagai wakaf wajib mengandung
nilai, benda halal, berwujud nyata dan sebelumnya dimiliki oleh wakif (sebelum dipindahtangankan).
3. Mauquf ‘Alaih
Mauquf ‘Alaih adalah penerima harta wakaf baik perorangan atau badan tertentu. Penerima wakaf harus
secara tegas mengikrarkan wakaf, dipergunakan untuk kepentingan umum dan ibadah, dan mampu
menjelaskan rencana penggunaan harta mauquf.
4. Shighat
Syarat wakaf terakhir yakni shighat, yaitu akad yang diikrarkan baik berupa tulisan maupun lisan dari wakif
secara saat itu juga, tidak terbatas waktu, tidak diikuti syarat bathil, dan tidak dapat dibatalkan.
Rukun Wakaf
Rukun wakaf adalah tata cara menjalankan wakaf secara berurutan, bila terdapat salah satu yang tidak
dilaksanakan, maka pelaksanaan wakaf tidak sah. Adapun rukun wakaf adalah berikut ini.
Pemberi wakaf menyerahkan benda yang diwakafkan setelah disyaratkan memenuhi aturan.
Wakaf diterima oleh penerima baik perorangan atau lembaga yang jelas.
Harta yang diwakafkan berwujud nyata dan tersedia saat akad dilaksanakan.
Wakif mengikrarkan akad secara jelas dan lengkap sesuai keinginan wakafnya.
Harta wakaf mutlak menjadi milik masyarakat umum, dan tidak dapat diklaim lagi sebagai milik pemberi
wakaf.
Mengetahui,
Kepala Kantor Urusan Agama Penyuluh Agama Non PNS
Kec Muara Kuang