Oleh:
BIMA PRABU SANJAYA
19100707360804137
Dosen Pembimbing:
Dr. drg. Dhona Afriza, M.Biomed
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul
“Cheilitis Exfoliative” untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan kepaniteraan
klinik modul 3 Lesi Jaringan Lunak Mulut.
Dalam proses penyelesaian Laporan Kasus ini penulis menyadari bahwa semua proses yang
telah dilalui tidak lepas dari bimbingan dosen pembimbing Ibu Dr. drg. Dhona Afriza,
M.Biomed, dalam memberikan bantuan, dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam laporan ini, bahwa Laporan Kasus ini
belum sempurna sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari segenap pihak demi kesempurnaan
laporan ini.
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya kepada kita semua
dan semoga Laporan Kasus ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan sumbangan pemikiran
yang berguna untuk ilmu pengetahuan bagi semua pihak yang memerlukan.
Penulis
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing
1. Nama : E.Y
2. No. Rekam Medis :-
3. Umur : 30 tahun
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Alamat : Jl. Sawah Lua 3
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Agama : Islam
Tindakan yang
Hari/Tanggal Kasus dilakukan Operator
Selasa / 01 Maret 2022 Cheilitis Exfoliative 1. Anamnesa Bima Prabu Sanjaya
2. Pemeriksaan
Klinis
3. Diagnosa
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing
PENDAHULUAN
Vermilion bibir merupakan bagian lebih tipis dari pada bagian kulit wajah lainnya.
Bibir tidak memiliki folikel rambut dan tidak mengandung kelenjar sebaceous atau keringat.
Inilah penyebab mengapa ia tidak memiliki lapisan hidro-lipid pelindung yang biasanya
ditemukan di bagian kulit lainnya, emulsi air dan lemak yang menjaga kulit tetap lembut dan
kenyal dan juga menghadirkan penghalang yang efektif terhadap kulit. Oleh karena itu,
vermilion bibir lebih rentan terhadap dehidrasi dan iritasi dan kurang tahan terhadap infeksi
dibandingkan bagian kulit tubuh lainnya. Karena itu, radang bibir yang dikenal dengan
Istilah cheilitis dipahami sebagai proses inflamasi yang mempengaruhi bibir, baik
bagian kulit atau area semi-mukosa yang berdekatan yang disebut vermilion dan bagian
mukosa bibir internal.2 Daerah vermilion merupakan batas antara kulit dengan mukosa.
Daerah tersebut mempunyai banyak pembuluh darah kapiler sehingga berwarna lebih merah
dibanding area lain dan ditutupi oleh epitel skuamous yang cukup tebal. 3 Banyak faktor yang
dapat terlibat dalam perkembangan penyakit, seperti konstitusi atopik, iritan atau alergen
Cheilitis Eksfoliatif adalah proses reaktif, dimana bagian atas, bawah, atau kedua bibir
mengalami peradangan kronis, berkerak dan terkadang pecah-pecah. Kekeringan pada bibir
juga merupakan fitur penting dan berbagai ketidaknyamanan dapat muncul. Meskipun
cheilits eksfoliatif dapat sembuh secara spontan, sering muncul secara berkala dan dapat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Exfoliative Cheilitis didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronis pada batas
vermilion bibir, yang ditandai dengan pembentukan sisik dan kerak yang persisten.5
Exfoliative Cheilitis tergolong suatu kondisi yang jarang terjadi sebagai keadaan inlamatori
kronis superfisial yang ditandai dengan adanya pengelupasan permukaan keratin bibir
sedangkan area lain terjadi pembentukan lapisan keratin, sehingga memberi kesan
pengelupasan bibir secara kontinyu. Seseorang dengan kondisi tersebut sering mengeluh
nyeri, kesulitan berbicara, makan maupun tersenyum, bahkan kadang terjadi perdarahan yang
akhirnya menjadi krusta.3
2.2 Etiologi
Menggigit bibir kronis, menghisap atau menjilat bibir secara tidak sadar mungkin
merupakan mekanisme yang mendasari trauma.6 Hal ini yang menyebabkan produksi
berlebihan dan pengelupasan keratin.7 Selain itu, juga dikaitkan dengan keadaan stress
seseorang.8
permukaan yang menebal, diikuti dengan pengelupasan yang berlangsung secara siklik
dengan kecepatan yang berbeda. Banyak masalah yang berkontribusi pada perkembangan
penyakit, termasuk pernapasan mulut, menjilat dan menggigit bibir, infeksi dan kebersihan
mulut yang buruk.4
2.4 Perawatan
Perawatan yang dapat dilakukan yaitu dengan penggunaan lip balm dengan sun screen
dan Vermillionectomy (bila parah).11 Selain itu dapat diberikan steroid topical, salep
tacrolimus 0,1% yang diberikan secara topikal. 9 Menghindari menghisap atau menggigit bibir
menjadi andalannya terapi. Evaluasi psikiatri sangat penting untuk mendiagnosis stres
emosional yang dapat memperburuk lesi.12
BAB III
LAPORAN
KASUS
A. Identitas Pasien
1. Nama Pasien : E.Y
2. No. RM :-
3. Umur : 30 tahun
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Alamat : Jl. Sawah Lua 3
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Agama : Islam
B. Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama
Kulit bibir menebal, pecah-pecah, kering terkelupas serta terdapat luka
- Keluhan Tambahan
Pasien sering menjilat atau menghisap bibirnya dan memiliki kebiasaan
mengelupaskan bibir. Kondisi ini terjadi beberapa bulan yang lalu dan mengalami
kesulitan makan
- Riwayat Perawatan Gigi
Pasien pernah ke dokter gigi untuk melakukan penambalan dan pembersihan karang
gigi
- Riwayat Penyakit Sistemik
Tidak ada
- Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
C. Pemeriksaan Fisik Umum
- Kesadaran : Composmentis
- Tanda-Tanda Vital : Dalam Batas Normal
- Tekanan Darah : Dalam Batas Normal
- Nadi : Dalam Batas Normal
- Suhu : Dalam Batas Normal
- Respirasi : Dalam Batas Normal
F. Diagnosa
Diagnosis Sementara : Cheilitis Exfoliative
G. Ciri Klinis
Lesi tampak sebagai sisik, krusta, dan eritema pada tepi vermilion bibir. Pola ini
berulang, sehingga menyebabkan penebalan hiperkeratotik, krusta, dan fisura yang
berwarna kekuningan. Lesi biasanya bertahan dengan keparahan yang bervariasi selama
beberapa bulan atau beberapa tahun.9 Selain merusak kosmetik, orang dengan kondisi
ini mungkin memiliki beberapa derajat rasa sakit dan kesulitan berbicara, makan atau
tersenyum.10
H. Etiologi
Menggigit bibir kronis, menghisap atau menjilat bibir secara tidak sadar mungkin
merupakan mekanisme yang mendasari trauma.2 Hal ini yang menyebabkan produksi
berlebihan dan pengelupasan keratin.7
I. Diagnosa Banding
‒ Cheilitis Actinic
‒ Cheilitis Kontak
BAB IV
PEMBAHASA
Seorang Pasien perempuan berusia 30 tahun datang ke RSGM dengan keluhan kulit
bibir menebal, pecah-pecah, kering dan terkelupas serta terdapat luka. Pasien mengaku sering
menjilat atau menghisap bibirnya. Pasien juga memiliki kebiasaan mengelupaskan bibirnya.
Kondisi ini dirasakan sejak beberapa bulan yang lalu dan pasien mengalami kesulitan makan
karena kondisinya.
Pada kasus ini, penegakan diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan subjektif dan
objektif. Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan objektif, pasien mengeluhkan kulit bibir
menebal, pecah-pecah, kering serta terdapat luka dan gatal di sekitar mulut pada kedua bibir
bawah dan atas. Pasien sebelumnya pernah ke dokter gigi untuk melakukan penambalan dan
Dari pemeriksaan subjektif dan objektif, dapat ditegakkan diagnosa pada kasus ini
adalah Cheilitis Exfoliative. Pada kasus Cheilitis Exfoliative penyebabnya menggigit bibir
kronis, menghisap atau menjilat bibir secara tidak sadar mungkin merupakan mekanisme
yang mendasari trauma. Selain itu, juga dikaitkan dengan keadaan stress seseorang.
Rencana perawatan pada pasien dengan Cheilitis Exfoliative yang dapat dilakukan
yaitu dengan penggunaan lip balm dengan sun screen dan Vermillionectomy (bila parah).
Selain itu dapat diberikan steroid topical, salep tacrolimus 0,1% yang diberikan secara
topikal.
Gambar 1. Exfoliative Cheilitis
Diagnosa Banding
1. Cheilitis Actinic
a. Definisi
Actinic Cheilitis (AC) adalah gangguan inflamasi kronis pada bibir secara
b. Etiologi
Terpapar sinar matahari dalam jangka waktu lama.9 Penggunaan tembakau
c. Gambaran Klinis
Gambaran yang ditemukan adalah: di tahap awal, ada eritema ringan dan
edema, diikuti dengan kekeringan dan sisik halus pada tepi vermilion bibir bawah.
Ketika perjalanan lesi berlanjut, epitel menjadi tipis dan halus, disertai area putih-
kelabu diselingi warna merah dan pembentukan sisik. Erosi dan nodule kecil mulai
berkembang. Lesi ini bersifat praganas.9
d. Perawatan
Penatalaksanaan Actinic Cheilitis meliputi pemberian lip balm untuk proteksi
terhadap sinar matahari. Selain itu, jika lesi berubah (membesar), dan terdapat
indurasi, dapat dilakukan biopsi yaitu vermilionectomy.11
2. Cheilitis Kontak
a. Definisi
Cheilitis kontak merupakan kelainan berupa inflamasi akut pada bibir.9
b. Etiologi
Timbulnya penyakit diduga sebagai allergen (misalnya penggunaan
kosmetik/pasta gigi).15
c. Gambaran Klinis
Cheilitis kontak memiliki ciri khas berupa edema dan eritema ringan, diikuti
dengan iritas dan pembentukan sisik yang tebal. Lesi biasanya hanya terdapat di
perbatasan vermilion kedua bibir.9
Keradangan pada vermilion atau kulit disekitarnya, bisa bibir bawah/atas atau
keduanya dan bisa melibatkan sudut mulut. Pada vermilion bibir tampak kemerahan,
kering, deskuamasi dan berfisur. Allergic contact cheilitis jarang melibatkan mukosa
labial. Pasien mengeluh kaku gatal, panas dan sakit pada bibirnya.15
d. Perawatan
Menghentikan kontak dengan bahan kimia9
‒ Obat anti inflamasi nonsteroid topical yaitu aloclair gel (aplikasinya dengan cara
dioleskan pada vermilion dan sudut mulut 4x/hari)
‒ Multivitamin
‒ Menghindari penggunaan lipstick terlebih dahulu
‒ Menghindari makanan pedas, panas dan bergetah
‒ Jangan menjilati bibir15
Tabel 1. Persamaan dan Perbedaan
Hanya terdapat di
Bibir bawah (tapi dapat
Lokasi Bibir bawah perbatasan vermilion
keduanya)
kedua bibir
Usia / Jenis Lesi lebih banyak Lesi biasanya terjadi pada Lesi dapat mengenai
ditemukan pada wanita laki-laki berusia di atas 50 laki- laki maupun
Kelamin
muda tahun wanita, orang dewasa.
KESIMPULAN
1. Lindenmuller IH, Itin PH, Fistarol SK. Dermatology of the lips: inflammatory disease.
2014; 45(10).
2. Nayaf MS. Exfoliative Cheilitis a male patient – a case report. 2015.
3. Agustina D, Subagyo G. Exfoliative Cheilitis dan Penatalaksanaannya. Maj Ked Gi.
2012; 19(1): 49-52.
4. Mihic LL, Blagec T, Japundzic I, Skroza N, Adzajic MD, Stipetic MM. Diagnostic
management of cheilitis: an approach based on a recent proposal for cheilitis
classifications. Acta Dermatovenerologica. 2020; 29: 67-72.
5. Firdaus IWAK, Apriasari ML. Exfoliative Cheilitis. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi.
2019; IV(1): 21-24.
6. Favaretto LHDR, Lodi KB, Almeida JD. Topical Calendula officinalis L. successfully
treated exfoliative cheilitis: a case report. Cases Journal. 2009.
7. Bajpai M, Pardhe N, Kumar M. Exfoliative Cheilitis. Cukurova Medical Journal. 2017;
43(2): 514-515.
8. Indah WI, Setyawati T. Kendala Dalam Penatalaksanaan Keilitis Eksfoliatif (Laporan
Kasus). Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 2003.
9. Laskaris, G. Atlas Saku Penyakit Mulut. 2nd rev. ed. Jakarta. Perpustakaan Nasional:
Katalog Dalam Terbitan (KDT). 2014. p. 346-348.
10. Mani SA, Shareef BT. Exfoliative Cheilitis: Report of a Case. 2007; 73(7).
11. Soeprapto A. Buku Pedoman Dan Tatalaksana Praktik Kedokteran Gigi. Yogyakarta.
STPI Bina Insan Mulia Jembatan Merah. 2016. p. 272-278.
12. Chalkoo AH, Makroo NN, Peerzada GY. Exfoliative Cheilitis. Indian Journal Of
Dental Advancements. 2016; 8(1): 56-59.
13. Chandrasekhar M, Charitha M, Thabassum A, Chandrasekhar G, Shalini. Actinic
Cheilitis: A Case Report with Review of Literature. International Journal of Health
Science and Research. 2019; 9(6).
14. Ratnayake DRDL, Medawela RMSHB, Jayasinghe RD, Siriwardena BSMS. A case
report on Actinic cheilitis: a rarer entity among Sri Lankans. Ceylon Journal of Science.
2018; 47(2): 207-209.
15. Harijanti K, Santosa YS. Allergic Contact Cheilitis Due To Lipstick. ODONTO Dental
Journal. 2016; 3(2): 139-140.