Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS 3

BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT


“Cheilitis Exfoliative”

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi


Kepaniteraan Klinik pada Modul 3

Oleh:
BIMA PRABU SANJAYA
19100707360804137

Dosen Pembimbing:
Dr. drg. Dhona Afriza, M.Biomed

RUMAH SAKIT GIGI DAN


MULUT UNIVERSITAS
BAITURRAHMAH PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul
“Cheilitis Exfoliative” untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan kepaniteraan
klinik modul 3 Lesi Jaringan Lunak Mulut.

Dalam proses penyelesaian Laporan Kasus ini penulis menyadari bahwa semua proses yang
telah dilalui tidak lepas dari bimbingan dosen pembimbing Ibu Dr. drg. Dhona Afriza,
M.Biomed, dalam memberikan bantuan, dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam laporan ini, bahwa Laporan Kasus ini
belum sempurna sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari segenap pihak demi kesempurnaan
laporan ini.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya kepada kita semua
dan semoga Laporan Kasus ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan sumbangan pemikiran
yang berguna untuk ilmu pengetahuan bagi semua pihak yang memerlukan.

Padang, 24 Mei 2022

Penulis
HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan laporan kasus “Cheilitis Exfoliative” guna melengkapi persyaratan


Kepaniteraan Klinik pada Modul 3

Padang, 24 Mei 2022

Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing

(Dr. drg. Dhona Afriza, M.Biomed)


LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE

1. Nama : E.Y
2. No. Rekam Medis :-
3. Umur : 30 tahun
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Alamat : Jl. Sawah Lua 3
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Agama : Islam

Tindakan yang
Hari/Tanggal Kasus dilakukan Operator
Selasa / 01 Maret 2022 Cheilitis Exfoliative 1. Anamnesa Bima Prabu Sanjaya
2. Pemeriksaan
Klinis
3. Diagnosa

Padang, 24 Mei 2022

Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing

(Dr. drg. Dhona Afriza, M.Biomed)


BAB I

PENDAHULUAN

Vermilion bibir merupakan bagian lebih tipis dari pada bagian kulit wajah lainnya.

Bibir tidak memiliki folikel rambut dan tidak mengandung kelenjar sebaceous atau keringat.

Inilah penyebab mengapa ia tidak memiliki lapisan hidro-lipid pelindung yang biasanya

ditemukan di bagian kulit lainnya, emulsi air dan lemak yang menjaga kulit tetap lembut dan

kenyal dan juga menghadirkan penghalang yang efektif terhadap kulit. Oleh karena itu,

vermilion bibir lebih rentan terhadap dehidrasi dan iritasi dan kurang tahan terhadap infeksi

dibandingkan bagian kulit tubuh lainnya. Karena itu, radang bibir yang dikenal dengan

cheilitis merupakan keluhan yang meluas.1

Istilah cheilitis dipahami sebagai proses inflamasi yang mempengaruhi bibir, baik

bagian kulit atau area semi-mukosa yang berdekatan yang disebut vermilion dan bagian

mukosa bibir internal.2 Daerah vermilion merupakan batas antara kulit dengan mukosa.

Daerah tersebut mempunyai banyak pembuluh darah kapiler sehingga berwarna lebih merah

dibanding area lain dan ditutupi oleh epitel skuamous yang cukup tebal. 3 Banyak faktor yang

dapat terlibat dalam perkembangan penyakit, seperti konstitusi atopik, iritan atau alergen

kontak, paparan sinar matahari kronis, dan infeksi.4

Cheilitis diklasifikasikan ke dalam berbagai jenis : angular cheilitis, actinic cheilitis,

contact cheilitis, plasma cell cheilitis, cheilitis glandularis, cheilitis granulomatosa,

exfoliative cheilitis, dan factitious cheilitis.5

Cheilitis Eksfoliatif adalah proses reaktif, dimana bagian atas, bawah, atau kedua bibir

mengalami peradangan kronis, berkerak dan terkadang pecah-pecah. Kekeringan pada bibir

juga merupakan fitur penting dan berbagai ketidaknyamanan dapat muncul. Meskipun

cheilits eksfoliatif dapat sembuh secara spontan, sering muncul secara berkala dan dapat

bertahan selama bertahun-tahun.6


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Exfoliative Cheilitis didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronis pada batas
vermilion bibir, yang ditandai dengan pembentukan sisik dan kerak yang persisten.5
Exfoliative Cheilitis tergolong suatu kondisi yang jarang terjadi sebagai keadaan inlamatori
kronis superfisial yang ditandai dengan adanya pengelupasan permukaan keratin bibir
sedangkan area lain terjadi pembentukan lapisan keratin, sehingga memberi kesan
pengelupasan bibir secara kontinyu. Seseorang dengan kondisi tersebut sering mengeluh
nyeri, kesulitan berbicara, makan maupun tersenyum, bahkan kadang terjadi perdarahan yang
akhirnya menjadi krusta.3

Gambar 1. Exfoliative Cheilitis

2.2 Etiologi
Menggigit bibir kronis, menghisap atau menjilat bibir secara tidak sadar mungkin

merupakan mekanisme yang mendasari trauma.6 Hal ini yang menyebabkan produksi
berlebihan dan pengelupasan keratin.7 Selain itu, juga dikaitkan dengan keadaan stress
seseorang.8

2.3 Gambaran Klinis


Gejala Exfoliative Cheilitis adalah nyeri tekan dan bibir terbakar dengan intensitas yang
berbeda.5 Biasanya terdapat pada bibir bawah (tapi dapat keduanya), crusting dan bibir
pecah-pecah11. Lesi ini tampak sebagai sisik, krusta, dan eritema pada tepi vermilion bibir.
Pola ini berulang, sehingga menyebabkan penebalan hiperkeratotik dan fisura yang berwarna
kekuningan. Lesi biasanya bertahan dengan keparahan yang bervariasi selama beberapa bulan
atau beberapa tahun.9 Selain merusak kosmetik, orang dengan kondisi ini mungkin memiliki
beberapa derajat rasa sakit dan kesulitan berbicara, makan atau tersenyum. Bisa terjadi
perdarahan, mengakibatkan hemoragik krusta.10
Awalnya bibir tampak normal atau merah, tetapi kemudian membentuk lapisan

permukaan yang menebal, diikuti dengan pengelupasan yang berlangsung secara siklik
dengan kecepatan yang berbeda. Banyak masalah yang berkontribusi pada perkembangan
penyakit, termasuk pernapasan mulut, menjilat dan menggigit bibir, infeksi dan kebersihan
mulut yang buruk.4

2.4 Perawatan
Perawatan yang dapat dilakukan yaitu dengan penggunaan lip balm dengan sun screen
dan Vermillionectomy (bila parah).11 Selain itu dapat diberikan steroid topical, salep
tacrolimus 0,1% yang diberikan secara topikal. 9 Menghindari menghisap atau menggigit bibir
menjadi andalannya terapi. Evaluasi psikiatri sangat penting untuk mendiagnosis stres
emosional yang dapat memperburuk lesi.12
BAB III

LAPORAN

KASUS

Seorang pasien perempuan berusia 30 tahun datang ke RSGM Baiturrahmah dengan


keluhan kulit bibir menebal, pecah-pecah, kering dan terkelupas serta terdapat luka. Pasien
mengaku sering menjilat atau menghisap bibirnya. Pasien juga memiliki kebiasaan
mengelupaskan bibirnya. Kondisi ini dirasakan sejak beberapa bulan yang lalu dan pasien
mengalami kesulitan makan karena kondisinya.

A. Identitas Pasien
1. Nama Pasien : E.Y
2. No. RM :-
3. Umur : 30 tahun
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Alamat : Jl. Sawah Lua 3
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Agama : Islam

B. Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama
Kulit bibir menebal, pecah-pecah, kering terkelupas serta terdapat luka
- Keluhan Tambahan
Pasien sering menjilat atau menghisap bibirnya dan memiliki kebiasaan
mengelupaskan bibir. Kondisi ini terjadi beberapa bulan yang lalu dan mengalami
kesulitan makan
- Riwayat Perawatan Gigi
Pasien pernah ke dokter gigi untuk melakukan penambalan dan pembersihan karang
gigi
- Riwayat Penyakit Sistemik
Tidak ada
- Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
C. Pemeriksaan Fisik Umum
- Kesadaran : Composmentis
- Tanda-Tanda Vital : Dalam Batas Normal
- Tekanan Darah : Dalam Batas Normal
- Nadi : Dalam Batas Normal
- Suhu : Dalam Batas Normal
- Respirasi : Dalam Batas Normal

D. Pemeriksaan Ekstra Oral


- Wajah : Simetris
- Mata : Normal
- Bibir : Kulit bibir menebal, pecah-pecah, kering serta terdapat luka
dan gatal
- KGB : Normal
- TMJ : Normal

E. Pemeriksaan Intra Oral


- Mukosa Bukal : Normal
- Mukosa Labial : Normal
- Lidah : Normal
- Gingiva : Normal
- Palatum : Normal
- Frenulum : Normal
- Tonsil : Normal
- Dasar Mulut : Normal

F. Diagnosa
Diagnosis Sementara : Cheilitis Exfoliative

G. Ciri Klinis
Lesi tampak sebagai sisik, krusta, dan eritema pada tepi vermilion bibir. Pola ini
berulang, sehingga menyebabkan penebalan hiperkeratotik, krusta, dan fisura yang
berwarna kekuningan. Lesi biasanya bertahan dengan keparahan yang bervariasi selama
beberapa bulan atau beberapa tahun.9 Selain merusak kosmetik, orang dengan kondisi
ini mungkin memiliki beberapa derajat rasa sakit dan kesulitan berbicara, makan atau
tersenyum.10
H. Etiologi
Menggigit bibir kronis, menghisap atau menjilat bibir secara tidak sadar mungkin

merupakan mekanisme yang mendasari trauma.2 Hal ini yang menyebabkan produksi
berlebihan dan pengelupasan keratin.7

I. Diagnosa Banding
‒ Cheilitis Actinic

‒ Cheilitis Kontak
BAB IV

PEMBAHASA

Seorang Pasien perempuan berusia 30 tahun datang ke RSGM dengan keluhan kulit

bibir menebal, pecah-pecah, kering dan terkelupas serta terdapat luka. Pasien mengaku sering

menjilat atau menghisap bibirnya. Pasien juga memiliki kebiasaan mengelupaskan bibirnya.

Kondisi ini dirasakan sejak beberapa bulan yang lalu dan pasien mengalami kesulitan makan

karena kondisinya.

Pada kasus ini, penegakan diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan subjektif dan

objektif. Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan objektif, pasien mengeluhkan kulit bibir

menebal, pecah-pecah, kering serta terdapat luka dan gatal di sekitar mulut pada kedua bibir

bawah dan atas. Pasien sebelumnya pernah ke dokter gigi untuk melakukan penambalan dan

pembersihan karang gigi.

Dari pemeriksaan subjektif dan objektif, dapat ditegakkan diagnosa pada kasus ini

adalah Cheilitis Exfoliative. Pada kasus Cheilitis Exfoliative penyebabnya menggigit bibir

kronis, menghisap atau menjilat bibir secara tidak sadar mungkin merupakan mekanisme

yang mendasari trauma. Selain itu, juga dikaitkan dengan keadaan stress seseorang.

Rencana perawatan pada pasien dengan Cheilitis Exfoliative yang dapat dilakukan

yaitu dengan penggunaan lip balm dengan sun screen dan Vermillionectomy (bila parah).

Selain itu dapat diberikan steroid topical, salep tacrolimus 0,1% yang diberikan secara

topikal.
Gambar 1. Exfoliative Cheilitis

Diagnosa Banding

1. Cheilitis Actinic
a. Definisi
Actinic Cheilitis (AC) adalah gangguan inflamasi kronis pada bibir secara

eksklusif terjadi di daerah vermillion bibir bawah.13

b. Etiologi
Terpapar sinar matahari dalam jangka waktu lama.9 Penggunaan tembakau

dianggap sebagai faktor penting yang berkontribusi.14

c. Gambaran Klinis
Gambaran yang ditemukan adalah: di tahap awal, ada eritema ringan dan
edema, diikuti dengan kekeringan dan sisik halus pada tepi vermilion bibir bawah.
Ketika perjalanan lesi berlanjut, epitel menjadi tipis dan halus, disertai area putih-
kelabu diselingi warna merah dan pembentukan sisik. Erosi dan nodule kecil mulai
berkembang. Lesi ini bersifat praganas.9

Gambar 2. Cheilitis Actinic

d. Perawatan
Penatalaksanaan Actinic Cheilitis meliputi pemberian lip balm untuk proteksi
terhadap sinar matahari. Selain itu, jika lesi berubah (membesar), dan terdapat
indurasi, dapat dilakukan biopsi yaitu vermilionectomy.11

2. Cheilitis Kontak
a. Definisi
Cheilitis kontak merupakan kelainan berupa inflamasi akut pada bibir.9

b. Etiologi
Timbulnya penyakit diduga sebagai allergen (misalnya penggunaan
kosmetik/pasta gigi).15
c. Gambaran Klinis
Cheilitis kontak memiliki ciri khas berupa edema dan eritema ringan, diikuti
dengan iritas dan pembentukan sisik yang tebal. Lesi biasanya hanya terdapat di
perbatasan vermilion kedua bibir.9

Keradangan pada vermilion atau kulit disekitarnya, bisa bibir bawah/atas atau
keduanya dan bisa melibatkan sudut mulut. Pada vermilion bibir tampak kemerahan,
kering, deskuamasi dan berfisur. Allergic contact cheilitis jarang melibatkan mukosa
labial. Pasien mengeluh kaku gatal, panas dan sakit pada bibirnya.15

Gambar 3. Cheilitis Kontak

d. Perawatan
Menghentikan kontak dengan bahan kimia9
‒ Obat anti inflamasi nonsteroid topical yaitu aloclair gel (aplikasinya dengan cara
dioleskan pada vermilion dan sudut mulut 4x/hari)
‒ Multivitamin
‒ Menghindari penggunaan lipstick terlebih dahulu
‒ Menghindari makanan pedas, panas dan bergetah
‒ Jangan menjilati bibir15
Tabel 1. Persamaan dan Perbedaan

Cheilitis Exfoliative Cheilitis Actinic Cheilitis Kontak

Tipe Lesi Loss of integrity Loss of integrity Loss of integrity

Eritema ringan dan edema,


Bibir pecah-pecah, lesi Edema dan eritema
bibir kekeringan bersisik
Bentuk tampak sebagai sisik, ringan, diikuti iritasi dan
halus. Kemudian epitel
Lesi krusta dan eritema dan pembentukan sisik yang
tipis dan halus diselingi
fisura kekuningan tebal
warna merah

Hanya terdapat di
Bibir bawah (tapi dapat
Lokasi Bibir bawah perbatasan vermilion
keduanya)
kedua bibir

Usia / Jenis Lesi lebih banyak Lesi biasanya terjadi pada Lesi dapat mengenai
ditemukan pada wanita laki-laki berusia di atas 50 laki- laki maupun
Kelamin
muda tahun wanita, orang dewasa.

Menggigit bibir dan


menghisap bibir secara Terpapar sinar matahari
Kontak topikal dengan
tidak sadar dalam jangka waktu lama
Etiologi berbagai bahan kimia.
→ mendasari trauma. dan penggunaan
Contoh: lipstick
Selain itu, dikaitkan tembakau
dengan keadaan stress

Penggunaan lip balm


dengan sun screen dan Pemberian lip balm untuk
Vermillionectomy. proteksi terhadap sinar
Pemberian salep matahari.
Menghentikan kontak
tacrolimus 0,1%, serta Jika lesi berubah menjadi
Perawatan dengan bahan kimia dan
menghindari kebiasaan lebih besar dan terdapat
pemberian steroid topical
menghisap bibir dan indurasi, biopsy, dan
mengigit bibir, serta dilakukan
melakukan evaluasi Vermilionectomy
psikiatri
BAB V

KESIMPULAN

Exfoliative Cheilitis didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronis pada batas


vermilion bibir, yang ditandai dengan pembentukan sisik dan kerak yang persisten.
Menggigit bibir kronis, menghisap atau menjilat bibir secara tidak sadar mungkin merupakan
etiologi yang mendasari trauma. Rencana perawatan pada pasien yaitu penggunaan lip balm
dengan sun screen. Selain itu dapat diberikan steroid topical, salep tacrolimus 0,1% yang
diberikan secara topikal.
Exfoliative Cheilitis menunjukkan inflamasi bibir, disertai deskuamasi konstan, lebih
sering ditemukan hanya pada satu bibir, biasanya bibir bawah. Bentuk ini terjadi sedikit lebih
jarang daripada yang lain, dan umum di antara orang-orang muda yang sering melembabkan
bibir mereka, diikuti oleh orang-orang dengan vitamin B12 atau kekurangan zat besi,
kandidiasis oral, pasien dengan alergi atau pasien dengan HIV yang sering dikaitkan dengan
infeksi candida.
Exfoliative Cheilitis muncul dengan pengelupasan terus menerus dari vermilion (batas
bibir). Awalnya, bibir biasanya terlihat normal atau merah, diikuti dengan pembentukan
lapisan permukaan yang menebal, yang menyebabkan pengelupasan yang mungkin bersifat
siklik dan berlangsung dengan kecepatan yang berbeda dan di tempat yang berbeda. Kadang
terjadi perdarahan, kemudian diikuti dengan pembentukan krusta hemoragik. Penyakit ini
dapat berkembang karena beberapa faktor, misalnya bernapas dengan mulut terbuka, menjilat
bibir, mengisap, memetik, atau menggigit, bakteri (Staphylococcus Aureus) atau jamur
(Candida Albicans) dalam buang air besar, kebersihan mulut yang buruk, dll. Diagnosis
banding meliputi Cheilitis kontak, Cheilitis simpleks, dll.
DAFTAR PUSTAKA

1. Lindenmuller IH, Itin PH, Fistarol SK. Dermatology of the lips: inflammatory disease.
2014; 45(10).
2. Nayaf MS. Exfoliative Cheilitis a male patient – a case report. 2015.
3. Agustina D, Subagyo G. Exfoliative Cheilitis dan Penatalaksanaannya. Maj Ked Gi.
2012; 19(1): 49-52.
4. Mihic LL, Blagec T, Japundzic I, Skroza N, Adzajic MD, Stipetic MM. Diagnostic
management of cheilitis: an approach based on a recent proposal for cheilitis
classifications. Acta Dermatovenerologica. 2020; 29: 67-72.
5. Firdaus IWAK, Apriasari ML. Exfoliative Cheilitis. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi.
2019; IV(1): 21-24.
6. Favaretto LHDR, Lodi KB, Almeida JD. Topical Calendula officinalis L. successfully
treated exfoliative cheilitis: a case report. Cases Journal. 2009.
7. Bajpai M, Pardhe N, Kumar M. Exfoliative Cheilitis. Cukurova Medical Journal. 2017;
43(2): 514-515.
8. Indah WI, Setyawati T. Kendala Dalam Penatalaksanaan Keilitis Eksfoliatif (Laporan
Kasus). Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 2003.
9. Laskaris, G. Atlas Saku Penyakit Mulut. 2nd rev. ed. Jakarta. Perpustakaan Nasional:
Katalog Dalam Terbitan (KDT). 2014. p. 346-348.
10. Mani SA, Shareef BT. Exfoliative Cheilitis: Report of a Case. 2007; 73(7).
11. Soeprapto A. Buku Pedoman Dan Tatalaksana Praktik Kedokteran Gigi. Yogyakarta.
STPI Bina Insan Mulia Jembatan Merah. 2016. p. 272-278.
12. Chalkoo AH, Makroo NN, Peerzada GY. Exfoliative Cheilitis. Indian Journal Of
Dental Advancements. 2016; 8(1): 56-59.
13. Chandrasekhar M, Charitha M, Thabassum A, Chandrasekhar G, Shalini. Actinic
Cheilitis: A Case Report with Review of Literature. International Journal of Health
Science and Research. 2019; 9(6).
14. Ratnayake DRDL, Medawela RMSHB, Jayasinghe RD, Siriwardena BSMS. A case
report on Actinic cheilitis: a rarer entity among Sri Lankans. Ceylon Journal of Science.
2018; 47(2): 207-209.
15. Harijanti K, Santosa YS. Allergic Contact Cheilitis Due To Lipstick. ODONTO Dental
Journal. 2016; 3(2): 139-140.

16. Liborija Lugović-Mihić, dkk. Differential Diagnosisi of Cheilitis – How to Classify


Cheilitis?, Acta Clin Croat, Vol. 57, No. 2, 2018.

Anda mungkin juga menyukai