Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEBIJAKAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

“Perspektif Global dalam Pelayanan Kebidanan”

Dosen Pengajar : Dr. Bd. Hj. Ella Nurlelawati, S.SiT., SKM., M.Kes
Disusun Oleh Kelompok 4 :
1. Trian Oktaviyani 19. Putry Desy Riany 37. Defi Wulandari
2. Astuti 20. Ernawati 38. Elviana
3. Efridasari 21. Renni K 39. Teti Sumarlina
4. Erni Endjeli K 22. Anisya Nurazizah 40. Vivi Novitariyo
5. Uniati 23. Natasya Asyifa 41. Emiliah
6. Intan Veronika O 24. Ana Fratiwi 42. Siti Azizah
7. Dwi Herdianti Nova 25. Ati Istiqomah 43. Hazratun Naziroh
8. Devirna Papilaya 26. Siti Kulsum 44. Nadia Alfalia
9. Floren Saagita 27. Patmawati 45. Endang W
10. Sri Rahayu 28. Ika Puspa Dewi 46. Envo Denita B
11. Desi Rahmawati 29. Aztrid Nova Y 47. Wilda Khoirunisa
12. Desfrida Elsa Diniah 30. Rasidah Herlena 48. Maria Hediana L
13. Anarty Sanday 31. Tati Lusiana 49. Eci Hernita
14. Yona Yuliana 32. Wulan Ai Kurnia 50. Susi Yanti
15. Yayu Rusmiati 33. Yustanti 51. Windi Anggraini
16. Aryanah Nur I 34. Eli Pujiastuti 52. Rita
17. Deby Citra D 35. Desi Kurniawati 53. Chorina Mareta U
18. Sri Wahyuni 36. Pupu Purnamasari

PROGAM STUDI S1 KEBIDANAN ALIH JENJANG


STIKES BHAKTI PERTIWI INDONESIA
TAHUN AJARAN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang Perspektif
Global dalam Pelayanan Kebidanan.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Perspektif Global dalam Pelayanan Kebidanan
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 6 Juni 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR .............................................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 3

1.1. Latar Belakang .......................................................................................................................... 3

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 3

1.3. Tujuan Penulisan ....................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5

2.1. Politik Global Terkait Pelayanan Kebidanan di daerah pedesaan dan terpencil
2.2. Kesenjangan Praktik Kebidanan di Desa dan Kota Baik Nasional maupun Internasional ........ 6
2.3. Kepercayaan dan Adat Istiadat Terhadap Praktik Kesehatan Tradisional
................................................................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................... 13

3.1. Kesimpulan ............................................................................................................................... 13

3.2. Saran ......................................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu fokus prioritas pembangunan pemerintah adalah upaya percepatan dan/atau
perlakuan khusus antara lain untuk pembangunan kesehatan Daerah Terpencil Perbatasan (DTP),
terutama diarahkan pada wilayah Indonesia bagian timur. Hal ini tertuang secara eksplisit dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 331/ MENKES/SK/V/2006 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2005–2009, serta 7 (tujuh) kegiatan unggulan dari
Kementerian Kesehatan tahun 2011 antara lain tentang keberpihakan pada daerah terpencil,
perbatasan dan kepulauan (www. depkes.go.id, 2011).
Arah tujuan pembangunan kesehatan antara lain untuk meningkatkan jangkauan dan
pemerataan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat di daerah terpencil perbatasan dan
kepulauan khususnya di puskesmas prioritas nasional DTP. Dalam rangka meningkatkan jangkauan
dan pemerataan pelayanan kesehatan tersebut, telah disusun rencana aksi dan rencana
pengembangan. Terdapat 6 (enam) strategi yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI., 2010
yaitu: 1) Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat di DTPK, 2) Meningkatkan akses
masyarakat DTPK terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, 3) Meningkatkan pembiayaan
pelayanan kesehatan di DTPK, 4) Meningkatkan pemberdayaan SDM Kesehatan di DTPK, 5)
Meningkatkan ketersediaan obat dan perbekalan serta strategi, 6) Meningkatkan manajemen
Puskesmas di DTPK, termasuk sistem surveilans, monitoring dan evaluasi, serta Sistem Informasi
Kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Beberapa tahun terakhir, pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami banyak
kemajuan, tetapi perbaikan yang terjadi tidak merata. Di banyak provinsi dan kabupaten, perbaikan
pelayanan kesehatan dasar masih terlihat lamban dan sangat bervariasi antardaerah satu dengan
yang lain
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Politik Global Terkait Pelayanan Kebidanan di daerah pedesaan dan terpencil
2. Bagaimana Kesenjangan Praktik Kebidanan di Desa dan Kota Baik Nasional maupun
Internasional
3. Bagaimana Kepercayaan dan Adat Istiadat Terhadap Praktik Kesehatan Tradisional
1.3. Tujuan Penulisan
1. Menejelaskan Politik Global Terkait Pelayanan Kebidanan di daerah pedesaan dan terpencil

3
2. Menganalisa Kesenjangan Praktik Kebidanan di Desa dan Kota Baik Nasional maupun
Internasional
3. Menjelaskan Kepercayaan dan Adat Istiadat Terhadap Praktik Kesehatan Tradisional

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Politik Global Terkait Pelayanan Kebidanan di daerah pedesaan dan terpencil
1. Pengertian Politik
Perkataan politik berasal dari bahasa Yunani yaitu Polistaia, Polis berarti kesatuan
masyarakat yang mengurus diri sendiri/berdiri sendiri (negara),sedangkan taia berarti urusan.
Dari segi kepentingan penggunaan, kata politik mempunyai arti yang berbeda-beda. Untuk
lebih memberikan pengertian arti politik disampaikan beberapa arti politik dari segi
kepentingan penggunaan, yaitu :
a. Dalam arti kepentingan umum (politics)
Politik dalam arti kepentingan umum atau segala usaha untuk kepentinganumum, baik
yang berada dibawah kekuasaan negara di Pusat maupun di Daerah,lazim disebut Politik
(Politics) yang artinya adalah suatu rangkaian azas/prinsip,keadaan serta jalan, cara dan
alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuantertentu atau suatu keadaan yang kita
kehendaki disertai dengan jalan, cara danalat yang akan kita gunakan untuk mencapai
keadaan yang kita inginkan
b. Dalam arti kebijaksanaan (Policy)
Politik adalah penggunaan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang yangdianggap lebih
menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-cita/keinginan ataukeadaan yang kita
kehendaki.
2. Pengertian Politik Kesehatan
Politik Kesehatan adalah Ilmu dan seni untuk memperjuangkan derajatkesehatan masyarakat
dalam satu wilayah melalui sebuah sistem ketatanegaraanyang dianut dalam sebuah wilayah
atau negara. Untuk meraih tujuan tersebutdiperlukan kekuasaan. Kekuasaan tersebut kelak
digunakan untuk mendapatkewenangan yang diperlukan untuk mencapai cita-cita dan tujuan.
Oleh karena ituderajat kesehatan masyarakat yang diidamkan adalah merupakan sebuah tujuan
yang di inginkan seluruh rakyat banyak, maka derajat kesehatan hendaknya diperjuangkan
melalui sistem dan mekanisme politik.
3. Hubungan Politik dan Kesehatan
Politik kesehatan adalah kebijakan negara di bidang kesehatan. Yakni kebijakan publik
yang didasari oleh hak yang paling fundamental, yaitu sehat merupakan hak warga negara.
Sehingga dalam pengambilan keputusan politik khususnya kesehatan berpengaruh terhadap

5
kesehatan masyarakat sebaliknya politik juga dipengaruhi oleh kesehatan dimana jika derajat
kesehatan masyarakat meningkat maka akan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat
4. Pelayanan Kebidanan di di daerah Pedesaan atau Terpencil
Gambar mengenai kualitas pelayanan Kesehatan ibu hamil dan bersalin di di daerah
terpencil dapat dikemukakan dari rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu
hamil dan bersalin. Salah satu penyebab rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan
dalam pemeriksaan kehamilan dan persalinan adalah berkaitan dengan faktor kondisi
pelayanan kesehatan, yang meliputi keterbatasan sumber daya dan pelayanan kesehatan,
sarana prasarana kesehatansertaadanya hambatan dalam pelaksanaan Jamin Persalinan
(Jampersal). Hal ini perlu untuk menjadi perhatian dari pemerintah maupun politik agar erajat
Kesehatan daerah pedesaan meningkat (Media, 2016)
2.2. Kesenjangan Praktik Kebidanan di Desa dan Kota Baik Nasional maupun Internasional
Salah satu indikator untuk melihat kualitas kinerja sistem kesehatan adalah dengan melihat
perbedaan dalam penggunaan fasilitas kesehatan. Dimensi dalam menganalisis disparitas dalam
penggunaan layanan kesehatan yang sering digunakan adalah dimensi perdesaan-perkotaan, sosial
ekonomi, geografis, dan wilayah. Perkembangan kesehatan yang telah berjalan di Indonesia masih
menunjukkan kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Daerah perkotaan cenderung
memiliki akses ke layanan kesehatan yang lebih baik. Kondisi ini ditemukan karena partisipasi
pihak swasta yang lebih memilih daerah perkotaan dengan kondisi kepadatan populasi yang lebih
padat, sehingga lebih menguntungkan secara ekonomi. Alasan ini adalah dasar dari asumsi bahwa
daerah perdesaan lebih rentan daripada di daerah perkotaan.
1. Status Sosial Ekonomi
Ditemukan juga bahwa orang miskin (kuintil 1 dan 2) memiliki proporsi dominan pemanfaatan
Puskesmas, sedangkan orang kaya (kuintil 5) sebenarnya memiliki pemanfaatan Puskesmas
yang lebih baik. Ini menunjukkan bahwa kelompok sosial ekonomi tinggi lebih sadar dalam
menggunakan hak kesehatan mereka, karena mereka memiliki pengetahuan yang relatif lebih
baik. Orang kaya yang berpengetahuan lebih pintar dalam memanfaatkan peluang.
2. Kualitas Pelayanan
Kesenjangan dalam layanan kesehatan yang terjadi antara daerah perkotaan dan pedesaan
berkontribusi pada peningkatan jumlah orang yang menderita penyakit kronis di pedesaan. Jika
dibiarkan berlanjut, akan ada peluang hilang yang besar yang harus ditanggung oleh
masyarakat dan pemerintah. Dalam posisi ini, peran Puskesmas sebagai penjaga gerbang sangat
penting untuk menyaring pasien di tingkat layanan dasar.

6
3. Pemanfaatan Fasilitas
Kesenjangan dalam pemanfaatan fasilitas layanan kesehatan tidak hanya dalam dimensi
perdesaan-perkotaan, tetapi juga antar regional. Hasil analisis dari data Riskesdas 2013
membenarkan fakta tersebut. Analisis lanjut dari data riskesda diperoleh bahwa pemanfaatan
puskesmas di wilayah Indonesia bagian barat cenderung lebih baik daripada di Timur. Kondisi
ini berbanding lurus dengan pembangunan ekonomi di Indonesia, yang memang menunjukkan
ketimpangan antara Barat dan Timur. Pembangunan di wilayah Timur cenderung tertinggal dari
daerah lain, termasuk pembangunan kesehatan.
Kondisi ini kemungkinan terjadi karena kondisi geografis Indonesia yang sangat
bervariasi dan kepulauan dengan lebih dari 16 ribu pulau. Kondisi geografis Indonesia dan
disparitas dalam pembangunan perkotaan-perdesaan memang sangat mungkin menjadi pemicu
disparitas dalam pemanfaatan Puskesmas. Kondisi geografis berupa pulau membuat beberapa
pulau kecil dan terpencil sangat sulit dijangkau, yang juga dipengaruhi oleh ketersediaan
transportasi reguler ke pulau-pulau terpencil ini. Beberapa penelitian lain tentang disparitas
layanan kesehatan di beberapa negara juga ditemukan memiliki kesimpulan yang sama.
Kondisi geografis terbukti memberikan kontribusi signifikan terhadap disparitas antar daerah
(Laksono, dkk, 2019)
2.3. Kepercayaan dan Adat Istiadat Terhadap Praktik Kesehatan Tradisional
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era globalisasi
sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrim menuntut semua manusia harus
memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan
masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas
dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan didalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor keper"ayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-
konsepsi mengenai berbagai pantangan,hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-
sakit,kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali memba!a dampak baik positif maupun negatif
terhadap kesehatan ibu dan anak.
1. Tradisi dalam Antenatal Care
Berbagai kelompok masyarakat di berbagai tempat yang menitik beratkanperhatian mereka
terhadap aspek kultural dari kehamilan dan menganggap peristiwa itu sebagai tahapan-
tahapan kehidupan yang harus dijalani didunia. Masa kehamilan dan kelahiran dianggap masa
krisis yang berbahaya,baik bagi janin atau bayi maupun bagi ibunya karna itu sejak kehamilan
sampai kelahiranpara kerabat dan handai-tolan mengadakan serangkaian upacara baggi

7
wanitahamil dengan tujuan mencari keselamatan bagi diri wanita itu serta bayinya,saatberada
di dalam kandungan hingga saat lahir
• Upacara mitoni dilakukan dengan cara memandikan sang calon ibu dengan air
bunga,yang biasanya dilakukan oleh orangtua pasangan suami-istriyang sedang
menantikan bayinya,ditambah sejumlah kerabat sepupuhterdekat atau sepupuh yang
dihormati Selanjutnya diadakan upacaramemecah buah kelapa bergambar wayang
dengan tokoh dewa kamajayadan dewi ratih oleh sang calon ayah, yang sebelumnya
dimasukan kedalam sarung yang dikenakan oleh si calon ibu ketika
dimandikan,mulaidari ujung sarung pada batas menyentuh tanah. Namun
sebelummenyentuh tanah,sang calon ayah harus bisa menagkap buah kelapa itupada
ujung sarung dekat kaki istrinya. Upacara ini dimkasudkan agar kelakproses kelahiran
bayi dapat berjalan lancar dan bayi yang akan lahirtampan atau cantik seprti dewa dan
dewi tersebut. Rangkain upacaramitoni pada dasarnya melambangkan harapan baik
bagi sang bayi, yakniharapan agar ia sempurna dan utuh fisiknya, tampan atau cantik
wajahnya,dan selamat serta lancar kelahirannya.
• Upacara procotan dilakukan dengan membuat sajian jenang procot yaknibubur putih
yang dicampur dengan irisan ubi.Upacara procotan khususbertujuan agar sang bayi
mudah lahir dan rahim ibunya.
• Brokohan adalah upacara sesudah lahirnya bayi dengan selamat denganmembuat
sajian nasi urap dan telur rebus yang diedarkan pada sanakkluarga untuk
memberitahukan kelahiran sang bayi. Pusat perhatian orang jawa mengenai
pelaksanaan upacara pada masa kehamilan dan kelahiranterletak pada unsur
tecapainya keselamatan,yang dilandasi atas keyakinan mengenai krisis kehidupan
yang mengandung bahaya dan harus ditangkal,serta harapan akan kebaikan bagi janin
dan ibunya.Maka upacarakelahiran seringkali tidak dilaksanakan dalam bentuk
kenduri besardengan mengundang banyak handai-taulani.
2. Tradisi dalam Intranatal Care
Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihatkonsepsi budaya yang
terwujud dalam perilaku berkaitan dengan kebudayaan ibubersalin yang berbeda, dengan
konsepsi kesehatan modern. Beberapa hal yangdilakukan oleh masyarakat pada ibu bersalin :
• Minum rendaman air rumput Fatimah akan merangsang mulas. Memang, rumput
Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil,tapi apa kandungannya belum diteliti
secara medis. Rumput fatimah ataubiasa disebut Labisia pumila ini, berdasarkan
kajian atas obat-obatantradisional di Sabah, Malaysia, tahun 1998, dikatakan

8
mengandung hormon oksitosin yang dapat membantu menimbulkan kontraksi. Tapi,
apakandungan dan seberapa takarannya belum diteliti secara medis. Jadi,harus
dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum meminumnya. Karena,rumput ini hanya
boleh diminum bila pembukaannya sudah mencapai 3-5cm, letak kepala bayi sudah
masuk panggul, mulut rahim sudah lembekatau tipis, dan posisi ubun-ubun kecilnya
normal. Jika letak ari-arinya d bawah atau bayinya sungsang, tak boleh minum rumput
ini karena sangatbahaya. Terlebih jika pembukaannya belum ada, tapi si ibu
justrudirangsang mulas pakai rumput ini, bisa-bisa janinnya malah naik ke atasdan
membuat sesak nafas si ibu. Mau tak mau, akhirnya dilakukan jalanoperasi.
• Keluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelangpersalinan, akan
membantu melicinkan saluran kelahiran hingga bayi lebihmudah keluar.
• Minum minyak kelapa memudahkan persalinan.
Minyak kelapa, memang konotasinya bikin lancar dan licin.Namun dalam dunia
kedokteran, minyak tak ada gunanya sama sekalidalam melancarkan persalinan.
Mungkin secara psikologis, ibu hamilmenyakini, dengan minum dua sendok minyak
kelapa dapat memperlancarpersalinannya. Jika itu demi ketenangan psikologisnya,
makadiperbolehkan, karena minyak kelapa bukan racun.
• Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan.
Madu tak boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nyacukup, sebaiknya
jangan minum madu karena bisa mengakibatkan overweight. Madu termasuk
karbonhidrat yang paling tinggi kalorinya.Jadi, madu boleh diminum hanya jika BB-
nya kurang. Begitu BB naik daribatas yang ditentukan, sebaiknya segera hentikan.
Demikian juga dengantelur, pada dasarnya selama telur itu matang maka tidak akan
berbahayabagi kehamilan. Hal ini disebabkan karena telur banyak
mengandungprotein yang dapat menambah kalori tubuh.
• Makan durian, tape, dan nanas bisa membahayakan persalinan.
Ini benar karena bisa mengakibatkan perndarahan atau keguguran.Durian
mengandung alkohol, jadi panas ke tubuh. Begitu juga tape sertaaneka masakan yang
menggunakan arak, sebaiknya dihindari. Buah nanas juga, karena bisa mengakibatkan
keguguran
3. Tradisi dalam Postnatal Care
• Tidak boleh bersenggamaDari sisi medis, jelas dr. Chairulsjah Sjahruddin, SpOG,
MARS,sanggama memang dilarang selama 40 hari pertama usai
melahirkan.Alasannya, aktivitas yang satu ini akan menghambat proses penyembuh-

9
an jalan lahir maupun involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali kebentuk dan
ukuran semula. Selain karena fungsi hormonal tubuh yangbersang- kutan belum
kembali aktif bekerja. Kalau sanggama dipaksakanterjadi dalam tenggang waktu itu,
kemungkinan yang terjadi bisa macam-macam. Di antaranya infeksi atau malah
perdarahan. Sebabnya, mukosa jalan lahir setelah persalinan sangat peka akibat
banyaknyavaskularisasi/aliran darah, hingga terjadilah perlunakan mukosa jalan
lahir.Dengan berjalannya waktu, vaskularisasi ini kian berkurang dan baru
akannormal kembali 3 bulan setelah bersalin. Belum lagi libido yang
mungkinmemang belum muncul ataupun pengaruh psikologis, semisalkekhawatiran
akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi.
• Kaki harus lurus
Menurut Koesmariyah, baik saat berjalan maupun berbaring, kakiharus lurus. Dalam
arti, kaki kanan dan kiri enggak boleh saling tumpangtindih ataupun ditekuk. Selain
agar jahitan akibat robekan di vagina takmelebar ke mana-mana, juga dimaksudkan
supaya aliran darah tetap lancaralias tak terhambat. Secara medis, posisi kaki yang
lurus memang lebihmenguntungkan karena membuat aliran darah jadi lancar.
Sedangkanmobilisasi secara umum, pada dasarnya boleh dan malah harus
dilakukan.Makin cepat dilakukan kian menguntungkan pula. Dengan catatan,
kondisisi ibu dalam keadaan baik, semisal tak mengalami perdarahan ataukelainan
apa pun saat melahirkan. Selain patokan bahwa dalam 8 jampertama setelah
melahirkan ia sudah bisa BAK dan BAB serta seleramakannya bagus. Begitu juga
tensi, denyut nadi, dan suhu tubuhnya dalambatas normal. Soalnya, jika tak bisa BAK
dan BAB berarti ada sesuatu ang enggak beres yang akan berpengaruh pada kontraksi
dan prosesinvolusi (pengecilan kembali) rahim.
• Tidak boleh tidur siang
Pantangan yang satu ini kedengarannya keterlaluan. Bayangkan,meski ngantuk
setengah mati lantaran sering terbangun malam hari karenaharus menyusui dan
menggantikan popok si kecil, si ibu tak boleh tidursiang. Menurut Chairulsjah, tidur
berkepanjangan memang mengundangproses recovery yang lebih lambat. "Makin
lama berbaring makin besarpula peluang terjadi tromboemboli atau pengendapan
elemen-elemengaram." Lalu bila si ibu bangun/berdiri mendadak, endapan
elementersebut dikhawatirkan lepas dari perlekatannya di dinding pembuluhdarah.
Padahal akibatnya bisa fatal, lo. Endapan-endapan tadi bisa masukke dalam pembuluh

10
darah lalu ikut aliran darah ke jantung, otak danorgan-organ penting lain yang akan
memunculkan stroke.
• Tak boleh keramas
Pantangan yang satu ini dicemaskan bisa membuat si ibu masukangin. Itu sebab,
sebagai gantinya rambut cukup diwuwung, yakni sekadardisiram dengan air dingin.
Lagi-lagi, penyiraman ini diyakini agar darahputih bisa turun dan tak menempel di
mata. Namun agar tak bau apek dantetap harum disarankan menggunakan ratus
pewangi. Tentu saja pantangansemacam itu untuk kondisi jaman sekarang dirasa
memberatkan. Terlebihuntuk ibu-ibu yang harus sering beraktivitas di luar rumah.
Sedangkanmandi boleh-boleh saja asal dilakukan jam 5 atau 6 untuk mandi pagi
dansebelum magrib untuk mandi malam. Penggunaan air dingin, katanya, justru lebih
baik ketimbang air hangat karena bisa melancarkan produksiASI.
• Hindari makan jemek
Golongan makanan yang harus dijauhi adalah pepaya, durian,pisang, dan terung.
Karena konon ragam makanan tadi bisa dikhawatirkanbikin benyek organ vital kaum
Hawa. Termasuk makanan bersantan danpedas karena pencernaannya bakal
terganggu yang bisa berpengaruh padabayinya. Begitu juga ikan dan telur asin serta
makanan lain yang berbauamis karena dikhawatirkan bisa menyebabkan bau anyir
pada ASI yangmembuat bayi muntah saat disusui. Selain juga, proses penyembuhan
luka-luka di jalan lahir akan lebih lambat.Secara medis, menurut Chairulsjah, tak
benar anggapan untuk pantangpepaya dan pisang yang justru amat dianjurkan karena
tergolong sumber.
makanan yang banyak mengandung serat untuk memudahkan BAB. Ikandan telur
juga merupakan salah satu sumber protein hewani yang baik danamat dibutuhkan
tubuh. Sedangkan durian memang tak dianjurkan karenakandungan kolesterolnya
tinggi, selain memicu pembentukan gas yangbisa mengganggu pencernaan.
• Tidak boleh berpergianLarangan ini, bertujuan supaya si ibu tak terlalu letih
beraktivitas.Kalau capek bisa-bisa ASI-nya berkurang. Kasihan si kecil.
Karenabiasanya seumur ini sedang kuat-kuatnya menyusu. Belum lagikemungkinan
si bayi rewel ditinggal ibunya terlalu lama. Sementara kalaudiajak pun masih kelewat
kecil. Malah takut ada apa-apa di jalan, terutamakalau menggunakan angkutan umum.
Bepergian pun membuat si ibu jaditak tahan menghadapi aneka godaan untuk
menyantap segala jenismakanan yang dipantang.

11
4. Tradisi Kebudayaan Pelayanan BBL :
• Masyarakat masih banyak tidak menerima proses memandikan bayi barulahir setelah
enam jam proses pasca persalinan. Masyarakat beranggapanbayi ketika baru lahir
harus segera dimandikan karena amis dan kotor.Padahal Evidenbased
nya bayi dimandikan setelah 6 jam pasca persalinankarena ditakutkan terjadinya
hipotermi pada bayi baru lahir agar kebiasaanmasyarakat ini tidak berlangsung terus
menerus maka bidan dan wadahprofesinya harus terus memberikan penyuluhan atau
pendidikan kesehatankepada masyarakat.
• Dibedong agar kaki tidak bengkok. Ternyata di bedong bisa membuatperedaran darah

bayi menjadi terganggu, kerja jantung akan lebih beratmemompa darah, akibatnya

bayi akan sering sakit di daerah paru-paru dan jalan nafasnya. Selain itu dibedong

akan menghambat perkembanganmotorik si bayi karena tidak ada kesempatan untuk

bergerak. Sebaiknyadibedong saat sesudah mandi untuk melindungi dari dingin atau

saat cuacadingin itu pun dibedong longgar. Jadi dibedong itu tidak ada

hubungannyadengan pembentukan kaki karena semua kaki bayi yang baru lahir

kakinyabengkok, sebab di dalam perut tidak ada ruang yang cukup untukmeluruskan

kakinya sehingga waktu lahirpun masih bengkok, tapi akanlurus dengan sendirinya

(Juariah, 2019)

12
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Politik Kesehatan adalah Ilmu dan seni untuk memperjuangkan derajatkesehatan
masyarakat dalam satu wilayah melalui sebuah sistem ketatanegaraanyang dianut dalam sebuah
wilayah atau negara. Untuk meraih tujuan tersebutdiperlukan kekuasaan. Kekuasaan tersebut
kelak digunakan untuk mendapatkewenangan yang diperlukan untuk mencapai cita-cita dan
tujuan. Oleh karena ituderajat kesehatan masyarakat yang diidamkan adalah merupakan sebuah
tujuan yang di inginkan seluruh rakyat banyak, maka derajat kesehatan hendaknya diperjuangkan
melalui sistem dan mekanisme politik.
Gambar mengenai kualitas pelayanan Kesehatan ibu hamil dan bersalin di di daerah
terpencil dapat dikemukakan dari rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu hamil
dan bersalin. Salah satu penyebab rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam
pemeriksaan kehamilan dan persalinan adalah berkaitan dengan faktor kondisi pelayanan
kesehatan, yang meliputi keterbatasan sumber daya dan pelayanan kesehatan, sarana
prasarana kesehatansertaadanya hambatan dalam pelaksanaan Jamin Persalinan (Jampersal). Hal
ini perlu untuk menjadi perhatian dari pemerintah maupun politik agar erajat Kesehatan daerah
pedesaan meningkat

3.2. Saran
1. Bagi Institusi pendidikan
Makalah ini sebagai masukan untuk menambah kepustakaan khususnya tentang
perspektif global dalam pelayanan kebidanan
2. Bagi bidan
Bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat wilayah kerjanya, yangmeliputi
tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adatistiadat dan kebiasaan sehari-
hari, pandangan norma dan nilai, agama,bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan wilayah tersebut

13
DAFTAR PUSTAKA

Juariah. 2018. Kepercayaan Dan Praktik Budaya Pada Masa Kehamilan Masyarakat Desa Karangsari,
Kabupaten Garut. Jurnal ilmu Sosial dan Humaniora

Laksono, A.D., Wulandari, R.D., and Soedirham, O., (2019) Regional Disparities of Health Center
Utilization In Rural Indonesia, Malaysian Journal of Public Health Medicine 2019, Vol. 19 (1): 158-166

Media, Y. 2016. Kualitas Pelayanan Kesehatanibu Hamil Dan Bersalindi Daerah Terpencil. Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Barat

14

Anda mungkin juga menyukai